Pembacaan
Alkitab: Gal. 5:16, 25; Flp. 3:16-18
Bertahun-tahun saya berusaha memahami Galatia 5:25, di mana pada
satu pihak Paulus berkata tentang hidup oleh Roh, dan pada pihak lain ia
mengatakan hidup dipimpin oleh Roh. Saya tidak mengerti perbedaan antara hidup
dan hidup dipimpin. Bagi saya, hidup dipimpin itu mencakup hidup. Akhirnya saya
baru nampak bahwa hidup oleh Roh berarti, pertama-tama mendapatkan hayat,
kemudian menempuh hidup. Dilahirkan adalah perkara sekali untuk
selamanya, tetapi mendapatkan hayat dan menempuh hidup bukan sekali untuk
selamanya, melainkan perkara seumur hidup, sebab kita tidak henti-hentinya
menerima hayat untuk hidup. Sebagai contoh, untuk tetap hidup kita perlu
bernafas dari saat ke saat, tidak cukup hanya bernafas pada saat kita
dilahirkan. Demikian pula, kita perlu menerima hayat dari saat ke saat untuk
hidup. Jadi, hidup oleh Roh di sini berarti mendapatkan hayat dan kemudian
menempuh hidup. Begitu kita mendapatkan hayat dan hidup, kita dapat berjalan,
yakni menempuh hidup dengan cara tertentu.
Bila kita membandingkan kedua jenis hidup ini, kita tahu bahwa
yang kedua lebih teratur daripada yang pertama. Pada pola hidup yang kedua,
kita perlu bertindak seperti pasukan yang berbaris dengan langkah-langkah yang
seirama, sedangkan pada pola hidup yang pertama, kita bertindak dengan bebas.
Namun kedua jenis pola hidup ini, baik yang biasa atau yang teratur dalam
sebuah barisan, semua adalah oleh Roh.
Dalam Surat-surat Kirimannya, Paulus memakai ungkapan “Roh itu”
beberapa kali, teristimewa dalam Kitab Galatia. Padahal, dalam Kitab Galatia
Paulus tidak pernah sekali pun mengatakan tentang Roh Kudus, walaupun ia beberapa
kali menyinggung “Roh itu”. Besar sekali perbedaan antara pemakaian istilah
“Roh Kudus” dengan istilah “Roh itu”. Dalam Kejadian 1:2 Roh Allah diungkapkan
sehubungan dengan penciptaan. Kemudian Roh TUHAN, atau Roh Yehova dipakai
sehubungan dengan persekutuan antara Allah dengan umat-Nya. Istilah Roh Kudus
baru dipakai dalam Perjanjian Baru. (Dipakainya istilah ini pada beberapa
tempat dalam Perjanjian Lama versi King James dalam bahasa Ibrani seharusnya
diterjemahkan “Roh kekudusanNya”). Roh Kudus baru ditampilkan sehubungan dengan
dikandungnya Tuhan Yesus dalam rahim Maria, sebab kehendak Allah ialah
melahirkan satu Persona yang kudus. Jadi, Roh Kudus ingin menghasilkan sesuatu
yang kudus dari sifat insani. Ungkapan “Roh itu” dipakai untuk Roh Allah hanya
setelah kebangkitan Kristus.
Dalam Perjanjian Lama minyak urapan kudus adalah lambang Roh
itu. Minyak urapan ini merupakan sesuatu benda majemuk yang terdiri atas
campuran minyak zaitun dengan empat jenis rempah-rempah (Kel. 30:22-33).
Rempah-rempah ini melambangkan aspek kematian dan kebangkitan Kristus. Fakta
bercampurnya keempat macam rempah-rempah dengan minyak zaitun menunjukkan bahwa
sifat insani, kematian, dan kebangkitan Kristus telah berbaur ke dalam Roh
Allah, sehingga menjadi Roh majemuk. Roh majemuk ini adalah Roh itu dalam
Perjanjian Baru. Sebelum Tuhan Yesus dimuliakan, Roh majemuk semacam ini “belum
ada”. Tetapi sesudah kebangkitan-Nya, kematian dan kebangkitan-Nya dibaurkan
dengan Roh Allah sehingga menjadi Roh itu; Roh majemuk yang bukan hanya
mengandung sifat ilahi, tetapi juga sifat insani, khasiat kematian
Kristus, dan kuasa kebangkitan-Nya. Karena itu, setelah kebangkitan Tuhan
Yesus, Roh Allah, Roh Yehova, Roh Kudus, kini adalah Roh itu, yakni Roh yang
almuhit.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 2, Berita 38
No comments:
Post a Comment