Hitstat

09 January 2006

Wahyu Volume 7 - Minggu 3 Senin

Allah Telah Mengingat Segala Kejahatannya
Wahyu 18:5
“Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya.”

“Dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit.” Perkataan ini sungguh mengerikan. Itulah sebabnya ayat 6-7 melanjutkan, “Balaskanlah kepadanya, ... berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan, sebanyak kemuliaan dan kemewahan, yang telah ia nikmati. Sebab ia berkata di dalam hatinya: Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, dan aku tidak akan pernah berkabung.”
Ketika Daud kembali ke Yerusalem dari pelariannya, Mefiboset bin Saul menyongsong raja. Sejak raja pergi sampai hari ia pulang dengan selamat, ada tiga perkara yang tidak dilakukan oleh Mefiboset: yaitu ia tidak membersihkan kakinya, ia tidak memelihara janggutnya, pakaiannya tidak dicucinya (2 Sam 19:24). Apakah artinya ini? Inilah hati seorang janda! Mefiboset merasa bahwa Daud yang memperlakukannya dengan kasih karunia sudah tidak di sini lagi, karena itu apakah gunanya berdandan dan menghiasi diri agar kelihatan cantik? Sikap kita pun seharusnya demikian. Dunia ini telah menolak Tuhan kita, dunia telah memaku Tuhan kita di kayu salib, karena itu, hari ini, di dunia ini, hati kita haruslah hati seorang janda. Kita bisa menolak dunia, bisa tidak mengasihi dunia, bukan karena dunia tidak menarik, melainkan karena orang yang kita cintai tidak ada lagi di sini. Yang Dia terima di bumi ini tidak lain sebuah kuburan, karena itu kita tidak bisa menikmati kemuliaan dan kemewahan dalam dunia. Tetapi Babel besar itu justru berkata dalam hatinya, “Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, ....” Itulah sebabnya Tuhan mengingat segala kejahatannya dan menghakiminya dengan sangat hebat.

Kebinasaan Mutlak Babel
Why. 18:1-24

Wahyu 18:1 membicarakan Kristus yang turun dari surga, Ia mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaan-Nya. Inilah saatnya Kristus mengambil alih seluruh bumi sebagai kerajaan-Nya. Pada saat inilah Babel material akan dihakimi dan dirubuhkan. Allah menghancurkan bagian Babel agamawi dengan menggunakan binatang itu dan sepuluh tanduk (17:16). Sekarang, Dia sendiri akan datang untuk menghancurkan Babel material.
Ayat 3 mengatakan, “Karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya." Frase “semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya” mengacu kepada Babel agamawi (14:8; 17:2); sedangkan frase “pedagang-pedagang di bumi …” mengacu kepada Babel material. Itulah sebabnya perintah dalam ayat 4, “…pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya …” berarti keluar dari Babel agamawi dan Babel material. Umat Allah seharusnya keluar dari kedua aspek Babel tersebut. Karena nasib akhir keduanya sungguh mengerikan.
Dari ayat 21-24 kita nampak pernyataan kebinasaan mutlak Babel. Ayat 21 mengatakan, "Kemudian seorang malaikat yang kuat, mengangkat sebuah batu sebesar batu gilingan, lalu melemparkannya ke dalam laut, katanya, 'Demikianlah Babel, kota besar itu, akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi." Mungkin kebinasaan Babel terjadi melalui suatu gempa bumi yang dahsyat, yang membuat seluruh Kota Babel tenggelam ke dalam laut, sehingga semua yang ada di dalamnya tidak akan ditemukan lagi.
Ayat 22-24 mengatakan, “Dan suara pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan seorang yang ahli dalam sesuatu kesenian tidak akan ditemukan lagi di dalammu, dan suara kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan. Dan di dalamnya terdapat darah nabi-nabi dan orang-orang kudus dan darah semua orang, yang dibunuh di bumi.” Inilah kebinasaan mutlak Babel.

Penerapan:
Saudara saudari, apakah yang kita harapkan dari dunia dan apakah yang kita tuntut dari Allah? Apakah kita masih memiliki perhitungan untuk diri sendiri? Atau semuanya untuk Dia demi menyenangkan Dia? Semoga sejak hari ini, kita mengambil sikap seorang janda, tahu bahwa segala sesuatu kita berasal dari-Nya. Asal Dia mendapatkan sesuatu, itu sudah cukup.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkau pernah sekali mendapatkan hatiku, selamanya akan mendapatkan hatiku. Jangan biarkan aku terlena dalam dunia. Jangan biarkan aku menikmati dunia hingga kehilangan diri-Mu. Tuhan Yesus, segalaku milik-Mu. Berilah aku sikap seperti Mefiboset yang selalu menantikan raja Daud, buatlah aku setiap saat hanya mendambakan kedatangan-Mu.

No comments: