Hitstat

30 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 3 Kamis

Mengenal Keperluan Kita yang Sebenarnya
Nehemia 9:15a
Telah Kauberikan kepada mereka roti dari langit untuk menghilangkan lapar dan air Kaukeluarkan bagi mereka dari gunung batu untuk melepaskan dahaga.

Ayat Bacaan: Mrk. 7:24-30; Yoh. 6:33, 35

Dalam Markus 7:1-23 Tuhan memakai salah satu perintah Allah untuk menyingkapkan keadaan hati kita yang sesungguhnya agar kita mengenal keperluan kita. Keperluan kita bukanlah pembasuhan tangan yang lahiriah, melainkan pembasuhan yang batiniah. Kemudian dalam Markus 7:24-30 Tuhan seakan memberitahu kita bahwa jika kita hanya memiliki pembasuhan yang batiniah, kita akan tetap kosong. Hati kita tidak cukup hanya dibersihkan, disucikan. Hati yang bersih bisa saja masih merupakan hati yang kosong. Oleh sebab itu, kita tidak hanya memerlukan pembasuhan, tetapi juga memerlukan suplai hayat yang dilambangkan dengan roti (Mrk. 7:27).
Ketika seorang perempuan Siro-Fenisia datang kepada Tuhan dan memohon agar Tuhan mengusir roh jahat yang merasuki anak perempuannya, Tuhan lalu berkata, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (Mrk. 7:27). Mengapa Tuhan tiba-tiba berbicara tentang roti? Bukankah yang diminta oleh perempuan itu adalah kesembuhan anaknya? Ya. Tuhan tidak salah. Keperluan anak perempuan Siro-Fenisia itu sepertinya adalah kesembuhan, tetapi keperluannya yang sesungguhnya adalah Tuhan sendiri sebagai roti hayat. Asal dia menerima Tuhan sebagai roti hayat, maka masalah kerasukan roh jahat dengan sendirinya akan terselesaikan (Mrk. 7:29-30).
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mungkin mengira bahwa kesembuhan dari penyakit atau kelepasan dari dosa-dosa merupakan keperluan kita yang utama. Namun di pandangan Tuhan, keperluan kita yang utama adalah makan Dia sebagai roti hayat kita, roti yang turun dari surga (Yoh. 6:33, 35; Neh. 9:15). Segala masalah kita, khususnya yang berkaitan dengan temperamen kita, sebenarnya bersumber dari batin kita yang lapar dan gersang.
Puji Tuhan! Dia tahu keperluan kita. Asal kita datang kepada-Nya dan berdoa, “Tuhan, aku menerima Engkau sebagai makananku, kenyangkanlah aku dengan perkataan-perkataan-Mu”, maka segera Roh-Nya masuk ke dalam kita dan memuaskan rasa lapar kita. Begitu rasa lapar batiniah kita dipuaskan, dengan sendirinya kita disembuhkan dari “penyakit” temperamen kita. Haleluya!

29 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 3 Rabu

Hati Kita Perlu Dijaga
Amsal 4:23
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Ayat Bacaan : Mrk. 7:21-23; Yeh. 36:26; Rm. 10:9-10; 1:9; Mat. 5:8; 1 Kor. 4:5; Mzm. 51:12

Pada mulanya, hati kita tidak lurus, baik terhadap Allah maupun terhadap manusia (Mrk. 7:21-23). Namun ketika kita dilahirkan kembali, Allah mengaruniakan hati dan roh yang baru kepada kita (Yeh. 36:26). Allah menghidupkan dan memulihkan daya guna roh kita yang telah mati agar kembali berfungsi di hadapan-Nya, supaya dengan demikian kita dapat berkomunikasi dengan Dia. Allah juga memberi kita satu hati yang baru supaya kita dapat menempuh satu kehidupan yang baru.
Hati adalah faktor yang sangat penting dalam hidup kita. Kita berkata bahwa kita sudah beroleh selamat, tetapi bagaimana kita beroleh selamat? Yaitu karena kita percaya dalam hati (Rm. 10:9-10). Bagaimana kita melayani Allah sekarang? Kita harus melayani dengan sepenuh hati (Rm. 1:9). Siapakah yang diberkati Allah? Mereka yang murni hatinya (Mat. 5:8). Apakah yang akan dihakimi pada masa yang akan datang? Allah akan menghakimi perkara-perkara yang tersembunyi dalam hati manusia (1 Kor. 4:5). Oleh sebab itulah kita harus mempunyai hati yang lurus (tepat) ketika datang menghadap Tuhan.
Menurut fakta Alkitab, pembaruan hati adalah sekali untuk selamanya, yakni pada waktu kita dilahirkan kembali. Namun dalam pengalaman, hati kita perlu dijaga senantiasa dengan penuh kewaspadaan (Ams. 4:23), perlu terus menerus dipalingkan kepada Allah. Boleh jadi saat kita diselamatkan, hati kita berpaling dengan kuat kepada Allah. Tetapi setelah sejangka waktu, hati kita mungkin terarah hal-hal selain Allah, seperti mobil, rumah, pakaian, atau dunia hiburan. Namun oleh belas kasihan Allah, melalui kita membaca firman Tuhan, terang-Nya menyinari hati kita. Pada saat demikian, janganlah mengeraskan hati kita, sebaliknya kita perlu segera memalingkan hati kita kepada Tuhan, melekatkan hati kita kepada-Nya. Perpalingan yang demikian akan memberi Tuhan kesempatan untuk memperbarui manusia batiniah kita (2 Kor. 3:16-18).
Saudara saudari, sebelum atau sesudah kita melakukan kegiatan rutin kita setiap hari, kita perlu berdoa seperti pemazmur, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mzm. 51:12). Doa yang demikian akan menjaga hati kita tetap terarah kepada Allah.

28 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 3 Selasa

Allah Memberikan Hati yang Baru
Yehezkiel 36:26
Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.

Ayat Bacaan : Mrk. 7:21-23; Yeh. 36:26; Rm. 8:3, 7; 2 Kor. 3:5-6

Perintah Allah tidak dapat digenapi oleh manusia yang telah jatuh dalam dosa karena orang dosa tidak memiliki kemampuan itu (Rm. 8:3, 7). Perintah Allah hanya dapat digenapi di dalam orang yang telah dilahirkan kembali. Mengapa? Karena pada waktu Allah membersihkan kita, menyelamatkan kita, atau melahirkan kita kembali, Dia memberi kita hati yang baru dan roh yang baru. Hati yang baru ini berasal dari pembaruan hati kita yang lama. Allah tidak hanya memberi kita hati yang baru, juga menjauhkan hati kita yang keras dan memberi kita hati yang taat.
Asalnya, hati kita melawan Allah, tidak mau Allah, dan keras seperti batu terhadap Allah, sehingga menjadi “hati batu”. Tetapi ketika Roh Kudus melahirkan kembali kita, Dia membuat hati kita menyesali dosa dan menjadi lembut terhadap Allah. Karena itu, setelah dilahirkan kembali, “hati batu” kita diubah menjadi “hati daging”. Allah memperbarui hati kita dan menjadikannya lembut. Sebelum kita dilahirkan kembali, hati kita condong kepada dosa, mengasihi dunia, dan mendambakan hal-hal yang berhubungan dengan hawa nafsu, dingin dan keras terhadap Allah, tidak ada kedambaan dan rasa kasih terhadap Allah. Namun begitu kita dilahirkan kembali dan diselamatkan, hati kita condong kepada Allah, mengasihi Allah, dan menginginkan Allah.
Dengan hati baru, kita dapat mendambakan Allah dan mengasihi Allah; dengan roh yang baru, kita dapat bersekutu dengan Allah dan menyentuh Allah. Hati baru kita membuat kita mempunyai kesenangan dan kecenderungan baru, perasaan dan rasa tertarik yang baru terhadap Allah serta hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Roh baru kita membuat kita mampu berkomunikasi dengan Allah, mempunyai kemampuan dan fungsi rohani yang baru terhadap Allah serta hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Haleluya!
Hari demi hari kita perlu memalingkan hati kita kepada Allah, mengasihi Dia dengan segenap hati kita. Selain itu kita pun perlu melatih roh kita, belajar bersekutu dengan Allah di dalam doa-doa kita. Latihan yang demikian dengan sendirinya akan memberikan faedah dan kemampuan rohani bagi kita untuk melakukan kehendak Allah dalam kebenaran (2 Kor. 3:5-6).

27 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 3 Senin

Perintah untuk Menghormati Orang Tua
Ulangan 5:16
Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

Ayat Bacaan: Mrk. 7:10-13; Ul. 5:16; Kel. 20:12; Luk. 3:38; Ef. 6:1-2; 1 Tim. 5:4; Kol. 3:20

Salah satu perintah Allah yang Tuhan sebutkan dalam teguran-Nya terhadap kemunafikan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah berkaitan dengan menghormati orang tua (Mrk. 7:10-13). Tuhan menunjukkan bahwa mereka telah melanggar perintah Allah dengan mengabaikan orang tua hanya untuk melakukan adat istiadat mereka. Di sini Tuhan menghakimi perbuatan mereka.
Seberapa pentingkah perintah Allah kepada kita untuk menghormati orang tua? Menurut Ulangan 5:16, perintah ini tidak hanya penting karena mengandung janji, tetapi juga perintah Allah yang pertama mengenai hubungan manusia dengan manusia (Kel. 20:12). Janji yang disebutkan dalam Keluaran 20:12 dan Ulangan 5:16 adalah baik bagi anak-anak, karena membuat mereka panjang umur di bumi. Janji ini tidak hanya berkaitan dengan kemakmuran dalam berkat-berkat materi, tetapi juga ditujukan kepada hidup dalam situasi yang damai. Menurut perintah ini, kemakmuran dan umur yang panjang adalah berkat-berkat Allah dalam hidup ini bagi mereka yang menghormati orang tua mereka.
Jika kita ingin panjang umur di bumi, kita perlu menghormati orang tua kita. Mereka yang gagal menghormati orang tua, berarti sedang bunuh diri perlahan-lahan, memperpendek hidup mereka di bumi. Jika ingin memperpanjang hari-hari kita, belajarlah menaati dan menghormati orang tua. Menghormati orang tua berarti menghormati sumber kita. Orang tua kita mewakili Allah sebagai sumber kita, karena melalui merekalah kita terlahir ke dunia. Kalau kita telusuri terus ke belakang, akhirnya kita akan menemukan bahwa Allah adalah sumber kita, asal usul umat manusia (Luk. 3:38).
Bagaimanakah caranya menghormati orang tua? Pertama, terhadap orang tua, kita perlu memiliki sikap yang menghormati, roh yang menghormati (Ef. 6:1-2). Kedua, kita harus belajar berbakti terhadap orang tua kita (1 Tim. 5:4). Budi pemeliharaan dari orang tua tidak boleh kita abaikan atau lupakan. Kita harus berbakti dengan berusaha membalas budi mereka. Terakhir, kita perlu menaati orang tua kita dalam segala perkara (Kol. 3:20). Karena penghormatan kita yang demikian terhadap orang tua kita, maka Tuhan akan sangat berkenan.

26 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 3 Minggu

Jalan untuk Melakukan Perintah Allah
Markus 7:7-8
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, karena ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan dan adat istiadat manusia kamu pegang.

Ayat Bacaan: Mrk. 7:7-8; 1 Sam. 15:22; Kol. 3:4; Flp. 4:13; Gal. 2:20

Banyak orang mungkin merasa takut akan perintah Allah, atau agak kurang senang mendengar perintah Allah. Kita harus tahu, bahwa kita wajib melakukannya tidak saja ketika Allah memberi perintah kepada kita, bahkan kita wajib mencari perintah Allah itu. Mencari perintah Allah berarti memikirkan Allah, dan itulah tandanya bahwa seseorang mengasihi Allah. Markus 7:7-8 menegaskan kepada kita bahwa perintah Allah tidak boleh diabaikan demi melakukan adat istiadat atau tradisi kita. Di pandangan Allah, melakukan perintah-Nya jauh lebih penting daripada mempersembahkan kurban apa pun (1 Sam. 15:22).
Hari ini siapa di antara kita yang dapat mengatakan bahwa ia telah melakukan semua perintah Allah yang diketahuinya? Yang tidak diketahui, tidak usah dikatakan, tapi yang sudah diketahui, sudahkah dilakukan? Ketahuilah bahwa memegang perintah Allah juga berarti dengan sukacita mencari perintah-perintah-Nya. Memegang adat istiadat manusia tidak terhitung apa pun di hadapan Tuhan. Hanya melakukan perintah-Nya, menuruti perkataan-Nyalah yang Tuhan perhatikan dalam kehidupan kita (Mrk. 7:7-8).
Mungkin kita bertanya, “Bagaimanakah agar saya dapat melakukan perintah Allah? Bukankah perintah Allah itu sulit untuk dilakukan?” Jika kita bersandar kekuatan diri sendiri, mustahil kita dapat melakukan perintah Allah. Kita dapat melakukan perintah Allah hanya apabila kita bersandar pada hayat-Nya di dalam kita. Puji Tuhan! Allah tidak hanya menuntut kita melakukan perintah-Nya, tetapi juga memberi kita suplai hayat, memberi kita kekuatan untuk melakukan perintah-Nya. Tanpa terlebih dulu menerima dan menikmati suplai hayat-Nya, tidak ada seorang pun yang mampu melaksanakan perintah Allah, bahkan sebuah perintah yang terkecil sekalipun!
Saudara saudari, kita patut bersyukur karena Kristus adalah hayat kita (Kol. 3:4). Asalkan kita menyeru nama-Nya dan membiarkan firman-Nya tinggal di dalam kita, maka di dalam kita segera timbul kekuatan untuk melakukan perintah-Nya. Oleh hayat inilah kita dapat menanggung segala perkara (Flp. 4:13), sebab bukan lagi kita yang melakukan, melainkan Kristus (Gal. 2:20).

25 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 2 Sabtu

Jalan untuk Bertahan dalam Berbagai Ujian
Yakobus 1:12
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang mengasihi Dia.

Ayat Bacaan: Mrk. 6:48; Yak. 1:2-12; 2:1; 2 Ptr. 1:1; Ef. 3:16

Yakobus menasihati kita untuk menganggap sebagai suatu kebahagiaan, apabila kita jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan (Yak. 1:2). Dalam ayat selanjutnya ia meneruskan, “Sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” Iman di sini adalah iman kristiani yang diberikan oleh Allah di dalam Kristus (Yak. 2:1; 2 Ptr. 1:1). Kita memerlukan ketekunan, dan ketekunan berasal dari pengujian, dan pembuktian terhadap iman kita (Yak. 1:3).
Dalam Yakobus 1:12 dikatakan, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan (trial, Recovery Version), sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang mengasihi Dia.” Dalam pengalaman rohani kita, ujian (trial, RV) tidak hanya datang dari orang-orang dunia, tetapi juga datang dari lingkungan kaum beriman sendiri untuk menguji iman kita melalui penderitaan (Yak. 1:9-11). Walau demikian, kita harus bertahan dengan sukacita karena kasih kita terhadap Tuhan, supaya pada akhirnya kita berhak menerima berkat mahkota hayat.
Bagaimanakah caranya agar kita dapat bertahan dalam ujian? Jika kita mau menanggung berbagai ujian, pertama-tama kita perlu memohon hikmat kepada Allah (Yak. 1:5). Misalnya, seorang saudara yang baru menikah merasa telah dilukai oleh istrinya. Kemudian ia mulai mempertimbangkan kemungkinan untuk bercerai. Itu adalah pikiran yang bodoh. Jika saudara ini berhikmat, ia tidak akan memikirkan perceraian. Saudara ini perlu berdoa meminta hikmat kepada Allah agar dapat bertindak secara tepat terhadap istrinya.
Kedua, jika kita mau bertahan dalam ujian, janganlah mempercayai lingkungan atau keadaan, karena semuanya itu bisa berubah. Kita harus mempercayai firman Tuhan! Ketiga, kita memerlukan hayat ilahi. Jika kita tidak memiliki hayat ilahi, kita tidak akan sanggup bertahan dalam berbagai ujian. Kita harus belajar bersandar sepenuhnya pada hayat ilahi, yakni melalui berdoa, membiarkan Allah menguatkan manusia batiniah kita (Ef. 3:16). Begitu ujian datang, marilah kita memohon hikmat, berpegang teguh pada firman, dan bersandar kepada hayat ilahi di dalam kita. Inilah jalan untuk bertahan dalam ujian!

24 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 2 Jumat

Berbahagialah Orang yang Bertahan dalam Ujian!
Markus 6:48a
Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air...

Ayat Bacaan: Mrk. 6:48-51; Ibr. 12:7; Mat. 24:13; Why. 2:26

Kita harus menyadari bahwa Allah, demi kebaikan kita, tidak membebaskan kita dari ujian atau pendisiplinan. Dalam keadaan biasa. Allah selalu memberkati, memperhatikan, mendukung, dan menyediakan keperluan anak-anak-Nya. Namun apabila diperlukan bagi-Nya untuk mendisiplin dan menguji anak-anak-Nya, la tidak akan ragu melakukannya. lni bukan berarti Ia menguji kita setiap hari. Ia tidak ingin melihat kita menderita. Karena itu dalam keadaan biasa, la selalu memperhatikan kita dan menyediakan kebutuhan kita. Tetapi apabila kita keras kepala, Ia akan mengirimkan ujian-ujian dan ganjaran guna mendidik kita (Ibr. 12:7).
Memang “angin sakal” yang melambangkan ujian, kesulitan, juga pencobaan, dapat membuat sebagian anak-anak Allah justru hanyut terbawa arus. Mereka seakan kehilangan iman, berhenti mendayung, dan memilih ikut arus dunia. Namun, ada pula sebagian anak-anak Allah yang bertahan, tidak menyerah, terus melatih iman mereka dan terus mendayung, sehingga pada akhirnya mereka mengalami penyertaan dan hadir Tuhan (Mrk. 6:48-51). Di saat yang paling gelap, pukul tiga malam (dini hari), Tuhan datang mengunjungi mereka.
Markus 6:51 mengatakan, “Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun reda,....” Lihatlah, begitu Tuhan datang, semua kesulitan kita pun terselesaikan. Saudara saudari, kita bisa tahan menderita di dunia, karena di belakang kita Tuhan sudah mati bagi kita, di depan kita Tuhan akan datang kembali; di belakang ada kasih Tuhan mendorong kita, di depan ada pengharapan Tuhan menarik kita. Mata Tuhan sedang memandang kita. Karena itu jangan takut terhadap penderitaan. Kalau hari ini kita karena takut penderitaan lalu berubah arah, melupakan sasaran kita, maka semua penderitaan yang dulu sudah kita pikul akan menjadi sia-sia.
Kesulitan apa pun tidak boleh membuat kita berhenti berdoa. Kesibukan apa pun tidak boleh membuat kita melupakan pembacaan Alkitab kita. Masalah apa pun tidak boleh mengganggu pelayanan dan persekutuan kita dengan Tuhan. Kita harus bertahan, karena tidak lama lagi Tuhan akan datang! Berbahagialah orang yang bertahan sampai kesudahannya! (Mat. 24:13; Why. 2:26).

23 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 2 Kamis

Mengalami Pemeliharaan Tuhan di Tengah Badai
Markus 6:48a
Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air...

Ayat Bacaan: Mrk. 6:45-48; Mat. 13:121;Why. 20:6; Mzm. 23:1; Ibr. 4:14-15

Kehidupan orang Kristen dapat digambarkan sebagai sebuah perjalanan atau pelayaran. Pelayaran ini dimulai sejak kita percaya Tuhan dan dilahirkan kembali. Tujuan pelayaran ini adalah “ke seberang”, yang melambangkan manifestasi kerajaan yang akan datang (Mrk. 6:45; Why. 20:6). Dunia ini bagaikan lautan (danau, LAI) yang luas, sementara gereja adalah perahu yang di dalamnya kita tinggal guna menempuh pelayaran kita (Mat. 13:21). Walau hari ini kita masih hidup di dunia, namun kita tidak bersatu dengan dunia melainkan berada di dalam perahu (gereja).
Karena perahu berada di permukaan laut, belum sampai ke seberang, maka seringkali ia diterpa badai dan diombang-ambingkan oleh gelombang. Bukankah pengalaman rohani kita juga demikian? Walau kita sudah berada di dalam gereja, tidak berarti bahwa hidup kita telah bebas dari kesulitan dan bahaya. Bahkan seringkali kita diterpa badai kesulitan dan ombak permasalahan yang besar (angin sakal), sehingga kita dengan susah payah “mendayung” kehidupan kristiani kita (Mrk. 6:48). Situasi ini sering membuat kita menderita, bahkan tidak jarang anak-anak Allah menjadi tawar hati, putus asa, bahkan mundur.
Sampai di sini, kita harus jelas bahwa Allah tidak mempunyai maksud supaya umat-Nya menderita. Alkitab mengatakan bahwa Allah tidak menahan apa yang baik untuk kita. Mazmur 23:1 mengatakan. “TUHAN (Yehova) adalah Gembalaku: takkan kekurangan aku.” Selama kita memiliki Tuhan sebagai Gembala kita, kita tidak akan kekurangan apa pun. Lalu mungkin kita akan bertanya, “Kalau demikian, mengapa begitu banyak badai dan gelombang dalam hidupku?” Justru melalui badai dan gelombang itulah kita dapat secara nyata mengalami tangan pemeliharaan Tuhan. Badai dan gelombang akan membantu kita menyadari betapa berharganya pemeliharaan dan penyertaan Tuhan.
Dalam Markus 6:46, Tuhan berdoa. Dia adalah Imam Besar yang berdoa syafaat bagi kita (Ibr. 4:14-15). Tuhan memperhatikan setiap kesulitan kita dalam perjalanan kita mengikuti Dia. Karena itu, begitu ada badai atau gelombang menerpa kita, jangan lekas menyerah atau berhenti mendayung. Kita harus percaya bahwa Tuhan sanggup membawa kita melewati setiap masalah.

22 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 2 Rabu

Menerima Rawatan Tuhan melalui Firman-Nya
Yohanes 6:63
Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Ayat Bacaan: Mrk. 6:30-44; Kol. 2:9; 1 Kor. 15:45; Yoh. 6:63; Yer. 15:16; Flp. 1:20

Sebagai Gembala, Kristus merawat kita, domba-domba-Nya dengan firman-Nya. Alkitab mewahyukan kepada kita bahwa kepenuhan ke-Allahan berwujud di dalam Kristus (Kol. 2:9). Ini berarti semua kekayaan yang Allah miliki dan apa adanya Allah terwujud di dalam Kristus. Kemudian melalui kematian dan kebangkitan, Kristus menjadi Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45b). Di manakah kita dapat menemukan Roh itu? Hari ini, Roh itu telah berbaur di dalam roh kelahiran kembali kita. Dan Roh itu juga terwujud di dalam perkataan-perkataan Allah - firman Allah (Yoh. 6:63).
Karena itu, untuk menerima rawatan Tuhan, dengan hanya memahami firman saja tidaklah cukup. Kita terlebih harus memakannya. Yeremia 15:16 mengatakan, “Apabila aku bertemu dengan perkataan perkataan-Mu maka aku memakannya (menikmatinya, LAI).” Matius 4:4 juga mengatakan, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Alkitab tidak saja berguna untuk dibaca dan dipelajari, tetapi lebih daripada itu Alkitab teristimewa berguna untuk dimakan. Oh, kita perlu makan firman Allah!
Ketika kita membaca firman, kita harus membaurkan pembacaan kita dengan doa. Seperti kita melatih mata dan pikiran kita, kita pun harus melatih roh kita untuk menjamah Roh itu. Kemudian semua yang ada dalam firman akan menjadi suplai yang limpah lengkap dari Roh itu di dalam pengalaman kita. Jika kita membaurkan pembacaan Alkitab kita dengan doa, sekalipun hanya sepuluh menit, kita akan menerima perawatan.
Di satu pihak, makanan (lahiriah) yang kita makan tiap hari merawat kita; di pihak lain, makanan itu juga mengandung unsur-unsur yang dapat membunuh kuman-kuman dalam tubuh kita. Demikian pula, melalui membaurkan pembacaan firman dengan doa, kita akan mengalami perawatan dan pengakhiran hal-hal negatif dalam batin kita. Karena itu, hari demi hari kita harus datang kepada sumber yang benar, yakni datang kepada firman kudus-Nya untuk memakan dan menyerap kekayaan Kristus. Bila kita dengan tekun melakukannya, tidak saja batin kita mendapatkan rawatan, hidup kita pun akan menampilkan Kristus (Flp. 1:20).

21 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 2 Selasa

Gembala yang Memberi Makan Domba-domba-Nya
Yohanes 6:35
Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti kehidupan; Siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi.”

Ayat Bacaan: Mrk. 6:30-44; Yoh. 6:35-37; 1 Ptr. 1:25

Semua orang di dunia, dari sudut pandang rohani, tidak ada satu pun yang tidak lapar. Lapar agak berbeda dengan haus. Tetapi baik lapar maupun haus, semuanya menyatakan keperluan batin manusia. Sebab itu, orang yang lapar adalah orang yang batinnya tidak puas, yang mempunyai keperluan. Kondisi demikian, boleh dikatakan paling banyak atau paling umum terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dipandang dari sudut keadaan batin kita yang tidak pernah puas, kita adalah orang-orang yang lapar. Bukankah keadaan batiniah kita terus merasa tidak puas, dan terus menuntut sesuatu? Ini membuktikan bahwa kita adalah orang yang lapar. Karena itu, kita memerlukan makanan.
Makanan adalah untuk memberi rasa kenyang kepada kita. Sebab itu, menurut prinsipnya, mencari apa saja yang dapat membuat kita kenyang, yang dapat memuaskan keperluan kita, semuanya adalah makanan. Kalau kita mencari harta kekayaan, harta kekayaan adalah makanan kita. Kalau kita menuntut ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan adalah makanan kita. Kalau kita mencari kesuksesan keluarga, kesuksesan keluarga adalah makanan kita. Apa saja yang kita anggap bisa memuaskan kita dan kita cari, itu adalah makanan kita. Tetapi, dalam pandangan Tuhan, semua makanan ini, hal-hal materi adalah hal-hal sementara yang dapat binasa (Yoh. 6:37). Tuhan menghendaki kita mencari atau bekerja untuk mendapatkan makanan yang dapat bertahan sampai kepada hidup yang kekal.
Mujizat yang Tuhan lakukan dalam memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan menandakan bahwa Dialah Gembala yang memperhatikan rasa lapar domba-domba-Nya (Mrk. 6:37-44). Pada waktu itu Tuhan memberi mereka roti dan ikan yang lahiriah untuk mengenyangkan perut mereka. Tetapi hari ini Tuhan memberikan diri-Nya sendiri sebagai roti hidup untuk mengenyangkan batiniah kita sehingga tidak lapar lagi (Yoh. 6:35). Roti hidup ini adalah satu-satunya makanan yang dapat bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Saudara saudari, janganlah kita hanya sibuk bekerja untuk makanan yang dapat binasa, tetapi mulai hari ini marilah kita juga bekerja untuk makanan yang dapat bertahan sampai kepada hidup yang kekal (1 Ptr. 1:25).

20 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 2 Senin

Kristus – Gembala dan Pemelihara Jiwa Kita
1 Petrus 2:25
Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Ayat Bacaan: Mrk. 6:34; 1 Pet. 2:21, 25

Kristus adalah Penebus kita melalui kematian-Nya di kayu salib. Kini Dia juga adalah Gembala dan Pemelihara (Penilik, T.L.) jiwa kita dalam hayat kebangkitan. Karena itu, Dia mampu membimbing dan menyuplai kita dengan hayat agar kita bisa mengikuti jejak-Nya menurut teladan penderitaan-Nya (1 Ptr. 2:21). Sebagai Gembala dan Penilik jiwa kita, Kristus menggembalakan kita dengan cara menyuplai dan menilik setiap bagian batiniah kita. Dahulu kita sama seperti domba yang tersesat. Tetapi sekarang kita telah kembali kepada Gembala dan Penilik jiwa kita. Haleluya!
Biasanya seorang gembala hanya memperhatikan keperluan jasmani kawanan dombanya, tetapi Kristus - Gembala kita, bukan hanya memperhatikan keperluan jasmani kita, terlebih lagi Dia memelihara keperluan jiwa kita. Dia adalah Gembala jiwa kita, manusia batiniah kita. Dia memelihara pikiran, emosi, dan tekad kita. Jiwa kita merupakan sumber masalah kita. Pikiran, emosi, dan tekad kita semuanya bermasalah. Karena itu, kita memerlukan Kristus sebagai Gembala dan Pemelihara jiwa kita.
Dalam pengalaman kita, kadang-kadang kita benar-benar tidak tahu apa yang harus dipikirkan. Kita tidak tahu harus mengarahkan pikiran kita ke mana. Ini adalah suatu petunjuk bahwa pikiran kita memerlukan Tuhan Yesus sebagai Gembala. Sebagai hasil penggembalaan-Nya, pikiran kita diarahkan ke jalan yang tepat. Emosi kita yang rumit juga mudah sekali kacau. Hal ini terutama berlaku bagi emosi para saudari. Karena itu, kita memerlukan Tuhan Yesus menggembalakan kita di dalam emosi kita. Penggembalaan-Nya menghibur emosi kita. Tekad kita juga memerlukan penggembalaan Tuhan. Sebagai manusia, kita sering kesulitan mengambil keputusan yang benar. Kadang-kadang hal yang paling sulit untuk dilakukan adalah mengambil keputusan. Namun, sebagai Gembala yang hidup, Tuhan terus-menerus mengarahkan tekad kita.
Jalan yang paling sederhana untuk mengalami penggembalaan Tuhan atas jiwa kita adalah menyeru nama-Nya dan berdoa. Kita dapat berseru dan berdoa kepada-Nya di mana pun dan dalam situasi apa pun. Hasilnya, tidak hanya roh kita dihidupkan, jiwa kita pun segera mendapatkan penghiburan dan perhentian.

19 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 2 Minggu

Gembala Sejati yang Bersimpati
Markus 6:34a
Ketika mendarat, Yesus melihat orang banyak berkerumun, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.

Ayat Bacaan: Mrk. 6:34a; 1 Ptr. 5:8; Luk. 12:32

Ketika Tuhan Yesus di bumi, Ia sering melihat manusia letih lesu dan tercerai-berai seperti domba yang tidak bergembala. Kondisi mereka yang demikian membuat hati Tuhan tergerak oleh belas kasihan. Tuhan Yesus bersimpati terhadap semua orang yang letih lesu seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Hari ini, sebagian besar manusia di bumi letih lesu dan berbeban berat. Pengangguran, kemiskinan, kelemahan, penyakit, terus datang bertubi-tubi, datang silih berganti. Tidak hanya itu, manusia juga tercerai-berai, tidak ada arah dan tujuan yang pasti, seperti domba yang tidak bergembala.
Apakah hari ini kita merasa letih lesu dan tercerai-berai tanpa arah yang pasti? O, Tuhan bersimpati dan membelaskasihani kita. Tuhan Yesus adalah gembala kita yang sejati. Ia sanggup memelihara dan merawat kita. Yang kita perlukan adalah datang dan bersandar kepada-Nya. Seekor domba tidak memiliki banyak kemampuan untuk bertahan sendirian. Jika kita berpikir bahwa kita ini serba bisa dan tidak perlu bergantung pada seseorang, kita salah besar. Kita perlu mengalami Kristus sebagai Gembala kita.
Agar bertumbuh dalam hayat ilahi dan sampai pada tujuan yang telah Allah tentukan bagi kita, kita harus mengetahui bagaimana menikmati Kristus sebagai Gembala kita. Apakah kita menyadari betapa kita memerlukan Dia untuk menjaga kita dari bahaya dan untuk memimpin kita ke padang rumput dan menemukan perhentian? Jika kita terpisah dari Gembala kita, maka Satan, yang berkeliling bagaikan singa itu siap untuk menyerang dan memangsa kita (1 Ptr. 5:8).
Saudara saudari, marilah kita membiarkan hidup kita dipimpin oleh Tuhan, Gembala kita, ke jalan yang terbaik bagi kita untuk mencapai sasaran Allah. Pimpinan-Nya akan membuat kita mengalami perubahan dalam hidup kita. Bahkan pimpinan-Nya membawakan pengasuhan, dan perlindungan bagi kita. Apabila hari ini kita senantiasa membiarkan Kristus memimpin kita maka pada saat kerajaan-Nya tiba, kita akan meraja bersama-Nya. Inilah pahala yang Allah sediakan bagi semua domba yang dengan setia mengikuti Kristus sebagai Gembala mereka (Luk. 12:32).

18 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 1 Sabtu

Keperluan Orang Mati
1 Korintus 15:22
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.

Ayat Bacaan: Mrk. 5:35-39; Ef. 2:1; Yoh. 11:25; 5:24; 1 Kor. 15:22

Dalam pandangan Allah, kondisi umat manusia bukan hanya telah menderita sakit dan hampir mati, terlebih lagi telah mati (Mrk. 5:35; Ef. 2:1). Setiap orang yang ingin mendapatkan keselamatan Tuhan tidak saja perlu mengakui dirinya adalah orang berdosa, tetapi juga perlu mengaku dirinya adalah orang mati. O, betapa kita memerlukan anugerah keselamatan Allah!
Dari sudut pandang Alkitab, perkara “mati” mengandung tiga makna rohani. Pertama, berarti kehilangan fungsi. Dipandang dari sudut rohani, sebenarnya manusia sudah mati, karena di hadapan Allah, manusia itu sama sekali tidak memiliki fungsi rohani. Kedua, mati berarti tidak ada perasaan. Manusia telah mati dalam dosa, sebab itu juga tidak mempunyai kepekaan terhadap Allah atau terhadap dosa. Ketiga, mati berarti lemah, tidak ada kekuatan. Hari ini manusia mudah sekali berbuat dosa, sama seperti air mengalir. Tetapi kalau manusia ingin berbuat baik, ingin mencari perkenan Allah, sepertinya lebih sulit daripada terbang ke luar angkasa. Sungguh mengerikan!
Bagaimanakah kondisi kita hari ini? Apakah ciri-ciri kematian seperti yang disebutkan di atas ada pada diri kita? Adakah jalan keluar? Ada! Tuhan berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh. 11:25). Yang kita perlukan bukanlah lebih banyak pengajaran, melainkan menerima hayat kebangkitan Kristus. Bagaimana mendapatkan hayat kebangkitan ini? Melalui firman-Nya. Hayat kebangkitan Kristus terkandung di dalam firman-Nya. Begitu firman-Nya ini menyentuh kematian di dalam kita, segera ada kekuatan hayat, kekuatan kebangkitan, yang dapat menelan kematian dan menghidupkan kita kembali (Yoh. 5:24).
Sebagai orang Kristen pun, seringkali batin kita harus sering dihidupkan oleh firman Tuhan. Mungkin pada pagi hari berdoa, lalu firman Tuhan datang; atau ketika membaca Alkitab, ada firman Tuhan datang; atau saat membaca buku rohani, ada firman Tuhan datang. Sebelum firman Tuhan datang, di dalam kita merasa tertekan, dan mati. Tetapi begitu firman Tuhan datang, batin kita segera hidup, sebab di dalam firman Tuhan ada Roh Tuhan, begitu menyentuh kita, kita pun hidup. Haleluya!

17 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 1 Jumat

Allah Dapat, Allah Mau, dan Allah Telah
2 Korintus 9:8
Lagi pula, Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai perbuatan baik.

Ayat Bacaan: Mrk. 9:21-23; 1:41; 11:23-24; 2 Kor. 9:8

Dalam Injil Markus tercantum tiga perkataan yang sangat menghibur, khususnya yang berkaitan dengan penyelamatan Allah bagi kita. Pertama ialah mengenai kekuatan Tuhan, kedua ialah kehendak Tuhan, dan ketiga ialah perbuatan Tuhan. Ketika seseorang menderita sakit, biasanya ia dipenuhi prasangka dan meragukan kekuatan Allah. Kekuatan bakteri seolah-olah lebih besar daripada kekuatan Allah. Tuhan menegur orang yang meragukan kekuatan Allah (Mrk. 9:21-23). Allah dapat menyembuhkan kita. Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! Masalahnya bukan Allah dapat atau tidak menyembuhkan kita, melainkan kita percaya atau tidak. Bila kita percaya, kita akan mengalami kuasa-Nya. Jadi, ketika kita menderita sakit, yang pertama harus kita lakukan ialah belajar menengadah kepada Tuhan dan berkata kepada-Nya, “Oh Tuhan, Engkau dapat!”
Kita percaya bahwa Allah memang dapat, tetapi bagaimana kita mengetahui bahwa Dia mau menyembuhkan kita? Kita tidak mengetahui kehendak-Nya. Jangan-jangan Tuhan tidak mau menyembuhkan kita. Kalau demikian halnya, apakah daya kita? Betapapun besarnya kekuatan Allah, apakah gunanya jika Dia tidak mau menyembuhkan kita? Namun dalam Markus 1:41, Tuhan berkata kepada seorang yang sakit kusta, “Aku mau, jadilah engkau tahir!” Allah kita bukan hanya “dapat”, tetapi “mau”. Hanya mengetahui bahwa Allah dapat, tidaklah cukup; kita harus pula mengetahui bahwa Allah mau.
Kemudian jika Allah mau menyembuhkan, tetapi Dia tidak berbuat sesuatu, tetaplah sia-sia. Dalam hal ini, kita perlu percaya. Apakah artinya percaya? Percaya tidak hanya berarti percaya bahwa Allah dapat dan Alah mau, tetapi juga percaya bahwa Allah telah melakukan, yakni Allah telah menggenapkan. Jika kita percaya bahwa kita telah menerima, maka hal itu akan diberikan kepada kita (Mrk. 11:23-24). Karena itu, iman yang sempurna tidak saja percaya bahwa Allah dapat dan Allah mau, bahkan percaya bahwa Allah telah melakukan sesuatu bagi kita. Kita perlu memiliki iman yang percaya bahwa kita “telah” menerima. Bila iman kita sudah menjamah fakta bahwa “Allah telah”, niscayalah penyakit kita segera berlalu.

16 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 1 Kamis

Jalan Kesembuhan bagi Orang yang Sakit dan Hampir Mati
Markus 5:23
Dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anak perempuanku sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”

Ayat Bacaan: Mrk. 5:23; Rm. 5:12; 6:23; Yes. 53:4-5; Mzm. 103:1-3

Dalam pandangan Allah, karena dosa, semua umat manusia adalah orang yang sakit dan hampir mati (Mrk. 5:23). Oleh karena dosa satu orang, maka dosa dan maut masuk ke dalam dunia (Rm. 5:12) dan telah menimpa semua orang. Walaupun semua orang tidak melakukan dosa seperti yang dilakukan Adam, namun karena Adam telah berbuat dosa dan mengalami kematian, maka keturunannyapun pasti akan bernasib sama (Rm. 6:23). Setelah ada dosa, maka ada kematian. Di antara dosa dengan kematian terdapat satu perkara yang kita sebut penyakit. Penyakit yang dialami oleh tubuh jasmaniah kita merupakan tanda atau lambang dari penyakit kita yang sebenarnya di hadapan Allah, yaitu dosa-dosa kita.
Yesaya 53:4-5 mengatakan, “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya (Kristus) dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,... dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (T.L.). Ketika Tuhan Yesus datang ke bumi, sebelum mati di atas salib, Ia sudah menanggung kesengsaraan kita dan memikul kelemahan kita. Ini berarti selagi Tuhan di bumi, Ia menganggap penyakit sebagai tanggungan atau urusan-Nya. Maka tidak saja Ia memberitakan Injil, Ia pun menyembuhkan penyakit, menguatkan orang yang lemah, menyembuhkan tangan yang mati, mentahirkan orang sakit kusta, menyuruh orang lumpuh bangun dan pulang ke rumahnya. Di bumi, ini Tuhan Yesus telah menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Dalam Mazmur 103:1-3 Daud berseru, “Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!” Mengapa? “Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!” Kebaikan apa? Daud menjelaskan bahwa kebaikan-Nya adalah, “Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu.” Artinya, karena jiwaku berdosa, maka tubuhku sakit. Tuhan telah mengampuni dosa-dosa jiwaku, sehingga penyakit tubuhku pun disembuhkan. Puji Tuhan, kedatangan-Nya adalah untuk membereskan dosa dan penyakit kita. Asal hari ini kita mau datang kepada-Nya dan mengakui dosa-dosa kita,kita akan disembuhkan oleh tangan-Nya.

15 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 1 Rabu

Dasar dan Teladan Bersaksi
Kisah Para Rasul 22:15
Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar.

Ayat Bacaan: Mrk. 5:1-20; Kis. 22:15; 1 Yoh. 4:14

Dasar kesaksian ialah apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar. Kita tidak dapat bersaksi atas perkara yang tidak kita lihat, kita juga tidak dapat bersaksi atas perkataan yang tidak kita dengar. Paulus telah melihat dengan matanya sendiri, dan mendengar dengan telinganya sendiri, sehingga dia bisa bersaksi. Menurut Satu Yohanes 4:14 kesaksian ini ialah “Kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.” Prinsipnya adalah apa yang kita lihat dan dengar, itulah yang kita persaksikan.
Syukur kepada Allah karena kita telah percaya kepada Tuhan Yesus, kita telah bertemu dengan Dia, dan menerima-Nya. Kita adalah orang yang telah diselamatkan, telah dilepaskan dari dosa, telah beroleh pengampunan, dan telah beroleh damai sejahtera. Dulu pikulan dosa sangat berat menekan kita, tetapi sekarang pikulan dosa yang berat itu telah dilepaskan. Sekarang, apakah yang seharusnya kita lakukan? Kita harus bersaksi. Ini tidak berarti kita harus berhenti bekerja dan menjadi penginjil, melainkan kita harus bersaksi atas apa yang kita lihat dan dengar kepada keluarga, teman-teman, dan semua orang yang kita kenal, dan membawa mereka ke hadapan Tuhan.
Perhatikanlah kesaksian ini kira-kira seratus tahun yang lalu, ada seorang Kristen yang bernama Harvey Page. Ia menyadari bahwa dirinya tidak memiliki karunia istimewa untuk membawa banyak orang kepada Tuhan. Ia pun tidak bisa melakukan pelayanan yang besar, ia hanya dapat memperhatikan satu orang demi satu orang. Kepada orang-orang itu ia hanya bisa berkata, “Aku telah diselamatkan, Anda juga harus diselamatkan.” Dengan tekun ia melakukannya; ia mendoakan dan menganjuri mereka terus-menerus, hingga satu per satu beroleh selamat. Sampai pada hari ia meninggal dunia, ia telah membantu lebih dari seratus orang untuk benar-benar percaya Tuhan. Saudara saudari, kita harus berdoa di hadapan Tuhan setiap hari, dan bila ada kesempatan, bersaksilah bagi Tuhan. Kita harus membarakan api Injil, dan “menyalakan” semua orang di sekeliling kita! Jika kita semua mau menjadi saksi-saksi Injil yang demikian dan membawa orang kepada Tuhan, tidak diragukan hayat rohani kita pasti akan bertumbuh dengan pesat.

14 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 1 Selasa

Bersaksi bagi Tuhan
Markus 5:19b
Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!

Ayat Bacaan: Mrk. 5:1-20; Rm. 10:14

Markus 5:1-20 mengisahkan seorang yang kerasukan sekelompok roh jahat. Ia tinggal di pekuburan, dan tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Bahkan rantai dan belenggu pun dapat diputuskannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Tetapi pada suatu hari, Tuhan Yesus mengusir roh-roh jahat itu keluar dari dirinya. Kemudian roh-roh jahat itu masuk ke dalam kawanan babi dan babi-babi itu pun akhirnya terjun ke dalam danau. Setelah menyelamatkan orang itu, Tuhan menyuruhnya pulang dan memberitahukan kepada orang-orang di kampungnya segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasnya dan bagaimana Tuhan telah mengasihani dia. Pengalaman orang itu merupakan gambaran pengalaman keselamatan kita.
Setelah kita menerima kasih karunia, Tuhan menghendaki kita memberitahukan kepada orang-orang dalam keluarga kita, kepada kerabat, teman, tetangga, atau teman kerja kita, bahwa kita telah beroleh selamat. Kita tidak saja harus memberitahukan kepada mereka bahwa kita telah percaya Yesus, terlebih lagi harus memberitahukan kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat Tuhan atas kita dan bagaimana Dia telah mengasihani kita. Tuhan menghendaki kita bersaksi kepada orang-orang di sekitar kita semua perkara yang telah kita alami. Kita perlu bersaksi bagi Tuhan supaya keselamatan tidak berhenti pada diri kita saja, melainkan dapat diteruskan kepada orang lain.
Sungguh disayangkan, dalam kebanyakan keluarga orang Kristen hari ini masih banyak jiwa yang menuju kebinasaan. Ada ayah, ibu, anak-anak, saudara-saudara, dan sahabat mereka yang masih belum pernah mendengar Injil Kristus. Mereka hanya memiliki kebahagiaan dalam kehidupan sekarang, namun tanpa pengharapan di alam yang kekal. Mengapa kita tidak memberi tahu mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atas kita? Mereka justru ada di dekat kita, kalau mereka saja tidak dapat mendengar Injil, lalu siapakah yang dapat mendengar Injil? (Rm. 10:14).

13 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 1 Senin

Berpegang Teguh pada Firman Allah
Wahyu 3:10a
Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang...

Ayat Bacaan: Mrk. 4:40; Why. 3:10a; Mzm. 119:89; 1 Ptr. 1:25

Bagi Kristus tidak ada ujian apapun yang terlalu besar. Bagi Kristus tidak ada ujian yang dirasakan terlalu sulit. Kalau kita mau berdiri di pihak Allah, berdiri di pihak iman, Iblis pasti tidak bisa berbuat apa-apa. Di dalam Markus Tuhan telah memerintahkan murid-murid-Nya bertolak ke seberang, karena itu seharusnya mereka bisa mencapai seberang. Jika itu perkataan kita maka tidak terhitung apa-apa. Tetapi karena itu adalah perkataan Tuhan maka kita dapat mempercayainya.
Tatkala Kristus yang tinggal di dalam kita membawa kita menghadapi ujian, siapakah sebenarnya yang diuji? Setiap kali ujian datang, itu bukan menguji kita, tetapi menguji Anak Allah yang ada di dalam kita. Ketika iman kita diuji, berarti Anak Allah diuji, kesetiaan Allah diuji. Setiap ujian yang datang kepada kita, sebenarnya untuk menguji apa yang bisa Kristus lakukan dan menguji sampai di mana kesetiaan Allah. Kalau kita di pihak Allah, maka kita akan berdiri di pihak firman Allah, kita berdiri di pihak yang berlawanan dengan situasi. Saudara saudari, inilah yang disebut iman, inilah yang disebut kemenangan.
Kristus adalah kemenangan kita. Tidak peduli Iblis berkata apa, kita selalu berkata bahwa Kristus dapat dipercaya, firman Allah dapat dipercaya. Inilah iman. Haleluya, Kristus telah menang! Haleluya, Allah itu setia! Haleluya, firman Allah dapat dipercaya! Saudara saudari, ingatlah, pengujian iman tidak akan berlangsung lama. Pada saat kita baru menang, pencobaan sangatlah banyak. Namun kalau iman telah diuji, orang lain akan mendapatkan faedah dari kita dan akan mendapatkan bantuan dari kita. Tidak hanya demikian, setelah iman kita diuji, Allah akan mendapat kepuasan, nama Allah pun akan dimuliakan.
Kita mudah sekali percaya pada pengalaman kita. Kita mengira, orang yang lemah seperti kita, yang gagal seperti kita, yang sering marah seperti kita, tidak mungkin bisa menang. Karena kita melihat pengalaman kita demikian, kita mengira firman Allah itu tidak benar. Tetapi saudara saudari, sebenarnya manakah yang lebih dapat dipercaya? Kalau kita berkata bahwa firman Allah dapat dipercaya, maka pastilah terjadi demikian. Firman Allah tetap teguh di surga (Mzm. 119:89), bahkan sampai selama-lamanya (1 Ptr. 1:25).

12 April 2008

Markus Volume 3 - Minggu 1 Minggu

Mengapa Kamu Begitu Takut?
Markus 4:40
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”

Ayat Bacaan: Mrk. 4:40; Mat. 8:26; 2 Ptr. 1:19; Kis. 16:5; 2 Tes. 2:15

Pada suatu malam, Tuhan menyuruh murid-murid-Nya bertolak ke seberang. Tiba-tiba mengamuklah topan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Ketika, itu Tuhan Yesus sedang tidur di buritan perahu dan murid-murid sangat ketakutan karena badai dan gelombang itu. Karena takut, murid-murid membangunkan Tuhan Yesus dan berkata kepada-Nya, “Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa?” Maka Tuhan pun bangun dan menghardik angin itu.
Setelah angin itu reda, Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, “Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk. 4:40). Dalam Matius 8:26, Tuhan berkata, “Hai kamu yang kurang percaya!” Saudara-saudari, seringkali kita juga demikian. Kita tidak percaya sehingga kita berdoa dengan gelisah. Tuhan memerintahkan murid-murid-Nya bertolak ke seberang, bukan pergi ke dasar laut. Karena itu, meskipun ada topan besar dan ombak tinggi seharusnya, tidak masalah; perahu itu tidak akan tenggelam. Kalau kita tidak percaya, begitu bertemu ujian, kita pasti langsung khawatir dan menyembunyikan diri. Namun kalau kita memiliki iman, begitu bertemu dengan ujian, kita masih bisa berdiri teguh (2 Ptr. 1:19; Kis. 16:5; 2 Tes. 2:15).
Asalkan kita memiliki penyertaan-Nya di dalam perahu kita, dengan beriman kepada-Nya (Mrk. 4:40), kita akan berbagian dalam perhentian-Nya dan menikmati damai sejahtera-Nya. Saudara-saudari, iman yang sejati adalah percaya firman Allah, tidak percaya pengalaman diri sendiri, tidak percaya perasaan diri sendiri, dan tidak percaya lingkungan yang gelap. Haleluya! Hanya firman Allah yang benar! Kalau situasi dan pengalaman kita sesuai dengan firman Allah, kita wajib memuji dan bersyukur kepada Allah! Namun kalau situasi dan pengalaman tidak sesuai dengan firman Allah, maka kita harus beriman bahwa hanya firman Allah saja yang benar. Apa saja yang berlawanan dengan firman Allah adalah palsu. Kalau kita berpegang kepada firman Tuhan, kita tentu tidak akan takut lagi menghadapi situasi apa pun di sekeliling kita.

11 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 4 Sabtu

Pentingnya Perkara Latihan dan Disiplin
Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Ayat Bacaan: Rm. 14:17; Why. 20:4, 6

Mengapa di dalam kehidupan kerajaan kita perlu latihan dan disiplin? Pada zaman ini kita perlu berlatih dan disiplin karena pada zaman yang akan datang, Kristus akan membuat semua kaum beriman pemenang meraja bersama dengan Dia seribu tahun lamanya (Why. 20:4, 6). Jangan mengabaikan perkara latihan dan disiplin. Menurut Wahyu 20:4 dan 6, setiap orang beriman pemenang akan menjadi raja dalam Kerajaan Seribu Tahun. Akan tetapi, lihatlah diri kita masing-masing. Apakah kita sudah seperti raja? Kalau Tuhan Yesus hari ini datang kembali dan menyuruh kita menjadi raja, bukankah kita akan kebingungan? Ini disebabkan kita masih tidak tahu bagaimana caranya menjadi raja. Kita belum siap memerintah sebagai raja!
Dalam kehidupan gereja hari ini, yang juga adalah realitas kerajaan Allah, kita perlu sekali menerima latihan-latihan untuk menjadi raja. Kita tentu pernah mendengar bahwa setiap raja Inggris sejak muda sudah dilatih menjadi raja. Dilahirkan sebagai raja masih tidak cukup; seorang raja harus melewati pelatihan dan pembentukan. Walaupun mungkin kita berpotensi menjadi seorang raja, tetapi jabatan raja tergantung pula pada latihan-latihan. Janganlah kendor atau sembrono. Kalau kita tidak mau dilatih dalam zaman ini, maka dalam zaman yang akan datang kita akan menerima pendisiplinan. Nasib kita adalah menjadi raja, maka cepat atau lambat, Tuhan pasti akan melatih kita untuk menjadi seorang raja; kalau bukan di zaman ini, tentu di zaman yang akan datang.
Kita mungkin selalu menganggap diri sendiri seperti malaikat, mengira diri sendiri baik dan hebat, padahal kondisi kita sangat kasihan. Kita memerlukan orang-orang di sekitar kita, entah itu pasangan kita, anak-anak kita, atau saudara saudari dalam gereja, dari berbagai sudut “memotret” kita. Ketika kita melihat potret itu, kita akan terkejut dan berkata, “Astaga, beginikah diriku? Aku tidak menyangka diriku begitu buruknya.” Puji Tuhan atas kedua aspek dari gereja ini. Kita sering mendengar orang banyak mengumumkan tentang gereja dengan mengatakan, “Puji Tuhan, aku berada di dalam rumah Tuhan!” Namun hari ini kita pun perlu berseru, “Haleluya, aku juga berada di dalam Kerajaan!”

10 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 4 Jumat

Kehidupan Gereja sebagai Realitas Kerajaan Allah
Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Ayat Bacaan: Rm. 14:17; Mrk. 4:30-34; Mat. 25:15-30; 1 Kor. 3:13-15; Ef. 2:19; 1 Tim. 3:15

Allah membenci penampilan luaran kerajaan yang telah berkembang secara abnormal (Mrk. 4:30-34), tetapi berkenan akan realitas kerajaan yang mencakup kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus (Rm. 14:17). Ketika kita hidup di dalam realitas kerajaan Allah, kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita akan menjadi karakteristik kehidupan kita sehari-hari. Agar memiliki realitas kerajaan, kita harus benar terhadap diri sendiri, harus memelihara damai sejahtera terhadap orang lain, dan harus memiliki sukacita bersama Allah.
Benar terhadap diri sendiri berarti tegas dan tidak beralasan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Selain itu, hubungan kita dengan orang lain harus dalam ruang lingkup damai sejahtera. Terhadap orang lain harus senantiasa mengejar damai, terus menerus mencari damai dengan mereka. Damai selalu berhubungan dengan kebenaran. Jika kita tidak memiliki kebenaran, kita tidak dapat memiliki damai sejahtera. Kalau ada kebenaran, maka damai sejahtera akan mengikuti. Terakhir, kita juga perlu dipenuhi dengan sukacita terhadap Allah di dalam Roh Kudus. Untuk memiliki kehidupan yang demikian, kita semua perlu berlatih setiap hari.
Gereja adalah masalah kasih karunia dan hayat, sedang Kerajaan adalah masalah latihan dalam zaman ini dan disiplin dalam zaman yang akan datang (Mat. 25:15-30; 1 Kor. 3:13-15). Dalam gereja, di satu pihak, kita menikmati kasih karunia dan mengalami hayat, sedang di pihak lain, kita mengalami sejumlah latihan. Allah telah mengatur banyak urusan kecil dalam kehidupan sehari-hari kita agar kita terlatih. Tanpa bantuan keadaan dan lingkungan sekitar, kita tidak dapat mengenal diri sendiri. Di satu aspek, gereja adalah rumah dan keluarga Allah (Ef. 2:19; 1 Tim. 3:15). Dalam rumah ini kita menikmati kasih karunia dan menerima suplai hayat. Namun, di aspek lain, gereja juga Kerajaan. Kerajaan berarti pemerintahan. Dalam gereja sebagai Kerajaan, kita harus belajar tunduk di bawah pimpinan dan kuasa Kristus sebagai Kepala. Hanya dengan latihan yang demikian kita akan memiliki kebenaran, damai, dan sukacita Roh Kudus.

09 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 4 Kamis

Bertumbuh ke Arah Kristus
Efesus 4:15
Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Ayat Bacaan: Mrk. 4:30-34; Ef. 4:15; Kol. 2:19; Yoh. 14:6; 17:17; Why. 3:8

Dalam aspek yang pribadi, setiap orang beriman seharusnya memperhatikan dan mengejar perkara pertumbuhan hayat. Bertumbuh dalam hayat merupakan tanggung jawab masing-masing kita setelah kita beroleh keselamatan. Di aspek yang lain, gereja sebagai realitas Kerajaan Allah hari ini juga perlu bertumbuh di dalam kasih ke arah Kristus, yang adalah Kepala melalui berpegang teguh kepada kebenaran (Ef. 4:15).
Dalam Markus 4:30-34, Tuhan menyampaikan perumpamaan mengenai biji sesawi yang kemudian bertumbuh menjadi pohon yang besar. Pohon besar di sini menggambarkan gereja yang bertumbuh, namun bertumbuh secara abnormal. Pertumbuhan ini bukan seperti yang dimaksud dalam Efesus 4:15, melainkan pertumbuhan yang membuat burung-burung (Iblis dan hal-hal jahat) bersarang di bawah naungannya. Gereja yang bertumbuh normal seharusnya menjadi rumah Allah dan bagi kenikmatan Allah, namun dalam perumpamaan ini gereja tidak bertumbuh secara tepat sehingga menjadi rumah/naungan bagi musuh Allah.
Bagaimana agar kita memiliki pertumbuhan yang tepat? Menurut Kolose 2:19, kita harus “berpegang teguh kepada Kepala”. Apakah arti berpegang teguh kepada Kristus sebagai Kepala? Artinya kita tidak bisa melepaskan diri dari Kristus. Jika kita benar-benar berpegang teguh kepada Kristus sebagai Kepala, kita tidak akan membiarkan diri kita dipisahkan dari-Nya oleh apa pun. Meskipun kita sudah beroleh selamat, tetapi dalam banyak hal kita masih di luar Kristus. Kita masih perlu dalam setiap hal bertumbuh ke dalam Kristus. Melalui hidup di dalam Kristus, kita menyerap kekayaan “tanah” itu ke dalam diri kita. Semakin banyak kekayaan Kristus yang kita serap, semakin kita bertumbuh. Penyerapan ini adalah berpegang kepada Kristus sebagai Kepala.
Agar memiliki pertumbuhan yang tepat, kita juga harus berpegang kepada kebenaran di dalam kasih (Ef. 4:15). Kristus adalah kebenaran (Yoh. 14:6). Firman Tuhan juga adalah kebenaran (Yoh. 17:17). Agar dapat bertumbuh secara tepat, kita harus berpegang kepada Kristus dan firman-Nya yang murni; menuruti firman Tuhan dan tidak menyangkal nama-Nya (Why. 3:8).

08 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 4 Rabu

Ditaburkan, Disiram, dan Bertumbuh
Markus 4:26-27
Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, ... , dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.”

Ayat Bacaan: Mrk. 4:26-29; 1 Kor. 4:15; Yoh. 3:5; 2 Ptr. 1:3-11; 1 Ptr. 1:23; 1 Kor. 3:6-7

Dalam Markus 4:26-29 kita mempunyai perumpamaan tentang benih. Kerajaan Allah adalah realitas gereja yang dilahirkan oleh hayat kebangkitan Kristus melalui Injil (1 Kor. 4:15). Kelahiran kembali merupakan pintu masuknya (Yoh. 3:5), dan pertumbuhan hayat ilahi di dalam kaum beriman merupakan perkembangannya (2 Ptr. 1:3-11). Penabur ini adalah Hamba-Penyelamat, yang adalah Putra Allah yang datang untuk menaburkan diri-Nya sebagai benih hayat di dalam firman-Nya (Mrk. 4:14; 1 Yoh. 3:9; 1 Ptr. 1:23) ke dalam hati manusia agar Ia bisa bertumbuh dan hidup di dalam mereka dan bisa diekspresikan dari dalam mereka.
Dalam 1 Korintus 3:6-7, Rasul Paulus berkata, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.” Benih itu sudah ditaburkan ke dalam kita pada saat kita dilahirkan kembali. Namun, tidak cukup hanya demikian. Benih itu masih perlu disiram dan menerima pertumbuhan dari Allah. Di sini diperlukan kerjasama antara manusia dengan Allah. Penyiraman yang terbaik bagi pertumbuhan benih ilahi di dalam kita adalah melalui kita menikmati firman. Firman Tuhan adalah “air” yang menyuplai hayat batiniah kita sekaligus membasuh bersih kita.
Pada zaman ini, tidak ada seorangpun yang tidak sibuk. Oleh karena itu, dalam mempergunakan waktu, kita harus sama seperti menggunakan uang, harus terlebih dahulu mengadakan perhitungan. Apabila hari ini roh kita tidak dilatih, persekutuan kita dengan Tuhan akan terganggu. Oleh sebab itu, bagian pertama dari waktu kita setiap hari harus kita gunakan di atas diri Tuhan dan firman-Nya. Setiap bangun pagi, perkara pertama yang kita lakukan ialah melatih roh kita, karena Tuhan ada di dalam roh kita. Kita dapat menyeru nama Tuhan dengan leluasa, lalu mengambil Alkitab kita dan berdoa dengan ayat-ayat yang kita baca. Demikian kita berlatih, seluruh diri kita akan dibasuh bersih oleh firman Tuhan dan roh kita mendapatkan perawatan. Penyiraman dan pembasuhan yang demikian setiap pagi akan membuat kita menjadi segar dan baru.

07 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 4 Selasa

Yang Mempunyai, Kepadanya akan Diberi
Markus 4:25
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

Ayat Bacaan: Mrk. 4:24-25; Mat. 13:15; 5:3

Bagi manusia pada umumnya, perkataan yang Tuhan Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya maupun kepada orang banyak merupakan suatu yang rahasia. Dia membicarakan mengenai perkara kerajaan dalam berbagai perumpamaan, namun banyak yang tidak memahaminya (Mrk. 4:12). Sejak Tuhan datang menaburkan benih firman-Nya sampai Ia datang kembali untuk menuai tuaian, segala sesuatu mengenai kerajaan merupakan misteri bagi pikiran alamiah. Hanya pikiran yang sudah diterangi dari hati yang patuhlah yang dapat memahami rahasia-rahasia tersebut.
Mengapa kita sulit memahami perkataan Tuhan? Matius 13:15 berkata, “Sebab hati bangsa itu telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka”. Apabila hati kita telah menebal, sulit sekali bagi kita untuk dapat memahami perkataan Tuhan. Hati yang menebal menunjukkan bahwa kita memiliki suatu kebanggaan atas sesuatu. Orang yang memiliki sesuatu untuk dibanggakan, cenderung menjadi keras kepala dan sombong. Inilah situasi yang sebenarnya pada orang-orang Farisi, juga situasi kebanyakan orang hari ini. Kita mungkin melihat pekerjaan Allah, namun tidak nampak; kita mendengar firman Allah, namun tidak mengerti. Akibatnya, hal-hal rohani menjadi tidak berarti bagi kita karena kesombongan kita.
Kesombongan dapat menyebabkan kita tidak nampak dan tidak mengerti. Kita harus mempelajari pelajaran pertama yang diberikan dalam konstitusi Kerajaan Surga: “Berbahagialah mereka yang miskin di dalam roh” (Mat. 5:3). Kapankala kita miskin di dalam roh, hati kita tidak akan sombong. Kita tidak akan menyombongkan apa pun. Sebaliknya hati kita akan dikosongkan dan siap untuk menerima sesuatu yang baru dari Tuhan. Kalau kita demikian, maka Tuhan akan dengan limpah mewahyukan perkara-perkara rohani kepada kita. Jadi, apakah kita dapat memahami firman Tuhan dan melakukannya, itu sangat bergantung pada bagaimana sikap kita dalam menerima firman tersebut.

06 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 4 Senin

Perhatikanlah Apa yang Kamu Dengar!
Markus 4:24
Lalu Ia berkata lagi, “Perhatikanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.”

Ayat Bacaan: Mat. 7:2; Luk. 6:38; Mrk. 4:24; Yes. 50:4; 1 Ptr. 2:2

Perkataan Tuhan tentang ukuran dalam Matius 7:2 dan Lukas 6:38, diterapkan pada cara kita memperlakukan orang lain. Namun di sini, dalam Markus 4:24, hal tersebut diterapkan pada cara kita mendengarkan perkataan Tuhan. Berapa banyak firman yang Tuhan bisa berikan kepada kita tergantung kepada ukuran pendengaran kita.
Tidak semua orang dapat “mendengar” firman Allah, karena untuk mendengar firman Allah tidak saja diperlukan pendengaran atau telinga jasmani, tetapi terlebih diperlukan pendengaran atau telinga rohani. Hanya memiliki pendengaran jasmani, tidaklah terhitung apa-apa. Yang terhitung adalah apabila kita memiliki pendengaran rohani, disamping pendengaran jasmani. Yesaya 50:4 mengatakan, “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” Kita perlu minta kepada Tuhan, agar setiap hari Ia mempertajam pendengaran rohaniah kita akan firman-Nya, mohon Dia menambahkan lebih banyak perkataan-Nya ke dalam kita. Hanya dengan jalan ini Tuhan dapat menambahkan diri-Nya ke dalam manusia batiniah kita.
Banyak orang Kristen berpikir bahwa bertumbuh berarti memiliki lebih banyak pengetahuan. Kita mungkin terdorong untuk memperoleh banyak pengetahuan. Namun 1 Petrus 2:2 memberitahu kita bahwa kita dapat bertumbuh oleh susu dari firman yang murni (Tl.). Kita seharusnya mendambakan susu firman yang murni sehingga olehnya kita dapat bertumbuh. Dalam bahasa Yunani, kata “firman” dalam frasa “susu dari firman yang murni” (Tl.) adalah logikos. Kata ini diturunkan dari kata benda logos (firman) yang berhubungan dengan pikiran, kemampuan-kemampuan yang rasional. Susu dari firman itu disampaikan melalui firman Allah untuk merawat manusia batiniah kita, yakni melalui pemahaman dari pikiran rasional kita. Walaupun demikian, susu firman itu akhirnya merawat roh kita, membuat kita menjadi rohani, sehingga cocok untuk pembangunan suatu rumah rohani bagi Allah.

Markus Volume 2 - Minggu 4 Minggu

Pelita yang Bersinar dalam Kegelapan
Mazmur 119:105, 130
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.

Ayat Bacaan: Flp. 2:15; Why. 1:20; 22:1-2; 21:11, 23-24; Mzm. 119:105; Yoh. 6:63

Dalam Markus 4:21-25 kita dapati perumpamaan tentang pelita yang memancarkan terang. Perumpamaan ini menyatakan bahwa pelayanan Injil Hamba-Penyelamat tidak saja menaburkan hayat ke dalam orang-orang yang Ia layani, tetapi juga membawakan terang kepada mereka. Karena itu, pelayanan Injil yang sedemikian ini menghasilkan kaum beriman sebagai bintang-bintang (Flp. 2:15) dan gereja-gereja sebagai kaki dian (Why. 1:20), yang bersinar di dalam zaman yang gelap ini sebagai kesaksian-Nya. Pada akhirnya, kesaksian ini akan menjadi sempurna di dalam Yerusalem Baru, kota yang penuh dengan hayat dan terang (Why. 22:1-2; 21:11, 23-24).
Dalam Mazmur 119:105, firman Tuhan diumpamakan sebagai pelita. Orang yang berjalan dalam kegelapan perlu ada pelita untuk menerangi langkahnya. Firman Alkitab terhadap kita juga berfungsi demikian. Untuk dapat berjalan di zaman yang gelap ini, kita memerlukan pelita surgawi yang menerangi setiap langkah kaki kita, supaya kita tidak salah jalan dan tidak terjerumus ke dalam lubang. Terang pelita surgawi ini dipancarkan melalui firman dalam Alkitab. Kalau kita sering membaca Alkitab, menyimpan firman Alkitab di dalam hati kita, maka firman Tuhan tersebut akan menjadi terang bagi jalan kita. Setiap waktu, menurut keperluan kita, firman Alkitab akan menerangi langkah kaki kita, sehingga kita tidak berjalan di dalam kegelapan.
Bagaimanakah agar firman Tuhan yang kita baca dapat menjadi pelita dan menjadi terang bagi jalan kita? Esensi dari firman Tuhan adalah roh dan hayat (Yoh. 6:63). Amsal 20:27 mengatakan bahwa roh manusia merupakan pelita Tuhan. Karena itu firman Tuhan tidak hanya untuk dipahami oleh pikiran kita, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita dapat menjamah hayat yang terkandung di dalam firman Tuhan dengan menggunakan roh insani kita. Kita harus belajar melatih roh kita untuk mengontak Tuhan melalui membaca dan berdoa dengan firman-Nya. Saudara saudari kekasih, mulai hari ini, marilah kita semua setiap hari sekuatnya melatih roh kita. Jika kita melakukan hal ini, kita akan mengalami penerangan batini dari Kristus sebagai terang kita.

04 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 3 Sabtu

Hati yang Menumbuhkan Benih Hayat Ilahi
Markus 4:20
Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.

Ayat Bacaan: Mrk. 4:8, 20; Yes. 5:2; Mzm. 65:11

Tanah yang baik menunjukkan hati yang baik, yang tidak dikeraskan oleh lalu lintas duniawi, yang tidak ada dosa yang tersembunyi, dan yang tidak ada kekhawatiran dunia, serta tipu daya kekayaan. Hati yang sedemikian, setiap jengkalnya merupakan tempat bagi tertampungnya firman, agar firman itu dapat bertumbuh, berbuah dan bahkan menghasilkan buah seratus kali lipat (Mrk. 4:8, 20). Hati yang baik adalah hati yang tidak ada lalu lintas duniawi, tidak berbatu-batu, dan tidak ada semak duri. Tidak ada dosa yang tersembunyi, egois, nafsu atau daging, dan tidak ada kekhawatiran dunia atau tipu daya kekayaan. Hati yang demikian adalah tanah yang baik yang menumbuhkan Kristus, yang menumbuhkan kerajaan.
Yesaya 5:2 mengatakan bahwa dalam menggarap kebun anggur, petani perlu mencangkul dan membuang batu-batunya. Hanya hati lemah lembut yang dapat membuat firman Allah bertumbuh dan berbuah. Mazmur 65:11 mengatakan, “Engkau mengairi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya, dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya; Engkau memberkati tumbuh-tumbuhannya.” Hati yang baik adalah hati yang telah dibajak seluruhnya sehingga menjadi lembut terhadap Tuhan. Terhadap firman Allah, kita mempercayai setiap kata, mengaminkan setiap kata. Bagaimana firman Allah mengatakan, kita bisa membuat diri kita sesuai dengan firman Allah. Jika kita memiliki hati sedemikian, maka firman Allah dapat bertumbuh dan berbuah di dalam kita, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat (Mrk. 4:20).
Kerajaan Allah hanya dapat bertumbuh di atas tanah yang baik. Kerajaan tidak dihasilkan oleh pekerjaan kita, tetapi hanya dihasilkan oleh pertumbuhan Kristus di dalam kita. Jika kita dengan ketat menanggulangi dosa, dunia, dan kekuatiran hidup, maka semua perkara yang menduduki kita akan disingkirkan dari diri kita. Hasilnya, hati kita akan menjadi tanah yang baik dan murni. Hati yang baik bekerja sama dengan benih hayat ilahi yang ditabur ke dalamnya untuk bertumbuh dan menghasilkan buah secara spontan bagi ekspresi Allah.

03 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 3 Jumat

Hati yang Penuh Kekuatiran
Markus 4:18-19
Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

Ayat Bacaan: Mrk. 4:18-19; 1 Yoh. 2:16; Flp. 4:6-7; 1 Kor. 10:13; 1 Ptr. 5:7

Tanah yang ditumbuhi oleh semak duri melambangkan hati manusia yang dipenuhi dengan kekuatiran dunia ini, tipu daya kekayaan, dan keinginan-keinginan duniawi (Mrk. 4:18-19; 1 Yoh. 2:16). Kekuatiran, tipu daya kekayaan, dan keinginan duniawi pada akhirnya akan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Kita harus memperhatikan apa yang dikatakan oleh Injil Markus 4:19. Tuhan tidak berkata, karena berdosa maka tidak bisa berbuah; tetapi Tuhan berkata bahwa “kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain”, bisa membuat orang tidak berbuah. Asal ada sedikit saja kekhawatiran dunia, itu sudah cukup membuat kita tidak berbuah. Asal ada sedikit keinginan duniawi, itu sudah cukup membuat kita tidak berbuah.
Ada orang, setelah lulus dari perguruan tinggi, khawatir tentang pernikahan atau menabung uang untuk membeli sebuah rumah. Orang tua mungkin khawatir tentang merawat anak-anak mereka. Kekhawatiran-kekhawatiran ini berhubungan dengan kehidupan kita hari ini. Jika hati kita dipenuhi dengan kekhawatiran, bagaimanakah Kristus dapat bertumbuh dalam kita? Supaya Kristus dapat bertumbuh di dalam kita, maka kita harus memberikan ruang bagi-Nya di dalam hati kita. Jangan biarkan hati kita dikuatirkan oleh hal-hal lain. Tetapi, marilah kita belajar berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal (Flp. 4:6). Setiap hari, kita perlu belajar berkata, “O Tuhan Yesus, singkirkan kekuatiranku. Aku mengasihi-Mu. Tuhan, bertumbuhlah dalamku.”
Allah memelihara dan menjaga kita, Dia juga memberi kita jalan keluar dari pencobaan (1 Kor. 10:13). Mengenai pemeliharaan Allah terhadap kaum beriman, 1 Petrus 5:7 mengatakan, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Kita boleh menyerahkan segala kekuatiran kita kepada Allah karena Dialah yang memelihara kita. Hasilnya, meskipun kita mungkin memiliki banyak masalah dan kekuatiran, tidak ada satupun yang akan mengganggu kita, karena damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (Flp. 4:7).

02 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 3 Kamis

Hati yang Dangkal
Markus 4:16-17a
Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja.

Ayat Bacaan: Mrk. 4:5-6; Mat. 6:6; Gal. 5:22

Tanah yang dangkal tidak dapat menumbuhkan benih firman hayat dengan baik. Hal ini disebabkan oleh setidaknya tiga hal: tanahnya tipis, tanaman tidak dapat berakar, dan tanahnya berbatu-batu (Mrk. 4:5-6). Tanahnya tipis berarti tanahnya tidak banyak, tidak dalam; yang dia miliki hanya sedikit itu saja. Orang Kristen yang tanahnya tipis, ketika mendengarkan pemberitaan firman sepertinya mudah sekali menerima setiap kata, nampaknya sangat mengerti, bahkan mudah sekali menyampaikan kepada orang lain dan bersaksi kepada orang lain.
Orang yang dangkal juga mudah kehilangan kebenaran yang ia dengar, membantah kebenaran yang ia dengar, membongkar apa yang telah dia beritahu kepada orang lain. Orang yang demikian mudah kenyang, juga mudah lapar; mudah gembira, juga mudah sedih; mudah gairah, juga mudah dingin; mudah tertawa, juga mudah mengucurkan air mata. Orang yang demikian kerohaniannya dangkal, hidup di dalam emosi, hidupnya mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Begitu kita menjumpai ujian, kita segera mundur, segera layu, itu membuktikan bahwa kita adalah orang yang tanahnya tipis; karena begitu matahari terbit menyinari kita, kita segera layu dan kering.
Penyebab kedua adalah tidak berakar. Akar mengacu kepada kehidupan yang tersembunyi. Siapa saja yang di hadapan Tuhan tidak ada akar, hayatnya pasti kering. Siapa saja yang pada aspek rohani tidak ada kehidupan yang tersembunyi, yang seluruhnya terungkap di depan manusia, adalah orang yang tidak berakar (Mat. 6:6). Kalau hidup kita tidak berakar, begitu matahari terbit, kita pasti segera jatuh. Kalau akar kita tidak dalam, kita pasti akan gagal.
Penyebab yang ketiga, di bawah tanah yang tipis itu masih ada batu-batu. Batu-batu ini menghalangi pertumbuhan akar. Batu-batu di sini melambangkan adanya dosa-dosa yang tersembunyi, juga kekerasan diri sendiri. Kita harus mohon Tuhan menerangi kita, agar kita nampak seberapa besar batu di dalam kita. Begitu Dia menerangi kita, janganlah beralasan atau bergumul dengan-Nya, melainkan marilah kita segera mengakui dan membereskan satu per satu dosa-dosa itu, sehingga hayat di dalam kita terus bertumbuh dan menghasilkan buah (Gal. 5:22).

Markus Volume 3 - Minggu 3 Minggu

Jalan untuk Melakukan Perintah Allah
Markus 7:7-8
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, karena ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan dan adat istiadat manusia kamu pegang.

Ayat Bacaan: Mrk. 7:7-8; 1 Sam. 15:22; Kol. 3:4; Flp. 4:13; Gal. 2:20

Banyak orang mungkin merasa takut akan perintah Allah, atau agak kurang senang mendengar perintah Allah. Kita harus tahu, bahwa kita wajib melakukannya tidak saja ketika Allah memberi perintah kepada kita, bahkan kita wajib mencari perintah Allah itu. Mencari perintah Allah berarti memikirkan Allah, dan itulah tandanya bahwa seseorang mengasihi Allah. Markus 7:7-8 menegaskan kepada kita bahwa perintah Allah tidak boleh diabaikan demi melakukan adat istiadat atau tradisi kita. Di pandangan Allah, melakukan perintah-Nya jauh lebih penting daripada mempersembahkan kurban apa pun (1 Sam. 15:22).
Hari ini siapa di antara kita yang dapat mengatakan bahwa ia telah melakukan semua perintah Allah yang diketahuinya? Yang tidak diketahui, tidak usah dikatakan, tapi yang sudah diketahui, sudahkah dilakukan? Ketahuilah bahwa memegang perintah Allah juga berarti dengan sukacita mencari perintah-perintah-Nya. Memegang adat istiadat manusia tidak terhitung apa pun di hadapan Tuhan. Hanya melakukan perintah-Nya, menuruti perkataan-Nyalah yang Tuhan perhatikan dalam kehidupan kita (Mrk. 7:7-8).
Mungkin kita bertanya, “Bagaimanakah agar saya dapat melakukan perintah Allah? Bukankah perintah Allah itu sulit untuk dilakukan?” Jika kita bersandar kekuatan diri sendiri, mustahil kita dapat melakukan perintah Allah. Kita dapat melakukan perintah Allah hanya apabila kita bersandar pada hayat-Nya di dalam kita. Puji Tuhan! Allah tidak hanya menuntut kita melakukan perintah-Nya, tetapi juga memberi kita suplai hayat, memberi kita kekuatan untuk melakukan perintah-Nya. Tanpa terlebih dulu menerima dan menikmati suplai hayat-Nya, tidak ada seorang pun yang mampu melaksanakan perintah Allah, bahkan sebuah perintah yang terkecil sekalipun!
Saudara saudari, kita patut bersyukur karena Kristus adalah hayat kita (Kol. 3:4). Asalkan kita menyeru nama-Nya dan membiarkan firman-Nya tinggal di dalam kita, maka di dalam kita segera timbul kekuatan untuk melakukan perintah-Nya. Oleh hayat inilah kita dapat menanggung segala perkara (Flp. 4:13), sebab bukan lagi kita yang melakukan, melainkan Kristus (Gal. 2:20).

01 April 2008

Markus Volume 2 - Minggu 3 Rabu

Hati yang Dikeraskan oleh Lalu Lintas Duniawi
Markus 4:15
Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.

Ayat Bacaan: Mrk. 4:15; 2 Kor. 3:16

Tanah yang di pinggir jalan merupakan daerah tepi dari suatu bagian ladang yang dekat dengan jalan raya. Karena letaknya yang begitu dekat dengan jalan raya, ia dengan mudah dikeraskan oleh lalu lintas jalan itu. Tanah di pinggir jalan ini melambangkan hati yang dikeraskan oleh lalu lintas duniawi. Karena kesibukan kita, seringkali hati kita menjadi keras karena terlalu dekat dengan lalu lintas dunia hari ini. Akibatnya benih firman bukan hanya tidak dapat menembus hati kita, tetapi juga dimakan / dirampas oleh burung-burung yang melambangkan si jahat (Mrk. 4:15).
Tatkala kita mendengarkan firman Tuhan diberitakan dalam sebuah perhimpunan ibadah, bagaimanakah respon kita terhadap firman itu? Kalau kita jujur, kita dapat bersaksi bahwa seringkali firman itu tidak dapat menembus hati kita, tidak menyentuh kita, tidak menerangi kita, atau justru malah membosankan kita. Mengapa demikian? Ini dikarenakan hati kita telah diduduki oleh perkara-perkara di luar Allah. Pada saat yang bersamaan mungkin kita sedang memikirkan pekerjaan, usaha, atau keluarga kita sehingga tidak ada ruang lagi untuk perkara-perkara rohani.
Dalam penyelamatan Allah, pembaruan hati adalah sekali untuk selamanya. Namun dalam pengalaman, hati kita diperbarui terus-menerus, karena hati kita mudah berubah. Boleh jadi saat kita diselamatkan, hati kita berpaling dengan kuat kepada Allah. Tetapi setelah sejangka waktu, hati kita mungkin agak menjauhi Dia. Setidaknya pada taraf tertentu, hati kita menjauh. Kemudian oleh belas kasihan Allah, hati kita sekali lagi berpaling sepenuhnya kepada Dia. Melalui persekutuan dengan seorang beriman, melalui datang ke dalam persekutuan, atau melalui sarana anugerah lain, hati kita kembali kepada Tuhan. Ketika hati kita menjauhi Dia, sedikit banyak hati kita telah tertutup dan terselubung. Tetapi ketika kita kembali kepada Tuhan, hati kita diperbarui. Kita perlu berkata, “Tuhan, aku bersyukur karena belas kasihan-Mu, Engkau telah menjamah hatiku dan memalingkannya kembali kepada-Mu.” Berpaling kepada Tuhan adalah ciri khas pertama dari hati yang telah diperbarui (2 Kor. 3:16).