Hitstat

03 February 2008

Matius Volume 9 - Minggu 4 Senin

Saudara- saudara-Ku
Matius 28:10
Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”

Dalam Matius 28:10 Tuhan berkata, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” Sebelum kebangkitan-Nya, Tuhan tidak pernah memanggil murid-murid-Nya dengan kata “saudara-saudara.” Istilah yang paling akrab yang Ia pakai sebelum waktu itu adalah “sahabat-sahabat.” Dalam Yohanes 15:14-15 Ia berkata: “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan apa yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” Tetapi sekarang, setelah kebangkitan-Nya, “sahabat-sahabat”-Nya menjadi “saudara-saudara”-Nya. Melalui kebangkitan-Nya, murid-murid-Nya telah dilahirkan kembali (1 Pet. 1:3) dengan hayat ilahi.
1 Petrus 1:3 mengatakan bahwa kita dilahirkan kembali melalui kebangkitan Kristus. Melalui kebangkitan-Nya, Tuhan memberikan diri-Nya sebagai Roh ke dalam semua murid-murid-Nya. Melalui menerima hayat-Nya, mereka semua dilahirkan kembali, diperbaharui dan menjadi saudara-saudara-Nya. Melalui kebangkitan Kristus, murid-murid menjadi saudara-saudara Tuhan, karena mereka sekarang mempunyai hayat yang sama dengan hayat Tuhan. Tuhan melahirkan kembali mereka melalui kebangkitan-Nya; karena itu mereka tidak lagi semata-mata sebagai murid sahabat-sahabat, tetapi juga sebagai saudara-saudara-Nya. Dengan kematian dan kebangkitan-Nya, banyak saudara telah dimasukkan ke dalam keluarga Allah. Sebab itu dalam ayat yang sama Ia menyebut mereka “saudara-saudara-Ku”. Ini tepat dengan yang dikatakan dalam Ibrani 2:11, yang mengatakan, “Ia tidak malu menyebut mereka saudara”.

Mat. 28:10; Yoh. 15:14-15; 1 Ptr. 1:3; Ibr. 2:11

Tuhan Yesus adalah sebiji gandum yang jatuh ke dalam tanah dan mati, dan menjadi matang di dalam kebangkitan, melahirkan banyak biji gandum untuk menghasilkan seketul roti yang adalah tubuh-Nya (1 Kor. 10:17). Sebelum kematian-Nya, Ia hanya sebutir benih. Tetapi setelah kebangkitan-Nya, biji gandum yang satu ini, yang tunggal, menjadi banyak biji gandum. Inilah perbanyakan hayat melalui kematian dan kebangkitan Kristus.
Di dalam kebangkitan-Nya, Putra Tunggal Allah menjadi “yang sulung di antara banyak saudara” (Rm. 8:29). “Banyak saudara” ini adalah mereka yang telah dilahirkan kembali melalui kebangkitan-Nya dengan hayat ilahi yang dilepaskan oleh kematian-Nya yang membagikan hayat. Melalui kebangkitan-Nya, hayat ilahi Bapa dibagikan ke dalam kita. Maka, kita semua menjadi anak-anak Allah. Dalam cara ini Putra Allah satu-satunya telah menjadi Yang Sulung di antara banyak saudara.
Sebelum kebangkitan-Nya, Kristus, sebagai Putra Tunggal Bapa, adalah ekspresi individu Bapa. Sekarang, melalui kematian dan kebangkitan-Nya, ekspresi Bapa yang individu telah menjadi ekspresi korporat Allah Bapa di dalam Putra. Banyak saudara Kristus sebagai “banyak anak” Bapa adalah “gereja” (Ibr. 2:10-12) menjadi ekspresi korporat Allah Bapa di dalam Putra. Ini adalah maksud ultima Allah. Karena itu, banyak saudara adalah perluasan hayat Bapa dan pelipatgandaan Putra di dalam hayat ilahi. Maka itu, dalam kebangkitan Tuhan, tujuan kekal Allah tergenapkan.
Dalam Roma 8:29 tertera “banyak saudara”; dalam Ibrani 2:10 tertera “banyak putra” (Tl). Dari pihak Tuhan Yesus, mereka adalah “saudara”; dari pihak Allah Bapa, mereka adalah “putra”. Kedua kata tersebut dalam konteksnya mengandung arti kedewasaan. Yang dikehendaki Allah adalah anak-anak yang sudah bertumbuh dewasa. Allah menghendaki anak-anak-Nya tinggal di rumah-Nya; Ia ingin mereka berbagian dalam kemuliaan-Nya. Bagaimana Allah dapat mewujudkan tujuan itu? Dengan membenarkan mereka, lalu memuliakan mereka. Allah menetapkan diri-Nya memiliki banyak anak, menetapkan anak-anak itu bertumbuh dewasa dan bertanggung jawab, bersama-Nya menikmati kemuliaan. Inilah tujuan-Nya dalam menebus umat manusia.

Doa:
Tuhan Yesus, betapa mulia dan hormatnya kedudukan yang Engkau berikan kepadaku. Aku yang asalnya adalah orang dosa yang kasihan dan tidak layak ini, menjadi sahabat-Mu, bahkan lebih maju lagi. Di dalam kebangkitan Engkau telah melahirkan aku menjadi saudara-saudara-Mu, memiliki hayat dan sifat yang sama dengan-Mu.

No comments: