Hitstat

11 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 3 Kamis

Mendirikan Rumah di Sukot
Kejadian 33:17
“Tetapi Yakub berangkat ke Sukot, lalu mendirikan rumah, dan untuk ternaknya dibuatnya gubuk-gubuk. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Sukot.“

Sesudah Yakub tertolong dari berbagai macam kesulitan, ia lalu “berangkat ke Sukot, lalu mendirikan rumah, dan untuk ternaknya dibuat gubuk-gubuk” (Kej. 33:17). Sukot terletak di sebelah timur Sungai Yordan, membuktikan bahwa Yakub belum menyeberang Sungai Yordan, belum masuk ke daerah pusat dari tanah Kanaan. Dalam pandangan Allah, tibanya Yakub di Sukot, di sana mendirikan rumah, belumlah kembali ke pusat dari tanah permai. Yakub mendirikan rumah baginya, serta menyediakan gubuk-gubuk untuk ternaknya. Hal ini menampakkan kepada kita, bahwa Yakub masih sangat alamiah, masih mementingkan dirinya sendiri. Pasti Yakub telah melupakan mimpinya di Betel, di mana ia pernah melihat sebuah tangga dari bumi menjulang ke langit dan setelah bangun ia menyiram minyak ke batu alas kepalanya sambil berkata, “Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah” (Kej. 28:22). Di Betel Yakub berjanji kepada Allah, bahwa batu itu akan dijadikan rumah Allah. Dengan kata lain, ia berjanji kepada Allah untuk membangun rumah Allah. Tetapi sekarang, hal ini tentu telah dilupakan oleh Yakub.
Perkara beroleh selamat sulit sekali kita lupakan, tetapi visi tentang pembangunan rumah Allah mudah sekali kita lupakan, mudah sekali kita abaikan. Tidak usah dikatakan yang lain, asal dalam hidup kita agak repot sedikit, mudah sekali kita lupa pelayanan kita, mudah sekali melupakan tujuan Allah yang sebenarnya. Walaupun demikian, Allah akan terus bekerja melalui segala keadaan untuk mengembalikan kita kepada tujuan-Nya yang semula – membangun rumah Allah di tempat yang telah Ia tentukan.

Menyeberangi Sungai Menuju Sikhem
Kej. 12:5-6; 33:17-20

Alkitab dengan ringkas menceritakan Yakub di Sukot. Kemudian, Yakub menemukan bahwa Sukot bukan tempat yang baik baginya tinggal bersama Allah, maka ia menyeberangi sungai dan menuju ke Sikhem. Kembali ke tanah permai, ia harus dan telah menyeberangi tiga sungai: Sungai Efrat, Sungai Yabok, dan Sungai Yordan. Yakub tiba di Sikhem, adalah menelusuri jejak-jejak Abraham nenek moyangnya (12:5-6). Ini menandakan bahwa Yakub telah tergiring ke atas jalan yang benar. Dalam Kejadian 33:18 diceritakan bahwa, “Dalam perjalanannya dari Padan-Aram sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem, di tanah Kanaan, lalu ia berkemah di sebelah timur kota itu.” Allah itu setia, dan akhirnya Yakub kembali ke Kanaan (Kej. 33:17-20). Kejadian 33:18 mencatat, “Sampailah Yakub ke Salem, suatu kota di Sikhem” (TL.). Ayat ini boleh juga diterjemahkan, “Sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem.” Yakub ternyata menyusuri jejak Abraham. Menurut Kejadian 12, ketika Abraham memasuki tanah Kanaan, kota pertama yang ia kunjungi adalah Sikhem. Yakub juga tiba dengan selamat di kota Sikhem. Ini membuktikan bahwa Allah memegang perkataan-Nya dan memenuhi janji-Nya; Dia pernah berjanji kepada Yakub bahwa Ia akan membawa ia kembali dengan selamat ke tanah air ayahnya. Bukan Yakub sendiri yang merencanakan perjalanan ini, melainkan Allah yang memimpin dia.
Di Sikhem, Yakub melaksanakan dua hal yang pernah dilakukan oleh kakeknya: memasang kemah, dan mendirikan mezbah (Kej. 33:18, 20). Ini mewahyukan bahwa ia mulai menempuh hidup berkemah, serta mempunyai kesaksian persembahan dan pengabdian. Ini jauh lebih baik daripada membangun rumah untuk dirinya sendiri dan membuat gubuk-gubuk bagi ternaknya. Di Sukot ia tidak melakukan apa-apa bagi Allah. Sebaliknya, di Sikhem ia tidak berbuat apa-apa bagi dirinya sendiri atau bagi ternaknya, malahan membangun mezbah untuk Allah, sedang ia sendiri menempuh hidup berkemah. Ia bukan semata mengikuti jejak moyangnya, bahkan pula hidup berkemah, serta mempunyai kesaksian pembangunan mezbah. Oh, alangkah baiknya! Sekarang ia mulai mempunyai kesaksian. Sepanjang 20 tahun yang silam, dia tidak ada kemah maupun mezbah, berarti ia belum ada hidup yang wajar sebagai kesaksian Allah. Sekarang, setelah kembali pada kedudukan dan tempat yang tepat, ia mempunyai hidup dengan ciri kesaksian Allah – mendirikan kemah dan membangun mezbah. Kehidupan orang Kristen seharusnya memiliki dua ciri kesaksian Allah ini. Pertama, sebagai musafir, kita tidak tertambat di dunia ini. Kedua, seluruh hidup dan milik kita, dengan sukarela kita persembahkan kepada Allah, bagi tujuan kekal-Nya.

Penerapan:
Kalau kita mau mengikuti Tuhan, kita harus belajar mutlak. Kita harus menerima kehendak Tuhan sepenuhnya, jangan setengah-setengah, yang ini dilakukan, yang itu diabaikan. Kedua, kita perlu belajar mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan Tuhan. Ketiga, kita perlu berdoa, mohon Tuhan selalu mengingatkan kita akan persembahan diri dan minat kita kepada-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering melupakan visi yang pernah aku lihat, visi tentang rumah-Mu. Engkau ingin aku berbagian di dalamnya. Tuhan, hari ini aku sekali lagi memperbarui persembahanku, pakailah aku sebagai bahan pembangunan rumah-Mu.

No comments: