Hitstat

26 February 2013

Efesus - Minggu 23 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:17-21


Orang-orang yang tidak percaya tidak mengenal Allah dan hal-hal rohani, bahkan mereka enggan untuk mengenal. Betapa besar rahmat-Nya, kita tidak saja memiliki pengetahuan yang wajar, juga berhasrat untuk mengenal-Nya! Dalam batin kita ada hasrat untuk mengenal Allah, mengenal hayat, dan mengenal hal-hal rohani, ini adalah suatu berkat yang besar. Sebelum kita diselamatkan, kita tidak memiliki hasrat ini. Seperti orang-orang kafir, kita kekurangan pengetahuan maupun hasrat untuk mengetahui. Tetapi sekarang kita lapar dan dahaga untuk mengenal Allah. Semakin kita dapat mengenal Dia dan hayat ilahi, semakin baik. Setiap orang Kristen yang tidak menuntut untuk mengenal Tuhan tidak mungkin gembira dan puas. Menuntut Tuhan dan menuntut mengenal hayat dan hal-hal Allah adalah sumber sukacita yang besar. Itulah sebabnya kita begitu gembira dalam sidang-sidang gereja. Itu pula sebabnya saya memiliki satu sukacita batiniah ketika saya menyuplaikan firman kepada umat Tuhan. Ada sesuatu yang dari Tuhan telah tertabur ke dalam kita, dan memberi kita hasrat untuk mengenal Dia.

Sebab lainnya mengapa orang-orang kafir itu dijauhkan dari hayat Allah, ialah karena kekerasan hati mereka. Kekerasan hati manusia yang jatuh adalah sumber kegelapan dalam pengertian mereka dan kesia-siaan pikiran mereka. Sebelum kita beroleh selamat, kita juga berhati keras. Kita seolah-olah tidak dapat dimasuki firman, dan firman Allah tidak dapat masuk ke dalam kita. Demikianlah situasi orang tidak percaya hari ini.

Ayat 17-19 merupakan latar belakang hitam dari apa yang Paulus katakan dalam ayat 20, “Tetapi bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus.” Perjanjian Baru sangat tegas menunjukkan bahwa kita harus memperhidupkan Kristus. Dalam Filipi 1:21 Paulus menyatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus.” Tetapi dalam Efesus 4:20 ini dikatakan bahwa kita telah mempelajari Kristus. Perhatikan, Paulus di sini memakai kata kerja kala lampau (past tense) dalam mengatakan perihal mempelajari Kristus, demikian pula ayat berikutnya, yang mengatakan, “Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran (realitas) yang nyata dalam Yesus.” Masalah mempelajari Kristus menurut realitas yang nyata dalam Yesus sulit dimengerti, kita harus merenung­kannya dengan sangat cermat.

Kristus tidak saja sebagai hayat bagi kita, tetapi juga teladan (Yoh. 13:15; 1 Ptr. 2:21). Kita belajar dari Dia (Mat. 11:29) menurut teladan-Nya, bukan dengan hayat alamiah kita, melainkan dengan Dia sebagai hayat kita dalam kebangkitan. Menurut Perjanjian Baru, Tuhan Yesus tidak langsung masuk ke dalam kita sebagai hayat, melainkan setelah Ia hidup di bumi selama tiga puluh tahun, Ia melayani selama tiga setengah tahun. Selama hidup-Nya di bumi tiga puluh tiga setengah tahun itu, Ia meletakkan satu model, satu cetakan, satu teladan. Hal ini merupakan perkara yang sangat bermakna. Salah satu alasan dari penulisan keempat Injil ialah memperlihatkan teladan hayat yang dikehendaki Allah, cetakan hayat yang dapat memuaskan Allah serta memenuhi kehendak-Nya. Karena alasan inilah Perjanjian Baru memberi kita satu biografi unik dari Tuhan Yesus, yang ditulis dari empat aspek. Setelah Tuhan Yesus meletakkan teladan yang diwahyukan dalam keempat kitab Injil, Ia tersalib di atas salib dan kemudian masuk ke dalam kebangkitan. Dalam kebangkitan inilah Ia masuk ke dalam kita menjadi hayat kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 46

No comments: