Hitstat

29 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 2 Sabtu

Pemisahan Daratan Dengan Air (1)
Kejadian 1:9-10
“Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering’. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.”

Meskipun Allah telah memisahkan air yang ada di bawah langit dengan air yang ada di atasnya, tetapi seluruh bumi masih digenangi air kematian. Karena itu, “Berfirmanlah Allah: Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering’” (Kej. 1:9). Inilah pekerjaan Allah di hari ketiga. Allah tidak meniadakan laut, namun Ia membatasinya. Sekarang, laut tidak dapat melewati batasnya (Mzm. 104:9) dan tidak mungkin membanjiri bumi. Allah bahkan telah memberikan nama untuknya (Kej. 1:10). Tanah yang kering juga menerima nama baru (ay. 10) untuk membedakannya dari laut.
Di dalam dirinya sendiri, manusia hanyalah daging dan ia sangat lemah. Karena manusia tidak lain adalah debu! Segala-nya terbatas. Jika toh memiliki kebajikan, maka kebajikannya juga terbatas. Pemikiran, karakter, tingkah laku, dan etika manusia sepenuhnya berasal dari manusia, karena itu tidak mungkin ditingkatkan kualitasnya. Kelemahan, kemerosotan, dan dosa adalah kualitas manusia pada umumnya. Karena itu, jika manusia tetap adalah manusia - lemah, dikalahkan, berdosa — Allah tidak akan pernah puas. Allah itu sempurna. Ia menginginkan manusia juga sempurna dalam karakter, moral, tingkah laku, dan pemikiran, menurut standar Allah.
Karena manusia tidak mungkin diperbaiki, maka dalam rencana keselamatannya, Allah memang tidak bermaksud memperbaikinya, tetapi Ia akan membuat manusia menjadi “ciptaan baru”. Itulah sebabnya Allah menyingkirkan dan membatasi laut sehingga daratan muncul di hari ketiga, hari kebangkitan. Haleluya! Puji Tuhan untuk pekerjaan-Nya.

Pemisahan Daratan Dengan Air (2)
Kej. 7:17-24; 8:13-17, 22; 11:1-9; 12:1, 5, 7; Flp. 1:21; Rm. 8:9

Kondisi aneh yang ada di tengah-tengah manusia berdosa adalah pemikiran bahwa tingkah laku mereka cukup sempurna dan memuaskan Allah, dengan Tuhan Yesus tidak beda terlalu jauh! Alangkah butanya kita! Ini berarti kita tidak dapat melihat keindahan Tuhan Yesus. Allah berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 3:17). Di luar sang Putra, tidak ada seorang pun yang berkenan di hati Bapa karena “Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah” (Rm. 8:8). Karena itu, kita perlu terus tinggal di dalam Kristus. Bagaimana caranya?
Daratan yang muncul dari genangan air kematian adalah lambang Kristus yang bangkit dari kematian. Segala sesuatu yang Allah sediakan untuk manusia terpusat di atas sebidang tanah ini. Manusia tercipta untuk mendiami bumi dan menikmati segala yang Allah sediakan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia terhimpun di tanah, sedangkan tanah melambangkan Kristus. Maka segala sesuatu yang Allah sediakan bagi kita terpusat di dalam Kristus.
Setelah manusia jatuh, pada zaman Nuh, bumi pernah sekali lagi digenangi air kematian (Kej. 7:17-24). Ini menggambarkan kondisi manusia yang telah terpisah dari Kristus. Manusia telah terputus dari kenikmatan atas tanah yang disediakan oleh Tuhan. Tetapi, Tuhan sekali lagi memulihkan bumi (Kej. 8:13-17, 22). Sayang sekali, sampai zaman Babel, manusia jatuh lebih dalam, seluruh umat manusia bangkit melawan Allah (Kej. 11:1-9). Itulah sebabnya Allah memanggil satu kaum dengan Abraham sebagai nenek moyang mereka, mereka dipanggil untuk memasuki tanah permai Kanaan. “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;’ ‘…. mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ’ ‘Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu’ (Kej. 12:1, 5, 7). Tanah permai Kanaan ini juga melambangkan Kristus. Saudara saudari, kita harus waspada agar tidak kehilangan tanah permai yang telah Tuhan sediakan bagi kita, yaitu Kristus. Kita perlu menggarapnya, berjerih lelah di atasnya, dan menghasilkan buah. Hidup kita, pekerjaan kita, pelayanan kita, haruslah di dalam Kristus, hingga kita dapat berkata seperti Paulus, “Bagiku hidup adalah Kristus” (Flp. 1:21). Kita perlu terus ingat bahwa di luar Kristus, sebaik apa pun hidup, pekerjaan, dan pelayanan kita, di pandangan Allah hanyalah daging. Tidak ada daging yang diperkenan Allah (Rm. 8:8). Sama seperti laut yang telah dibatasi Allah, demikian pula dengan daging. Walaupun ia masih ada, tetapi kematian dan kebangkitan Tuhan telah memberi kita kuasa untuk membatasinya.

Penerapan:
Saudara saudari, walaupun kita telah diselamatkan, air kematian di dalam kita belum terpisah, dan perkara-perkara kematian belum dibatasi. Oleh sebab itu kita harus senantiasa tinggal di dalam Kristus. Dulu jika kita selalu percaya diri dan mandiri dalam banyak hal, sekarang kita perlu lebih banyak datang kepada Tuhan. Jangan mengerjakan apa pun tanpa melibatkan Tuhan.

Pokok Doa:
Ya Tuhan Yesus, celikkan mata batiniku agar aku melihat betapa bobroknya diriku. Segala kebaikan yang kubanggakan tidak mungkin diperkenan oleh-Mu. Tuhan Yesus, hanya Engkaulah yang sempurna dan diperkenan Allah, buatlah aku terus tinggal di dalam-Mu.

28 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 2 Jumat

Pemisahan Air Yang Di Bawah Cakrawala dari Air Yang Ada Di Atasnya (1)
Kejadian 1:6-8
“Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.’ Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.”

Cakrawala memisahkan air yang di atas dengan air yang di bawah. Apa yang tadinya terbenam dalam-dalam di air yang payau, gelap, dan suram telah dipisahkan dan menjadi uap yang naik ke cakrawala. Pemisahan yang luar biasa! Melalui “cakrawala”, Allah telah memisahkan yang murni dari yang jahat dan kotor, sehingga masing-masing mempunyai tempatnya. Allah menamai cakrawala itu langit.
Dia telah menaruh “cakrawala” di dalam kita. Dia juga menaruh kita di “cakrawala” sehingga iman kita mempunyai lingkungan yang nyaman. Ini menunjukkan bahwa kita telah menerima panggilan surgawi, mengarahkan diri ke kerajaan surgawi, dan merindukan kota surgawi. Pengharapan kita ada di atas, dan kita menantikan negeri surgawi, menganggap diri sendiri sebagai musafir (perantau) di bumi.
Cakrawala yang di dalam kita membutuhkan cakrawala yang di luar. Seseorang yang mempunyai hayat surgawi, dia pasti menempuh hidup secara surgawi. Sifat dari orang yang dilahirkan kembali akan memimpin dia untuk tidak “berjalan menurut nasihat si fasik”, dan tidak akan “berdiri di jalan orang yang berdosa” dan “duduk dalam kumpulan pencemooh” (Mzm. 1:1). Hura-hura, kasih duniawi, dan mode akan sukar menariknya. Sama seperti seorang manusia tidak bisa menghirup udara yang kotor, bagaimana mungkin kaum saleh bernafas di tengah-tengah kekejian, kejahatan, dan kekacauan. Mereka akan mengasihi kumpulan saudara-saudara mereka dan teman-teman mereka dalam pengembaraan mereka menuju kota surgawi. “Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita” (1 Yoh. 3:14).

Pemisahan Air Yang Di Bawah Cakrawala dari Air Yang Ada Di Atasnya (2)
Rm. 6:6, 11; Gal. 2:20; 5:24; 6:14; Kol. 2:20; Ef. 2:2

Asalnya, seluruhnya adalah air dan tidak ada pemisahan. Kemudian, cakrawala datang dan memisahkan air yang di bawah langit dengan air yang di atasnya. Cakrawala ini adalah gambaran salib Tuhan Yesus.
Cakrawala memisahkan air. Salib Tuhan Yesus memisahkan orang-orang di dunia. Ketika Ia disalibkan, salib-Nya selamanya memisahkan kedua penyamun. Satu ke taman Firdaus, dan yang lain ke neraka. Sepanjang hidupnya, kedua penyamun itu melakukan dosa yang sama. Namun, di saat-saat terakhir, yang seorang menerima kematian Tuhan di atas salib sebagai kematian yang menggantikan dirinya, sedangkan yang lain tidak mau menerima. Saat itu, segera ada pemisahan antara surga dan neraka! Pemisahan ini berlangsung selamanya. Salib-Nya telah memisahkan kedua penyamun itu, demikian pula hari ini, salib-Nya telah memisahkan seluruh dunia.
Mula-mula terang Allah menyoroti kita hingga kita memiliki penilaian yang benar terhadap kejahatan hayat dosa dan sifat dosa kita. Perkara yang dulu menjadi penghiburan kita, yang kita banggakan, sekarang melalui terang Tuhan kita tahu bahwa itu tidak berharga. Segala yang dulunya terkubur dan tersembunyi di bawah air yang payau dan gelap, kini tidak lagi tersembunyi. Semakin terang Allah menyinari kita, semakin banyak kelemahan dan kekurangan yang terekspos. Di tengah-tengah rasa putus asa dan penyesalan inilah kita tahu kekuatan pemisahan dari salib Tuhan Yesus. Salib Tuhan Yesus telah menyalibkan dosa (Rm. 6:6,11), diri (Gal. 2:20), daging (Gal. 5:24), dunia (Gal. 6:14), dan unsur-unsur dunia kita (Kol. 2:20). Kematian memisahkan. Kematian adalah pemisahan, pemutusan, dan pelepasan yang luar biasa. Salib memutuskan segala hubungan dan meniadakan segala belitan. Tanpa salib, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari hal-hal yang di bawah.
Kesatuan kita dengan kematian Kristus memisahkan kita dari hal-hal yang “di bawah”. Meskipun kita telah dilahirkan kembali, dosa, diri, daging, dunia, dan unsur dunia masih melekat dan sering menarik kita ke bawah.
Kita tidak perlu bingung mengenai posisi dan pengalaman kita. Waktu kita dilahirkan kembali, Allah telah memperhitungkan kita tersalib bersama Kristus. Ketika Allah menerima kematian Tuhan Yesus untuk kepentingan kita, Dia memperhitungkan kita mati. Tetapi, kita mungkin masih belum memiliki pengalaman ini. Pengalaman kematian bersama ini dialami sesudah kita dilahirkan kembali, dalam pergumulan antara dua hayat, dan dua sifat, terang serta gelap.

Penerapan:
Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu memiliki cakrawala, yang memisahkan perkara-perkara yang berkenan di hadapan Allah dari perkara yang yang tidak berkenan di hadapan-Nya. Gurauan kita, teguran, nasihat, pertimbangan-pertimbangan, keputusan kita, cara kita menangani anak-anak kita, dsb., tidak boleh kekurangan cakrawala.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas cakrawala yang Engkau ciptakan yang melambangkan pekerjaan salib atasku. Tuhan, aku mau mengalami salib-Mu lebih dalam lagi. Arahkanlah pandanganku kepada perkara-perkara yang di atas, sehingga aku terpisah dari hal-hal yang tidak kudus di bumi.

27 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 2 Kamis

Pemisahan Terang Dari Gelap (1)
Kejadian 1:4-5
“Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.”

Saat seseorang menerima sorotan terang Tuhan, terang itu akan memisahkannya dari gelap (Kej. 1:4). Dengan demikian perasaan dan pengenalan rohani berangsur-angsur mengalami pemulihan. Hal yang dulu dia pikir benar, sekarang dia sadar bahwa itu salah. Apa yang dulu dia sangka salah, sekarang dia sadar bahwa itu benar. Meskipun dalam pengalaman, banyak orang tidak memiliki daya pembeda secara langsung, namun dalam hati mereka, pembedaan antara terang dengan gelap sangat nyata. Pada waktu itu firman Tuhan (melalui terang yang dipancarkannya) mulai memisahkan roh manusia yang terang benderang dari kegelapan jiwanya (Ibr. 4:12).
Allah memisahkan terang dari gelap, dan Dia memberikan tempat untuk terang dan menamainya terang. Kegelapan masih tetap ada, dan ia juga memiliki tempat dan namanya (Kej. 1:5). Bumi tidak pernah menjadi sumber terang. Ketika bumi berpaling dari terang, ia akan segera berada dalam gelap. Ketika kegelapan dikendalikan oleh terang, ia tidak berdaya melakukan apa pun untuk mengurangi pancaran terang.
Begitu terang datang, kegelapan dan bayang-bayang pun sirna. Keduanya masih tetap ada seperti semula. Jadi, jika kita tidak berjalan dalam terang, kita masih bisa melakukan perbuatan kegelapan lagi. Selama masih berada dalam dunia ini, kita selalu dapat berjalan dalam terang. Namun, kita tidak mungkin mengusir kegelapan secara tuntas atau mengubah hayat dan sifat dosa kita. Meskipun kita adalah anak-anak siang dan anak-anak terang, kita masih harus berjalan dalam terang Tuhan. Kalau tidak, maka malam pun akan kembali.

Pemisahan Terang Dari Gelap (2)
Kej. 1:5; 1 Yoh. 1:8, 10; Gal. 6:1; Ams. 4:18; Mzm. 19:2

Ayat lima mengatakan secara jelas, hari tidak sepenuhnya terdiri dari terang. Hari terdiri dari petang dan pagi. Asal kita masih berada di bumi, yang paling cerah adalah siang hari. Namun, tetap masih ada “petang” dan “pagi”. Jika hanya ada pagi dan tidak ada petang, itu bukanlah hari yang Alkitab maksud. “Jika kita mengatakan bahwa kita tidak mempunyai dosa, kita menipu diri kita sendiri” (1 Yoh. 1:8). “Jika kita mengatakan bahwa kita tidak pernah berdosa, kita membuat Dia menjadi Pendusta” (1 Yoh. 1:10).
Meskipun kegelapan sendiri adalah “malam”, begitu terang datang, kegelapan tidak lagi “malam”, tetapi menjadi “petang”. Ketika terang Tuhan datang, tidak peduli betapa gelapnya, malam tidak lagi menjadi malam jika ada secercah terang.
Setelah mendapat sorotan terang Tuhan, kegelapan kita masih tetap ada. Kegelapan tidak dapat menjadi terang. Namun setelah diterangi, kegelapan kita menjadi kegelapan yang dikendalikan oleh terang, tidak lagi tanpa pembatasan. Meskipun kita mungkin gagal total dan jatuh, kita tidak akan kehilangan semua terang atau hayat yang berasal dari terang. Kita pun tidak mungkin menjadi orang kafir lagi. Sekali seseorang percaya kepada Tuhan Yesus, dia dilahirkan kembali; sekali dia dilahirkan kembali, dia memiliki hayat kekal. Dia mungkin jatuh, tetapi dia masih tetap anak Allah. Memang sifat lama kita (daging) dan hayat lama kita (hayat jiwa) akan selalu ada dalam kegelapan. Namun kapan kala hayat kekal, sifat ilahi diperkuat, hal-hal yang berasal dari kegelapan tidak akan ada kekuatan. Meskipun ia masih sering melakukan pelanggaran (Gal. 6:1), pelanggaran- pelanggaran itu tidak akan pernah menyebabkan dia kembali pada posisi orang dosa. Inilah anugerah Tuhan!
Dalam Kejadian pasal satu disebutkan “petang dan pagi” enam kali. Meskipun terang disebut “siang,” tetapi selama enam hari, kita masih kembali lagi ke “pagi”. Pengalaman yang sesungguhnya dari “siang” belum datang. Pagi hanya permulaan dari hari; ini bukanlah puncak dari hari. Dalam penentuan Allah, setelah petang ada pagi. Meskipun kita mempunyai fajar namun terang yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari (Ams. 4:18) baru akan kita alami pada waktu mendatang. Suatu hari, ketika pekerjaan Tuhan rampung dan hasrat hati-Nya dipuaskan, hari yang sempurna akan muncul. Tidak akan ada lagi pagi atau pun petang. Kita akan masuk ke dalam perhentian Allah dan bersukacita selamanya dalam terang, tanpa malam. “Hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam” (Mzm. 19:2), namun tidak banyak orang yang mendengar dan mengerti.

Penerapan:
Sebelum diselamatkan, kita sama sekali tidak memiliki ‘siang’. Selama 24 jam hanya ‘malam’ belaka. Begitu diselamatkan, mungkin siang hari pertama kita hanya beberapa jam dan malam tiba lagi. Tapi tak peduli berapa lama, kita telah mempunyai hari pertama. Puji Tuhan! Semakin hari, siang kita semakin bertambah. Jika malam tiba lagi, janganlah kecewa — malam merupakan tanda bahwa pagi akan tiba. Kelak di Yerusalem baru, tidak akan ada malam hari lagi (Why. 21:25).

Pokok Doa:
Tuhan, bawalah aku hidup di dalam terang-Mu, agar dalam segala hal aku bisa bertumbuh di dalam Diri-Mu. Selamatkan aku dari kegelapan. Pimpinlah aku agar segala tindakan dan perkataanku, bisa kulakukan dan kukatakan di dalam terang.

26 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 2 Rabu

Berfirmanlah Allah: “Jadilah Terang”
Kejadian 1:3
“Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.”

Ayat dua mengatakan, “Roh Allah melayang-layang (mengerami — TL.)”. Sekarang ayat tiga mengatakan, “Berfirmanlah Allah.” Roh Allah dan firman Allah adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pertama-tama, Roh Kudus bekerja; kemudian firman Allah bekerja. Yohanes 3:5-6 menunjukkan bahwa kita dilahirkan dari Roh Kudus; dan 1 Petrus 1:23 menegaskan, “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal”. Syukur pada Tuhan untuk Roh Allah dan firman Allah.
Mazmur 119:130 mengatakan, “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang”. Karena itu, “Berfirmanlah Allah: .... Lalu terang itu jadi.” Jadi, pekerjaan awal dari Roh Allah dan firman Allah adalah menyebabkan terang menyinari kegelapan.
Dosa membuat mata hati manusia menjadi gelap, ia membutakan segala pemahaman manusia (2 Kor. 4:4). Tanpa pertolongan, maka manusia tidak akan pernah tahu bahwa kedudukannya ada dalam bahaya dan masa depannya pasti binasa. Ia sama sekali buta, tidak tahu bahwa ia memerlukan seorang Juruselamat. Kasih dalam hatinya, angan-angan dalam pikirannya, dan keputusan-keputusan dalam tekadnya, tidak mampu memberinya terang sedikit pun. Tetapi, Roh Allah datang, firman Allah datang, hingga terang Allah menyinari hatinya. Hanya terang Allah yang dapat menyatakan dengan sempurna kondisi sebenarnya! Segala sesuatu tetap sama. Satu-satunya yang berubah adalah kegelapan itu sendiri, karena terang telah datang. Haleluya!

Allah Sumber Terang
Yoh. 1:5, 9; 3:17,19; 2 Kor. 4:6

Pekerjaan hari pertama melambangkan kelahiran Tuhan Yesus. Pada hari pertama, Allah berfirman, “Jadilah terang” dan terang bersinar di dalam kegelapan. Wajah bumi pada awalnya diselubungi kegelapan, tetapi terang datang! Ini adalah kali pertama terang dan kegelapan bertemu. Sebelumnya, di bumi tidak ada kejadian seperti ini. Bumi selalu diliputi kegelapan. Puji Tuhan, terang telah datang. Terang datang ke dalam bumi yang gelap. Pekerjaan yang luar biasa di hari pertama.
Hal ini dengan jelas melambangkan kelahiran Tuhan Yesus. Ketika Yohanes membicarakan mengenai kelahiran Tuhan Yesus dan inkarnasi Firman (Yoh. 1:14), ia mengatakan, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia” (Yoh. 1:5, 9). Yohanes dengan jelas menyamakan kelahiran Tuhan Yesus dengan terang yang bersinar di dalam kegelapan. Yohanes pun berkata bahwa ia datang untuk memberi kesaksian tentang terang itu (Yoh. 1:7-9).
Ketika Zakharia berbicara mengenai kelahiran Tuhan Yesus, ia juga berkata, “Oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi” (Luk. 1:78).
Bahkan Tuhan Yesus sendiri juga menyamakan kelahiran-Nya dengan terang yang bersinar di dalam dunia. Ia berkata, “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia … Terang telah datang ke dalam dunia” (Yoh. 3:17, 19). Terang datang, namun betapa sayangnya karena dunia tidak membiarkan Dia bersinar di atas mereka! (Yoh. 3:19-20).
Mengenai pekerjaan Allah di hari pertama, rasul berkata, “Sebab Allah yang telah berfirman: ‘Dari dalam gelap akan terbit terang!’, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2 Kor. 4:6). Sama seperti terang Allah bersinar di dunia yang gelap, hari ini Kristus juga bersinar di dalam kegelapan dan hati orang yang berdosa.
Tanpa terang datang ke dalam dunia, Allah dan manusia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk berjumpa. Tanpa Tuhan Yesus datang ke dalam dunia, orang-orang dosa tidak akan bisa melihat Allah Bapa, yang diekspresikan melalui Anak Tunggal. Sekarang kita dapat melihat bahwa pekerjaan hari pertama selaras dengan kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia. Pekerjaan hari pertama adalah langkah pertama dari pekerjaan penebusan.

Penerapan:
Kristuslah terang dunia yang sejati.
Di luar Kristus, yang ada hanyalah kegelapan. Bagaimana kita bisa senantiasa berada di dalam Kristus sang Terang yang sejati? Kita perlu lebih sering mengingat Dia, menyeru nama-Nya, dan berdoa, atau berkidung. Semakin sering kita tinggal di dalam terang, semakin banyak kegelapan yang bisa kita tinggalkan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena firmanMu telah menerangi mata hatiku yang gelap dan menjadikannya terang, sehingga aku dapat menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamatku.

25 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 2 Selasa

Roh Allah Melayang-Layang (Mengerami)
Kejadian 1:2b
“… dan Roh Allah melayang-layang (mengerami — Tl.) di atas permukaan air.”

Allah tidak dapat beristirahat dan juga tidak bahagia dengan kondisi manusia yang ditaklukkan di bawah dosa, kematian, dan Iblis. Tetapi, sungguh sangat mengherankan bahwa Allah tidak membuang manusia. Sebaliknya Allah melakukan sesuatu yang luar biasa, di luar dugaan kita.
Langkah pertama-Nya adalah “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”. Tanpa Roh bagaimana mungkin bumi bisa dipulihkan? Bagaimana mungkin kegelapan mengubah dirinya sendiri menjadi terang? Bagaimana mungkin mereka yang berada di bawah penghakiman Allah dapat membuat dirinya mampu menerima berkat Allah? Kalau bukan karena pergerakan Roh Kudus, bagaimana mungkin orang yang jatuh dibangkitkan? Kondisi umat yang lemah dan hancur, yang sama sekali tidak tertolong, bagaimana mungkin bisa dipulihkan, dibangunkan, dan dibangkitkan, kalau tanpa pergerakan Roh Kudus? Kalau mereka pernah berusaha untuk menang dan pernah berusaha untuk membangkitkan diri sendiri, maka mereka akan mengakui, “di dalam dagingku tidak ada sesuatu yang baik” (Rm. 7:18).
Pekerjaan Roh Kudus adalah awal kelahiran kembali manusia. Istilah “melayang-layang” di sini dalam bahasa aslinya berarti “mengerami” (hovering, Darby), sama dengan istilah “mengembangkan sayap” dalam Ulangan 32:11. Ini menunjukkan kasih dan kelemah-lembutan. “Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya” (Ul. 32:11). Oh, kiranya kita semakin merespons kasih Allah! Betapa hati-Nya tertuju pada kita!

Rahmat, Anugerah, Dan Kasih-Nya
Rm. 9:15; Mat. 10:29

Mengapa Allah masih peduli terhadap sesuatu yang sudah dihukum-Nya? Mengapa Allah masih berbelas-kasihan pada sesuatu yang gersang, kosong, dan gelap, yang sama sekali tidak layak mendapat perhatian-Nya? Pertanyaan ini sulit dijawab. Semuanya hanyalah karena rahmat dan kasih karunia Allah semata. Kasih Allah menimpa seorang yang tidak layak menerimanya! Baik dunia yang gersang, maupun manusia yang jatuh, tidak layak meminta Allah bekerja. Memandang keadaan diri sendiri, tentunya mustahil meminta Allah bekerja. Kita sama sekali tidak memenuhi syarat untuk kasih Allah. Bagaimanapun, tidak peduli akan ketidak-layakan, kegagalan, dan kejatuhan manusia, Allah berdasarkan kedaulatan-Nya masih memberikan anugerah-Nya. Dia memberi rahmat yang tanpa batas kepada yang jatuh dan gagal.
Siapakah kita? Kita hanyalah orang berdosa, umat manusia yang jatuh! Dia tidak marah terhadap kita, atau memandang rendah kita, atau menolak kita. Meskipun kita gersang, kosong, dan gelap, namun Dia tidak menganggap kita tidak layak terhadap pengeraman Roh Kudus-Nya. Meskipun mata-Nya terlalu suci untuk melihat kejahatan dan tidak dapat memandang kelaliman (Hab. 1:13), Dia merendahkan diri-Nya sendiri untuk menyelamatkan manusia yang ada dalam debu dan kotoran. “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mzm. 8:5). Kita benar-benar tidak bisa mengerti mengapa Allah begitu mengasihi manusia berdosa seperti kita. Tentunya “Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita” (1 Yoh. 4:10).
Saudara saudari, Allah tidak pernah memandang remeh seorang pun. Bahkan “seekor pun dari padanya (burung pipit) tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu” (Mat. 10:29). Inilah tangan Bapa. Manusia telah jatuh dan berdosa; namun syukur kepada Allah bahwa Dia tidak memandang rendah seorang pun. Hati-Nya dituangkan pada setiap orang. Dengan memahami hal ini, seharusnya sudah cukup untuk menghibur kita. Hanya hati Allah yang dapat memuaskan hati manusia. Kasih yang sedemikian besar dan agung inilah yang membuat kita dilahirkan kembali. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, …, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Kasih Allah inilah yang menyebabkan Dia harus bekerja di tengah-tengah situasi yang gersang, sepi, sunyi, muram, hancur, kosong, dan gelap itu, sampai Dia berkata, “Sungguh amat baik”. Sebelum semua yang “kacau balau dan menyedihkan” itu berubah menjadi “sungguh amat baik”, hati kasih-Nya tidak akan pernah beristirahat!

Penerapan:
Renungkanlah keadaan kita sebelum diselamatkan. Di dalam kita ada jurang yang sangat curam, dan di dalam jurang itu terdapat segerombolan setan-setan yang mendorong dan membujuk kita marah-marah, berjudi, pergi menonton film, dan melakukan banyak hal lain yang jahat. Tetapi, pada suatu hari, Roh Allah mulai mengerami kita. Demikianlah akhirnya kita diterangi, bertobat, percaya, dan diselamatkan. Haleluya!

Pokok Doa:
Ya Tuhan, aku bersyukur karena aku telah diselamatkan dari air kematian, dari penghakiman Allah. Melalui doaku, aku mau Roh-Mu juga bekerja menguduskan teman-temanku yang belum percaya kepada-Mu. Aku percaya bahwa saat aku berdoa, Roh-Mu pasti bekerja. Aku damba mereka diselamatkan.

24 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 2 Senin

Kondisi Manusia Yang Jatuh
Kejadian 1:1-2
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum (menjadi—TL.) berbentuk (gersang, sepi, sunyi, muram, hancur [Inggris: desolate]—TL.) dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”

Pada mulanya” berarti permulaan dunia. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1). Kondisi langit dan bumi pada saat itu sempurna, murni, indah, dan cemerlang. Waktu itu “… bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai” (Ayb. 38:7). Alangkah penuh sukacita! Tak ada sedikit pun suara keluhan atau dukacita yang berbaur dengan nyanyian sukacita itu. Sungguh keselarasan yang luar biasa antara sang Pencipta dengan ciptaan-Nya! Tidak ada dosa, Iblis, duka, penderitaan, penyakit, kematian. Sebaliknya semuanya penuh dengan kasih karunia dan kemuliaan. Benar-benar sebuah dunia yang penuh dengan kebahagiaan.
Inilah kondisi manusia pada mulanya. Kondisi Adam dan Hawa begitu sempurna, sama seperti dunia yang ada pada mulanya. Tetapi manusia jatuh. Semula, dia menerima berkat, tetapi sekarang kutukan. Kematian dan dukacita telah menggantikan hayat dan sukacita. “Menjadi gersang, sepi, sunyi, muram, hancur, dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya”! Ini adalah gambaran sebenarnya dari setiap orang berdosa. “Jauh dari hidup persekutuan dengan Allah” (Ef. 4:18), “mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa” (Ef. 2:1), dan “tidak bisa disembuhkan” (Yer. 17:9). “Semua orang telah berbuat dosa” (Rm. 3:23), dan “tidak ada yang berbuat baik” (Rm. 3:12). “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (Rm. 3:10). Kegelapan dalam hal moral dan kerohanian adalah kondisi umum seorang berdosa (Ef. 4:18). Alangkah kasihannya!

Catatan Pengalaman Rohani Kita
Kej. 1:2; Yes. 57:20

Mengapa Allah mencatat Kejadian pasal satu bagi kita? Apakah Allah ingin kita tahu bagaimana Ia menciptakan dan memulihkan ciptaan-Nya yang sebermula? Atau adakah maksud lain yang jauh lebih berarti? Semua yang terlihat di luar adalah refleksi dari yang di batin. Cara Allah menangani alam semesta yang luar biasa ini sama dengan cara-Nya menangani setiap orang dari kita. Sejarah penciptaan melambangkan setiap pos dari pengalaman batini yang harus kita lalui di dalam ciptaan baru. Fokus kita saat ini bukanlah pada sejarah masa lampau manusia, tetapi sebaliknya adalah pengalaman rohani setiap individu hari ini.
Sekarang, kita mulai dengan pos pertama kita. Pada mulanya, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Allah menyiapkan penolong yang sepadan baginya. Allah meletakkan dia di dalam taman dan memberkati dia serta mempercayakan segala hal kepadanya. Dia adalah raja bumi. Allah memerintahkan agar dia berkembang biak dan memenuhi bumi. Allah berkata bahwa segalanya sungguh amat baik. Pada Adam tidak terdapat warisan dosa. Sifat dosa atau tanda dosa tidak ada di dalamnya. Adam adalah manusia yang ideal, yang hidup di lingkungan yang ideal. Adam dan pasangannya bersekutu dengan Allah. Segala sesuatu seharusnya membuat dia puas dan bahagia.
Tetapi ayat dua mengatakan, “Bumi belum (menjadi—TL.) berbentuk (gersang, sepi, sunyi, muram, hancur [Inggris: desolate]—TL.) dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya”. Begitu dosa masuk, kematian menyusul. Begitu kematian masuk, maka masuk pula segala sesuatu yang berhubungan dengan kematian. Segala sesuatu yang pada awalnya sangat indah menjadi sangat jelek. Segala sesuatu yang asalnya terbaik menjadi terjelek. Suara nyanyian tidak lagi terdengar; terang telah lenyap. Seluruh bumi binasa di bawah air penghakiman Allah. Tidak ada lagi cakrawala. Kegelapan menutupi samudera raya yang memenuhi seluruh muka bumi. Di muka bumi tidak ada yang lain, hanya ada warna yang gelap, bau yang payau, dan desauan suara samudera raya.
Ini adalah gambaran yang sangat gamblang atas kondisi manusia yang meninggalkan Allah. Alangkah kacau balau! Alangkah gelap! Diombang-ambingkan oleh gelombang nafsu. Sifat indah yang pernah kita miliki telah terkubur dalam samudera dosa! “Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur” (Yes. 57:20).

Penerapan:
Dalam pandangan Allah, kondisi manusia yang jatuh sungguh kasihan. Karena itu, kita tidak perlu membanggakan pengetahuan, hikmat, pendidikan, dan kebudayaan kita. Kita perlu menyadari betapa “gersang, sepi, sunyi, muram, hancur”, “kosong”, dan “gelap” keadaan kita agar kita diberkati.

Pokok Doa:
Tuhan, selamatkan aku dari setiap perbuatan dosa. Aku tidak mampu menyelamatkan diriku dari setiap perbuatan dosa. Tuhan, masuklah ke dalamku karena hanya diri-Mulah yang dapat menyelamatkan aku.

22 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 1 Sabtu

Tujuan Dan Motivasi Pemberontakan Iblis
Filipi 2:6-7
“Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”

Tujuan pemberontakan Iblis ialah untuk meninggikan dirinya guna menyamai Allah. Dalam Yesaya 14:13-14, tercatat lima kali Iblis mengatakan, “aku hendak” pada saat pemberontakannya. “Aku hendak naik ke langit . . . aku hendak meninggikan takhtaku . . . aku hendak duduk di atas bukit . . . aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan; aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.”
Perkataan Iblis “aku hendak” dengan jelas menunjukkan ambisi besar Iblis. Iblis berambisi memperoleh kedudukan yang lebih tinggi, menyamai Allah. Ambisi ini menjadi motivasi pemberontakannya terhadap Allah dengan maksud jahat yang ingin menjatuhkan kekuasaan Allah. Alkitab mencatat, ambisi akan kedudukan adalah motivasi segala pemberontakan. Pemberontakan di Babel (Kej. 11:4), pemberontakan Datan, Abiram, dan 250 orang pemimpin bani Israel (Bil. 16:1-3), juga pemberontakan Absalom (2 Sam. 15:10-12), semuanya disebabkan oleh ambisi akan kedudukan. Tetapi Tuhan Yesus “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba,....” Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama (Flp. 2:7, 9).
Kita perlu berhati-hati terhadap ambisi, karena ambisi sangat mengerikan dan tersembunyi di dalam diri kita. Tentu saja setiap orang memiliki ambisi. Seorang yang tidak memiliki ambisi bukan seorang manusia. Kita perlu waspada, jangan tergoda oleh kedudukan dan kehormatan sehingga membuat kita memiliki ambisi yang salah dan melakukan dosa pemberontakan.

Pelaksana (Executor) Penghakiman Atas Iblis
1 Yoh. 3:8; Luk. 10:19; Ibr. 2:14; Why. 20:10

Meskipun Iblis, para malaikat pemberontak, dan roh-roh jahat (najis) telah dihakimi Allah, hari ini mereka masih tetap bergerak dan bekerja, karena hukuman terhadap mereka belum dilaksanakan. Hari ini, Iblis masih bisa pergi ke hadapan Allah untuk menuduh umat Allah (Ayb. 1:6-12; 2:1-7; Why. 12:10). Dia masih berkeliaran di bumi, mencari mangsa yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8), masih bekerja membutakan orang (2 Kor. 4:4), mengelabui mereka (2 Kor. 11:14), memenuhi hati mereka (Kis. 5:3, T.L.), dan beroleh keuntungan atas manusia (2 Kor. 2:11, T.L.). Dia masih “seorang yang kuat” yang menguasai “harta bendanya” (Mat. 12:29). Malaikat-malaikat pemberontak masih tetap merupakan penguasa dunia yang gelap ini (Ef. 6:12; lih. Dan. 10:20), (beberapa malaikat yang telah jatuh sekarang di penjara sampai hari penghakiman — 2 Ptr. 2:4, Yud. 6), dan setan-setan masih tetap sebagai roh-roh jahat (najis) yang bekerja di bumi (Mat. 12:43-45).
Siapa yang akan melaksanakan hukuman Allah terhadap Iblis dan pengikut-pengikutnya? Para pelaksana itu ialah orang-orang Kristen, orang-orang percaya yang menang. Dalam Wahyu 12, kita tahu bahwa para pemenang akan melaksanakan hukuman Allah terhadap Iblis. Allah telah menyatakan hukuman-Nya atas kaum pemberontak. Namun, hukuman itu tidak akan dilaksanakan sebelum gereja bangkit untuk melakukannya. Mengapa hukuman pada Iblis dan para pengikutnya belum dilaksanakan? Sebab Allah menunggu terbangunnya gereja. Hakim telah menentukan hukuman, tetapi Ia masih menunggu para pelaksana (executor) untuk melaksanakannya.
Ketika Tuhan Yesus hidup dalam daging sebagai manusia, Ia telah mulai melaksanakan hukuman Allah. Ia “menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis” (1 Yoh. 3:8). Tuhan memberi murid-murid-Nya “kuasa” (Luk. 10:19) untuk mengalahkan kekuatan musuh. Ketika murid-murid mengusir setan-setan, Iblis jatuh dari langit (Luk. 10:17-20). Melalui kematian-Nya di kayu salib, Ia memusnahkan Iblis (Ibr. 2:14). Ia telah meremukkan kepala ular tua.
Sekarang kita sebagai Tubuh-Nya, harus melanjutkan pelaksanaan ini, menghancurkan ekor ular itu. Hari ini gereja harus berdoa untuk “mengikat orang kuat itu” dan “merampok rumahnya” (Mat. 12:29), berperang melawan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12), dan mengusir setan-setan (Mat. 17:21) yang bekerja merusak orang-orang.
Melalui pelaksanaan hukuman oleh gereja, Iblis akan “dilemparkan ke bumi,” malaikat-malaikatnya akan “dilemparkan bersama-sama dengannya” (Why. 12:9). Kemudian ia akan diikat dan dilempar ke dalam jurang maut. Akhirnya, ia akan “dilempar ke dalam lautan api” (Why. 20:10). Saat itu genaplah pelaksanaan hukuman Allah atas Iblis dan pengikut-pengikutnya.

Penerapan:
Satu-satunya jalan untuk melawan Iblis adalah merendahkan diri. “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat” (1 Ptr. 5:5b-6a). Tuhan Yesus adalah teladan yang baik. Iblis meninggikan dirinya, namun Tuhan Yesus “merendahkan diri-Nya” (Flp. 2:8).

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, selamatkan aku dari ambisi akan kedudukan. Tuhan, ajarku untuk merendahkan diri seperti diri-Mu

21 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 1 Jumat

Sebab Pemberontakan Iblis
Yehezkiel 28:17
“Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.”

Iblis memberontak terhadap Allah karena kesombongan hatinya. Ia sombong karena kecantikannya, hikmatnya ia musnahkan demi semaraknya (Yeh. 28:17). Ia “penuh hikmat dan maha indah”, “gambar dari kesempurnaan” (Yeh. 28:12). Ini berarti ia sepenuhnya sempurna dan tidak bercacat sedikit pun. Tetapi ia terpesona memandang kecantikannya dan menjadi sombong. Ia melihat kesemarakannya dan menjadi binasa. Memandang kepada apa yang dijadikan Allah pada diri kita dan melupakan diri Allah sendiri selalu membuat kita sombong. Kesombongan itulah penyebab pemberontakan Iblis. Karena itu, rasul tidak mengizinkan orang yang baru bertobat menjadi penatua, “agar jangan menjadi sombong dan kena hukuman Iblis” (1 Tim. 3:6).
Semua kebajikan dan segala karunia rohani dapat diperalat Iblis untuk membuat kita sombong. Bahkan Rasul Paulus sendiri pun bisa saja “meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu” (2 Kor. 12:7). Iblis yang congkak itu masih berkeliaran di bumi untuk mencari mangsanya, yaitu orang sombong yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8). Tetapi, ia tidak berkuasa atas diri Tuhan Yesus (Yoh. 14:30), karena Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya hingga taat sampai mati (Flp. 2:8).
Dalam 1 Petrus 5:5 dikatakan, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”. Ini berarti, terhadap orang yang sombong, Allah akan menentangnya; terhadap orang yang rendah hati, Allah akan memberi karunia kepadanya. Jika kita pada hari ini ingin mendapatkan karunia Allah, kita harus memiliki satu sikap yang mendasar, yaitu rendah hati.

Apakah Alkitab Bertentangan Dengan Geologi?
Kej. 1:1-2

Para ahli geologi dan arkeologi berkata bahwa umur bumi ini jutaan tahun. Namun bila kita menghitung rentang waktu antara Adam sampai sekarang ini, kita akan menemukan angka kira-kira enam ribu tahun. Bagaimanakah kita menjelaskan hal ini?
Dalam bukunya “Earth’s Earliest Ages”, G.H. Pember mengatakan bahwa di antara Kejadian 1:1 dan 1:2 terdapat suatu “masa selang.” Berapa lamakah masa selang ini? Tak seorang pun dapat mengatakan berapa lama masa selang itu dan apa yang terjadi di atas permukaan bumi dan di atmosfer sebelum terjadi kondisi yang gersang dan kosong; Alkitab tidak memberi tahu apa-apa tentang hal ini. Tetapi, yang pasti, Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa bumi kita hanya berumur enam ribu tahun. Namun kita yakin bahwa sejarah manusia memang hanya berumur sekitar enam ribu tahun.
Masa selang yang panjang ini mencakup seluruh periode sejarah pra-Adam. Di masa selang inilah terjadi pemberontakan Iblis yang menyeret sepertiga malaikat dan makhluk-makhluk hidup di bumi. (Telah kita bahas bahwa Iblis asalnya adalah penghulu malaikat yang diciptakan Allah jauh sebelum manusia). Allah menghakimi bumi dan seluruh makhluk hidup yang ikut memberontak tersebut dengan air. Itulah sebabnya bumi terendam air. Tidak heran jika hari ini, para ahli dapat menemukan fosil yang umurnya jutaan tahun. Fosil-fosil itu pasti berasal dari makhluk-makhluk hidup yang terendam dalam air tersebut.

Dari sisa-sisa fosil, kita bisa melihat adanya kebuasan dan pembantaian. Bahkan penyakit dan kematian yang merupakan akibat dosa. Ini menjadi gambaran umum di antara makhluk hidup di bumi. Fakta ini menunjukkan bahwa fosil itu tidak berkaitan dengan dunia kita, sebab Alkitab menyatakan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah selama enam hari itu baik, dan tidak ada kejahatan sampai Adam berbuat dosa. Karena itu, fosil adalah sisa-sisa makhluk sebelum jaman Adam, dan juga menunjukkan tanda-tanda adanya penyakit, kematian, dan saling menghancurkan. Ini merupakan bukti milik jaman yang lain dan noda sejarah dosa mereka, sejarah yang diakhiri dengan hancurnya diri dan tempat tinggal mereka sendiri.— G. H. Pember, Earth’s Earliest Ages, 1942, reprinted 1975, pp. 34-35.

Jadi, kita sangat yakin bahwa tidak ada kontradiksi antara Alkitab dengan geologi. Segala bantahan ahli geologi atas Alkitab hanyalah bukti ketidak-mengertian mereka atas Alkitab. Betapa menakjubkannya Firman Allah, ia sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

Penerapan:
Jangan merasa tinggi hati karena memiliki kemampuan untuk melakukan banyak perkara, sehingga kita merasa lebih penting dan lebih baik dari orang lain. Kita perlu waspada selalu karena kemampuan yang kita miliki dapat diperalat Iblis untuk membuat kita menjadi sombong, sehingga kita melupakan Tuhan dan tidak mengandalkan-Nya lagi.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, ampuni aku yang seringkali menjadi sombong. Aku begitu sering melakukan perkara dengan kemampuan alamiahku tanpa bersandar pada-Mu. Pimpinlah aku Tuhan, agar aku boleh menjadi seorang yang rendah hati.

20 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 1 Kamis

Akibat Pemberontakan Iblis
Kejadian 1:2
“Bumi belum berbentuk (menjadi gersang - TL.) dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”

Pemberontakan Iblis membawa masuk penghakiman Allah (Yeh. 28:15-18). Allah tidak dapat membiarkan adanya pemberontakan di tengah ciptaan-Nya. Ayub 9:5-7 mengatakan bahwa “Allah membongkar-bangkirkan gunung-gunung dalam murka-Nya, menggeser bumi dari tempatnya, memberi perintah kepada matahari sehingga tidak terbit dan mengurung bintang-bintang dengan meterai.” Akibat hukuman Allah ini, langit tidak lagi memancarkan terang. Bumi tertutup kegelapan dan tenggelam dalam air.
Wahyu 12:4 mencatat bahwa pada saat memberontak, Iblis menyeret sepertiga dari para malaikat (sepertiga bintang) untuk memberontak kepada Allah. Hal ini bisa saja terjadi karena malaikat-malaikat yang menguasai dan memerintah alam semesta pra-Adam berada di bawah tangan Iblis. Para malaikat itu kini menjadi roh-roh jahat di udara (Ef. 2:2; 6:12).
Seluruh makhluk hidup yang berada di bumi pada waktu itu juga mengikuti Iblis memberontak melawan Allah. Mereka pun dihakimi oleh Allah. Sesudah dihakimi Allah, seluruh makhluk hidup itu menjadi roh-roh jahat (najis) yang tidak bertubuh. Itulah sebabnya mereka suka masuk ke dalam tubuh jasmani manusia atau binatang. Roh-roh jahat (najis) ini bergerak di bumi dan tinggal di dalam air (lih. Mat. 8:28-32). Air, yang dengannya Allah telah mengakhiri mereka, menjadi lautan yang dalam, tempat roh-roh jahat (najis) harus tinggal. G.H. Pember juga membuktikan bahwa di bawah samudera yang sangat dalam terdapat jurang yang tidak terduga dalamnya (abyss), yang merupakan tempat roh-roh jahat (najis) tinggal.

Asal Mula Iblis (3) - Imam
Yeh. 28:14; Yes. 14:12; Kel. 24:10, 17; 25:20

Yehezkiel 28:12b mengatakan bahwa Iblis “penuh hikmat”. Ini mungkin mengacu kepada pengertiannya atas kehendak Allah. Ini berarti saat itu ia menjabat sebagai imam.
Yehezkiel 28:14a mengatakan, “Engkaulah kerub terurap yang menudungi - (TL.), di gunung kudus Allah engkau berada.” Iblis adalah kerub terurap yang menudungi. Mungkin ini mengacu kepada ia menaungi (lih. Kel. 25:20) tabut perjanjian Allah di surga (Why. 11:19). Allah pernah mengurapi dan mengangkat pemimpin malaikat itu untuk menaungi tabut perjanjian-Nya. Yehezkiel memberitahukan bahwa kerub membawakan kemuliaan Allah (9:3; 10:18) dan sangat dekat dengan takhta Allah (10:1; 1:26). Hal ini menunjukkan, sebelum memberontak, Iblis tentu sangat dekat dengan Allah, membawakan kemuliaan Allah. Yehezkiel juga memberitahukan bahwa kerub itu ialah empat makhluk hidup yang mengemban fungsi khusus bagi Allah (10:20). Lagi pula keempat makhluk hidup dalam kitab Yehezkiel itu sama dengan yang ada dalam Kitab Wahyu (Yeh. 1:10, lih. Why. 4:7). Mereka berperan sebagai pemimpin dalam penyembahan kepada Allah. Hal ini sekali lagi menyatakan bahwa saat itu ia adalah imam besar dalam alam semesta yang memimpin semua makhluk menyembah Allah.
“… di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya” (Yeh. 28:14b). Ini tentu di surga, tempat kemuliaan Allah dinyatakan. Seorang Imam Allah tentu harus berada di tempat yang terdekat dengan Allah untuk melayani Allah. Selanjutnya, dalam Kitab Keluaran 24:10, 17, Musa, Harun, dan banyak orang lainnya melihat batu-batu nilam dengan kemuliaan Allah bagaikan api yang menghanguskan di bawah takhta Allah. Itulah batu-batu yang bercahaya-cahaya, seperti yang disebutkan dalam Yehezkiel ini. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa saat itu, Iblis juga memiliki wewenang khusus untuk bergerak di daerah kemuliaan Allah, tepat di bawah takhta Allah, dan sangat dekat dengan Allah.
Saudara saudari, asal mula Iblis amatlah elok. Ia adalah kerub yang diurapi Allah, yang paling dekat dengan Allah, menempati kedudukan yang tertinggi dalam ciptaan Allah. Ia sempurna dalam jalannya sejak ia diciptakan. Ia tidak saja memiliki jabatan raja tetapi juga jabatan imam. Namun karena ambisinya yang ingin melampaui Allah, maka Iblis telah disingkirkan dari kedudukan dan pelayanannya. Hari ini masih banyak orang yang mengikuti langkahnya yang salah. Padahal Allah telah memilih kita sebagai imam-imam dan raja-raja-Nya (Why. 5:9-10; 20:4-6) untuk mengambil alih kedudukan dan pelayanan Iblis, agar Iblis dipermalukan dan Allah dipermuliakan.

Penerapan:
Jika di dalam kita ada sifat pemberontak, misalnya: tidak taat terhadap pimpinan Tuhan yang di dalam, tidak taat terhadap orang yang lebih tua, kita perlu waspada, karena hal itu akan membawa masuk penghakiman Allah yang membuat kita merasa kosong dan gelap.

Pokok Doa:
Tuhan, ampuni diriku, seringkali aku sok pintar dan tidak taat pada pimpinan-Mu. Tuhan beriku hati yang mau taat, supaya setiap tindakanku sesuai dengan pimpinan-Mu.

19 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 1 Rabu

Bumi Menjadi Gersang Dan Kosong
Kejadian 1:2
“Bumi belum (menjadi—Tl.) berbentuk (gersang, sepi, sunyi, muram, hancur [Inggris: desolate]—Tl.), dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”

Terjemahan yang lebih tepat dari ayat dua adalah “Bumi menjadi gersang, sepi, sunyi, muram, hancur, dan kosong.” Kata “menjadi” menunjukkan bahwa bumi “telah berubah menjadi sesuatu yang lain”, menjadi begitu menyedihkan dan kosong. Yesaya 45:18 mengatakan, “Ia menciptakannya bukan supaya kosong.” Ayub 38 juga menunjukkan bahwa ketika Allah “meletakkan dasar bumi”, “menetapkan ukurannya” dan “merentangkan tali pengukur padanya”, bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama, dan semua anak Allah (malaikat-malaikat) bersorak-sorai. Ini menunjukkan bahwa bumi pada mulanya diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang baik karena Allah tidak menghendaki kekacauan (1 Kor. 14:33). Ciptaan-Nya pasti sempurna. Karena itu, kondisi gersang, sepi, sunyi, dan kosong dalam ayat dua, bukanlah kondisi asli penciptaan Allah pada mulanya.
Yeremia 4:23-26 menunjukkan alasannya. Ayat 26 mengatakan bahwa semua ini tak lain karena murka-Nya yang menyala-nyala. Mengapa Allah begitu murka dan menghukum alam semesta? Tidak ada alasan yang lebih tepat kecuali dosa. Dari Yehekiel 28:15, kita tahu bahwa penghulu malaikat telah memberontak kepada Allah. Dialah Iblis. Allah tidak menciptakan malaikat yang jahat. Allah menciptakan pemimpin malaikat yang baik dan sempurna. Pada saat memberontak, sejumlah besar malaikat mengikutinya dan berada di bawah kuasanya (Why. 12:4, 9). Seluruh mahkluk hidup yang ada di bumi waktu itu juga ikut dalam pemberontakan ini. Karena dosa inilah, Allah menghakimi bumi sehingga menjadi gersang, kosong, dan gelap.

Asal Mula Iblis (2) - Raja
Ayb. 38:4-7; Yeh. 28:13; Dan. 10:13; Yoh. 12:31; Ef. 2:2; Luk. 4:5-6; Yud. 9

Yehezkiel 28 menggambarkan jabatan Iblis dalam alam semesta sebelum pemberon-takan dan perusakannya. Ayat tiga belas mengatakan, “Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga”. G.H. Pember mengatakan bahwa ini menunjukkan tempat tinggalnya yang terbuat dari batu-batu permata.
Menurut bahasa aslinya, dalam ayat tiga belas seharusnya ada kalimat yang berbunyi, “Engkau selalu disertai bunyi seruling dan rebana, yang disediakan pada hari penciptaanmu (T.L.)”. Pada zaman kuno, alat-alat musik seperti nafiri, seruling dan kecapi dipakai untuk raja-raja (Dan. 3:5; 6:18). Hal ini menunjukkan bahwa penghulu malaikat itu (sekarang menjadi Iblis) adalah raja, pemegang kedudukan tertinggi dalam alam semesta sebermula.
Saat itu, Allah benar-benar telah menunjuk penghulu malaikat itu sebagai kepala alam semesta dan Allah pun telah menyerahkan segala makhluk dan benda ciptaan, baik yang di langit maupun yang di bumi kepadanya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sendiri menyebutnya sebagai “Penguasa dunia ini” (Yoh. 12:31). Rasul pun menyebutnya sebagai “Penguasa kerajaan angkasa” (Ef. 2:2). Lukas 4:5-6 juga menegaskan “Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: ‘Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.’” Bohongkah ini? Kalau bohong, tentunya Tuhan Yesus sudah menghardik Iblis. Karena Tuhan Yesus tidak menegurnya, pasti ini adalah fakta. Kalau ini adalah fakta, kapankah Allah memberikan semuanya itu kepada Iblis? Pasti ini terjadi sebelum ada Adam.
Posisi dan pangkat Iblis waktu itu begitu tinggi, sampai-sampai “Bahkan pemimpin malaikat Mikhael … tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan” (Yud. 9). Mikhael adalah salah satu pemimpin malaikat (Dan. 10:13). Ia tidak berani menghardik Iblis. Ini membuktikan bahwa dulu pangkat Iblis tentu lebih tinggi daripada Mikhael. Jadi, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Iblis pasti adalah raja, pemimpin malaikat yang tertinggi pangkatnya.
Iblis yang asalnya memiliki kedudukan yang begitu mulia, sekarang menjadi begitu hina. Hal ini harus menjadi peringatan serius bagi kita, jangan kita mengulangi kesalahan yang sama.
Sebaliknya kita asalnya adalah orang dosa yang sangat kasihan, namun Allah telah memberi kita kemuliaan. Haleluya!

Penerapan:
Setelah sekian lama menjadi orang Kristen, kecenderungan kita untuk melakukan dosa masih ada, karena sifat dosa sudah ada di dalam diri kita. Inilah sebabnya, kita sering merasa gersang dan hampa. Karena itu, marilah kita mengutamakan Tuhan dalam segala hal, sehingga Tuhan ada jalan untuk mengubah kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, lepaskanlah aku dari kegersangan, kekosongan, dan kegelapan di dalam diriku. Biarlah Roh-Mu bekerja di dalamku untuk menghasilkan hayat. Tuhan Yesus, aku mau agar air kematian di dalamku berubah menjadi air kehidupan.

18 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 1 Selasa

Elohim
Kejadian 1:1
“Pada mulanya Allah (Elohim - bahasa Ibrani) menciptakan langit dan bumi.”

Kali pertama Alkitab menyebutkan “Allah (Elohim)” adalah dalam Kejadian 1:1, yang berbunyi, “Pada mulanya Allah (Elohim - bahasa Ibrani) menciptakan....” Scofield menunjukkan bahwa “Elohim” tersusun dari dua kata Ibrani yang berarti “kekuatan” dan “kesetiaan”. Allah kita adalah Allah yang kuat dan setia. Semua yang Ia lakukan menunjukkan betapa besarnya kekuatan-Nya. Apa pun yang Ia katakan, pasti dipegang-Nya. Elohim merupakan sebuah kata benda tunggal-jamak (uni-plural noun). Kata ini adalah kata bentuk tunggal, tetapi juga jamak. Haleluya! Hal ini dengan jelas menyiratkan Trinitas Ilahi, yakni Bapa, Putra, dan Roh (Kej. 1:26a; 3:22a; 11:7a; Yes. 6:8a; Yoh. 17:11b, 22b; Mat. 28:19; 2 Kor. 13:14). Sebutan yang mengacu kepada Allah yang esa namun tritunggal ini, digunakan lebih dari 2500 kali dalam Perjanjian Lama.
Puji Tuhan, Allah sejati, yang kita sembah, bukan hanya sang Maha Kuasa tetapi juga sang Setia. Sebagai sang Maha Kuasa, Allah dapat menciptakan langit, bumi, segala sesuatu, dan manusia. Ia dapat menjadikan yang ada dari yang tidak ada. Sebagai sang Setia, Dia dapat disandari, tidak pernah berubah, dan tidak dapat digoyahkan. Perkataan dan pekerjaan-Nya adalah sekuat matahari dan seteguh bulan (Mzm. 89:33-37). Karena Dia Maha Kuasa, Dia dapat melakukan segalanya bagi kita. Karena Dia setia, Dia dapat melakukan apa pun bagi kita sesuai dengan firman-Nya, sesuai dengan janji-Nya, dan sesuai dengan perjanjian-Nya. Allah yang demikian sanggup memenuhi semua keperluan kita. Marilah kita belajar hanya bersandar pada-Nya.

Asal Mula Iblis (1) - Penghulu Malaikat
Yeh. 28:1-19; Ayb. 38:4-7

Meskipun nama Iblis tidak disebutkan dalam Kitab Kejadian, kita semua tahu bahwa ular dalam Kejadian pasal dua adalah wadah Iblis dan bahkan mungkin adalah perwujudan dari si Iblis. Wahyu 12:9 mengatakan, “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”
Kejadian pasal satu tidak mencatat apa pun mengenai penciptaan Iblis. Dari mana datangnya Iblis? Selain itu, dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sering kali kita baca mengenai roh-roh jahat (roh-roh najis [Inggris:unclean spirits]). Dari manakah datangnya roh-roh jahat ini? Selain itu, kita juga tidak melihat penciptaan malaikat dalam enam hari pekerjaan Allah dalam Kejadian pasal satu. Lalu, dari manakah datangnya malaikat?
Ayub 38:4-7 mengatakan bahwa tatkala Allah meletakkan dasar bumi, anak-anak Allah (malaikat) bersorak-sorai. Hal ini membuktikan bahwa Allah telah menciptakan malaikat sebelum Ia menciptakan bumi.
Yehezkiel 28:1-19 juga menjelaskan mengenai hal ini. Sembilan belas ayat ini dibagi menjadi dua bagian: (1) ayat 1-10 mencatat mengenai peringatan untuk raja Tirus.(2) ayat 11-19 adalah nyanyian ratapan untuk raja Tirus. Bagian pertama, yaitu peringatan untuk raja Tirus, mudah untuk dipahami. Namun, ketika kita membaca ayat 11-19, banyak hal yang sulit dipahami. Misalnya, ayat 13 mengatakan, “Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah.” Ayat sebelum dan sesudahnya menyatakan bahwa taman Eden ini bukan taman tempat Adam pernah tinggal. Taman Eden ini tidak berada di bumi, tetapi di langit, di atas gunung suci Allah. Ayat ini pasti bukan membicarakan raja Tirus, tetapi si Iblis.
Yehezkiel 28:12 menunjukkan bahwa Iblis (cat: Iblis adalah nama yang digunakan setelah ia berdosa) sebelum kejatuhannya sungguh luar biasa. Ia adalah “Gambar dari kesempurnaan …, penuh hikmat dan maha indah.” Ini berarti ia lebih unggul dari malaikat yang lain, sempurna, dan paling agung di antara semua ciptaan Allah. Yesaya 14:12 juga menunjukkan asal mula Iblis. Di sana Iblis disebut, “Bintang timur; putra fajar”. Sebagaimana bintang timur adalah bintang pemimpin dari sekian banyak bintang, maka Iblis pastilah merupakan pemimpin para malaikat. Gelar “putra fajar” menunjukkan bahwa ia sudah ada pada masa-masa alam semesta baru dijadikan. Jadi, Iblis bukan hanya salah satu dari antara malaikat-malaikat, ia bahkan penghulu malaikat yang tertinggi, kepala dari semua malaikat.

Penerapan:
Ketika menghadapi suatu masalah yang sulit, biasanya kita akan mencari beberapa cara yang kita anggap mampu menyelesaikan persoalan itu. Bila semua cara itu sudah dicoba dan gagal, barulah kita datang kepada Allah sebagai jalan terakhir. Mulai sekarang, marilah kita ubah urutan ini. Jadikanlah Allah sebagai yang pertama, bukan terakhir, maka kita akan mengalami sang Elohim itu.

Pokok Doa:
Ya Allah, ampunilah aku yang sering melupakan kekuatan dan kesetiaan-Mu. Aku sering mengandalkan manusia dan cara-caraku sendiri tanpa mengindahkan Engkau. Ajarlah aku menjadikan Engkau sebagai kekuatanku dan sandaranku satu-satunya.

17 April 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 1 Senin

Pada Mulanya Allah Menciptakan
Kejadian 1:1
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”

Judul asli Kitab Kejadian sebenarnya adalah “Pada Mulanya”, atau menurut versi terjemahan Septuagint (bahasa Yunani), adalah “Genesis” (dari bahasa Latin), yang berarti kelahiran atau asal mula. Kitab Kejadian mendatangkan kelahiran bagi segala sesuatu, memberi permulaan bagi segalanya. Dalam Kitab Kejadian inilah kita temukan benih-benih kebenaran ilahi. Semua kebenaran ilahi dalam seluruh Alkitab telah ditaburkan dalam kitab ini. Benih kebenaran ini selanjutnya berkembang di seluruh Alkitab.
Kitab Kejadian diawali dengan kalimat, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Inilah permulaan waktu, karena ditujukan kepada penciptaan Allah. Injil Yohanes 1:1 juga dimulai dengan frase, “pada mulanya”, tetapi yang dimaksud di sini adalah permulaan sebelum ada waktu atau kekekalan azali yang tanpa permulaan. Haleluya! Allah kita bukan hanya Dia yang ada sejak mulanya, tetapi juga permulaan dari segala sesuatu. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Frase “Pada mulanya Allah...” juga menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang berinisiatif. Dia berinisiatif menciptakan langit dan bumi, Dia juga berinisiatif menyelamatkan orang berdosa. Itulah sebabnya, kehidupan keluarga kita, pernikahan kita, atau pekerjaan kita seharusnya berawal dari Allah, bukan dari diri kita atau orang lain. Marilah kita memberi Allah kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru di dalam hidup kita! Dialah sang Pencipta segala sesuatu!

Penciptaan Allah
Kej. 1:1; Zak. 12:1; Mzm. 19:2; Kol. 1:15-16; Ibr. 1:2b; Ibr. 11:3; Yoh. 1:1-3

Allah kita adalah Allah yang hidup, juga Allah yang memiliki keinginan/tujuan. Itulah sebabnya Ia membuat rencana untuk mencapai tujuan-Nya. Penciptaan alam semesta adalah bagian dari rencana Allah. Mengapa Allah menciptakan langit? Apa tujuan-Nya? Alkitab menunjukkan bahwa langit diciptakan untuk bumi; para ahli dan sarjana pun dapat membuktikan hal ini. Banyaknya benda-benda di langit hanyalah untuk bumi; misalnya sinar matahari dan air berasal dari langit. Lalu untuk apakah bumi? Menurut Alkitab, bumi adalah untuk manusia. Zakharia 12:1 mengatakan, “Demikianlah firman TUHAN yang membentangkan langit dan yang meletakkan dasar bumi dan yang menciptakan roh dalam diri manusia.” Jadi, langit adalah untuk bumi, bumi untuk manusia, dan manusia untuk Allah. Allah menciptakan manusia adalah untuk menampung Dia, mengekspresikan Dia, dan memuliakan Dia. Hal ini bisa terjadi, karena roh yang diciptakan Allah dalam diri manusia memiliki kemampuan berkontak dengan Allah yang adalah Roh (Yoh. 4:24).
Sarana penciptaan Allah ialah Putra Allah (Kol. 1:15-16; Ibr. 1:2b) dan firman Allah (Ibr. 11:3; Yoh. 1:1-3). Ketika Allah menciptakan langit, bumi, dan segala isinya, Ia melakukannya melalui Kristus, dan berdasarkan Kristus. Sejak penciptaan, segala sesuatu mempertahankan eksistensinya dalam Kristus. Kristus adalah pusat (poros) yang mengendalikan setiap bagian jagat raya. Ibrani 1:3 mengatakan bahwa Kristus menopang segala sesuatu dengan firman kuasa-Nya, dan Kolose 1:17 mengatakan bahwa segala sesuatu berada dalam Kristus. Kelihatannya bumi tidak bergantung pada apa pun, tetapi sebenarnya ia ditopang oleh Kristus. Jika salah satu dari planet-planet menyimpang sedikit saja dari orbitnya, maka akan terjadi suatu benturan yang dahsyat. Tetapi Kristus menopang, mengendalikan, dan menggerakkan segalanya. Mengapa? Dia melakukan ini untuk kemuliaan-Nya. Jika langit runtuh dan bumi hancur, bagaimana dengan kita? Langit bermanfaat bagi bumi, bumi untuk kita, dan kita untuk kemuliaan-Nya. Itulah sebabnya, Kristus menopang, mengendalikan, dan menggerakkan seluruh alam semesta.
Penciptaan itu juga menyatakan Allah sendiri.“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm. 19:2). Meskipun manusia tidak dapat berkata banyak mengenai Allah, tetapi melalui keagungan yang terlihat dalam setiap ciptaan, manusia dapat mengenal bahwa Allah itu Maha Kuasa, sehingga mereka tidak dapat berdalih (Rm. 1:20). Tengoklah ciptaan-Nya. Bagaimana mungkin kita berkata, tidak ada Allah?

Penerapan:
Karena Allah adalah pemula dari segala sesuatu, marilah kita belajar mengawali hidup kita dengan Allah. Begitu membuka mata di pagi hari, datanglah kepada Tuhan terlebih dahulu. Hanya Dia yang sanggup menjadikan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Karena itu, marilah kita bawa semua rencana kita kepada-Nya dan melewati hari-hari kita bersama Allah dalam doa dan ucapan syukur.

Pokok Doa:
Ya Allah, aku mengundang Engkau masuk ke dalam hidupku, ke dalam pekerjaanku, ke dalam keluargaku, dan ke dalam rencana-rencanaku. Aku mau mengawali semua yang kulakukan bersama Engkau. Ya Allah, ciptakanlah sesuatu yang baru, yang berkenan kepada-Mu di dalam hidupku.

15 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 4 Sabtu

Jangan Menambahkan Dan Mengurangi Perkataan Nubuat
Wahyu 22:18
“Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: ‘Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.”

Aspek pertama dari peringatan ini adalah jangan menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan nubuat kitab ini, dan aspek kedua adalah jangan mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dalam kitab nubuat ini. Siapa saja menambahkan akan menerima malapetaka-malapetaka yang dikatakan dalam kitab ini, dan siapa saja mengurangkan akan kehilangan bagian atas pohon hayat dan kota kudus. Malapetaka utama yang diungkapkan dalam Kitab Wahyu adalah tiga celaka dari kesusahan besar dan kematian kedua, yaitu kebinasaan seluruh bagian manusia — roh, jiwa, dan tubuh — dalam lautan api. Hal yang menonjol dari berkat yang diwahyukan dalam Kitab Wahyu adalah pohon hayat dan kota kudus. Entah seseorang akan mengalami malapetaka atau mendapat bagian dalam berkat, semuanya tergantung pada bagaimana responsnya terhadap nubuat kitab ini. Kita harus menerimanya seperti yang tertulis di dalamnya. Jangan menambahkan konsepsi, pikiran, ide, pendapat, doktrin, ajaran, atau teologi kita kepada kitab ini. Jangan pula mengurangkan sesuatu dari dalamnya. Kalau kita menambahkan sesuatu ke dalam kitab ini, kita akan menerima malapetaka; kalau kita mengurangkan sesuatu darinya, kita akan kehilangan berkat, khususnya kehilangan berkat atas pohon hayat dan kota kudus. Ini adalah peringatan yang serius! Kalau kita mendengar peringatan ini, kita akan menerima perkataan yang tertulis dalam kitab ini sepenuhnya.

Doa, Pengharapan, Dan Berkat Penulis
Why. 22:20-21

Wahyu pasal dua puluh dua ayat dua puluh mengatakan, “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera!’ Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” Bagian depan dari ayat ini adalah kali ketiga Tuhan mengingatkan kita dalam pasal ini bahwa Dia segera datang. Bagian bawah ayat ini adalah doa Rasul Yohanes dan juga responsnya terhadap peringatan Tuhan. Ini juga adalah doa yang terakhir dalam Alkitab. Setelah mendengar perkataan kitab ini, kita semua seharusnya berdoa dan memberi respons yang sama seperti Yohanes, “Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” Ini adalah doa yang menyatakan pengharapan Yohanes. Karena itu, seluruh Alkitab tersimpul dengan kedambaan terhadap kedatangan Tuhan yang diwujudkan dalam doa.
Apabila kondisi rohani kita tepat, maka setiap hari kita akan mendambakan kedatangan Tuhan kembali.
Setelah diakhiri dengan doa, penulis memberi berkat kepada pembaca, katanya, “Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin” (22:21). Kita memerlukan anugerah untuk menerima, menaati, dan hidup dalam firman ini. Setelah melihat semua visi dan mendengar semua nubuat dalam kitab ini, kita masih memerlukan anugerah Tuhan. Hanya anugerah Tuhan Yesus yang mampu membuat kita hidup dan berjalan menurut visi dan nubuat ini. Bukan hanya kitab ini yang ditutup dengan anugerah, tetapi seluruh Alkitab ditutup dengan anugerah ini, yang membuat kita mampu mengalami Kristus yang almuhit dan berbagian dalam Allah Tritunggal, sehingga kita bisa menjadi ekspresi korporat-Nya yang kekal untuk menggenapkan tujuan kekal-Nya, agar Dia dan kita dapat saling menikmati kepuasan yang mutlak dan perhentian yang sempurna, sampai selama-lamanya.
Yerusalem Baru, butir besar terakhir yang diwahyukan dalam kitab ini, bukan hanya merupakan penutup dari seluruh Alkitab, melainkan juga merupakan perampungan sempurna dari semua butir penting yang diwahyukan dalam Alkitab. Allah Tritunggal, ekonomi Allah Tritunggal, penebusan Kristus, keselamatan Allah, kaum beriman, gereja, dan kerajaan, semuanya tersimpul dalam Yerusalem Baru sebagai butir penutup. Haleluya!

Penerapan:
Mungkin kita tidak menambahkan sesuatu ke dalam firman, tetapi tanpa sadar seringkali kita malah menguranginya, mengurangi bobot maknanya menurut kesukaan atau keadaan kita saat ini. Terimalah firman Tuhan apa adanya dan turutilah dengan bersandarkan kasih karunia yang Tuhan berikan kepada Anda. Bila Anda belum sanggup, katakan pada Tuhan bahwa Anda belum sanggup, tetapi jangan menguranginya.

Pokok Doa:
“Terima kasih atas peringatan-Mu ya Tuhan, aku tidak mau tertimpa malapetaka dan kehilangan berkat. Aku mau seperti anak kecil yang tulus, mendengarkan dan melakukan firman-Mu. Berilah rahmat-Mu.”

14 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 4 Jumat

Akar Dan Keturunan Daud
Wahyu 22:16
“Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.”

Ayat 15 mengatakan, “Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang- orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.” “Di luar” berarti di luar kota itu, tempat lautan api yang menampung semua orang dosa yang binasa. Semua orang yang cemar, yang berdosa, akan dibuang ke dalam lautan api, “tong sampah” universal.
Dalam ayat 16 Yesus mengatakan, “Aku adalah akar dan keturunan Daud, bintang fajar yang gilang-gemilang” (TL.) Dalam sifat ilahi-Nya, Kristus adalah akar, sumber Daud; dalam keinsanian-Nya, Kristus adalah keturunan, hasil Daud. Jadi, Dia adalah Tuhan, sebagai akar Daud; Dia juga anak, tunas Daud, sebagai keturunan Daud (Mat. 22:42-45; Rm. 1:3; Yer. 23:5).
Pada kedatangan-Nya kembali, Kristus akan menjadi matahari yang terbit bagi umat-Nya (Mal. 4:2), ini adalah yang umum; tetapi bagi para pencinta-Nya yang berjaga-jaga, Dia adalah bintang timur (fajar), ini adalah yang khusus, pahala bagi para pemenang (2:28). Sebagai akar dan keturunan Daud, Kristus berhubungan dengan Israel dan kerajaan; sebagai bintang fajar yang gilang-gemilang, Kristus berhubungan dengan gereja dan pengangkatan. Bintang fajar tampak pada saat yang paling gelap sebelum fajar. Kesusahan besar adalah saat yang paling gelap. Sesudah itu, zaman kerajaan adalah fajar merekah.

Roh Itu Dan Mempelai Perempuan
Why. 22:17

Ayat 17 mengatakan, “Roh dan pengantin perempuan itu berkata, ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata, ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!” Pada pasal 2 dan 3 Roh itu berbicara kepada gereja-gereja; pada akhir kitab ini, Roh itu dan pengantin perempuan (gereja) berbicara bersama-sama seperti satu orang. Ini menunjukkan bahwa pengalaman gereja atas Roh itu telah maju sedemikian rupa sehingga gereja dan Roh itu menjadi satu.
“Marilah” adalah respons Roh itu dan pengantin perempuan terhadap perkataan Tuhan dalam ayat 16 dan terhadap peringatan-Nya yang diucapkan-Nya berulang-ulang dalam ayat 7 dan ayat 12. Inilah pengharapan atas kedatangan Tuhan. Siapa saja yang mendengar respons ini, juga harus berkata, “marilah!” untuk menyatakan kedambaan yang sama atas kedatangan Tuhan. Demikian pula, setiap orang beriman yang mendambakan penampakan diri Tuhan (2 Tim. 4:8, merindukan kedatangan-Nya).
Kata “marilah” (datang) tercantum tiga kali dalam ayat ini. Kali pertama ditujukan kepada kedatangan kembali Tuhan Yesus. Telah kita katakan, ini adalah perkataan dari Roh itu dan pengantin perempuan. Namun, orang yang mendengar Roh itu dan pengantin perempuan mengatakan perkataan ini, juga ikut mengatakan, “Marilah!” Di satu pihak, Roh itu dan pengantin perempuan mendambakan kedatangan Tuhan; di pihak lain, mengharapkan orang dosa yang haus juga datang mengambil air hayat untuk kepuasaannya.
Bila kita dengan tulus hati mengharapkan kedatangan Tuhan, kita juga akan memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap keselamatan orang dosa. Sebab itu, kali ketiga dari kata “Marilah” (LAI:hendaklah ia datang) dalam ayat ini mengacu kepada kedatangan orang dosa yang bertobat. Siapa yang haus, boleh datang mengambil air hayat dengan cuma-cuma. Karena itu, ayat ini membahas tiga hal: respons dari Roh itu dan pengantin perempuan; perkataan orang yang mendengar pernyataan dari Roh itu dan pengantin perempuan; dan pengharapan terhadap orang dosa yang haus dan yang belum beroleh selamat, agar datang dan minum air hayat.

Penerapan:
Hanya orang yang berjaga-jaga yang kelak akan melihat Kristus sebagai bintang fajar. Marilah kita mulai sekarang membiasakan diri berjaga-jaga di dalam doa dan firman, serta giat melayani Tuhan menjelang hari kedatangan-Nya yang semakin mendekat.

Pokok Doa:
“Tuhan, hari ini aku datang kepada-Mu dan memperbaharui persembahan diriku. Tuhan, jadikan aku orang yang selalu berjaga-jaga dan ingatkanlah aku saat aku lemah bahwa Engkau akan segera datang. Tuhan, aku mau berbagian dalam keterangkatan orang-orang kudus.”

13 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 4 Kamis

Peringatan Mengenai Pahala Dan Ganjaran Tuhan
Wahyu 22:13
“Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.”

Ayat 13 mengatakan, “Akulah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.” Ini adalah pernyataan Tuhan pada akhir kitab ini, selaras dengan pernyataan Allah pada awal kitab ini (1:8). Artinya, Dia dapat dan bersyarat menggenapkan semua yang dikatakan kitab ini tentang Dia.
Jangan memaafkan diri sendiri dan berkata, “Visi ini sungguh ajaib, tetapi terlalu tinggi bagiku. Aku tidak dapat mencapainya!” Tuhan adalah Alfa dan Omega. Dia dapat menopang dan melaksanakan firman-Nya. Kita harus percaya kepada firman-Nya dengan seluruh diri kita. Jangan melihat diri sendiri, jangan bersandar pada diri sendiri, dan jangan pula memperhatikan diri sendiri. Kita ini bukan apa-apa. Kalau melihat diri sendiri, kita tidak akan dapat melakukan apa pun. Sebab itu, mata kita harus berpaling kepada Dia, percaya firman-Nya.
Tidak peduli berapa tinggi firman-Nya, kita harus mengaminkan apa yang dikatakan-Nya. Bila kita mengaminkan firman-Nya, kita dikuatkan oleh-Nya, bahkan memiliki iman yang hidup. Iman itu bukan berasal dari kita, melainkan berasal dari Dia. Kalau kita berpaling dari segala sesuatu kepada Dia, kita akan menikmati Dia sebagai Alfa dan Omega kita, dan sebagai segala sesuatu kita. Dia pasti menggenapkan semua janji-Nya yang ada dalam kitab ini. Yang perlu kita lakukan hanyalah berpaling kepada-Nya dan melatih iman kita terhadap Dia.

Kota Kudus
Why. 22:14, 19

Dalam ayat 14 dan 19 ada janji-janji Tuhan mengenai pohon hayat dan kota kudus. Pohon hayat untuk suplaian hayat, dan kota kudus untuk tempat tinggal dan pelayanan. Wahyu 22:19 mengatakan, “Dan jikalau seseorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.” Ini menunjukkan bahwa berbagian dalam kota ini sangat besar artinya.
Kota kudus, yang kelak menjadi bagian kita dan yang akan kita nikmati adalah perbauran Allah dengan seluruh kaum saleh-Nya. Dalam kota ini, kita akan menikmati Allah di dalam sesama kita, dan kita pun menikmati sesama kita di dalam Allah. Walaupun kenikmatan ini agak misterius, kita dapat mencicipinya dalam hidup gereja hari ini. Dalam hidup gereja kita menikmati Allah di dalam sesama kita, dan menikmati sesama kita di dalam Allah. Ini benar-benar suatu hidup bersama yang ilahi dan surgawi!
Manusia diciptakan Allah dengan suatu sifat insani yang mendambakan hidup berkelompok. Minat kita terhadap hidup berkelompok tidak dapat dipuaskan sepenuhnya termasuk oleh kehidupan pernikahan atau kehidupan rumah tangga kita. Mungkin kita memiliki banyak saudara laki-laki, saudara perempuan, saudara sepupu, keponakan dan kerabat yang lain, tetapi mereka tidak dapat memuaskan minat batiniah kita terhadap hidup berkelompok. Minat itu, hanya dapat dipuaskan dalam gereja.
Sebagian orang memenuhi minat ini dengan pergi ke klub malam dan mengunjungi pesta-pesta. Namun, klub-klub malam dan pesta-pesta tidak dapat memuaskan kebutuhan ini. Walaupun manusia lapar dan haus akan hidup berkelompok yang wajar, mereka justru diracuni oleh klub-klub malam dan pesta-pesta duniawi. Mereka bukan menerima minuman yang tepat untuk meleraikan rasa haus mereka, malah menerima racun. Hanya ada satu kumpulan yang murni, menyenangkan, penuh rawatan, penuh terang, memuaskan, dan membina, yaitu gereja. Hari demi hari, di dalam hidup gereja, kita menghadiri pesta surgawi. Pesta ini kudus, ilahi, dan rohani. Pesta ini adalah Allah berbaur dengan manusia. Sungguh nikmat menghadiri pesta ini!

Penerapan:
Karena Tuhan adalah segala sesuatu kita dan karena Dia begitu kuat, kita tidak dapat beralasan dan mengatakan, “Oh, aku sangat lemah. Situasi keluargaku sulit dan lingkunganku juga tidak menguntungkan.” Semakin sulit lingkungan kita, semakin limpah Tuhan terhadap kita. Semakin banyak pencobaan yang menimpa kita, semakin kuat Tuhan terhadap kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, tidak ada sesuatu sebelum atau sesudah diri-Mu, tidak ada asal usul atau kesimpulan tanpa diri-Mu. Oh Tuhan, Engkau kuat dalam janji, dalam dorongan, dan dalam menguatkan kita. Engkau pasti menggenapkan apa yang Kaukatakan dalam kitab ini. Karena itu, buatlah aku terus maju, tidak patah arang karena banyak hal yang mengecewakan terjadi dalam hidupku.

12 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 4 Rabu

Peringatan-Peringatan (1)Wahyu 22:6
“Lalu Ia berkata kepadaku: ‘Perkataan-perkataan ini tepat dan benar, dan Tuhan, Allah yang memberi roh kepada para nabi (Allah dari roh para nabi – TL.), telah mengutus malaikat-Nya untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi.’”

Wahyu 22:6-21 adalah kesimpulan dari kitab ini. Dalam ayat 6, Tuhan Allah disebut Allah dari roh para nabi. Ini menunjukkan bahwa nubuat-nubuat ini berhubungan dengan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang diucapkan oleh nabi-nabi dalam roh mereka yang berada di bawah gerakan Allah. Karena itu, untuk memahami nubuat-nubuat ini, kita juga perlu di dalam roh menerima pengurapan Allah.
Apabila kita berada dalam roh yang tepat, sehingga kita bisa memahami nubuat-nubuat ini, maka kita akan menyadari bahwa selain Tuhan membentangkan berbagai berkat-Nya, Dia juga memperingatkan kita agar kita tidak hidup dengan sembrono, melainkan berjaga-jaga senantiasa.
Ayat 7, 12, dan 20 memperingatkan kita bahwa Tuhan segera datang. Dalam ayat-ayat itu Tuhan berkata, “Aku datang segera.” Selain itu, di awal Kitab Wahyu, Tuhan sudah dengan jelas mengatakan, “apa yang harus segera terjadi” dan di ayat ini sekali lagi Tuhan mengatakan, “apa yang harus segera terjadi”. Ini peringatan dari Tuhan. Jika kita memperhatikan peringatan ini, kita akan diberkati; jika tidak, kita akan kehilangan berkat ini. Pada zaman ini, semua peristiwa terjadi dengan sangat cepat. Sebab itu, kita harus berjaga-jaga dan berdoa. Kita harus siap di dalam roh dan di dalam kehidupan kita setiap hari. Semoga Tuhan melindungi kita sehingga kita semua menjadi orang yang berjaga-jaga, berdoa, dan siap siaga.

Peringatan-Peringatan (2)
Why. 22:6-7, 12, 20

Dalam ayat 7 Tuhan juga berkata, “Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!” Di sini Tuhan dengan jelas memberi tahu kita bahwa jika kita menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini, kita akan bahagia. Dalam 1:3 Tuhan mengatakan kata-kata yang sama. Kata-Nya, “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Kitab ini ditulis terutama untuk memberikan berkat Allah kepada umat-Nya. Bisa atau tidaknya kita berbagian dalam berkat ini, tergantung pada bagaimana kita menghadapi perkataan yang terdapat dalam kitab ini. Kita harus menerima dan menuruti perkataan itu, agar diberkati.
Ayat 10 mengatakan, “Lalu ia berkata kepadaku, ‘Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya sudah dekat.’” Nubuat-nubuat Daniel dimeteraikan, karena nubuat-nubuat itu diberikan jauh sebelum akhir zaman, tetapi nubuat-nubuat kitab ini tidak boleh dimeteraikan, sebab waktunya sudah dekat. Kitab Wahyu tidak boleh dimeteraikan, malah harus selalu terbuka bagi kita dan orang lain.
Ayat 11 mengatakan, “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!” Pada zaman kitab ini ditulis, bagaimana keadaan seseorang, entah dia jahat atau benar, cemar atau kudus, adalah suatu hal yang serius. Hal ini berarti kalau kita selalu membiarkan firman itu terbuka bagi kita, kita akan terus-menerus menjadi kudus dan benar. Tetapi kalau kita tidak mau membiarkan firman ini terbuka bagi kita, kita akan menjadi semakin jahat dan cemar, tetap dalam keadaan yang sangat kasihan itu, sampai tiba saat penghakiman. Benar berarti hidup (bergerak) menurut jalan Allah yang benar secara lahiriah, sedangkan kudus berarti hidup menurut sifat kudus Allah secara batiniah. Pada zaman kitab ini ditulis, kita harus hidup dan bertindak secara demikian agar kita dapat menerima pahala. Kalau tidak, kita akan dihakimi sebagai orang yang jahat dan cemar, dan akan menerima penghukuman pada saat Tuhan datang kembali (ay. 12).

Penerapan:
Jika kita mempercayai firman Tuhan, maka kita akan memandang penting apa yang dikatakan Tuhan, lebih-lebih jika Tuhan menganggap hal itu sangat penting. Kita perlu sering memproklamirkan, “Tuhan datanglah segera.” Semakin kita memproklamirkan hal ini, kita akan semakin berjaga-jaga.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, perbaruilah terus pikiranku hingga aku tidak lagi memandang penting hal-hal di dunia ini, tetapi lebih mengutamakan hal-hal yang kekal. Jangan biarkan aku tertipu dengan segala daya pikat dunia yang membinasakan ini. Oh Tuhan, selamatkan aku setiap hari dari pencemaran dunia, buatlah aku selalu siap sedia bagi kedatangan-Mu.

11 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 4 Selasa

Tidak Ada Lagi Kutuk
Wahyu 22:3
“Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya.”

Dalam kekekalan, “tidak akan ada lagi laknat (yang terkutuk)”. Sebaliknya, takhta Allah dan Anak Domba itu akan menjadi bagian kekal kita. Kutuk masuk melalui kejatuhan Adam (Kej. 3:17), namun telah ditanggulangi oleh penebusan Kristus (Gal. 3:13). Karena dalam langit baru dan bumi baru tidak ada lagi kejatuhan, maka kutuk pun tidak akan ada lagi.
Tidak banyak orang Kristen yang mengerti apa saja yang termasuk dalam kutuk. Hal-hal seperti kebencian, kritik, dan gosip termasuk dalam kutuk. Jika saudara dan saudari saling mengecam, itu pun tanda bahwa gereja di tempat mereka ada di bawah kutuk. Selanjutnya, jika ada orang yang lemah begitu rupa sehingga keadaannya mati, itu adalah tanda kutuk. Apakah kita menyadari berapa besar lingkupan kutuk? Pernahkah kita memikirkan “tidak ada lagi kutuk” itu mencakup pula tidak ada lagi pertengkaran? Bila tidak ada lagi kutuk, semuanya tenang, menyenangkan, hidup, cerah, murni, dan sempurna. Bila kita ada di dalam Yerusalem Baru, kita akan berbagian dalam berkat yang besar itu.
Hari ini dalam hidup gereja, kita semua damba bisa mengatakan bahwa dalam hidup gereja hari ini juga tidak ada lagi kutuk. Apabila kita damba melihat dan mengalami keadaan ini, maka semua saudara saudari harus belajar mempraktekkan semua prinsip-prinsip Yerusalem Baru. Maka kita akan mencicipi realitas Yerusalem Baru. Semoga demikianlah keadaan di semua gereja lokal.

Berkat-Berkat Lain
Why. 22:3-5; Mat. 28:19

Begitu banyak berkat yang kita nikmati dalam Yerusalem Baru. Selain, menikmati kota kudus, sungai air kehidupan, pohon kehidupan, takhta Allah dan Anak Domba, tidak ada lagi kutuk, ayat tiga mengatakan, “Hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya (melayani Dia – TL.).” Melayani Allah dan Anak Domba juga merupakan berkat bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Walaupun umat tebusan Allah akan melayani Allah dan Anak Domba dalam kekekalan, namun mereka tidak akan melayani-Nya sebagai imam. Tegasnya, di langit baru dan bumi baru tidak akan ada imam. Pelayanan tetap ada, tetapi tidak ada jabatan imam. Pelayanan imamat selalu meliputi aspek penebusan. Karena di langit baru dan bumi baru tidak akan ada lagi masalah dosa, maka tidak perlu ada pekerjaan penebusan. Sebab itu, di sana tidak ada lagi pelayanan imamat. Namun, kita tetap akan menjadi pelayan (hamba) Allah dan Anak Domba, dan kita akan melayani-Nya selama-lamanya.
Ayat empat mengatakan, “Mereka akan melihat wajah-Nya.” Ini pun adalah berkat bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Selain itu ayat ini juga mengatakan bahwa di dahi umat tebusan Allah akan tertulis nama Allah dan Anak Domba. Ini juga merupakan berkat Allah Tritunggal yang dinikmati umat tebusan Allah dalam kekekalan. Kita tidak akan memiliki dua nama, melainkan hanya memiliki satu nama, nama Allah dan Anak Domba. Karena kita adalah milik-Nya, nama-Nya akan tertulis di dahi kita selama-lamanya. Kita bukan hanya akan menjadi milik-Nya, kita pun akan bersatu dengan-Nya.
Ayat lima mengatakan, “Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka.” Diterangi Tuhan Allah merupakan berkat lain bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Ayat lima juga mengatakan, “Dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.” Memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya adalah berkat terakhir bagi umat tebusan Allah dalam kekekalan. Itulah berkat-berkat yang akan kita nikmati di langit baru dan bumi baru. Terpujilah Allah tritunggal yang menganugrahkan berkat-berkat sebesar itu kepada kita. Marilah kita bangkit mengasihi Dia!

Penerapan:
Pertengkaran, gosip, kebencian, kritik, kelemahan, atau situasi kematian seringkali merupakan bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. Marilah kita ganti kutuk dengan kasih melalui berjalan di dalam terang firman Tuhan dan belajar mendoakan orang lain dengan sungguh-sungguh.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampuni aku yang kurang mengekspresikan kasih-Mu. Tuhan, terangilah batinku sehingga segala kutuk yang bercokol di dalam hatiku tersingkir, agar keberadaanku menjadi berkat bagi banyak orang. Jadikan aku pengasih sesama, bukan pembenci sesama.

10 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 4 Senin

Tiga Benda Mustika
Wahyu 21:11
“Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.”

Kota Yerusalem Baru dibangun dengan benda mustika, yaitu dengan tiga macam benda berharga, yang menyatakan bahwa pembangunan itu dilaksanakan oleh Allah Tritunggal.
Pertama, kota dan jalan kota itu terbuat dari emas (ayat 18, 21). Emas, lambang sifat ilahi Allah, melambangkan Bapa sebagai sumber, yang menghasilkan unsur pembentuk apa adanya kota itu.
Kedua, kedua belas pintu gerbang kota itu dari mutiara, yang melambangkan kematian Putra yang menaklukkan maut, dan kebangkitan-Nya yang menyalurkan hayat. Melalui kedua hal itu, terbukalah jalan masuk ke dalam kota itu.
Ketiga, tembok kota itu dan batu dasarnya dibangun dengan batu permata. Hal itu melambangkan pekerjaan pengubahan Roh itu atas kaum saleh yang ditebus dan dilahirkan kembali menjadi batu-batu permata untuk pembangunan tempat tinggal kekal Allah, sehingga mereka dapat mengekspresikan Allah secara korporat dalam kemuliaan-Nya yang meresapi mereka.
Dalam Taman Eden, tiga macam benda mustika itu berwujud bahan-bahan (Kej. 2:11-12), sedangkan dalam kota Yerusalem Baru benda-benda mustika itu telah dibangun untuk merampungkan tujuan kekal Allah, ekspresi korporat-Nya.
Membandingkan tiga benda mustika di kitab Kejadian dan kitab Wahyu, seharusnya bisa membuat kita lebih mengasihi Tuhan, karena tahu hasil akhir penuntutan kita tidak sia-sia.

Penciptaan
Dan Pembangunan
Kej. 2; Why. 21; Yoh. 1:42; Mat. 16:18; 1 Ptr. 2:4-5; 1 Kor. 3:9-12

Alkitab membahas dua hal pokok - penciptaan Allah dan pembangunan Allah. Pada permulaan Alkitab tercantum penciptaan, dan pada akhir Alkitab tercantum pembangunan. Di antara kedua ujung ini terdapat pekerjaan pembangunan Allah.
Dalam Kejadian 2 tercantum sebuah taman, dan dalam Wahyu 21, sebuah kota dibangun. Taman adalah sesuatu yang alamiah yang Allah ciptakan, dan kota adalah sesuatu yang dibangun oleh Allah. Dalam taman ada pohon hayat, dan dekat pohon hayat itu ada sungai yang mengalir ke empat jurusan (Kej. 2:8-10). Sepanjang aliran sungai itu terdapat emas, damar bedolah (damar bedolah adalah getah tumbuhan yang mengeras dan membentuk suatu benda seperti mutiara), dan batu krisopras, sejenis batu permata. Yerusalem Baru, sebagai kota yang dibangun Allah, tersusun dari batu-batu berharga tersebut. Jadi, dalam penciptaan, Allah menghasilkan bahan-bahan bangunan, lalu membangunnya, menyusun bahan-bahan itu menjadi satu, yaitu Yerusalem Baru.
Ketika Petrus bertemu dengan Tuhan Yesus untuk pertama kalinya, Tuhan mengganti namanya dari Simon menjadi Kefas, yang berarti batu (Yoh. 1:42). Setelah Petrus menerima wahyu bahwa Tuhan adalah Kristus, Anak Allah yang hidup, Tuhan berkata, “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat. 16:18). Dalam satu ayat ini ada batu dan batu karang. Kemudian, dalam suratnya yang pertama, Petrus berkata, “Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormati di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani...” (1 Ptr. 2:4-5). Sebab itu, konsepsi yang menyatakan kaum beriman adalah batu yang akan dibangun menjadi tempat kediaman Allah bukanlah hal yang baru dalam Kitab Wahyu.
Paulus memiliki konsepsi yang sama dalam 1 Korintus 3. Di sana ia mengatakan bahwa gereja adalah ladang Allah dan bangunan Allah; sedang ia sendiri adalah ahli bangunan yang cakap (ayat 9-10). Dalam potongan firman itu, Paulus juga mengingatkan kita agar hati-hati memilih bahan bangunan. Kita tidak boleh membangun dengan kayu, rumput kering, dan jerami, melainkan dengan emas, mutiara, dan batu permata (ayat 10, 12).

Penerapan:
Tiga macam benda mustika yang berwujud bahan-bahan dalam kitab Kejadian berubah menjadi bangunan untuk tujuan Alah dalam Yerusalem Baru. Apakah kita juga mau dibangunkan menjadi bahan bangunan Yerusalem Baru? kita perlu lebih banyak menikmati Firman yang mengubah kita menjadi bahan mustika bagi pembangunan Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, jangan tinggalkan aku untuk digenapkan di zaman yang akan datang. Genapkan aku sekarang, ya Tuhan. Buatlah aku menjadi orang yang membangun dengan barang-barang berharga, emas, mutiara, dan batu permata.

08 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 3 Sabtu

Menikmati Pohon Kehidupan
Wahyu 22:2
“Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.”

Dalam ayat dua ini, kata “pohon-pohon” (jamak) menurut bahasa aslinya adalah “pohon” (tunggal), mengacu kepada satu pohon tertentu (the tree), yakni pohon kehidupan. Satu pohon tumbuh di kedua sisi sungai menunjukkan bahwa pohon kehidupan ini tidak tumbuh ke atas melainkan menjalar seperti pohon anggur yang menyebar dan menjalar ke sepanjang aliran sungai air kehidupan itu untuk diterima dan dinikmati umat Allah.
Pada mulanya, Allah ingin kita makan buah dari pohon kehidupan, itulah sebabnya Ia menempatkan pohon tersebut di tengah-tengah taman (Kej. 2:9). Tetapi karena berdosa, pohon kehidupan menjadi tertutup bagi manusia (Kej. 3:22-24). Kini, melalui kematian Kristus, tirai itu telah terbelah (Ibr. 10:19-20). Hari ini, kita dapat menikmati Kristus sebagai pohon kehidupan (Yoh. 6:35, 57). Kelak, dalam Kerajaan Seribu Tahun, kenikmatan atas Kristus sebagai pohon kehidupan hanya dapat dinikmati oleh para pemenang sebagai pahala (2:7). Akhirnya, dalam langit baru dan bumi baru, kenikmatan Kristus sebagai pohon kehidupan, merupakan bagian kekal semua orang tebusan Allah (22:14, 19).
Menikmati Kristus sebagai pohon kehidupan adalah keperluan sejati kita, seperti syair di bawah ini:
Allah t’lah b’rikan Putra-Nya, jadi pohon hayat kita;
Agar Dia kita kecap, Dia makanan kita!
Dia makanan kita! Dia makanan kita!
Kita kecap dan saksikan, Dia makanan kita!

Menyembuhkan Bangsa-Bangsa
Why. 22:2, 14; Kej. 3:7

Pada akhir zaman ini, sebagian besar penduduk bumi akan terbunuh akibat sangkakala keenam dan ketujuh. Sisanya akan dihakimi oleh Kristus di takhta kemuliaan-Nya ketika Dia kembali ke bumi. Orang-orang yang dihakimi, “kambing-kambing”, akan dikutuk dan akan binasa di lautan api; sedangkan yang dibenarkan, “domba-domba”, akan diberkati dan akan mewarisi kerajaan yang disiapkan untuk mereka sejak dunia dijadikan (Mat. 25:31-46).
Berbeda dengan orang beriman Perjanjian Baru, “domba-domba” itu tidak beroleh selamat dan tidak dilahirkan kembali; mereka hanya dipulihkan kepada keadaan semula, menjadi seperti Adam. Mereka akan menjadi bangsa-bangsa, warga Kerajaan Seribu Tahun. Dalam kerajaan itu, kaum beriman pemenang akan menjadi raja-raja (20:4, 6) dan sisa Israel yang beroleh selamat akan menjadi imam-imam (Za. 8:20-23).
Setelah Kerajaan Seribu Tahun, sebagian dari bangsa-bangsa ini akan memberontak melawan Tuhan akibat hasutan Iblis, dan akan dihanguskan oleh api dari surga (20:7-9). Sisanya akan dipindahkan ke bumi baru sebagai bangsa-bangsa, yang akan hidup di sekitar Yerusalem Baru dan berjalan dalam cahayanya. Mereka adalah umat Allah yang disebut dalam 21:3-4. Sebagai manusia ciptaan tetapi tidak dilahirkan kembali, mereka akan tetap hidup selama-lamanya dengan penyembuhan dari daun-daun pohon kehidupan (22:2).
Ayat 2 juga mengatakan, “Daun-daun pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.” Dalam Alkitab, daun melambangkan perbuatan manusia (Kej. 3:7). Daun-daun pohon kehidupan melambangkan perbuatan Kristus. Bangsa-bangsa yang dipulihkan, disembuhkan dengan daun-daun pohon kehidupan. Artinya, mereka menjadikan perbuatan-perbuatan Kristus sebagai pemandu dan peraturan supaya mereka dapat menempuh hidup sebagai manusia, sampai selamanya. Bangsa-bangsa itu akan memandang cara Tuhan Yesus berperilaku, perbuatan-perbuatan-Nya akan menjadi sumber kesembuhan bagi mereka, dan kesembuhan itu akan memelihara kehidupan mereka sampai selamanya.

Penerapan:
Karena jalan menuju ke pohon hayat telah terbuka, marilah kita setiap saat menghampiri dan menikmati suplai dari pohon hayat ini melalui mencerna, merenungkan, dan menerapkan firman Tuhan yang baru saja kita baca atau dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Hanya dengan demikian barulah kita mendapatkan kepuasan yang sejati.

Pokok Doa:
“Bapa, aku bersyukur kepada-Mu atas penebusan yang telah Engkau kerjakan melalui Putra-Mu sehingga aku boleh datang dan menikmati pohon hayat sebagai suplaiku setiap hari. Bapa, beriku hati yang selalu rindu akan firman-Mu dan menyimpannya di dalam hatiku.”

07 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 3 Jumat

Jernih Bagaikan Kristal (1)
Wahyu 22:1
“Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.”

Wahyu 22:1 mengatakan bahwa sungai air hayat jernih bagaikan kristal. Ini berarti ia tidak keruh, tidak kabur. Ketika air hayat ini mengalir di dalam kita, ia memurnikan kita dan membuat kita transparan seperti kristal. Semakin banyak air hayat mengalir di dalam kita, ia akan mengangkut semakin banyak hal yang menutupi penglihatan batin kita. Ia memberi kita penglihatan yang bersih, dan membuat diri kita, dan segala hal yang berhubungan dengan kita sejernih kristal.
Mengapa aliran ini dapat membuat kita jernih? Karena aliran ini tak lain adalah Allah Tritunggal itu sendiri. Dalam Wahyu 22:1 kita nampak Allah Tritunggal — Allah, Anak Domba, dan sungai itu. Allah, Bapa, adalah sumber; Anak Domba, Putra, adalah Penebus; dan sungai, adalah Roh itu. Jadi, kita mempunyai Bapa sebagai sumber; Putra sebagai saluran; dan Roh itu sebagai aliran. Nyanyikanlah kidung ini:

Dari lubuk roh-ku, air hayat memancar;
Itu aliran Sang Trinitas.
Sang Bapa sumbernya, Sang Kristus sungainya,
Sang Roh arus pemberi hayat.

Ku harga-i aliran hayat;
Hayat jiwa tak ku sisakan.
Perdalam aliran ya, Tuhan;
Pada datang-Mu ku dewasa.

Jernih Bagaikan Kristal (2)
Why. 22:1

Contoh pengalaman atas aliran sungai air hayat dapat pula kita temukan pada orang-orang muda. Banyak orang muda sangat memperhatikan masalah pernikahan dan ingin mengetahui kehendak Allah mengenai masalah ini. Pertama-tama, mereka berdoa tentang ini, mohon Tuhan menunjukkan kepada mereka orang yang telah disiapkan-Nya untuk mereka. Kemudian mereka datang ke penatua untuk bersekutu. Mungkin penatua memberi tahu mereka sejumlah prinsip mengenai umur, pendidikan, ras, latar belakang keluarga, watak, dan kerohanian. Bila Anda berkonsultasi dengan seorang Kristen yang cukup berpengalaman mengenai masalah pernikahan, mungkin ia selalu menjelaskan masalah-masalah itu untuk Anda pertimbangkan. Jika Anda dari utara, ia menasihati agar Anda jangan menikah dengan orang yang dari selatan karena perbedaan-perbedaan di antara kalian. Selanjutnya, ia mungkin mendorong Anda untuk menikah dengan orang yang berwatak serupa dengan Anda. Jika Anda mempunyai watak yang cepat, ia mungkin mengatakan kepada Anda jangan menikah dengan saudari dengan watak yang lamban, dan lain sebagainya.
Tetapi, ketika kita berada dan menghadapi situasi yang sebenarnya, ternyata analisis menurut prinsip-prinsip itu tidaklah manjur. Semakin kita menganalisis menurut umur, pendidikan, ras, watak, dan kerohanian semata, kita semakin diselubungi. Tuhan menampakkan kepada kita bahwa cara mengenal kehendak-Nya mengenai pernikahan bukanlah menganalisis dengan cara itu, melainkan dengan sederhana menyerahkan diri kita pada pimpinan-Nya dan membiarkan aliran-Nya bergerak di dalam kita. Semakin banyak aliran-Nya bergerak di dalam kita, kita akan semakin sejernih kristal.
Kita harus tunduk pada kekepalaan Kristus dan berkata, “Tuhan Yesus, Engkau adalah Kepalaku dan Tuhanku yang berdaulat. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu.” Bila kita berbuat demikian, di dalam kita ada satu aliran! Suplai batiniah! Segera, aliran itu membuat kita jernih, dan kita jelas akan kehendak Tuhan. Bila kita berbuat demikian, kita akan dapat mengatakan, “Tidak ada lagi selubung di mataku. Setiap selubung telah dibuang, dan aku jernih. Seluruh situasi menjadi sejernih kristal bagi penglihatanku.”

Penerapan:
Saat menghadapi suatu masalah yang pelik, mudah sekali kita menjadi bingung dan segera mencari seseorang untuk menolong kita. Ketika semua usaha gagal, baru kita sadar untuk berpaling kepada Tuhan. Ini membukti-kan betapa tidak jernihnya kita terhadap kehendak Allah. Marilah kita dalam hal apa pun belajar lebih dulu datang kepada Tuhan dan terbuka kepada-Nya, sehingga terhadap kehendak-Nya kita menjadi jernih seperti Kristal.

Pokok Doa:
“Ya Tuhan, terima kasih atas semua pengaturan ilahi-Mu dalam kehidupanku. Aku mau menikmati aliran hayat-Mu dan buatlah aku jernih seperti kristal sehingga aku mengerti kehendak-Mu, melakukannya, dan menjadi berkat bagi orang-orang di sekelilingku.”

06 April 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 3 Kamis

Takhta Allah Dan Anak Domba
Wahyu 22:1
“Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.”

Frase “takhta Allah dan takhta Anak Domba” sebenarnya dalam bahasa aslinya adalah “takhta Allah dan Anak Domba”. Jadi, hanya ada satu takhta. Karena itu, kita dapat mengatakan bahwa yang duduk di atas takhta itu adalah Allah sang Pencipta, juga Anak Domba Penebus. Haleluya! Dialah “Anak Domba-Allah”.
Dari takhta yang satu itu seharusnya mengalir kekuasaan, tetapi takhta ini mengalirkan sungai air hayat (kehidupan) sebagai anugerah untuk menyuplai dan memuaskan kita. Tetapi jangan memisahkan kekuasaan dari anugerah atau sebaliknya. Karena jika kita memiliki anugerah, kita pasti ada di bawah kekuasaan, dan jika kita ada di bawah kekuasaan, kita pasti memiliki anugerah.
Kita perlu tunduk di bawah takhta Allah dan Anak Domba ini agar kita dapat menikmati suplai yang serba limpah lengkap ini. Kapankala kita tunduk kepada Allah Penebus, memandang Dia sebagai Kepala, kita akan segera merasakan sesuatu yang hidup mengalir di dalam kita. Semakin menikmati aliran ini, semakin kita tunduk di bawah kuasa takhta. Selain itu, semakin kita menikmati aliran ini, kita juga akan semakin memiliki kekuasaan ilahi.
Beberapa orang Kristen mungkin mengangkat diri mereka menjadi penguasa atas yang lain. Kekuasaan semacam itu adalah meninggikan diri sendiri. Kekuasaan yang sejati berasal dari takhta Allah dan Anak Domba, melalui menikmati dan mengalirkan air hayat (kehidupan).

Sungai Air Kehidupan
Why. 22:1; Kej. 2:10; Mzm. 46:5; Yeh. 47: 5, 9; 1 Kor. 10:4; Kel. 17:1-6; Mzm. 78:16; Yoh. 4:10; Yoh. 7:37-38

Sekarang kita akan melihat bagaimana Allah Penebus yang duduk di atas takhta menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam seluruh umat tebusan-Nya. Allah menyalurkan diri-Nya ke dalam kita melalui sungai yang mengalir keluar dari takhta. Itulah sebabnya dalam 22:1, sungai ini disebut “sungai air kehidupan (hayat)”.
Ada banyak referensi lain tentang sungai ini dalam Perjanjian Lama. Kejadian 2:10 mengatakan, “Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.” Menurut ayat ini, satu sungai akhirnya menjadi empat cabang yang mencapai keempat penjuru bumi. Mazmur 46:5 mengatakan, “Kota Allah, . . . disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.” Yehezkiel 47 mengatakan bahwa air yang mengalir keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci menjadi sungai yang tidak dapat diseberangi (ay. 5). dan “ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup” (ay. 9). Ketika bani Israel menggerutu karena haus, Allah menyuruh Musa memukul batu karang (Kel. 17:1-6). Musa melakukannya dan Tuhan membuat “aliran air keluar dari bukit batu, dan dibuat-Nya air turun seperti sungai” (Mzm. 78:16).
Air kehidupan ini juga disinggung dalam Perjanjian Baru. Berbicara tentang bani Israel dan pengembaraan mereka di padang gurun, 1 Korintus 10:4 mengatakan, “Dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.” Dalam Yohanes 4:14 Tuhan mengatakan, “Siapa saja yang minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai pada hidup yang kekal.” Selanjutnya dalam Yohanes 7:37 dan 38 Tuhan Yesus berkata, “Siapa saja yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Siapa saja yang percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Air kehidupan ini juga dilambangkan oleh air yang mengalir keluar dari rusuk Tuhan Yesus saat ditombak (Yoh. 19:34). Inilah air hayat yang mengalir dari takhta Allah dan Anak Domba untuk menyuplai dan meresapi Yerusalem Baru.

Penerapan:
Ketika gereja memberikan pimpinan, dapatkah Anda dengan patuh mengikutinya tanpa prasangka apa pun? Ketaatan merupakan kebajikan insani yang terunggul yang mendatangkan berkat Allah atas hidup Anda. Marilah kita belajar untuk memiliki sikap yang taat terhadap takhta Allah dan Anak Domba.

Pokok Doa:
Ya Tuhan Yesus, terima kasih atas gereja sebagai wakil-Mu di bumi di mana Engkau boleh melalui gereja menjalankan pemerintahan-Mu. Tuhan, jagalah hatiku tetap murni dan tulus agar bisa patuh terhadap pimpinan-Mu yang Kau nyatakan melalui gereja.