Pembacaan
Alkitab: Kol. 3:16
Pengertian tentang unsur penyusun manusia
baru ini hendaknya tidak hanya menjadi doktrin bagi kita. Kita perlu memahami
bahwa kita masing-masing mempunyai tipe filsafat dan pertapaan. Fakta bahwa
kita mengkritik orang lain membuktikan bahwa kita berpegang pada filsafat kita sendiri.
Lagi pula, secara insani, memang lebih baik memiliki filsafat dan pertapaan
daripada tidak berkebudayaan. Di Korintus ada percabulan, tetapi di Kolose
orang berkebudayaan dan dapat mengendalikan diri. Akan tetapi, kebudayaan dan
kehalusan budi bahasa mereka telah menjadi pengganti Kristus. Tidak peduli
berapa tingginya kebudayaan mereka, itu bukanlah Kristus.
Kehidupan orang Kristen bukan suatu
kehidupan ajaran atau cara, melainkan suatu kehidupan Kristus sebagai persona
yang hidup. Dalam Galatia 2:19b-20 Paulus berkata, “Aku telah disalibkan
dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. ” Kehidupan Kristus yang sebenarnya
di dalam kita berbeda sekali dengan pertapaan, menekan diri, menyangkal diri,
dan apa yang dinamakan memikul salib. Alangkah besarnya perbedaan antara
keselamatan Allah dengan agama-agama! Keselamatan Allah adalah masalah Kristus
hidup di dalam kita. Dalam keselamatan Allah tidak ada tempat bagi upaya-upaya
dan caracara kita. Keselamatan Allah adalah masalah Kristus semata. Jangan
berusaha menyangkal diri dan memikul salib secara agamis, kita membiarkan saja
persona Kristus yang hidup itu hidup di dalam kita dari saat ke saat. Kalau
suami atau istri Anda mempersulit Anda, jangan mencoba berbuat apa-apa. Biarkan
saja Kristus hidup di dalam Anda. Kehidupan orang Kristen mutlak merupakan
masalah satu persona hidup yang hidup di dalam kita.
Dalam keempat kitab Injil kita dianjuri
untuk menyangkal diri dan memikul salib. Tetapi, mudah sekali kita menerapkan
perkataan tersebut menurut pengertian alamiah kita. Namun memperhidupkan
Kristus tidaklah menurut konsepsi alamiah. Dalam konsepsi alamiah terdapat pikiran
yang menyangkal diri dan menekan keinginan atau nafsu daging. Namun tidak ada
pemikiran tentang Kristus sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit yang menjadi
persona hidup dalam roh kita. Setelah melalui proses melalui inkarnasi,
penyaliban, dan kebangkitan, Kristus sekarang adalah Roh itu di dalam roh kita
menjadi hayat kita secara riil.
Dalam Kitab Kolose Paulus menunjukkan bahwa
Kristus harus menjadi semua dan di dalam segala sesuatu. Dalam manusia baru
tidak ada tempat bagi kebudayaan atau caracara pribadi. Kehendak Allah dalam
ekonomi-Nya ialah agar Kristus menjadi segala sesuatu. Kristus harus menjadi
hayat, kehidupan, kesabaran, kekudusan, dan kebaikan kita. Kristus seharusnya
menjadi cara kita untuk menghadapi istri atau suami kita. Dari saat ke saat
dalam kehidupan sehari-hari kita, Kristus seharusnya menjadi segala sesuatu yang
kita perlukan. Bukan hidup oleh cara-cara tertentu, tetapi hanya memperhidupkan
Kristus.
Dalam Kolose 3:16 Paulus menganjuri kaum
saleh lebih lanjut, “Hendaklah perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya di
antara kamu. ” Dia segi negatif, kita mengesampingkan standar-standar
kebudayaan kita, dan di segi positif, kita perlu dipenuhi dengan perkataan
Kristus. Ini berarti kita harus mengizinkan perkataan Kristus memenuhi pikiran,
emosi, tekad, angan-angan, dan pertimbangan kita. Setiap serabut dalam diri
kita perlu diduduki oleh perkataan Kristus.
Kedambaan Allah ialah agar kita dari saat
ke saat memperhidupkan Kristus, dan tidak memberi tempat bagi kebudayaan dan
filsafat. Pelaksanaan kita satu-satunya haruslah persona hidup dari Kristus itu
sendiri. Kedua, kita wajib menyingkirkan standar kebudayaan kita. Standar kita tidak
seharusnya merupakan bentuk kebudayaan yang mana pun, melainkan damai sejahtera
Kristus yang berhuni di dalam batin. Ketiga, kita perlu membiarkan perkataan Kristus
memenuhi seluruh diri kita. Kita perlu membiarkan seluruh diri kita dipenuhi
dan dijenuhi oleh perkataan Kristus. Jika kita melaksanakan ketiga hal
tersebut, kita akan mengalami Kristus dengan spontan. Kita bukan hanya akan
memiliki wahyu yang tinggi tentang Kristus, tetapi juga akan mengalami Dia
secara riil dalam kehidupan sehari- hari kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 32
No comments:
Post a Comment