Hitstat

26 September 2015

Ibrani - Minggu 18 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Ibr. 8:10-12


Apakah isi perjanjian yang baru? Isi perjanjian yang baru mencakup empat hal; yang pertama ialah menyalurkan hukum hayat (ay. 10, Rm. 8:2). Setiap hayat memiliki suatu hukum. Semakin tinggi hayat itu, semakin tinggi hukumnya. Hayat ilahi yang kita terima dari Allah adalah hayat yang paling tinggi, karena itu, hayat ini memiliki hukum yang paling tinggi, yaitu hukum yang disinggung di sini. Dengan menyalurkan hayat ilahi-Nya ke dalam kita, Allah meletakkan hukum yang paling tinggi ini ke dalam roh kita. Dari roh kita, hukum ini menyebar ke bagian-bagian batin kita, seperti pikiran, emosi, dan tekad kita.

Hukum hayat berbeda dengan hukum harfiah. Hukum hayat mengatur kita dari dalam, oleh, dan menurut unsur hayatnya, sedangkan hukum harfiah mengatur kita dari luar, oleh, dan menurut huruf-huruf yang mati. Hukum harfiah yang mati itu tergantung pada ajaran-ajaran yang di luar, tetapi hukum hayat tergantung pada kesadaran yang di dalam. Karena kita semua, besar atau kecil, telah memiliki hukum hayat ini, maka kita tidak memerlukan ajaran-ajaran yang di luar yang menurut hukum harfiah (8:11).

Ayat 10 juga mengatakan bahwa Tuhan akan menuliskan hukum-hukum-Nya di dalam hati kita. Terlebih dulu Allah menyalurkan hukum-hukum-Nya ke dalam kita, kemudian menuliskannya dalam hati kita. Dia menuliskannya pada saat kita sedang mengalami hukum hayat ini. Semakin banyak kita mengalami hukum hayat, semakin banyak pula hukum-hukumnya tertulis ke dalam setiap bagian hati kita. Jadi, hukum-hukum ini tersusun ke dalam setiap bagian insan batiniah kita melalui pengalaman kita.

Butir kedua dari isi perjanjian yang baru ialah berkat mendapatkan Allah menjadi Allah kita, dan kita menjadi umat-Nya. Hayat ini membuat kita bisa menikmati Allah dalam persekutuan dengan Allah dalam perjanjian yang lama, Allah menjadi Allah umat-Nya berdasarkan kesepuluh hukum. Allah menjadi Allah mereka menurut hukum harfiah yang usang, dan mereka juga menjadi umat-Nya menurut hukum harfiah pula. Namun, hari ini Allah menjadi Allah kita bukan menurut bukum harfiah, melainkan menurut hayat batiniah; dan kita menjadi umat-Nya juga bukan menurut peraturan tertulis, melainkan menurut hayat batiniah. Maka Allah menjadi Allah kita, dan kita menjadi umat-Nya adalah berdasarkan hukum hayat. Hari ini hubungan Allah dengan kita sepenuhnya berdasarkan hukum hayat ini, yaitu sebagai hubungan yang mutlak berada dalam hayat. Karena itu hidup maupun tindak tanduk kita hari ini seharusnya bukan berdasarkan pengetahuan hukum harfiah, tetapi berdasarkan kesadaran hukum hayat.

Dalam perjanjian yang baru terdapat pula fungsi hukum hayat yang olehnya kita bisa mengenal Allah secara hayat dalam batin (ay. 11). Kita tidak memerlukan pengajaran yang di luar, sebab kita, dapat mengenal Tuhan berdasarkan perasaan hayat.

Butir terakhir dari isi perjaniian yang baru ialah menggenapkan pendamaian bagi ketidakbenaran kita dan mengampuni dosa-dosa kita (8:12). Kristus menjadi pendamaian bagi dosa-dosa kita untuk memuaskan tuntutan kebenaran (keadilan) Allah (2:17), sehingga kita didamaikan dengan Allah. Allah menaruh belas kasihan terhadap kita karena Kristus telah menggenapkan pendamaian bagi dosa-dosa kita. Berdasarkan pendamaian inilah Allah mengampuni dosa-dosa kita. Dalam Ibrani 8:12 Tuhan berkata bahwa Ia "tidak lagi mengingat dosa-dosa kita". Di sini kita nampak bahwa Allah akan melupakan dosa-dosa kita. Mengampuni berarti melupakan; melupakan dosa-dosa barulah berarti mengampuni dosa-dosa dengan sesungguhnya. Bila Anda memaafkan saya, berarti Anda harus melupakan semua kesalahan saya. Tanpa melupakan kesalahan, pengampunan tidaklah sungguh-sungguh. Allah tidak saja mengampuni dosa-dosa kita, tetapi juga melupakan dosa-dosa kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 36

No comments: