Hitstat

23 April 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Jumat

Diubah Menjadi Batu-batu Hidup Bagi Pembangunan Allah
Yohanes 1:41a, 42
Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, ..., Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”

Ayat Bacaan: Yoh. 1:41-42; Mat. 16:18; 1 Kor. 3:12; 1 Ptr. 1:2:5; 3:5; Ef. 2:22

Ketika Yohanes Pembaptis berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah”, kedua muridnya malah tertarik kepada-Nya. Salah seorang dari murid itu bernama Andreas, dan yang lain boleh jadi Yohanes, penulis Injil ini, yang tidak menyebutkan namanya sendiri. Segera setelah Andreas berjumpa dengan Yesus, ia mendapati saudaranya yang bernama Simon dan memimpinnya kepada Yesus (Yoh. 1:41-42). Ketika Tuhan memandang Simon, Dia mengubah namanya menjadi Kefas, atau Petrus, yang berarti batu.
Tuhan mengubah nama Simon menjadi Petrus adalah berkaitan dengan pembangunan gereja (Mat. 16:18), pembangunan rumah rohani (1 Ptr. 3:5). Batu menyiratkan hasil dari pekerjaan pengubahan untuk menghasilkan bahan bagi bangunan Allah (1 Kor. 3:12). Dalam Yohanes pasal satu, kita mempunyai Anak Domba, burung merpati dan batu, yang kesemuanya ini merupakan gambaran-gambaran. Maknanya adalah penebusan (Anak Domba) ditambah dengan pengurapan Roh Kudus (merpati) akan menghasilkan bahan-bahan bagi pembangunan rumah Allah, yakni gereja hari ini.
Secara alamiah kita bukanlah batu, tapi tanah liat. Namun, karena kita telah menerima hayat ilahi dengan sifat ilahi melalui kelahiran kembali, kita dapat ditransformasi menjadi batu-batu, bahkan menjadi batu-batu berharga, melalui menikmati Kristus sebagai suplai hayat (2 Kor. 3:18). Tanah liat tidak dapat digunakan untuk membangun rumah rohani, sebab tanah liat melambangkan manusia alamiah kita. Namun Puji Tuhan, melalui penebusan dan kelahiran kembali, kita diubah menjadi batu-batu hidup bagi pembangunan tempat kediaman Allah di dalam roh (Ef. 2:22).
Menjadi batu saja tidak cukup. Sebagai batu-batu hidup, kita perlu terbangun bersama menjadi sebuah bangunan. Sebuah rumah sudah pasti tersusun dari satu batu di atas batu lainnya. Lebih dari seratus tahun yang lalu, Saudara Stooneg, seorang saleh dari Inggris berkata, “Ada satu perkara yang paling indah dan paling ajaib setelah aku beroleh selamat, yaitu pada suatu hari aku menyadari bahwa diriku adalah sebuah bahan untuk pembangunan tempat kediaman Allah. Inilah satu perkara yang paling ajaib.”

No comments: