Hitstat

07 October 2011

2 Korintus - Minggu 2 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 2:1-5

Dalam 2:1 Paulus berkata, "Aku telah mengambil keputusan di dalam hatiku bahwa aku tidak akan datang lagi kepadamu dalam dukacita." Di satu pihak, Paulus berseru kepada Allah sebagai saksi terhadap jiwanya; di pihak lain, ia memberi tahu kita bahwa ia telah memutuskan sesuatu di dalam dirinya. Bukankah ini perkara di dalam jiwanya? Dalam 2:1 ego Paulus adalah ego yang rohani, satu jiwa yang rohani, jiwa yang berada di bawah kendali dan petunjuk roh. Secara manusia, Paulus memutuskan untuk tidak datang lagi ke Korintus dalam dukacita di dalam dirinya sendirinya. Keputusan ini bukan diilhami oleh Roh itu; ini adalah perkara insani yang diputuskan oleh Paulus di dalam dirinya sendiri. Namun, kita perlu ingat bahwa hal ini diputuskan oleh seorang yang berada di bawah kendali dan petunjuk roh. Ini adalah contoh lainnya dari prinsip inkarnasi. Prinsip ini ditemukan dalam Galatia 2:20. Prinsip inkarnasi selalu bekerja dengan cara ini. Tuhan Yesus, sebagai seorang manusia, mengadakan mujizat-mujizat, tetapi sebenarnya Allah sendiri yang melakukan mujizat-mujizat itu, bukan Tuhan Yesus sendiri. Inilah yang kita maksud dengan prinsip inkarnasi.

Dalam ayat 4 Paulus berkata, "Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan pedih dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua." Di sini Paulus menyinggung tentang dirinya sendiri. Beberapa orang yang disebut orang-orang yang rohani bersikukuh agar kita tidak membicarakan tentang diri sendiri. Selama tahun-tahun saya bersama-sama dengan Kaum Saudara (the Brethren), saya diberi tahu bahwa kaum beriman tidak boleh mengatakan sesuatu tentang dirinya sendiri. Saya mengadopsi praktek ini selama bertahun-tahun. Kemudian saya mempelajari bahwa hal ini tidak selalu benar. Apakah kita membicarakan tentang diri kita sendiri atau tidak itu tergantung pada motivasi kita. Dalam 2 Korintus Paulus berkata banyak tentang dirinya sendiri. Dalam pendahuluan ini ia bukan hanya membicarakan tentang dirinya sendiri, ia juga berargumentasi untuk dirinya dan membela dirinya. Kadang-kadang kita perlu membicarakan tentang diri kita sendiri. Kristus memerlukan saksi-saksi. Kristus adalah realitas, dan kita adalah saksi-saksi dari realitas ini. Sebagai saksi-saksi, kita tidak boleh sombong atau rendah diri. Bila waktunya tiba, kita perlu bersaksi bagi Tuhan dengan jujur dan berani. Inilah sebenarnya yang sedang dikatakan Paulus di sini, ketika ia memberi tahu orang-orang Korintus bahwa dalam Surat Kiriman yang pertama ia menulis dengan hati yang sangat cemas dan pedih kepada mereka, dan bahwa ia menulis dengan banyak cucuran air mata. Ia menulis kepada orang-orang Korintus dengan cara ini, bukan agar mereka menjadi sedih, tetapi agar mereka mengenal kasihnya terhadap mereka.

Ayat 5 mengatakan, "Tetapi jika ada orang yang menyebabkan kesedihan, maka bukan hatiku yang disedihkannya, melainkan hati kamu sekalian, atau sekurang-kurangnya hati beberapa orang di antara kamu. Aku tidak melebih-lebihkan hal ini." Paulus berhati-hati agar tidak melebih-lebihkan. Ia menulis dengan hati-hati, dengan memakai frase "beberapa orang". Kata "melebih-lebihkan" di sini dalam bahasa aslinya adalah menambah beban; berarti menekan terlalu berat, mengatakan terlalu banyak. Paulus berkata bahwa adanya orang yang berbuat dosa menyebabkan beberapa orang di dalam gereja berdukacita. Dia mengatakan "beberapa" agar jangan menekan terlalu berat atau berkata terlalu banyak. Ini menunjukkan bahwa dia adalah orang yang lembut, berhati-hati, dan penuh pertimbangan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 4

No comments: