Hitstat

31 January 2013

Efesus - Minggu 19 Kamis


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:12-16


Tidak banyak orang Kristen yang mengetahui sasaran panggilan Allah. Kebanyakan orang mengira bah­wa sasaran ini hanyalah menerima anugerah dan diselamatkan. Namun, anugerah dan keselamatan bukanlah sasaran akhir dari panggilan Allah. Menurut Kitab Efesus, sasaran satu-satunya dari panggilan Allah ialah pembangunan Tubuh Kristus. Dalam Matius 16 Tuhan Yesus berkata bahwa Ia akan membangun gereja-Nya. Kisah Para Rasul dan Surat-surat Kiriman mewahyukan bahwa gereja tidak dibangun oleh Tuhan secara langsung, me­lainkan melalui semua anggota Tubuh. Jadi, Kristus membangun Tubuh melalui Tubuh. Allah telah memanggil kita untuk penggenapan sasaran ini.

Efesus 3:2 membicarakan penyelenggaraan (kepengurusan) anugerah Allah, dan Efesus 4:12 membicarakan pembangunan Tubuh Kristus. Maka bagian Kitab Efesus ini, dari Efesus 3:2 hingga Efesus 4:12, berawal dari kepengurusan anugerah Allah, dan berakhir pada pemba­ngunan Tubuh Kristus.

Kepengurusan anugerah Allah tidak terbatas pada Paulus dan para rasul lainnya. Jangan mengira hanya Paulus yang menjadi pengurus, tetapi Anda bukan. Di si­ni Paulus bermaksud memberi kesan kepada orang kudus tentang suatu fakta, yakni mereka semua telah mene­rima kepengurusan anugerah Allah bagi pembangunan Tubuh Kristus. Menurut Efesus 4:12, pembangunan Tu­buh Kristus bukan hanya merupakan pekerjaan para ra­sul, tetapi juga kewajiban semua orang kudus. Ayat ini mewahyukan bahwa orang kudus diperlengkapi bagi pe­kerjaan ministri, bagi pembangunan Tubuh Kristus. Kata “bagi” dalam ayat ini juga berarti “menghasilkan untuk tujuan”. Jadi, hasil dari diperlengkapinya orang-orang kudus adalah pada pekerjaan ministri, dan pekerjaan ministri itu menghasilkan pembangunan Tubuh Kristus. Tubuh tidak langsung dibangun oleh para rasul atau para tokoh lainnya, melainkan langsung dibangun oleh orang-orang kudus.

Pasal 3 dan 4 merupakan bagian dari pesan Paulus tentang kehidupan yang sepadan dengan panggilan Allah. Bila kita menginginkan suatu kehidupan yang sepadan dengan panggilan Allah, kita perlu serupa dengan Rasul Paulus. Untuk memiliki suatu kehidupan atau perilaku yang sepadan, kita wajib mencurahkan perhatian kita ti­dak saja pada hal-hal seperti rendah hati, lemah-lembut, kebaikan, dan kasih, tetapi juga kepada perkara penting tentang menjadi rasul, nabi, penginjil, dan gembala serta pengajar. Kalau kita bukan orang-orang yang demikian, kita tidak mempunyai kehidupan yang sepadan dengan panggilan Allah. Dalam pasal-pasal ini Paulus bukanlah satu contoh seorang Kristen pemenang, bukan pula con­toh orang beriman yang penuh dengan hayat, melainkan contoh seorang rasul, nabi, penginjil, dan gembala serta pengajar.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 39

30 January 2013

Efesus - Minggu 19 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:11-13


Bukan rasul-rasul dan nabi-nabi pemimpin saja yang adalah karunia, tetapi setiap anggota Tubuh juga adalah satu karunia. Sebagai contoh, kelingking saya yang kecil adalah satu karunia bagi tubuh saya. Ia dapat melakukan sesuatu bagi tubuh saya yang tidak dapat dilakukan ang­gota lainnya. Maka tidak seorang pun di antara kita yang boleh menganggap dirinya terlalu kecil untuk menjadi satu karunia. Kadang kala justru anggota yang terkecil itu yang paling berguna, dan yang memberikan hiburan yang terbesar kepada Tubuh. Jadi, kita semua adalah ka­runia yang diberikan Kristus kepada Tubuh-Nya. Karena perjalanan Kristus yang universal itu, kita tidak lagi menjadi orang dosa, melainkan putra-putra Allah, tanda kemenangan (jarahan) bagi Bapa dan karunia bagi Tubuh.

Dalam Efesus 4 kita nampak ada pemberian karunia­karunia, sedangkan dalam Mazmur 68 kita nampak ada penerimaan karunia-karunia. Berdasarkan Mazmur 68, Putra menerima “jarahan” dari Bapa sebagai karunia. Lalu dalam Efesus 4, Putra memberikan semuanya itu se­bagai karunia kepada gereja. Kita, kaum yang beroleh selamat, tidak saja telah diberikan kepada gereja, juga kepada seluruh dunia. Karena itu, ke mana saja kita per­gi, kita akan menjadi berkat yang besar bagi orang lain.

Efesus 4:11 memang mengatakan para (beberapa) rasul, para nabi, para pemberita Injil, para gembala dan pengajar. Mungkin Anda heran, bagaimana saya dapat mengatakan bahwa semua orang kudus dapat menjadi karunia-karunia yang demikian bagi Tubuh. Karunia da­lam Efesus 4:11 adalah para rasul, para nabi, para pem­berita Injil, para gembala dan pengajar pemimpin. Tentu saja kita tidak bisa menjadi pemimpin-pemimpin itu, te­tapi sebagai pengikut mereka, kita dapat menjadi orang yang serupa. Saya sudah tentu tidak menganggap diri saya seorang rasul seperti Paulus, yang menjadi pemim­pin. Tetapi sebagai pengikut Paulus, saya benar-benar menganggap diri saya sebagai seorang rasul dan utusan pada hari ini. Kita semua wajib memiliki konsepsi de­mikian terhadap diri sendiri. Kita semua wajib menjadi pengikut-pengikut para rasul, para nabi, para pemberita Injil, dan para gembala serta pengajar pemimpin itu. Ji­ka kita bukan pengikut yang demikian, kita akan jatuh ke dalam bidah yang besar, yaitu bidah sistem hierarki dan sistem kaum awam. Kita akan menjadikan pemim­pin-pemimpin itu suatu kelas mediator, dan menjadikan pengikut-pengikut mereka suatu kelas awam. Tetapi da­lam gereja, Tubuh Kristus, tidak ada perbedaan kelas mediator dengan golongan kaum awam. Sebagai karunia bagi Tubuh, kita semua adalah rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar. Sebagai karunia yang diberi­kan Kristus kepada Tubuh dan kepada seluruh umat ma­nusia, kita dapat menjadi suatu berkat besar bagi seluruh dunia.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 38

29 January 2013

Efesus - Minggu 19 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:11-13


Dalam ayat 12 kita nampak alasan Kristus membe­rikan karunia-karunia, yakni “Untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (ministri), bagi pembangunan tubuh Kristus.” Istilah “bagi” dalam ayat ini sangat berbobot dan bermakna. Ini menunjukkan bahwa tujuan Kristus memberikan para rasul, para nabi, para pemberita Injil, para gembala dan pengajar ialah untuk memperlengkapi orang-orang kudus. Jadi orang-orang kudus diperlengkapi “bagi pekerjaan ministri itu”. Kata “bagi” di sini berarti “menghasilkan untuk tujuan”. Jadi, hasil dari diperlengkapinya orang-orang kudus ada­lah pekerjaan ministri. Orang-orang yang berkarunia da­lam ayat 11 hanya memiliki satu ministri, yaitu menyup­laikan Kristus bagi pembangunan Tubuh-Nya, gereja. Inilah ministri satu-satunya dalam ekonomi Perjanjian Baru (2 Kor. 4:1; 1 Tim. 1:12). Menurut konstruksi gra­matikanya, “pembangunan Tubuh Kristus” adalah “peker­jaan ministri”. Apa pun yang dilakukan oleh orang-orang berkarunia dalam ayat 11 sebagai pekerjaan ministri ha­ruslah bagi pembangunan Tubuh Kristus.

Ayat 13 melanjutkan, “Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar (penuh) tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” Berdasarkan ayat ini, orang kudus yang di­perlengkapi itu akan mencapai tiga perkara: mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang penuh tentang Anak Allah, mencapai kedewasaan penuh, dan mencapai ukuran perawakan kepenuhan Kristus. Kristus mempu­nyai satu kepenuhan, dan kepenuhan itu mempunyai satu perawakan, dan perawakan itu mempunyai satu ukuran. Kita harus mencapai ukuran kepenuhan Kristus itu. Ma­salah ini akan kita bahas dalam berita berikutnya.

Sekarang mari kita lihat bagaimana karunia-karunia itu diberikan Kristus kepada Tubuh secara lebih rinci. Kita telah nampak bahwa apa yang berkenaan dengan Tubuh, unsur pokoknya satu. Tetapi karunia berbeda de­ngan fungsi. Kristus telah bepergian dari surga ke bumi, dari bumi ke alam maut, dari alam maut kembali ke bumi, dan dari bumi ke langit tingkat tiga. Melalui lalu-lintas universal inilah Kristus memberikan karunia-karunia kepada Tubuh.

Melalui perjalanan-Nya yang universal ini, Kristus tidak saja mengumpulkan banyak orang dosa, Ia pun te­lah mengalahkan Iblis, yang pernah menawan mereka. Dulu, kita sekalian adalah tawanan yang ditawan oleh Iblis, dosa, dan maut. Melalui perjalanan-Nya dari surga ke bumi, dari bumi ke alam maut, dari alam maut kem­bali ke bumi, dan dari bumi kembali lagi ke surga, maka di satu pihak Kristus telah memperoleh kita semua, di pihak lain Ia telah menaklukkan Iblis, yang pernah me­rampas dan menangkap kita di bawah kekuasaan maut­nya. Setelah dibebaskan dari Iblis, dosa, dan maut, kita sekarang menjadi tawanan Kristus. Semua malaikat tahu ketika Kristus dinaikkan ke langit tingkat tiga, Ia me­mimpin serombongan tawanan, dan tawanan-tawanan itu dipersembahkan kepada Bapa. Prosesi (arak-arakan) ini merupakan perayaan kemenangan yang sangat meriah! Walaupun peristiwa yang mulia ini tersembunyi dari mata manusia, namun telah dilihat oleh para malaikat. Mereka tahu bahwa satu peristiwa yang luar biasa ber­maknanya telah terjadi dalam sejarah alam semesta. Ini bukanlah hasil khayalan kita, melainkan satu fakta yang sangat mengagumkan.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 38

28 January 2013

Efesus - Minggu 19 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:7-10


Ayat 7 mengatakan bahwa kita masing-masing telah diberikan anugerah menurut ukuran pemberian (karunia) Kristus. Di sini anugerah diberikan menurut karunia, tetapi dalam Roma 12:6, karunia-karunia berbeda-beda menurut anugerah. Anugerah sebenarnya adalah hayat ilahi yang menghasilkan dan menyuplaikan karunia. Dalam Roma 12 anugerah menghasilkan karunia. Sedang dalam Efesus 4 anugerah menyuplai karunia. Karena itu, di sini anugerah adalah menurut karunia, yakni menurut ukur­an karunia. Anugerah yang menurut ukuran karunia dapat diibaratkan seperti darah kita, yang menyuplai ang­gota-anggota tubuh kita sesuai dengan ukurannya ma-sing-masing. Jadi, ukuran karunia Kristus adalah ukuran satu anggota Tubuh-Nya.

Ayat 8 melanjutkan, “Tatkala Ia naik ke tempat ting­gi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pem­berian-pemberian (karunia-karunia) kepada manusia.” “Tempat tinggi” dalam kutipan dari Mazmur 68:19 meng­acu kepada Gunung Sion (Mzm. 68:17-19), yang melam­bangkan langit tingkat tiga, tempat Allah bersemayam (1 Raj. 8:30). Mazmur 68 menyiratkan bahwa Allah naik ke Gunung Sion di dalam tabut itu, setelah tabut itu mendapat kemenangan.

“Tawanan-tawanan” dalam ayat 8 mengacu kepada orang-orang kudus yang tertebus, yang ditawan oleh Iblis sebelum diselamatkan oleh kematian dan kebangkitan Kristus. Dalam kenaikan-Nya, Kristus memimpin mereka sebagai tawanan, yaitu membebaskan mereka dari tawan­an Iblis dan mengambil mereka kepada diri-Nya sendiri. Ini menunjukkan bahwa Ia menaklukkan dan mengalih­kan Iblis, yang telah menawan mereka dengan dosa dan maut.

“Karunia-karunia” di sini tidak mengacu kepada ke­mampuan atau kapasitas dari berbagai pelayanan, tetapi kepada orang-orang berkarunia dalam ayat 11 — rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar. Setelah menak­lukkan Iblis dan maut, serta menyelamatkan orang-orang dosa dari Iblis dan maut melalui kematian dan kebang­kitan-Nya, Kristus di dalam kenaikan-Nya menjadikan orang-orang dosa yang sudah diselamatkan itu karunia­karunia sedemikian oleh hayat kebangkitan-Nya, dan memberikan mereka kepada Tubuh-Nya bagi pembangun­annya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 38

26 January 2013

Efesus - Minggu 18 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:5-6


Realitas baptisan terdapat dalam mengenal dan mengakui bahwa insan alamiah kita telah disalibkan dan dikubur. Maka baptisan ialah realisasi kematian, pengu­buran, dan kebangkitan. Melalui iman kita bersatu de­ngan Kristus, dan dalam Kristus kita disalibkan, dikubur, dan bangkit. Segera setelah kita percaya ke dalam Kristus, kita harus dibaptis sebagai satu kesaksian dari realisasi kita atas fakta tersebut. Baptisan selalu mengikuti iman. Melalui baptisan kita mengalami perpindahan yang lengkap dan menyeluruh dari Adam ke dalam Kristus. Sekarang kita berada dalam Kristus. Sekarang kita ber­ada dalam Kristus yang menjadi hayat dan Tuhan kita, tidak lagi berada dalam Adam atau dengan Adam sebagai kepala kita. Kita berada dalam Kristus, dengan Kristus sebagai Kepala kita. Berhubung Tuhan, iman, dan bap­tisan berkaitan sedemikian rupa, maka Paulus menyebut mereka berurutan dalam ayat 5.

Ayat 6 mengatakan, “Satu Allah dan Bapa dari se­mua, Allah yang di atas semua dan melalui semua dan di dalam semua.” Allah adalah Perintis segala sesuatu, dan Bapa adalah sumber hayat bagi Tubuh Kristus. Da-lam ayat 4 kita mempunyai hayat; dalam ayat 5 kekepa­laan, dan ayat 6 asal-usul atau sumber. Karena setiap perkara ada sumbernya, maka dapatlah kita menyusuri­nya hingga ke asalnya. Akan tetapi, hari ini kebanyakan orang Kristen sangat dangkal, mereka tidak memper­hatikan asal-usul atau sumber perkaranya. Sebaliknya, dalam kehidupan gereja kita harus memiliki pembedaan yang bijaksana. Ini berarti kita harus memperhatikan masalah hayat, kekepalaan, dan sumber atau asal-usul. Jika kita menyusuri sesuatu hingga ke sumbernya, kita tidak sampai tertipu atau tersesat.

Dalam ayat 6 Paulus mengatakan tentang satu Allah dan Bapa, “Allah yang di atas semua dan melalui semua dan di dalam semua.” Pemikiran Trinitas tersirat di sini. “Di atas semua” terutama mengacu kepada Bapa, “me­lalui semua” mengacu kepada Putra, dan “di dalam se­mua” mengacu kepada Roh itu. Allah Tritunggal akhirnya masuk ke dalam kita semua dengan mencapai kita seba­gai Roh itu. Kesatuan Tubuh Kristus disusun oleh Trini­tas ke-Allahan: Bapa adalah sumber dan pemula sebagai Perintis, Putra adalah Tuhan dan Kepala sebagai Pengge­nap, Roh adalah Roh pemberi-hayat, sebagai Pelaksana. Bila kita nampak hal ini, tidak ada apa pun yang dapat menyelewengkan atau menyesatkan kita. Kita akan me­miliki daya pembeda untuk kesatuan dan cara pemeliha­raannya.

Memelihara kesatuan adalah masalah dalam Allah Tritunggal. Ini berarti Allah Tritunggal adalah dasar ke­satuan kita, dasar yang fundamental dan fondasinya itu sendiri. Perintis kesatuan kita ialah Bapa, Penggenap ke­satuan kita ialah Tuhan, dan Pelaksana kesatuan kita ialah Roh. Tetapi, dalam pengalaman kita, Roh itulah yang pertama, karena Ia langsung berkaitan dengan ke­satuan dan pelaksanaan kesatuan dalam satu Tubuh. Se­lanjutnya, kita memiliki Tuhan sebagai Penggenap dan Bapa sebagai sumber. Jadi, kesatuan kita adalah Allah Tritunggal yang direalisasikan oleh kita di dalam kehi­dupan kristiani kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 37

25 January 2013

Efesus - Minggu 18 Jumat


Pembacaan Alkitab: Yoh. 3:16; Kis. 16:31; Ef. 4:5


Baik transfigurasi tubuh kita maupun penyataan kita sebagai putra-putra Allah, semua bukan suatu kejadian yang mendadak atau yang di luar dugaan. Sebaliknya, keduanya itu sudah berlangsung secara bertahap pada hari ini juga. Ya, memang transfigurasi dan penyataan itu di satu pihak akan terjadi secara mendadak, tetapi menurut kebenaran Perjanjian Baru dan menurut penga­laman kita, hal tersebut juga merupakan suatu proses bertahap, yang hari ini melibatkan diri kita. Proses ini berlangsung melalui satu Roh, yang menjadi esens, hayat, dan suplai hayat Tubuh Kristus. Roh itu sekarang juga sedang bekerja di batin kita untuk mentransfigurasi kita dan menyatakan keputraan kita. Itulah sebabnya Paulus mengaitkan satu pengharapan dan satu Roh dengan satu Tubuh.

Ayat 4 menyiratkan Roh yang berhuni di batin kita hari ini sedang melaksanakan proses membawa Tubuh Kristus ke dalam kemuliaan sebagai penggenapan peng­harapan kita. Karena itu, dalam ayat ini kita memiliki satu Tubuh, satu Roh, dan satu pengharapan. Berhubung kita semua berada dalam satu Tubuh dengan satu Roh dan memiliki satu pengharapan, maka kita adalah satu. Tidak ada alasan bagi kita untuk menjadi berbeda, kita adalah satu Tubuh, dan kita memiliki satu Roh yang se­dang bekerja di batin kita untuk membawa kita ke sasaran pengharapan kita.

Dalam Kitab Efesus, keesaan Tubuh tidak hanya ber­hubungan dengan hayat juga dengan jabatan kepala. Orang-orang Kristen terbagi-bagi karena mereka mengabaikan Kepala. Dalam ayat 4 Paulus membahas hayat yang erat hubungannya dengan Roh. Tetapi dalam ayat 5 ia mem­bahas otoritas. Hari ini, tidak banyak orang Kristen yang memperhatikan hayat, dan lebih sedikit lagi yang mem­perhatikan otoritas. Demi rahmat dan anugerah Tuhan, dalam pemulihan Tuhan kita memperhatikan hayat dan jabatan kepala. Kita tidak hanya memiliki satu Tubuh de­ngan satu Roh dan satu pengharapan, tetapi juga satu Tuhan dengan satu iman dan satu baptisan.

Dalam Perjanjian Baru iman mengacu kepada tin­dakan percayanya kita dan isi dari apa yang kita perca­yai. Sebagai tindakan percayanya kita, iman itu bersifat personal dan subyektif. Namun sebagai isi dari apa yang kita percayai, iman bersifat obyektif. Satu iman yang tercantum dalam ayat 5 bukan tindakan percayanya kita secara pribadi, melainkan sasaran iman kita.

Melalui iman inilah kita disatukan dengan Kristus. Asalkan seorang percaya kepada Persona dan pekerjaan Yesus Kristus, Putra Allah, ia telah menjadi satu dengan Kristus. Sebelumnya ia berada di luar Kristus, tetapi kini ia berada dalam Kristus. Kristus ini adalah Tuhan kita, Kepala kita, dan kita berada di bawah otoritas-Nya. Kita adalah anggota-anggota Tubuh-Nya, dan Dia adalah Kepa­la kita.

Jika kita ingin memelihara kesatuan, kita harus memperhatikan hayat dan otoritas. Roh pemberi-hayat sedang bekerja di batin kita, agar kita dapat ditransfor­masi dalam jiwa, ditransfigurasi dalam tubuh, dan dinya­takan sepenuhnya sebagai putra-putra Allah. Semua ini adalah masalah hayat. Tetapi dalam batin kita tidak saja ada Roh pemberi-hayat, juga ada Tuhan sebagai Kepala Tubuh. Karena itu, kita harus taat kepada wewenang dan kekepalaan Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 37

24 January 2013

Efesus - Minggu 18 Kamis


Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 12:13; Ef. 4:4


Dalam menasihati kita untuk melindungi kesatuan (Ef. 4:3), rasul menunjukkan tujuh hal yang membentuk dasar kesatuan kita: satu Tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan satu Allah dan Bapa. Tujuh “satu” ini terbagi menjadi tiga ke­lompok. Tiga yang pertama membentuk kelompok perta­ma, yaitu tentang Roh dengan Tubuh sebagai ekspresi-Nya, dan berkaitan dengan satu pengharapan. Setelah dilahirkan kembali dan dijenuhi dengan Roh sebagai esensnya, Tubuh ini memiliki pengharapan diubah ke dalam keserupaan yang penuh akan Kristus. Tiga yang berikutnya membentuk kelompok kedua, yaitu tentang Tuhan dengan iman dan baptisan, supaya kita dapat disa­tukan dengan-Nya. Yang terakhir membentuk kelompok ketiga, satu Allah dan Bapa, yang merupakan Perintis dan sumber dari segala sesuatu. Roh sebagai Pelaksana Tubuh, Putra sebagai Pencipta Tubuh, dan Allah Bapa sebagai Perintis Tubuh — ketiga dari Allah Tritunggal — semuanya berhubungan dengan Tubuh. Yang Ketiga dari Trinitas disebutkan lebih dulu, karena perhatian utama di sini adalah Tubuh, dan Roh itu merupakan esens, ha­yat, dan suplai hayat Tubuh. Aliran itu kemudian menyu­sur kembali kepada Putra dan kepada Bapa.

Antara satu Roh dengan satu pengharapan terdapat suatu kaitan yang dalam. Jika kita tidak nampak kaitan ini, kita tidak mungkin mengetahui mengapa Paulus me­nempatkan satu Roh dan satu pengharapan bersama­sama dengan satu Tubuh. Roh adalah esens dari satu Tubuh itu. Tanpa Roh, Tubuh akan hampa dan tidak memiliki hayat. Tubuh di sini adalah Tubuh Kristus, dan esens Tubuh Kristus adalah Roh itu. Karena itu, Tubuh dan esens Tubuh adalah satu. Tubuh Kristus tidak mung-kin memiliki lebih dari satu esens. Esens Tubuh yang unik ialah Roh.

Pengharapan dalam ayat 4 adalah pengharapan ke­muliaan (Kol. 1:27). Sebagai orang yang telah diselamat­kan, kita mempunyai pengharapan bahwa pada suatu hari Tuhan Yesus akan datang sebagai pengharapan kemulia­an, dan melalui Dia tubuh kita yang hina akan ditrans­figurasi (diubah bentuk) (Flp. 3:21). Di satu pihak, kita menghargai tubuh kita karena ia berguna, dan tanpa tubuh, kita tidak dapat hidup di dunia ini. Tetapi di pi­hak lain, tubuh kita juga sangat mengganggu, karena se-ring lemah dan mudah sakit. Karena itu, kita, kaum ber­iman dalam Kristus mempunyai pengharapan, pada suatu hari tubuh kita yang mengganggu ini akan ditransfigurasi (diubah bentuk) secara metabolis oleh Kristus, menjadi tubuh yang mulia.

Menurut Roma 8, pengharapan kita juga menyirat­kan penyataan kita sebagai putra-putra Allah. Hari ini kita menjadi putra-putra Allah, namun keputraan kita masih tersembunyi, bahkan agak misterius. Karena de­mikian, maka orang dunia memperlakukan kita sama se­perti orang lainnya. Mereka tidak mengetahui sama seka­li bahwa kita ini putra-putra Allah. Namun saatnya akan tiba, keputraan kita itu akan dinyatakan. Ketika itu, tidak perlu lagi kita memberi tahu orang lain bahwa kita adalah orang Kristen. Semua orang akan nampak dengan jelas bahwa kita adalah putra-putra Allah dalam kemu­liaan. Penyataan putra-putra Allah ini juga berarti pemu­liaan putra-putra Allah. Inilah pengharapan kita.


23 January 2013

Efesus - Minggu 18 Rabu


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:15; 4:1-3


Memelihara kesatuan Roh itu memerlukan transfor­masi (pengubahan). Sebab itu, kita tidak bisa mengharap­kan seorang beriman yang baru memelihara kesatuan Roh. Tidak ada gunanya menyuruh orang baru memeliha­ra kesatuan, karena memelihara kesatuan Roh memerlu­kan transformasi. Bila Anda belum ditransformasi, Anda tidak akan memiliki sifat rendah hati, atau lemah lembut yang dibutuhkan untuk memelihara kesatuan. Semakin banyak transformasi kita, dengan spontan kita akan se­makin mewarisi sifat rendah hati, lemah lembut, dan sa-bar. Seluruh kebajikan ini merupakan warisan kita me­lalui transformasi.

Ayat 3 mengatakan tentang memelihara kesatuan Roh “dalam ikatan damai sejahtera”. Di atas salib Kristus telah menghapus segala perbedaan yang disebabkan oleh ketetapan-ketetapan, dengan ini Dia mengadakan damai sejahtera bagi Tubuh-Nya. Damai sejahtera ini harus mengikat seluruh orang beriman dan menjadi ikatan yang menyatukan.

Sebelum Kristus tersalib, tidak ada damai sejahtera di antara orang Yahudi dengan orang kafir. Menurut Efesus 2:15, melalui dihapuskannya ketentuan-ketentuan pemisah oleh Kristus di dalam daging-Nya dan melalui menciptakan kaum beriman Yahudi dan kafir menjadi satu manusia baru, maka damai sejahtera itu telah ter­jadi di antara segenap kaum beriman. Lagi pula, di atas salib, Kristus telah menanggulangi hal-hal negatif yang terdapat di antara kita dengan Allah. Ini berarti Ia juga telah membuat perdamaian antara manusia dengan Allah. Maka kini tidak ada lagi pemisahan atau sekatan antara kaum beriman Yahudi dengan kaum beriman kafir, tidak ada pula sekatan di antara kita dengan Allah. Namun, pada waktu Kitab Efesus ditulis, masih ada orang-orang beriman Yahudi yang berpegang pada konsepsi bahwa mereka harus dipisahkan dari kaum beriman kafir. Se­bab itu, Paulus menegaskan bahwa tembok pemisah telah dirubuhkan, dan kaum beriman Yahudi dan kafir harus menjadi satu. Jika tidak, tidak mungkin terjadi kesatuan. Tanpa kesatuan tidak mungkin pula ada satu Tubuh. Ka­rena itu, dalam Efesus 4:3 Paulus dengan keras menga­takan bahwa kita harus berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera. Bila kita mau melaku­kan hal ini, kita harus nampak bahwa perbedaan-perbeda­an di antara kita semua telah terhapus di atas salib.

Ikatan damai sejahtera ini sesungguhnya adalah pe­kerjaan salib. Melalui pengalaman kita tahu bahwa bila kita menuju ke atas salib, tidak ada perbedaan-perbeda­an di antara kita dengan orang lain. Namun, begitu kita turun dari salib, perbedaan-perbedaan akan muncul kem­bali. Hal ini tidak saja terjadi dalam hidup gereja, tetapi juga terjadi dalam kehidupan keluarga. Sering kali kasih antara suami istri terkubur di bawah perbedaan-perbe­daan yang muncul karena mereka turun dari salib. Satu­satunya cara untuk melenyapkan perbedaan-perbedaan itu ialah naik ke atas salib. Ketika kita naik dan tinggal di atas salib, lenyaplah semua perbedaan itu dan damai se­jahtera akan kita miliki. Ketika kita tinggal di atas salib, damai sejahtera ini akan menjadi ikatan yang di dalam­nya kita memelihara kesatuan Roh. Karena itu, untuk memelihara kesatuan Roh itu, perlulah kita mengalami transformasi dan salib.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 36