Hitstat

31 December 2006

Kejadian Volume 10 - Minggu 2 Senin

Seorang Laki-laki Bergulat dengan Yakub
Kejadian 32:24
“Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.”

Kejadian 32:22-32 merupakan sebuah catatan pengalaman yang menentukan dalam hidup Yakub, orang pilihan Allah. Sesudah Yakub menyeberangkan kedua istrinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya di tempat penyeberangan sungai Yabok, lalu tinggallah Yakub seorang diri. Yakub saat itu mungkin sedang berpikir lebih lanjut mengenai situasinya serta kalut harus bertindak apa untuk menghadapi serangan Esau. Pada saat itulah, seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing (Kej. 32:22-24). Lawannya ini bukanlah malaikat, tetapi Allah sendiri dalam bentuk manusia. Yakub pastilah sangat terkejut, tidak disangkanya di larut malam, ketika ia sedang kehabisan akal, seseorang datang menghampirinya seraya mencoba dengan sekuatnya untuk membanting dia. Yakub tidak mau mengalah, maka mereka berdua bergulat semalaman suntuk sampai fajar menyingsing.
Dalam Alkitab tidak dibentangkan bahwa ketika Yakub tinggal sendirian, ia berdoa. Sering, ketika tanpa kesulitan, kita bisa berdoa. Tetapi ketika terbentur kesulitan yang sangat besar, kita malahan tidak bisa berdoa. Kesulitan lebih banyak, doa kita lebih sedikit. Dikarenakan kesulitan terlalu rumit dan situasi terlalu serius, kita malah tidak dapat berdoa. Mengapa? Karena kita belum “terpukul” jatuh. Kita sering seperti Yakub, di satu sisi kita tidak dapat maju ke depan, dan di sisi yang lain, kita tidak pula berdoa. Kita mungkin merasa masih memiliki kekuatan untuk mencari jalan keluar sendiri. Allah perlu menaklukkan kita sampai kita tidak lagi mengandalkan kekuatan dan hikmat diri sendiri, tetapi menjadi orang yang berdoa, orang yang sepenuhnya mengandalkan Tuhan.

Allah Bergulat dengan Yakub
Kej. 28:15; 31:3; 32:24-25

Dalam mimpinya di Betel, Yakub menerima janji yang tegas dari Tuhan. Tuhan mengumumkan kepadanya, “Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu” (Kej. 28:15). Ketika tiba saatnya Yakub meninggalkan Laban, Tuhan berkata kepada Yakub, “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau” (Kej. 31:3). Namun Yakub masih tetap mengandalkan dirinya sendiri serta menggunakan kemampuan alamiahnya untuk menyelamatkan diri dari situasi yang sulit.
Pada malam hari, ketika Yakub tengah berusaha dengan kekuatan dan caranya sendiri menyelamatkan keluarga dan harta miliknya, Allah menjumpai dia. Di tempat ini bukan Yakub yang berbuat sesuatu, bukan Yakub yang berdoa, juga bukan Yakub yang bergulat dengan Allah, melainkan Allah datang bergulat dengan Yakub (Kej. 32:24-25). Allah Apa yang disebut bergulat? Bergulat adalah berusaha menekan seseorang di bawahnya. Allah datang bergulat dengan Yakub, berarti Allah akan membuat Yakub taat di bawah-Nya, membuat Yakub tidak ada kekuatan, membuat Yakub tidak bisa bergerak, membuat Yakub tidak dapat berontak lagi. Bergulat berarti menjatuhkan dan kemudian menekan sehingga tidak dapat bergerak lagi. Alkitab memberitahu kita, Allah datang bergulat dengan Yakub, tetapi Allah tidak bisa mengalahkannya.
Apa artinya Allah tidak bisa mengalahkan dia? Ketika kita tidak bersandar Allah, ketika kita merencanakan sendiri, ketika kita merasa puas, kita harus mengakui, Allah tidak bisa mengalahkan kita. Ketika kita dengan kekuatan sendiri melaksanakan kehendak Allah, dengan berbagai cara yang berasal dari alamiah menolong diri sendiri, kita harus mengakui, Allah tidak bisa mengalahkan kita. Banyak orang Kristen yang telah percaya Tuhan bertahun-tahun masih harus mengakui, bahwa Allah tidak bisa mengalahkan mereka. Mereka masih bagitu pandai, mereka masih begitu kuat, masih begitu cakap, masih begitu banyak akal. Allah belum bisa mengalahkan mereka. Mereka tidak pernah dibanting oleh Allah, mereka belum pernah dikalahkan oleh Allah. Kalau sudah dikalahkan oleh Allah, mereka pasti dapat berkata, “Aku tidak mampu lagi! Ya Allah, aku tunduk!” Saudara saudari, mungkin kita dengan Allah sudah bergumul selama lima tahun atau sepuluh tahun, tetapi Allah belum mengalahkan kita. Kita belum pernah sekali pun dibawa oleh Allah sampai berkata, “Aku sudah habis. Aku tidak bisa berdiri lagi. Aku sudah tidak ada akal lagi.” Kalau demikian, berarti Allah belum mengalahkan kita.

Penerapan:
Kita perlu membiarkan Tuhan menjamah pangkal kekuatan alamiah kita, sehingga kita tidak lagi mengandalkan diri sendiri dalam mengikuti Tuhan. Lebih dini Tuhan membereskan kita, lebih baik. Jalan terbaik untuk mengalami pemberesan Tuhan adalah dengan menempuh kehidupan gereja yang wajar. Hanya di dalam gerejalah alamiah kita dengan riil dapat disingkapkan dan ditanggulangi oleh Tuhan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang masih jauh dari tujuan-Mu. Remukkanlah sumber kekuatan alamiahku. Ajarlah aku sehingga aku boleh dengan sederhana bersandar pada-Mu seperti seorang anak kecil.

29 December 2006

Kejadian Volume 10 - Minggu 1 Sabtu

Bimbang terhadap Janji Allah
Kejadian 32:20
“’Dan kamu harus mengatakan juga: Hambamu Yakub sendiri ada di belakang kami.’ Sebab pikir Yakub: ‘Baiklah aku mendamaikan hatinya dengan persembahan yang diantarkan lebih dahulu, kemudian barulah aku akan melihat mukanya; mungkin ia akan menerima aku dengan baik.’”

Dulu Yakub hanya berencana, tidak berdoa; sekarang dia berencana, juga berdoa (Kej. 32:9-12). Sebelumnya Yakub tidak pernah berdoa demikian, juga belum pernah menempuh satu hari yang demikian takut, begitu gelisah. Di Betel, Allah yang mencari dia; sekarang, dia berseru kepada Allah. Walau demikian, Yakub masih berupaya dengan caranya sendiri. Ia menengadah kepada Allah, tetapi masih mencari jalan sendiri. Sekarang Yakub menghadapi satu bahaya yang belum pernah ia hadapi dalam seumur hidupnya, bahaya yang menyangkut nyawanya. Seumur hidupnya, Yakub menjumpai banyak masalah, tetapi tidak pernah menjumpai jalan buntu seperti sekarang ini. Dia mengetahui temperamen kakaknya. Kondisi ini memaksa Yakub berdoa, menengadah kepada Allah.
Walaupun Yakub telah berdoa, ia belum juga bisa percaya sepenuhnya kepada Allah. Dia kuatir kalau-kalau janji Allah ternyata kosong. Mau tidak bersandar Allah, tidak mungkin, karena Allah sudah bicara kepadanya. Mau sepenuhnya bersandar kepada Allah, dia juga merasa takut, merasa itu terlalu menyerempet bahaya. Sebab itu, terpaksa dia memikirkan banyak cara. Kalau mengatakan dia tidak takut kepada Allah, dia telah berdoa kepada Allah; kalau mengatakan dia bersandar Allah, dia tetap memikirkan banyak siasat, banyak cara! Terhadap janji Allah, Yakub bimbang. Yakub masih tetap Yakub. Kecakapannya masih begitu besar, petah lidahnya masih begitu baik, cara Yakub masih begitu banyak (Kej. 32:13-21). Apakah keadaan yang demikian hanya terdapat pada diri Yakub? Tidak. Bukankah keadaan kebanyakan kita juga demikian?

Berjuang Lagi Demi Dirinya Sendiri
Kej. 32:7-21

Setelah memanjatkan doa yang mengagumkan itu, seharusnya Yakub merasakan damai sejahtera. Tetapi ternyata tidak demikian. Yakub masih berusaha mencari jalan sendiri. Kejadian 32:13 mengatakan, “Kemudian diambilnyalah dari apa yang ada padanya suatu persembahan untuk Esau, kakaknya.” Persembahan (pemberian) ini dibaginya menjadi sembilan kumpulan, dan “diserahkannyalah semuanya itu kepada budak-budaknya untuk dijaga, tiap-tiap kumpulan tersendiri, dan ia berkata kepada mereka: ‘Berjalanlah kamu lebih dahulu dan jagalah supaya ada jarak antara kumpulan yang satu dengan kumpulan yang lain’” (Kej. 32:16). Yakub sungguh cerdik, ia membagi hadiahnya ke dalam sembilan kelompok ternak dengan menjaga jarak antara kumpulan yang satu dengan yang lain. Dan ini berarti memperbesar jarak antara dirinya dengan Esau serta memberi kesempatan baginya untuk mempelajari apa yang bakal diperbuat Esau, sehingga ia sempat berjaga-jaga menghadapi pertempuran.
Perhatikanlah seluruh gambar ini. Pertama-tama Yakub membagi orang-orangnya menjadi dua pasukan (Kej. 32:7). Kemudian, setelah memanjatkan doa yang bagus, ia sudah seharusnya pergi tidur dengan penuh damai. Tetapi bukan itu yang diperbuatnya, melainkan ia membentuk sembilan kumpulan ternak sebagai hadiah untuk Esau agar memperbesar jarak antara dia dengan Esau; supaya memberi waktu bersiap-siap menghadapi situasi. Inilah sebuah gambar pengalaman yang sangat aneh. Di satu pihak, Yakub berdoa dengan sungguh-sungguh, tetapi di pihak lain, ia menggunakan kearifannya sendiri.
Inilah potret diri kita. Yakub hanya melakukan hal ini sekali saja, tetapi kita mungkin sudah berkali-kali. Di satu pihak, kita mencoba dengan segala usaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan, dan di pihak lain, kita dengan tekun berdoa kepada Tuhan. Betapapun bagusnya doa kita, kita masih tidak bisa percaya. Yakub berdoa dengan baik sekali, tetapi ia tidak percaya akan doanya itu. Bila ia beriman, tentulah setelah berdoa ia tidak lagi mengandalkan daya upayanya. Di sini dia telah mengeluarkan semua cara yang terbaik. Pertama, ia mempersiapkan suatu persembahan untuk menyuap Esau dan menyerahkannya kepada budak-budaknya. Kedua, Yakub merancang kata-kata yang manis dan mengajarkannya kepada budak-budaknya untuk mendamaikan hati Esau. Ketiga, demi keselamatannya, Yakub menempatkan dirinya berada di belakang (Kej. 32:13-21). Yakub menyebut kesembilan kumpulan ternak itu sebagai hadiah, tetapi sebenarnya semuanya itu tidak lain daripada suap untuk mendamaikan hati Esau. Sebab pikir Yakub, “Baiklah aku mendamaikan hatinya dengan persembahan yang diantarkan lebih dahulu” (Kej. 32:20)

Penerapan:
Rasa takut terhadap kesulitan hidup seringkali membuat kita gelisah dan kuatir, walaupun kita sudah sering mendengar bahwa sebagai anak-anak Allah, kita tidak seharusnya kuatir. Inilah keadaan yang sebenarnya dari kebanyakan anak-anak Allah. Marilah kita belajar sepenuhnya meletakkan setiap kesulitan hidup kita kepada Tuhan, agar kita terbebas dari kegelisahan yang timbul dari rasa takut kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku mengakui bahwa keadaanku tidak lebih baik dari Yakub pada waktu itu. Rahmatilah aku dan berilah kasih karunia-Mu. Bersama-Mu, tidak ada yang mustahil bagiku. Kuatkanlah aku dalam menghadapi setiap kesulitan yang ada sepanjang hari ini, dan bawalah aku lebih bertumbuh.

28 December 2006

Kejadian Volume 10 - Minggu 1 Jumat

Yakub Berdoa
Kejadian 32:11-12
“Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya. Bukankah Engkau telah berfirman: Tentu Aku akan berbuat baik kepadamu dan menjadikan keturunanmu sebagai pasir di laut, yang karena banyaknya tidak dapat dihitung.”

Sebelum Kejadian 32, Alkitab tidak pernah mencantumkan bahwa Yakub berdoa. Dalam Kejadian 32:3-4 Yakub menyuruh utusannya untuk mendapatkan Esau, diperintahkannya mereka untuk memanggil Esau sebagai tuannya. Kemudian para utusan itu kembali dengan membawa laporan kepada Yakub, “Kami telah sampai kepada kakakmu, kepada Esau, dan iapun sedang di jalan menemui engkau, diiringi oleh empat ratus orang” (Kej. 32:6). Mendengar hal ini, Yakub ketakutan dan berdoa kepada Tuhan. Karena takut terhadap Esau, takut kalau-kalau Esau memiliki rencana untuk membunuhnya beserta keluarganya, Yakub terpaksa berdoa. Menurut catatan dalam kitab Kejadian, ini merupakan doa Yakub yang pertama. Dulunya, Yakub tidak pernah berdoa, ia selalu bersandarkan kecerdikannya. Walau Yakub belum banyak berubah, tetapi dia sudah mulai sedikit mengenal Allah. Dulu Allah mencari dia, sekarang dia mencari Allah.
A. B. Simpson pernah menulis sebuah syair kidung yang sangat baik yang berjudul “Once It Was the Blessings, Now It Is the Lord” (Dulu Mau Berkat, Kini Mau Tuhan). Syair kidung ini cocok sekali dengan pengalaman Yakub dan pengalaman kebanyakan kita, anak-anak Allah.

Dulu mau berkat, kini mau Tuhan; Dulu mau sembuh, kini Dia semata;
Dulu mau kurnia, kini Pemberinya; Dulu mau kuasa, kini Sang Kuasa.

Dulu berencana, kini berdoa; Dulu resah bingung, kini Dia tanggung;
Dulu semau diri, kini kehendak-Nya; Dulu minta terus, kini memuji terus.

Isi Doa Yakub
Kej. 32:9-12

Setelah membagi orang-orangnya menjadi dua pasukan, Yakub melakukan sesuatu yang tidak biasa – ia berdoa (Kej. 32:9-12). Seumur hidup Yakub, inilah catatan doanya yang pertama. Selama 20 tahun Yakub berada di bawah tangan pemerasan Laban, tidak terdapat catatan yang menyebutkan ia berdoa. Dalam prinsipnya, kita semua adalah Yakub. Kita telah menerima janji Allah dan kitapun telah mengenal Allah, namun kita tetap tidak berdoa. Apapun yang menimpa ke atas kita, kita tidak berdoa. Kita lebih banyak memakai akal untuk menghadapi masalah. Selagi bersama-sama dengan Laban, Yakub tidak merasa perlu berdoa untuk mengatasi situasi masalah. Tetapi menjelang berhadapan dengan Esau, Yakub terpaksa berdoa.
Yakub memanjatkan sebuah doa yang sangat bagus. Doanya jauh lebih bagus daripada doa kebanyakan orang Kristen dewasa ini. Yakub berkata, “Ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak, ya TUHAN, yang telah berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu serta kepada sanak saudaramu dan Aku akan berbuat baik kepadamu” (Kej. 32:9). Yakub berdoa dengan berpegang kepada firman Tuhan. Cara berdoa yang paling baik yaitu menjadikan firman Allah sebagai dasar doa kita. Kita perlu berpegang kepada firman Tuhan, meminta Dia melakukan sesuatu sesuai dengan firman-Nya.
Dalam Kejadian 32:10 Yakub berkata, “Sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini, sebab aku membawa hanya tongkatku ini waktu aku menyeberangi sungai Yordan ini, tetapi sekarang telah menjadi dua pasukan.” Yakub merendahkan dirinya di depan Allah, mengaku bahwa ia tidak layak menerima segala kasih dan kesetiaan Allah yang dilimpahkan kepadanya. Dalam ayat berikutnya Yakub meneruskan doanya, katanya, “Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya” (Kej. 32:11). Di sini kita nampak ketakutan Yakub terhadap Esau.
Titik puncak doa Yakub, terkandung dalam Kejadian 32:12. Ia berdoa, “Bukankah Engkau telah berfirman: Tentu Aku akan berbuat baik kepadamu dan menjadikan keturunanmu sebagai pasir di laut, yang karena banyaknya tidak dapat dihitung.” Dalam penggalan doanya ini, Yakub menjamah rencana dan tujuan Allah. Ia menyinggung mengenai keturunan. Berdoa seperti ini bukan hanya berpegang kepada firman Allah, terlebih pula menjamah hati Allah. Allah memilih Yakub dengan tujuan memperoleh keturunan/benih untuk menggenapi kehendak-Nya, yaitu memiliki ekspresi akan diri-Nya secara korporat di atas bumi. Setiap hal dalam doa Yakub ini sangatlah mengagumkan.

Penerapan:
Adalah lebih baik jika kita berdoa untuk setiap situasi yang dihadapi, daripada sekedar memikirkan bagaimana menghadapinya. Asal doa kita sesuai dengan kehendak dan tujuan Allah, doa kita pasti akan dikabulkan. Karena kehendak Allah terwahtu melalui firman-Nya, marilah kita berlatih menjadikan firman Tuhan sebagai dasar doa kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ajarilah aku supaya aku dapat berdoa menurut kehendak-Mu. Tuhan, bangkitkanlah minat dan selera di dalamku terhadap Firman-Mu, sehingga firman-Mu boleh menjadi dasar dari setiap doaku.

27 December 2006

Kejadian Volume 10 - Minggu 1 Kamis

Masih Mengandalkan Diri Sendiri
Kejadian 32:3
“Sesudah itu Yakub menyuruh utusannya berjalan lebih dahulu mendapatkan Esau, kakaknya, ke tanah Seir, daerah Edom.”

Setelah Yakub berjumpa dengan kedua pasukan malaikat itu, Yakub seharusnya merasa terhibur. Akan tetapi dari catatan dalam Kejadian 32:3-8, kita tahu bahwa ia tidak bersandar sepenuhnya kepada kedua pasukan tentara malaikat itu. Maksud Allah memberi penglihatan akan malaikat-malaikat ini adalah untuk menabahkan hatinya, memantapkan, dan menguatkan dia agar mengandalkan pasukan surgawi Allah. Tetapi Yakub tidak menaruh kepercayaan terhadap apa yang telah dilihatnya. Agaknya Yakub masih mempercayai perjuangannya sendiri (Kej. 32:3-8). Dengan meniru kedua pasukan malaikat Allah itu, Yakub membagi orang-orangnya menjadi dua pasukan. Ia tidak menaruh keyakinannya kepada apa yang telah dilihatnya. Ia hanya meniru secara luaran. Mungkin Yakub berpikir bahwa kedua pasukan keluarganya akan dinaungi oleh kedua pasukan tentara malaikat itu.
Kejadian 32:7-8 mengatakan, “Lalu sangat takutlah Yakub dan merasa sesak hati; maka dibaginyalah orang-orangnya yang bersama-sama dengan dia, kambing dombanya, lembu sapi dan untanya menjadi dua pasukan. Sebab pikirnya: ‘Jika Esau datang menyerang pasukan yang satu, sehingga terpukul kalah, maka pasukan yang tinggal akan terluput.’” Dalam perencanaannya, Yakub sama sekali tidak melibatkan Allah. Kalau Allah tidak melindungi dia beserta keluarganya, bukankah Esau dengan mudah mengalahkan pasukan yang pertama dan yang kedua? Orang yang tidak menaruh keyakinannya kepada Allah adalah orang yang bodoh. Tidak peduli betapa baiknya cara kita, kalau Allah tidak di pihak kita, semuanya itu adalah kebodohan belaka, sia-sia.

Yakub Takut Bertemu Esau
Kej. 32:3-8

Meskipun Yakub telah melihat visi tentang dua bala tentara Allah, tetapi dia masih memakai caranya sendiri. Dalam Kejadian 32:3-5 dikatakan, “Sesudah itu Yakub menyuruh utusannya berjalan lebih dulu mendapatkan Esau, kakaknya, ke tanah Seir, daerah Edom. la memerintahkan kepada mereka: Beginilah kamu katakan kepada tuanku, kepada Esau: Beginilah kata hambamu Yakub: Aku telah tinggal pada Laban sebagai orang asing dan diam di situ selama ini. Aku telah mempunyai lembu sapi, keledai dan kambing domba, budak laki-laki dan perempuan, dan aku menyuruh memberitahukan hal ini kepada tuanku, supaya aku mendapat kasihmu.” Setelah kita membaca sepotongan ayat ini, kita bisa melihat, bahwa Yakub memakai segala macam cara, sampai-sampai kata yang rendah pun ia ucapkan. Asal membuat dirinya tidak rugi, apapun bisa ia lakukan. Dia mengira perkataannya akan bisa mengubah sikap kakaknya. Dia telah lupa panggilan Allah, dia lupa pemeliharaan dan perlindungan Allah, dia lupa malaikat Allah.
Kejadian 32:6 melanjutkan, “Kemudian pulanglah para utusan itu kepada Yakub dan berkata: Kami telah sampai kepada kakakmu, kepada Esau, dan ia pun sedang di jalan menemui engkau, diiringi oleh empat ratus orang.” Yakub kembali menjadi bingung dan kacau. Kejadian 32:7 mengatakan, “Lalu sangat takutlah Yakub dan merasa sesak hati.” Di sini terlihatlah, bahwa orang yang makin pandai berencana, pandai bersiasat, maka kekuatirannya makin banyak, kegelisahannya makin banyak, ketakutannya makin banyak. Yakub hanya bisa berpikir, tidak bisa bersandar; hanya bisa berencana, tidak bisa percaya. Sepanjang hari itu dia tempuh dalam ketakutan dan kegelisahan. Inilah Yakub. Orang yang dagingnya belum ditanggulangi, hanya bisa bersandar kepada perhitungan dan rencananya sendiri, tidak bisa bersandar kepada Allah.
Perhitungan dan rencana Yakub tidak pernah habis, dia masih terus berupaya. Dia tahu bahwa Allah menghendaki dia kembali, tidaklah mungkin baginya menetap di Mesopotamia; bagaimanapun dia harus kembali. Dia bisa taat kepada Allah, namun tidak bisa bersandar dan percaya kepada Allah. Dia tidak bisa membiarkan Allah memikul tanggung jawab atas ketaatannya. Dia berpikir, bagaimana kalau dia sampai celaka karena menaati Allah? Banyak orang Kristen juga demikian; benar-benar mau taat kepada Allah, tetapi masih mempersiapkan pintu belakang. Yakub membagi orang-orangnya dan ternaknya menjadi dua pasukan (Kej. 32:7). Dia berpikir, “Jika Esau datang menyerang pasukan yang satu, sehingga terpukul kalah, maka pasukan yang tinggal akan terluput” (Kej. 32:8). Hasil dari cara berpikir Yakub adalah bersiap-siap untuk melarikan diri. Ini bukanlah iman yang mutlak.

Penerapan:
Sejak kecil, kita telah dilatih dan terbiasa untuk memecahkan suatu masalah dengan mengandalkan akal budi dan cara-cara kita sendiri. Setelah menjadi orang Kristen, tanpa sadar hal itu masih terbawa, masih menjadi kebiasaan kita. Kita mungkin jarang membawa suatu masalah di dalam doa kepada Tuhan. Hasilnya, kita akan semakin merasa khawatir dan semakin gelisah. Marilah kita belajar mengandalkan Tuhan agar kita dapat menikmati perhentian dan damai sejahtera.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, buatlah aku mengenal bagaimana seharusnya bersandar kepada-Mu. Tuhan, ajarlah aku untuk sepenuhnya bersandar kepada-Mu tanpa sedikitpun membuka pintu belakang bagi usahaku sendiri.

26 December 2006

Kejadian Volume 10 - Minggu 1 Rabu

Allah Memakai Orang yang Bersandar
Kejadian 32:1-2
“Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Allah dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: ‘Ini bala tentara Allah.’ Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim.”

Dalam perjalanan Yakub kembali ke tanah leluhurnya, ia tidak dikawal oleh pasukan pengawal yang kuat, melainkan oleh perempuan dan anak-anak, ditambah dengan sejumlah budak yang menggembalakan kambing dombanya. Tidak ada orang-orang yang kuat besertanya, semuanya orang-orang yang lemah dan tidak bisa berperang. Namun di tengah perjalanan itu, “bertemulah malaikat-malaikat Allah dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: ‘Ini bala tentara Allah.’ Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim” (32:1-2). Setelah dia melihat dua bala tentara Allah, dan mendengar bahwa Esau tengah di dalam perjalanan dengan diiringi oleh empat ratus orang, Yakub melakukan satu hal yang menakjubkan. Dia memisahkan istrinya, anak-anak, dan sisa miliknya menjadi dua pasukan, atau “dua bala tentara”. Dia berpikir, jika Esau dan orang-orangnya menyerang satu pasukan, pasukan lainnya dapat melarikan diri.
Bagaimanakah orang-orang yang lemah itu dapat menjadi pasukan? Dapatkah mereka berperang? Di sini kita melihat suatu makna rohani. Untuk kesaksian-Nya, Allah tidak ingin “raksasa-raksasa”. Dia hanya ingin orang-orang yang lemah, perempuan dan anak-anak. Mereka dapat menjadi bala tentara-Nya karena peperangan bukan di tangan mereka, tetapi di tangan-Nya. Kita adalah orang-orang yang lemah, tetapi “apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat” (1 Kor. 1:27b). Kalau kita merasa diri kita kuat, Allah tidak dapat memakai kita. Tetapi kalau kita berada di bawah terang Allah, nampak akan kelemahan kita, dan bersandar kepada Allah, maka Dia akan memakai kita menjadi penyusun pasukan-Nya untuk mengalahkan musuh.

Melihat Allah tetapi Tidak Bersandar Allah
Kej. 32:1-2; 34:8; 31:13, 42

Kejadian 32 dan 33 memuat satu pengalaman yang sangat istimewa dalam hidup Yakub, orang yang terpilih. Telah kita ketahui bahwa sejak awal, Yakub tidak bersandar kepada Allah. Sejak ia dilahirkan, sudah menggunakan kemampuan alamiahnya untuk berjuang bagi dirinya sendiri. Tetapi di dalam Kejadian 31, ketika Yakub lari meninggalkan Laban, kita nampak bahwa Allahlah yang melepaskan dia dari tangan pemerasan dan penipuan Laban. Waktu itu Allah berbicara kepada Laban, memperingatkannya agar tidak melukai Yakub. Walau Yakub tidak bersandar Allah, namun Allah, demi tujuan-Nya, telah membawa Yakub melewati kesukaran-kesukaran itu. Setelah lepas dari tangan Laban, kini Yakub menjumpai masalah lain yang lebih sulit, yakni ia harus menghadapi Esau, seorang yang dulu bertekad hendak membunuhnya. Di belakangnya ada Laban dan di depannya ada Esau. Oleh belas kasihan Allah, ia sudah dilepaskan dari Laban, tetapi sekarang ia harus berhadapan muka dengan Esau.
Kejadian 32:1-2 berkata, “Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Allah dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia, ‘Ini bala tentara Allah.’ Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim.” Malaikat-malaikat Allah memang secara tidak kelihatan senantiasa hadir bersama orang-orang pilihan-Nya. Dalam peristiwa ini, malaikat-malaikat Allah menampakkan diri kepada Yakub dan Yakub melihat mereka. Yang dilihat bukannya sejumlah kecil malaikat, melainkan dua pasukan bala tentara. Ini mengingatkan kita akan Mazmur 34:8 yang berkata, “Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.” Hadirnya dua pasukan tentara malaikat ini seharusnya merupakan suatu dorongan besar bagi Yakub yang sedang terbentur kesulitan ini. Namun ia masih tetap saja khawatir kalau-kalau saudaranya akan membunuh dia.
Di sini kita nampak ada seorang yang sangat sukar diyakinkan, bahkan oleh malaikat-malaikat Allah sekalipun! Betapa degilnya hati Yakub. Ia telah berjumpa dengan Allah (Kej. 31:13), telah mengalami pertolongan Allah (Kej. 31:42), dan kini iapun telah berjumpa dengan malaikat-malaikat Allah, tetapi tetap khawatir. Ketika kita berada di dalam kesulitan, kitapun sering berlaku seperti Yakub. Kita telah banyak mendengar perkataan Allah, menerima janji-janji-Nya, bahkan berulang kali dengan nyata telah mengalami pertolongan Allah, tetapi hati kita tepat sulit untuk diyakinkan. Kita masih belum bersandar Dia, sebaliknya masih terus khawatir dan berusaha dengan pengertian kita sendiri. Kiranya Tuhan menerangi kita dan meremukkan kedegilan hati kita sehingga kita menjadi orang yang sepenuhnya bersandar Dia.

Penerapan:
Kegunaan kita di tangan Allah tidak tergantung pada kekuatan lahiriah ataupun tekad alamiah kita, melainkan tergantung pada persembahan diri kita kepada Allah. Walau kita sering gagal dan mudah menjadi lemah, Allah masih bisa memakai kita. Yang kita perlukan adalah bersandar kepada-Nya, menikmati Dia, dan menempuh hidup yang ibadah dalam sikap yang takut akan Tuhan.

Pokok Doa:
Ya Bapa, hari ini kembali kuserahkan diriku ke dalam tangan-Mu yang kuat. Bapa, aku sadar bahwa aku adalah orang yang lemah dan sering gagal. Suplailah aku dengan anugerah-Mu, sehingga aku boleh dikuatkan di dalam manusia batiniahku.

25 December 2006

Kejadian Volume 10 - Minggu 1 Selasa

Mengenal Prinsip Tubuh
Kejadian 32:1-2
“Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Allah dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: ‘Ini bala tentara Allah.’ Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim.”

Mahanaim yang berarti “dua bala tentara” menunjukkan suatu prinsip rohani, yaitu prinsip Tubuh. Penyusun dari bala tentara ini adalah orang-orang yang lemah, yakni perempuan, anak-anak, dan budak-budak. Tetapi begitu mereka dijadikan satu, mereka menjadi bala tentara, menjadi pasukan. Tubuh Kristus adalah pasukan Allah (Ef. 6:10-18), yang terdiri dari kaum beriman di dalam Kristus yang telah dipilih dan dilahirkan kembali. Melalui baptisan, kita telah dibawa masuk ke dalam satu Tubuh. Di dalam Tubuh inilah kita memiliki perlindungan.
Sebagai anggota Tubuh Kristus, kita tidak dapat berdiri sendiri. Bila kita suka menyendiri dan melakukan apa pun sendirian, itu berarti kita tidak mengenal prinsip Tubuh. Di dalam Tubuh Kristus, tidak ada seorang yang boleh menganggap dirinya lebih penting, sehingga boleh mengabaikan anggota yang lain. Paulus adalah orang yang dipakai besar-besaran oleh Allah. Tetapi pada saat Paulus beroleh selamat, Tuhan telah memperlihatkan kepadanya prinsip Tubuh. Tuhan memakai Ananias, seorang saudara yang kurang dikenal, untuk membantu rasul yang besar ini. Ananiaslah yang memberitahu kepadanya perkara apa yang harus ia kerjakan. Begitu Ananias bertemu dengan Paulus, ia menumpangkan tangan ke atas Paulus dan berkata, “Saudaraku, Tuhan Yesus,... , telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” Sebab itu, jangan sekali-kali mengira kita tidak perlu bersandar orang lain. Dalam perkara apa pun, kita memerlukan pertolongan Tuhan, melalui anggota Tubuh yang lain. Inilah prinsip Tubuh, inilah Mahanaim.

Tinggal dalam Kasih dan Persekutuan
1 Yoh. 3:14

Sebagai orang yang sudah diselamatkan oleh Tuhan dan menyusun Tubuh Kristus, sudah sepatutnya bila kita memiliki kesadaran terhadap Tubuh. Pertama-tama, kita harus saling mengasihi satu dengan yang lain. Satu Yohanes 3:14 mengatakan, “Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita.” Semua orang yang sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup saling mengasihi satu sama lain. Semua yang menjadi anggota dari Tubuh rohani yang sama, saling mengasihi satu sama lain. Kasih semacam ini muncul dari hayat yang kekal dan mengalir dengan sendirinya. Setiap orang yang benar-benar dilahirkan dari atas dan memiliki hayat Allah, secara spontan mengasihi semua orang yang menjadi anggota bersama dengannya di dalam Tubuh Kristus. Baik diingatkan maupun tidak, ia memiliki kesadaran untuk mengasihi saudara-saudara. Bila kasih Allah ada di dalam seseorang, kasih akan saudara-saudara ada juga di dalamnya. Dan bila kasih Allah tidak ada, maka kasih persaudaraan pun tidak ada. Hal ini sangat sederhana. Kita semua yang telah dilahirkan dari Allah dan telah dibaptis ke dalam Tubuh Kristus tidak bisa tidak mengasihi satu sama lain.
Kedua, kita perlu hidup di dalam persekutuan Tubuh. Persekutuan bukan suatu kegiatan luaran dalam hubungan sosial. Kata “persekutuan” sering disalahartikan oleh anak-anak Allah sebagai kunjungan ke rumah beberapa saudara dan saudari pada waktu senggang dan mengobrol sejenak dengan mereka. Sebetulnya persekutuan memiliki makna bahwa kita menyadari diri kita sendiri mutlak tidak memadai. Kita ingin mengerjakan segala perkara bersama dengan anggota Tubuh yang lain. Walaupun di dalam banyak perkara, kita tidak bisa mengumpulkan semua saudara-saudari dalam gereja, tetapi saya bisa melakukan perkara-perkara tersebut bersama dua atau tiga saudara-saudari menurut prinsip Tubuh. Inilah artinya hidup di dalam persekutuan Tubuh. Seringkali kita perlu belajar bersekutu dalam doa, belajar bersekutu dalam kesulitan, belajar bersekutu dalam mencari kehendak Allah, dan belajar bersekutu tentang firman Allah. Apa yang dimaksud dengan bersekutu adalah, karena kita tahu bahwa kita tidak memadai dalam hal doa, maka kita mencari dua atau tiga orang lagi untuk berdoa bersama kita. Kita sendiri tidak cakap menyelesaikan kesulitan-kesulitan, sebab itu kita mencari dua atau tiga saudara untuk memecahkan permasalahan tersebut bersama kita. Kita tidak bisa mengerti firman Allah sendirian, jadi kita belajar firman Allah bersama dua atau tiga saudara dan saudari. Dalam persekutuan, kita mengakui kekurangan dan ketidakcakapan kita, dan kita juga mengakui kebutuhan kita akan Tubuh.

Penerapan:
Menurut wahyu Alkitab, kehidupan Tubuh Kristus hari ini adalah kehidupan gereja. Asal kita berada di dalam kehidupan gereja yang tepat, kita akan terjaga dan terhindar dari banyak hal yang negatif. Kekuatan kita yang sesungguhnya bukanlah kekuatan individual, melainkan kekuatan di dalam kehidupan Tubuh Kristus - gereja. Asal kita berada di dalam Tubuh, kita menjadi kuat dan terlindung dari pada yang jahat.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah menempatkan aku di dalam gereja sebagai anggota Tubuh-Mu. Tuhan, biarlah aku menjadi berkat bagi Tubuh-Mu. Jadikan aku saluran berkat bagi anggota Tubuh yang lain.

24 December 2006

Kejadian Volume 10 - Minggu 1 Senin

Bertemu dengan Malaikat Allah
Kejadian 32:1-2
“Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Allah dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: ‘Ini bala tentara Allah.’ Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim.”

Kejadian 32:1-2 mengatakan, “Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Allah dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: Ini bala tentara Allah. Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim. “Mahanaim” dalam bahasa Ibrani berarti “dua bala tentara”. Allah hendak memperlihatkan kepada Yakub bahwa Dia beserta dengannya. Karena itu, Yakub seharusnya tidak perlu takut untuk pulang ke negeri nenek moyangnya. Ia tidak perlu takut terhadap Esau, kakaknya. Orang-orang yang Yakub miliki di sini adalah satu kumpulan bala tentara, sedangkan Allah juga memiliki satu kumpulan bala tentara, sebab itu disebut “dua bala tentara.” Allah membuka mata Yakub, memperlihatkan kepadanya bahwa malaikat-malaikat Allah berjalan besertanya.
Pertama-tama Allah sendiri mencari dia, berkata kepadanya, “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau” (Kej. 31:3). Fakta bahwa Allah telah melindungi Yakub dari Laban dan orang-orangnya yang mengejar dia membuktikan bahwa Allah beserta dengan dia. Tidak saja di bumi ada satu bala tentara, masih ada satu bala tentara lagi, tentara surgawi, mengikuti dia. Hal ini membuat Yakub belajar percaya kepada Allah. Kita perlu berlatih senantiasa hidup bersandar kepada Allah. Hari ini bukan hanya orang dunia yang menempuh hidup yang merdeka, banyak orang Kristen juga menempuh hidup yang merdeka terhadap Allah. Akibatnya, banyak orang Kristen kurang berguna bagi Allah. Amsal 3:5 mengatakan, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”

Penyusun Bala Tentara Allah
Ef. 3:8; 2 Kor. 11:29; Rm. 9:16; Gal. 2:20; Why. 3:8

Dari manakah sumber kekuatan rohani? Kalau kita melihat rasul Paulus, mungkin kita mengira bahwa kekuatannya berasal dari pengetahuan rohaninya, atau dari sejumlah karunia yang ia miliki. Tidak! Kekuatan rasul Paulus adalah Allah itu sendiri. Tanpa Allah, tidak seorang pun yang dapat bermegah. Selain di dalam Allah, rasul Paulus tidak dapat bermegah. Bahkan ia sendiri mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling hina di antara orang kudus (Ef. 3:8). Dia berkata, “Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah?” (2 Kor. 11:29). Dalam Roma 9:16 Paulus berkata, “Jadi, hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada belas kasihan Allah.” Kita mungkin berpikir bahwa kita dapat berlari, tetapi kita tidak dapat. Kristuslah yang dapat berlari. Paulus juga berkata, “Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20). Asalkan kita menganggap diri kita berhikmat, kita tidak memperhidupkan Kristus. Semua orang yang sungguh-sungguh memperhidupkan Kristus menganggap diri mereka bodoh, lemah, tidak terpandang, tidak berarti, dan menyadari bahwa keberadaan mereka di bumi tidak berarti apa-apa. Mereka hanya tahu bersandar kepada Tuhan.
Ketika Tuhan datang kembali, mereka semua yang kuat dalam dirinya sendiri akan didiskualifikasi. Mereka yang diperhitungkan sebagai pemenang adalah orang-orang yang lemah, orang-orang yang menangis dengan mencucurkan air mata dan berkata, “Tuhan, aku tidak dapat melakukannya. Aku tidak dapat melakukan sesuatu. Aku hanya seorang yang kecil, seorang yang lemah.” Orang-orang yang lemah demikian yang bersandar kepada Tuhan akan dianggap layak menjadi para pemenang.
Dalam Wahyu 3:8, Tuhan berkata bahwa mereka yang ada di Filadelfia memiliki sedikit “kekuatan”. Dia memuji kemutlakan dan kesetiaan mereka untuk mengerjakan apa yang mereka dapat. Jika kita terlalu mampu dan terlalu berkapasitas dalam melakukan sesuatu, ada kecenderungan kita tidak lagi merasa perlu berdoa dan bersandar kepada Tuhan. Kalau demikian, kita pasti habis. Hari ini Tuhan sedang menunggu. Dia masih memanggil para pemenang. Jika kita mengatakan, “Tuhan aku tidak dapat menang,” Tuhan akan mengatakan, “Anak-Ku, apa pun yang tidak dapat kaulakukan, akan Kulakukan untukmu. Aku membenci orang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati.” Ingatlah bahwa kedua bala tentara itu terdiri atas istri Yakub dan anak-anaknya. Akhirnya, tidak ada satu pun yang berperang melawan Esau. Allahlah yang berperang dengan Esau. Allah mengalahkan Esau melalui mengubah sikapnya terhadap Yakub.

Penerapan:
Menjadi orang Kristen yang menang, bukan berarti menjadi orang yang selalu kuat, berdasarkan kekuatan diri sendiri. Menjadi pemenang adalah mengetahui diri sendiri lemah, tidak mampu, dan terbatas, oleh karena itu sepenuhnya bersandar kepada-Allah dan membiarkan Allah beroperasi dengan bebas di dalam kita. Marilah kita mengakui kelemahan kita dan datang kepada Tuhan setiap hari, sehingga kita boleh dikuatkan oleh Tuhan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau tidak membuang orang yang lemah dan rapuh seperti aku. Tuhan, hari ini aku persembahkan diriku agar aku mau menjadi orang yang sepenuhnya bersandar kepada diri-Mu, untuk dengan setia mengikuti-Mu.

22 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 4 Sabtu

Mendirikan Tugu
Kejadian 31:46b-47
“Maka mereka mengambil batu dan membuat timbunan, lalu makanlah mereka di sana
di dekat timbunan itu. Laban menamai timbunan batu itu Yegar-Sahaduta, tetapi Yakub menamainya Galed.”


Dalam Kejadian 31:44-55 kita melihat sebuah catatan mengenai perjanjian yang dibuat oleh Laban dengan Yakub. Kejadian 31:51-53 mencatat, “Selanjutnya kata Laban kepada Yakub: Inilah timbunan batu, dan inilah tugu yang kudirikan antara aku dan engkau —timbunan batu dan tugu inilah yang menjadi kesaksian,... Allah Abraham dan Allah Nahor, Allah ayah mereka, kiranya menjadi hakim antara kita...” (Kej. 31: 51-53). Laban adalah cucu Nahor. Nahor adalah saudara Abraham. Sebab itu Laban berkata, “Allah Abraham dan Allah Nahor...” Tetapi ini tidak diakui oleh Allah. “Lalu Yakub bersumpah demi yang disegani oleh Ishak, ayahnya” (Kej. 31:53b). Yakub hanya bersumpah demi Allah Ishak. Garis janji Allah dimulai dari pemilihan. Allah memilih ayah Yakub dan kakek Yakub; Ishak dan Abraham. Ini adalah perbuatan Allah sendiri, orang lain tidak bisa mencampuri. Nahor tidak bisa disisipkan di antaranya.
Tugu (tiang; pillar, KJV) yang didirikan oleh Yakub adalah saksi, kesaksian. Dalam hidupnya, Yakub sedikitnya pernah mendirikan tiga tugu (Kej. 31, 35). Tugu pertama, yang didirikan di Galed (Kej. 31:45) adalah kesaksian pemeliharaan Allah dalam kedaulatan-Nya terhadap dia. Tugu kedua, yang didirikan di Betel (Kej. 35:14), adalah kesaksian dari bangunan Allah, rumah Allah. Tugu ketiga, yang didirikan di kubur Rahel di jalan yang menuju Betlehem (Kej. 35:20), adalah kesaksian matinya pilihan alamiah Yakub. Ketiga tugu tersebut merupakan kesaksian dari perkembangan pengalaman Yakub terhadap Allah: Allah memelihara dia, Allah mengubah dia bagi rumah Allah, dan Allah mematikan pilihan alamiahnya.

Mempersembahkan Kurban Sembelihan
Kej. 31:54

Fakta selanjutnya mencatat bahwa Yakub “mempersembahkan kurban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak saudaranya, lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu” (Kej. 31:54). Laban tidak mempersembahkan korban sembelihan, hanya Yakub yang mempersembahkan kurban sembelihan. Yakub telah mendengar suara Allah, lalu mulai mendekati Allah, dia sudah maju. Dahulu ia pergi ke Padan Aram karena disuruh orang tuanya, bukan karena mendengar suara Allah. Kemudian di Betel ia bertemu dengan Allah, tetapi ia tidak melakukan apa-apa terhadap Allah, ia hanya mengucapkan satu nazar kepada Allah. Kini Allah menyuruh dia pulang, dia mendengar firman Allah, lalu berkemas-kemas dan pulang. Hubungan Yakub dengan Allah mulai maju. Boleh dikatakan ini adalah kali pertama Yakub mendengarkan firman Tuhan, kali pertama Yakub taat kepada Tuhan, juga kali pertama Yakub mempersembahkan kurban kepada Allah.
Meskipun Allah selama dua puluh tahun menanggulangi dia, tetapi Yakub belum juga berubah menjadi orang yang lain. Walau demikian, kini Yakub telah menyatakan hatinya mau Allah; dia sudah mulai maju. Semula Yakub memegang tumit kakaknya, sangat menginginkan hak kesulungan, sangat ingin berkat, tetapi semua itu bukan berarti dia mau Allah, dia hanya ingin mendapatkan kebaikan, mendapatkan faedah dari Allah. Dengan kata lain, dia mau karunia Allah, tetapi tidak mau Sang Pemberi karunia. Dia mau barang-barang dari Allah, tetapi tidak mau Allah sendiri. Dulu pikirannya, perbuatannya, tidak satu pun yang tidak bertujuan, tetapi semua tujuannya tidak mengarah kepada Allah. Ia mau segalanya, tetapi tidak mau Allah. Ia mengarah kepada banyak hal, tetapi sedikit pun tidak mengarah kepada Allah.
Sekarang, setelah lewat penanggulangan dua puluh tahun, dia mulai memiliki sedikit kecenderungan kepada Allah, memiliki sedikit perubahan. Ia sepertinya mulai bertobat, berbalik kepada Allah. Pikirannya terlebih dulu berbalik, kemudian tindakan di luar, perbuatan di luar, bahkan seluruh hidupnya berbalik kepada Allah. Sebab itu ketika dia telah mengadakan perjanjian dengan Laban, dia mempersembahkan kurban kepada Allah. Meskipun Laban tidak mempersembahkan, dia mempersembahkan. Ini adalah bukti nyata bahwa penanggulangan Allah terhadapnya selama dua puluh tahun tidak sia-sia. Tahun-tahun penderitaan yang dilaluinya tidak sia-sia. Sekarang Yakub menjadi orang yang mendirikan mezbah dan mempersembahkan kurban kepada Allah, sama seperti yang dilakukan oleh Abraham, kakeknya. Setelah Yakub mempersembahkan kurban sembelihan, keesokan harinya, ia berpisah dengan Laban, dan meneruskan perjalanannya ke tanah Kanaan.

Penerapan:
Reaksi pertama dari seorang yang telah mengalami penanggulangan dan peremukan Allah adalah mempersembahkan kurban, yakni mempersembahkan diri sebagai kurban yang hidup kepada Allah. Marilah kita belajar menerima peremukan dari Tuhan, supaya kita bisa menjadi orang yang mempersembahkan diri kepada Tuhan dan mempersaksikan bahwa kita tidak hidup untuk diri sendiri, melainkan bagi Allah.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, biarlah kasih-Mu mendorongku menjawab panggilan-Mu, menyerahkan segalaku kepada-Mu. Buatlah aku rela menderita rugi dan sengsara, bila itu bagian dari ujian dan salib-Mu. Biarlah seumur hidupku, bagi-Mu selalu.

21 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 4 Jumat

Ekspresi Manusia yang Jatuh
Kejadian 31:44-45
“Maka sekarang, marilah kita mengikat perjanjian, aku dan engkau, supaya itu menjadi kesaksian antara aku dan engkau. Kemudian Yakub mengambil sebuah batu dan didirikannya menjadi tugu.”

Setelah mendengarkan pembelaan Yakub, Laban kemudian mengaku kalah dan mengubah sikapnya. Ia mengadakan ikatan janji perdamaian dengan Yakub. Kejadian 31 mengungkapkan kepada kita bahwa tidak ada seorang pun yang boleh dipercayai. Baik Laban maupun Yakub, keduanya sama-sama tidak dapat dipercayai. Yakub pada awalnya mempercayai Laban, tetapi akhirnya ia tertipu. Demikian pula, ketika Laban mulai mempercayai Yakub, justru ia yang ditipu. Laban berkata, “Mengapa engkau lari diam-diam dan mengakali aku?” (Kej. 31:27a). Keduanya adalah penipu dan juga korban penipuan. Keduanya mewakili kehidupan manusia alamiah, manusia yang telah jatuh.
Pemazmur mengatakan, “Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu” (Mzm. 120:2). Apakah yang ada di dunia? Bibir dusta dan lidah penipu. Bibir dusta adalah untuk membela diri, sedangkan lidah penipu adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri. Saat seseorang ingin mengambil keuntungan dari orang lain, ia menjadi penipu. Saat seseorang bermaksud membela diri, ia menjadi pendusta. Di dalam dunia yang bengkok ini tidak ada yang lain selain dusta dan tipu daya. Dunia ini benar-benar telah dipenuhi dengan tipu daya dan dusta. Dusta adalah sumber segala kejahatan. Sekali kita membiarkan diri tinggal dalam dusta dan kepalsuan, segala macam kejahatan masuk. Kita tidak tahu seberapa banyak kita telah berdusta. Bahkan ketika seseorang sedang membicarakan kebenaran, ia mungkin berdusta. Karena itu, kita perlu berdoa seperti pemazmur ini, “Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu.”

Hanya Allah yang Patut Dipercaya
Mzm. 28:7

Dalam Kejadian 27, Ribka, ibu Yakub mengira bahwa Laban akan menjadi penolong dan pelindung putra kesayangannya, sehingga ia menyuruh Yakub untuk pergi ke tempat saudaranya. Namun perhatikanlah apa yang diperbuat Laban terhadap Yakub! Memang, tidak ada seorang pun yang dapat dipercayai penuh, sekalipun dia adalah sanak famili kita yang paling dekat. Janganlah menaruh percaya penuh kepada siapa pun. Hanya Tuhan yang layak dipercayai (Mzm. 28:7). Bila kita menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang dipanggil Allah dan sekarang ini tengah menempuh proses pengubahan-Nya, kita wajib sadar bahwa di dalam segala perkara ada campur tangan Allah. Kapan kita tidak lagi menaruh percaya pada seorang pun, kita akan berterima kasih kepada Tuhan karena setiap orang di seputar kita adalah di bawah pengaturan tangan Allah demi kebaikan kita.
Kita mungkin mengira mempunyai “paman” yang setia dan dapat dipercaya. Tetapi “paman” seperti itu tidak seberapa menolong terhadap pengubahan kita. kita tidak dapat menaruh kepercayaan kita kepada siapa pun, dan kita tidak dapat menyalahkan siapa pun. Entah “paman” kita itu jujur atau tidak, kita wajib berkata, “Puji Tuhan, Allah itu Sang Penguasa, aku bukannya di dalam tangan ‘pamanku’, melainkan dalam tangan pengaturan Allah. Bahkan ‘pamanku’ yang tidak dapat dipercayai itu sendiri berada dalam tangan Allah untuk kepentingan pengubahanku.” Kita semua perlu melihat hal ini dan mengetahui bahwa tidak ada satu pun dalam lingkungan kita yang dapat kita percayai. Setiap hal dan setiap orang di sekeliling kita merupakan alat yang dipakai Allah untuk mengubah kita. Jika pengubahan kita memerlukan seorang yang jujur, Allah niscaya memberi kita orang yang demikian. Tetapi kebanyakan kita memerlukan “Laban” dan “saudara-saudara sepupu” kita yang seperti putra-putra Laban. Janganlah menggerutu, melainkan bersyukurlah kepada Allah atas orang-orang itu, dan katakanlah, “Tuhan, aku berterima kasih kepada-Mu atas semua ‘saudara sepupuku’. Aku berterima kasih kepada-Mu atas ‘pamanku’, bahkan atas kelemahanku.” Puji Tuhan, sebab kelemahan kita juga merupakan sarana yang dipakai Allah untuk mengubah kita.
Di balik semua peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, ada Allah dan tangan-Nya yang tidak kelihatan. Pemegang peranan yang utama bukanlah Laban atau Yakub, tetapi Allah yang tersembunyi, yang berkuasa menyediakan lingkungan kita bagi pengubahan kita. Kalau kita nampak akan hal ini, kita akan memiliki perhentian di dalam Tuhan serta percaya apa pun keadaan kita dan di mana pun kita berada, semua itu baik, sebab semuanya itu telah ditentukan oleh tangan Allah sang Pengubah yang berdaulat.

Penerapan:
Saat kita mulai mengasihi Tuhan, Dia pun mulai bekerja di atas diri kita, mulai mendisiplin kita. Tuhan akan menyingkapkan kepada kita bahwa diri kita adalah orang yang tidak tepat, penuh dengan kelemahan. Pada saat demikian, satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah berseru kepada nama-Nya, memohon rahmat-Nya (Mzm. 123:3). Dialah kekuatan dan perlindungan kita yang benar.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, selain Engkau, tidak ada seorang pun yang dapat kusandari dan kupercayai sepenuhnya. Manusia dan suasana bisa berubah, tetapi Engkau tidak mungkin berubah. Biarlah di saat susah atau senang, hatiku tidak berubah terhadap-Mu.

20 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 4 Kamis

Menderita Ketidakadilan
Kejadian 31:41
“Selama dua puluh tahun ini aku di rumahmu; aku telah bekerja padamu empat belas tahun lamanya untuk mendapat kedua anakmu dan enam tahun untuk mendapat ternakmu, dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku.”

Dalam hal memberi upah kepada Yakub, Laban telah mengubahnya sepuluh kali. Ini berarti Laban tidak konsisten dalam perkataannya, tidak menepati janji mengenai besarnya upah yang seharusnya diterima oleh Yakub. Penuturan Yakub ini pasti benar, karena Laban tidak menyangkalnya. Selama dua puluh tahun bekerja di rumah Laban, Yakub telah diperlakukan dengan tidak adil, khususnya berkenaan dengan upah kerjanya. Ia telah bekerja dengan sangat baik, tetapi Laban tidak mengupahnya dengan baik. Diperlakukan dengan tidak adil merupakan sebuah penderitaan.
Di satu pihak, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang penuh kenikmatan. Tetapi kita semua juga setuju bahwa di pihak lain, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang penuh penderitaan. Adakah orang Kristen yang dapat mengatakan bahwa dia tidak pernah mengalami penderitaan? Pemazmur mengatakan, “Bahwa aku tertindas (menderita) itu baik bagiku” (Mzm. 119:71). Adakalanya Allah menyuruh kita menderita, mengalami penderitaan, itu supaya kita mendapat faedah. Setelah menikah, Madame Guyon diremehkan, dihina, dan diperlakukan dengan buruk di rumah suaminya. Mertuanya selalu mencari-cari kesalahannya, supaya ia dipermalukan dan menjadikan dia seperti pembantu yang rendah. Tetapi ia dengan sukacita menyadari bahwa penderitaan yang tidak beralasan itu telah menjaganya agar tidak menjadi orang yang congkak. Kita tidak seharusnya takut akan penderitaan. Kita tidak seharusnya mendambakan jalan yang datar. Hari-hari yang menderita bisa membuat kita bersinar.

Faedah Penderitaan
Ul. 33:14; 4:30; Kej. 47:9; Mzm. 73:26; 119:71; Kis. 16:22-23

Matangnya buah memerlukan sinar dan panas matahari. “Dengan (buah) yang terbaik dari yang dihasilkan matahari” (Ul. 33:14). Kematangan dan kedewasaan hayat memerlukan penderitaan. Dalam Perjanjian Lama, Yakublah yang banyak menderita dalam seumur hidupnya. la pernah berkata, “Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk (menderita) adanya” (Kej. 47:9). Ketika Yakub sudah tua dan datang ke Mesir, hayatnya sudah dewasa dan matang. Dua Korintus 4:16 memberitahu kita, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Penderitaan membuat manusia lahiriah kita merosot, namun membuat manusia batiniah kita diperbarui dari sehari ke sehari; menjadi dewasa dan matang. Seperti yang tercantum dalam Mazmur 73:26 — “Sekalipun hatiku dan dagingku habis lenyap, tetapi Allah adalah kekuatan dalam hatiku, juga bagian berkatku, sampai selama-lamanya” (TL.).
Kenyamanan dan kelancaran mudah membuat orang kendor; penderitaan membuat orang bersandar erat kepada Allah. ‘Apabila engkau dalam keadaan terdesak dan segala hal ini menimpa engkau di kemudian hari, maka engkau akan kembali kepada TUHAN, AllahMu, ...” (Ul. 4:30). Dalam sebuah kidung karangannya, J.N. Darby menulis: “Walau orang menindasku, membuatku menderita, itu hanya mendorongku ke hadirat-Mu. Semakin tertekan derita dunia, semakin manis damai sorga. Tiada duka dapat menyerang, bila wajah mulia-Mu kupandang”
Ketika Madame Guyon dipenjarakan di Venas, ia melewati hari-hari dengan sangat damai sejahtera. la menyanyikan kidung sukacita, semua pelayan wanita di penjara yang melayani dia sampai hafal kidung-kidung tersebut. Dan adakalanya mereka malah menyanyi bersama. Batu-batu penjara baginya seolah batu-batu permata yang jauh lebih berharga daripada kemuliaan di dunia. Hatinya penuh dengan semacam sukacita, yakni sukacita yang Allah berikan kepada orang-orang yang mengasihi-Nya pada saat mereka menderita. Demikian juga yang dialami Paulus dan Silas ketika mereka ditahan dalam penjara di Filipi. Mereka bisa berdoa, berkidung dan memuji Tuhan (Kis. 16:22-23). Mereka sungguh telah mengalami kuasa kebangkitan Kristus melalui penderitaan. Terakhir, melalui penderitaan barulah firman Allah menjadi pengalaman kita. Jika tidak, firman itu hanya merupakan pengetahuan dan doktrin belaka. Pemazmur berkata, “Bahwa aku tertindas (menderita), itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mzm. 119:71).

Penerapan:
Ketaatan dapat dipelajari dengan baik melalui penderitaan. Taat kepada Allah di bibir saja tidak ada nilainya; belajar taat dalam penderitaan baru bisa tidak menggerutu, tidak membela diri, tidak melawan, tidak beralasan, dan tidak melarikan diri, inilah yang bernilai. Sering kali Allah memukul kita dengan kayu penderitaan, agar kita taat, menempuh jalan yang benar.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, bila dalam kenyamananku aku telah lalai bersandar pada-Mu, ampunilah aku. Kini walau ada kesulitan, biarlah itu mendatangkan faedah bagiku, agar aku makin diserupakan dengan gambar-Mu.

19 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 4 Rabu

Catatan Penderitaan Yakub
Kejadian 31:40
“Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur.”

Dalam Kejadian 31:38-41, Yakub berkata kepada Laban, “Selama dua puluh tahun ini aku bersama-sama dengan engkau; domba dan kambing betinamu tidak pernah keguguran dan jantan dari kambing dombamu tidak pernah kumakan. Yang diterkam oleh binatang buas tidak pernah kubawa kepadamu, aku sendiri yang menggantinya; yang dicuri orang, baik waktu siang, baik waktu malam, selalu engkau tuntut dari padaku. Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur.” Karena Laban tidak dapat membantah perkataan Yakub ini, maka kita tahu bahwa apa yang dikatakan Yakub ini benar. Allah telah menaruh Yakub di dalam situasi yang sangat berat, situasi yang membuatnya menderita. Dulu, di rumahnya sendiri, ia diperlakukan dengan sangat baik oleh ibunya, bahkan menjadi anak kesayangan ibunya. Tetapi di rumah Laban, ia diperlakukan sebaliknya. Ia dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan matanya jauh dari pada tertidur. Hari-harinya dihabiskan di padang, di tempat terbuka, siang malam menjaga kambing domba milik Laban. Hebatnya, hal ini berlangsung selama dua puluh tahun!
Coba kita renungkan: Dapatkah Yakub menjadi Israel, pangeran Allah, bila ia tetap tinggal di rumah dan dimanja oleh ibunya? Dapatkah Allah memakai seorang yang licik dan manja sebagai bejana yang berguna bagi-Nya? Tidak mungkin. Dari sudut pandang kita yang alamiah, mudah sekali bagi kita untuk bersimpati kepada Yakub karena penderitaan yang diterimanya dari Laban, tetapi dari sudut pandang Allah, penderitaan itu berguna bagi Yakub. Penderitaan itu membantu kita bertumbuh menjadi seorang yang berguna bagi Allah.

Penderitaan yang Bernilai
2 Kor. 12:9; 1 Ptr. 4:15-16

Kita dapat membagi penderitaan ke dalam dua kelompok, yaitu penderitaan-penderitaan yang sia-sia dan penderitaan-penderitaan yang bernilai. Di dunia ini banyak orang menderita, tetapi tidak semua penderitaan itu bernilai. Bila seseorang menderita karena ia malas atau karena ia melakukan kejahatan, maka penderitaannya sama sekali tidak bernilai. Tetapi bila seseorang menderita karena di atas orang tersebut ada pekerjaan Allah, penderitaannya tidak sia-sia, sebaliknya sangat bernilai. Yang kita bicarakan di sini dan yang harus kita mustikakan adalah penderitaan jenis yang kedua – penderitaan yang bernilai.
Dalam rencana Allah, penderitaan merampungkan satu pekerjaan yang baik bagi anak-anak Allah. Penderitaan banyak membatasi nafsu kita. Semakin banyak kenikmatan materi yang dimiliki seseorang, ia akan semakin banyak menggunakan dan menuruti hawa nafsunya. Tetapi jika kita menderita kemiskinan, penganiayaan, atau penyakit, penderitaan ini akan membatasi keinginan hawa nafsu. Jika kita serba ada, kita bisa tergoda untuk memakai waktu kita demi menuruti hawa nafsu kita. Kita mungkin akan keliling dunia mencari kesenangan. Tetapi Tuhan mungkin membatasi keuangan kita sehingga sulit memiliki cukup uang untuk kebutuhan hidup. Kita harus bekerja berjam-jam untuk mendapat penghasilan. Akibat pekerjaan-pekerjaan kita, kita tidak mempunyai waktu atau tenaga untuk menuruti nafsu kita sendiri. Hasrat untuk mengejar kesenangan hawa nafsu telah terbunuh oleh kemiskinan kita. Iblis sering menggunakan kekayaan untuk menimbulkan hawa nafsu. Akan tetapi, Allah sering menggunakan penderitaan badani untuk menjaga kita agar tidak berbuat dosa (2 Kor. 12:9).
Dalam 1 Ptr. 4:15 dikatakan, “Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.” Jika kita menderita karena hal-hal ini, penderitaan semacam itu tidak terhitung apa-apa. Itu adalah bagian dari cara hidup yang sia-sia. Dalam ayat berikutnya, Petrus melanjutkan, “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.” Jika kita menderita karena Kristus, itulah kemuliaan. Penderitaan semacam ini adalah memuliakan Allah. Hal ini memuliakan Allah, sebab jika kita menderita dalam nama Kristus dan menderita sebagai orang Kristen, maka Roh Allah, yaitu Roh kemuliaan, memiliki perhentian atas kita. Jika kita menderita karena Kristus, kemuliaan memiliki perhentian di atas kita, dan kemuliaan itu sesungguhnya adalah Roh kemuliaan itu sendiri.

Penerapan:
Allah tidak bermaksud menyuruh anak-anak-Nya menderita tanpa makna. Allah tidak menahan satupun kebaikan yang seharusnya dikaruniakan kepada kita (Mzm. 84:12).
Tetapi demi pengubahan kita, seringkali Tuhan memakai penderitaan. Yang kita perlukan adalah memiliki tekad untuk menderita. Bila kita memiliki tekad menderita yang tak terbatas, niscaya kita akan beroleh berkat Allah yang tak terbatas pula.

Pokok Doa:
Ya Bapa, terima kasih atas segala kesulitan, bahkan penderitaan, yang telah Engkau ukurkan bagiku. Walau situasi sekelilingku berubah, jagalah hatiku agar tetap setia kepada-Mu, tetap murni terhadap-Mu, tidak sesal mengikuti-Mu.

18 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 4 Selasa

Yakub Lari Meninggalkan Laban
Kejadian 31:21
“Demikianlah ia lari dengan segala harta miliknya. Ia berangkat, menyeberangi sungai Efrat dan berjalan menuju pegunungan Gilead.”

Setelah segala sesuatunya siap, Yakub pun berangkat bersama segala harta miliknya. Ia berangkat menyeberangi sungai Efrat dan berjalan menuju pegunungan Gilead (Kej. 31:21). Persiapan Yakub dalam melarikan diri memang sangat baik, sehingga tidak seorangpun dari pihak Laban yang menyadari hal itu sampai pada hari yang ketiga. Pelarian Yakub memang tidak baik, tetapi hal inipun terjadi atas seizin Allah. Walau cara Yakub ini dapat dipandang sebagai suatu kesalahan, tetapi kesalahan ini bermanfaat bagi pengubahan Yakub.
Sering kita menyesali kesalahan-kesalahan kita yang lampau, tetapi kalau kita menoleh ke belakang, justru kesalahan-kesalahan itu bermanfaat bagi pengubahan kita. Tidak seorang pun di antara kita yang benar-benar jujur, luhur, setia maupun lurus. Hanya Tuhan Yesus yang seperti itu. Kita semua mempunyai kekurangan dan kelemahan alamiah. Yakub melarikan diri disebabkan lemah imannya. Ia takut menderita kerugian dan takut mati. Mengatakan “Walau rugi bahkan kehilangan jiwa sekalipun, aku tetap setia kepada Allah” memang mudah diucapkan, tetapi sulit dipraktekkan. Ketika saatnya tiba, kita umumnya juga akan melarikan diri. Semua kesalahan kita, serta perbuatan kita yang keliru, adalah di bawah kuasa pengaturan Allah. Ia menggunakan semuanya ini untuk mengubah kita. Ini bukan berarti kita bebas berbuat kesalahan. Tidak seorang pun ingin berbuat kesalahan. Tetapi meskipun kita membenci kesalahan-kesalahan dan enggan berbuat salah, namun masih saja kita membuat beberapa kesalahan besar. Kesalahan-kesalahan kita memberi Allah kesempatan untuk mengubah kita!

Laban Mengejar Yakub
Kej. 31:22-30; 36-37; 40-42

Kejadian 31:22-23 mengatakan, “Ketika pada hari ketiga dikabarkan kepada Laban, bahwa Yakub telah lari, dibawanyalah sanak saudaranya bersama-sama, dikejarnya Yakub tujuh hari perjalanan jauhnya, lalu ia dapat menyusulnya di pegunungan Gilead.” Laban dan orang-orangnya perlu waktu tujuh hari perjalanan jauhnya untuk mengejar dan menyusul Yakub di pegunungan Gilead. Laban dapat saja mencelakai Yakub, tetapi Allah dalam mimpi berbicara kepadanya untuk tidak berbuat apa-apa terhadapnya. Allah berfirman kepada Laban, “Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun” (Kej. 31:24).
Meski Laban tidak dapat berbuat sesuatu terhadap Yakub, Ia hanya dapat melampiaskan amarahnya dengan mengeluh (Kej. 30:26-29). Laban menuduh Yakub mencuri berhalanya. Ia berkata, “Kalau memang engkau harus pergi, semata-mata karena sangat rindu ke rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?”(Kej. 31:30). Setelah Yakub membiarkan kemahnya dan orang-orang yang bersama dengan dia diperiksa, dan berhala itu tidak diketemukan, Yakub balas memarahi Laban atas penganiayaannya. Yakub berkata, “Apakah kesalahanku, apakah dosaku, maka engkau memburu aku sehebat itu? Engkau telah menggeledah segala barangku, sekarang apakah yang kautemui dari segala barang rumahmu? Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur. Selama dua puluh tahun ini aku di rumahmu; aku telah bekerja padamu empat belas tahun lamanya untuk mendapat kedua anakmu dan enam tahun untuk mendapat ternakmu, dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku. Seandainya Allah ayahku, Allah Abraham dan Yang Disegani oleh Ishak tidak menyertai aku, tentulah engkau sekarang membiarkan aku pergi dengan tangan hampa; tetapi kesengsaraanku dan jerih payahku telah diperhatikan Allah dan Ia telah menjatuhkan putusan tadi malam” (Kej. 31:36-37, 40-42). Sampai di titik ini Yakub belum nampak bahwa Allahlah yang telah mengatur situasi sehingga ia harus menderita begitu banyak kerugian di bawah kuasa Laban. Karena itu, semua perlakuan Laban telah menyisakan akar kepahitan yang dalam di hati Yakub. Kalau kita tidak nampak bahwa Allah berada di balik segala kerugian dan perlakuan buruk yang kita terima selama ini, cepat atau lambat semuanya itu akan menjadi akar pahit yang bercokol di dalam hati kita. Kalau tidak segera disingkirkan, akar pahit itu akan menyebabkan hati kita tawar terhadap Allah dan menghalangi kita menikmati anugerah. Jalan satu-satunya agar kita terhindar dari kepahitan adalah dengan melihat dan menerima tangan kedaulatan Allah atas segala situasi yang terjadi pada kita.

Penerapan:
Terkadang iman kita menjadi begitu lemah sehingga kita tidak lagi mampu mempercayai Allah dengan sepenuhnya. Kita menjadi orang yang takut kepada manusia, kuatir, dan tidak bersandar Allah. Sekalipun keadaan kita demikian, Allah masih bisa bekerja di atas diri kita, asal kita memiliki satu tekad untuk bertobat dan mau terbuka kepada Tuhan. Bagi-Nya tidak ada kata terlambat. Bukalah hati dan mulut kita, serulah nama-Nya, berpalinglah kepada-Nya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan Yesus, ampunilah aku yang kerap kali meragukan tangan kedaulatan-Mu dalam hidupku, tergesa-gesa dalam memutuskan sesuatu, dan tidak melibatkan Engkau dalam rencana-rencanaku. Aku mau melatih imanku untuk mempercayakan hidupku ke dalam tangan-Mu.

17 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 4 Senin

Yakub Pulang Ke Negeri Nenek Moyangnya
Kejadian 31:13b
“...maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri ini dan cpulanglah ke negeri sanak saudaramu.”

Meski Yakub masih bersifat penipu, Allah tetap memberkatinya. Dalam mimpi, Allah tidak mencelanya, malahan menghiburnya serta kata-Nya, “Telah Kulihat semua yang dilakukan oleh Laban itu kepadamu” (Kej. 31:12). Allah melihat penderitaan Yakub dan kesengsaraannya di bawah tangan Laban. Ia berkata, “Akulah Allah yang di Betel, Allah ayahmu. Aku akan menjaga engkau.” Membaca catatan ini, kita melihat bahwa Allah seolah-olah tidak mempermasalahkan apa yang diperbuat Yakub. Allah hanya memperhatikan tujuan-Nya. Semua yang Allah perbuat adalah untuk pengubahan Yakub. Yang Allah perhatikan bukan apakah Yakub memiliki ternak atau tidak, melainkan apakah ia telah berubah. Apakah kita memiliki berkat-berkat jasmani, itu bukan yang utama. Yang harus kita perhatikan adalah Allah bertambah di dalam kita, Ia mengubah kita, Ia hidup di dalam kita, dan kita memperhidupkan Dia.
Ketika Yakub sedang mempertimbangkan untuk tetap tinggal atau pergi ke negeri asalnya, Allah turun tangan serta bersabda kepada Yakub, “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau” (Kej. 31:3). Jika Yakub sudah berubah dengan tuntas, ia pasti segera memuji Tuhan dan percaya atas pimpinan Allah yang tegas itu. Tetapi Yakub tidak berdoa. Bahkan sebaliknya ia menyuruh orang memanggil kedua istrinya. Ia tidak berani berbicara di hadapan pamannya. Setelah ia menceritakan kepada mereka perihal adanya perubahan-perubahan situasi, mereka lantas menyetujui untuk meninggalkan ayah mereka (Kej. 31:4-16). Perubahan-perubahan situasi seputar Yakub itu jauh-jauh hari sebelumnya telah diatur oleh Allah.

Bersiap Meninggalkan Laban
Kej. 31:14-19

Perubahan sikap Laban dan anak-anaknya terhadap Yakub, serta perkataan Allah kepadanya, membuat ia benar-benar harus pulang ke rumahnya sendiri. Setelah rencananya disetujui oleh kedua istrinya (Kej. 31:14-16), lalu bersiaplah Yakub. Dinaikkannya anak-anaknya dan istri-istrinya ke atas unta, digiringnya seluruh ternaknya dan segala apa yang telah diperolehnya, yakni ternak kepunyaannya, yang telah diperolehnya di Padan-Aram, dengan maksud pergi kepada Ishak, ayahnya, ke tanah Kanaan (Kej. 31:17-18). Yakub memang berangkat pulang, namun bukan terang-terangan. Ia pergi dengan sembunyi-sembunyi. Ia takut Laban akan menggunakan kekuasaannya untuk menahan anak-anak perempuannya dan pelayan-pelayan serta semua anak mereka. Karena itulah ia melarikan diri dengan sembunyi-sembunyi.
Sekalipun cara Yakub meninggalkan Laban agak curang, namun Allah membiarkan hal itu terjadi. Cara Yakub ini menunjukkan bahwa ia belum cukup matang, ia masih mempunyai kelemahan. Mengapa Yakub tidak menaruh kepercayaannya kepada Allah? Allah itu Mahakuasa, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Yakub seharusnya menaruh kepercayaan bahwa Dia bisa melindungi istri-istrinya dan anak-anaknya. Memang mudah mengatakan menaruh iman kepada Allah, tetapi tidak mudah mempraktekkannya. Ini memerlukan kematangan hayat dan kadar iman. Untuk memiliki kadar iman yang cukup ini, memerlukan pertumbuhan hayat. Yakub tidak memiliki ini. Kerap kita terjepit dalam situasi seperti ini, kita tidak punya pilihan lain, kecuali melarikan diri, pergi dengan curi-curi. Menyalahkan Yakub karena ia pergi secara diam-diam memang gampang, tetapi apabila kita memeriksa diri kita, niscaya menemukan bahwa kita pun tidak jarang melakukan hal-hal yang tersembunyi seperti Yakub.
Pada hari Yakub hendak melarikan diri, Laban telah pergi menggunting bulu domba-dombanya. Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya (Kej. 31:19). Terafim ini adalah berhala yang disembah di rumah Laban. Lihatlah, di antara orang-orang yang takwa kepada Allah masih mungkin terdapat berhala. Ini bukannya berhala yang di kuil, melainkan berhala rumah tangga, berhala yang mereka puja di dalam rumah mereka. Mereka amat menganggap penting berhala-berhala itu, sehingga Rahel mau mencuri berhala-berhala itu. Jangan menyangka kalau kita adalah orang yang dipanggil Allah, pasti semua anggota keluarga kita tulus dan lurus. Belum tentu. Allah tahu bahwa kita mungkin masih mempunyai berhala-berhala di rumah kita. Tanpa Alkitab menyebutkan berhala ini, tidak seorangpun yang akan percaya bahwa Laban ataupun Yakub masih ada berhala-berhala dalam keluarga Laban ataupun Yakub.

Penerapan:
Banyak orang terlalu menekankan berkat-berkat jasmani sampai-sampai melupakan Tuhan sendiri yang adalah sang Pemberi berkat, padahal yang paling Tuhan tuntut dari diri kita adalah berapa banyakkah kadar ilahi-Nya di dalam kita, sudahkah kita diubah dari seorang yang suka merebut menjadi orang yang memberkati, dan apakah kita selalu belajar memperbesar Dia dalam hidup kita. Hal-hal inilah yang seharusnya kita dambakan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, semua berkat yang Kau beri adalah baik bagiku, tetapi bawalah aku lebih maju lagi dengan mengalami Engkau sendiri sebagai berkatku yang paling bernilai. Aku berdoa semoga kadar-Mu hari demi hari makin bertambah di dalamku.

15 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 3 Sabtu

Tiba Saatnya untuk Pergi
Kejadian 31:13
“Akulah Allah yang di Betel itu, di mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau bernazar kepada-Ku; maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu.”

Setelah mewahyukan diri-Nya sebagai Allah yang di Betel itu, Allah berfirman kepada Yakub, “Maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu” (Kej. 31:13b). Perkataan ini keluar langsung dari mulut Allah. Allah yang memimpin Yakub ke rumah Laban, pamannya, Allah pula yang akan memimpin dia keluar dari rumah itu. Tahun-tahun yang berat bagi Yakub di rumah Laban telah berakhir. Allah sudah mengukur semuanya, tahun-tahun itu tidak terlalu pendek, juga tidak terlalu panjang. Perlakuan Laban kepada Yakub selama dua puluh tahun ini sudah cukup. Kini Allah menghendaki Yakub pergi dari rumah Laban.
Penanggulangan yang Allah izinkan menimpa Yakub melalui Laban, ternyata ada batasnya. Allah tidak akan membiarkan kita setiap waktu menderita penanggulangan. Allah tahu kapan waktu yang terbaik bagi kita untuk masuk ke dalam “ruang” penanggulangan, dan kapan saatnya penanggulangan itu berakhir. Bukan hanya Yakub, tetapi Ayub, Daud, dan semua orang kudus yang mengikuti Tuhan sesuai dengan hasrat hati-Nya pasti mengalami panas dan tekanan penanggulangan Allah sehingga mereka dapat diubah menjadi batu-batu hidup yang berguna bagi pembangunan Allah. Semua penderitaan yang dialami oleh kaum imani telah ditakar oleh Allah. Allah hanya mengizinkan penanggulangan itu berlangsung sampai batas tertentu. Penanggulangan yang akan kita alami ada batasnya. Pada prinsipnya kita semua harus mengalami tekanan dan panasnya penanggulangan Allah. Hanya dengan demikian kita akan diubah menjadi batu-batu hidup bagi pembangunan Allah.

Mengalami Ujian dan Kesetiaan Allah
Yes. 57:15-16; 1 Kor. 10:13

Demi pengubahan kita, kadang-kadang Tuhan mengizinkan hal-hal tertentu menimpa kita, tetapi masih ada batasnya, karena Tuhan mempedulikan roh kita. Ia tahu, bahwa roh kita tidak dapat menanggung beban yang terlalu berat dalam suatu situasi yang sulit, maka Ia tidak akan mengizinkan beban yang terlalu berat, supaya roh kita tidak menjadi lemah lesu (Yes. 57:15-16). Dilihat dari sudut pandang Allah, dua puluh tahun Yakub di rumah Laban merupakan penanggulangan Allah. Tetapi dilihat dari sudut pandang manusia, tinggal dan bekerja di rumah Laban merupakan ujian bagi Yakub. Dalam 1 Korintus 10:13, Paulus menuliskan, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” Kata “pencobaan” dalam ayat ini juga mengandung arti “ujian”. Yakub selama dua puluh tahun tinggal dan bekerja di rumah Laban, ia ditanggulangi oleh Allah, juga mengalami ujian. Namun, baik penanggulangan maupun semua ujian itu tidaklah melampaui kekuatannya. Ketika waktunya genap, Allah akan memberikan jalan keluar.
Allah di dalam kesetiaan-Nya tidak akan mengizinkan ujian maupun penanggulangan apa pun menimpa kita melampaui apa yang dapat kita tanggung. Bersamaan dengan pencobaan itu, Ia akan memberikan jalan keluar kepada kita. Perkataan ini sangat mendorong dan menghibur kita. Kita mungkin berpikir bahwa penanggulangan itu akan menyengsarakan kita selamanya, tetapi Paulus menegaskan bahwa ujian yang kita alami adalah ujian yang biasa bagi manusia. Allah itu setia dan tidak akan membiarkan kita mengalami ujian yang melampaui kekuatan kita. Bersamaan dengan ujian itu, Ia akan memberikan jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya. Allah tidak membebaskan anak-anak-Nya dari berbagai ujian. Walau demikian, Allah tidak mengirimkan ujian terus-menerus. Yakub dipilih Allah untuk mengalami ujian-ujian agar menjadi Israel milik Allah, membawa berkat Allah kepada setiap orang. Ia melambangkan seorang beriman yang dipilih Allah, menikmati kasih Allah Bapa, dan kasih karunia Allah Putra, dan mengalami pengubahan Allah Roh melalui ujian-ujian dalam lingkungannya sehingga menjadi seorang manusia yang matang, untuk membagikan berkat Allah kepada orang lain. Pada saat kita berada dalam Kristus dan menikmati kekayaan-Nya, Roh itu akan memimpin kita mengalami segala bentuk ujian dalam lingkungan kita agar kita diubah oleh Roh itu menjadi Israel, pangeran Allah.

Penerapan:
Persembahan diri yang sejati seharusnya membuat kita menjadi orang yang bertindak, aktif, selalu mencari Tuhan dan kehendak-Nya. Kita tidak tahu berapa lama waktu yang akan Tuhan pakai untuk menanggulangi kita, tetapi di pihak kita, kita harus belajar senantiasa mengucap syukur, memuji Dia, mencari Dia, dan melayani Dia dengan setia. Bila kita mengerjakan bagian kita, maka Dia akan mengerjakan bagian-Nya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan Yesus, aku bersyukur atas segala tekanan dan terik panasnya penanggulangan-Mu. Ubahlah aku menjadi batu hidup bagi pembangunan rumah-Mu. Aku mau menjadi anggota Tubuh-Mu yang hidup dan berfungsi.

14 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 3 Jumat

Akulah Allah yang di Betel Itu (1)
Kejadian 31:13
“Akulah Allah yang di Betel itu, di mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau bernazar kepada-Ku; maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu.”

Setelah Allah menyingkapkan kepada Yakub bahwa sebenarnya Dialah yang telah memberkati dan menjadikan Yakub kaya (Kej. 31:11-12), maka Allah kemudian mengingatkan Yakub akan peristiwa dua puluh tahun yang lalu, dengan berkata, “Akulah Allah yang di Betel itu, di mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau bernazar kepada-Ku;...” (Kej. 31:13). Allah mengingatkannya kembali akan peristiwa yang mungkin sudah dilupakannya. Allah tidak pernah lupa bahwa pada suatu pagi, Yakub mengambil batu, yang sebelumnya ia pakai sebagai alas kepalanya, mendirikannya menjadi tugu dan mengurapinya dengan menuangkan minyak ke atasnya (Kej. 28:18).
Yakub juga mungkin melupakan nazarnya kepada Allah bahwa jika Allah akan menyertai dan akan melindunginya di jalan yang ia tempuh, memberikan kepadanya roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga ia selamat kembali ke rumah ayahnya, maka TUHAN akan menjadi Allahnya. Dan batu yang ia dirikan sebagai tugu akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Allah berikan kepadanya akan selalu ia persembahkan sepersepuluh kepada TUHAN (Kej. 28:20-22). Allah yang di Betel itu, sekali lagi menampakkan diri dan berbicara kepadanya. Bukankah kita juga sering lupa akan apa yang pernah kita ucapkan kepada Tuhan? Tetapi Tuhan tidak pernah sekali pun melupakannya. Mungkin dahulu kita pernah mempersembahkan diri kepada Tuhan, tetapi selang beberapa tahun, kita sudah tidak mengingatnya lagi. Ingatlah, bersamaan dengan terjadinya perubahan situasi di sekeliling kita, Tuhan akan datang untuk mengingatkan kita akan minat kita yang semula kepada-Nya.

Akulah Allah yang di Betel Itu (2)
Kej. 31:13; 28:10-22; 1 Tim. 3:15; Why. 22:1-3

Dalam Kejadian 31:13, mengapa Allah menyebut diri-Nya dengan sebutan “Allah yang di Betel itu”? Ketika Ia hendak menyuruh Yakub pulang ke negeri sanak saudaranya, mengapa Ia perlu mengingatkan Yakub kembali akan peristiwa di Betel yang sudah berselang dua puluh tahun yang lalu? Dari perkataan Allah dalam Kejadian 31:13, kita menyadari bahwa peristiwa di Betel itu bukan sebuah kejadian yang biasa, melainkan suatu kejadian yang berkaitan dengan tujuan Allah. Mimpi Yakub merupakan titik yang paling menentukan dalam seluruh Kitab Kejadian (Kej. 28:10-22). Pertama-tama, Yakub menggunakan batu itu sebagai bantal; kemudian ia mendirikan batu itu sebagai tugu (Kej. 28:18). Bantal melambangkan perhentian. Dalam pandangan Allah, debu tanah tidak pernah dapat menjadi perhentian kita. Hayat insani kita, sifat alamiah kita, serta apa adanya kita ini tidak dapat menjadi perhentian kita. Yang dapat menjadi perhentian kita satu-satunya adalah Kristus sendiri yang telah tergarap ke dalam diri kita. Dialah batu itu, tempat perhentian kita yang sejati. Walau kita berpendidikan tinggi sekalipun, tanpa kita memiliki Kristus di dalam kita, kita hanyalah gumpalan tanah liat belaka. Tanah liat ini mustahil menjadi penunjang kita yang kokoh.
Setelah terjaga dari mimpi, Yakub lantas mendirikan batu itu sebagai tiang (Kej. 28:18). Artinya, batu itu harus menjadi bahan pembangunan Allah. Asalnya, kita meletakkan kepala kita ke atas Kristus dan beroleh perhentian. Akhirnya, kita menjadikan pengalaman kita terhadap Kristus menjadi bahan untuk pembangunan Allah. Apapun pengalaman kita terhadap Kristus, harus menjadi bahan untuk membangun rumah Allah. Yakub bukan cuma mendirikan batu sebagai tiang begitu saja; ia bahkan menuangkan minyak ke atasnya (Kej. 28:18). Setelah minyak dituang ke atas tiang, tiang itu menjadi rumah Allah. Mimpi Yakub pertama kali terkabul di saat bani Israel mendirikan Kemah Pertemuan setelah mereka terlepas dari Mesir. Itulah rumah Allah yang pertama di antara manusia, yang merupakan perwujudan yang pertama dari mimpi Yakub. Kemudian dalam Perjanjian Baru, kita memiliki gereja sebagai rumah Allah (1 Tim. 3:15). Akhirnya, dalam langit baru dan bumi baru, kita akan mendapatkan Yerusalem Baru sebagai tempat tinggal Allah yang kekal (Why. 22:1-3). Di sana kita dan Allah akan menikmati perhentian yang kekal serta menikmati kepuasan sampai abadi. Karena wahyu yang terkandung dalam mimpi Yakub di Betel itu sangat berkaitan dengan tujuan kekal Allah, maka Allah kembali mengingatkan dia akan peristiwa itu dan mewahyukan kepadanya bahwa Dialah Allah yang di Betel itu, Allah yang akan membangun rumah-Nya. Seluruh pekerjaan Allah di atas diri Yakub dan keturunannya adalah untuk tujuan ini.

Penerapan:
Allah menghargai minat persembahan diri kita kepadanya. Karena itu, Dia tidak pernah melupakan minat kita, walaupun kita sendiri mungkin sudah lama melupakannya.
Bila hari ini Allah berbicara dan mengingatkan kita kembali akan persembahan diri kita di masa yang sudah lewat, marilah kita melunakkan hati dan sekali lagi datang kepada-Nya, memperbarui persembahan kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering melupakan persembahanku kepada-Mu. Hari ini aku mau memulihkan persembahanku, minatku, dan seluruh hidupku demi kesaksian-Mu. Tuhan, tariklah aku masuk ke dalam kehendak dan rencana kekal-Mu.

13 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 3 Kamis

Yakub Tetap Diberkati Allah (1)
Kejadian 31:1
“Kedengaranlah kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian: ‘Yakub telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya.’”

Ketika Yakub melihat bahwa muka Laban terhadapnya tidak seperti yang sudah-sudah, maka Tuhan berkata kepadanya, “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau” (Kej. 31:3). Kemudian, menurut Kejadian 31:4-5 “Yakub menyuruh memanggil Rahel dan Lea untuk datang ke padang, ke tempat kambing dombanya”, dan memberi tahu mereka bahwa muka ayah mereka telah berubah kepadanya. Lalu ia menceritakan mimpi yang dilihatnya pada masa kambing domba itu suka berkelamin. Dalam mimpinya ia melihat bahwa “jantan-jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang, sebab telah Kulihat semua yang dilakukan oleh Laban itu kepadamu” (Kej. 31:10-12). Melalui mimpi ini Allah hendak menunjukkan bahwa Yakub memperoleh kambing domba itu bukan hasil tipu dayanya, melainkan oleh kuasa Allah. Semua itu berasal dari Allah.
Yakub adalah orang yang telah dipilih Allah dan berada di bawah berkat Allah. Ia seharusnya tidak perlu menipu untuk menjadi kaya. Karena Yakub berada di bawah berkat Allah, Allah pasti mengaruniakan berkat kepadanya. Dalam prinsipnya, hal ini sama dengan keadaan kita hari ini. Kita adalah orang-orang yang telah dipilih Allah dan berada di bawah berkat-Nya. Kita tidak perlu memainkan tipu daya untuk memperoleh berkat Allah. Allah sudah pasti mengaruniai kita berkat yang kita perlukan. Jangan mengira bahwa semua berkat datang melalui kesuksesan kegairahan kita. Malahan kita harus menyadari bahwa setiap berkat, baik berkat rohani maupun jasmani, semuanya datang dari Allah.

Yakub Tetap Diberkati Allah (2)
Kej. 31:7-12, 16, 42; Bil. 23:1-12; 24:10

Dalam kuasa-Nya, Allah mengubah kambing domba yang putih menjadi bercoreng-coreng, berbintik-bintik, dan berbelang-belang (Kej. 31:12). Dalam prinsipnya, hal ini sama seperti ketika Allah mengubah kutukan Bileam menjadi berkat (Bil. 23:1-12; 24:10). Mimpi Yakub dalam Kejadian pasal 31 menyatakan bahwa kuasa Allahlah yang membuat usaha Yakub berhasil. Yakub bukannya menjadi kaya karena tipu muslihatnya, melainkan karena kerja kuasa Allah. Sekarang kita harus memperhatikan berkat Allah. Allah memberkati Laban karena Yakub (Kej. 30:27, 30). Melalui berkatnya, Allah melindungi Yakub dari tekanan/pemerasan Laban (Kej. 31:7-12, 16, 42). Kita harus menundukkan kepala dan menyembah kepada Allah, serta belajar untuk tidak menghiraukan berapa banyak kita menderita kerugian. Sebagai kaum pilihan Allah, kita justru di bawah berkat-Nya. Meski orang lain memeras kita, kita tak perlu membalas dengan permainan tipu daya terhadapnya. Karena semakin kita bermain tipu daya, kita akan semakin menderita pemerasan. Kita memang ditakdirkan untuk mendapatkan berkat.
Dalam kisah tentang Yakub ini, kita dapat melihat bahwa di sana terdapat tiga pihak utama: pihak pemeras, pihak penipu, dan pihak pemberi berkat. Allah adalah sang Pemberi berkat. Allah memakai Laban untuk memeras Yakub dengan maksud mengubah Yakub, tetapi semakin ia dirugikan oleh Laban, semakin Allah memberkati dia. Allah ingin menunjukkan kepada Yakub bahwa ia menjadi kaya bukan karena usaha tipu dayanya, melainkan oleh berkat kuasa Allah. Walau ia menaruh kambing domba yang putih di depan cabang-cabang pohon yang berbelang-belang itu, tetapi oleh mimpi itu, ia sadar bahwa kekayaannya bukan datang dari permainan tipu dayanya. Dalam pandangan Allah, kambing domba putih itu sebenarnya bercoreng-coreng, berbintik-bintik, dan berbelang-belang. Berkat Allahlah yang telah membuatnya kaya.
Yakub sudah mulai memakai muslihatnya sejak di dalam kandungan ibunya dan tak pernah berhenti hingga ia diubah. Hanya ketika kita sampai pada pasal-pasal yang terakhir pada Kitab Kejadian, barulah kita melihat bahwa Yakub telah berhenti dari permainan tipu dayanya. Setelah Yakub diubah menjadi pangeran Allah, barulah ia tak lagi melakukan tipu daya. Demikian juga, kecuali setelah kita telah dibereskan dengan sempurna dan diubah, barulah kita berhenti dari permainan tipu muslihat. Kita semua harus belajar untuk tidak takut terhadap suasana lingkungan yang kelihatannya kurang menguntungkan. Kita pun jangan bermain tipu muslihat. Meskipun kita mungkin bisa melakukan praktek penipuan terhadap yang lain, suatu hari alamiah kita yang penuh tipu muslihat itu akan ditanggulangi oleh Allah.

Penerapan:
Karena kita telah dipilih oleh Allah dan berada di bawah berkat-Nya, marilah kita menempuh jalan yang lurus, jalan yang diperkenan oleh Allah. Semua berkat, baik jasmani maupun rohani, adalah berasal dari Allah. Atas hal ini kita sepatutnya bersyukur. Namun yang terpenting dari semuanya adalah Allah ingin memberikan diri-Nya sendiri menjadi berkat kita. Semua berkat yang lain akan berakhir, tetapi Allah sebagai berkat kita akan tetap sampai selama-lamanya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, Engkaulah berkat yang sejati. Semua berkat jasmani suatu hari akan berakhir, tetapi Engkau tinggal tetap, karena Engkau adalah bagian kekalku. Tuhan Yesus, buatlah aku selalu mendambakan diri-Mu lebih daripada apapun, mengasihi dan melayani-Mu seumur hidupku.

12 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 3 Rabu

Sikap Laban kepada Yakub Berubah
Kejadian 31:1
“Kedengaranlah kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian: ‘Yakub telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya.’”

Dalam Kejadian 31, tiba-tiba suasana sekitar Yakub berubah. Saudara sepupunya merasa iri terhadap dia dan roman muka pamannya berubah terhadap dia (Kej. 31:1-2). Perubahan ini justru demi kebaikan Yakub. Dalam pasal ini, Yakub berada di tengah-tengah proses pengubahan. Allah berkuasa menyediakan segala sesuatu untuk mengubah kita. Kita harus percaya ini. Tidak satu pun peristiwa dalam Kejadian pasal 31 yang terjadi secara kebetulan; segala sesuatu telah direncanakan Allah sebelumnya. Di bawah penentuan Allah, Laban memiliki banyak putra dan Yakub mendengar putra-putra Laban berkata, “Yakub telah mengambil segala harta milik ayah dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya.” Menurut catatan tentang Yakub, Allah mewahyukannya dalam mimpi, betapa Ia mengambil ternak Laban dan memberikannya kepada Yakub (Kej. 31:11-12).
Dari tahun ke tahun, putra-putra Laban menyaksikan ternak ayah mereka semakin berkurang, sedang milik Yakub terus-menerus bertambah. Iri hati mereka terhadap Yakub sudah mencapai tingkat tidak dapat membiarkan hal ini berlarut lebih lama lagi. Ini bukanlah suatu hal kebetulan. Keadaan ini juga sebelumnya telah direncanakan Allah. Berhubung telah tiba saatnya Yakub harus pulang, Allah sengaja memakai saudara sepupunya untuk menunjukkan sikap mereka, dan pula memakai Laban untuk mengubah sikap terhadapnya. Inilah pembicaraan Allah kepada Yakub. Dalam prinsip yang sama, Allah pun sering berbicara kepada kita melalui perubahan situasi yang terjadi di sekeliling kita.

Yakub Belum Banyak Berubah
Kej. 30:25-26; 31:2

Yakub tinggal bersama Laban selama dua puluh tahun. Dalam Kejadian 31:7 Yakub mengutarakan bahwa Laban telah mengubah upahnya sebanyak sepuluh kali. Allah menaruh Yakub ke bawah tangan Laban selama dua puluh tahun, agar Yakub benar-benar memperoleh pemberesan. Namun setelah masa dua puluh tahun itu berlalu, kita nampak dalam Kejadian 31, Yakub masih belum juga terubah dengan sempurna. Mungkin kita merasa kecewa dan berkata, “Jika proses pengubahan ini tidak juga tercapai dalam jangka waktu dua puluh tahun, lalu berapa lamakah waktu yang diperlukan? Boleh jadi sebelum penyempurnaan itu terjangkau, Tuhan telah kembali.” Tetapi bila kita membandingkan Yakub dalam Kejadian 31 dengan Yakub dalam pasal-pasal sebelumnya, niscaya kita akan melihat bahwa ia sesungguhnya telah mempunyai sejumlah pengalaman pengubahan. Suatu perubahan yang besar telah terjadi atas diri Yakub setelah tinggal dua puluh tahun dengan Laban. Dua puluh tahun sebelumnya, ia benar-benar seorang perampas, tetapi pada akhir tahun itu, sekurang-kurangnya ia telah agak berubah. Membaca Kejadian 31, kita mengetahui bahwa Yakub yang licik itu telah mengalami suatu perubahan yang berarti. Walaupun ia telah agak berubah, namun dalam Kejadian 31 ini ia masih sangat alamiah.
Setelah empat belas tahun tinggal bersama Laban, Yakub memberi tahu dia bahwa ia akan pergi (Kej. 30:25-26). Namun sebenarnya ia tidak berniat pergi. Ini suatu permainan politiknya agar memperoleh sesuatu dari Laban. Laban jelas mengetahui bahwa berkat Allah beserta dengan Yakub, sehingga ia mati-matian tidak mengizinkan dia pergi. Kemudian mereka berembuk kembali dan membuat persetujuan, supaya Yakub tetap tinggal dengan Laban untuk beberapa waktu. Tetapi setelah berselang beberapa tahun, Laban menyadari bahwa peningkatan jumlah selalu terjadi di pihak Yakub belaka, maka berubahlah air mukanya, tidak seperti dulu lagi. Kejadian 31:2 mengatakan, “Lagi kelihatan kepada Yakub dari muka Laban, bahwa Laban tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadanya.” Sepanjang dua puluh tahun yang lampau, wajah Laban selalu tersenyum kepada Yakub, karena Yakub menyebabkan dia beruntung. Tetapi setelah Laban menginsyafi bahwa Yakub tidak lagi menjadi penyebab keberuntungannya maka berubahlah air mukanya terhadap Yakub. Semua perubahan suasana seputar Yakub itu merupakan sirene yang menandakan ia harus segera pulang ke rumah. Dalam pengalaman rohani kita, perubahan situasi yang terjadi seringkali juga merupakan sebuah sirene agar kita kembali berdoa, kembali datang kepada Allah, dan kembali menempuh kehidupan gereja.

Penerapan:
Situasi yang baik belum tentu dapat membuat kita dekat dengan Tuhan, tetapi situasi yang sulit mudah membuat kita datang kepada Tuhan. Bila dalam situasi yang nyaman kita mengabaikan Tuhan, dapat dipastikan bahwa suatu waktu Tuhan akan membawa kita ke dalam situasi yang sulit, agar kita kembali kepada-Nya. Namun yang terbaik adalah apapun situasi kita, marilah kita belajar bergaul dengan Tuhan di dalam terang firman-Nya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, meski apa pun bisa berubah, tetapi Engkau dan kasih setia-Mu tidak mungkin berubah. Janji firman-Mu adalah untuk selama-lamanya. Karena itu, jadikanlah aku orang yang selalu berpegang pada janji firman-Mu.

11 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 3 Selasa

Yakub Belum Berubah
Kejadian 30:32b
“Segala domba yang hitam dan segala kambing yang berbelang-belang dan berbintik-bintik, itulah upahku.”

Melalui berbagai penanggulangan yang ia terima dari Laban, pamannya sendiri, Yakub mulai belajar tunduk di bawah kuasa Allah. Tetapi bukan berarti Yakub telah berubah. Dalam potongan Alkitab ini Yakub masih bisa mencari akal, supaya domba-domba yang dilahirkan berbintik-bintik, sehingga domba itu menjadi miliknya. Yakub tetap Yakub yang lama. Terhadap Yakub Allah mempunyai satu tujuan, yaitu mengubahnya menjadi seorang yang sepenuhnya tidak hidup menurut dirinya sendiri, melainkan bersatu dengan Allah. Demikianlah Allah setindak demi setindak membereskan Yakub, terus-menerus membuat Yakub terluka, membuat Yakub menderita kerugian. Di satu pihak Allah bekerja di atas dirinya supaya dia mendapatkan penanggulangan, namun di pihak lain, dagingnya masih ada di sana, dia masih begitu licik, masih begitu licin. Tetapi Allah terus bekerja di atas dirinya, sehingga dari perkara-perkara yang tidak lancar itu, Yakub mau tidak mau harus tunduk di bawah tangan Allah.
Tujuan Allah ialah ingin menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita, umat pilihan-Nya, agar kita dapat menjadi berkat bagi kesaksian-Nya di bumi. Allah tidak sekedar ingin memperoleh sekelompok manusia yang baik dan bermoral. Orang yang baik dan bermoral cukup banyak di dunia ini, tetapi kebaikan mereka tidak ada kaitannya dengan tujuan Allah. Allah menginginkan sekelompok manusia yang dipenuhi oleh diri-Nya sendiri dan dibangun di dalam Dia. Untuk tujuan inilah, Allah perlu memakai waktu yang cukup panjang, bahkan seumur hidup kita untuk mengubah kita, dari seorang yang alamiah menjadi seorang yang matang, yang tidak lagi hidup bersandarkan kekuatannya sendiri.

Mencuri Kambing Domba Laban
Kej. 30:31-32, 36, 38-39; 41-43

Sekarang kita melihat Yakub, yang menderita di bawah tekanan Laban, mempunyai caranya sendiri dalam mencuri harta benda Laban sehingga membuat dirinya kaya. Ketika Laban bertanya kepadanya apa yang harus diberikan sebagai upahnya, Yakub menjawab, “Tidak usah kauberikan apa-apa kepadaku; aku mau lagi menggembalakan kambing dombamu dan menjaganya, asal engkau mengizinkan hal ini kepadaku: Hari ini aku akan lewat dari tengah-tengah segala kambing dombamu dan akan mengasingkan dari situ setiap binatang yang berbintik-bintik dan berbelang-belang; segala domba yang hitam dan segala kambing yang berbelang-belang dan berbintik-bintik, itulah upahku” (Kej. 30:31-32). Laban berpikir bahwa ini adalah usul yang baik sekali, karena ia mengetahui bahwa ternak yang putih hanya dapat menghasilkan ternak yang putih juga, dan hanya sedikit melahirkan ternak yang berbintik-bintik, berbelang-belang, ataupun yang berwarna hitam.
Laban menyerahkan ternaknya yang putih bersih kepada Yakub untuk digembalakan (Kej. 30:36). Kemudian Laban menentukan jarak tiga hari perjalanan jauhnya antara dia dan Yakub. Pengaturan ini justru memberi kesempatan kepada Yakub untuk memperdaya Laban. Dalam menjalankan tipu dayanya, Yakub mengambil dahan hijau dari pohon hawar, pohon badam, dan pohon berangan, “dikupasnyalah dahan-dahan itu sehingga berbelang-belang, sampai yang putihnya kelihatan” (Kej. 30:37). Kemudian Yakub meletakkan dahan-dahan yang dikupasnya itu ke dalam palungan, dalam tempat minum, tepat di depan kambing domba itu, “adapun kambing domba itu suka berkelamin pada waktu datang minum” (Kej. 30:38). Dalam Kejadian 30:39 kita diberi tahu bahwa “jika kambing domba itu berkelamin dekat dahan-dahan itu, maka anaknya bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang.” Kemudian Yakub memisahkan ternaknya dari ternak Laban. Kemudian, setiap kali kambing domba yang kuat lagi berkelamin, “Yakub meletakkan dahan-dahan itu ke dalam palungan di depan mata kambing domba itu, supaya berkelamin dekat dahan-dahan itu. Tetapi apabila datang kambing domba yang lemah, ia tidak meletakkan dahan-dahan itu ke dalamnya. Jadi hewan yang lemah untuk Laban dan yang kuat untuk Yakub” (Kej. 30:41-42). Kambing domba yang bercoreng-coreng, berbintik-bintik, dan berbelang-belang adalah yang kuat, sedang kambing domba yang putih lebih lemah. Kita tidak tahu dari mana Yakub memiliki pengetahuan ini, tetapi ia berhasil. Kejadian 30:43 mengatakan, “Maka sangatlah bertambah-tambah harta Yakub, dan ia mempunyai banyak kambing domba,...” Demikian Yakub mencuri harta Laban.

Penerapan:
Setelah mengalami suatu kerugian, sering kita segera mencari akal untuk memperoleh keuntungan, sebagai balasan atas kerugian yang kita alami. Tetapi, tidak pernah sedikitpun terbersit di dalam benak kita bahwa semua kerugian dan keuntungan itu sebenarnya terjadi atas seizin Allah demi mengubah kita. Karena itu, marilah kita sadar dan berhenti mengandalkan diri sendiri. Sambutlah Tuhan dan libatkanlah Dia di dalam segala rencana dan pekerjaan kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur atas semua kesulitan dan ujian yang telah Kau ukurkan bagiku. Aku percaya bahwa sesulit apapun masalah yang tengah kuhadapi, Engkau pasti memberikan jalan keluar bagiku. Amin.

10 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 3 Senin

Ingin Segera Lepas dari Laban
Kejadian 30:25
“Setelah Rahel melahirkan Yusuf, berkatalah Yakub kepada Laban: ‘Izinkanlah aku pergi, supaya aku pulang ke tempat kelahiranku dan ke negeriku.’”

Setelah genap empat belas tahun bekerja pada Laban, yakni setelah Rahel melahirkan Yusuf, Yakub mendatangi Laban untuk meminta ijin pulang ke tempat kelahirannya, ke negeri asalnya (Kej. 30:25). Pada saat itu, Yakub tidak memiliki harta apa pun. Bagaimanakah reaksi Laban terhadap rencana Yakub ini? Laban berkata kepada Yakub, “Sekiranya aku mendapat kasihmu! Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau” (Kej. 30:27). Laban tahu dengan jelas bahwa ia telah diberkati oleh Allah karena Yakub. Melepaskan Yakub pergi sama dengan membiarkan berkat Allah pergi meninggalkan dia. Karena itu, Laban segera menawarkan upah kepada Yakub, dengan harapan agar Yakub tidak jadi pergi dan bersedia bekerja padanya kembali (Kej. 30:28).
Dari situasi ini kita dapat melihat bahwa Yakub ingin segera lepas dari Laban, segera lepas dari tangan penanggulangan Allah atas dirinya. Tetapi Allah belum mau melepaskannya. Hari-hari penanggulangannya masih belum genap, belum cukup. Ia masih harus berada di bawah tangan Laban beberapa tahun lagi. Setiap orang yang pernah ditanggulangi oleh Allah pasti tahu bahwa tidak ada penanggulangan yang enak. Semua penanggulangan itu membunuh keinginan daging kita yang selalu menuntut kenyamanan. Seringkali kita ingin segera lepas dari tangan penanggulangan Allah seperti Yakub. Saudara saudari, asal Allah hari ini masih mau menanggulangi kita, itu berarti Allah masih mau kita, Dia masih ada harapan di atas diri kita. Tidak seorang pun yang tanpa melewati proses penanggulangan, berguna di dalam tangan-Nya.

Ditanggulangi dan Diberkati
Kej. 30:25-43

Meskipun Yakub ditekan dan diancam oleh Laban, ia masih juga dapat mempermainkan tipu-dayanya terhadap Laban (Kej. 30:31-43). Suatu hari Yakub memberi tahu Laban bahwa ia ingin kembali ke negerinya dan Laban harus menyerahkan para istri dan anaknya (Kej. 30:25-26). Tetapi jawab Laban, “Sekiranya aku mendapat kasihmu! Telah nyata kepadaku bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau” (Kej. 30:27). Laban berpura-pura kelihatan manis, padahal licik dan berliku-liku. Orang yang licin selalu kelihatan manis. Laban sangat licik terhadap Yakub, dan katanya ia telah tahu, karena Yakub tinggal bersamanya, sehingga ia beroleh berkat Tuhan. Ketika Laban berkata kepada Yakub, “Tentukanlah upahmu yang harus kubayar, maka aku akan memberikannya,” jawab Yakub, “Engkau sendiri tahu, bagaimana aku bekerja padamu, dan bagaimana keadaan ternakmu dalam penjagaanku, sebab harta milikmu tidak begitu banyak sebelum aku datang, tetapi sekarang telah berkembang dengan sangat, dan TUHAN telah memberkati engkau sejak aku berada di sini; jadi, bilakah dapat aku bekerja untuk rumah tanggaku sendiri?” (30:28-30). Seolah-olah Yakub berkata, “Aku telah bertahun-tahun bekerja di sini, tetapi aku masih belum dapat melengkapi rumah tanggaku sendiri. Kapankah aku bisa mencukupi keluargaku sendiri?” Laban menyadari jika Yakub meninggalkan dia, berkat Allah akan ikut meninggalkan dia.
Dalam Kejadian 30:31-32, Yakub berkata kepada Laban, “Tidak usah kauberikan apa-apa kepadaku; aku mau lagi menggembalakan kambing dombamu dan menjaganya, asal engkau mengizinkan hal ini kepadaku: Hari ini aku akan lewat dari tengah-tengah segala kambing dombamu dan akan mengasingkan dari situ setiap binatang yang berbintik-bintik dan berbelang-belang; segala domba yang hitam dan segala kambing yang berbelang-belang dan berbintik-bintik, itulah upahku.” Laban menyetujui usul Yakub itu (Kej. 30:34), dan Yakub pun bekerja kembali pada Laban, yakni menggembalakan kambing domba Laban.
Allah tidak membiarkan Yakub terlalu dini meninggalkan Laban, pamannya. Kita harus mengetahui bahwa Allah turut bekerja di balik semua peristiwa ini. Di satu aspek, Allah menghendaki Yakub lebih lama tinggal di rumah Laban agar ia mengalami penanggulangan dengan lebih tuntas, di aspek yang lain, Allah tidak menghendaki Yakub meninggalkan Laban dengan tangan hampa. Allah ingin memberkati Yakub. Allah kita bukanlah Allah yang tanpa tujuan menanggulangi kita. Demi kebaikan kita dan demi tujuan-Nya, Dia bermaksud menanggulangi kita, tetapi Dia juga bermaksud memberkati kita. Haleluya!

Penerapan:
Tidak ada kemajuan rohani yang diperoleh dengan begitu mudah dan cepat. Bila kita ingin mengalami pengubahan oleh Tuhan, kita harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi pekerjaan Tuhan di dalam kita. Langkah konkritnya adalah dengan memberikan waktu lebih banyak kepada Tuhan. Berapa jam waktu yang kita berikan kepada Tuhan dalam seminggu? Jumlah waktu yang kita berikan menunjukkan seberapa besar kesungguhan kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, karuniakanlah kepadaku hati yang polos seperti hati seorang anak kecil, agar aku tidak menggerutu dan meronta-ronta di dalam proses penanggulangan-Mu atasku. Bawalah aku melewati seluruh proses pengubahan ini dengan sukacita dan penuh ucapan syukur.

08 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 2 Sabtu

Allah Mendengarkan Permohonan Rahel
Kejadian 30:22
“Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya.”

Setelah Lea melahirkan enam anak laki-laki bagi Yakub, Allah kemudian ingat akan Rahel. Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Maka mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki dan berkata, “Allah telah menghapuskan aibku.” Maka ia menamai anak itu Yusuf, sambil berkata, “Mudah-mudahan TUHAN menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku” (Kej. 30:23-24). Nama Yusuf berarti “ditambahkan”. Kelahiran Yusuf telah membangkitkan harapan Rahel bahwa Allah akan memberikan ia anak laki-laki lagi. Kelahiran Yusuf telah menghapus penderitaan yang ia sebut sebagai aib, karena sebelumnya ia mandul (Kej. 29:31).
Dalam pandangan masyarakat pada waktu itu, tidak dapat melahirkan anak merupakan suatu aib, suatu hal yang memalukan. Sebaliknya, melahirkan banyak anak-anak merupakan suatu kemuliaan. Demikianlah Allah mendengarkan permohonan Rahel sehingga ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Yakub.
Allah kita adalah Allah yang mendengarkan permohonan. Permohonan kita akan mengingatkan Allah akan janji-Nya. Kelahiran Yusuf merupakan bagian penting dari janji Allah kepada Abraham. Semula Rahel memohon kepada Allah agar ia dapat melahirkan anak demi menghapus aibnya, tetapi Allah justru memberikan kepadanya sesuatu yang melebihi permohonannya. Allah tidak hanya memberikan seorang anak laki-laki biasa, melainkan memberikan seorang anak yang bernama Yusuf kepadanya, seorang yang kelak dipakai Allah untuk memelihara umat-Nya.

Doa yang Dikabulkan Allah
Kej. 30:22-24; Mzm. 39:13; 56:9; 2 Raj. 20:5

Karena belum juga memiliki anak, Rahel memanjatkan permohonan kepada Allah, meminta agar Allah mengingat dia sehingga ia dapat mengandung dan melahirkan anak bagi Yakub. Kejadian 30:22 mencatat bahwa Allah ingat kepadanya dan mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Ia kemudian melahirkan seorang anak laki-laki bagi Yakub, yang ia beri nama Yusuf (Kej. 30:23-24), seorang yang kelak sangat berguna di tangan Allah. Yusuf merupakan hasil dari permohonan Rahel ditambah dengan jawaban Allah. Kita semua perlu memiliki pengalaman bahwa doa atau permohonan kita dikabulkan oleh Allah.
Bagaimanakah agar permohonan kita dikabulkan Allah? Mazmur 39:13 mengatakan, “Dengarkanlah doaku, ya Tuhan, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku!...” Banyak doa yang dipanjatkan tanpa minat. Meskipun air mata bukan suatu syarat, tetapi itu menyatakan apa yang ada di dalam hati kita. Dua Raja-raja 20:5 mengatakan, “...telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi kerumah Tuhan.” Di hadapan Allah tidak ada setetes air mata yang tidak dihitungnya. Seperti yang dikatakan dalam Mazmur 56:9, “Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kau taruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?” Jika kehidupan ini membuat kita menderita, tekanan yang kita terima terlalu berat, hari-hari kita lalui tanpa rasa, penuh dengan penderitaan, kelelahan, sangat banyak kesulitan yang tidak bisa membuat kita lewat, menangislah di hadapan Allah. Ketahuilah, ini bukan perkara yang kosong. Allah akan mencatat setiap air mata yang kita alirkan, juga akan menampung air mata kita dalam sebuah kirbat, ini berarti Allah menaruh semua pengalaman penderitaan kita seperti menaruh air mata ke dalam suatu kirbat. O! Syukur kepada Allah, air mata kita tidak jatuh ke tanah dan lebur dengan debu tanah, melainkan tersimpan di dalam kirbat Allah. “Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?” Nyatalah Allah tidak melupakan, Allah memeliharanya, Allah mengingatnya.
Orang yang menangis di dunia ini sangat banyak, menangisnya orang- orang itu hanyalah menyatakan kesedihan dan penderitaan mereka sendiri, tidak bisa menimbulkan perkara apapun. Air mata perlu ditambah doa barulah cukup. Setiap kali kita meratap tangis, bersedih, tertimpa kesulitan, mengapa tidak menambahinya dengan doa? Kita boleh melalui doa memberitahukan penderitaan dan kepedihan kita kepada Allah.

Penerapan:
Berbahagialah orang yang pernah mencucurkan air mata di hadapan Allah. Sebaliknya, barangsiapa belum pernah mencucurkan air mata di hadapan Allah, ia tidak tahu apa artinya bersekutu, menghampiri Allah, lebih-lebih tidak tahu bagaimana menyerahkan beban kepada Tuhan. Marilah kita belajar menghampiri Allah melalui doa dengan ketulusan dan kesungguhan, maka Dia pasti akan mendengarkan permohonan kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku mengakui bahwa akhir-akhir ini aku sering berdoa tetapi tanpa minat dan kesungguhan. Pimpinlah aku masuk ke dalam persekutuan yang intim dengan-Mu, sehingga Engkau boleh mendengar dan mengabulkan permohonanku.