Hitstat

12 February 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 4 Selasa

Tangan Perampas Menjadi Tangan yang Memberkati
Kejadian 48:9
“Jawab Yusuf kepada ayahnya: ‘Inilah anak-anakku yang telah diberikan Allah kepadaku di sini.’ Maka kata Yakub: ‘Dekatkanlah mereka kepadaku, supaya kuberkati mereka.’”

Tangan-tangan perampas Yakub akhirnya menjadi tangan yang memberkati (Kej. 25:26, 47:10, 48:14-16). Dalam Kejadian 25, kita melihat bahwa Yakub bahkan memulai perampasannya ketika ia masih di dalam kandungan ibunya. Tetapi dalam Kejadian 47-48 kita melihat bahwa kedua tangan perampas ini menjadi tangan pemberkat yang membawa orang-orang ke hadapan Allah dan menyuplaikan Allah ke dalam orang-orang, sehingga mereka bisa menikmati Dia. Di sini kita melihat pertumbuhan dan kematangan hayat. Seorang perampas, pemegang tumit, menjadi seorang yang besar di muka bumi pada zaman itu. Dengan jalan hayat, Yakub menjadi orang yang seperti ini. Kita perlu bertumbuh dan matang dalam hayat agar kita terisi dengan Kristus sehingga dapat memberkati orang lain.
Satu Petrus 3:9 mengatakan, “Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” Kata “memberkati” mengandung petunjuk waktu dalam bahasa Yunaninya yang berarti “selalu memberkati”. Perkataan Petrus di sini sesuai dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 5:44 dan apa yang dikatakan Paulus dalam Roma 12:14. Selain itu, kita telah dipanggil untuk mewarisi berkat. Kita dipanggil untuk memberkati orang lain, maka sebagai orang yang diberkati, kita harus selalu memberkati orang lain, agar kita bisa mewarisi berkat. Berkat apa yang kita berikan kepada orang lain akan menjadi warisan kita sendiri (Mat. 10:13). Tentu saja, berkat di sini bukan hanya yang materi. Sesuai dengan konteksnya, berkat ini mengacu kepada hayat, menyatakan bahwa kita akan mewarisi hayat lebih banyak.

Segala Sesuatu Mungkin bagi Allah
Luk. 18:27; Yes. 6:8

Bagaimanakah seorang Yakub yang asalnya begitu alamiah bisa memberkati orang lain? Ini pasti bukan pekerjaan atau usaha manusia, melainkan karya Allah. Dalam Lukas 18:27 Tuhan Yesus berkata bahwa apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah. Kalau Allah dapat mengubah Yakub, Allahpun pasti dapat mengubah kita. Hari ini di dalam kita ada hayat. Karena di dalam kita ada hayat, maka Allah dapat menggenapkan tujuan-Nya di atas diri kita. Yang terpenting adalah sikap kita. Bila kita ingin diubah oleh Tuhan menjadi orang yang bisa memberkati orang lain, maka kita harus bekerjasama dengan Tuhan. Mulai hari ini, kita harus hidup bersandar pada hayat, taat kepada perasaan hayat di batin kita.
Terhadap perkara-perkara rohani, hayat tidak pernah berkata, “Aku tidak bisa.” Istilah “tidak bisa” tidak terdapat dalam kamus hayat. Hayat senantiasa berkata, “Aku bisa, aku bisa segalanya: aku dapat berfungsi, aku dapat berdoa, aku dapat bersorak-sorai, aku dapat mengatakan amin, dan aku dapat memuji-muji Tuhan.” Bila kita mengatakan, “Aku bisa,” itulah hayat. Bila kita berkata, “Aku tidak bisa,” itulah maut. Mulai sekarang, dalam hidup gereja, kita harus menghindarkan perkataan “aku tidak bisa”. Misalnya, kita diminta berbicara sedikit dalam suatu perhimpunan ibadah, kita harus menjawab, “Haleluya, Amin! Tidak ada masalah.” Inilah contoh sederhana dari seorang yang mau bekerjasama dengan Tuhan.
Sering kali, kita merasa sulit dalam hal taat kepada Tuhan, mempersembahkan diri kepada Tuhan, dan mengasihi Tuhan, apalagi memberkati orang lain. Sungguh sulit! Sangat sulit! Kita tidak berdaya melakukannya. Kita damba bisa mengasihi Tuhan dengan kasih yang sempurna, dengan segala kepolosan, tanpa penyelewengan sedikit pun, memberkati orang lain. Saudara saudari, asal kita mempunyai hati yang tulus, bersih terhadap Allah, Ia akan mengerjakan semuanya itu di dalam kita. Bagi-Nya, ini bukanlah hal yang mustahil!
Tidak ada hal yang mustahil bagi hayat. Hayat sanggup melakukan segala sesuatu. Hayat sanggup membuat saudara saudari dalam Tuhan saling mengasihi, yakni saling mengasihi dengan sempurna. Dalam Yesaya 6:8 Allah berfirman, “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku”, lalu Nabi Yesaya menjawab, “Ini aku, utuslah aku.” Ketika kita mendengar Tuhan memanggil, “Siapakah yang akan Kuutus?”, janganlah kita menjawab, “Tuhan, janganlah mencari aku.” Namun kita harus menjawab, “Ya Tuhan, ini aku, utuslah aku.” Jika setiap kaum beriman dalam gereja berada dalam hayat, mau bekerjasama dengan Tuhan, maka kehidupan kekristenan kita, kehidupan gerejani kita akan lebih tinggi dan menjadi berkat yang besar bagi banyak orang.

Penerapan:
Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kita, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai perbuatan baik. Kita tidak sanggup, tetapi Allah sanggup membuat kita menjadi berkat bagi orang lain. MArilah kita belajar mengucapkan perkataan berkat , perkataan yang baik untuk membangun, dan pula perkataan kasih kepada semua orang.

Pokok Doa:
Haleluya! Tidak ada yang mustahil bagi-Mu. Kalau Engkau sanggup mengubah dan mematangkan Yakub, Engkaupun sanggup melakukan yang sama terhadapku. Tuhan, aku mau bekerjasama dengan-Mu, jadikanlah aku seorang yang selalu memberkati orang lain.

No comments: