Hitstat

06 October 2011

2 Korintus - Minggu 2 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:23-24


Berseru kepada Allah bukan hanya berdoa kepada Allah atau meminta kepada-Nya untuk melakukan sesuatu bagi kita. Mengatakan "Ya Allah," atau, "Ya Bapa," ini bukan hanya berdoa; ini juga adalah menyeru kepada Allah. Banyak orang Kristen pada hari ini tidak memiliki roh yang menyeru, roh yang kuat untuk menyeru Allah. Jika keadaan atau situasi mengizinkan, saya ingin berseru, "Ya, Bapaku!" atau "O, Tuhan Yesus!" terus-menerus. Ada perbedaan antara berseru dan berdoa. Misalnya, seseorang mungkin berdoa seperti ini: "Allah Bapa, Engkau adalah setia. Engkau tidak pernah berubah. Tolonglah aku agar menjadi setia dan tidak berubah juga. Aku meminta hal ini dalam nama Tuhan Yesus, Amin." Meskipun ini adalah doa yang baik, namun tidak begitu hidup. Kita mungkin juga berdoa kepada Tuhan Yesus dengan sikap yang tidak begitu hidup. Kita mungkin berkata, "Tuhan Yesus, aku bersyukur bahwa Engkau mengasihi aku. Tuhan, aku juga mengasihi Engkau. Tetapi, Tuhan Engkau tahu bahwa aku lemah. Tuhan, tolonglah aku dalam kelemahanku." Banyak orang Kristen berdoa seperti ini, tetapi mereka mungkin berdoa dengan kecil hati dan dengan tidak melatih roh. Mereka mungkin bahkan tidak mengerti apa arti melatih roh dalam doa. Dalam Yohanes 4:24 Tuhan Yesus berkata, "Allah itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Menyembah Allah meliputi berdoa kepada-Nya. Karena berdoa adalah menyembah, dan karena Tuhan Yesus mengatakan bahwa penyembahan kita terhadap Allah harus di dalam roh, maka doa kita juga harus berada di dalam roh. Kata-kata yang kita pakai untuk mengekspresikan diri kita dalam doa itu adalah perkara yang kedua. Perkara yang utama adalah kita melatih roh kita untuk mengontak Allah. Ketika kita berdoa, kita perlu berseru kepada Allah, melatih roh kita, dan berkata, "Ya Bapa! Ya Allahku, Bapaku!" Inilah berseru kepada Allah.

Dalam ayat 23 Paulus berseru kepada Allah sebagai saksi melawan jiwanya (Tl.). Ini berarti bahwa ia berseru kepada Allah untuk menjadi saksi melawan jiwanya. Di sini Paulus seolah-olah berkata, "Saudara-saudara di Korintus, aku tidak berperilaku dalam jiwa. Jika aku melakukan hal ini, maka Allah akan bersaksi melawan aku. Aku bukanlah orang yang hidup di dalam jiwa dan berperilaku dalam jiwa. Aku tidak membuat rencana di dalam jiwa untuk datang kepadamu. Jika keadaanku demikian, maka Allah akan menjadi saksi melawan aku."

Alasan Paulus tidak datang ke Korintus adalah karena ia ingin menyayangkan orang-orang Korintus, bukan karena ia bertindak seenaknya dan mengatakan ya dan tidak pada waktu yang sama. Paulus tidak ingin datang kepada kaum beriman di Korintus dengan tongkat untuk mendisiplin mereka; tetapi dalam kasih dan roh yang lemah lembut untuk membangun mereka. Ia berseru kepada Allah sebagai saksi baginya untuk hal ini.

Paulus adalah satu teladan yang baik untuk kita tiru. Oleh belas kasihan Tuhan, kita semua perlu belajar dari dia dan meniru dia. Paulus adalah seorang yang menakjubkan. Ia rohani, ia disusun dengan Kristus, ia berpengalaman, dan ia matang dalam kekayaan-kekayaan Kristus. Sebagai orang yang demikian, ia ingin menyayangkan orang-orang Korintus dan karena alasan ini ia tidak pergi ke Korintus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 4

No comments: