Hitstat

14 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 4 Kamis

Pemberkatan Berlawanan dengan Konsepsi Manusia
Kejadian 48:14
“Tetapi Israel mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye—jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye yang sulung.”

Sekarang kita sampai kepada beberapa poin yang praktis menyangkut pemberkatan. Pemberkatan Tuhan tidak bisa diatur oleh cara alamiah manusia (Kej. 48:13-20). Sewaktu Yusuf membawa putra-putranya Manasye dan Efraim ke hadapan Yakub, ia telah mengatur situasi sedemikian rupa, sehingga Manasye putranya yang sulung berada di depan tangan kanan Yakub. Sang ayah menaruh putra sulungnya di depan tangan kanan kakeknya untuk menerima pemberkatan yang pertama, dan putra yang kedua di depan tangan kiri untuk menerima berkat yang kedua. Perbuatan Yusuf ini didasari konsepsi alamiah. Menurut konsepsi alamiah, Yusuf memang benar. Tetapi ternyata Yakub menyilangkan tangannya.
Meski daya penglihatan Yakub sudah melemah, tetapi rohnya tajam dan bening. Kejadian 48:17 menuliskan, “Ketika Yusuf melihat bahwa ayahnya meletakkan tangan kanannya di atas kepada Efraim, hal itu dipandangnya tidak baik; lalu dipegangnya tangan ayahnya untuk memindahkannya dari atas kepala Efraim ke atas kepala Manasye.” Kemudian kata Yusuf, “Janganlah demikian, ayahku, sebab inilah yang sulung, letakkanlah tangan kananmu ke atas kepalanya” (Kej. 48:18). Yakub menolak seraya berkata, “Aku tahu, anakku, aku tahu” (Kej. 48:19). Jadi, pemberkatan Tuhan berlawanan dengan konsepsi alamiah manusia. Kita semua adalah Yusuf-Yusuf. Kita ingin membawa “Manasye” kita ke tangan kanan Tuhan dan “Efraim” ke tangan kiri-Nya. Akan tetapi sekali demi sekali Tuhan menyilangkan tangan-Nya. Artinya, kita memang harus membawa anak-anak kita ke hadapan Allah, tetapi kitapun harus menyerahkan mereka ke dalam tangan pengaturan-Nya.

Pemberkatan - Tergantung kepada Allah
Ibr. 1:9; Kej. 48:17-18; 1 Tim. 2; Tit. 1:4; 1 Ptr. 5:13

Catatan tentang bagaimana Yakub memberkati Efraim pasti sangat memberi dorongan kepada kita semua. Mungkin kita sering berulang kali memandang diri sendiri tidak berpengharapan dan tidak berguna. Ada banyak orang yang merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Tambahan ada pula beberapa di antara mereka yang merasakan hidup ini tanpa makna. Mereka berkata, “Aku telah percaya kepada Tuhan Yesus, aku pun telah menempuh kehidupan gereja. Aku tahu aku harus berfungsi dalam gereja, tetapi tidak ada yang memilih aku untuk berbuat sesuatu. Jelaslah tidak ada harapan bagiku. Keberadaanku mungkin tidak bermakna.” Memang, di dalam gereja, terutama gereja-gereja yang besar, ada suatu situasi yang membuat orang-orang cenderung merasa bahwa mereka tidak diperlukan. Tetapi perasaan itu tidak benar. Meskipun dalam gereja yang besar hanya sedikit yang menjadi pemimpin, namun setiap orang tetaplah penting. Tuhan tetap memberkati setiap kaum saleh di dalam gereja karena kita adalah anggota-anggota-Nya dan teman-teman sekutu-Nya (Ibr. 1:9).
Kita tahu bahwa Yusuf mencoba membalikkan tangan pemberkat ayahnya (Kej. 48:17-18). Ini menunjukkan bahwa konsepsi alamiah manusia berlawanan/bertolak belakang dengan tangan pemberkatan Tuhan. Dalam kehidupan gereja, Tuhan seringkali membangkitkan orang-orang yang tadinya kita anggap kurang rohani. Memang kita memiliki konsepsi serta kecenderungan manusiawi. Tetapi di dalam gereja, konsepsi alamiah kita harus dikesampingkan. Bukankah kita tidak tahu dari arah mana Saulus dari Tarsus akan muncul. Orang yang kita kira paling baik ternyata tidak sebaik itu. Mungkin saja di antara penentang-penentang itu ada yang akan menjadi “Rasul Paulus” hari ini. Banyak orang telah Tuhan bangunkan justru adalah mereka yang tadinya menurut konsepsi kita kurang layak. Lupakanlah seleksi atau pilihan kita. Itu tidak berlaku.
Perjanjian Baru tidak pernah memuat nama-nama keturunan para rasul, tetapi hanya memuat nama-nama anak-anak rohani mereka saja. Paulus menyebut Timotius “anaknya di dalam iman” (1 Tim. 1:2), dan Titus “anaknya yang sah menurut iman bersama” (Tit. 1:4), dan Petrus menyatakan “Markus, anakku” (1 Ptr. 5:13). Nama-nama keturunan para rasul tidak dicantumkan semuanya ini bukan tergantung pada manusia, melainkan pada tangan pemberkatan Allah. Allah yang memilih dan menentukan siapa yang akan diberkati lebih besar. Demikian pula, terhadap anak-anak kita, kita harus menyerahkan mereka kepada belas kasih dan pengaturan Allah. Namun, jangan salah paham terhadap perkataan ini sehingga kita membiarkan kerohanian anak-anak kita terlantar. Kalau demikian berarti kita teledor. Kita harus membawa anak-anak kita kepada Allah dan biarlah Dia yang membuat pilihan.

Penerapan:
Kita perlu memiliki pengenalan bahwa segala sesuatu tergantung pada Allah. Kita hanya bisa berkata, “Ya Allah, aku bukan sumbernya. Engkaulah sumber segala sesuatu, juga sumberku; tidak ada Engkau, tidak ada permulaan.” Kita harus nampak satu perkara, yaitu kita sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, segalanya tergantung kepada Allah. Dialah Bapa, Dialah permulaan segala sesuatu.

Pokok Doa:
Ya Bapa, berilah aku sebuah hati seperti hati seorang anak kecil yang polos, sepenuhnya bersandar dan percaya kepada tangan pengaturan-Mu. Berilah aku keyakinan bahwa pengaturan-Mu selalu adalah yang terbaik, baik bagiku dan baik bagi kesaksian-Mu. Amin.

No comments: