Hitstat

23 August 2012

Galatia - Minggu 19 Kamis


Pembacaan Alkitab: Gal. 5:16, 25; Flp. 3:16-18


Bertahun-tahun saya berusaha memahami Galatia 5:25, di mana pada satu pihak Paulus berkata tentang hidup oleh Roh, dan pada pihak lain ia mengatakan hidup dipimpin oleh Roh. Saya tidak mengerti perbedaan antara hidup dan hidup dipimpin. Bagi saya, hidup dipimpin itu mencakup hidup. Akhirnya saya baru nampak bahwa hidup oleh Roh berarti, pertama-tama mendapatkan hayat, kemudian menempuh hidup. Dilahirkan adalah perkara sekali untuk selamanya, tetapi mendapatkan hayat dan menempuh hidup bukan sekali untuk selamanya, melainkan perkara seumur hidup, sebab kita tidak henti-hentinya menerima hayat untuk hidup. Sebagai contoh, untuk tetap hidup kita perlu bernafas dari saat ke saat, tidak cukup hanya bernafas pada saat kita dilahirkan. Demikian pula, kita perlu menerima hayat dari saat ke saat untuk hidup. Jadi, hidup oleh Roh di sini berarti mendapatkan hayat dan kemudian menempuh hidup. Begitu kita mendapatkan hayat dan hidup, kita dapat berjalan, yakni menempuh hidup dengan cara tertentu.

Bila kita membandingkan kedua jenis hidup ini, kita tahu bahwa yang kedua lebih teratur daripada yang pertama. Pada pola hidup yang kedua, kita perlu bertindak seperti pasukan yang berbaris dengan langkah-langkah yang seirama, sedangkan pada pola hidup yang pertama, kita bertindak dengan bebas. Namun kedua jenis pola hidup ini, baik yang biasa atau yang teratur dalam sebuah barisan, semua adalah oleh Roh.

Dalam Surat-surat Kirimannya, Paulus memakai ungkapan “Roh itu” beberapa kali, teristimewa dalam Kitab Galatia. Padahal, dalam Kitab Galatia Paulus tidak pernah sekali pun mengatakan tentang Roh Kudus, walaupun ia beberapa kali menyinggung “Roh itu”. Besar sekali perbedaan antara pemakaian istilah “Roh Kudus” dengan istilah “Roh itu”. Dalam Kejadian 1:2 Roh Allah diungkapkan sehubungan dengan penciptaan. Kemudian Roh TUHAN, atau Roh Yehova dipakai sehubungan dengan persekutuan antara Allah dengan umat-Nya. Istilah Roh Kudus baru dipakai dalam Perjanjian Baru. (Dipakainya istilah ini pada beberapa tempat dalam Perjanjian Lama versi King James dalam bahasa Ibrani seharusnya diterjemahkan “Roh kekudusanNya”). Roh Kudus baru ditampilkan sehubungan dengan dikandungnya Tuhan Yesus dalam rahim Maria, sebab kehendak Allah ialah melahirkan satu Persona yang kudus. Jadi, Roh Kudus ingin menghasilkan sesuatu yang kudus dari sifat insani. Ungkapan “Roh itu” dipakai untuk Roh Allah hanya setelah kebangkitan Kristus.

Dalam Perjanjian Lama minyak urapan kudus adalah lambang Roh itu. Minyak urapan ini merupakan sesuatu benda majemuk yang terdiri atas campuran minyak zaitun dengan empat jenis rempah-rempah (Kel. 30:22-33). Rempah-rempah ini melambangkan aspek kematian dan kebangkitan Kristus. Fakta bercampurnya keempat macam rempah-rempah dengan minyak zaitun menunjukkan bahwa sifat insani, kematian, dan kebangkitan Kristus telah berbaur ke dalam Roh Allah, sehingga menjadi Roh majemuk. Roh majemuk ini adalah Roh itu dalam Perjanjian Baru. Sebelum Tuhan Yesus dimuliakan, Roh majemuk semacam ini “belum ada”. Tetapi sesudah kebangkitan-Nya, kematian dan kebangkitan-Nya dibaurkan dengan Roh Allah sehingga menjadi Roh itu; Roh majemuk yang bukan hanya mengandung sifat ilahi, tetapi juga sifat insani, khasiat kematian Kristus, dan kuasa kebangkitan-Nya. Karena itu, setelah kebangkitan Tuhan Yesus, Roh Allah, Roh Yehova, Roh Kudus, kini adalah Roh itu, yakni Roh yang almuhit.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 38

No comments: