Hitstat

30 September 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 1 Rabu

Membiarkan Kristus Hidup di dalam Kita
Kolose 3:4
Apabila Kristus yang adalah hidup kita menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Ayat Bacaan: Kol. 3:4; Gal. 2:20

Allah menginginkan sekelompok orang yang dipenuhi dengan Dia dan mengekspresikan Dia seperti Tuhan Yesus. Kita semua harus nampak akan visi ini. Hari ini, Allah tidak bermaksud menyuruh kita melakukan sesuatu sendirian. Memang apa saja yang Dia kehendaki kita lakukan harus kita lakukan. Tetapi Allah menghendaki kita melakukan apa saja dengan bersandar Dia, dengan Dia sebagai hayat, dan membiarkan Dia menyalurkan diri-Nya ke dalam kita (Kol. 3:4). Bila kita menikmati Dia dan mengalami Dia, kita dapat mengekspresikan Dia. Inilah yang dikehendaki Allah.
Kita tidak perlu bertekad untuk melakukan sesuatu. Yang kita perlukan adalah duduk tenang di hadapan Tuhan. Kekurangan kita bukanlah melakukan sesuatu, melainkan menerima penyaluran-Nya hari demi hari. Kita perlu menerima firman Tuhan setiap hari, dan berkontak dengan Roh-Nya. Dengan demikian, Tuhan akan menjadi suplai kita. Jika kita mudah marah, suka memarahi orang, mungkin kita berpikir, “Aku telah menjadi orang Kristen sepuluh tahun, tapi masih sering memarahi orang. Ini membuatku malu. Aku harus puasa tiga hari dan minta Tuhan menyelamatkan aku, mengasihani aku, dan mengubah tabiatku.” Ketahuilah, doa semacam ini tidak akan dijawab.
Tuhan Yesus ingin masuk ke dalam kita, bersatu dengan kita, dan menggantikan kita (Gal. 2:20). Kita harus menyerahkan diri kepada-Nya. Kemudian Dia akan memberikan diri-Nya kepada kita. Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan manusia yang berbaur dengan Allah. Kehidupan dua orang yang berbaur dan hidup bersama. Sebagai orang Kristen, kita harus selalu ingat bahwa kita bukan lagi hidup berdasarkan diri sendiri. Ada Dia yang selalu bersama kita sebagai “mitra”, baik dalam hal kecil maupun dalam hal besar.
Kadang-kadang, kita tidak menyukai fakta bahwa Dia diam di dalam kita, karena kita tidak lagi dapat berbuat atau berbicara dengan leluasa. Ketika kita akan marah, kita harus memperhatikan Dia. Kita harus memperhatikan apakah Dia suka marah bersama kita atau tidak. Kita memiliki Dia yang hidup di dalam kita, karena itu kita harus menempuh semacam kehidupan yang tidak pernah mengabaikan, melupakan, atau mengesampingkan Dia.

29 September 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 1 Selasa

Kehidupan dengan Standar Moralitas yang Tertinggi
Lukas 1:78
Oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi.

Ayat Bacaan: Luk. 7:11-17; 1 Ptr. 2:10

Kita memerlukan banyak pelajaran untuk mempertimbangkan setiap aspek kehidupan Yesus. Semakin kita membaca tentang Dia semakin kita akan terpikat pada-Nya. Kehidupan insani-Nya demikian sempurna karena Dia adalah seorang manusia-Allah. Tuhan Yesus bukan hanya seorang manusia yang baik, terlebih Dia adalah seorang yang dipenuhi Allah. Keilahian-Nya terekspresi melalui kebajikan insani-Nya. Oleh rahmat-Nya, kita yang dahulu bukan umat-Nya kini menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani kini beroleh belas kasihan (1 Ptr. 2:10; Luk. 1:78).
Injil Lukas menunjukkan kepada kita banyak contoh bagaimana keilahian Tuhan terekspresikan di dalam kualitas insani-Nya. Dalam Lukas 7:11-17, Tuhan menunjukkan belaskasihan-Nya pada seorang ibu yang meratap melalui membangkitkan anak laki-lakinya yang telah mati. Lukas 7:12 melukiskan, “Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung keluar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.” Lukisan keadaan ini tentu sangat menyedihkan, dan tak seorang pun dapat menghibur janda yang berduka itu.
Namun Lukas 7:13-15 mencatat, “Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: Jangan menangis! Sambil menghampiri usungan (peti mati) itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: Hai anak muda, Aku berkata kepadamu bangkitlah! Maka bangunlah anak itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya pada ibunya.” Di sini kita melihat belas kasihan Tuhan dalam perkataan-Nya kepada janda itu dan dalam menyentuh usungan itu. Tuhan tergerak untuk melakukan ini oleh belas kasihan insani-Nya. Kemudian keilahian-Nya terekspresi melalui belas kasih insani-Nya ini dengan membangkitkan anak muda itu dari kematian.
Dari contoh di atas, tergambarlah dengan jelas bagi kita keindahan kebajikan Kristus dalam standar moralitas yang tertinggi. Kebajikan yang demikian tidak dapat diperhidupkan oleh siapapun, kecuali oleh mereka yang telah memiliki Kristus sebagai hayat di dalam mereka.

28 September 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 1 Senin

Keilahian dan Keinsanian Kristus
Lukas 1:35
Jawab malaikat itu kepadanya,”Roh kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi Engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan di sebut kudus, Anak Allah.”

Ayat Bacaan: Yoh. 14:9; 1 Ptr. 2:9; Flp. 3:9

Inkarnasi Kristus memiliki makna yang lebih dari sekedar kelahiran seorang Juruselamat. Selama empat ribu tahun setelah Adam diciptakan, Allah tetap Allah, dan manusia tetap manusia. Walau manusia memiliki hubungan dengan Allah, dan Allah kadang-kadang menjumpai manusia, namun keduanya tetap terpisah. Namun, ketika Kristus lahir sebagai manusia, terjadilah suatu kejadian yang menakjubkan dimana Allah dibawa masuk ke dalam manusia. Dengan demikian terbentuklah perbauran antara keilahian dengan keinsanian. Walau Kristus adalah Allah sejati, namun Dia juga adalah manusia; Dia adalah seorang manusia-Allah.
Karena Dia dikandung dari Roh Kudus, Kristus memiliki unsur keilahian. Demikian pula, karena Dia dikandung di dalam seorang dara insani, Kristus memiliki unsur keinsanian. Oleh sebab itu, Kristus adalah Persona yang memiliki dua unsur penyusun: ilahi dan insani yang dibaurkan bersama. Perbauran ini merupakan penggenapan dari kehendak hati Allah, yakni masuk ke dalam manusia sehingga manusia bisa mengekspresikan Allah dengan penuh. Puji Tuhan! Dia adalah Allah, juga manusia. Di dalam Kristus, Allah telah diekspresikan dengan sepenuhnya (Yoh. 14:9).
Walau Tuhan Yesus demikian sempurna dalam mengekspresikan Allah, namun Allah belum puas dengan memiliki hanya satu orang di atas bumi yang mengekspresikan Dia. Allah ingin mendapatkan sekelompok orang, suatu bangsa, suatu kumpulan orang, yang mengekspresikan Dia (1 Ptr. 2:9). Untuk tujuan inilah Kristus harus menempuh kematian dan kebangkitan, agar di dalam kebangkitan-Nya, Dia menjadi Roh pemberi hayat, masuk ke dalam orang yang percaya, supaya dengan demikian menjadikan mereka sebagai perbanyakan-Nya. Hari ini kita yang percaya bukan hanya berstatus sebagai umat tebusan Kristus, tetapi juga adalah perbanyakan Kristus.
Sebagai perbanyakan Kristus, kita tidak hanya memiliki unsur keinsanian, tetapi juga keilahian di dalam kita. Kita telah memiliki “modal” yang diperlukan untuk mengekspresikan Allah. Yang kita perlukan adalah terus menerus tinggal di dalam Dia, hidup di dalam persekutuan dengan-Nya (Flp. 3:9).

27 September 2008

Lukas Volume 1 - Minggu 1 Minggu

Injil Lukas: Menyajikan Kristus Sebagai Manusia
1 Timotius 2:5
Karena Allah itu esa dan esa pula pengantara antara Allah dan manusia yaitu manusia Kristus Yesus

Ayat Bacaan: Mat. 4:4, 13:54-56; Kis. 2:22; 1 Tim. 2:5; Yoh. 1:45; Ibr. 2:10

Alkitab mewahyukan kepada kita bahwa Kristus bukan hanya Allah saja tapi juga seorang manusia. Di dalam keempat Injil, Yesus menyebut Diri-Nya sendiri “Anak Manusia.” Ketika Satan datang untuk menggoda Dia di padang gurun, Kristus menjawab bahwa manusia hidup bukan dari roti saja (Mat. 4:4). Dia berdiri pada kedudukan seorang manusia. Petrus menyebut Dia “Yesus orang Nazaret itu, seorang manusia yang ditentukan Allah bagimu” (Kis. 2:22). Dalam Satu Timotius 2:5, Paulus berkata, “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi perantara antara Allah dan manusia, yaitu, Manusia itu, Kristus Yesus” (Tl.). Haleluya, Dia begitu menakjubkan! Dia adalah Allah juga manusia.
Melalui inkarnasi, Allah yang perkasa menjadi manusia. Yesus adalah perwujudan Allah Tritunggal di dalam daging. Dari kelahiran hingga kematian-Nya Tuhan hidup di bumi selama kira-kira tiga puluh tiga setengah tahun. Kehidupan Tuhan yang dilukiskan di dalam keempat Injil menunjukkan kepada kita bahwa Dia hidup sebagai seorang manusia sejati. Lebih jauh lagi, kehidupan insani-Nya itu sempurna, tanpa cacat. Kehidupan-Nya sesuai dengan standar moralitas yang paling baik dan paling tinggi.
Masa kecil dan pertambahan usia-Nya juga membuktikan bahwa Dia sungguh-sungguh adalah manusia. Sebagai bayi, Yesus disunat, diberi nama, dan dipersembahkan kepada Allah pada hari kedelapan. Hukum Yahudi mengharuskan hal ini untuk semua anak laki-laki Yahudi. Filipus melihat Dia sebagai “anak Yusuf, dari Nazaret,” seorang manusia yang sejati (Yoh. 1:45). Orang-orang sekampung halaman-Nya menyebut Dia “orang ini.” Mereka mengenal Dia sebagai “anak tukang kayu” (Mat. 13:54-56). Fakta-fakta ini dengan kuat membuktikan bahwa Dia adalah manusia.
Sebagai manusia, Tuhan Yesus telah memimpin kita kepada keselamatan melalui penderitaan dan kematian-Nya (Ibr. 2:10). Dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya, Dia sedang memimpin kita ke dalam kemuliaan. Dia telah membuka jalan bagi kita, bukan hanya untuk menyelamatkan kita dari keadaan kita yang jatuh, tetapi juga untuk masuk ke dalam kemuliaan. Haleluya!

26 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 4 Sabtu

Bukan Koreksi Lahiriah, tetapi Transfusi Batiniah
Yohanes 6:63
Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Ayat Bacaan: Mzm. 84:11; Yoh. 6:53-58, 63

Allah ingin mencurahi kita, merawat kita, menyegarkan kita, dan memelihara kita. Istilah-istilah ini menunjukkan bahwa Allah ingin menjadi hayat, suplai hayat, makanan, minuman, dan udara kita. Dia adalah makanan untuk memelihara kita; minuman untuk meleraikan haus kita; udara untuk menyegarkan kita; dan suplai hayat untuk memperkaya kita. Sebagai persona ilahi, Dia menginfus kita dengan unsur-unsur-Nya, membuat kita menjadi sehayat dan sesifat dengan-Nya.
Dalam rencana-Nya, Allah tidak memperbaiki kita secara lahiriah. Sebaliknya, Dia menyalurkan segala apa adanya diri-Nya dalam kita. Perbedaan koreksi lahiriah dengan transfusi batiniah boleh diilustrasikan dengan perbedaan antara menggunakan tata rias dengan memiliki warna kulit yang sehat karena makan dengan tepat. Cara manusia adalah menggunakan tata rias, tetapi cara Allah ialah mengubah kita secara metabolis; yaitu memelihara, menyegarkan, mendiris, memperkaya, dan memperkuat kita dari dalam dengan hayat.
Allah itu kaya dengan pemeliharaan, pendirisan, perawatan, penyegaran, dan penyinaran-Nya. Dalam Alkitab Allah mengibaratkan diri-Nya sendiri seperti makanan, air, udara, dan sinar matahari (Mzm. 84:11). Allah tidak hanya mengajar kita, Ia juga memelihara kita, mencurahi kita, dan menginfuskan segala kekayaan-Nya ke dalam manusia batiniah kita. Inilah cara Allah. Para ahli gizi mengatakan bahwa kita adalah apa yang kita makan. Jika kita memakan banyak makanan tertentu, kita akan tersusun dari makanan itu. Jika kita makan Kristus, kita akan hidup oleh Dia (Yoh. 6:57) dan apa adanya Dia akan tersusun ke dalam kita. Sekarang yang kita perlukan bukan perbaikan atau koreksi luaran. Keperluan kita ialah menerima Roh yang memberi hayat (Yoh. 6:63).
Menurut ketentuan Allah, cara untuk memiliki Dia ialah makan dan minum Dia (Yoh. 6:53-58). Melalui makan dan minum firman-Nya, perkataan Kristus akan tinggal dengan limpahnya di dalam kita, mendiami atau menghuni diri kita dengan limpah. Ini bukan masalah menghafalkan ayat-ayat, melainkan masalah memiliki firman yang mengandung kekayaan Kristus yang tidak terduga sehingga kekayaan-Nya itu merawat dan memperkaya kita.

25 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 4 Jumat

Hasil dari Pertolongan Roh Yesus Kristus
Filipi 1:20
Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan..., Kristus dengan nyata dimuliakan (diperbesar, Tl.) di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.

Ayat Bacaan: Flp. 1:19-20

Apakah hasil dari menikmati suplai (pertolongan, LAI) yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus? Jika kita menerima kekayaan Kristus melalui membaca dan mendoakan firman, maka kita akan memperhidupkan Kristus dengan spontan. Kita akan menempuh suatu kehidupan yang penuh dengan unsur dasar dari kekayaan Kristus. Hidup dengan cara demikian berarti menyatakan firman hayat dan memperbesar Kristus.
Kalau kita makan firman dengan tepat dari hari ke hari, kita akan bertumbuh. Sebaliknya, daging, manusia alamiah, diri, dan berbagai kecenderungan dan keinginan jahat akan ditanggulangi. Lagi pula, hayat kebangkitan Kristus akan melepaskan kekayaan ilahi ke dalam kita, memperkuat roh kita, dan membina seluruh diri kita. Kita akan memperhidupkan Kristus dengan spontan, tanpa disadari, dan dengan otomatis. Memperhidupkan Kristus dengan cara demikian sama dengan menyatakan firman hayat. Inilah artinya memperhidupkan Kristus melalui kekayaan suplai yang limpah dan lengkap dari Roh itu yang terwujud dalam firman (Flp. 1:19-20).
Hari demi hari kita harus datang kepada sumber yang benar, yakni kepada firman sebagai perwujudan kekayaan Kristus. Marilah kita datang kepada firman setiap hari untuk memakan dan menyerap kekayaan Kristus. Sejauh yang menyangkut makanan, yang penting bukanlah mengetahui, melainkan menerima makanan itu ke dalam tubuh kita melalui makan. Kemudian, semua unsur dan bahan makanan itu akan masuk ke dalam kita dan berfungsi di dalam kita, yakni merawat kita, menguatkan kita, membangun kita, dan membunuh kuman-kuman penyakit, sehingga kita menjadi sehat dan memiliki kehidupan sehari-hari yang tepat. Kehidupan kristiani pun demikian.
Setiap hari kita harus datang kepada firman dengan roh berdoa untuk menerima kekayaan Kristus sekaligus suplai yang limpah dan lengkap dari Roh itu. Jika kita dirawat oleh firman dengan cara demikian, kita akan bertumbuh dan dengan spontan menempuh suatu kehidupan yang penuh dengan berbagai unsur kekayaan Kristus. Ini adalah cara yang paling alkitabiah bagi setiap orang Kristen untuk memperbesar Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

24 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 4 Kamis

Pertolongan Roh Yesus Kristus
Filipi 1:9
Karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:16; Yoh. 1:12; Flp. 1:19

Melalui menerima Tuhan Yesus, kita beroleh keselamatan kekal (Yoh. 3:16; Yoh. 1:12). Sama seperti Paulus dan kaum beriman terdahulu, kita telah menerima keselamatan kekal. Tetapi selain keselamatan ini, kita masih perlu keselamatan setiap hari, satu keselamatan yang dapat kita alami dari saat ke saat. Sebagai contoh, boleh jadi satu jam yang lalu seorang suami sangat baik terhadap istrinya, tetapi sekarang sikapnya telah berubah 180 derajat. Mengapa? Hal ini disebabkan dalam sejangka waktu itu, ia telah kehilangan keselamatan pribadi dan keselamatan setiap hari. Pada saat yang demikian, ia sangat memerlukan pertolongan.
Keselamatan yang dibicarakan Paulus dalam Filipi 1:19 bukan keselamatan kekal; bukan keselamatan dari hukuman Allah atau neraka. Sebaliknya, inilah keselamatan setiap hari, keselamatan yang berkesinambungan, yang dapat diterapkan setiap saat. Bagaimana agar dapat mengalami keselamatan yang berkesinambungan? Kita memerlukan suplai (pertolongan, LAI) yang limpah dan lengkap dari Roh Yesus Kristus (Flp. 1:9). Dengan mengalami keselamatan yang demikian, Paulus berharap tidak peduli keadaan, lingkungan, atau kesengsaraan apa pun yang terjadi, ia tidak akan beroleh malu. Sebaliknya, Kristus akan diperbesar di dalam tubuhnya.
Setelah penyaliban dan kebangkitan, Kristus menjadi Roh, dan Roh ini disebut Roh Yesus Kristus, Roh dari persona yang menjadi seorang manusia, yang telah mati di atas salib, dan yang kini berada dalam kebangkitan. Jadi, di dalam Roh Yesus Kristus terkandung unsur penyaliban dan kebangkitan. Saat mengalami suplai yang limpah dan lengkap dari Roh Yesus Kristus, daging dan ego kita disalibkan, sebaliknya roh kita dibangkitkan.
Suplai yang limpah dan lengkap dari Roh Yesus Kristus itu sesungguhnya ada di dalam firman. Kalau kita ingin mengalami keselamatan setiap hari melalui suplai yang limpah dan lengkap dari Roh Yesus Kristus, kita harus baik-baik menikmati firman Tuhan. Jika kita membaca dan mendoakan suatu bagian firman, sekalipun hanya sepuluh menit, kita akan menerima perawatan. Selain itu, kita pun akan mengalami berbagai unsur kekayaan Kristus.

23 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 4 Rabu

Jalan untuk Mempertahankan Kepenuhan Roh
Efesus 4:30
Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

Ayat Bacaan: 1 Tes. 5:19; Rm. 12:11; 2 Tim. 1:6; Ef. 4:30; Kis. 5:32; Rm. 8:4

Setelah kita dipenuhi dengan Roh Kudus, masih ada beberapa hal yang harus kita lakukan untuk mempertahankan pemenuhan Roh Kudus. Pertama, kita seharusnya tidak memadamkan Roh (1 Tes. 5:19). Roh itu ibarat bara api di dalam kita, membuat kita membara dalam roh (Rm. 12:11). Kita pun perlu belajar mengobarkan karunia yang ada pada kita (2 Tim. 1:6). Oleh sebab itu, kita tidak seharusnya memadamkan Roh.
Kedua, kita tidak seharusnya mendukakan Roh Kudus (Ef. 4:30). Mendukakan Roh Kudus adalah tidak membuat Dia senang dan tidak berjalan menurut Dia dalam kehidupan kita sehari-hari (Rm. 8:4). Bagaimana kita mengetahui bahwa Roh Kudus berduka? Ini dapat ditegaskan dalam kehidupan kita. Jika kita tidak bersukacita dalam kehidupan kristiani kita, ini adalah tanda bahwa Roh Kudus berduka di dalam kita. Karena Roh Kudus berduka di dalam kita maka kita tidak bersukacita. Kita dapat bersaksi bahwa tatkala kita berdoa sampai seluruh diri kita disegarkan, hati kita menjadi terang, dan penuh sukacita; ini membuktikan bahwa Roh Kudus di dalam kita juga sukacita.
Ketiga, pada sisi yang positif, kita harus mematuhi Roh Kudus. Dalam Kisah Para Rasul 5, Petrus berkata, ”..Roh Kudus yang Allah berikan kepada mereka yang mematuhi Dia” (ay. 32). Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah untuk kita patuhi. Ketaatan adalah jalan dan persyaratan bagi kita untuk menikmati Roh Kudus. Roma 8:4 juga menyebutkan, ”Janganlah berjalan menurut daging tetapi menurut roh.” Ini adalah jalan untuk dipenuhi dengan Roh Kudus dan mempertahankan diri kita dipenuhi. Kiranya kita bukan hanya mempelajari ayat-ayat ini dan mengetahuiya, tetapi juga mempraktekkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Hari ini kita melayani Tuhan, yang paling penting adalah harus membara dalam roh, berkobar-kobar dalam roh. Bisa tidaknya berkobar-kobar di dalam roh, sangat bergantung pada karakter kita. Terhadap orang yang berkarakter kendur, jangan berharap di dalamnya akan berkobar, untuk menyalakan api saja ia tidak mau. Namun begitu standar pribadi kita dipertinggi dan kuat, Roh Kudus akan lebih mudah memenuhi dan bekerja di atas diri kita.

22 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 4 Selasa

Hasil Dipenuhi oleh Roh
Yohanes 7:38
Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.

Ayat Bacaan: Kej. 1:28; Yoh. 7:38-39; Gal. 5:22-23; Kis. 4:31

Setelah mengaku dosa-dosa kita dengan tuntas di bawah terang Tuhan, kita akan dibersihkan oleh darah Tuhan dan dipenuhi dengan Roh itu. Setiap hari kita perlu pembersihan semacam ini. Kita dapat berdoa demikian, ”Tuhan, basuhlah aku. Bersihkanlah aku. Aku ingin membuang semua sampah di dalamku dan memberikan seluruh ruang kosong di dalamku bagi-Mu.” Jika kita mau melakukan hal ini setiap hari, pemenuhan dan pencurahan Roh itu akan begitu segar dalam pengalaman kita.
Pemenuhan oleh Roh itu bukan hanya untuk perawatan atau faedah kita pribadi, tetapi untuk kita salurkan. Allah menciptakan manusia supaya ia dapat beranakcucu, bertambah banyak dan memenuhi bumi (Kej. 1:28). Allah tidak menghendaki hanya ada Adam seorang, tetapi dia harus menghasilkan pertambahan, melahirkan anak-anak. Oleh karena itu setiap kita harus belajar bagaimana menyalurkan Roh itu kepada orang lain melalui perkataan kita. Kita berharap melalui penyaluran yang demikian, mereka dapat dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah, sebagai pertambahan dan perbanyakan Kristus.
Ketika kita berbicara, kita dipenuhi di dalam roh, dan ketika kita dipenuhi kita berbicara! Ini sangat ajaib. Ketika Roh itu begitu segar dalam pengalaman kita, orang-orang akan merasakan sesuatu yang berbeda tentang kita. Mereka akan menyadari ada sesuatu di dalam kita yang begitu baru, begitu berbeda, dan juga begitu meyakinkan. Jika kita dibersihkan setiap hari melalui pengakuan dosa yang sungguh-sungguh, pembicaraan kita akan memiliki pengaruh yang kuat karena di dalamnya terdapat pekerjaan Roh itu.
Bagaimanakah kita dapat mengetahui bahwa kita telah dipenuhi oleh Roh Kudus? Pertama-tama, kita akan memiliki ekspresi hayat yang berlimpah dan meluap, yang mengalir seperti sungai air hayat yang keluar dari batin kita (Yoh. 7:38-39). Kemudian, kita akan memiliki kasih, sukacita, damai sejahtera, dan lain-lain (Gal. 5:22-23). Lalu Kisah Para Rasul 4:31 menyebutkan keberanian, kekuatan, dan kuasa untuk memberitakan firman Allah. Semua manifestasi dari Roh itu adalah untuk menyalurkan kekayaan Kristus kepada orang lain bagi pembangunan Tubuh Kristus.

21 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 4 Senin

Dua Aspek Roh itu dalam Pengalaman Kita
Kisah Para Rasul 4:31
Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

Ayat Bacaan: Yoh. 7:37-39: Luk. 24:49; Kis. 2:38

Tuhan yang seharusnya kita nikmati setiap hari tidak lagi hanya berada di sorga. Ia telah melewati suatu proses yang besar untuk menjadi Roh pemberi hayat. Sebagai Roh yang sedemikian, Dia dapat datang untuk berhuni di dalam roh kita dan memberikan hayat kepada kita. Hayat yang Ia berikan adalah hayat Allah sendiri. Sebagai Roh hayat di dalam batin kita, Tuhan seperti air yang menyegarkan, menguatkan dan memenuhi kita dengan hayat batini (Yoh. 7:37-39).
Sebagai Roh itu, Tuhan pun ibarat pakaian yang bisa kita kenakan (Luk. 24:49). Pakaian menunjukkan kuasa dan kekuasaan. Bila seseorang polisi sedang menjalankan tugas resmi, ia harus memakai pakaian seragam. Jika seorang polisi lalu lintas berdiri di tepi jalan raya dengan pakaian biasa, tidak mengenakan seragamnya, maka tak seorang pun menyadari bahwa ia adalah polisi. Maka ia pun “kehilangan” kekuasaannya. Tetapi jika kita melihat seorang polisi dengan pakaian seragam, ketika kita mengendarai mobil, kita akan berhati-hati. Bila ia mengenakan seragamnya, berarti ia mengenakan kekuasaan. Roh Kudus di batin kita berfungsi sebagai suplai hayat, sedangkan Roh Kudus di luar kita adalah seragam kekuasaan. Ketika kita mengenakan-Nya, kita akan memiliki kekuasaan yang tertinggi dalam alam semesta ini.
Ada orang Kristen yang dipenuhi dalam batin, tetapi tanpa “seragam” kuasa, dan ada lagi yang hanya mengenakan “seragam”, tetapi batinnya kosong dan lapar. Kita perlu keduanya, yaitu dipenuhi di batin dan diperlengkapi di luar. Kita perlu Roh Kudus sebagai hayat “di dalam” kita, kita pun perlu Roh Kudus sebagai kuat kuasa “di atas” kita. Kedua aspek ini adalah untuk perampungan kehendak kekal Allah yakni pembangunan Tubuh Kristus (Kis. 4:31).
Bagaimanakah agar kita dapat dipenuhi oleh Tuhan sebagai Roh itu hingga meluap? Pengakuan dosa yang tuntas (Kis. 2:38). Saat kita datang kepada Tuhan, kita akan memiliki suatu perasaan yang dalam bahwa kita bersalah dalam perkara tertentu. Begitu kita mengaku, perkara lain mungkin muncul. Mengaku lagi, yang ketiga akan muncul, dan demikian seterusnya. Pengakuan dosa yang tuntas demikian akan membuat kita dipenuhi dengan Roh itu.

20 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 4 Minggu

Kristus: Roh yang Berhuni di Batin
2 Korintus 3:18b
Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:14; 1 Kor. 15:45; Kis. 2:36; Ef. 1:22; 2 Kor. 3:17

Dalam kekekalan yang lampau hanya ada Allah sendirian. Kemudian, di dalam waktu, Ia menciptakan segala sesuatu. Pada suatu titik tertentu di dalam sejarah, Allah Pencipta ini, Pencipta segala sesuatu, menjadi seorang manusia. Langkah yang penting ini disebut inkarnasi. Melalui inkarnasi, Allah mengenakan manusia dengan segala ciptaan, karena manusia adalah kepala ciptaan (Yoh. 1:14). Tuhan Yesus, Allah yang berinkarnasi, hidup di atas bumi selama tigapuluh tiga setengah tahun.
Ketika Dia disalibkan, seluruh ciptaan disalibkan bersama-sama dengan Dia. Ini berarti bahwa bukan hanya Kristus saja yang tersalib, tetapi manusia beserta seluruh ciptaan tersalib bersama Dia. Karena itu, kematian Kristus di atas salib merupakan penyaliban yang meliputi segala sesuatu. Setelah penyaliban-Nya, Kristus dikuburkan dan manusia beserta seluruh ciptaan yang telah tersalib bersama Kristus juga dikubur di dalam kuburan itu. Setelah tiga hari, Kristus bangkit dari kematian. Melalui kebangkitan dan di dalam kebangkitan Ia menjadi Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45). Lebih jauh lagi, di dalam kenaikkan-Nya ke langit tingkat ketiga, Dia dimahkotai dan menjadi Kepala dan Tuhan atas segala sesuatu (Kis. 2:36; Ef. 1:22).
Satu Korintus 15:45b mengatakan bahwa Adam yang akhir menjadi Roh pemberi hayat. Dua Korintus 3:17 memberi tahu kita bahwa sekarang Tuhan adalah Roh itu. Adam yang akhir di dalam Satu Korintus 15:45b dan Tuhan di dalam 2 Korintus 3:17 keduanya mengacu kepada Kristus. Ini menunjukkan dengan jelas bahwa hari ini Kristus dan Roh itu adalah satu. Dia yang telah tersalib di atas salib adalah Kristus, tetapi Dia yang masuk ke dalam kita, orang-orang percaya, adalah Roh itu.
Kita merasakan atau tidak, Kristus kini berada di dalam kita. Kemana saja kita pergi, Dia berada di dalam kita. Kita mungkin tidak memiliki perasaan yang kuat bahwa Dia berada di dalam kita. Tetapi jika kita menentang atau mengabaikan pimpinan-Nya, Dia akan menegur kita di batin. Tuhan kita itu nyata dan hidup. Apakah yang kita butuhkan dari suatu agama yang usang? Puji Tuhan! Kita memiliki Kristus yang hidup! Dialah yang kita perlukan.

19 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 3 Sabtu

Murid-Murid Menjadi Kelanjutan Yesus Kristus
Kisah Para Rasul 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.

Ayat Bacaan: Kis. 1:1-4, 8-9, 14-41; 1 Kor. 3:9a

Ministri Tuhan Yesus di tanah Palestina berlangsung selama kurang lebih tiga puluh tiga setengah tahun. Ministri-Nya yang bumiah itu terbatasi oleh waktu, yakni hingga kenaikan-Nya ke surga (Kis. 1:9). Apakah setelah itu ministri Tuhan sama sekali terhenti? Tidak. Ministri-Nya kemudian dilanjutkan oleh murid-murid-Nya. Kitab Kisah Para Rasul merupakan catatan penting yang mencatat secara rinci bagaimana murid-murid Tuhan Yesus melanjutkan ministri-Nya di atas bumi. Dalam Kisah Para Rasul 1:8, Tuhan menetapkan mereka menjadi saksi-saksi-Nya, dan di pasal berikutnya Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka sehingga mereka dengan berani bersaksi dan berbicara bagi Tuhan (Kis. 2:1-4, 14-41).
Siapakah murid-murid Tuhan? Semua orang yang percaya, mereka yang telah menerima Roh Kudus adalah murid-murid Tuhan. Karena kita adalah murid-murid Tuhan, maka kitapun merupakan kelanjutan dari Tuhan Yesus. Dua ribu tahun yang lalu Tuhan Yesus tinggal di tanah Palestina, tetapi sekarang Dia tinggal di dalam kita. Sebagaimana dahulu Dia melayani orang, sekarang pun Dia masih melayani orang melalui kita. Dahulu Tuhan memberitakan Injil, hari ini Dia masih tetap memberitakan Injil melalui kita. Sebab itu bisa dikatakan bahwa kita, murid-murid-Nya, adalah kelanjutan dari Tuhan Yesus sendiri.
Yang kita perlukan hari ini adalah bekerjasama dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit dan berhuni di dalam kita. Sebagai kelanjutan-Nya, kita harus memberikan keleluasaan bagi Dia untuk bekerja melalui kita. Bila Dia menghendaki kita pergi memberitakan Injil, maka kita harus pergi memberitakan Injil bersama-Nya. Bila Dia menghendaki kita berdiri menyampaikan firman, maka kita harus melakukannya bersama Dia (1 Kor. 3:9a).
Jangan menilai diri sendiri terlalu rendah atau berkecil hati. Kita memang penuh kekurangan dan kegagalan. Namun, sebagai Roh itu di dalam kita, Dia adalah suplai hayat kita, juga kuasa yang memampukan kita. Dia yang menetapkan kita menjadi saksi-saksi-Nya, Dia pula yang menyuplai dan memampukan kita. Tanggung jawab kita adalah bekerjasama dengan Dia. Hanya dengan jalan ini kita dapat menjadi kelanjutan dari Kristus, Hamba-Penyelamat.

18 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 3 Jumat

Jalan yang Kaya untuk Masuk Kerajaan Kekal
2 Petrus 1:11
Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:5; 1 Ptr. 1:3-11

Uuntuk masuk ke dalam Kerajaan Allah yang hari ini, seseorang cukup dilahirkan kembali dari air dan Roh (Yoh. 3:5). Namun, untuk masuk ke dalam manifestasi Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus pada jaman yang akan datang, kita memerlukan jalan masuk yang lebih kaya. Jalan masuk yang lebih kaya ini merupakan perkembangan dari Kristus sebagai benih di dalam kita, seperti yang disebutkan dalam surat Dua Petrus 1:3-10. Jalan ini meliputi hayat ilahi, kesalehan, pengenalan akan Allah, dan janji-janji yang berharga. Oleh sebab itu, kita perlu sungguh-sungguh berusaha dengan rajin menambahkan kepada iman kita kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih persaudaraan, dan kasih ilahi (2 Ptr. 1:5-7). Jika kita demikian mengejar dan memiliki butir-butir di atas, barulah kita memiliki jalan masuk yang limpah ke dalam Kerajaan kekal (2 Ptr. 1:11).
Kemalasan merupakan penghalang terbesar bagi kita untuk masuk ke dalam Kerajaan kekal. Orang yang malas, dalam pandangan Tuhan tidak berguna. Tuhan mencela hamba yang malas. Malas berarti tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Orang semacam ini, tidak bisa menumbuhkan dan mengembangkan Kristus. Akibatnya, ia tidak akan memiliki jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan kekal. Itulah sebabnya Paulus menasihati kita “harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan...” (adding all diligence, RcV). Perkataan ini menunjukkan bahwa Paulus menghendaki kita rajin.
Dua Petrus 1:8 mengatakan, “Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat (tidak malas) dan berhasil (berbuah).” Kita mungkin tidak malas, tetapi tidak berbuah. Untuk berbuah perlu banyak pertumbuhan dalam hayat dan lebih banyak suplai hayat. Oleh sebab itu, janganlah kita merasa sudah cukup rohani, sudah puas dengan pertumbuhan kita. Kalau kita bercermin pada butir-butir dalam 2 Petrus 1:5-7, kita akan mengakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan Kristus di dalam kita masih sangat kurang. Kita perlu rajin, berusaha lebih keras lagi dalam mengejar Kristus, menikmati Dia sebagai suplai hayat kita. Kalau tidak demikian, kita tidak mungkin beroleh jalan masuk ke dalam Kerajaan kekal.

17 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 3 Kamis

Harta Sejati di Dalam Kita
2 Korintus 4:7
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

Ayat Bacaan: 2 Kor. 4:7; Mat. 6:19; 1 Tim. 6:17; Pkh. 5:10

Apakah keistimewaan orang Kristen dibandingkan dengan orang dunia pada umumnya? Alkitab mengatakan bahwa kita adalah bejana tanah liat, namun di dalam kita terdapat harta (treasure, KJV) yang tak ternilai harganya (2 Kor. 4:7). Hari ini banyak orang mengejar harta duniawi dan diduduki olehnya, tetapi harta itu bersifat sementara, fana, dan tidak menentu (Mat. 6:19; 1 Tim. 6:17). Alkitab juga mengatakan bahwa mereka yang mengejar uang, tidak akan puas dengan uang, dan yang mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya (Pkh. 5:10). Namun berbahagialah kita yang memiliki harta rohani di dalam kita, karena harta ini bernilai kekal!
Harta mustika ini tidak lain adalah Kristus sendiri sebagai Roh itu beserta segala kekayaan-Nya yang berhuni di dalam kita. Di dalam harta ini terkandung segala atribut Allah beserta kebajikan-Nya seperti kuat kuasa, kasih, terang, kekudusan, dan kebenaran. O, betapa ajaibnya harta yang kita miliki! Namun memiliki harta ini saja tidak cukup, kita masih harus membiarkan harta ini ternyata dari diri kita. Karena itu Paulus mengatakan, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, ...” (2 Kor. 4:7). Di dalam kebanyakan orang Kristen, harta ini masih terpendam, tersembunyi rapat-rapat di dalam mereka. Namun Tuhan ingin agar harta ini ternyatakan melalui kita.
Kalau kita menyadari bahwa di dalam kita ada harta mustika yang tak ternilai demikian, kehidupan rohani kita pasti akan berbeda. Karena tidak menyadari hal ini, banyak orang Kristen yang berusaha memperbaiki bejana tanah liat mereka, memperbaiki kelakuan mereka secara lahiriah. Namun, itu bukanlah cara Allah. Cara Allah bukan memperbaiki bejana tanah liat, tetapi meletakkan Kristus di dalam kita sebagai harta mustika, dan menghendaki kita memperhidupkan Dia, menyatakan Dia keluar dari diri kita. Kerohanian, kekuatan, kehebatan, semuanya berasal dari Tuhan. Melalui diri kita Tuhan juga akan menyatakan kekuatan itu, sehingga bejana tanah liat ini akan berpancar lebih terang, bercahaya lebih besar. Kalau demikian, kita akan melihat betapa pentingnya harta ini. Ketika Kristus ternyata melalui diri kita, banyak orang akan mengetahuinya dan beroleh faedah.

16 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 3 Rabu

Dikosongkan dari Hal-hal di Luar Kristus
2 Timotius 3:1-2a
Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.

Ayat Bacaan: 2 Tim. 3:1-2; Mrk. 10:23; 2 Tes. 1:4-5

Perkara apakah yang paling banyak menduduki orang dewasa ini? Uang. Ya, pada jaman akhir, manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang (2 Tim. 3:2). Kisah mengenai orang kaya dalam Markus 10 adalah suatu ilustrasi akan keperluan kita untuk bebas dari diduduki oleh segala sesuatu kecuali Allah itu sendiri. Setelah orang kaya itu pergi dengan sedih hati, Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, “Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah!” (Mrk. 10:23). Dia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah karena apa adanya dia diduduki oleh hal-hal selain daripada Allah. Tidak ada ruang di dalamnya bagi Kristus untuk bertumbuh menjadi kerajaan. Apakah yang dimaksud dengan menjadi kaya? Menjadi kaya berarti diduduki oleh sesuatu selain oleh Allah sendiri.
Kita semua perlu dikosongkan dari segala sesuatu selain daripada Kristus yang menduduki kita. Apa adanya kita perlu dibongkar bagi Tuhan Yesus. Kita perlu mengosongkan diri kita. Menurut Alkitab, merendahkan diri kita adalah mengosongkan diri kita. Kita perlu mengosongkan diri kita sehingga semua ruangan dalam diri kita akan tersedia bagi pertumbuhan Tuhan Yesus di dalam kita. Bagaimana kerajaan dapat berkembang di dalam kita? Jika kita ingin kerajaan berkembang di dalam kita, kita perlu merendahkan diri kita, mengosongkan diri kita, membongkar diri kita. Kita tidak seharusnya diduduki oleh kebudayaan, agama, etika, moralitas, filsafat, perbaikan karakter, atau usaha untuk menjadi rohani, alkitabiah, kudus, dan berkemenangan. Kita seharusnya peduli akan Kristus dan bagi pertumbuhan Kristus di dalam kita. Semua tanah di dalam kita seharusnya tersedia bagi Dia untuk bertumbuh di dalam kita. Inilah tanggung jawab kita terhadap benih kerajaan.
Agar terhitung layak menjadi warga kerajaan, iman kita perlu bertumbuh, kasih kita bertambah, dan ketabahan kita tahan lama (2 Tes. 1:4-5). Bagi kehidupan gereja kita perlu memiliki kehidupan yang tersusun dari susunan dasar yang meliputi iman yang bertumbuh, kasih yang bertambah, dan ketabahan yang tahan lama. Jika kita mempunyai kehidupan demikian, kita akan terhitung layak menjadi warga Kerajaan Allah.

15 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 3 Selasa

Berlatih Menempuh Hidup dalam Kerajaan
Efesus 2:19
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.

Ayat Bacaan: Ef. 2:19; 1 Tim. 3:15; Rm. 14:17

Di satu aspek, gereja adalah rumah dan keluarga Allah (Ef. 2:19; 1 Tim. 3:15). Dalam rumah ini kita menikmati kasih karunia dan menerima suplai hayat. Namun, di aspek lain, gereja juga Kerajaan, pemerintahan Allah. Dalam gereja sebagai Kerajaan, kita berada di bawah pimpinan dan kuasa Kristus sebagai kepala. Di dalam rumah kita memiliki kenikmatan atas kasih, suplai kasih karunia, dan kekayaan hayat. Di dalam Kerajaan, kita memiliki kekuasaan, pemerintahan, pelatihan, dan pendisiplinan. Puji Tuhan atas kedua aspek dari gereja ini.
Kerajaan Allah adalah soal kebenaran terhadap diri sendiri, damai sejahtera terhadap orang lain, dan sukacita bersama Allah dalam roh kita (Rm. 14:17). Kita makan makanan apa, itu tidaklah penting. Tetapi kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita sangat penting, karena hal-hal ini merupakan ekspresi Kristus. Tatkala Kristus diekspresikan, Dialah kebenaran kita bagi diri kita sendiri, damai sejahtera kita bagi orang lain, dan sukacita kita bersama Allah.
Untuk menempuh kehidupan kerajaan, kita harus ketat terhadap diri sendiri, dan jangan membuat alasan untuk memaafkan diri sendiri. Kita harus benar, disiplin, dan adil dalam segala hal yang kita lakukan. Terhadap orang lain, kita harus berusaha mengejar damai sejahtera dan senantiasa berusaha hidup rukun dengan orang lain. Namun beberapa suami Kristen tidak rukun (damai) dengan istrinya, dan beberapa istri Kristen juga tidak rukun dengan suaminya. Kita wajib baik-baik memelihara kerukunan dengan setiap orang yang berkumpul dengan kita. Damai sejahtera adalah ekspresi Kristus yang dinyatakan dari dalam kita. Selain itu, kita juga harus bersukacita. Kita harus bersukacita setiap hari. Jika kita tidak dapat berkata, “Haleluya, puji Tuhan!” setiap hari, berarti kita telah gagal dan tidak berada dalam Roh Kudus.
Roh Kudus adalah Roh sukacita. Kita harus selalu bersukacita bersama Allah, memuji-Nya, dan berkata, “Haleluya!” Kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita adalah ciri-ciri Kerajaan Allah pada hari ini. Kerajaan Allah adalah latihan kehidupan gereja. Kehidupan gereja adalah untuk kehidupan Kerajaan, sedang kehidupan Kerajaan ialah latihan kehidupan orang Kristen.

14 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 3 Senin

Kehidupan Gereja Sebagai Realitas Kerajaan Allah
Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus.

Ayat Bacaan: Mat. 16:18-19; 1 Kor. 6:10; Gal. 5:21; Ef. 5:5; 1 Kor. 3:13-15

Transfigurasi Kristus menghasilkan dua hal, yakni penampakan wujud Kerajaan Allah dan kehidupan gereja yang tepat. Di atas gunung perubahan, tertampaklah Kristus datang dengan kemuliaan. Inilah penampakan Kerajaan Allah. Tidak hanya itu, transfigurasi Kristus di dalam kaum beriman hari ini juga menghasilkan sesuatu, yakni kehidupan gereja yang tepat. Menurut konteksnya, Kerajaan Allah dalam Roma 14:17 mengacu kepada kehidupan gereja. Jadi, gereja adalah Kerajaan Allah pada zaman ini (Mat. 16:18-19; 1 Kor. 6:10; Gal. 5:21; Ef. 5:5).
Gereja adalah masalah kasih karunia dan hayat, sedang Kerajaan adalah masalah latihan dalam zaman ini dan disiplin dalam zaman yang akan datang (Mat. 25:15-30; 1 Kor. 3:13-15). Ditinjau dari satu sisi, gereja adalah masalah kasih karunia dan hayat, tetapi ditinjau dari sisi lain, gereja adalah Kerajaan Allah yang mengandung masalah latihan dan disiplin. Dalam gereja, di satu pihak, kita menikmati kasih karunia dan mengalami hayat, sedang di pihak lain, kita mengalami sejumlah latihan. Jangan mengabaikan latihan-latihan yang demikian karena itulah keperluan kita.
Menurut beberapa guru The Brethren (Kaum Persaudaraan), setiap orang beriman akan menjadi raja dalam Kerajaan Seribu Tahun. Akan tetapi, lihatlah diri kita sendiri. Apakah kita sudah seperti raja? Kalau Tuhan Yesus hari ini datang, dan menyuruh kita menjadi raja, kita pasti akan kebingungan, sebab kita tidak tahu bagaimana caranya menjadi raja. Kita bahkan mungkin sama sekali belum pernah menerima latihan-latihan untuk menjadi raja.
Setiap raja Inggris sejak muda sudah dilatih menjadi raja. Dilahirkan sebagai raja masih tidak cukup; seorang raja harus melewati pelatihan dan gemblengan. Walaupun mungkin kita berpotensi menjadi seorang raja, tetapi jabatan raja tergantung pula pada latihan-latihan. Kalau kita tidak mau dilatih dalam zaman ini, maka dalam zaman yang akan datang kita akan didisiplin. Nasib kita adalah menjadi raja, maka cepat atau lambat, Tuhan pasti akan melatih kita untuk menjadi seorang raja. Sebab itu Allah telah mengatur banyak urusan kecil dalam kehidupan kita guna melatih kita menjadi raja bersama-Nya. Haleluya!

13 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 3 Minggu

Wujud Kerajaan Allah: Transfigurasi Kristus
Markus 9:2b-3
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.

Ayat Bacaan: Mrk. 9:1-3

Kita tentu sering mendengar atau membaca istilah “Kerajaan Allah”. Namun dapatkah kita membayangkan seperti apakah wujud dari Kerajaan Allah? Ada yang menduga-duga, ada pula yang berimajinasi betapa indahnya suasana dalam Kerajaan Allah. Kebanyakan orang berpendapat bahwa Kerajaan Allah adalah suatu tempat indah yang jauh di langit sana, tetapi menurut Alkitab, tidaklah demikian. Dalam Markus 9:1, Tuhan Yesus berkata kepada para murid-Nya, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.” Ayat ini kemudian diikuti oleh catatan transfigurasi Tuhan di atas gunung (Mrk. 9:2-3).
Kalau kita menjajarkan ketiga ayat di atas (Mrk. 9:1-3), maka kita akan melihat bahwa transfigurasi Tuhan Yesus adalah kedatangan kerajaan. Ini membuktikan bahwa kerajaan bukanlah alam material. Malahan, ayat ini menunjukkan bahwa kerajaan adalah seorang Persona yang ditransfigurasi. Ketika Tuhan Yesus ditransfigurasi, itulah kedatangan kerajaan. Jadi, Kerajaan Allah adalah Tuhan Yesus sendiri yang ditransfigurasi.
Kita perlu membahas pengertian akan kerajaan sebagai transfigurasi Tuhan Yesus dalam terang pengalaman kita. Ketika kita percaya ke dalam Tuhan Yesus dan menerima Dia, kita menerima Yesus yang belum ditransfigurasi. Sama seperti benih yang diterima oleh tanah adalah benih yang masih belum ditransfigurasi. Kita adalah tanah, dan Tuhan Yesus adalah benih kerajaan. Ketika kita menerima Dia ke dalam kita, kita menerima Dia sebagai seorang yang belum diubah dalam pengalaman kita.
Karena kita belum mengalami Kristus yang ditransfigurasi di dalam kita, kita perlu membiarkan Tuhan bertumbuh di dalam kita sampai Dia “berbunga”, bertransfigurasi. Transfigurasi yang sedemikian ini adalah wujud dari Kerajaan Allah yang memerintah kita dan juga memberikan kita kenikmatan penuh akan Allah. Saudara saudari, kita tidak boleh puas hanya memiliki benih kerajaan di dalam kita, tetapi kita harus membiarkan Kristus bertumbuh dan bertransfigurasi di dalam kita, sehingga Kerajaan Allah dapat ternyata dalam kehidupan kita.

12 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 2 Sabtu

Hanya Memperhatikan Kristus
Ibrani 12:2a
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.

Ayat Bacaan: Kol. 3:11; Flp. 3:8

Apabila seorang petani menemukan bahwa di atas tanah garapannya tumbuh rumput-rumput liar, maka sang petani biasanya segera mencabut rumput-rumput itu sebelum ia bertumbuh besar dan menjadi banyak. Mengapa demikian? Karena bila dibiarkan, rumput liar itu akan menggangu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakannya. Tidak peduli betapa indahnya rumput liar itu, ia harus dicabut sampai ke akar-akarnya.
Bisakah kita melakukan yang sama seperti yang dilakukan oleh petani itu? Relakah kita menyingkirkan “rumput-rumput liar” yang tumbuh dalam hati kita? Kadang-kadang kita terlalu mengapresiasi rumput-rumput itu, tertipu oleh keindahannya, sehingga melupakan tanaman pokok yang kita budidayakan. Pengetahuan, ajaran agama tertentu, tradisi, filsafat, tipu daya kekayaan, hiburan, dan lain sebagainya adalah “rumput-rumput liar” yang indah. Namun kalau kita ingin membiarkan Kristus bertumbuh dan mekar di dalam kita, kita harus sedini mungkin mencabut “rumput-rumput liar” itu hingga ke akar-akarnya, dan hanya memperhatikan Kristus (Ibr. 12:2a).
Hasrat hati Allah adalah menggarapkan Kristus ke dalam kita, membaurkan Kristus dengan kita, dan membuat kita menjadi Tubuh yang hidup bagi Kristus. Inilah tujuan dan rencana Allah. Tetapi Iblis menghasilkan banyak hal untuk menggantikan Kristus. Mengapa Kitab Kolose ditulis? Karena pada saat itu di antara kaum beriman di Kolose, filsafat manusia dibawa masuk sebagai pengganti Kristus. Filsafat manusia adalah yang terbaik dari peradaban dan kebudayaan manusia, dan Iblis menggunakannya untuk menyimpangkan kaum beriman dari Kristus. Karena itu, Paulus menulis kepada orang-orang di Kolose dan memberitahu mereka bahwa Kristus harus menjadi segala dan di dalam segala sesuatu bagi mereka (Kol. 3:11).
Bagi Rasul Paulus, segala sesuatu selain Kristus adalah sampah (Flp. 3:8). Segala sesuatu yang bukan Kristus sendiri atau yang menggantikan Kristus, harus kita anggap sebagai sampah. Tidak peduli hal itu baik atau buruk, asalkan hal itu bukan Kristus dan asalkan hal itu menggantikan Kristus, itu adalah sampah. Wahyu ini sesuai dengan firman Allah yang kudus dan murni.

11 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 2 Jumat

Cara Allah Menyembuhkan Kita, Tanah Garapan-Nya
Yohanes 6:37
Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.

Ayat Bacaan: Ef. 1:4-5; Rm. 8:13

Apakah yang akan dilakukan oleh petani bila menemukan bahwa tanah garapannya gersang dan berpenyakit? Di daerah tertentu, di mana lahan masih sangat luas, petani akan meninggalkan tanah yang gersang dan berpenyakit itu lalu mencari tanah garapan baru di tempat lain yang lebih baik. Namun bagaimanakah sikap Tuhan terhadap kita? Bagaimana Tuhan dapat menggunakan kita, tanah yang sakit, tercemar, dan terusak ini? Beberapa orang mungkin berpikir bahwa Dia seharusnya membuang tanah yang tidak berguna ini. Kalau ini yang terjadi, maka habislah kita.
Tetapi Tuhan tidak membuang kita yang telah dipilih dan ditakdirkan oleh Allah sebelum dunia dijadikan (Yoh. 6:37; Ef. 1:4-5). Dalam suatu pengertian yang sangat riil, Tuhan Yesus tidak memiliki pilihan. Kita telah ditandai, telah ditakdirkan; bagaimana Dia dapat menolak kita? Bapa telah memilih sebelum dunia dijadikan, dan Tuhan datang untuk melakukan kehendak Allah Bapa. Karena itu, Dia tidak dapat membuang kita, meskipun sebagai “tanah”, kita berada dalam kondisi yang sedemikian kasihan. Lalu, apakah yang Tuhan dapat lakukan terhadap kita, tanah yang gersang dan berpenyakit ini? Sebagaimana yang ditunjukkan dalam Injil Markus, Dia menyembuhkan kita, menyembuhkan tanah ini dan mengubahnya menjadi tanah yang baik. Haleluya!
Bagaimana tanah ini (kita) dapat disembuhkan? Jalan yang tepat untuk menyembuhkan tanah adalah membiarkannya melewati proses kematian dan kebangkitan. Secara prinsip, ini adalah jalan penyembuhan yang terjadi dalam tubuh fisik kita. Sel-sel tubuh kita yang tua dan sakit perlu dimatikan agar segera digantikan dengan sel-sel yang baru. Dia menyembuhkan kita dengan membawa kita kepada salib lalu membawa kita ke dalam kebangkitan.
Hasil dari penyembuhan ini adalah kita menjadi jenis tanah yang baik, dan kita mulai menumbuhkan Kristus. Saudara saudari, khasiat dari kematian dan kebangkitan Kristus terkandung di dalam Roh itu (Rm. 8:13). Ketika kita terbuka kepada Tuhan, menyeru nama-Nya dan berdoa, serta-merta Roh itu memenuhi kita, menyuplai kita, sekaligus menyembuhkan kita. Penyembuhan ini juga berarti menyingkirkan “ilalang” dari dalam hati kita.

10 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 2 Kamis

Perlu Waspada Terhadap Benih Ilalang
Kolose 2:8
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.

Ayat Bacaan: Mat. 13:25; Mrk. 4:21; 2 Kor. 11:3a

Kita harus mengakui bahwa Kristus bukanlah satu-satunya benih yang bertumbuh di dalam kita (Mat. 13:25). Sebelum Kristus tertabur ke dalam kita, Iblis sudah lebih dahulu menaburkan dirinya sebagai benih dosa di dalam kita. Dan sekarang, dia masih terus menaburkan banyak hal ke dalam kita, bukan hanya hal-hal negatif tetapi juga hal-hal positif yang dapat menggantikan Kristus. Kita semua perlu menyadari bahwa semua benih yang bukan Kristus adalah ilalang!
Hari ini dunia menawarkan banyak hal kepada kita: ilmu pengetahuan, ajaran agama tertentu, tradisi, filsafat, kekayaan, hiburan, nama besar, dan lain sebagainya. Semuanya terlihat positif dan bernilai. Tetapi tahukah Anda bahwa hal-hal itu dapat menggantikan Kristus? Begitu salah satu dari hal-hal tadi ditaburkan Iblis ke dalam hati kita, dan kita membiarkannya bertumbuh, maka hati kita segera diduduki olehnya. Kalau sudah demikian, maka di dalam hati kita tidak ada lagi tempat bagi Kristus (Kol. 2:8). Inilah kelicikan Iblis!
Bagi sebagian anak-anak Allah, keperluan akan sandang, pangan, dan papan, dapat mengalihkan pandangan mereka dari Kristus (Mrk. 4:21). Perlahan-lahan, karena tuntutan kebutuhan primer, beberapa orang mungkin meninggalkan Kristus, tidak lagi mempedulikan Kristus. Mata pencaharian kita dapat menjadi suatu “perkara” yang diperalat Iblis untuk merebut hati kita, supaya kita lebih memperhatikan penghidupan kita dan mengabaikan Kristus.
Saudara saudari yang terkasih, apakah Anda mengasihi Tuhan? Apakah Anda juga mengasihi yang lain? Kita semua memang mengasihi Tuhan, tetapi di samping Tuhan, seringkali masih ada yang lain. Coba lihat pikiran Anda, sepanjang hari pikiran Anda memikirkan apa saja? Paulus berkata, “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus” (2 Kor. 11:3a). Sampai di sini kita harus sujud di hadapan Tuhan dan berdoa, “Tuhan, belas kasihanilah aku, aku tidak mampu membereskan pikiranku. Tuhan, selamatkan pikiranku, supaya pikiranku bisa terarah kepada-Mu. Mohon Engkau memeriksa pikiranku, menyelamatkan pikiranku.” Kita semua perlu baik-baik berdoa untuk hal ini.

09 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 2 Rabu

Tanggung Jawab Kita Terhadap Pertumbuhan Benih Ilahi
1 Petrus 2:2
Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.

Ayat Bacaan: Kol. 1:27; 3:4; 1 Kor. 15:10

Kolose 1:27b berkata, ”Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” Ketika injil diberitakan kepada kita dan kita percaya, Kristus masuk ke dalam kita sebagai benih hayat. Benih ini di dalam kita adalah harapan kita akan kemuliaan di masa yang akan datang. Harapan kita untuk dibawa masuk ke dalam ekspresi penuh Allah ada di dalam benih Kristus ini. Hari ini, kita belum kelihatan mulia karena Kristus yang di dalam kita belum cukup bertumbuh.
Suatu hari, ketika Kristus bertumbuh secara penuh, Dia akan ”mekar” di dalam kita. Apa yang tersembunyi di dalam benih ini akan diekspresikan secara penuh, dan kita akan dimuliakan! Kolose 3:4 memberitahu kita bahwa ”Apabila Kristus yang adalah hayat kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Pertama, benih ini ditaburkan ke dalam roh kita. Kemudian, benih itu bertumbuh ke dalam seluruh bagian jiwa kita; dan akhirnya, benih itu bahkan memenuhi dan menjenuhi tubuh jasmaniah kita, membuat kita serupa dengan gambar Kristus, Putra sulung Allah. O, betapa mulianya hari itu.
Tetapi sekarang, kita semua harus bertumbuh dalam hayat. Pertumbuhan Kristus sebagai benih di dalam kita juga adalah pertumbuhan kita di dalam hayat ilahi. Dimuliakannya kita bersama-sama dengan Kristus bukanlah suatu keajaiban yang muncul tiba-tiba, tetapi merupakan hasil pertumbuhan hayat. Benih tertabur di dalam kita, masih belum cukup. Kita perlu berjerih lelah seperti petani, secara berkesinambungan menggemburkan tanah, memberi pupuk, dan menyiraminya. Dalam Satu Korintus 15:10 Paulus berkata bahwa dia lebih berjerih lelah daripada rasul-rasul yang lain. Paulus berjerih lelah untuk penaburan dan pertumbuhan benih ilahi di dalam kaum beriman.
Menurut pengalaman banyak anak-anak Allah, doa dan firman sangat membantu kita untuk bertumbuh dalam hayat. Melalui doa dan firman, benih ilahi mendapatkan penyiraman dan perawatan untuk bertumbuh. Oleh sebab itu, di tengah kesibukan kita, kita harus dapat merebut setiap kesempatan untuk berdoa dan menikmati firman demi pertumbuhan-Nya di dalam kita.

08 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 2 Selasa

Pertumbuhan Benih Kristus di Dalam Kita dan Hasilnya
Kolose 3:4
Apabila Kristus, yang adalah hidup (hayat) kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Ayat Bacaan: Mrk. 4:26-29; Yes. 53:2; Yoh. 1:14; 1 Kor. 15:43, 45

Pernahkah Anda memperhatikan benih tanaman anyelir? Dari sudut manapun kita melihatnya, tidak ada sesuatu yang menarik atau yang istimewa pada benih tersebut. Ukurannya kecil dan berwarna agak gelap, seperti kebanyakan biji-bijian pada umumnya. Namun ketika benih anyelir itu kita taburkan di tanah yang baik, setelah tiga atau empat hari, benih itu akan pecah dan dari dalamnya keluar tonjolan tunas muda. Bila kita berikan penyiraman yang cukup, dalam satu atau dua minggu kemudian kita sudah bisa menemukan batangnya dengan beberapa helai daun muda. Dengan memberikan pupuk dan penyiraman yang baik, satu bulan kemudian tanaman ini sudah dapat mengeluarkan sekuntum bunga anyelir yang indah.
Dua ribu tahun yang lalu, Tuhan Yesus datang ke dunia sebagai sebutir benih. Secara lahiriah, tidak ada yang istimewa pada penampilan-Nya. Yesaya 53:2 mengatakan bahwa “Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.” Walau demikian, di dalam manusia Yesus ini, terkandung segala keindahan kebajikan Allah. Suatu hari “benih” ini naik di atas salib, dipecahkan di sana dan mati, namun pada hari yang ketiga Dia bangkit dan tertampaklah kemuliaan-Nya yang penuh (Yoh. 1:14; 1 Kor. 15:43, 45).
Sebagai Roh pemberi hayat, telah menaburkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Secara lahiriah, kita tidak ada bedanya dengan manusia pada umumnya. Tetapi di dalam kita, ada yang berbeda, yakni ada benih ilahi yang sedang bertumbuh. Kalau kita memperhatikan dan membiarkan benih ini bertumbuh, maka pada suatu hari benih ini akan “mekar” di dalam kita (Kol. 3:4). Kristus yang “mekar” di dalam kita itulah yang disebut sebagai Kerajaan Allah.
Jadi Kerajaan Allah merupakan perbesaran, pertambahan, kepenuhan, dan ekspresi Kristus di dalam kaum beriman. Namun sayang, karena kelemahan kita, Kristus belum bisa menyatakan diri-Nya melalui kita sebab pertumbuhan-Nya sering terhambat oleh sikap kita. Secara sengaja atau tidak, seringkali kita mengabaikan Kristus, sebaliknya menerima hal-hal lain di luar Kristus. Tidak heran, lewat beberapa tahun, Kristus belum juga terwujud melalui kita.

07 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 2 Senin

Pengakhiran Hal-hal Milik Ciptaan Lama dan Hasilnya
Ibrani 13:21a
Kiranya (Allah) memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Rm. 6:5; 8:8; 1 Kor. 15:50

Dahulu di China terdapat dua jenis pelayanan darurat bagi masyarakat di bidang kesehatan, yaitu “Palang Merah” dan “Palang Biru”. Palang Merah khusus mengurusi orang-orang yang terluka dalam peperangan, mengurusi mereka yang masih hidup. Sedangkan Palang Biru mengurusi orang-orang yang sudah mati akibat bencana kelaparan, banjir, atau peperangan; sekaligus mengurus pemakaman mereka.
Dalam menanggulangi kita dengan salib Kristus, Allah jauh lebih dahsyat daripada Palang Merah. Dia tidak pernah memperbaiki ciptaan lama. Malahan, orang-orang yang masih hidup dihukum mati di salib dan dikubur, agar mereka dapat dibangkitkan dalam hidup yang baru. Begitu daging kita dan hal-hal milik ciptaan lama dikuburkan, maka dihasilkanlah suatu kehidupan yang tepat, suatu kehidupan yang melaksanakan kehendak Allah (Ibr. 13:21).
Roma 6:5 mengatakan, “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan Dia dalam apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan Dia dalam apa yang sama dengan kebangkitan-Nya” (Tl.). Setelah melewati kematian dan penguburan, barulah ada kebangkitan. Melalui baptisan kita masuk ke dalam kematian-Nya, tetapi melalui kebangkitan-Nya, Dia masuk ke dalam kita, membagikan hayat yang baru kepada kita.
Hanya satu jenis hayat yang sepenuhnya diperkenan oleh Allah, yakni hayat Kristus. Mengapa? Karena hayat ini adalah hayat kebangkitan, hayat yang sepenuhnya bagi Kerajaan Allah. Puji Tuhan, Kristus hari ini adalah hayat kita. Di dalam Dia kita telah disalibkan, dikuburkan, dan dibangkitkan. Kini Dia sebagai Roh itu hidup di dalam kita, waktu demi waktu membimbing kita menempuh kehidupan yang sepenuhnya bagi Kerajaan Allah.
Di luar Kristus, tidak ada apa pun dari diri kita yang dapat diperkenan Allah. Satu Korintus 15:50 menegaskan, “... daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah...” ; dan mereka yang hidup di dalam daging tidak mungkin berkenan kepada Allah (Rm. 8:8). Allah tidak mementingkan apa yang kita lakukan, tetapi Dia mementingkan sumbernya. Tidak peduli besarnya pelayanan kita, asal itu berasal dari daging, tidak mungkin diperkenan oleh-Nya.

06 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 2 Minggu

Penilaian Allah Terhadap Kita dan Akibatnya
2 Korintus 12:9
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Ayat Bacaan: Mrk. 1:1-5; 2 Kor. 12:9

Mengapa Allah menyalibkan Kristus? Mengapa Allah harus menyalibkan kita bersama dengan Kristus? Baiklah kita mengambil satu perumpamaan. Di sini ada seorang perampok, dan hakim menganggap pelanggaran orang ini tidak terlalu berat, lalu menjatuhkan hukuman sepuluh tahun penjara. Ada pula seorang perampok yang lain, tetapi hakim itu menjatuhkan hukuman mati. Mengapa yang satu dihukum sepuluh tahun penjara, yang satu dihukum mati? Mengapa demikian? Karena terhadap perampok yang dihukum sepuluh tahun penjara ini, hakim masih menaruh pengharapan terhadapnya, mengharapkan dia kelak bisa berubah menjadi seorang warga negara yang baik. Sebab itulah ia menjatuhkan hukuman sepuluh tahun, setelah itu melepaskan dia. Tetapi terhadap perampok yang satunya lagi, negara tidak dapat menaruh pengharapan kepadanya. Karena dosanya terlampau besar dan dianggap sama sekali tidak berguna lagi bagi negara, maka hanya ada satu cara untuk menghukum dia - menjatuhkan hukuman mati!
Bagaimanakah pandangan Allah terhadap kita? Terhadap kita, Allah sama sekali tidak menaruh pengharapan. Allah melihat kita sama sekali tidak dapat ditolong, Allah melihat kita tidak bisa berubah menjadi baik; daging kita sangat rusak, benar-benar tidak dapat diperbaiki. Karena Allah tidak menaruh pengharapan terhadap kita, maka Ia mencakupkan kita ke dalam penyaliban Kristus. Karena penilaian Allah terhadap kita yang demikianlah maka permulaan Injil harus diawali dengan baptisan (Mrk. 1:4-5), yang menunjukkan pengakhiran hal-hal milik ciptaan lama. Baptisan adalah pengumuman Allah, juga pengakuan kita bahwa daging kita hanya layak untuk mati dan dikuburkan.
Tetapi sebenarnya kita mengakui hal ini atau tidak? Kita sering melakukan perkara yang bertentangan. Di satu pihak kita berpikir telah disalibkan dengan Kristus, di pihak lain kita masih sangat menaruh pengharapan terhadap diri sendiri. Kita masih merasa mampu, masih mengharapkan menang. Saudara saudari ingatlah, syarat beroleh kemenangan adalah tidak mampu. Karena kelemahan kita, Tuhan mempunyai kesempatan bekerja. Justru dalam kelemahanlah kuasa Kristus menjadi sempurna di dalam kita (2 Kor. 12:9).

05 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 1 Sabtu

Kesatuan Kita dengan Kristus sebagai Hayat
Filipi 1:20
Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan ..., Kristus dengan nyata dimuliakan (diperbesar, TL.) di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.

Ayat Bacaan: Gal. 2:19-20; Flp. 1:20

Pernahkah Anda mengamati bagaimana seorang pandai besi tradisional bekerja? Biasanya dia akan menaruh sebatang besi ke dalam api, dibakarnya besi itu hingga merah membara. Setelah merah membara, barulah besi itu diambil dan ditempa. Bila selembar kertas disentuhkan pada besi yang merah membara itu, segera kertas itu terbakar. Batangan besi itu kini telah berbeda dengan besi-besi lainnya. Kita katakan itu besi, tetapi di dalamnya ada api; kita katakan itu bara api, nyatanya ia benar-benar besi.
Karena kita tercakup di dalam Kristus, dan Kristus telah menjadi hayat kita, maka kehidupan kita seharusnya merupakan kelanjutan dari kehidupan Kristus. Allah menghendaki kesatuan kita dengan Kristus sepertilah besi dan api itu. Allah telah mengampuni dosa-dosa kita dan mengakhiri manusia lama kita di dalam Kristus. Tetapi Ia tidak berhenti di sana. Ia ingin kita sepenuhnya esa dengan Kristus, seperti besi yang bersatu dengan api itu. Setiap molekul besi dibaurkan dengan api, dan setiap ciri-ciri api ternyata dalam besi itu. Allah mau supaya segala adanya Kristus tergarap ke dalam kita (Gal. 2:19-20).
Cara penyelamatan Allah terhadap kita ialah Ia masuk ke dalam kita, melaksanakan satu penyelamatan yang efektif dan tuntas. Ia tidak secara luaran mengajar kita ini dan itu, juga tidak menggenggam tangan kita dan menarik kita ke sana ke mari, atau tidak mengizinkan kita begini atau begitu. Cara penyelamatan Allah terhadap kita adalah Kristus sendiri telah menanggalkan tubuh daging-Nya, menjadi Roh pemberi hayat, dan kini dapat masuk ke dalam kita menjadi hayat kita, sehingga Ia dapat memperhidupkan diri-Nya sendiri melalui kita (Flp. 1:20). Inilah satu-satunya jalan penyelamatan Allah.
Ajaran etika, moralitas, atau filsafat manusia mengarahkan kita untuk mengembangkan diri agar menjadi lebih baik, tetapi Alkitab memberitahu kita untuk menerima Kristus sebagai hayat kita dan memperhidupkan Dia. Pekerjaan batini Kristus, jauh melampaui pekerjaan luaran manusia yang bersandar diri sendiri! Setelah Kristus menjadi hayat kita, barulah ada perubahan yang nyata. Perubahan ini bukan berasal dari mendisiplinkan diri dengan penderitaan, melainkan karena Kristus yang ajaib dan berkuasa ini menjadi hayat kita.

04 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 1 Jumat

Berada di Dalam Kristus
Kolose 2:12
Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 1:30; Kol. 2:12; Flp. 4:13

Sering kali ketika memberitakan Injil di desa-desa, orang harus memakai ilustrasi yang sangat sederhana untuk menggambarkan kebenaran ilahi yang dalam. Saudara Watchman Nee suatu ketika memberitakan Injil di sebuah desa dan harus menjelaskan sesuatu yang tidak mudah dimengerti, yakni tentang istilah “di dalam Kristus”. Pada saat itu dia mengambil sebuah buku kecil dan menyisipkan selembar kertas di dalamnya, lalu dia berkata kepada orang-orang yang lugu itu, “Perhatikan dengan cermat. Saya mengambil selembar kertas, yang memiliki ciri-ciri tersendiri, yang berbeda dengan buku ini. Saya sisipkan kertas itu ke dalam buku ini. Lalu saya mengirimkan buku ini ke Shanghai lewat pos. Lalu, di manakah kertas itu? Mungkinkah buku ini tiba di Shanghai, sedangkan kertas itu tetap di sini? Mungkinkah nasib kertas itu berbeda dengan nasib buku ini? Tidak! Ke mana buku ini pergi kertas itu pun ada di situ. Jika saya melemparkan buku ini ke sungai, kertasnya pun jatuh ke sungai; jika saya dengan cepat mengambilnya lagi, saya pun mendapatkan kertas itu lagi. Pengalaman apa saja yang dialami buku itu, juga dialami oleh kertas itu, karena ia ada di dalam buku itu.”
Karena Allah sendiri telah menaruh kita di dalam Kristus (1 Kor. 1:30), maka ketika Ia membiarkan Kristus disalibkan, umat manusia yang ada di dalam Kristus juga disalibkan. Apa yang Dia alami, kita pun mengalaminya; karena berada “di dalam Kristus” berarti bersatu dengan Dia baik dalam kematian maupun dalam kebangkitan-Nya (Kol. 2:12). Ketika Ia disalibkan, kita semua disalibkan bersama-Nya; ketika Dia dikuburkan, kita pun dikuburkan bersama-Nya; ketika Dia dibangkitkan, kita pun dibangkitkan bersama-Nya.
Kalau kita menyadari bahwa Allah telah meletakkan kita dalam Kristus dan kita mau membiarkan Kristus menggantikan kita, kita tidak akan lagi berusaha dengan kekuatan diri sendiri untuk mengalahkan dosa atau untuk memiliki hidup yang berkemenangan, tetapi kita akan berpaling ke dalam roh kita karena Kristus ada di sana. Di dalam Kristus, kita menikmati anugerah, suplai hayat, dan kekuatan untuk mengalahkan dosa; bahkan Alkitab menegaskan bahwa segala perkara dapat kita tanggung di dalam Dia (Flp. 4:13). Haleluya!

03 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 1 Kamis

Gagal Memahami Maksud Tuhan
Efesus 5:17
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

Ayat Bacaan: Mrk. 8:31; 9:31; 10:33-34; Mzm. 86:15

Perkara rohani memang berbeda dengan ilmu pengetahuan. Untuk memahami suatu pengetahuan ilmiah atau ilmu filsafat, kita cukup mengembangkan kapasitas nalar atau kecerdasan kita. Namun untuk menerima hal-hal rohani, apalagi yang berhubungan dengan wahyu ilahi, kita memerlukan indera rohani yang sehat, khususnya mata rohani kita. Orang yang mata rohaninya buta, mustahil dapat menerima wahyu. Oleh sebab itu, kita semua memerlukan belas kasih Tuhan, mengharapkan Dia menyembuhkan kebutaan kita, sehingga dapat mengenal Dia dan maksud hati-Nya.
Karena kebutaan murid-murid-Nya, Tuhan harus mengulangi sampai tiga kali pewahyuan-Nya tentang kematian dan kebangkitan-Nya (Mrk. 8:31; 9:31; 10:33-34). Bukankah ini juga adalah pengalaman kita? Ya, demi mewahyukan sesuatu, Tuhan seringkali perlu berulang-ulang berbicara kepada kita, karena kebutaan kita. Banyak firman yang kita dengar belakangan ini merupakan “pengulangan” dari apa yang sudah pernah kita dengar dulu. Bahkan di dalam Alkitab, ada satu kitab yang dinamakan kitab Ulangan. Mengapa Tuhan perlu mengulangi perkataan-Nya kepada kita? Yang pasti bukan karena Tuhan senang mengulang-ulang, tetapi karena kita belum bisa sepenuhnya menangkap apa yang Dia maksudkan. Puji Tuhan, Dia sabar terhadap kita, sebab itu Dia rela mengulangi perkataan-Nya demi kebaikan kita (Mzm. 86:15).
Tuhan tidak pernah lelah berbicara kepada kita, tetapi ada kemungkinan kita mulai bosan terhadap firman-Nya. Ketika firman diberitakan, tidak jarang kita merasa sudah tahu, sudah pernah mendengar, atau sudah mengerti, sehingga kita menggerutu di dalam hati, “Mengapa firman itu lagi yang dibicarakan? Bukankah dulu sudah pernah disampaikan?” Saudara saudari, jangan menganggap diri sendiri sudah cukup mengerti. Justru kita perlu bertanya kepada diri sendiri, “Tuhan, mengapa setelah lewat beberapa tahun Engkau masih membicarakan hal yang sama kepadaku? Tuhan, aku mau baik-baik mendengarkan lagi pembicaraan-Mu”. Kalau kita berdoa demikian, maka Tuhan akan menerangi kita, menyembuhkan kebutaan kita, dan mewahyukan sesuatu ke dalam kita sehingga kita makin mengenal Dia dan maksud hati-Nya.

02 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 1 Rabu

Jalan Untuk Mengenal Kristus, Sang Terurap
Efesus 1:17
Dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.

Ayat Bacaan: Mrk. 8:27-29; 1 Kor. 15:45; Yoh. 6:63; Gal. 1:15-16; Ef. 1:17; Rm. 12:2

Setelah menyembuhkan penyakit pengikut-Nya dan menanggulangi hati orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, barulah Tuhan Yesus mewahyukan diri-Nya kepada murid-murid. Urutan di sini sungguh bermakna. Setelah penyakit rohani kita disembuhkan, setelah fungsi organ-organ rohani kita dipulihkan, dan setelah hati kita ditanggulangi, barulah Tuhan berkenan mewahyukan diri-Nya kepada kita bahwa Dialah Mesias (Kristus). Pewahyuan ini tercatat dalam Injil Markus 8:27-29, yakni ketika Yesus dan murid-muridnya sedang dalam perjalanan dari Yerusalem ke Kaisarea Filipi.
Gelar “Mesias” atau yang dalam bahasa Yunani disebut “Christos” berarti yang diurapi. Di dalam Alkitab, ketika seseorang diurapi berarti ia telah dipilih oleh Allah untuk mengemban suatu amanat khusus. Demikian pula Tuhan, sebagai yang diurapi, telah dipilih untuk melaksanakan tujuan Allah yaitu menaburkan diri-Nya sendiri sebagai benih ilahi ke dalam kita. Dalam Injil Markus, aspek pertama dari amanat Tuhan sebagai yang diurapi adalah ini. Penekanan ministri Tuhan dalam Injil Markus bukanlah berkhotbah, tetapi menaburkan diri-Nya ke dalam kita, umat pilihan Allah. Haleluya!
Dalam situasi yang bagaimanakah Tuhan mewahyukan diri-Nya kepada murid-murid? Ketika murid-murid dekat dan akrab berjalan bersama Tuhan (Mrk. 8:27). Apakah selama ini kita cukup dekat dan akrab berjalan bersama Tuhan? Kita perlu dekat dan akrab berjalan bersama Tuhan, baru kemudian bisa memahami perkara-perkara rohani yang Tuhan katakan. Hal demikian dialami oleh Petrus dan murid-murid lain, dan pengertian mereka akhirnya terbuka pada hari Pentakosta. Memang hari ini kita tidak bisa berjalan dengan Tuhan secara jasmaniah karena Tuhan sudah bangkit, tetapi kita tetap dapat berjalan bersama Tuhan dengan firman-Nya. Dalam kebangkitan, Tuhan adalah Roh itu (1 Kor. 15:45) dan Dia terwujud di dalam firman (Yoh. 6:63). Tiap kali kita membaca dan mendoakan firman hidup itu, maka Tuhan akan lebih banyak mewahyukan diri-Nya kepada kita (Gal. 1:15-16), sehingga kita akan mengenal Dia dan kehendak-Nya (Ef. 1:17; Rm. 12:2). Kiranya kita semua adalah orang yang selalu dekat dan akrab berjalan bersama Tuhan di dalam firman-Nya.

01 September 2008

Markus Volume 8 - Minggu 1 Senin

Tuhan Yesus Menyingkapkan Kondisi Hati Kita
1 Tawarikh 28:9b
Dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita.

Ayat Bacaan: Mrk. 7:1-23; 4:22; Ibr. 4:13; 1 Taw. 28:9b; Mzm. 52:2; 119:130

Tahukah Anda bahwa tidak ada satu perkara pun yang tersembunyi di hadapan Allah? Markus 4:22 mengatakan, “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.” Ibrani 4:13 juga mengatakan, “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” Karena segala sesuatu telanjang dan terbuka di hadapan Allah, maka kepura-puraan atau kemunafikan manusia adalah suatu kebodohan dan kesia-siaan belaka!
Pandangan manusia memang terbatas, tetapi pandangan Allah sanggup menerobos bahkan sampai ke dalam lubuk batin manusia. Hal inilah yang tidak disadari oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat pada masa itu, termasuk juga oleh kebanyakan dari kita hari ini. Dalam Markus 7:1-23, Tuhan secara khusus menyingkapkan kondisi batiniah mereka yang sesungguhnya, bahwa mereka pandai mengesampingkan perintah Allah demi memelihara adat-istiadat atau tradisi nenek moyang mereka. Sebagai tokoh agama, mereka hidup dalam kemunafikan dan pandai menyembunyikan maksud hati mereka yang jahat, tetapi di sini Tuhan Yesus justru membeberkannya satu per satu.
Apabila kita ingin mengikuti Dia, hati kita harus tahir dan roh kita harus lurus, karena bagaimana hati kita, itulah keadaan kita yang sebenarnya (1 Taw. 28:9b). Sebab itu kita harus menjaga hati kita tulus dan bersih di hadapan Allah. Setiap hari kita perlu berdoa seperti pemazmur, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh” (Mzm. 52:2).
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena firman-Nya memberi terang, menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam hati kita. Mazmur 119:130 berkata, “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.” Ketika kita datang kepada firman-Nya dan beroleh terang, kita wajib mengakui semua dosa, kegagalan, dan kelemahan kita. Pengakuan yang demikian akan menjaga hati kita bersih dan tulus terhadap Tuhan, juga menyelamatkan kita dari kemunafikan yang dibenci oleh Allah.