Hitstat

25 September 2015

Ibrani - Minggu 18 Jumat



Pembacaan Alkitab: Ibr. 8:8


Warisan kedua dalam perjanjian yang baru adalah Allah telah menaruh hayat-Nya di dalam kita dan hayat ini berkembang menjadi banyak hukum di dalam bagian batiniah kita. Ini bukan janji melainkan fakta yang telah rampung dan telah diwariskan kepada kita, bahkan sebelum kita lahir. Sebelum orang tua kita memberikan hayat jasmani mereka ke dalam kita, Allah sudah memberikan hayat-Nya ke dalam kita. Fakta yang telah rampung ini telah diwariskan kepada kita oleh Kristus sebagai warisan kita. Kita semua perlu nampak hal ini. Bila Anda belum pernah melihat Kota Anaheim, Anda mungkin sulit mempercayai apa yang Anda dengar tentang kota ini. Tetapi bila Anda pernah ke Anaheim dan melihat sendiri kota itu, tidak mungkin Anda tidak percaya apa yang Anda lihat. Demikian pula, kita semua perlu melihat warisan kita. Haleluya, dosa telah dihapuskan, dan sebelum kita lahir, hayat ilahi telah ditaruh di dalam diri kita! Bukan itu saja, hayat itu juga telah berkembang menjadi beberapa hukum di dalam, setiap bagian diri kita.

Warisan ketiga adalah Allah menjadi Allah kita dan kita menjadi umat-Nya. Kedua hal ini adalah menurut hukum hayat. dalam perjanjian yang lama, Allah menjadi Allah umat-Nya menurut hukum tertulis yang luaran, dan umat-Nya menjadi umat Allah juga menurut hukum itu. Tetapi dalam perjanjian yang baru, Allah menjadi Allah kita dan kita menjadi umat-Nya menurut hukum hayat yang batiniah. Ini adalah masalah hayat batiniah, bukan pengetahuan lahiriah dalam perjanjian yang baru, Allah menanggulangi kita bukan menurut peraturan lahiriah, melainkan menurut hukum hayat yang batiniah, dan kita hidup bersama-Nya bukan menurut pengetahuan tertulis, melainkan menurut perasaan hayat.

Warisan keempat ialah kecakapan batiniah untuk mengenal Allah. Percayakah Anda bahwa kita mempunyai kecakapan batiniah untuk mengenal Allah? Bagaimana Anda dapat membuktikan bahwa kita memiliki kecakapan batiniah sedemikian? Hal ini tidak mungkin dibuktikan dengan ajaran atau doktrin, namun dapat dibuktikan dengan pengalaman kita. Misalnya, seorang saudari pergi berbelanja di toko yang kebetulan sedang mengadakan obral. Saat ia hendak membeli sesuatu, ada suara dalam batinnya berkata, "Jangan kau sentuh barang itu, Allah tidak menyukainya!" Ketika ia akan memilih barang lain, dalam batin ada suara yang berkata, "Allah juga tidak menyukai ini." Saya yakin hampir setiap saudari mempunyai pengalaman demikian. Ini menunjukkan bahwa saudari-saudari mempunyai kecakapan batiniah untuk mengenal Allah. Anda tidak dapat menyangkal bahwa di dalam Anda ada kecakapan batiniah yang sedemikian.

Walaupun keempat hal ini semuanya telah rampung dan menjadi warisan kita sebelum kita lahir, tetapi sebelum kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita tidak dapat mengalaminya. Sejak kita percaya kepada Tuhan Yesus, semua hal ini baru tergarap ke dalam kita. Pada suatu hari kita berkata, "O Tuhan Yesus, Engkaulah Juruselamatku. Aku percaya kepada-Mu. Syukur kepada-Mu atas darah-Mu dan atas pembasuhan-Mu." Segera setelah berdoa demikian, keempat hal perjanjian baru ini menjadi realitas kita.                                                                                 

Kristus adalah Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia (8:6). Perjanjian yang baru lebih mulia daripada perjanjian yang lama, sama halnya dengan realitas seseorang lebih indah daripada fotonya. Perjanjian yang lama ibarat sebuah foto, yang hanya memiliki bentuk lahiriah saja, tetapi perjanjian yang baru, ibarat personanya yang sejati, yang mengandung hayat batiniah serta setiap realitasnya. Perjanjian yang lama tanpa hayat, namun perjanjian yang baru tersusun dengan hayat yang tidak dapat binasa. Setiap hal dalam perjanjian yang baru jauh lebih mulia daripada hal-hal yang terdapat dalam perjanjian yang lama, karena semua yang terdapat dalam perjanjian yang baru adalah realitas. Itulah sebabnya perjanjian yang baru lebih mulia daripada perjanjian yang lama.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 36

No comments: