Hitstat

27 March 2015

1 Timotius - Minggu 6 Jumat



Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 6:11-21


Dalam ayat 12 Paulus berkata, "Rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi." Hidup (hayat) yang kekal di sini adalah hayat ilahi, hayat Allah yang bukan ciptaan, yang bersifat kekal. Kekal menunjukkan sifat lebih daripada unsur waktu dari hayat ilahi. Untuk melakukan peperangan yang baik bagi kepercayaan dalam hidup kristiani, khususnya dalam pelayanan kristiani, kita harus teguh berpegang pada hayat ilahi ini, dan tidak bersandar pada hayat insani kita. Karena itu, dalam 1, 2 Timotius, dan Titus, hayat kekal ditekankan berkali-kali (1 Tim. 1:16; 6:19; 2 Tim. 1:1, 10; Tit. 1:2; 3:7). Untuk merampungkan ekonomi Allah terhadap gereja seperti yang dikatakan dalam Kitab 1 Timotius, untuk menghadapi arus kemerosotan dari kejatuhan gereja seperti yang dikatakan dalam Kitab 2 Timotius, dan untuk memelihara ketertiban yang baik dalam gereja seperti dikatakan dalam Kitab Titus, hayat ini adalah syarat dasar yang harus ada.

Dalam ayat 12 Paulus secara khusus mengatakan bahwa kita telah dipanggil untuk hayat yang kekal. Tidak ada kitab lain dalam Perjanjian Baru yang berbicara tentang "hayat yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil". Ini adalah ciri khas Kitab 1 Timotius. Apakah Anda menyadari bahwa Anda telah dipanggil untuk hayat yang kekal? Hayat yang kekal ini bukan hanya mengacu kepada berkat-berkat yang akan datang. Dipanggil kepada hayat yang kekal tidak berarti kita dipanggil untuk menikmati berkat-berkat di surga. Hayat yang kekal haruslah merupakan hayat kita hari ini, suatu hayat untuk kehidupan sehari-hari kita saat ini. Melalui kelahiran kita yang pertama, kelahiran jasmani, kita menerima hayat Adam. Tetapi karena kita telah dipanggil untuk hayat yang kekal, kita tidak seharusnya memperhidupkan hayat Adam, hayat alamiah. Memang, kita harus benar-benar manusiawi, bahkan manusiawi seperti Yesus, tetapi bukan dalam hayat alamiah kita. Sebaliknya, kita harus memperhidupkan hayat insani dengan hayat yang kekal. Kita telah dipanggil untuk hayat ini, dan sekarang kita harus memperhidupkannya.

Dalam ayat 13 Paulus meneruskan, "Di hadapan Allah yang memberikan hidup (hayat) kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu." Di sini Paulus menyebutkan Allah sebagai persona yang memberikan hidup (hayat) kepada segala sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus memusatkan perhatian kita pada hayat. Setiap aspek perilaku kehidupan kekristenan kita, haruslah merupakan sesuatu yang padanya Allah dapat memberikan hayat.

Dalam ayat 14 Paulus melanjutkan, "Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." Perintah ini tentu mengacu kepada perintah dalam ayat 11-12. Ungkapan "menyatakan diri-Nya" mengacu kepada kedatangan Tuhan kali kedua. Paulus berpesan kepada Timotius agar menempuh hidup sebagai manusia milik Allah hingga saat kedatangan Tuhan Yesus. Kemudian Tuhan bisa memuji Timotius sebagai seorang yang hidup di bumi sebagai penerus diri-Nya sendiri. Saya berharap pada saat Tuhan menampakkan diri, Ia akan berkata kepada kita, "Anak yang setia, kamu telah menjadi bagian dari penerus-Ku. Aku hidup di bumi sebagai manusia milik Allah. Kamu adalah penerus-Ku, karena kamu juga telah menempuh hidup sebagai manusia milik Allah. Kamu tidak hidup oleh hayat alamiah, tetapi kamu hidup oleh hayat yang kekal."


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius, Berita 12

No comments: