Hitstat

30 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Selasa

Berkuasa Dalam Hayat Melalui Kasih Karunia
Roma 5:17
Sebab, jika karena pelanggaran satu orang, maut telah berkuasa melalui satu orang itu, maka terlebih-lebih mereka, yang telah menerima kelimpahan anugerah dan karunia kebenaran, akan hidup dan berkuasa karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Rm. 8:2; 16:20; Yoh. 1:16

Di dalam Roma 5 kita diberitahu bahwa kasih karunia memerintah kepada hayat yang kekal dan orang-orang yang telah menerima kelimpahan kasih karunia ini dapat memerintah di dalam hayat. Kita memerintah di dalam hayat sebagai seorang raja untuk menaklukkan musuh-musuh dan memerintah atasnya. Musuh-musuh utama kita adalah dosa, maut, dan Iblis (Rm. 8:2; 16:20). Dosa adalah perwujudan sifat jahat Iblis di dalam daging kita, dan kasih karunia adalah Allah di dalam Kristus terwujud di dalam roh kita. Di dalam daging kita memiliki “raja dosa” dan di dalam roh kita memiliki “raja kasih karunia.”
Bila kita dipenuhi dengan kasih karunia baru kita dapat mengalami pemerintahan kasih karunia. Bila kasih karunia memerintah, maka dosa, maut, dan Iblis akan takluk dan berada di bawah kaki kita, dan kita akan menjadi raja-raja di dalam kasih karunia. Sewaktu kasih karunia memerintah di dalam kita, kita memerintah di dalam hayat. Kapan saja kita dipenuhi dengan kasih karunia, kasih karunia ini akan mengalir dan memerintah. Kemudian oleh kasih karunia ini kita akan memerintah di dalam hayat atas dosa, maut, dan Iblis. Kita bukan hanya dibebaskan dari tiga musuh utama ini, melainkan kita juga memerintah atas mereka. Kita perlu datang kepada sumber ilahi dan membuka diri kita sendiri dari kedalaman diri kita supaya dipenuhi dengan Allah sebagai kasih karunia. Untuk dipenuhi, kita perlu memohon Tuhan menyingkirkan semua sekatan dan penghalang. Kita perlu berdoa, “Tuhan, aku rela agar setiap halangan disingkirkan. Aku ingin menjaga diriku selalu terbuka kepada-Mu. Tuhan, penuhi aku sepenuhnya dengan diri-Mu sendiri sebagai kasih karunia.” Di mana saja kita berada, di tempat pekerjaan, di sekolah, maupun di dalam mobil kita, tetaplah terbuka kepada Tuhan supaya dipenuhi dengan Dia sebagai kasih karunia.
Dosa, maut, dan Satan masih sedang bekerja di dalam kita. Tetapi jika kita datang kepada sumber surgawi dan membuka diri kita sepenuhnya untuk dipenuhi dengan kasih karunia, maka kita akan memerintah di dalam hayat atas mereka. Inilah kebutuhan kita hari ini di dalam kehidupan gereja.

Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah. (Yoh. 1:16)

29 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 2 Senin

Kasih Karunia Berkuasa Melalui Pembenaran
Roma 5:21
supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian anugerah (kasih karunia) akan berkuasa melalui pembenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Ayat Bacaan: Rm. 1:17; Rm. 5:17

Kasih karunia memerlukan satu alat, satu sarana untuk berkuasa. Alat ini, sarana ini, adalah kebenaran Allah. Kebenaran Allah adalah tumpuan, dasar, dan sarana Allah untuk menyalurkan diri-Nya kepada kita sebagai kasih karunia. Kebenaran ini memberi kita kedudukan untuk menuntut Kristus sebagai kasih karunia kita. Dengan memberikan kasih karunia kepada manusia, Allah menyatakan kebenaran-Nya (Rm. 1:17). Tidak hanya demikian, kuat kuasa kasih karunia ini juga bekerja di dalam batin kita, menghasilkan kebenaran yang subyektif, membuat kita benar terhadap Allah, terhadap orang lain, dan terhadap diri kita sendiri.
Kebenaran selalu menemani kasih karunia. Tidak ada seorang suami yang bisa benar terhadap istrinya, jika ia tidak memiliki kasih karunia. Sebaliknya, tidak ada seorang istri yang benar terhadap suaminya, jika ia tidak memiliki kasih karunia. Hanya ada semacam istri atau suami yang benar, yaitu istri atau suami yang mendapatkan kasih karunia. Begitu kita mendapatkan kasih karunia, kasih karunia itu menjadikan kita benar terhadap suami atau istri. Pernah, seorang suami yang telah bertahun-tahun dinasihati orang-orang agar memperlakukan istrinya dengan baik, namun dia tak pernah insyaf. Pada suatu malam, ketika dia percaya Tuhan, dia mendapatkan kasih karunia, maka sikapnya terhadap istrinya pun berubah.
Berdasarkan kuasa kasih karunia, kekuatan kasih karunia, dan hayat kasih karunia, baru kita dapat benar terhadap Allah, terhadap orang, dan terhadap diri sendiri. Kasih karunia menghasilkan kebenaran. Kebenaran adalah hasil kasih karunia yang tertinggi. Kebenaran dan kasih karunia selalu bergan-dengan. Di mana ada daging, di sana juga ada kasih karunia; dan di mana ada kasih karunia, di sana juga ada kebenaran yang dihasilkan. Setiap orang yang mendapatkan kasih karunia adalah benar. Karena kasih karunia, kita ini lebih benar daripada orang lain. Kita bukannya benar karena diri kita sendiri, melainkan karena kasih karunia. Bahkan kita boleh bermegah bahwa orang-orang dalam gereja lebih benar daripada orang-orang lain. Mereka itu benar dikarenakan mendapatkan kasih karunia. Puji Tuhan!

... supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dialah Allah yang benar dan hidup yang kekal. (1 Yoh. 5:20)

28 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Minggu

Membawa Banyak Putra ke dalam Kemuliaan
Ibrani 2:10-11
Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan – juga menyempurnakan Perintis yang memimpin mereka kepada keselamatan melalui penderitaan... Ia tidak malu menyebut mereka saudara.

Ayat Bacaan: Ibr. 2:10-11; Kis. 13:33; 1 Ptr. 1:3

Ibrani 2:10 mengatakan bahwa Allah akan membawa banyak putra ke dalam kemuliaan. Ayat ini menunjukkan bahwa kita sedang berada dalam perjalanan untuk dimuliakan, karena sekarang Bapa sedang memimpin kita ke dalam kemuliaan. Ayat 11 memperlihatkan cara Bapa membawa banyak putra ke dalam kemuliaan. Dia yang akan menguduskan kita adalah Kristus sebagai Putra sulung Allah, dan orang-orang yang sedang dikuduskan adalah kaum beriman di dalam Kristus sebagai banyak putra Allah. Mengatakan bahwa Dia dan kita semua berasal dari satu itu mengacu kepada Bapa sebagai sumber. Putra sulung dan banyak putra Allah lahir dari Bapa yang sama di dalam kebangkitan (Kis. 13:33; 1 Ptr. 1:3). Karena itu, Putra sulung dan banyak putra memiliki satu sumber, satu hayat, satu sifat, dan satu esens. Karena Dia, Putra sulung, dan kita, banyak putra, adalah sama di dalam hayat dan sifat ilahi, maka Dia tidak malu menyebut kita saudara. Kristus tidak menguduskan kita dengan menyetel kita secara luaran atau pun dengan membuat kita serupa dengan peraturan-peraturan luar tertentu. Sebaliknya, Dia menguduskan kita dengan esens yang kudus di dalam kita. Hari ini Kristus adalah Roh kekudusan, esens kekudusan ilahi yang sedang bekerja secara organik di dalam diri kita. Dia menguduskan kita dengan menjenuhi kita dengan esens kudus ini.
Semakin lama kita tinggal di dalam kehidupan gereja, semakin banyak peresapan dan penjenuhan yang akan kita terima. Adakalanya, saat kita datang bersidang, kita merasa tidak mendapatkan sesuatu. Namun sebenarnya tanpa kita sadari, melalui firman-Nya, esens kudus ilahi terus menjenuhi kita. Kita tidak dapat menanggalkan kembali apa yang telah dilakukan Allah di dalam kita. Dengan berada di dalam kehidupan gereja selama sejangka waktu, kita telah berada di dalam sebuah “klinik” di mana kita telah menerima satu “suntikan.” Setelah menerima “suntikan” ini, kita mungkin menyesal bahwa elemen kekudusan telah disuntikkan ke dalam kita. Esens kudus ini akan menguduskan dan membatasi kita dalam banyak hal. Tetapi sudah terlambat untuk menyesal. Apapun yang kita lakukan, esens kudus Allah yang telah disuntikkan ke dalam kita itu akan tetap tinggal bersama kita. Haleluya!

…maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. (2 Kor. 3:18b)

27 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Sabtu

Segala Sesuatu Bekerja untuk Mengubah Kita
Roma 8:28
Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.

Ayat Bacaan: Rm. 8:28-29

Allah bukan hanya bekerja di atas diri kita dari dalam, melainkan Dia juga turut bekerja sama dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Karena pekerjaan-Nya ini, akhirnya kita akan diserupakan kepada gambar Putra Allah. Setiap orang di dalam Yerusalem Baru akan menjadi gambar Putra Allah. Ini adalah pekerjaan Allah, bukan pekerjaan kita. Untuk menggenapkan hal ini, maka Dia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mengubah kita secara metabolik.
Kita dapat memakai teh sebagai satu ilustrasi. Misalnya kita memiliki secangkir air yang jernih. Untuk mengubah air jernih menjadi air teh, maka daun-daun teh harus dimasukkan ke dalam air itu. Kemudian esens teh akan bekerja di dalam air itu untuk “mentehkan” air itu. Melalui proses “pengetehan” ini, air itu akan memiliki penampilan dan rasa teh. Kita adalah secangkir air yang jernih. Allah telah menuangkan Kristus, “teh” surgawi ke dalam kita, dan elemen organik dari “teh” ini menimbulkan satu perubahan metabolik di dalam hayat alamiah kita. Hari demi hari Kristus mengubah kita dengan esens-Nya.
Sering kali di dalam gereja kita bisa dengan mudah berselisih dengan saudara saudari. Tetapi ingatlah bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia. Jika kita mengasihi Allah, tidak peduli bagaimana rumit dan kacaunya perkara-perkara yang kita alami, semuanya pasti akan tertenun dalam kasih, sehingga mendatangkan kebaikan bagi kita. Sebaliknya, jika kita tidak nampak tangan Allah, kita akan merasa setiap orang di sekitar kita tidak ada yang benar. Saat itu, selain kita jengkel dan gusar, tidak ada kebaikan apapun yang kita dapatkan. Di sini kita harus nampak, semua kejadian yang kita alami akan membina kita di luar pengetahuan dan kesadaran kita. Allah merombak kita, bahkan merombak kita dengan hebat melalui berbagai kesulitan. Dengan kata lain, tatkala kesulitan-kesulitan menimpa diri kita, bahkan nyaris menjatuhkan kita, kasih karunia-Nya selalu membantu kita untuk mengatasinya, sehingga batin kita mengalami penyusunan-Nya.

...di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. (Ef. 4:15)

26 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Jumat

Pengubahan dan Pemuliaan
Kol. 3:4
...kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
2 Kor. 3:18
...kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya,..

Ayat Bacaan: Rm. 3:21-8:39; 12:1-15:13; 2 Kor. 3:16-18

Konsep sentral dari kitab Roma bukanlah pembenaran oleh iman, melainkan bahwa Allah sedang membuat putra-putra dari orang-orang dosa untuk membentuk Tubuh, ekspresi Kristus. Sasaran Allah bukanlah pembenaran; melainkan Tubuh. Di dalam kitab Roma ada bagian-bagian tentang pembenaran (3:21-5:11), pengudusan (5:12-8:13), dan pemuliaan (8:14-39). Juga ada bagian tentang pengubahan (12:1-15:13). Di Roma 8:30, Paulus tidak menyinggung tentang pengudusan atau pengubahan karena keduanya telah tercakup di dalam bagian pemuliaan. Karena alasan ini, maka tidak ada bagian yang terpisah-pisah di dalam kitab ini. Di dalam ayat ini Paulus mengatakan bahwa kita telah ditakdirkan dan dipanggil oleh Allah. Sebelum dunia dijadikan, Allah telah menandai kita. Kemudian, di dalam waktu, Dia memanggil kita. Ketika Allah memanggil kita, Dia membenarkan kita. Melalui pembenaran Allah, masalah-masalah kita dengan-Nya telah dipecahkan. Namun, ini bukan berarti bahwa pembenaran adalah tanda akhir dari pemberesan Allah terhadap kita. Setelah pembenaran, kita masih perlu dikuduskan, diubah, dan akhirnya dimuliakan. Pengubahan adalah suatu perubahan metabolik yang batini, dan organik, berhubungan dengan pertumbuhan kita dalam hayat.
Dalam 2 Korintus 3:16-18 ada lima butir yang menunjukkan bagaimana kita diubah. Pertama, hati berbalik kepada Tuhan. Kedua, selubung diambil. Ketiga, Tuhan adalah Roh itu. Keempat, di mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan. Akhirnya, kita diubah melalui mencerminkan dan memantulkan kemuliaan Tuhan. Cara agar unsur ilahi terus-menerus ditambahkan ke dalam kita adalah melalui kita memandang dan memantulkan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Itulah sebabnya kita perlu berpenyegaran pagi setiap hari. Selanjutnya, setelah penyegaran pagi, sepanjang hari kita masih perlu memandang dan memantulkan Tuhan melalui mendoabacakan firman dan merenungkannya. Pada saat kita memandang dan memantulkan Dia, kita menerima unsur ilahi yang menghasilkan pengubahan. Puji Tuhan! Hari demi hari Kristus terus mengubah kita dengan unsur ilahi-Nya.

Tetapi apabila hati seseorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari orang itu. (2 Kor. 3:16)

25 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Kamis

Diserupakan dengan Gambar Putra Allah
Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula,...ditentukan-Nya...untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Ayat Bacaan: Rm. 8:14,16-17; Yoh. 8:28-29, 14:10; 1 Yoh. 3:10

Roma pasal delapan membicarakan tentang anak-anak Allah, putra-putra Allah, dan ahli-ahli waris Allah (ay 16, 14, dan 17). Setelah kelahiran kembali, kita menjadi anak Allah, namun kita masih perlu diserupakan dengan gambar Putra Sulung Allah (Rm. 8:29), agar pada tahap yang lebih maju kita menjadi putra-putra Allah. Bagaimanakah kita dapat diserupakan dengan gambar Putra Sulung Allah? Pertama-tama kita harus memahami bagaimana Putra sulung Allah hidup di bumi. Putra Sulung Allah adalah Manusia Allah. Sebagai seorang manusia, setiap hari Dia berada di bawah bayang-bayang salib, menyangkal dan menyalibkan diri-Nya sendiri. Yang dikatakan-Nya tidak dikatakan dari diri-Nya sendiri dan yang dilakukan-Nya tidak berasal dari kesenangan-Nya sendiri melainkan menurut kehendak Bapa (Yoh. 8:28-29; 14:10).
Hari ini, kita sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, adalah putra-putra Allah. Tetapi, hidup kita belum serupa dengan putra-putra Allah. Apakah kita hidup serupa dengan seorang putra Allah atau tidak, tergantung pada apakah kita hidup di bawah bayang-bayang salib atau tidak. Jika kita ingin mengalami diserupakan dengan gambar Putra Allah, kita perlu setiap hari diserupakan dengan kematian-Nya. Sudahkah kita mati terhadap diri sendiri ketika berhadapan dengan istri, suami, atau anak-anak kita? Ini bukanlah perihal kesabaran. Kita tidak perlu berusaha sebaik mungkin untuk bersabar; kita hanya perlu mati. Untuk itu kita perlu senantiasa berdoa. Semakin berdoa, kita semakin tahu bagaimana caranya mati terhadap diri sendiri. Ketika kita mengalami perlakuan yang tidak baik, kita dapat berkata, “O, Tuhan, Amin.” Tetapi sebaliknya jika kita membalasnya, di dalam pengalaman yang subyektif, kita bukan menjadi putra-putra Allah, tetapi putra-putra si jahat (1 Yoh. 3:10) dan kehidupan kita menjadi ekspresi putra-putra si jahat. Jika kita hidup de ngan cara ini, bagaimana mungkin Kristus menjadi yang Sulung di antara kita? Betapa kita perlu diselamatkan dari ego untuk mengemban penampilan putra-putra Allah! Saudara-saudari, setiap hari kita perlu menuntut untuk mempunyai pengalaman penyerupaan dalam kehidupan kita.

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Flp. 3:10).

24 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Rabu

Diselamatkan dalam Hayat dari Ego
Roma 5:10
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya.

Ayat Bacaan: Mat. 6:6, 16:22-24

Sumber dari segala perpecahan adalah ego. Iblis adalah realitas dari ego. Sebagaimana Kristus adalah perwujudan dan ekspresi Allah, maka ego adalah perwujudan dan ekspresi Iblis.Setiap manusia lahir dengan ego dan di dalam ego. Bahkan saat kita mengasihi, seringkali apa yang kita ekspresikan bukanlah Kristus, melainkan ego kita. Di mata Allah, se seorang yang secara alamiah mengasihi, memiliki esens yang sama dengan seseorang yang secara alamiah membenci. Asalkan kita alamiah, kita sedang mengekspresikan ego. Ego gemar menonjol, gemar disanjung dan disegani. Sekalipun amarah dan nafsu daging adalah buruk, tetapi yang paling merusak kita dalam pertumbuhan hayat kita ialah ego. Pertumbuhan yang sejati di dalam hayat ialah melalui menyangkal ego. Matius 16 menceritakan, meskipun Petrus menyatakan kasihnya kepada Tuhan, tetapi di mata Allah, pada saat itu Petrus adalah Iblis, karena kasihnya itu bersumber dari egonya. Karena itulah Tuhan berkata kepada Petrus, ”Enyahlah Iblis” (Mat.16:23).
Di atas salib, Kristus telah menghakimi ego; namun kita perlu melaksanakan penghakiman ini secara subyektif di dalam pengalaman kita. Kaum saleh yang gemar memamerkan dan menonjolkan ego tidak akan dapat bertumbuh dalam hayat. Berdoa tanpa membiarkan orang lain tahu adalah menyangkal ego dan itu berarti kita sehat dan sedang bertumbuh. Namun bila kita ingin orang lain tahu berapa banyaknya kita berdoa, berarti kita sedang berada di dalam ego kita dan tidak bertumbuh. Kita harus membunuh ego kita dalam melakukan perbuatan kebenaran, dan hidup oleh hayat Bapa kita yang tersembunyi (Mat. 6:6). J.N Darby berkata, ”Hanya yang hidup mengarah kepada Kristus dalam batin, baru dapat hidup bagi Kristus pada lahirnya. Jika tidak, semua aktivitas di lahir hanya membuat kita kehilangan Kristus dan menyuburkan diri sendiri.” Entah kita memberikan bantuan kepada kaum saleh, berdoa, berpuasa, atau melakukan sesuatu untuk menyenangkan Allah, kita harus berusaha sebisanya untuk melakukannya secara tersembunyi. Jika kita hidup oleh hayat Bapa kita yang tersembunyi, kita akan melakukan banyak perkara tanpa memamerkannya dan diselamatkan dalam hayat dari ego kita.

Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya... (Mat. 16:24)

23 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Selasa

Menerima Semua Orang Percaya
Roma 15:7
Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.
Roma 5:10
....lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hayat-Nya! (Tl.)

Ayat Bacaan: Mat. 15:1-11; Kol. 2:16-17

Di dalam Roma pasal empat belas Paulus membereskan dua perbedaan, yaitu mengenai makan dan menyelidiki hari-hari. Makan adalah mengambil makanan masuk ke dalam kita supaya makanan itu menjadi bagian kita, dan menyelidiki suatu hari adalah mengikuti liturgi atau peraturan yang di luar. Perbedaan di antara orang Kristen pada hari ini seringkali menyangkut hal-hal yang mereka ambil dan berhubungan dengan liturgi-liturgi dan peraturan-peraturan di luar yang mereka selidiki yang membuat mereka terpecah-belah.
Ketika Tuhan Yesus hidup di muka bumi, Dia pun pernah menghadapi orang-orang Farisi dan ahli Taurat Yahudi yang mempertanyakan mengapa murid-murid-Nya melanggar adat istiadat nenek moyang mereka (Mat. 15:1-11). Tuhan Yesus menjawab “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Saudara saudari, kita perlu waspada terhadap elemen perpecahan di dalam kita. Kita tidak boleh memaafkan perpecahan, ataupun mengambil kesempatan untuk menjadi terpecah belah. Fokus kita hari ini bukanlah memperhatikan praktek apapun, melainkan memperhatikan apakah orang-orang yang datang kepada kita itu orang Kristen sejati atau bukan. Ingatlah bahwa dasar kita menerima orang-orang Kristen tidak lain adalah Kristus sendiri; sasaran kita adalah menjadi satu dengan semua orang Kristen yang sejati; dan keesaan adalah pendirian kita di dalam pemulihan gereja-Nya. Karena itu Paulus berkata, ”...jangan biarkan orang menghakimi kamu mengenai makanan dan minuman...hari raya,..ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan...sedangkan wujudnya ialah Kristus” (Kol.2:16-17).
Semoga kita bisa nampak Kristus sebagai wujud dari segala sesuatu, dan diselamatkan dari sifat lama kita dengan segala unsur perpecahannya. Hari ini kita semua sudah bersatu di dalam Kristus. Batas-batas kebangsaan sudah terhapus, perbedaan telah lenyap. Kita perlu berdoa agar Tuhan mengaruniakan pertumbuhan hayat yang sejati kepada kita, supaya kita terhindar dari segala bentuk perpecahan.

Dalam hal ini tidak ada lagi orang Yunani atau orang Yahudi…,orang Barbar atau orang Skit,... tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu (Kol. 3:11).

22 November 2010

Roma Volume 4 - Minggu 1 Senin

Diselamatkan dalam Hayat dari Perpecahan
Roma 14:3
Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu.

Ayat Bacaan: Rm. 14:2; Gal. 3:27-28

Di abad pertama ada beberapa orang yang makan sayuran saja dan yang lainnya makan semuanya (Rm. 14:2). Jika kita hidup pada zaman Rasul Paulus, apakah dasar penerimaan kita terhadap saudara saudari? Paulus mengatakan bahwa dasar kita menerima kaum beriman adalah penerimaan Allah (Rm. 14:3). Allah menerima seseorang menurut Putra-Nya. Jika seseorang percaya bahwa Yesus adalah Putra Allah yang mati di kayu salib bagi dosa-dosanya, maka Allah pun segera menerima dia.
Standar penerimaan kita tidak seharusnya lebih sempit daripada Allah. Namun masalahnya, di dalam diri kita ada elemen perpecahan. Itulah sebabnya, orang Kristen yang makan sayuran saja tidak menerima orang-orang yang makan apa saja dan sebaliknya. Sikap yang demikian menimbulkan perpecahan, yang lebih buruk dari pada individualisme. Individu berarti suka menyendiri tetapi perpecahan adalah suatu tindakan agresif yang memecah belah, melalui membentuk kelompok-kelompok tertentu. Suka membicarakan kelemahan atau kekurangan orang lain adalah salah satu contoh bentuk tindakan aktif yang memecah belah. Kita perlu merasa takut dan gentar dalam setiap perkara yang dapat menimbulkan perpecahan.
Diselamatkan dari perpecahan, adalah perkara diselamatkan di dalam hayat. Untuk ini, kita perlu bertumbuh dalam hayat, yaitu mengalami bertambahnya kadar Kristus sebagai hayat di dalam kita. Jalannya adalah dengan menyisihkan waktu untuk berkontak dengan Tuhan melalui fi rman-Nya selama minimal lima belas menit setiap pagi. Selama waktu ini, jangan berdoa untuk masalah kita, tetapi datang pada Tuhan, meminta Tuhan agar menyelidiki dan menerangi situasi kita di dalam terang-Nya. Saat kita diterangi, kita akan menyadari semua kekotoran kita, lalu kita perlu mengakui segala dosa yang disingkapkan oleh terang-Nya. Mengaku dosa adalah jalan terbaik bagi pertumbuhan hayat yang sejati. Semakin banyak keadaan diri kita yang ditanggulangi oleh Tuhan, semakin banyak pula elemen-elemen Kristus yang tergarap ke dalam kita. Semakin besar perawakan Kristus di dalam kita, semakin kita tidak mudah terpecah belah.

Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus … kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal. 3:27-28).

20 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 4 Minggu

Membiarkan Kristus Hidup di dalam Kita
Galatia 2:19
Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus

Ayat Bacaan: Gal. 2:19

Di dalam Galatia 2:19 Paulus berkata, “Aku telah disalibkan bersama dengan Kristus.” “Aku” yang dibicarakan di dalam ayat ini adalah pikiran, emosi, dan tekad kita. Kita mungkin tahu doktrin “aku” telah disalibkan bersama dengan Kristus dan mungkin memproklamirkan hal ini dengan berani, tetapi kita masih saja tetap kuat di dalam pikiran, emosi, dan tekad kita. Selama kita membiarkan “aku” ini menang, Tuhan Yesus akan tersisih di dalam kita. Jika kita membuang Tuhan Yesus dengan cara ini, maka perkara diselamatkan di dalam hayat-Nya hanyalah akan menjadi satu doktrin belaka bagi kita. Dia tidak akan menjadi yang hidup di dalam kita; sebaliknya, si “aku” ini yang akan terus hidup.
Seluruh maksud Tuhan tidak lain, ialah agar kita memberikan kesempatan yang mutlak kepadaNya untuk hidup di dalam kita. Yang Tuhan kehendaki adalah kita sepenuhnya menghentikan kegiatan kita sendiri, kemudian menjadikanNya sebagai hayat kita, hidup demi Dia, hidup bersama Dia. Lupa-kanlah segala sesuatu. Lupakanlah kegairahan, kerajinan, baik atau buruk. Bersatulah dengan Tuhan di dalam kita. Kita mengerti, mengenal, dan tahu dengan mutlak, bahwa hari ini Tuhan Yesus ada di dalam kita. Dia adalah hayat kita. Dia adalah Tuhan kita. Dia adalah pribadi kita. Dia adalah Allah kita. Dia adalah kesabaran, kerendahan hati, kasih, dan tenaga kita. Dialah segala sesuatu kita.
Saudara-saudari yang terkasih kita perlu bertobat, mengaku satu dosa: “Ya Tuhan, sudah bertahun-tahun aku tahu, bahwa Engkau hidup di dalamku. Tapi aku tidak hidup demi Engkau. Aku tidak melakukan dosa kejahatan. Namun aku pun tidak hidup demi Engkau. Aku selalu hidup demi diriku sendiri. Ya Tuhan, di dalamku Engkau tidak dapat keluar, karena aku tidak hidup demi Engkau, tidak hidup bersama-Mu. Aku tetap aku, Engkau tetap Engkau. Aku tidak membiarkan Engkau menjadi hayatku. Ya Tuhan, ampunilah aku. Sekalipun kelihatannya aku tidak bersalah, aku tidak marah-marah kepada suamiku atau aku tidak bersalah kepada istriku, tapi sesungguhnya dalam hidupku tidak ada Tuhan. Aku tidak hidup demi Tuhan.”

Bahwa kamu telah mati terhadap dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (Rm.6:11b)

19 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 4 Sabtu

Diselamatkan dalam Hayat dari Individualisme
Roma 12:4-5a
Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, ...demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus.

Ayat Bacaan: Rm. 12:4-5a

Tidak ada seorangpun di antara kita yang secara alamiah suka untuk menjadi satu dengan orang lain. Maksud Allah bukanlah untuk mendapatkan satu kelompok kaum beriman yang individu. Sebaliknya, adalah untuk membangun Tubuh bagi penggenapan tujuan-Nya. Agar tujuan ini dapat dilaksanakan, maka kita perlu diselamatkan dari individualisme. Untuk itu perlu ada satu proses penyingkapan yang panjang, khususnya di dalam perkara individualisme kita. Untuk dibangunkan bersama, kita perlu disingkapkan dalam hubungannya dengan pikiran, emosi, dan tekad alamiah kita. Sekali kita disingkapkan, kita perlu menaklukkan batin kita kepada Tuhan dan Dia akan leluasa untuk hidup di dalam kita. Kemudian hayat ilahi akan menyelamatkan kita dari menjadi individu. Bila kita diselamatkan di dalam hayat-Nya, maka kita akan menjadi Tubuh dan anggota-anggota seorang akan yang lainnya. Kiranya Tuhan memiliki belas kasihan-Nya kepada kita agar kita dapat melihat perlunya kita diselamatkan di dalam hayat-Nya dari individualisme bagi pembangunan Tubuh.
Ketika Adam mengambil buah pohon pengetahuan baik dan jahat, dia menjadi merdeka terhadap Allah. Alkitab juga mengatakan pada kita bahwa manusia menjadi merdeka satu dengan yang lainnya. Sifat merdeka ini berakar dalam kita, menyebabkan kita menjadi individualistik. Ketika kita membaca Alkitab, kita ingin membacanya menurut cara kita sendiri. Jika orang lain tidak mau mengikuti cara kita, kita akan membacanya sendiri atau sama sekali tidak membacanya. Dalam melayani Tuhan juga sama. Hari ini, banyak orang Kristen melayani Tuhan, namun mereka melayani Tuhan dengan merdeka. Mengapa? Ini berhubungan dengan individualisme kita.
Kita harus berdoa, “Tuhan, aku tidak memiliki keyakinan di dalam diriku sendiri. Aku memandang-Mu untuk belas kasihan-Mu. Aku menempatkan diriku sendiri di dalam tangan-Mu supaya Engkau dapat bekerja di dalam Aku. Tuhan, jagalah aku di atas mezbah dan jagalah aku senantiasa terbuka kepada-Mu. Demi pembangunan-Mu, lakukan apa saja yang Engkau dambakan terhadap pikiran, emosi, dan tekadku.”

Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani (1 Ptr. 2:5a)

18 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 4 Jumat

Diselamatkan dalam Hayat dari Alamiah
Roma 12:2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Ayat Bacaan: Rm. 8:28

Selain diselamatkan dari dosa dan dunia, kita perlu diselamatkan di dalam hayat dari alamiah. Ini berarti bahwa kita perlu dipengubahan. Kita bukan hanya memerlukan satu perubahan yang di luar, melainkan juga satu perubahan yang di dalam. Perubahan yang di dalam ini disebut pengubahan. Satu elemen yang baru, elemen yang ilahi, kudus, surgawi, harus ditambahkan kepada elemen alamiah kita untuk menghasilkan satu perubahan metabolik, perubahan organik. Hasil dari perubahan ini adalah pengubahan.
Misalnya seseorang dengan wajah pucat memakai make up pada wajahnya untuk memperbaiki warna wajahnya. Perubahan yang demikian adalah yang di luar/lahiriah; ini mutlak bukan hasil dari pengubahan yang di dalam. Cara yang paling baik untuk memperbaiki warna wajah kita bukanlah dengan memakai make up melainkan dengan makan makanan yang bergizi. Makanan ini akan membuat satu perubahan organik yang akhirnya akan memperbaiki warna wajah kita. Cara Allah itu berbeda. Pertama-tama, Dia tidak memperhatikan penampilan lahiriah kita, melainkan memperhatikan apa adanya kita secara organik. Perubahan ini adalah pengubahan. Dengan pengubahan yang di dalam, maka penampilan lahiriah kita akan berubah.
Seorang hamba Tuhan, Witness Lee pernah bersaksi demikian, “Kadang-kadang saya dicobai untuk menjadi tidak sabar terhadap kelambatan saudara-saudara atau terhadap kesalahan yang mereka buat di bawah kedaulatan Tuhan. Pada waktu demikian, Roh yang berhuni mengingatkan bahwa semuanya ini adalah bagi pengubahan saya.” Segala sesuatu bekerja sama bagi pengubahan kita. Marilah kita menempatkan diri kita ke dalam tangan pengubahan Allah dan membiarkan Dia mengerjakan pekerjaan pengubahan-Nya di dalam kita. Kita yang telah menikah, memiliki istri atau suami yang kita perlukan untuk pengubahan kita. Semua orang yang kekasih di dalam kehidupan gereja diperlukan untuk pengubahan kita. Tuhan itu berdaulat, dan kita harus menyembah Dia untuk kedaulatan-Nya. Dia tidak pernah salah. Kita perlu pengubahan ini supaya diselamatkan dari alamiah kita.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28a)

17 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 4 Kamis

Pengudusan dalam Hayat
Roma 6:22
Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.

Ayat Bacaan: Rm. 6:22

Kita diselamatkan di dalam hayat Kristus bukan hanya dari dosa saja melainkan juga dari dunia. Keselamatan ini akan membawa kita kepada pengudusan (Rm. 6:22). Pengudusan yang dimaksudkan bukanlah pengudusan posisi yang di luar melainkan pengudusan watak yang di dalam. Dikuduskan berarti diselamatkan dari keadaan yang umum atau duniawi. Berdasarkan sifatnya kita semua umum dan duniawi. Bukan saja tindak tanduk dan tingkah laku lahiriah kita harus dipisahkan dari dunia, tetapi bahkan watak kita, diri kita, juga harus dipisahkan.
Dalam hal membeli sepasang sepatu, kita mungkin berhati-hati untuk tidak membeli sebuah sepatu dengan model yang duniawi. Namun, jika kita hanya melihat modelnya saja, kita mungkin dikuduskan dalam hal membeli sepatu saja, tetapi ini bukanlah pengudusan yang batini oleh hayat. Untuk dikuduskan secara batini oleh hayat dalam hal membeli sepatu, kita harus meletakkan pikiran kita di atas roh, berdoa kepada Tuhan, bertanya kepada-Nya sepatu yang bagaimanakah yang Dia inginkan kita pakai. Jika kita mengontaki Tuhan dengan cara ini, maka pengurapan yang di dalam akan mengajar kita sepatu mana yang harus dibeli. Dengan demikian kita akan membeli sepatu itu bukan menurut petunjuk atau konsep agama, melainkan menurut hayat batini.
Pengudusan yang batini ini juga akan mempengaruhi cara kita menata rambut kita. Mengenai panjang atau model rambut kita, kita harus berdoa, “Tuhan Yesus, bagaimana dengan rambutku? Tuhan, aku memperhatikan Engkau dan hukum Roh Hayat-Mu. Tuhan, Engkau hidup di dalamku. Dalam perkara rambutku, aku ingin bekerja sama dengan hukum Roh Hayat ini.” Jika kita berdoa dengan cara ini, maka kita akan dikuduskan secara watak dan kita akan tahu bagaimana seharusnya kita memotong rambut. Jangan memperhatikan tentang pujian orang lain atau kritikan mereka. Sebaliknya, perhatikan saja hukum Roh Hayat yang ada di dalam kita. Pada akhirnya pengudusan watak akan membawa lebih banyak hayat kepada kita. Karena itu, marilah kita berlatih di dalam setiap perkara berkontak dengan Tuhan, membiarkan hukum Roh Hayat bekerja di dalam kita, maka kita akan semakin dikuduskan.

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. (Rm. 12:2a)

16 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 4 Rabu

Diselamatkan di dalam Hayat dari Dosa
Roma 8:2
Sebab Hukum Roh hayat memerdekakan kita di dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 7:23; 8:2, 6

Semua hal negatif seperti amarah, hawa nafsu dan kesombongan berhubungan dengan hukum dosa. Inilah yang menyebabkan kita tidak dapat mengalahkan amarah kita. Sebab di dalam kita ada satu hukum tertentu yang secara otomatis membuat kita marah. Hukum ini adalah hukum dosa. Hukum ini secara otomatis membuat kita berbuat dosa. Sebagai contoh semua orang Kristen tahu bahwa mereka tidak boleh berdusta, tetapi secara fakta banyak orang Kristen yang hidup dengan berpura-pura / berdusta.
Karena itu, banyak ahli filsafat besar, khususnya para pemikir etika Cina, berusaha untuk menaklukkan hukum ini. Mereka membicarakan tentang peperangan di antara prinsip dan hawa nafsu. Ini adalah yang ditunjukkan Paulus di dalam Roma 7:23: “tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.” Apa yang ditunjukkan mereka sebagai prinsip adalah hukum kebaikan dan hawa nafsu adalah hukum dosa yang membawa masuk maut ke dalam kita. Dengan usaha kita sendiri, kita tidak akan mampu menaklukkan hukum dosa ini. Satu-satunya jalan untuk dibebaskan dari hukum ini adalah dengan jalan yang diwahyukan di dalam Roma 8:2: “Hukum Roh hayat memerdekakan kita di dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (Tl.).”
Hari ini keperluan kita adalah bekerja sama dengan Hukum Roh hayat melalui meletakkan pikiran di atas roh. Ketika amarah atau hal negatif lainnya bangkit di dalam kita, janganlah berusaha untuk menekannya. Sebaliknya, palingkan pikiran kita, diri kita, kepada roh perbauran dan serulah nama Tuhan Yesus. Pikiran yang diletakkan di atas roh adalah hayat. Hayat ini memiliki satu hukum, satu fungsi spontanitas, yang membebaskan kita dari hukum dosa dan hukum maut. Dengan meletakkan seluruh diri kita di atas roh, kita dengan spontan akan menerapkan hayat ilahi di dalam kita kepada situasi kita, dan kita akan dibebaskan. Bila kita dibebaskan dari hukum dosa dengan cara ini, maka kita akan merasakan bahwa kita berada di surga dan bahwa dosa ada di bawah kaki kita. Puji Tuhan atas hukum Roh Hayat ini!

Karena pikiran diletakkan di atas daging adalah maut, tetapi pikiran diletakkan di atas Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (Rm. 8:6, Tl.)

15 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 4 Selasa

Diselamatkan di dalam Hayat-Nya
Roma 5:10
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan di dalam hayat-Nya (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 5:10; 7:18b-19, 24a; Ibr. 11:1

Dalam Roma 5:10 Paulus berkata tentang “diselamatkan oleh hayat-Nya” (Tl.). Keselamatan yang disebutkan di dalam ayat ini bukanlah keselamatan dari neraka atau penghakiman Allah, tetapi adalah keselamatan sehari-hari dari semua perkara negatif yang ada di dalam kita, seperti amarah, watak, kesombongan diri, hawa nafsu atau iri hati.
Misalkan perihal amarah. Betapa lemahnya manusia menghadapi amarahnya! Meskipun amarah itu sesuatu yang remeh, tetapi orang yang menganggap bahwa dirinya dapat mengalahkannya, ternyata tidak sanggup. Siapakah yang bertekad tidak ingin marah, segera bisa menjadi tidak pernah marah? Bukankah kita sering marah-marah, dan kemudian menyesal? Bahkan sering pula kita berjanji pada diri sendiri tidak akan marah-marah lagi, tetapi kita tidak dapat menepatinya sewaktu timbul sesuatu perkara yang menjengkelkan. Contoh yang lain adalah hawa nafsu kita. Dapatkah kita mengalahkannya? Sudah pasti kita merasa tidak sanggup. Meskipun kemauan kita kuat, tetapi hawa nafsu itu lebih kuat. Pada waktu hawa nafsu kita menggelora, kemauan kita tak sanggup menindasnya. Akal budi kitapun tak dapat mengalahkannya. Bahkan seringkali hidup kita dikendalikan dan dikuasai sepenuhnya oleh hawa nafsu, sehingga dengan tanpa disadari kita telah melakukan hal-hal yang tak terpuji.
Pada akhirnya kita semua akan mengakui: “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat… Aku manusia celaka!” (Rm. 7:19, 24a). Siapakah yang sanggup menyelamatkan kita dari semua perkara negatif ini? Bagi manusia adalah mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil. Kita tak dapat, tapi Allah dapat. Dan hayat Allah yang dapat ini ada di dalam kita, sehingga kita bisa mengalami hayat yang menang setiap hari. Bagaimana caranya? Pertama kita perlu mengakui diri kita tidak mampu dan tidak berusaha untuk mampu. Kedua kita harus sepenuhnya percaya bahwa Allah mampu. Sebab iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat (Ibr. 11:1).

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. (Flp. 2:12a)

14 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 4 Senin

Pembenaran untuk Hayat
Roma 5:18
Sebab itu, sama seperti melalui satu pelanggaran banyak orang beroleh penghukuman, demikian pula melalui satu perbuatan kebenaran, banyak orang beroleh pembenaran untuk hidup.

Ayat Bacaan: Kej. 1:26; 2:7-9; 3:24; Rm. 5:18

Tujuan Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya adalah supaya manusia dapat menjadi ekspresi Allah di dalam alam semesta ini (Kej. 1:26). Itulah sebabnya setelah penciptaan, Allah segera menempatkan manusia di depan pohon hayat, supaya manusia dapat memakan buah dari pohon hayat dan menerima Allah sebagai hayatnya (Kej. 2:7-9). Namun manusia tidak memakan buah dari pohon hayat. Sebaliknya manusia justru memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat se- hingga manusia jatuh di dalam dosa dan telah melanggar tuntutan kebenaran Allah. Akibatnya jalan kepada pohon hayat itu ditutup (Kej. 3:24). Manusia tidak lagi memiliki kesempatan untuk menerima Allah sebagai hayatnya. Tetapi hari ini kita semua perlu bersyukur kepada Tuhan. Sebab melalui kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib, Dia telah menebus segala dosa manusia dan memenuhi tuntutan kebenaran Allah, sehingga jalan kepada pohon hayat kembali terbuka. Puji Tuhan!
Dalam Adam kita semua telah mewarisi dosa. Tetapi hari ini di dalam Kristus kita telah menerima pembenaran (kebenaran Kristus). Inilah yang dimaksudkan Paulus di dalam Roma 5:18, “…demikian pula melalui satu perbuatan kebenaran, banyak orang beroleh pembenaran untuk hayat (Tl.).” Tujuan Allah dalam membenarkan kita adalah membuat kita dapat menikmati hayat-Nya. Ketika kita percaya kepada-Nya, Dia menjadi kebenaran bagi kita, dan kita dibenarkan oleh Allah. Dan karena kebenaran inilah, hayat Allah masuk ke dalam kita, melakukan pekerjaan hayat untuk menelan maut di dalam roh, jiwa, dan tubuh kita, sehingga seluruh diri kita dihidupkan. Karena itu, pembenaran adalah dari hayat, bagi hayat dan menghasilkan hayat.
Sebagai orang yang telah menerima hayat Allah ini, marilah kita belajar hidup menurut Roh itu dalam roh kita, dan mengambil Firman Allah sebagai roh dan hayat untuk perawatan kita. Setiap hari kita perlu membaca Alkitab sebagai buku yang penuh hayat, roh, perawatan rohani dan penerangan rohani. Dengan demikian Allah akan memiliki jalan untuk memperhidupkan diri-Nya sendiri melalui kita.

Orang benar akan memiliki hayat dan hidup oleh iman (Tl.). (Rm. 1:17b)

13 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 3 Minggu

Meletakkan Pikiran di atas Roh Melalui Berdoa
Roma 8:6
...meletakkan pikiran di atas roh adalah hayat dan damai sejahtera (Tl).
1 Tesalonika 5:17
Tetaplah berdoa.

Ayat Bacaan: Rm. 8:1-3; 9-10

Untuk meletakkan diri kita di atas roh perbauran, maka kita perlu berdoa. Betapa mudahnya kita dialihkan dari Roh ilahi di dalam roh kita! Pikiran kita mudah sekali tertarik pada hal-hal lain. Karena itu, kita perlu berdoa, terutama bukan meminta Tuhan melakukan hal-hal bagi kita, tetapi supaya Dia menjaga pikiran kita senantiasa diletakkan di atas roh. Yakinlah, Tuhan akan merawat kita dan akan melakukan segala sesuatu bagi kita. Maka, dalam berdoa kita tidak boleh diduduki oleh kebutuhan-kebutuhan kita. Sebaliknya, berdoalah untuk berhubungan dengan Dia yang hidup di dalam roh kita. Semakin kita terus berkontak dengan-Nya, semakin kita akan menikmati Dia. Jangan berdoa tentang keperluan kita akan kasih atau ke-sabaran. Pengalaman kita membuktikan bahwa semakin kita berdoa tentang hal-hal itu, semakin kita akan dialihkan dari roh perbauran dan semakin kurang kita tinggal di dalam Kristus. Kita seharusnya hanya memuji Tuhan bahwa Dia itu adalah kasih kita, kesabaran kita, dan segala sesuatu kita. Bila kita memuji Dia dengan cara ini, mengumumkan betapa baiknya Tuhan itu, maka dengan spontan apakah kita menyadarinya atau tidak, kasih dan kesabaran akan mengalir keluar dari kita. Orang lain akan terkejut pada perubahan di dalam kita. Mereka tidak akan melihat hasil usaha kita yang sementara, tetapi akan melihat Kristus sebagai Roh pemberi hayat yang diperhidupkan dari diri kita. Semakin kita meletakkan pikiran di atas Dia yang hidup di dalam roh kita, semakin Dia akan memperhidupkan diri-Nya sendiri dari diri kita. Inilah kehidupan Kristen. Inilah jalan kepada kehidupan yang kudus dan menang. Marilah kita melupakan sistem dan metode dan sebaliknya berpaling kepada Persona yang hidup di dalam kita dan meletakkan pikiran kita di atas-Nya. Dia sedang menunggu kita melakukan hal ini. Inilah jalan untuk tinggal di dalam Dia.
Salah satu cara yang terbaik untuk berpaling kepada Kristus adalah dengan memuji Tuhan. Satu Tesalonika 5:16-18 berkata, “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Ucapkanlah syukur dalam segala hal.” Jika kita mempraktekkan hal ini, secara otomatis pikiran kita akan diletakkan di atas roh, dan kehidupan kita akan penuh dengan ucapan syukur terhadap segala perkara.

Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. (2 Kor. 3:17)

12 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 3 Sabtu

Tinggal di Dalam Kristus Melalui Memikirkan Roh
Yohanes 15:4-5
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.. . Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak...

Ayat Bacaan: Yoh. 15:4-5; Rm. 8: 6, 16

Dalam Yohanes 15 Tuhan Yesus mewahyukan bahwa Dialah pohon anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Dia juga mengatakan bahwa kita perlu tinggal di dalam Dia dan jika kita melakukannya, maka Dia akan tinggal di dalam kita. Sungguh suatu kehidupan yang ajaib dari saling tinggal bersama ini! Namun meskipun Yohanes 15 memberitahu kita untuk tinggal di dalam Kristus, Yohanes tidak menyajikan cara untuk tinggal di dalam-Nya. Seperti yang akan kita lihat, cara untuk tinggal di dalam Kristus ini ditemukan di dalam Roma 8, yang merupakan satu kemajuan dari Yohanes 15.
Bagaimana kita dapat tinggal di dalam Dia? Roma 8:6 menunjukkan ca-ranya: “Karena meletakkan pikiran di atas daging adalah maut, tetapi meletakkan pikiran di atas roh adalah hayat dan damai sejahtera.” Karena Roh ilahi telah berbaur dengan roh kita, maka sulit untuk mengatakan apakah roh di dalam ayat ini mengacu kepada roh kita atau kepada Roh ilahi. Roh di sini adalah roh pembauran. Seperti ayat 16 berkata, “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita.”
Lawan dari roh perbauran yang ajaib ini adalah daging, tubuh kita yang bobrok. Di dalam tubuh yang asalnya diciptakan oleh Allah ini tidak ada elemen dosa; sebaliknya, tubuh insani ini murni dan tanpa dosa. Namun, melalui kejatuhan, Satan, si jahat, menginjeksikan dirinya sendiri sebagai dosa ke dalam tubuh manusia. Hal ini terjadi ketika manusia mengambil buah pohon pengetahuan ke dalamnya. Setelah Satan masuk ke dalam tubuh manusia, tubuh ini tercemar dan terpolusi sehingga menjadi tubuh daging. Karena itu, roh kita berbaur dengan Allah Tritunggal, dan tubuh kita, yang telah menjadi daging ini, bercampur dengan elemen dosa Satan.
Tidak ada doktrin, metode, atau sistem yang dapat menundukkan elemen setani yang ada di dalam daging kita. Di seluruh alam semesta ini hanya Allah saja yang lebih berkuasa dari pada Satan; tidak ada doktrin yang dapat menang terhadap-Nya. Puji Tuhan bahwa Allah Tritunggal yang sekarang ada di dalam kita telah menaklukkan Satan.

Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? (2 Kor. 13:5)

11 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 3 Jumat

Mati terhadap Dosa dan Hidup terhadap Allah
Roma 6:11
Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.

Ayat Bacaan: Rm. 6:11; Yoh. 15:5

Roma 6:11 memberitahu kita untuk menghitung diri kita sendiri sudah mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah. Namun, pengalaman ini ada di dalam roh kita di dalam Roma 8. Ketika kita berada di dalam roh kita bersama dengan Tuhan, maka secara otomatis kita sudah mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah.
Cara penyelamatan bukan memaksa menghitung diri kita mati. Teori ini adalah teori yang mati, doktrin yang salah. Lalu, apa yang benar? Yang benar adalah menghitung diri kita telah mati di dalam Kristus. Bukan kita sendiri mati, melainkan melalui atau oleh kematian tubuh Kristus. Karena Kristus sudah mati dan kita bersatu dengan Dia, maka kita juga mati.
Jadi kunci kemenangannya ialah selamanya tidak mau melihat diri sendiri yang di luar Kristus. Inilah yang dikatakan Tuhan dalam Injil Yohanes 15, “Tinggallah di dalam Aku.” Artinya, aku selamanya tidak melihat diri sendiri di luar Kristus. Karena yang di luar itu masih tetap tidak baik, tidak dapat diperbaiki. Karena begitu kita melihat diri sendiri di luar Kristus, pasti segera gagal. Akibatnya, sering kali dengan marah-marah, membenci diri sendiri kita berkata, “Mengapa aku demikian?” Kita selalu gagal, selalu jatuh. Lalu kita menjadi sedih dan menderita, kemudian putus asa, menjadi kecil hati. Tetapi ingatlah, semuanya itu karena kita melakukan di luar Kristus. Kalau gagal, kita harus mengaku dosa, mohon pengampunan Allah, itu sudah seharusnya. Tetapi kita tidak perlu selalu melihat semua itu, karena semua kegagalan dan kejatuhan berasal dari hayat Adam yang usang. Kalau kita mohon Tuhan memberi ke-kuatan, supaya kita lain kali tidak berbuat begitu lagi, di pandangan manusia, itu memang sangat baik; tetapi di pandangan Allah, itu berlebihan, karena kita sudah mati di dalam Kristus, apa lagi yang perlu ditetapkan? Orang selalu menganggap bertekad adalah sesuatu yang paling baik, tetapi itu semua hanyalah alang-alang, buluh, tidak bisa dipakai untuk menghantam musuh; di hadapan Allah sama sekali tidak berguna. Yang berguna adalah tatkala kita melihat fakta bahwa kita sudah mati bersama dengan Kristus dan bangkit bersama-sama dengan Kristus. Puji Tuhan!

Aku telah disalibkan dengan Kristus (Gal. 2:19b)

10 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 3 Kamis

Meletakkan Pikiran Kita di atas Roh
Roma 8:6
Karena meletakkan pikiran di atas daging adalah maut, tetapi meletakkan pikiran di atas roh adalah hayat dan damai sejahtera (Tl).

Ayat Bacaan: Rm. 8:6; Gal. 5:24

Meletakkan pikiran kita di atas daging itu bukan hanya berarti meletakkannya di atas tubuh kita; melainkan ini juga berarti meletakkannya di atas diri kita, ego kita. Beberapa orang Kristen mengira bahwa jika mereka meletakkan pikiran mereka di atas hiburan-hiburan duniawi, mereka memikirkan daging. Sesungguhnya meletakkan pikiran di atas hal-hal itu adalah meletakkan pikiran di atas daging. Bahkan dalam memutuskan untuk mengasihi isteri kita, kita sedang meletakkan pikiran kita di atas daging. Ketika kita dicobai untuk memutuskan untuk berbuat baik, kita perlu berdoa, “Tuhan Yesus belas kasihanilah aku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa di luar Engkau.” Melalui berdoa dengan cara ini, kita meletakkan pikiran kita di atas roh, bukan di atas ego kita yang miskin.
Lebih jauh lagi, kita tidak boleh meletakkan pikiran kita di atas hal yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Marilah kita tinggalkan masa yang akan datang bersama dengan Tuhan. Misalnya, setelah Abraham dipanggil oleh Allah, Ia meminta Tuhan memberitahukan kepadanya ke manakah ia harus pergi di kemudian hari. Tuhan mungkin berkata, “Abraham, tenanglah dan nikmatilah Aku. Biarkan hari esok.” Beristirahat di dalam Tuhan hari ini dan meninggalkan hari esok bersama dengan-Nya adalah meletakkan pikiran di atas roh.
Melalui meletakkan pikiran di atas roh, kita akan mematikan segala perbuatan tubuh kita (Rm. 8:16). Sebagai contoh kita mungkin menyadari bahwa banyak hal di televisi yang tidak sehat dan kotor bagi pikiran-pikiran kita. Kita mungkin juga tahu bahwa itu dapat merupakan pemborosan waktu kita. Namun, kita mungkin mengalami keinginan yang tidak terkontrol untuk menontonnya. Hasrat tersebut datang dari penggerakan kegemaran dan nafsu daging kita. Bagaimanakah kita dapat diselamatkan dari hal tersebut? Kita dapat diselamatkan melalui berpaling kepada Tuhan, yang adalah Roh di dalam roh kita. Roh itu berisi segala sesuatu yang dilakukan Kristus, termasuk kematianNya sebagai ular tembaga. Ketika kita menyeru kepadaNya, Roh itu datang bersama penyaliban Kristus untuk mematikan daging kita.

Supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. (Rm. 8:4)

09 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 3 Rabu

Hidup oleh Hukum Hayat
Roma 8:2
Hukum Roh Hayat telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (Tl).

Ayat Bacaan: Rm. 8:2, 16

Apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari itu tergantung pada kita hidup oleh hukum yang bagaimana. Berbuat baik adalah satu hukum, berbuat jahat adalah hukum lainnya, dan hidup oleh hayat juga adalah hukum lainnya. Segala sesuatu yang kita lakukan sebagai orang Kristen dalam kehidupan kita sehari-hari adalah satu fungsi dari hukum-hukum itu. Sebagai contoh, beberapa orang yang menekan amarahnya mengakibatkan gangguan yang semakin besar pada perut mereka. Meskipun kita berpolitik dengan cara ini, pada akhirnya hukum hayat setani akan membuat kita marah. Menekan amarah kita adalah bermain politik; sedangkan melepaskan amarah adalah hidup menurut hukum dosa. Jika kita sejati, riil, dan terus terang, maka apa saja yang kita lakukan atau katakan akan menjadi satu fungsi salah satu dari hukum-hukum ini.
Segala sesuatu ditentukan oleh hukum yang kita perhidupkan setiap hari. Jika kita hidup oleh hayat insani, maka hukum hayat insani yang akan berfungsi. Namun, hayat insani itu lemah, dan hukumnya rapuh karena kehadiran hukum hayat setani, yang jauh lebih kuat. Haleluya, kita juga memiliki hukum yang paling kuat di dalam kita, yaitu hukum Roh Hayat! Karena itu, kita harus hidup bukan oleh hayat insani kita melainkan oleh hayat ilahi.
Di dalam Roma 8 Paulus mengatakan bahwa kita harus berjalan menurut roh. Berjalan menurut roh adalah hidup oleh hayat ilahi, oleh hukum hayat ini, yaitu hukum yang paling kuat, yang bekerja di dalam kita. Tidak ada hukum yang dapat mengalahkan hukum hayat ilahi ini. Oleh hukum ini kita dibebaskan dari setiap kesulitan. Selama kita berjalan menurut roh dan hidup oleh hukum hayat ilahi ini, hukum ini akan bekerja bagi kita dengan spontan.
Kita semua perlu diingatkan untuk menekan “tombol” yang benar, bukan “tombol” yang membuat “hukum itu” berfungsi. Tombol yang benar ini adalah Roh Allah yang bersaksi bersama-sama dengan roh kita (Rm. 8:16). Jalan yang praktis untuk menekan tombol ini adalah melalui kita menyeru nama Tuhan. Saudara saudari, marilah kita berlatih berseru kepada Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.

Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. (Rm. 8:16)

08 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 3 Selasa

Tiga Persona, Hayat dan Hukum
Roma 7:19
Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
Yohanes 3:6
…apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Ayat Bacaan: Rm. 7:19; 3:6

Mengenai persona, hanya ada tiga persona di alam semesta ini: persona ilahi, yaitu Allah; persona yang jahat, yaitu Satan; dan persona insani, yaitu manusia. Setiap persona ini memiliki satu hayat. Persona ilahi memiliki hayat ilahi, persona insani memiliki hayat insani, dan persona yang jahat memiliki hayat yang jahat. Hayat insani kita bukan hanya berasal dari orang tua kita; hayat ini juga berasal dari penciptaan Allah. Hayat insani kita diciptakan ketika Adam diciptakan, bukan ketika kita lahir dari orang tua kita.
Karena kita orang-orang Kristen memiliki tiga penghidupan, maka kita juga memiliki tiga hukum. Kita memiliki hayat insani, yang adalah baik. Dengan hayat yang baik ini kita memiliki hukum kebajikan. Karena hukum ini, maka setiap orang secara alamiah damba untuk berbuat baik; tidak perlu bagi seseorang untuk diajar melakukan hal ini. Kita lahir dengan kedambaan untuk berbuat baik, dan setiap anak memiliki hayat insani dengan hukum kebajikannya. Namun, seperti yang telah kita lihat, manusia bukan hanya memiliki hayat insani, melainkan juga hayat setani dengan hukum kejahatannya. Karena hayat setani ini ada di dalam manusia, maka seorang anak dapat berbohong dengan spontan tanpa perlu diajar. Kita mungkin memerintahkan sebuah semak untuk tidak menghasilkan duri, tetapi semak itu akan menghasilkan duri-duri. Inilah hukum hayat sebuah semak duri. Demikian juga, anak-anak berbohong dengan tanpa perlu diajar karena hayat Satan dengan hukum berbohongnya ada di dalam mereka. Pada prinsipnya, bagi orang-orang yang telah jatuh berbohong itu sama dengan bagi kucing untuk menangkap seekor tikus. Keduanya adalah aktivitas hukum hayat yang ada di dalam mereka. Sekarang kita paham mengapa kita melakukan hal yang bertentangan ketika kita ingin berbuat baik. Kita memiliki dua penghidupan di dalam kita, hayat insani dan hayat setani, dan setiap hayat ini memiliki hukumnya. Tetapi hukum hayat setani lebih kuat dari pada hukum hayat insani. Puji Tuhan bahwa kita juga memiliki hayat ilahi yang sanggup mengalahkan hukum dosa dan maut. Kita perlu terus hidup dalam hukum ini secara terus menerus.

Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup;... (1 Yoh. 5:12)

07 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 3 Senin

Empat Hukum
Roma 7:22
Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah
Roma 8:2
Hukum Roh Hayat telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.(Tl.)

Ayat Bacaan: Rm. 7:22, 23; 8:2

Perkara hukum ini sangat dalam. Kata ini pertama-tama menunjukkan hukum Allah, yaitu sepuluh perintah (Rm. 7:22). Kemudian di dalam Roma 7:23 Paulus membicarakan tentang “hukum akal budi,” dan di dalam 8:2, tentang “hukum dosa dan hukum maut” dan tentang “hukum Roh Hayat.” Sulit untuk memahami kata “hukum” dan “hayat” dan bahkan lebih sulit untuk memahami istilah “hukum Roh hayat.” Karena itu, di dalam pasal tujuh dan delapan kata “hukum” dipakai dengan cara yang berbeda-beda; hukum Allah, hukum akal budi, hukum dosa dan maut, dan hukum Roh Hayat.
Kita mungkin dapat memakai ilustrasi lain di sini untuk menjelaskan hu-bungan keempat hukum ini dengan kita. Hukum Allah yang berada di luar diri kita itu seumpama laki-laki terhormat yang mengajukan lamaran, sedangkan hukum kebaikan yang ada dalam pikiran kita seumpama perempuan terhormat dan bijak yang menerima lamaran laki-laki itu. Tetapi, hukum dosa dalam anggota-anggota tubuh kita seumpama penjahat yang selalu membuntuti perempuan itu dan berusaha menciptakan masalah antara perempuan itu dengan laki-laki itu. Setiap kali dia melihat perempuan itu menerima lamaran laki-laki itu, dia akan menculiknya dan memaksanya berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak atau kemauannya sendiri. Pada saat inilah, hukum Roh Hayat dalam roh kita, yang dapat diumpamakan sebagai utusan surgawi, menyelamatkan perempuan itu dari penjahat tersebut, dan membuatnya mampu menerima lamaran laki-laki itu. Jadi keinginannya dapat terpenuhi. Akhirnya, perempuan itu menemukan bahwa utusan surgawi itu sesungguhnya adalah Dia yang diwakili oleh laki-laki itu.
Dari ilustrasi ini kita melihat bahwa meskipun hukum Allah yang berada di luar diri kita memberikan berbagai tuntutan kepada kita, hukum itu tidak dapat membuat kita memenuhi tuntutan-tuntutannya. Hukum kebaikan dalam pikiran kita ingin memenuhi tuntutan hukum Allah namun tidak mempunyai kekuatan untuk menang atas hukum dosa dalam anggota-anggota tubuh kita. Sedangkan hukum Roh Hayat dalam roh kita adalah penyelamat dari Allah yang memiliki kuat kuasa hayat Allah yang maha besar. Haleluya!

Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya.(2 Kor. 2:14a)

06 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 2 Minggu

Roh itu Membuat Rumah di dalam Kita
Roma 8:9
Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Ayat Bacaan: Rm. 8:9-11, Ef. 3:17

Kata Yunani dari “berhuni” dari ayat 9 ini bukanlah kata yang biasa dipakai untuk “tinggal.” Kata ini berasal dari akar yang sama seperti kata yang dipakai di dalam Efesus 3:17 yaitu agar Kristus membuat rumah-Nya di dalam hati kita. Ayat 11 juga mengatakan bahwa Kristus ini, yang adalah Roh itu, bukan hanya harus ada di dalam kita, melainkan juga membuat rumah di dalam kita. Memiliki Kristus di dalam kita itu adalah satu perkara, tetapi memiliki Kristus yang membuat rumah di dalam kita itu adalah perkara lainnya. Di dalam ayat 10 kita memiliki kata “di dalam”; namun di dalam ayat 11 bukan lagi hanya perkara “di dalam” saja, melainkan membuat rumah di dalam kita. Apakah Kristus hanya ada di dalam kita saja, ataukah Dia berhuni atau membuat rumah di dalam kita? Kita perlu Kristus yang berhuni. Untuk hal ini, kita harus memberikan tanah/lahan di dalam diri kita.
Ketika pertama kali kita mendengar injil dan berseru kepada nama Tuhan Yesus, maka Roh Kudus segera akan masuk ke dalam roh kita dan menghidupkannya. Namun, bagaimana dengan tubuh dan pikiran kita? Tubuh dan pikiran kita masih tetap berada dalam maut. Banyak orang yang memiliki tubuh dan pikiran maut karena mereka tidak membiarkan Kristus yang berhuni di dalam roh mereka menyebar ke dalam pikiran mereka. Misalnya, ketika kita sedang membaca sebuah surat kabar atau menonton televisi mengenai kondisi ekonomi saat ini atau mengenai tindak kejahatan saat ini, kita perlu sangat berhati-hati. Jangan sampai meletakkan pikiran kita di atas daging sehingga membuat pikiran kita berada di dalam maut. Kita perlu membiarkan Kristus yang berhuni ini menyebar dari roh kita ke dalam pikiran kita. Jika kita membiarkan Dia menyebar dengan cara ini, maka akhirnya hayat ini akan dibagikan bahkan sampai kepada tubuh fana kita. Kemudian roh dan pikiran akan menjadi hayat dan tubuh ini juga akan dihidupkan. Roma 8:11 menunjukkan hal ini: “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.”

Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih (Ef. 3:17)

05 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 2 Sabtu

Dibebaskan dari Daging Melalui Berjalan Menurut Roh
Roma 8:4
Supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

Ayat Bacaan: Rm. 7:23, Gal. 5:19-21, Rm. 8: 8, 13

Dosa telah membuat tubuh kita menjadi satu tubuh yang penuh dengan dosa, bahkan; tubuh ini telah menjadi daging. Apakah daging? Sedikitnya ada 3 definisi dalam Alkitab mengenai daging. Pertama, daging adalah tubuh yang rusak dan hancur akibat dari dosa Adam (Rm. 7:23). Kedua, daging adalah manusia yang telah jatuh seluruhnya yaitu suatu ekspresi puncak dari manusia tiga bagian yang telah jatuh. Dalam Galatia 5:19-21, kita menemukan beberapa yang berhubungan dengan nafsu dari tubuh yang telah rusak, seperti perzinahan, kecemaran, hawa nafsu, dan kemabukan; yang lainnya seperti permusuhan, perselisihan, kemarahan, dan perpecahan, berhubungan dengan jiwa yang telah jatuh; dan penyembahan berhala dan sihir yang berhubungan dengan roh yang telah dimatikan. Ketiga, aspek yang baik dari manusia juga adalah bagian dari daging. Mengapa aspek yang baik dari manusia juga disebut daging? Dalam pandangan Allah, kita, manusia yang telah jatuh, telah dikendalikan oleh daging, telah seluruhnya menjadi daging. Segala sesuatu yang berasal dari kita, baik ataupun buruk, adalah berasal dari daging dan tidak berkenan kepada Allah.
Kesimpulan Alkitab mengenai daging adalah bahwa daging tidak dapat menyenangkan Allah (Rm. 8:8). Jika manusia itu milik daging, memikirkan daging, dan hidup oleh daging, apapun yang dia lakukan, baik ataupun buruk, tidak dapat menyenangkan Allah. Bagaimana jalan untuk dibebaskan dari daging? Kita perlu bertanya apakah aku sendiri yang melakukan hal ini, atau aku melakukannya dengan tinggal di dalam Tuhan? Apakah aku melakukan ini menurut kehendakku sendiri, atau apakah aku dipimpin oleh Roh Kudus? Jika kita tidak tinggal di dalam Tuhan, tidak bersekutu dengan Tuhan, maka semua yang telah kita lakukan, walaupun dilakukan dengan sangat baik, itu masih tetap daging dan harus dihakimi. Jalan kita dibebaskan dari daging adalah dengan berjalan menurut roh (Rm. 8:4,13). Kita perlu di dalam doa berseru kepada nama Tuhan, bersandarkan Roh Kudus, membuat kita ber-bagian dengan kematian Kristus sehingga kita dapat mematikan setiap daging yang ternyatakan.

Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. (Rom 8:13)

04 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 2 Jumat

Dibebaskan dari Hukum Taurat
Roma 7:6
Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, ..., sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat

Ayat Bacaan: Rm. 6:6, Rm. 7:4, 2 Kor. 11:2, Ef. 5:23-25, 6:1-2, Gal. 2:19

Pada waktu kejatuhan, dosa masuk ke dalam manusia. Namun, manusia tidak sadar betapa ia penuh dengan dosa. Hal ini membuat Allah perlu memberikan hukum Taurat kepada manusia supaya dosa manusia dapat ditelanjangi. Meskipun Hukum Taurat itu sendiri tidak ada masalah, tetapi hukum Taurat menjadi masalah karena manusia tetap menolak untuk mengakui bahwa ia penuh dengan dosa. Bahkan sebaliknya, manusia memakai hukum Taurat dengan tidak tepat, seperti berkata, “Hukum Taurat ini sempurna, aku akan menggenapkan semua tuntutannya.” Karena itu, manusia bukan saja memiliki masalah dengan dosa, melainkan juga memiliki masalah dengan hukum Taurat.
Lalu, bagaimanakah kita bisa dibebaskan dari masalah dengan hukum Taurat? Jalan untuk dilepaskan dari hukum Taurat, sama seperti jalan untuk dibebaskan dari dosa, yaitu melalui kematian manusia lama kita (Rm. 6:6). Di dalam pasal 6, manusia lama kita adalah persona yang berdosa, tetapi di dalam pasal 7, manusia lama kita adalah ego - yang menganggap dirinya sebagai suami.
Puji Tuhan bahwa manusia lama sebagai persona yang berdosa dan sebagai ego - yang menganggap dirinya sebagai suami ini telah disalibkan dan dikubur! Sekarang kita bebas dari dosa dan dari hukum Taurat! Kini kita telah menikah dengan Kristus, suami baru kita. Kita telah nampak dalam Roma 7:4, bahwa kita telah menjadi milik Kristus, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati. Dalam 2 Korintus 11:2 Paulus mengatakan bahwa ia telah mempertunangkan kita kepada satu suami, yakni Kristus. Kini, Kristus itulah Suami baru kita. Janganlah kita menjadikan ego sebagai suami yang harus kita ikuti. Contohnya, dalam hidup rumah tangga, kita harus belajar menyangkal ego kita dengan tidak mempertahankan pendapat diri sendiri. Janganlah saling berdebat antara suami dengan istri melainkan suami mengasihi istri dan istri taat kepada suami (Ef. 5:24-25); Janganlah anak-anak memberontak terhadap orang tua melainkan menaati dan menghormati mereka (Ef. 6:1-2). Kita wajib bersandar kepada-Nya, dan menerima-Nya sebagai Kepala kita (Ef. 5:23).

…Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus. (Gal 2:19)

03 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 2 Kamis

Dibebaskan dari Dosa
Roma 6:6
Karena kita tahu bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.

Ayat Bacaan: 2 Kor. 1:8-10

Roma 5 mewahyukan bahwa kita telah tersusun menjadi orang-orang dosa, dan Roma 6:6 mewahyukan bahwa “tubuh dosa” telah “dibuat tidak aktif/menganggur”, karena manusia lama kita telah disalibkan bersama dengan Kristus. Melalui kematian manusia lama, kita dibebaskan dari dosa. Kita dibebaskan dari dosa karena manusia lama kita telah disalibkan. Kematian manusia lama telah membuat tubuh dosa ini menjadi menganggur, dibuat tidak aktif. Karena tubuh dosa telah kehilangan pekerjaannya, maka kita tidak perlu lagi melayani dosa sebagai hamba-hambanya.
Namun banyak orang Kristen tidak dapat mengalami dibebaskan dari dosa dan menang atas dosa-dosa, hal ini dikarenakan mereka tidak tahu bagaimana menggunakan tekanan dosa. Ketika dosa-dosa menekan mereka, mereka jatuh ke dalam keputusasaan karena tekanan itu, mereka tidak menggunakan tekanan itu untuk berseru kepada nama Allah dan memohon kelepasan dari Dia. Beberapa orang beriman sering mengeluh bahwa pikiran yang kotor sering melintasi pikiran mereka dan sering kali mereka tidak dapat menghentikan pikiran yang kotor itu. Mereka tahu bahwa ini tidak baik, tetapi mereka tidak menentangnya dan tidak menemukan kekuatan untuk berdoa kepada Allah tentang hal ini. Jika mereka memikirkan hal ini sekali, dua kali, ratusan kali, dan menolaknya sekali, dua kali, ratusan kali, dan menemukan diri mereka gagal dan gagal lagi, bertobat kepada Allah, dan merasa kecewa atas kegagalan ini, kemudian mereka akan menyadari bahwa tekanan dosa itu sangat besar, dan akhirnya, mereka tidak dapat bertoleransi terhadap dosa itu, bahkan untuk lima menit saja mereka tidak bisa menunggu lagi. Saat itu mereka akan mendapatkan iman dan kekuatan untuk menang atas dosa-dosa mereka.
Ingatlah, tekanan menghasilkan kekuatan. Mari kita memalingkan semua tekanan yang kita hadapi dalam hidup sehari-hari kita menjadi kekuatan, sehingga kita dapat maju ke depan dan menang atas dosa-dosa kita. Ingatlah, seorang beriman yang memiliki kekuatan, bukan berarti mereka memiliki kekuatan dari luar yang lebih besar daripada yang mereka miliki; tetapi mereka tahu bagaimana menggunakan tekanan yang menimpa dirinya.

... supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. (2 Kor. 1:9)

02 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 2 Rabu

Ditaruh ke Dalam Kristus
Roma 6:3
Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus Yesus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Ayat Bacaan: Ef. 1:7, 10-11; Kol. 2:12; Gal. 3:27; 1 Kor. 1:30

Melalui baptisan, Allah telah menaruh kita ke dalam Kristus sebagai model, kita ditaruh ke dalam “cetakan” Kristus. Dibaptis ke dalam Kristus berarti dikubur ke dalam-Nya. Kuburan baptisan ini ialah suatu model, cetakan. Melalui diletakkan ke dalam cetakan ini kita telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Melalui dikubur ke dalam Kristus, kita pun telah dikeluarkan dari Adam dan ciptaan lama. Melalui baptisan, kita telah ditaruh ke dalam Kristus, yang adalah hayat dan model kita. Setelah Kristus mendirikan model ini, Ia lalu disalibkan, kemudian masuk ke dalam kebangkitan, dan dalam kebangkitan Ia menjadi Roh pemberi hayat (1 Kor. 15:45). Sebagai Roh itulah Ia lalu masuk ke dalam kita menjadi hayat kita.
Kita telah masuk ke dalam Kristus. Kita lahir dalam Adam, tetapi kita telah dimasukkan ke dalam Kristus. Kita lahir di dalam alam, ruang lingkup, dan elemen Adam, tetapi kita telah ditransfer ke dalam alam, ruang lingkup, dan elemen Kristus. Ini adalah satu fakta, dan ini bukan tergantung pada pera-saan kita. Bila ada orang yang mengatakan bahwa kita lahir di dalam Adam, kita mungkin menjawab, “Saya tidak merasakan bahwa saya lahir di dalam Adam.” Apakah kita merasakannya atau tidak, ini adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Perasaan kita itu mungkin dusta. Kita mungkin merasa bahwa kita adalah seorang raja, tetapi sebenarnya kita seorang kecil. Kita mungkin merasa bahwa diri kita sangat baik, tetapi sebenarnya kita ini sangat miskin. Terhadap fakta-fakta rohani, kita tidak boleh bergantung pada perasaan kita.
Setelah seorang beroleh selamat, dalam batinnya ia berhasrat menempuh suatu hidup yang sesuai dengan model yang didirikan Tuhan Yesus. Hidup yang beribadah, senantiasa melakukan segala sesuatu di dalam Allah, dengan Allah, dan bagi Allah. Allah ada di dalam hidupnya, dan dia satu dengan Allah. Inilah fakta ia telah dimasukkan ke dalam Kristus. Kita harus mengumumkan, “Amin, saya berada di dalam Kristus!” Apakah kita suka atau tidak, dan apakah kita merasakannya atau tidak itu bukan masalah. Fakta adalah fakta, kita ada di dalam Kristus!

Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. (1 Kor. 1:30)

01 November 2010

Roma Volume 3 - Minggu 2 Selasa

Upah Dosa Adalah Maut dan Maut Telah Berkuasa
Roma 6:23
Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Roma 5:17
Sebab, jika karena pelanggaran satu orang, maut telah berkuasa melalui satu orang itu, ...

Ayat Bacaan: Rm. 5:17; 6:23; 1 Kor. 1:30; 15:56-57

Maut bukan hanya telah masuk ke dalam dunia. Bahkan hari ini, maut memerintah seperti seorang raja. Maut adalah bayaran yang kita terima untuk pekerjaan dosa yang kita lakukan. Misalnya, Anda marah, ini adalah satu pekerjaan dosa, dan upah karena melakukan hal ini adalah maut. Untuk mengalahkan dosa dan menang atas maut perlu menerima satu anugerah (Rm. 5:17).
Ada seorang saudara di Chefoo, China, temperamennya sangat tinggi, kalau ia marah, seisi rumah merasa takut, istrinya merasa takut, anak-anaknya takut, karyawan tokonya juga takut, sampai-sampai saudara-saudara dalam Tuhan juga takut kepadanya. Dia berkata bahwa ia sama sekali tidak berdaya me-ngatasi temperamennya. Seorang saudara berkata kepadanya, “Kalau kamu menerima Tuhan menjadi kemenangan kamu, kamu akan segera menang.” Puji syukur kepada Allah! Dia mau menerima dan menang. Pada suatu hari istrinya sakit parah. Kalau dulu, satu anak kecil sakit saja, dia sudah sangat gelisah, begitu gelisah sampai berjalan dari kamar sini ke kamar sana, raut muka juga sangat jelek, mudah sekali marah. Suatu ketika istrinya sakit jantung, denyut jantungnya sangat lemah, namun kali ini, dengan suara lembut dia berkata kepada Allah, ‘Kalau Engkau akan membawa istriku pergi, baiklah.’ Temperamennya yang suka marah-marah itu entah sudah pergi ke mana.” Kemudian, saat kesehatan istrinya mengalami kemajuan, dia juga bisa dengan sabar melayani istrinya. Ketika pekerja-pekerja perempuan di tempatnya sulit sekali diatur ia pasti berteriak-teriak marah. Kali itu ia masih bisa tersenyum dan berkata kepada mereka: “Mengapa kalian bisa melakukan itu?” Temperamennya yang suka marah-marah itu entah pergi ke mana.
Saudara-saudari, mengalahkan dosa sepenuhnya dirampungkan oleh Tuhan, tidak perlu kita mengeluarkan tenaga. Kalau kita ingin bersandar diri sendiri, sekalipun melakukan sampai seratus tahun, juga belum bisa. Puji syukur kepada Allah! Kemenangan itu didapatkan, bukan dicapai, dan hari ini, kita bisa segera mendapatkannya. Setiap orang Kristen bisa mengatasi semua wataknya dan dibebaskan dari hati yang cenderung mengasihi dosa!

Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. (1 Kor. 15:57)