Hitstat

23 December 2015

Ibrani - Minggu 31 Rabu



Pembacaan Alkitab: Bil. 17:10


Janganlah menganggap bani Israel dalam Bilangan 16 itu tercerai‑berai. Kita harus memandang mereka sebagai persona kolektif atau persona korporat, yang mencakup Musa, Harun, Korah, Datan, dan Abiram. Di dalam kita terkandung Musa, Harun, Korah, Datan, dan Abiram. Baik ambisi maupun pemberontakan ada di dalam diri kita. Kadang-kadang kita tidak dapat tidak menertawakan diri sendiri, sebab kita begitu berambisi untuk Allah, tetapi kita juga begitu durhaka. Saya percaya, kita masing‑masing pernah mengalami, yaitu di satu pihak begitu berambisi dan di pihak lain begitu durhaka. Kalau Anda tidak ada hati terhadap Allah, Anda tentu tidak pernah mengalami hal ini. Begitu Anda mulai ada hati terhadap Allah, Anda akan menyadari bahwa di dalam Anda ada ambisi dan pemberontakan. Pemberontakan pertama adalah pemberontakan jiwa, pikiran, melawan roh Anda sendiri. Pemberontakan kedua adalah pemberontakan Anda terhadap orang‑orang yang di atas atau di depan Anda.

Syukur kepada Allah karena ambisi, dan di pihak negatif, syukur pula kepada Allah karena pemberontakan. Pemberontakan dalam Bilangan 16 mendatangkan penghakiman dan pernyataan Allah. Pertama, Allah menghakimi para pemberontak. Setelah menghakimi unsur pemberontakan, Tuhan memerintahkan agar perbaraan-perbaraan tembaga milik pemberontak itu ditempa tipis‑tipis, menjadi salut mezbah dan menjadi tanda bagi orang Israel (Bil. 16:36‑40). Setelah itu, Allah menyuruh Musa meletakkan dua belas tongkat di hadapan tabut kesaksian‑Nya. Ini bukan untuk penghakiman, melainkan untuk pernyataan. Dari pernyataan itu nyatalah tongkat yang bertunas. Allah lalu menyuruh Musa menaruh tongkat Harun di hadapan tabut kesaksian "untuk disimpan menjadi tanda bagi orang‑orang durhaka." (Bil. 17: 10). Dengan demikian, di sini terdapat dua tanda ‑ lempengan tembaga untuk salut mezbah, yang berasal dari akibat penghakiman Allah; dan tongkat bertunas di hadapan tabut kesaksian Allah, yang berasal dari pernyataan Allah.

Dalam tabut di tempat maha kudus kita mengalami Kristus sebagai kepemimpinan kita yang sejati. Mengenai kepemimpinan ini ada dua aspek. Pertama, unsur durhaka yang alamiah harus dibakar di atas mezbah; kedua, di tempat maha kudus, segala sesuatu yang telah dilahirkan kembali ke dalam kita dan segala sesuatu yang milik hayat kebangkitan harus diperkaya, diperkuat, dan dibuat bertunas, berkembang, serta berbuah. Inilah kepemimpinan yang sejati.

Seorang pemimpin di antara umat Allah adalah orang yang melayani. Walaupun Anda bukan seorang penatua, juga bukan seorang pemimpin dalam satu kelompok pelayanan, tetapi Anda tetap adalah orang yang melayani. Pada prinsipnya, Anda sama dengan seorang pemimpin dalam pelayanan kepada Tuhan. Setiap anggota gereja adalah orang yang melayani. Pembangunan Allah tergantung pada orang-orang yang melayani ini. Sebagai orang yang melayani, unsur‑unsur durhaka di dalam Anda harus dihakimi dan dibakar di mezbah, sebagai suatu tanda dalam alam semesta, menunjukkan bahwa manusia alamiah Anda telah ditanggulangi. Namun dalam Anda juga ada unsur lain — unsur kelahiran kembali, unsur hayat yang adalah Kristus sendiri sebagai hayat kebangkitan. Jika Anda masuk ke dalam tabut di tempat maha kudus, dan menjamah Kristus sebagai hayat kebangkitan, unsur ini akan menjadi kepemimpinan Anda dan ia akan bertunas, berkembang, serta berbuahkan buah badam untuk memberi orang makan.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 61

No comments: