Hitstat

21 June 2007

Matius Volume 1 - Minggu 3 Jumat

Lemah Lembut: Tidak Melawan Penentangan
Matius 5:5
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.

Suatu kali Hudson Taylor bermaksud pergi ke suatu tempat di tepi sungai di China. Ia lalu menyewa sebuah perahu untuk menyeberang. Ketika perahu itu siap menyeberang, tiba-tiba datanglah seorang pria lain yang berpakaian mewah ke tepi sungai itu. Tanpa mempedulikan Hudson Taylor, ia juga hendak menyewa perahu itu. Tetapi karena perahu itu sudah disewa oleh Hudson Taylor, sang pemilik perahu menolak. Pria itu lalu menatap Hudson Taylor, menjulurkan tangannya, dan langsung memukul wajah Hudson Taylor. Sebenarnya, pria itu tengah berdiri membelakangi air. Kalau saja Hudson Taylor mendorongnya sedikit, pasti ia akan jatuh ke dalam air. Tetapi Hudson Taylor mengurungkan niatnya. Ia berkata kepada orang itu, “Lihatlah, aku dapat dengan mudah mendorong Anda ke dalam air, tetapi Tuhan Yesus yang kulayani tidak mengizinkan aku berbuat begitu. Baiklah aku mempersilakan Anda naik perahu ini bersamaku menyeberang.” Hudson Taylor adalah seorang yang lemah lembut.
Lemah lembut bukan hanya berarti ramah, rendah hati, dan patuh. Lemah lembut juga berarti tidak melawan penentangan, melainkan menanggungnya dengan rela. Lemah lembut berarti tidak meronta-ronta, tidak melawan. Jika kita lemah lembut, rela menanggung penentangan dunia zaman ini, kita akan mewarisi bumi dalam zaman yang akan datang. Orang yang lemah lembut tidak akan berebutan dengan orang lain. Lihatlah teladan Tuhan Yesus. Ia dengan lemah lembut menerima penderitaan yang tidak beralasan; dimaki, tidak membuka mulut; dicelakai, tidak mengeluarkan kata-kata ancaman; bahkan di atas salib, masih dapat berdoa untuk pengampunan dosa bagi orang-orang yang menyalibkan Dia. Inilah lemah lembut yang sejati. Tidak heran, Allah kemudian menobatkan Dia menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36), Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi (Ef. 1:10).

Mat. 5:5; Kis. 2:36; Why. 11:15

Matius 5:5 mengatakan, “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” Beberapa penerjemah mengatakan bahwa kata Yunani untuk “bumi” seharusnya diterjemahkan “tanah”. Tetapi baik kita menerjemahkan kata ini sebagai bumi maupun tanah, kata ini mengacu kepada dunia yang tertakluk pada masa yang akan datang. Hari ini bumi merupakan kerajaan duniawi yang berada di bawah kekuasaan Iblis. Tetapi saatnya akan tiba, di mana Tuhan, sang Raja, akan mendapatkan bumi ini kembali. Wahyu 11:15 mengatakan, “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya.” Dunia yang dikatakan di sini ialah bumi yang disebutkan dalam Matius 5:5.
Hari ini, berlaku prinsip siapa yang merebut, dialah yang mendapatkan. Jika tidak merebut, tidak akan memperoleh wilayah satu pun. Itulah sebabnya mengapa banyak terjadi peperangan. Bangsa-bangsa berperang satu sama lain untuk memperoleh lebih banyak wilayah. Cara manusia untuk memperoleh tanah ialah dengan cara berperang, tetapi cara Kerajaan Surga ialah dengan kelemahlembutan. Orang yang suka berebut, berdebat, bertengkar, tidak mungkin bisa berada di dalam ruang mahakudus. Ketika Tuhan Yesus ditangkap, dicobai, dan disalibkan di Golgota, Ia lemah lembut. Ia tidak melawan penentang-Nya. Dalam setiap aspek Ia lemah lembut, lemah lembut sampai kepada kesudahannya. Saat Tuhan Yesus datang lagi, Ia akan memperoleh kembali bumi ini. Bumi hanya akan diperoleh oleh orang-orang yang lemah lembut, bukan oleh orang-orang yang melawan.
Iblis selalu melawan, tetapi Tuhan Yesus tidak pernah melawan. Sebaliknya, Dia lemah lembut. Dalam hal ini kita nampak bahwa kehendak Allah berlawanan dengan usaha manusia. Jika kita ingin memperoleh bumi, kita harus lemah lembut. Jika kelak kita tidak memperoleh satu wilayah pun, itu berarti kita kurang lemah lembut. Kelemahlembutan kita yang sejati tidak berhubungan dengan benda materi yang di luar, melainkan berhubungan dengan sesuatu yang di dalam, berhubungan dengan apa adanya diri kita.

Doa:
Ya Tuhan, singkirkanlah setiap keinginan untuk merebut sesuatu dari sesamaku. Lapangkanlah hatiku dari segala ketamakan dan keserakahan atas hal-hal duniawi, sebaliknya lembutkanlah hatiku dalam menghadapi setiap situasi dan orang-orang di sekitarku. Jauhkanlah dari padaku hati yang keras dan hati yang tidak taat kepada-Mu.

No comments: