Hitstat

18 September 2015

Ibrani - Minggu 17 Jumat



Pembacaan Alkitab: Za. 6:12-13; Yoh. 3:16; 1:4; 14:6


Sekarang kita sedang dalam perjalanan menuju kesempurnaan, yakni dalam proses penyempumaan. Sebagai Perintis, Kristus telah masuk ke dalam kesempurnaan itu, Ia pun akan membawa kita memasukinya. Kita pasti diselamatkan dengan sempurna. Diselamatkan dengan sempurna berarti dibawa ke dalam kesempurnaan Kristus yang penuh lengkap, tanpa kesia‑siaan, perhambaan, kesakitan, kerusakan, dan keluh kesah. Keselamatan yang demikian adalah ministri imamat ilahi Kristus. Ketika kita membaca Ibrani 8, kita akan nampak bahwa inilah ministri yang lebih indah yang dibicarakan di sana. Ministri yang lebih indah adalah ministri imamat rajani dan ilahi.

Imamat rajani adalah untuk pembangunan Allah. Zakharia 6:12‑13 menerangkan bahwa Kristus menjadi Imam rajani; di samping menjadi Raja, Ia pun menjadi Imam dengan tujuan untuk membangun Bait Allah. Karena itu, tujuan imamat rajani adalah untuk membangun gereja, sebab imamat rajanilah yang memelihara keadaan dalam kebenaran dan kedamaian. Keadaan yang demikian—kebenaran dan kedamaian—memungkinkan kelangsungan pembangunan Allah. Sementara ministri imamat rajani ini berlangsung, tersusunlah imamat ilahi dari unsur hayat yang tidak dapat rusak, untuk mengikis semua produk sampingan maut. Kini kita harus melihat apa sebenamya hayat yang tidak dapat rusak, yang menjadi unsur imamat ilahi itu.

Pertama, hayat yang tidak dapat rusak ini adalah hayat Allah sendiri. Istilah "hayat Allah" dalam seluruh Alkitab hanya terdapat sekali, yaitu dalam Efesus 4:18, "Dan pengertiannya yang gelap, terpisah dari hayat Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kekerasan hati mereka." (T1). Orang yang tidak beriman terpisah dari hayat Allah, tetapi kita bersatu dengan hayat Allah, karena Allah telah menghubungkan hayat‑Nya dengan kita. Kesatuan semacam ini sama seperti satu anggota tubuh bersatu atau berhubungan dengan anggota lainnya. Karena hayat Allah telah bersatu dengan kita sedemikian rupa, maka kita tidak mungkin terpisah lagi dengan hayat‑Nya. Satu Korintus 6:17 mengatakan, "Tetapi Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia." Hayat Allah dapat bersatu dengan kita, ini bukan satu hal yang kecil. Kita harus melupakan semua ajaran manusia yang mengajar kita untuk menjadi orang yang beretika dan berkelakuan baik. Kita harus memusatkan perhatian kita sepenuhnya pada kebutuhan kita yang riil, yakni hayat Allah.

Hayat yang tidak dapat rusak ini adalah hayat yang kekal (Yoh. 3:16). Hayat yang kekal ialah hayat yang super, tanpa awal dan akhir, juga tidak terbatas oleh waktu maupun ruang. Hayat yang kekal terlampau tinggi sehingga tidak dapat dilukiskan, dan melampaui pengertian kita. Imamat ilahi Kristus terbentuk dari hayat yang sedemikian ini. Hayat yang tidak dapat rusak ini juga bukan hayat ciptaan (Yoh. 1:4). Setiap hayat, mulai dari hayat malaikat hingga hayat nabati adalah hayat ciptaan. Hanya hayat yang tidak dapat binasa inilah bukan hayat ciptaan. Walaupun hayat ini bukan hayat ciptaan, namun hayat ini dapat menciptakan sesuatu. Hayat ini senantiasa menciptakan sesuatu yang positif dalam hidup gereja (church life), kehidupan keluarga, dan kehidupan kristiani kita. Dari hari ke hari, kita dapat menikmati hayat yang bisa menciptakan tetapi bukan hayat ciptaan ini sebagai hayat kita.

Hayat yang tidak dapat rusak ini adalah Kristus itu sendiri (Yoh. 14:6a; 1 Yoh. 5:12; Kol. 3:4a). Segala sesuatu yang di luar Kristus (Kristus adalah Allah) bukanlah hayat yang tidak dapat rusak. Hayat ini tidak saja memiliki fungsi dan kemampuan, bahkan merupakan satu persona yang ajaib. Kita perlu mengalami hayat ini setiap hari.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 34

No comments: