Hitstat

28 September 2015

Ibrani - Minggu 19 Senin



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:3


Isi perjanjian yang lebih mulia mencakup empat hal: penyaluran hukum hayat ke dalam kita; Allah menjadi Allah kita dan kita menjadi umat‑Nya; kecakapan batiniah untuk mengenal Allah; dan pendamaian bagi ketidakbenaran serta pengampunan dosa‑dosa kita. Keempat hal ini seluruhnya berfokus pada hukum hayat. Karena itu, dalam berita ini kita akan membahas apakah sebenarnya hukum hayat itu.

Untuk mengenal hukum hayat perlulah kita lebih dulu melihat beberapa hal lain yang merupakan latar belakang yang penting. Selama beberapa tahun ini kita berulang-ulang menegaskan satu inti pokok, yaitu kehendak kekal Allah ialah ingin menyalurkan diri‑Nya ke dalam kita, agar kita menjadi ekspresi‑Nya yang hidup. Hal ini telah digenapkan Allah. Walaupun ada beberapa masalah negatif, misalnya Iblis dan dosa telah datang mengganggu, namun semuanya itu telah menjadi sejarah masa lalu dikarenakan adanya penyaliban Kristus yang almuhit. Penyaliban Kristus yang almuhit telah mengakhiri setiap hal negatif. Karena itu, Iblis dan dosa telah menjadi satu sejarah. Sayang, sedikit sekali orang Kristen yang nampak hal ini; mereka selalu mengira bahwa hal‑hal itu masih tetap menganggu dan menghambat mereka. Tetapi itu dusta, hal‑hal negatif itu telah menjadi sejarah. Pada suatu hari, ketika kita semua memasuki Yerusalem Baru, kita akan menertawakan Iblis, dan berkata kepadanya, "Hai Iblis, sekarang aku tahu bahwa kamu tidak lain satu sejarah belaka. Bagiku kamu bukanlah apa‑apa. Aku berada di kawasan baru, yakni dalam wilayah langit baru dan bumi baru. Iblis, aku kini berada dalam Yerusalem Baru, dan kamu adalah satu sejarah." Apakah yang telah membuat semuanya itu menjadi satu sejarah? Penyaliban Kristus yang almuhit.

Bahkan kelahiran kembali, kelahiran ulang kita, juga merupakan suatu sejarah. Sebenarnya kita dilahirkan kembali pada dua puluh abad yang lalu, yakni pada waktu Kristus bangkit dari kematian (1Ptr. 1:3). Menurut perasaan Anda, Anda dilahirkan kembali beberapa tahun yang lalu, tetapi dalam pandangan Allah, Anda dilahirkan kembali pada dua puluh abad yang lalu. Karena itu, kelahiran kembali kita juga telah menjadi satu sejarah. Ketika kita dilahirkan kembali, kecakapan batiniah untuk mengenal Allah juga telah dikaruniakan ke dalam kita. Hal ini pun merupakan peristiwa yang terjadi dua, puluh abad yang lalu. Semua hal ini telah menjadi fakta yang rampung yang telah diwasiatkan kepada kita sebagai warisan. Bila kita telah dicelikkan, kita tidak perlu meminta, cukup berkata saja kepada Tuhan, "0 Tuhan, terima kasih atas warisan‑Mu itu. Terima kasih atas wasiat‑Mu. Aku cukup mengambilnya, menerimanya, dan menikmatinya."

Baiklah sekarang kita melihat hukum hayat. Inti kemah surgawi, Pelayan surgawi, pelayanan yang lebih agung, perjanjian yang lebih mulia, dan janji‑janji yang lebih mulia ialah hukum hayat. Apakah sumber hukum hayat itu? Sumber hukum hayat ialah hayat itu sendiri. Lalu apakah hayat? Hayat ialah Allah sendiri. Ketika Allah diekspresikan, Dia adalah Putra (1:3a, 8a). Ketika Putra, yakni Allah sendiri direalisasikan sebagai Roh, Ia adalah hayat kita (2Kor. 3:17a; 1Kor. 15:45b). Hayat ialah Allah di dalam Kristus sebagai Roh, masuk ke dalam kita. Karena itu, Roh itu juga disebut Roh hayat (Rm. 8:2), dan hayat ini adalah hayat yang kekal dan ilahi. Dari hayat ini, datanglah hukum hayat melalui kelahiran kembali dari Roh hayat (Yoh. 3:5‑6). Ketika kita dilahirkan kembali oleh Roh hayat, hayat yang kekal dan ilahi disalurkan ke dalam kita, dan dari hayat inilah muncul hukum hayat dalam batin kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 37

No comments: