Hitstat

05 December 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Minggu

Menjamah Takhta Kasih Karunia
Ibrani 4:16
Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Ayat Bacaan: Yoh. 19:31-33, 36

Adalah satu fakta bahwa di bawah kedaulatan Allah, ketika Tuhan mati tersalib bagi kita, tiada satupun tulang Tuhan yang dipatahkan (Yoh.19:31-33, 36). Hal ini menunjukkan hayat-Nya yang tidak tercipta itu tidak dapat dipatahkan. Hayat kita, hayat yang tercipta ini, tidak dapat tahan dengan maut. Satu-satunya hal yang dapat menundukkan maut adalah hayat Allah yang tidak tercipta. Sama seperti terang menelan kegelapan, demikian juga hayat yang tidak tercipta ini menelan maut. Kegelapan hanya dapat diatasi oleh terang. Kita tidak perlu berusaha untuk melemparkan kegelapan, melainkan kita hanya perlu menyalakan terang saja. Segera setelah terang datang maka kegelapanpun sirna. Sama prinsipnya, kapan saja hayat yang tidak tercipta ini masuk, maka maut akan lenyap.
Kita tidak perlu berusaha untuk mengatasi amarah kita, berbelanja kita, ataupun gosip kita. Sebaliknya kita hanya harus membuka diri kepada Allah dan membiarkan kasih karunia-Nya mengalir melalui kita dan memenuhi kita. Kasih karunia yang mengalir ini akan menjadi aktif sebagai Roh itu yang akan menjadi hayat di dalam kita. Hayat ini kemudian akan menundukkan maut dan menelannya. Inilah yang dimaksud dengan memerintah di dalam hayat atas maut.
Ada seorang hamba Tuhan bercerita bahwa jika dia marah sesaat sebelum akan berbicara, di dalamnya akan merasa maut, merasa sulit sekali berbicara di dalam sidang itu. Untuk itu, kapan kala dia mau berbicara di dalam sidang, bagaimanapun sibuknya, dia akan meluangkan waktu lima menit bersama Tuhan. Ketika menyeru nama Tuhan, dia berada di dalam roh, dan dia bertemu dengan Kristus di atas takhta kasih karunia. Dengan demikian dia menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya. Kemudian dia dapat berbicara dengan penuh hayat. Kapan kala kita merasakan maut ada di dalam kita, kita harus kembali ke dalam roh kita, datang kepada Tuhan, menjamah takhta kasih karunia, dibereskan se-penuhnya oleh Dia, maka kita akan mengalami pembasuhan darah dan juga pengurapan yang menghasilkan hayat yang menelan maut.

Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. (Rm. 5:2a)

No comments: