Hitstat

19 October 2010

Roma Volume 2 - Minggu 4 Rabu

Meletakkan Pikiran di Atas Roh adalah Hayat dan Damai Sejahtera
Roma 8:6
Karena keinginan daging (meletakkan pikiran di atas daging) adalah maut tetapi meletakkan pikiran di atas roh adalah hidup dan damai sejahtera (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 8:6

Hasil dari meletakkan pikiran di atas roh bukan hanya hayat tetapi juga damai sejahtera. Perasaan damai sejahtera dan perasaan hayat ini berdampingan. Perasaan hayat itu segar dan hidup; perasaan damai sejahtera itu wajar dan tenteram. Damai sejahtera ini (Rm. 8:6), bukanlah damai sejahtera di dalam lingkungan luaran kita, melainkan damai sejahtera di dalam kita. Pada waktu kita memiliki suatu perasaan yang demikian, kita dapat mengetahui bahwa kita sedang hidup di dalam roh dan ini berarti kita sedang mengikuti roh. Semakin kita berjalan menurut roh dan hidup di dalam roh, semakin kaya dan semakin dalam perasaan hayat dan damai sejahtera yang datang di dalam kita.
Seorang saudari melihat pakaian yang indah seharga seratus ribu di sebuah toko. Ia lalu berpikir, “Setiap bulan aku mendapatkan tiga juta rupiah. Membeli pakaian seharga seratus ribu itu tidak berarti apa-apa bagiku. Bukankah minggu lalu aku mempersembahkan dua ratus ribu untuk pembangunan balai sidang. Apa salahnya memakai seratus ribu saja? Tuhan pasti murah hati.” Namun ketika ia berpikir demikian, rohnya menjadi tertekan. Ia lalu menghibur dirinya, “Ah, tak usah terlalu fanatik. Apa yang kulakukan itu tidak salah.” Semakin ia berusaha membarakan rohnya, justru rohnya semakin tenggelam. Di sidang, walaupun ia berseru, “Haleluya!” seruannya tanpa hayat dan hampa. Minggu berikutnya, ia membeli pakaian itu. Pada saat ini, rohnya telah dimasukkan ke dalam peti, dan siap untuk dimakamkan. Ketika menghadiri sidang, ia tidak berdaya mengatakan haleluya lagi, dan hanya diam membisu.
Saudara saudari, urusan kecil seperti membeli pakaian seharga seratus ribu dapat membuat roh kita terbunuh. Bila kita memikirkan suatu perkara dan dalam roh kita tidak ada perhentian, hendaklah kita segera berhenti memikiran itu. Tanpa beralasan, palingkanlah pikiran kita dari perkara yang membuat roh kita gelisah. Kita perlu berkata, “Oh, Tuhan Yesus, tolonglah aku. Tuhan, lepaskanlah pikiranku dari pertimbangan yang mematikan aku.” Kalau kita berbuat demikian, roh kita akan segera menjadi tenang, terhibur, puas, kuat dan dipenuhi damai sejahtera.

.....supaya kamu dibaharui di dalam roh pikiranmu. (Ef. 4:23; Tl.)

No comments: