Hitstat

30 July 2016

2 Petrus - Minggu 4 Sabtu



Pembacaan Alkitab: 2 Ptr. 1:8-11
Doa baca: 2 Ptr. 1:11
Dengan demikian, kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.


Kasih Allah selalu memiliki daya pembeda. Matius 5:45 menunjukkan bahwa Allah menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Tetapi Dia melakukan ini dengan hikmat. Kadang-kadang Dia mungkin menahan hujan di daerah tertentu. Itu tidak berarti Dia tidak mengasihi orang-orang di tempat itu. Dia mengasihi mereka, tetapi Dia mengasihi mereka dengan daya pembeda. Demikian juga, kita tidak dapat tidak mengasihi kaum saleh. Kita harus mengasihi semua saudara, tetapi kita harus mengasihi mereka dengan daya pembeda.

Kasih persaudaraan kita sering tergantung pada naik turunnya emosi kita. Bila emosi kita sedang naik, kita mengasihi setiap orang. Tetapi bila emosi kita turun, kita mungkin tidak mau mengasihi siapa pun. Ketika emosi beberapa saudara sedang naik, mereka mungkin akan melakukan apa saja untuk membantu Anda. Tetapi ketika emosi mereka turun, mereka tidak mau menolong Anda sama sekali. Saudara semacam ini mengasihi kaum saleh, tetapi mengasihi mereka menurut emosinya yang berubah-ubah. Kasih semacam ini bukanlah agape. Kasih ilahi tidak tergantung pada naik turunnya emosi kita. Karena kasih ini bersumber pada hayat ilahi, maka kasih ini tidak berubah. Kita perlu belajar mengasihi saudara-saudara dengan kasih ilahi ini, bukan dengan kasih yang tergantung pada naik turunnya emosi kita.

Kasih Allah selalu konsisten. Jika kita mengasihi orang lain dengan kasih ini, kita juga akan konsisten. Kapan saja seseorang berkontak dengan kita, kasih kita akan tetap sama. Kita akan selalu mengasihi orang lain dengan daya pembeda dan menurut keperluan mereka. Kita mungkin menyadari bahwa seorang saudara memerlukan kasih sekian. Karena itu, kita harus mengukur, membagikan kasih sebanyak yang diperlukannya. Tetapi saudara lain mungkin memerlukan kasih dengan kadar yang berbeda untuk memenuhi keperluannya. Inilah semacam kasih yang agung.

Dalam ayat 8-10 Petrus mengatakan bahwa jika semua kebajikan itu ada dan berlimpah di dalam kita, maka kebajikan-kebajikan ini akan menyusun kita sehingga tidak menjadi malas, juga tidak akan tidak berbuah, sampai kepada pengenalan yang penuh akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi siapa saja yang tidak memiliki semuanya itu, menjadi buta dan picik, karena ia lupa bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu, Petrus menyuruh kita agar rajin agar panggilan dan pemilihan kita makin teguh melalui mengembangkan semua kebajikan ini.

Dalam ayat 11 Petrus menyimpulkan, "Dengan demikian, kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." Dalam kerajaan kekal ini kita bukan menjadi rakyat -- kita akan menjadi raja. Tetapi agar dapat menjadi raja dalam kerajaan kekal Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus, kita perlu kematangan hayat. Kita orang-orang Kristen ditentukan untuk menjadi raja dalam kerajaan Tuhan. Akan tetapi, bagaimana seseorang dapat menjadi raja di dalam kerajaan yang akan datang jika dia kurang matang dalam hayat ilahi? Tidak mungkin menjadi seorang raja tanpa kematangan ini. Sekalipun Tuhan ingin menobatkan seseorang yang belum matang atau dewasa menjadi seorang raja, orang itu akan sadar bahwa dia tidak dapat mengemban jabatannya sebagai raja. Ini menunjukkan bahwa kita sendiri pun tahu bahwa kita perlu bertumbuh dewasa supaya dapat menjadi raja.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Petrus, Berita 7

29 July 2016

2 Petrus - Minggu 4 Jumat



Pembacaan Alkitab: 2 Ptr. 1:6-7
Doa baca: 2 Ptr. 1:6
Dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan.


Penguasaan diri adalah mengendalikan dan membatasi diri atas nafsu, keinginan, dan kebiasaan. Ini perlu disuplai dan dikembangkan dalam pengetahuan kita. Kepada penguasaan diri kita, kita perlu mengembangkan ketekunan. Penguasaan diri berhubungan dengan diri sendiri, tetapi ketekunan berhubungan dengan orang lain dan situasi sekitar kita. Kepada diri sendiri kita harus mempunyai penguasaan diri, dan kepada situasi sekitar kita, tidak peduli apa pun itu, kita perlu ketekunan. Kita perlu sabar terhadap anggota-anggota keluarga kita, terhadap tetangga-tetangga kita, dan terhadap berbagai hal yang mengganggu kita.

Ibadah berarti sama seperti Allah, yaitu menjadi seperti Allah dan mengekspresikan Allah. Kehidupan orang Kristen haruslah kehidupan yang mengekspresikan Allah dan sama seperti Allah dalam segala hal. Ketika kita menguasai diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan orang lain dan keadaan sekitar, kita juga perlu mengembangkan ibadah sehingga kita dapat seperti Allah dan mengekspresikan Dia.

Dalam ayat 7 Petrus selanjutnya berkata, "Dan kepada ibadah kasih terhadap saudara-saudara, dan kepada kasih terhadap saudara-saudara, kasih" (Tl.). Telah kita tunjukkan bahwa kepada ibadah, ekspresi Allah, kasih terhadap saudara-saudara yang adalah kasih persaudaraan, perlu disuplaikan. Kita juga telah melihat bahwa istilah Yunani untuk kata "kasih" dalam ayat 7 adalah agape, kata yang digunakan dalam Perjanjian Baru untuk kasih ilahi, yaitu apa adanya Allah dalam sifat-Nya (1 Yoh. 4:8, 16). Ini lebih agung daripada kasih persaudaraan dan lebih kuat dalam kemampuan dan lebih besar dalam kapasitasnya daripada kasih manusia.

Saudara dan saudari dalam hidup gereja mungkin saling mengasihi, tetapi kasih mereka mungkin agak dangkal. Dalam kasih mereka mungkin tidak ada suplai hayat dan tidak ada "antibiotik" untuk memberikan penyembuhan. Ini berarti kasih mereka tidak cukup di dalam agape. Tetapi di dalam kasih Petrus untuk saudara-saudara ada unsur yang lain, dan unsur ini adalah kasih ilahi, kasih yang menyuplai kita dengan hikmat untuk mengasihi saudara-saudara dengan cara yang tepat. Kadang-kadang kita mengasihi orang lain dengan bodoh, dalam cara yang dapat merusak mereka. Kita tidak mempunyai hikmat untuk mengasihi mereka dalam cara yang memungkinkan mereka menerima suplai hayat dan terawat. Kasih Allah tidak hanya merawat, tetapi juga mengandung antibiotik rohani yang memberikan penyembuhan dan mencegah penyakit. Jika kita mengasihi saudara-saudara dengan kasih ilahi, kita akan menginfuskan antibiotik semacam ini ke dalam mereka. Contohnya, Anda mungkin mengerti bahwa seorang saudara mempunyai satu kekurangan atau kelemahan. Anda tahu bahwa pengajaran atau koreksi tidak akan menolong saudara itu. Saudara itu perlu dikasihi dengan kasih yang agung. Jika Anda mengasihi dia dengan kasih semacam ini, dia akan menerima suplai hayat dan antibiotik yang dapat membunuh "kuman-kuman" di dalamnya. Dalam hidup gereja, kita perlu saling mengasihi dengan daya pembeda, tidak dengan bodoh. Kita perlu mengasihi saudara-saudara dengan tujuan yang tinggi untuk merawat mereka dan membantu mereka disembuhkan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Petrus, Berita 7

28 July 2016

2 Petrus - Minggu 4 Kamis



Pembacaan Alkitab: 2 Ptr. 1:5
Doa baca: 2 Ptr. 1:5
Justru karena itu, kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan.


Kebajikan dalam ayat 3 dan 5 adalah hasil dari mengalami sifat Allah, menikmati sifat Allah, dalam ayat 4. Ketika kita berbagian dalam sifat Allah, berbagai aspek kekayaan apa adanya Allah, kekayaan ini menjadi kebajikan kita. Contohnya, Allah adalah kasih, terang, kudus, benar, dan rahmat. Semua ini adalah atribut Allah. Setiap atribut Allah juga merupakan satu kebajikan. Ketika kita menikmati apa adanya Allah, kita menikmati kekudusan-Nya. Kemudian kekudusan-Nya menjadi satu kebajikan di dalam kita dan bersama kita. Prinsipnya sama dengan menikmati atribut-atribut Allah yang lain.

Esens atau unsur kebajikan terkandung di dalam iman sebagai satu benih. Benih ini sebenarnya adalah Kristus sendiri, dan Kristus adalah Allah di dalam segala apa adanya Dia. Karena segala apa adanya Allah ada di dalam Kristus, maka Kristus adalah perwujudan dari apa adanya Allah. Kristus ini telah menjadi warisan kita. Respons atau pemantulan dari perwujudan ini di dalam kita adalah iman. Jadi, iman juga adalah warisan kita. Di dalam iman sebagai satu benih terkandung segala atribut Allah, segala kekayaan tentang apa adanya Allah. Karena kita mempunyai benih iman dengan sifat Allah ini, maka kita harus terus mengembangkan benih ini. Hal pertama yang tertampil dalam perkembangan ini adalah kebajikan. Karena itu, kebajikan adalah hasil dari menikmati sifat Allah, hasil dari menikmati apa adanya Allah.

Dalam ayat 5 Petrus berkata bahwa kepada kebajikan kita, kita perlu mengembangkan (menambahkan, LAI) pengetahuan. Kebajikan membutuhkan suplai limpah dari pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita (ayat 2, 3, 8) mengenai hal-hal yang berhubungan dengan hayat ilahi dan ibadah serta dengan berbagian atas sifat Allah.

Pengetahuan yang dibicarakan dalam 1:5 adalah pengetahuan yang penuh akan Allah dan akan Tuhan kita. Kita perlu satu pengetahuan yang penuh bukan akan Allah yang tidak melalui proses, Allah yang "mentah", tetapi akan Allah yang melalui proses. Ungkapan "Allah yang melalui proses" mengacu kepada Allah yang menjadi manusia melalui inkarnasi, yang hidup di bumi selama tiga puluh tiga setengah tahun, yang mati di atas salib dan dikubur, yang telah bangkit, dan yang telah naik ke surga. Inkarnasi, kehidupan manusia, penyaliban, kebangkitan dan kenaikan adalah satu bagian dari satu proses yang panjang. Karena Kristus telah melewati proses semacam ini, Dia tidak lagi sekadar Allah dengan unsur keilahian, Dia juga manusia dengan unsur keinsanian. Tuhan kita adalah Allah pun manusia. Dia mempunyai sifat ilahi dan sifat insani. Selain itu, Dia juga memiliki unsur kehidupan manusia, kematian-Nya yang almuhit, dan kebangkitan-Nya yang memberi hayat. Perkataan mengenai Allah yang melalui proses semacam ini mungkin terdengar asing atau aneh bagi orang-orang yang hanya mempunyai pengetahuan yang dangkal akan firman. Tetapi menurut apa yang Petrus katakan dalam 1:5, kita perlu menyuplai dengan berlimpah dalam kebajikan kita pengetahuan yang penuh akan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Petrus, Berita 7