Hitstat

22 February 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 1 Jumat

Sumber Amarah - Ego
Kejadian 49:7
“Terkutuklah kemarahan mereka, sebab amarahnya keras, terkutuklah keberangan mereka, sebab berangnya bengis. Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerakkan mereka di antara anak-anak Israel.”

Marah adalah satu kesulitan yang umum. Sangat banyak orang yang mudah marah, suka marah. Tetapi kita harus mengakui bahwa marah adalah kesulitan yang paling dangkal. Seharusnya begitu seseorang percaya Tuhan, ia segera membereskan marahnya; bukan menunggu sampai sepuluh tahun lebih baru menemukan bahwa dirinya mempunyai satu temperamen yang tidak bisa dikendalikan; tidak bisa diatasi. Mengapa begitu banyak orang mudah marah? Mengapa banyak orang Kristen belum menanggulangi temperamennya yang suka marah? Kalau masalah ini tidak dapat dibereskan dengan baik, kita tidak bisa menjadi orang Kristen yang baik. Kita harus mengerti mengapa orang mudah marah, barulah kita mengetahui bagaimana menyelesaikan kesulitan ini.
Marah adalah satu persoalan yang sangat besar, tetapi kalau kita membuka kitab Perjanjian Baru, kita tidak akan menemukan kata marah. Penyakit yang kita anggap paling umum, dalam Alkitab tidak diperhatikan. Mengapa? Karena marah bukan suatu penyakit melainkan suatu gejala penyakit. Kalau kita menganggap marah sebagai penyakit, itu salah. Tak heran kalau kita tidak mampu membereskannya.
Sebenarnya di manakah akar marah seseorang? Semua marah itu berhubungan dengan ego seseorang. Kalau seseorang tidak membereskan ego lalu ingin membereskan marahnya, itu telah salah sasaran. Semua orang marah karena egonya. Kalau ego seseorang di depan Tuhan sudah dibereskan, dengan sendirinya amarahnya akan berlalu. Sebab itu Alkitab memperhatikan ego, tidak memperhatikan amarah. Kalau masalah ego sudah dibereskan, dengan sendirinya masalah amarah bisa diselesaikan.

Beberapa Ekspresi dari Ego
Mat. 16:25

Mengenai ego, di sini kita akan sepintas lalu menyinggung beberapa aspek. Pertama, orang yang subyektif pasti orang yang penuh ego. Dia mengira pandangannya selalu benar, pendapatnya tidak bisa salah. Suatu hari, kalau ada orang lain tidak menyetujui pendapatnya, tidak melakukan menurut maksudnya, ia tidak akan tahan. Hasilnya, ia akan marah, bahkan sangat marah. Kedua, ada orang marah karena menganggap dirinya luar biasa. Ia memandang dirinya terlalu tinggi, menganggap dirinya istimewa. Dengan kata lain, ia sombong. Orang yang sombong, tidak hanya melihat dirinya tinggi, juga menghendaki orang lain memandang dia tinggi. Kalau tidak, ia akan merasa tersiksa, lalu marah! Kita perlu menyingkirkan kesombongan kita, maka kita bisa menyingkirkan amarah kita. Akar amarah adalah kesombongan. Kalau kita mau mengesampingkan diri, mau mengorbankan diri, mau menanggulangi diri, kita akan nampak bahwa beberapa hari ini kita tidak memiliki kekuatan untuk marah, kita tidak ingin marah. Di atas diri kita, marah telah kehilangan kekuatannya.
Ketiga, dalam hal meninggikan diri sendiri, ada satu konsepsi, yaitu orang lain tidak seharusnya setara dengan dirinya, senang bila melihat orang lain gagal; tidak senang melihat orang lain sukses. Konsepsi atau angan-angan demikian adalah iri hati. Orang yang iri hati, begitu melihat saudara lain gagal, ia merasa gembira; melihat seorang saudara berdiri teguh, ia malah tidak gembira. Sikap ini adalah sikap yang paling rendah. Kalau seseorang senang melihat orang lain jatuh, ini sama dengan sikap Iblis. Iblis senang kalau semua orang jatuh. Kalau kita lupa membereskan iri hati, tetapi ingin membereskan marah, itu tidak akan sukses. Kita harus mencabut iri hati dari diri kita, baru kita bisa tidak marah.
Keempat, ada orang yang egonya terekspresi dalam aspek yang lain, yaitu mengasihi diri sendiri. Yang paling ia senangi adalah diri sendiri, yang paling ia perhatikan adalah diri sendiri, yang paling ia hargai adalah dirinya sendiri. Banyak orang marah karena rasa sayang dirinya telah dilukai. Karena itu, ia tidak rela dirinya menderita sedikit kerugian, ia tidak rela menderita sengsara, ia tidak rela menderita kesulitan. Kalau ada orang melukai hatinya, ia segera merasa tidak enak, ia merasa sudah dirugikan, tidak tahan, lalu marah bahkan sangat marah.
Marah itu ada di dalam kita, bukan di dalam situasi lingkungan. Berakhirnya masalah marah itu tergantung pada berapa banyak ego kita dibereskan di depan Allah (Mat. 16:25). Setiap hari banyak perkara menimpa kita. Ketika perkara itu datang satu per satu, kalau kita di depan Tuhan telah mendapat sedikit pelajaran, kita akan tunduk dan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, semua yang Kau atur adalah yang terbaik. Engkau membereskan egoku demikian adalah yang terbaik. Aku rela, Aku taat.” Kemudian, kita akan nampak bahwa kita tidak bisa marah lagi.

Penerapan:
Jika kita tidak hidup dalam persekutuan Roh Kudus, segala usaha yang kita lakukan untuk membereskan ego adalah sia-sia belaka. Hanya Roh Kuduslah Roh kebenaran, Roh realitas. Oleh karena itu, jika kita ingin membereskan ego, kita harus belajar hidup di dalam persekutuan dengan Roh Kudus. Kecuali ini, tidak ada jalan lain.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, bukalah mataku agar aku nampak bahwa aku telah turut disalibkan sewaktu Engkau disalibkan. Kesulitanku hari ini adalah aku sering turun dari salib, sehingga sering timbul masalah.Terapkanlah kematian-Mu ke atas diriku, agar egoku juga turut dimatikan.

No comments: