Hitstat

31 July 2014

Kolose - Minggu 18 Kamis



Pembacaan Alkitab: Kis. 10:12-14


Mengenai perihal Kristus yang almuhit berlawanan dengan kebudayaan, kita perlu nampak bahwa menurut wahyu lengkap dalam Alkitab, tujuan Allah ialah menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam umat pilihan-Nya. Tujuan ini merupakan titik fokus dari wahyu ilahi dalam Alkitab. Untuk dapat menggarapkan diri-Nya ke dalam kita, Allah harus tritunggal. Ketritunggalan Allah — Bapa, Putra, dan Roh — benar-benar merupakan fakta yang ajaib dan mengagumkan. Bapa sebagai sumber telah terwujud di dalam Putra, yang adalah ekspresi Bapa. Ketika Putra datang, Ia selalu datang bersama Bapa. Ini menunjukkan bahwa Bapa tidak dapat dipisahkan dari Putra, Putra juga tidak dapat dipisahkan dari Bapa. Putra adalah perwujudan, realitas, dan ekspresi Bapa. Melalui proses kematian dan kebangkitan, Putra telah menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45), Roh Kudus yang memberikan hayat. Jadi, Roh Kudus adalah realisasi Putra, seperti halnya Putra adalah perwujudan Bapa.

Bapa, Putra, dan Roh bukanlah tiga Allah, melainkan satu Allah dalam ketritunggalan-Nya. Karena Allah itu tritunggal, Ia dapat menyalurkan diri-Nya ke dalam kita. Allah mendatangi kita dalam Putra melalui inkarnasi Kristus. Kristus mati di atas salib untuk menebus kita dan mengakhiri ciptaan lama. Kemudian dalam kebangkitan, Ia menjadi Roh pemberi-hayat. Di satu pihak, Kristus bertakhta di surga sebagai Kepala dan Tuhan segala sesuatu, dan di pihak lain, Ia sebagai Roh itu berhuni di dalam kita sebagai hayat kita. Sebagai Roh pemberi-hayat, Kristus adalah suplai hayat kita, dan Dia adalah realitas setiap hal positif bagi kita.

Sebagai Roh almuhit, Allah Tritunggal sedang menggarapkan diri-Nya ke dalam diri kita. Bagian yang terdalam dari diri kita ialah roh, yang dikelilingi oleh jiwa dan tubuh. Tubuh jasmani manusia menampung jiwa, dan jiwa menampung roh, yaitu wadah untuk menerima dan menampung Allah. Sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit yang telah melalui proses, Kristus berada di dalam roh kita, ingin menyebarkan diri-Nya ke seluruh bagian jiwa kita, dan terakhir menjenuhi tubuh kita, untuk membuat kita menjadi serupa mutlak dengan Dia. Bila hal tersebut terjadi, seluruh diri kita akan dijenuhi oleh diri-Nya sendiri. Inilah penyelamatan Allah yang sesuai dengan ekonomi-Nya.

Banyak hal yang menghambat terlaksananya penyelamatan Allah yang sempurna. Dua hambatan yang lebih nyata ialah dosa dan dunia. Tetapi hambatan yang paling licik ialah kebudayaan. Kebudayaan mengganggu umat pilihan Allah dalam mengalami dan menikmati Kristus. Kristus yang almuhit berlawanan dengan kebudayaan. Namun, kita tidak mengatakan bahwa kita harus membuang kebudayaan kita, dan berperilaku seperti orang Barbar. Kita sekalikali tidak menganjuri siapa pun untuk hidup seperti orang tanpa kebudayaan. Orang-orang yang tidak memiliki Kristus benar-benar perlu kebudayaan. Ketika anak-anak bertumbuh dewasa, mereka tidak saja membutuhkan kebudayaan, tetapi juga hukum Taurat. Tetapi setelah kita menerima Kristus, kita tidak boleh membiarkan kebudayaan kita membatasi Kristus atau mengganggu kita dalam mengalami Kristus. Sebelum menerima Kristus, semua orang perlu kebudayaan. Tetapi setelah menerima Kristus, orang harus hidup menurut Kristus, bukan menurut kebudayaan. Jangan mengira kebudayaan itu tidak perlu. Kebudayaan memelihara, mengatur, dan memperbaiki manusia. Tetapi setelah Kristus masuk ke dalam kita, dalam pengalaman kita, kita harus mulai hidup oleh Kristus. Masalahnya ialah Kristus telah dibatasi oleh kebudayaan kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 36

30 July 2014

Kolose - Minggu 18 Rabu



Pembacaan Alkitab: Kol. 3:11, 15-16


Dalam Kolose 2:7 Paulus mengatakan bahwa kita harus berakar di dalam Kristus. Kita adalah tanaman yang berakar di dalam Kristus sebagai tanah yang sejati. Kristus adalah tanah yang di dalam-Nya kita bertumbuh. Tidak hanya demikian, Kristus juga adalah segala keperluan kita untuk bertumbuh. Dia adalah pupuk, air, dan suplai hayat kita.

Dalam Kolose 2:10 Paulus melanjutkan bahwa kita telah dipenuhi di dalam Kristus. Tetapi saya ragu di antara kita ada yang berani mengatakan bahwa kita ini penuh, karena kita masih belum memiliki pengalaman yang penuh atas Kristus. Kepenuhan ke-Allahan berdiam secara jasmaniah di dalam Kristus, dan kita telah dipenuhi di dalam Dia. Dalam pengalaman kita, kita perlu menerima Dia, berperilaku di dalam Dia, berakar di dalam Dia, dan kemudian dipenuhi di dalam Dia. Saya harap dalam sidang gereja akan ada banyak kesaksian tentang bagaimana kita dipenuhi di dalam Kristus. Perlu ada kesaksian-kesaksian tentang betapa kita telah dipenuhi di dalam pengetahuan, hikmat, kesabaran, kebaikan, kerendahan hati, kasih, dan daya pembeda. Kita kekurangan kesaksian-kesaksian semacam ini, karena kita kekurangan Kristus dalam pengalaman kita. Kita tidak dipenuhi di dalam Dia dari hari ke hari. Kita bukan dipenuhi dalam hal-hal tersebut, melainkan kekurangan hal-hal tersebut. Sebagai contoh, kita tidak dipenuhi daya pembeda dalam menghadapi situasi, malah kekurangan daya pembeda tersebut. Ketika Anda mendengar kesaksian-kesaksian kaum saleh, Anda akan nampak bahwa kebanyakan di antara kita kekurangan pengalaman atas Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Banyak di antara kita yang masih belum mengenal dengan memadai bahwa Kristus yang telah kita terima adalah yang almuhit, dan kita harus berperilaku di dalam Dia. Tetapi jika kita berperilaku di dalam Kristus yang sedemikian, dan telah berakar di dalam Dia, kita akan dipenuhi di dalam Dia.

Dalam Kolose 3:15 Paulus berkata, “Hendaklah damai sejahtera Kristus menjadi juri dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu Tubuh” (Tl. ). Efesus 2 menerangkan kepada kita bahwa Kristus di atas salib telah mengadakan damai sejahtera. Kita harus membiarkan damai sejahtera ini menjadi juri di dalam kita. Ini menyiratkan bahwa kita perlu mengesampingkan opini-opini kita. Orang-orang Yunani harus melupakan filsafat mereka, dan orang-orang Yahudi harus melupakan peraturan-peraturan, tata cara-tata cara mereka. Kita tidak seharusnya memperhatikan filsafat-filsafat dan peraturan-peraturan, kita harus memperhatikan damai sejahtera Kristus yang diam di batin kita. Kritus telah membatalkan peraturan-peraturan dan konsepsi-konsepsi filsafat di atas salib. Kristus telah menghapuskan perbedaan-perbedaan di antara manusia, agar di dalam diri-Nya dapat diciptakan satu manusia baru. Damai sejahtera yang dihasilkan melalui pembatalan perbedaan- perbedaan kebudayaan itu sekarang harus menjadi juri di dalam hati kita. Kita wajib membiarkan damai sejahtera ini menjadi wasit di batin kita. Ketika damai sejahtera Kristus menjadi juri di dalam kita, semua opini akan ditundukkan.

Dalam Kolose 3:16 Paulus meneruskan, “Hendaklah perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya di dalam kamu” (Tl. ). Kita perlu membiarkan perkataan Kristus tinggal di dalam kita. Kita tidak seharusnya dipenuhi oleh tradisi Yahudi atau filsafat Yunani, melainkan oleh perkataan Kristus. Kita adalah wadah perkataan Kristus, bukan penampung filsafat atau agama. Kita perlu dikosongkan dari segala hal itu agar dapat dipenuhi oleh perkataan Kristus. Jika kita mengizinkan damai sejahtera Kristus menjadi juri di dalam kita, dan jika kita dipenuhi dengan perkataan Kristus, kita pasti akan memiliki manusia baru secara riil. Semua orang kudus dalam semua gereja dalam pemulihan Tuhan akan memperhidupkan Kristus dalam satu manusia baru. Pada suatu hari, Kristus yang menjadi hayat kita akan menyatakan diri dalam kemuliaan, dan kita pun akan menyatakan diri bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan (Kol. 3:4). Tetapi, hari ini kita perlu hidup oleh Dia. Kita harus memperhatikan Dia sebagai hayat kita dan unsur manusia baru, bukan memperhatikan latar belakang, kebudayaan, opini, dan keputusan kita. Kita ingin damai sejahtera-Nya menjadi juri di dalam kita, dan perkataan- Nya memenuhi kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 35

29 July 2014

Kolose - Minggu 18 Selasa



Pembacaan Alkitab: Kol. 2:2, 6, 16-17


Keinginan Paulus terhadap orang-orang Kolose ialah agar mereka tidak mengajar orang lain menurut tradisi manusia, melainkan menurut Kristus semata. Penting sekali bagi kita untuk belajar menilai segala sesuatu dan mengevaluasinya menurut Kristus, bukan menurut mentalitas kebudayaan. Sebagai contoh, pandangan kita dalam hal pernikahan harus menurut Kristus, bukan menurut kebudayaan kita. Saya sangat mengapresiasi ungkapan “menurut Kristus” ini. Kita tidak seharusnya mengizinkan apa pun menjadi pengganti Kristus. Kristus dan hanya Kristus adalah standar dan dasar ukuran. Ini berarti kita tidak boleh menilai apa pun menurut kebudayaan, menurut tradisi, atau unsur-unsur dunia. Dalam gereja, Kristus adalah satusatunya patokan, standar, dan dasar. Inilah prinsip dasar dalam pelaksanaan hidup gereja.

Setelah Paulus dalam pasal 1 menunjukkan bahwa Kristus adalah yang sulung dari segala yang diciptakan, segala sesuatu diciptakan di dalam Dia, oleh Dia, dan untuk Dia, dan segala sesuatu hidup di dalam Dia, dia mengatakan kepada kita bahwa Kristus yang almuhit ini adalah rahasia ekonomi Allah. Allah ingin menggarapkan Kristus ke dalam diri kita. Kristus di dalam kita adalah pengharapan akan kemuliaan. Kini kita perlu bertumbuh di dalam Dia untuk mencapai kematangan dan menjadi dewasa. Jadi, ekonomi Allah berfokus pada Kristus.

Dalam Kolose 2:2 Paulus berkata selanjutnya bahwa Kristus adalah rahasia Allah. Segala adanya Allah dan segala milik Allah terwujud di dalam Kristus. Sebagai rahasia Allah, Kristus adalah wujud, definisi, dan penjelasan Allah. Segala yang ingin Allah lakukan berkaitan dengan Kristus.

Tidak hanya demikian, Dia yang adalah rahasia dan wujud Allah ini juga adalah realitas segala hal yang positif. Menyinggung hal-hal yang terdaftar dalam Kolose 2:16, Paulus berkata dalam ayat 17 bahwa semuanya itu “hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedangkan wujudnya ialah Kristus. ” Makan, minum, hari raya, bulan baru, hari Sabat, semua adalah bayangan, sedangkan wujudnya, realitasnya, dan substansinya adalah Kristus. Kristus adalah makanan dan minuman yang sejati. Dia juga adalah hari raya, bulan baru, dan hari Sabat yang sejati. Sebagai perwujudan Allah, Kristus adalah realitas setiap hal yang positif. Karena itu, tidak ada tempat bagi agama Yahudi atau filsafat Yunani, hanya ada kedudukan bagi Kristus yang almuhit. Meskipun Paulus dahulu sangat bergairah dalam agama Yahudi, tetapi ketika ia menerima wahyu tentang Kristus, ia menyadari bahwa filsafat Yunani maupun tradisi Yahudi tidak terbilang apa. Dalam ekonomi Allah hanya Kristus saja yang terhitung.

Dalam Kolose 2:3 Paulus menunjukkan kepada kita bahwa di dalam Kristus tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Kemudian dia memperingatkan kita agar jangan ada orang yang memperdayakan kita dengan katakata yang indah, sehingga kita meninggalkan Kristus. Kita tidak boleh membiarkan agama atau filsafat memperdayakan kita dan menyimpangkan kita dari Kristus. Kita tidak boleh beralih dari Kristus kepada kebudayaan macam apa pun. Kristus, rahasia Allah, dan substansi atau wujud setiap hal positif adalah segala sesuatu bagi kita: makanan, pakaian, tempat tinggal, transportasi. Ketika kita memandang semua hal yang positif dalam alam semesta, kita harus menilai mereka menurut Kristus. Alangkah besarnya wahyu ini! Kristus yang kita terima bukanlah Kristus yang sempit. Sebaliknya, Dia tidak terbatas, dan almuhit. Dia bukan hanya Penebus, Juruselamat, dan hayat kita, Dia bahkan segala sesuatu bagi kita. Betapa lengkap dan kaya Kristus yang kita terima!

Setelah menerima Kristus yang sedemikian, kita sekarang harus berperilaku di dalam Dia. Banyak orang Kristen mengira Kristus yang telah mereka terima hanyalah Penebus, Juruselamat, dan hayat mereka. Mereka mengapresiasi Dia sebagai Penebus yang mengalirkan darah-Nya untuk mereka, dan sebagai Juruselamat yang menyelamatkan mereka dari dosa. Tetapi mereka belum menyadari bahwa Kristus yang mereka terima adalah perwujudan Allah dan realitas segala hal positif. Kita perlu berperilaku di dalam Kristus almuhit yang sedemikian. Ketika Anda makan, berperilakulah di dalam-Nya. Ketika Anda mengenakan pakaian, berperilakulah di dalam-Nya. Berperilakulah di dalam-Nya ketika Anda bercakap-cakap dengan suami atau istri Anda.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 35