Hitstat

01 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 2 Jumat

Menafsirkan Mimpi Firaun
Kejadian 41:39
“Kata Firaun kepada Yusuf: ‘Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau.’”

Bermimpilah Firaun, bahwa ia berdiri di tepi sungai Nil, dan dari dalam sungai Nil itu, keluarlah tujuh ekor lembu yang gemuk dan tujuh ekor lembu yang kurus. Lalu ketujuh lembu yang kurus itu memakan ketujuh lembu yang gemuk. Setelah itu, Firaun bermimpi lagi, ia melihat bahwa dari satu tangkai gandum, muncullah tujuh bulir gandum yang bernas dan baik. Lalu muncul pula tujuh bulir gandum yang kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu menelan bulir yang bernas dan baik tadi. Lalu terjagalah Firaun dan disuruhnyalah memanggil semua ahli dan semua orang yang berilmu di Mesir, tetapi tidak seorangpun yang dapat mengartikan mimpinya itu.
Atas usulan juru minuman (Kej. 41:9-13), Firaun akhirnya memanggil Yusuf untuk mengartikan mimpinya. Yusuf menyahut Firaun: “Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku Firaun” (Kej. 41:16). Setelah Firaun menceritakan mimpinya, Yusuf berkata, “Ketahuilah tuanku, akan datang tujuh tahun kelimpahan di seluruh tanah Mesir. Kemudian akan timbul tujuh tahun kelaparan; maka akan dilupakan segala kelimpahan itu di tanah Mesir, karena kelaparan itu menguruskeringkan negeri ini. Sesudah itu akan tidak kelihatan lagi bekas-bekas kelimpahan di negeri ini karena kelaparan itu, sebab sangat hebatnya kelaparan itu” (Kej. 41:29-31). Betapa berhikmatnya Yusuf. Dari manakah hikmatnya itu? Mazmur 111:10 mengatakan, “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik.” Takut akan Tuhan adalah rahasia hikmat dan kesuksesan Yusuf!

Hikmat Yusuf Dinyatakan kepada Firaun
Kej. 41:33-36, 38-39; 2 Kor. 7:1; 6:17

Setelah menafsirkan mimpi Firaun, berkatalah Yusuf kepada Firaun: “Oleh sebab itu, baiklah tuanku Firaun mencari seorang yang berakal budi dan bijaksana, dan mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir. Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu” (Kej. 41:33-36). Usul Yusuf itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: “Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?” (Kej. 41:38). Kata Firaun kepada Yusuf: “Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau” (Kej. 41:39). Di sini Firaun meninggikan Yusuf sebagai seorang yang berakal budi dan bijaksana, tidak ada yang menyamai dia di seluruh tanah Mesir.
Hikmat dan akal budi yang baik yang dimiliki Yusuf, tidaklah diperoleh begitu saja dengan mudahnya. Kita percaya bahwa baik hikmat maupun akal budi itu Yusuf peroleh dari persekutuannya dengan Allah. Seorang yang jauh dari Allah, tidak ada rasa takut akan Allah, mustahil memiliki hikmat dan akal budi yang unggul. Selain itu, Yusuf adalah seorang yang senantiasa menyucikan diri dari pencemaran jasmani dan rohani. Ia sepenuhnya hidup di dalam kekudusan dalam takut akan Allah. Dalam 2 Korintus 7:1, Paulus berkata, “Saudara-saudaraku yang terkasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” Kita perlu memperhatikan peringatan Paulus ini. Pencemaran jasmani mengacu kepada pencemaran benda-benda materi; pencemaran rohani mengacu kepada pencemaran dalam dunia rohani, seperti berhala-berhala. Menyucikan diri kita berarti berpaling dari semua penyimpangan kepada Allah. Paulus juga membicarakan tentang kekudusan dalam takut akan Allah. Hidup dalam kekudusan berarti menempuh hidup yang terpisah dari dunia bagi Allah, dipenuhi oleh Allah, sampai kita memiliki sifat dan karakter Allah; sedangkan hidup dalam takut akan Allah berarti tidak berani menjamah hal-hal yang bukan milik Allah atau yang tidak berhubungan dengan Allah (2 Kor. 6:17). Hikmat timbul dari jenis kehidupan yang demikian.

Penerapan:
Terhadap anak-anak-Nya Allah mempunyai satu tuntutan kudus. Dikuduskannya kita sangat erat hubungannya dengan kita takut akan Allah. Perlakuan kita terhadap anak-anak, cara kita berpakaian, cara kita membeli barang-barang, semuanya juga harus demikian; takut di dalam semua itu unsur diri sendiri lebih dominan, tanpa keterlibatan Allah, sehingga bersalah kepada Allah. Motivasi yang demikianlah yang disebut takut akan Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, didiklah aku di dalam pendisiplinan-Mu hari ini agar hidupku tidak menyimpang dari-Mu, tetapi dikendalikan oleh Roh-Mu. Singkirkanlah semua hal selain Engkau yang selama ini menduduki hatiku, agar aku lebih bertumbuh di dalam hayat dan menjadi berkat bagi orang lain.

No comments: