Hitstat

31 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 3 Minggu

Ajaran Tentang Jalan Masuk ke Dalam Kerajaan (1)

Lukas 16:16

Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai zaman Yohanes; dan sejak itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang memasukinya dengan paksa (LAI 1997).

 

Ayat Bacaan: Luk. 16:14-18; 1 Tim. 6:10-11

 

Dalam Injil Lukas, Tuhan memperlihatkan kepada kita, bahwa manusia tidak hanya terbelenggu oleh dosa, lebih-lebih terbelenggu oleh mamon. Alkitab tidak hanya berkata bahwa dosa berlawanan dengan Allah, tetapi juga berkata bahwa mamon berlawanan dengan Allah. Tidak ada hal yang bisa menentang Allah seperti mamon. Di dunia ini, belum tentu semua orang melayani dosa, tetapi hampir tidak ada seorang pun yang tidak melayani mamon. Namun, sebagai orang Kristen, kita tidak bisa secara bersamaan melayani Allah dan mamon. Kita bukan hanya perlu terlepas dari dosa, lebih-lebih perlu terlepas dari kekuatan mamon.

Mamon merupakan penghalang terbesar bagi seseorang untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Selain itu, masih ada hawa nafsu seksual, yang juga bisa menghalangi kita masuk ke dalam Kerajaan Allah (Luk. 16:18). Itulah sebabnya Tuhan kemudian mengajarkan bahwa jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah dengan paksa (Luk. 16:16). Perkataan “dengan paksa” di sini menunjukkan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, seseorang harus berusaha sekuatnya berebut, atau bergumul, khususnya dalam hal menanggulangi perasaan cinta akan uang dan menanggulangi segala hawa nafsu - khususnya hawa nafsu seksual.

Rasul Paulus berkata bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (1 Tim. 6:10). Hari ini banyak orang menggunakan uang untuk memuaskan hawa nafsu mereka. Dengan uang, mereka melibatkan diri dalam dosa perzinahan, pesta pora, kemabukan, perjudian, dan sebagainya. Perasaan cinta uang telah menduduki hati orang, tidak peduli orang tua, orang muda, kaya, atau miskin. Mereka menganggap bahwa uang adalah segala-galanya.

Namun kita harus menyadari bahwa semua barang yang di luar Allah, begitu menjadi sasaran cinta kita, maka semua itu adalah jelmaan Iblis. Iblis bersembunyi di sana untuk menduduki kita, padahal kita diciptakan Allah untuk mencintai Dia, menjadi jodoh-Nya. Karena itu Alkitab menasihati kita, “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan” (1 Tim. 6:11).

30 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 2 Sabtu

Belajar Setia dalam Hal Mamon  yang Tidak Jujur

Lukas 16:11

Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?

 

Ayat Bacaan: Luk. 16:10-13; Mat. 25:21, 23; Yoh. 12:7-8

 

Mempersembahkan tubuh dan harta benda kepada Tuhan adalah suatu persembahan yang riil. Begitu tubuh dipersembahkan, dengan sendirinya hati ikut tersembahkan. Lukas 16:10 mengatakan, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” Setia dalam hal-hal kecil mengacu kepada kesetiaan kita dalam mempersembahkan harta kita untuk melakukan banyak perkara seturut pimpinan Tuhan bagi kepentingan Allah. Jika kita setia dalam perkara kecil ini, maka kita akan diberi tanggung jawab dalam perkara besar yang mengacu kepada harta berlimpah pada zaman yang akan datang (Mat. 25:21, 23).

Hari ini hampir semua orang mencari perkara di bumi, karena mamon mereka di bumi. Sebagaimana Tuhan tidak menghapus akar dosa, Tuhan juga tidak menyingkirkan Mamon. Tuhan hanya berkata, bahwa kalau ingin hati kita mengasihi Allah, harus menaruh mamon di pihak Allah, menaruh mamon ke tempat Allah. Jalan untuk mengasihi Allah bukan menyerahkan hati kepada Tuhan, melainkan menyerahkan uang kepada Allah. Begitu mamon di tempat Allah, saat itu juga hati kita ikut ke tempat Allah. Tidak ada orang yang mengumpulkan harta di bumi, yang hatinya berada di surga (Luk. 16:13).

Sekali-kali jangan salah mengira bahwa hanya orang dunia yang mencintai uang dan orang Kristen tidak mencintai uang. Hati orang Kristen sama dengan hati orang dunia, semua mengikuti mamon. Kalau ada orang berkata bahwa dirinya tidak mencintai mamon, itu mendustai Allah, juga mendustai diri sendiri. Satu-satunya perbedaan orang Kristen dengan orang dunia adalah orang dunia menaruh mamon di bumi, di dalam bank; tetapi mamon orang Kristen ditaruh di surga, di tempat Allah. Perbedaan antara keduanya amatlah besar!  

Bagaimana kita bisa merasakan bahwa hati kita mengasihi Tuhan? Persembahkanlah mamon kita sampai hati kita merasa sakit, maka hati kasih kita kepada Allah akan segera keluar. Tidak ada persembahan bagi Tuhan, bagi Injil-Nya, dan bagi gereja-Nya yang terbilang “keterlaluan” (Yoh. 12:7-8).

29 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 2 Jumat

Dengan Hikmat Menggunakan  Mamon

Lukas 16:9

Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.

 

Ayat Bacaan: Luk. 16:1-9; 2 Kor. 12:15

 

Banyak orang tidak tahu bagaimana menggunakan uangnya dengan bijaksana selama masih hidup di atas bumi. Mereka hidup hanya untuk mengejar uang dan menghamburkannya demi mengejar kepuasan duniawi, seperti yang dilakukan oleh anak yang hilang dalam Lukas 15:12-14. Namun setelah kita diselamatkan oleh Allah, kita seharusnya belajar berhikmat, khususnya dalam hal menggunakan Mamon atau uang.

Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi” (Luk. 16:9). Pada dasarnya, Mamon atau uang adalah milik Iblis. Pada mulanya, uang hanyalah suatu alat tukar. Namun oleh siasat Iblis, uang ini telah berubah fungsi sehingga menjadi tuan yang memperbudak umat manusia. Karena itu Tuhan di sini mengatakan bahwa uang itu “tidak jujur” (unrighteous, KJV). Mengikat persahabatan dengan mempergunakan Mamon adalah menolong orang lain dengan memakai uang untuk melakukan banyak perkara menurut pimpinan Allah. Tuhan mengajar kita, kaum beriman-Nya, untuk menggunakan kecerdikan kita dalam memakai Mamon yang tidak benar untuk menolong  orang lain.

Perkataan bahwa Mamon itu “tidak dapat menolong lagi” menunjukkan bahwa setelah jaman ini berlalu, Mamon tidak akan berguna lagi. Hari ini, pada saat uang masih berguna, marilah kita sekuatnya menunjang pekerjaan Injil guna menyelamatkan jiwa, supaya kelak di dalam kemah abadi, orang yang beroleh keselamatan melalui bantuan kita akan menyambut kita.

Orang-orang yang menyambut kedatangan kita itu adalah orang-orang yang Allah selamatkan melalui pemberitaan Injil dengan pengorbanan tenaga dan uang kita. Dalam 2 Korintus 12:15 Paulus berkata, “Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu (jiwamu).” Orang-orang Korintus adalah sahabat-sahabat yang Paulus ikat dengan dirinya dan hartanya. Ketika Tuhan datang, mereka adalah orang-orang yang menyambut Paulus, mereka juga sukacita dan mahkota Paulus. Saudara-saudari kekasih, kelak di dalam Kerajaan kekal, ada berapa orang yang menyambut Anda?

28 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 2 Kamis

Bapa yang Penuh Kasih Menerima  Anak yang Hilang

Lukas 15:20b

Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

 

Ayat Bacaan: Luk. 15:11-32; Ef. 1:13

 

Perkara yang dilakukan oleh bapa terhadap anak yang hilang dalam Lukas pasal 15, benar-benar membuat kita mengenal bagaimana hati Allah Bapa yang di sorga terhadap pengampunan dosa manusia. Ketika anak hilang masih dalam perjalanan pulang ke rumahnya, begitu dilihat oleh bapanya, bapanya segera berlari menyambut anak yang hilang ini (Luk. 15:20).

Hari ini, begitu orang dosa berpaling kepada Allah, maka “kaki” pengampunan Allah segera berlari menyongsongnya. Dia sangat mengharapkan secepat mungkin mengampuni dosa manusia. Apakah anak yang hilang itu yang berlari kepada bapanya? Tidak. Anak yang hilang tidak berlari. Dari dua tindakan bapa dan anak ini, kita nampak bahwa hati bapa yang mau mengampuni anaknya itu ternyata melebihi hati anak yang ingin mendapat pengampunan.

Lukas 15:20b mengatakan, “Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” Pelukan dan ciuman bapa kepada anaknya, semuanya memberitahu kita, bahwa orang dosa yang berpaling kepada Allah sangat diperkenan Allah, sangat disenangi oleh Allah. Belum lagi sang anak menyelesaikan pengakuan dosanya, sang bapa segera menyuruh hamba-hambanya mengambil jubah yang terbaik, cincin yang terbaik, sepatu yang terbaik, dan mengenakannya kepadanya (Luk. 15:22). O, hati Allah Bapa kita yang di sorga yang rela mengampuni dosa kita, melebihi hati kita yang ingin mendapatkan pengampunan dosa!

Jubah yang terbaik melambangkan Kristus menjadi kebenaran kita. Ketika orang dosa mengenakan Kristus, ia bisa mendekati Allah dan dibenarkan oleh Allah. Lalu Bapa mengenakan cincin mengacu kepada pemeteraian Roh Kudus (Luk. 15:22; Ef. 1:13). Bapa juga memberikan sepatu, yang berarti membuatnya terpisah dari tanah (Luk. 15:22). Begitu seseorang kembali kepada Allah, dibenarkan, dan dimaterai oleh Roh Kudus, ia pun terpisah dari dunia yang mencemarkan. Terakhir, Bapa memberikan Kristus sebagai anak lembu tambun yang tersembelih sebagai hayat, kenikmatan, dan kepuasan kita. Ini merupakan aspek batiniah yang menandakan kenikmatan kita terhadap Kristus sebagai suplai hayat telah dipulihkan. Inilah Yobel yang sesungguhnya!

27 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 2 Rabu

Meninggalkan Bapa dan Pergi  ke Negeri yang Jauh

Lukas 15:13

Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.

 

Ayat Bacaan: Luk. 15:11-32; Rm. 6:19

 

Kisah tentang Bapa yang penuh kasih menerima anak yang hilang (Luk. 15:11-32), telah banyak diketahui orang. Sebenarnya dosa apakah yang dilakukan anak hilang itu? Banyak orang berkata, bahwa anak itu menjadi anak yang hilang dikarenakan ia telah menghambur-hamburkan harta benda yang diberikan oleh orang tuanya, ia telah berfoya-foya, main pelacur, makan minum, berjudi, dan sebagainya (Luk. 15:14-16). Tetapi sesungguhnya sejak hari ia menggenggam harta pemberian bapanya, ketika dia masih kaya, dia sudah sebagai anak yang hilang. Begitu ia meninggalkan bapanya, walaupun ia banyak uang dan kaya raya, ia sudah terhitung sebagai anak yang hilang. Jadi, satu kesalahan yang membuatnya menjadi anak yang hilang ialah ia telah meninggalkan bapanya dan pergi ke negeri yang jauh (Luk. 15:13).

Anak yang hilang dalam Lukas 15 adalah gambaran semua manusia. Kejatuhan manusia adalah jatuh dari Allah, jatuh dari warisan yang Allah sediakan. Manusia telah kehilangan Allah sebagai warisan dan kenikmatannya. Tidak saja demikian, manusia juga telah menjual diri kepada dosa sehingga menjadi budak dosa (Rm. 6:19). Dengan kata lain, manusia telah kehilangan Yobel, telah meninggalkan Allah, hidup tanpa Allah, bahkan bermasalah dengan Allah.

Persoalan utama dalam kisah ini bukanlah kaya atau melarat, bukan menjaga babi atau tidak, melainkan hari ini dia ada di mana? Hari ini, di manakah Anda berada? Hari ini, adakah masalah antara Anda dengan Bapa? Jika Anda berada di tempat yang jauh, ini sudah menyatakan bahwa Anda adalah anak yang hilang itu, Anda telah kehilangan kenikmatan Yobel.

Setelah anak hilang ini sadar, dia tidak berketetapan sejak hari ini akan rajin bekerja, mengumpulkan uang, agar kembali menjadi kaya. Tidak demikian. Sebaliknya dia berkata, “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa” (Luk. 15:18). Berdosa terhadap bapa berarti telah melukai hati bapa; ia meninggalkan kasih bapa, menolak perlindungan bapa. Namun, begitu anak yang hilang ini pulang, dalam pandangan bapanya ia bagaikan anak yang telah mati dan hidup kembali, yang telah hilang dan didapat kembali (Luk. 15:24).  

26 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 2 Selasa

Seorang Perempuan Mencari Dirham  yang Hilang

Lukas 15:8

Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?

 

Ayat Bacaan: Luk. 15:8-10; Rm. 1:21; Yoh. 16:8

 

Manusia adalah harta milik Allah. Dalam perumpamaan yang kedua, Tuhan Yesus menggambarkan manusia yang terhilang sebagai satu keping mata uang dirham yang hilang, dan Allah sebagai pemilik dirham tersebut mencarinya, bagaikan seorang perempuan yang menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya (Luk. 15:8). Hal ini menunjukkan betapa berharganya satu jiwa di hadapan Allah. Dia tidak rela kehilangan satu “dirham” pun.

Perempuan yang mencari dirham yang hilang melambangkan Allah Roh Kudus datang ke dalam hati kita untuk mencari kita. Pertama-tama, perempuan ini mencari dengan menyalakan pelita. Ini membuktikan bahwa batin dari seorang yang berdosa adalah gelap. Roma 1:21 mengatakan bahwa pikiran orang berdosa telah menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh telah menjadi gelap. Oleh sebab itu, dalam pencarian-Nya, Allah Roh perlu lebih dahulu menerangi batin kita dengan firman-Nya melalui pemberitaan Injil.

Tidak hanya gelap, kondisi batin orang berdosa juga kotor. Itulah sebabnya Allah Roh perlu menyapu hati kita, memeriksa setiap sudut hati kita, dan menggerakkan hati kita sehingga hati kita gelisah dan menyadari perlunya kita diselamatkan. Setelah Roh Kudus menerangi dan bergerak di dalam kita, kini kita mulai memikirkan masa lampau, sekarang dan yang akan datang;  kita mulai memikirkan dosa, kebenaran, dan penghakiman Allah (Yoh. 16:8). Pada titik ini, bila kita patuh kepada terang Injil dan gerakan Roh Kudus, maka Dia akan memimpin kita kepada pertobatan. Pertobatan yang demikian ini membuat Allah dan para malaikat-Nya bersukacita (Luk. 15:9-10).

Dalam perumpamaan di atas, kita melihat bahwa Roh Kudus bahkan rela mencurahkan seluruh diri-Nya untuk mencari satu jiwa yang hilang. Dia tidak menunggu sampai banyak jiwa terhilang, baru mulai bekerja. Ini memperlihatkan kepada kita betapa kuatnya kasih yang Allah miliki terhadap manusia. Saudara saudari, jika kita ingin melayani Tuhan dengan tepat, kita harus membangkitkan minat yang kuat dan kasih yang tulus terhadap jiwa yang terhilang. Kalau tidak, sangat sulit bagi kita untuk memimpin orang kepada pertobatan.

25 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 2 Senin

Seorang Gembala Mencari Domba  yang Hilang

Lukas 15:4

Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

 

Ayat Bacaan: Luk. 15:4-7; 1 Ptr. 2:25; Rm. 3:23, 11

 

Dalam perumpamaan yang pertama, Tuhan Yesus mewahyukan diri-Nya sebagai Gembala yang datang untuk mencari dan menemukan domba yang hilang dan membawanya kembali ke rumah (Luk. 15:4-7). Asalnya manusia diciptakan Allah adalah untuk keperluan Allah, manusia adalah milik Allah, Allah adalah Tuan dari manusia. Namun karena dosa, manusia sepertilah domba yang tersesat dan terhilang (1 Ptr. 2:25).

Dahulu kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing mengambil jalannya sendiri. Salah satu bukti bahwa manusia telah terhilang adalah bahwa manusia tidak tahu dari mana asal usulnya, ke mana akan pergi, atau dirinya milik siapa. Manusia tehilang karena telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23), bahkan hidup tanpa Allah (Ef. 2:12).

Karena manusia tidak tahu bahwa dirinya telah hilang, maka di dalam diri manusia tidak ada kedambaan untuk mencari Allah. Alkitab mengatakan, “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”   (Rm. 3:11). Walau demikian, Allah kemudian datang mencari manusia melalui Tuhan Yesus. Lewat kematian dan kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus  memberikan hayat-Nya kepada setiap orang yang percaya, sehingga dengan hayat kebangkitan-Nya, Dia dapat membawa mereka kembali kepada Allah.

Bertobatnya seorang berdosa tidak hanya membuat Tuhan Yesus bersukacita, tetapi juga segenap malaikat di surga. Lukas 15:7 mengatakan, “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” Kalau keselamatan manusia tidak penting, kalau pertobatan tidak berharga, malaikat tidak akan bersukacita dan memuji.

Sayangnya, sampai hari ini, perasaan kita terhadap pertobatan atau keselamatan seseorang tidak seberat perasaan malaikat. Ada satu hal yang membuat malaikat iri yaitu Tuhan tidak memberikan amanat pemberitaan Injil kepada malaikat. Bila satu orang dosa beroleh selamat, malaikat di surga bersukacita, bernyanyi. Sebaliknya, jika hari ini kita semua mogok, tidak mau memberitakan Injil, malaikat juga akan “kehilangan” pekerjaannya.

24 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 2 Minggu

Kasih Trinitas Ilahi Melampaui Kejatuhan Orang Berdosa

Lukas 15:2-3

Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka.

 

Ayat Bacaan: Luk. 15:1-32; Mzm. 34:9

 

Dalam menjawab orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menganggap dirinya benar, yang menghakimi Dia karena makan dengan orang-orang dosa, Tuhan Yesus membicarakan tiga perumpamaan yang menyingkapkan dan menggambarkan bagaimana Trinitas Ilahi bekerja membawa orang-orang dosa kembali, melalui Putra, oleh Roh, kepada Bapa.

Pertama-tama, Putra datang dalam keinsanian-Nya sebagai Gembala untuk menemukan orang dosa sebagai domba yang hilang dan membawanya kembali ke rumah (Luk. 15:4-7). Kemudian, Roh itu mencari orang dosa seperti perempuan yang dengan teliti mencari dirham yang hilang sampai ia menemukannya (Luk. 15:8-10). Akhirnya, Bapa menerima orang dosa yang bertobat dan kembali yang dilambangkan sebagai sebagai bapa yang menerima anaknya yang hilang (Luk. 15:11-32).

Seluruh Trinitas Ilahi memustikakan orang dosa dan mengambil bagian dalam membawa dia kembali kepada Allah. Ketiga perumpamaan itu menekankan kasih Trinitas Ilahi melebihi kejatuhan dan pertobatan orang dosa yang menyesal. Kasih ilahi diekspresikan sepenuhnya dalam perhatian yang lemah lembut dari Putra sebagai gembala yang baik, dalam pencarian yang teliti dari Roh sebagai pengasih harta, dan dalam penerimaan yang hangat  dari Bapa sebagai bapa yang mengasihi.

Allah bukan hanya kudus, adil, lebih-lebih adalah kasih. Kudus adalah sifat Allah, adil adalah cara kerja Allah, kasih adalah hati Allah. Allah hanya mempunyai satu hati, hati ini adalah kasih. Meskipun Allah menurut sifat-Nya, berdasarkan cara kerja-Nya memperlakukan kita, tapi Dia lebih-lebih dengan hati-Nya memperlakukan kita. Hati lebih besar daripada sifat, hati lebih tinggi daripada cara kerja. Allah dengan hati kasih-Nya memperlakukan kita.

Banyak orang mengira bahwa Allah itu sangat serius, menakutkan, keras hati. Tetapi mereka yang telah mencicipi kemanisan-Nya memberitahu kita, “Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” (Mzm. 34:9). Manusia yang bermusuhan dengan Allah justru adalah orang yang dikasihi Allah.

23 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 1 Sabtu

Menjadi Tawar dan Dicampakkan dari Kerajaan Allah

Lukas 14:34-35a

Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk dan orang membuangnya saja.

 

Ayat Bacaan: Luk. 14:34-35; 1 Kor. 3:9; Why. 11:15; 21:8; Mat. 8:12; 25:30

 

S etiap orang beriman dalam Kristus sebenarnya adalah garam. Alkitab mengatakan demikian karena garam memiliki sifat-sifat tertentu yang cocok untuk menggambarkan pengaruh dan fungsi kaum beriman terhadap dunia yang rusak ini. Sifat asin adalah sebuah unsur yang membunuh dan meleyapkan kuman-kuman perusak. Bagi dunia yang bobrok ini, para pengikut Tuhan Yesus harus menjadi unsur yang demikian, mencegah bumi dari menjadi bobrok sepenuhnya.

Tuhan menunjukkan bahwa mungkin saja garam itu menjadi tawar. Bagi para pengikut Tuhan, menjadi tawar itu berarti mereka telah kehilangan fungsi mengasinkan. Mereka telah menjadi sama dengan orang-orang dunia, tidak berbeda dengan orang-orang yang tidak percaya. Cita rasa asin kita tergantung pada apakah kita rela meninggalkan hal-hal duniawi dan mengikut Tuhan dengan mutlak. Semakin kita meninggalkan hal-hal duniawi, mengesampingkan hal-hal di luar Allah, cita rasa kita semakin kuat.

Jika terhadap dunia yang bobrok hari ini kita telah kehilangan rasa asin kita atau menjadi tawar, maka kita tidak akan berguna lagi, baik untuk ladang maupun untuk pupuk. Ladang melambangkan gereja yang akan menghasilkan kerajaan yang akan datang (1 Kor. 3:9); sedangkan timbunan pupuk melambangkan neraka, lautan api (Why. 11:15; 21:8). Tidak seorang pun dari orang yang telah diselamatkan cocok untuk tempat yang demikian. Kita memang tidak akan cocok untuk lautan api karena darah Tuhan telah menyucikan kita dan kita telah diselamatkan. Lalu, apakah kita akan cocok untuk kerajaan? Kita mungkin ragu mengatakan bahwa kita cocok untuk kerajaan. Jika demikian, maka kita tidak berguna baik untuk neraka maupun untuk kerajaan. Ini berarti kita cocok untuk tempat yang ketiga, tempat pendisiplinan (Mat. 8:12; 25:30).

Jika hari ini di hadapan Tuhan kita tidak begitu berguna, satu-satunya alasan ialah karena kita tidak mau mengeluarkan harga, tidak rela memenuhi permintaan Tuhan, tidak rela meninggalkan segala yang ada pada diri kita. ltulah sebabnya kita tidak begitu mendapatkan penyertaan Tuhan. Dengan sendirinya, hal ini membuat fungsi kita tidak banyak di hadapan Tuhan.

22 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 1 Jumat

Teladan Meninggalkan Segala bagi Tuhan

Lukas 14:33

Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku

 

Ayat Bacaan: Luk. 14:25-33

 

Madame Guyon (1648 – 1717) adalah salah satu dari sekian banyak orang yang mengasihi Tuhan dan rela menjadi miskin seperti Tuhan. Kekayaan dunia tidak terbilang apa-apa dalam pandangannya. Kerabatnya mengusulkan agar harta miliknya dibagi-bagikan dan ia pun menyetujuinya. Namun, hatinya lebih bersukacita daripada orang-orang yang akan beroleh harta miliknya itu. Hatinya tidak merasa sedih karena hal tersebut, dan ia selamanya tidak menyesal. Baginya, alangkah manis meninggalkan segala-galanya demi Tuhan.

Karena imannya kepada Kristus, Madame Guyon dipenjara empat kali. Pertama kali tahun 1688 di biara St. Marie, dekat Perancis selama 8 bulan. Kedua kali di menara Vincennes, 1695-1696. ketiga kali di biara Vaugirard, 1696-1698. Keempat kali di penjara yang terkenal karena keburukannya, Bastille di Perancis selama empat tahun, 1698-1702. Di Bastille dia ditaruh di salah satu ruang bawah tanah tergelap, dan selama dua tahun terakhirnya di sana, dia tidak boleh bicara dengan siapapun, menulis surat atau menerima tamu. Di dalam penjara dia berkata: “Engkau, O Allahku, perbesar kasih dan kesabaranku sebesar penderitaanku. Semua kegembiraan kita, kerohanian, sementara dan kekal, terkandung pada penyerahan diri kita pada Allah, membiarkan Dia yang mengerjakan bagi dan bersama kita sesuai kehendak-Nya.”

Satu-satunya permintaan Tuhan dalam kitab Injil terhadap kita, orang-orang yang terpanggil, ialah “meninggalkan segala sesuatu”. “Segala sesuatu” berarti “semuanya”. Yang memiliki seribu mengeluarkan seribu, yang memiliki lima puluh ribu mengeluarkan lima puluh ribu. Ini berarti mengeluarkan semua harga. Dalam pandangan Tuhan, semua harga itu adalah sama. Tuhan memuji seorang janda yang mempersembahkan dua keping uang, karena janda itu telah memberikan “segala” nafkahnya. Orang yang memberikan segalanya baru disebut mengeluarkan harga. Tuhan selamanya tidak pernah memperhitungkan kita telah mengeluarkan berapa banyak, yang Tuhan perhitungkan adalah apakah kita telah mengeluarkan segalanya. Tuhan hanya dapat menyatakan fungsi-Nya di atas diri orang yang mau mempersembahkan segalanya bagi Dia.

21 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 1 Kamis

Tiga Syarat Untuk Menjadi Murid Tuhan

Lukas 14:26

Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

 

Ayat Bacaan: Luk. 14:25-33; Gal. 2:20; Rm. 6:3, 6; Kol. 2:20-21; Yoh. 19:17-18

 

Dalam Lukas 14:25-33, Tuhan menyingkapkan harga yang harus dibayar untuk mengikuti Dia kepada orang banyak yang berduyun-duyun mengikuti-Nya. Untuk menjadi murid Tuhan, kita setidaknya perlu memperhatikan tiga hal. Pertama-tama, kita perlu mengesampingkan hubungan alamiah (Luk. 14:26). Ayah, ibu, istri, suami, anak-anak, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau hayat jiwa kita sendiri seringkali menjadi penghalang dalam kita mengikuti Tuhan. Mengapa? Sebab tak jarang Iblis bersembunyi di balik hubungan alamiah kita dengan sanak keluarga, bahkan memperalat mereka untuk melunturkan persembahan diri kita. Itulah sebabnya di sini Tuhan berkata bahwa kita harus membenci hubungan alamiah kita.

Kedua, agar dapat menjadi murid Tuhan, kita harus memikul salib kita dan mengikut Tuhan (Luk. 14:27). Sasaran salib bukanlah penderitaan melainkan pengakhiran orang itu. Kaum beriman dalam Kristus telah disalibkan (diakhiri) bersama Dia (Gal. 2:20, Rm. 6:6). Setelah disatukan dengan Kristus melalui iman, kita seharusnya tinggal di atas salib, membiarkan manusia lama kita di bawah pengakhiran salib (Rm. 6:3, Kol. 2:20-21). Inilah memikul salib kita sendiri. Kristus memikul salib lebih dulu dan kemudian disalibkan (Yoh. 19:17-18). Tetapi kita, kaum beriman dalam Kristus, disalibkan lebih dahulu dan kemudian memikul salib, supaya kita boleh tinggal dalam pengakhiran manusia lama kita. Hanya dengan jalan demikian, kita dapat mengalami dan menikmati Kristus sebagai hayat dan suplai hayat kita.

Ketiga, untuk menjadi murid Tuhan, kita perlu melepaskan diri dari segala milik kita (Luk. 14:33). Apa saja yang tidak cocok dengan Allah, yang berlawanan dengan Allah, yang menggantikan Allah, semuanya harus dikesampingkan. Kalau tidak demikian, kita tidak dapat menjadi murid-Nya. Meninggalkan segala sesuatu di belakang kita berarti melepaskan pikulan berat dan dibebaskan. Selama ini mungkin Anda dibebani oleh kedudukan, kekayaan, dan kekhawatiran akan masa depan Anda. Anda perlu dibebaskan dari pikulan berat itu. Oleh sebab itu, kita perlu berpaling kepada Tuhan, membiarkan Dia menduduki kita sehingga Dia dapat dengan limpah membaurkan diri-Nya ke dalam kita.

20 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 1 Rabu

Pergilah, Bawalah, dan Paksalah!

Lukas 14:21b

Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.

 

Ayat Bacaan: Luk. 14:15-24; Kis. 22:16; Yud. 23

 

Perjamuan yang Allah adakan bagi banyak orang, tidak hanya mengacu kepada kenikmatan atas keselamatan kekal dari api neraka, tetapi terlebih mengacu kepada kenikmatan atas Kristus pada jaman ini dan pada jaman yang akan datang. Kenikmatan atas Kristus yang demikian ini adalah pengalaman kita yang sejati atas tahun Yobel.

Mengingat betapa pentingnya hal ini, maka tuan rumah itu (Allah) menghendaki hambanya pergi dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan membawa masuk orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh, sebab segolongan orang yang pertama telah menolak undangan tersebut (Luk. 14:21). Sekali pun perintah ini telah dilaksanakan, ternyata masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: “Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh” (Luk. 14:23).

Terhadap hamba-hamba-Nya, Allah memberikan perintah dengan tiga kata kerja penting: Pergilah, bawalah, dan paksalah (Luk. 14:21, 23). Tiga kata kerja tersebut menunjukkan betapa penting dan seriusnya perjamuan yang Allah adakan. Kalau kita ingin berbagian dalam pemberitaan Injil Allah, kita harus selalu ingat akan tiga kata yang Allah katakan: Pergilah, bawalah, paksalah! Kita harus pergi memberitakan Injil, membawa orang kepada Allah, dan memaksa orang yang tekadnya lemah guna menerima keselamatan. Terhadap orang yang tekadnya lemah atau ragu-ragu, seringkali tidak cukup hanya diberi anjuran, namun perlu diberikan dorongan yang lebih kuat (secara positif) untuk menerima karunia keselamatan (Kis. 22:16).

Memberitakan Injil, menyelamatkan jiwa orang, haruslah seperti menarik orang dari tengah kobaran api. Alkitab mengatakan, “Selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api...” (Yud. 23). Menyelamatkan jiwa pun seperti menarik puntung dari api (Za. 3:2); jangan terlambat, melainkan harus cepat-cepat. Begitu kendur sedikit, kandaslah jiwa-jiwa itu. Itulah sebabnya Allah berkata dengan serius: Pergilah, bawalah, dan paksalah! Sebab itu, mumpung pintu karunia masih terbuka, marilah kita giat memberitakan Injil!

19 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 1 Selasa

Jangan Menolak

Lukas 14:17-18a

Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf.

 

Ayat Bacaan: Luk. 14:15-24

 

Setiap kali kita menganjuri orang untuk mendengarkan Injil, sering kali menemui satu kesulitan, yaitu orang selalu mencari alasan untuk menolaknya. Boleh dikata siapa pun juga, jika dianjuri untuk percaya Tuhan Yesus, selalu berusaha mencari alasan untuk menghindar dan menolak. Kalau tidak berkata tidak ada waktu, pasti berkata kurang sehat, jika tidak mengatakan sibuk, pasti mengatakan tidak mengerti. Alasan-alasan itu seolah telah dipersiapkan lebih dulu, sebab begitu kita menganjurinya percaya Tuhan Yesus, dia segera menjawab dengan kata-kata tolakan itu.

Tuhan Yesus berkata: “Ada seseorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang” (Luk. 14:16). Di sini “seseorang” ditujukan kepada Allah; “mengadakan perjamuan besar” ditujukan kepada karunia keselamatan yang Allah sediakan bagi kita, yaitu Injil. Perjamuan ini adalah perjamuan Injil. “Mengundang banyak orang” ditujukan kepada mengundang banyak orang untuk mendengarkan Injil. Dalam perjamuan Injil, semuanya sudah siap (Luk. 14:17). Allah telah membereskan dosa-dosa kita melalui penebusan Kristus, dan Dia dapat membuat kita menerima hidup kekal serta berkat surgawi.

Perjamuan telah tersedia, tetapi apakah para undangan datang? Lukas 14:18-20 mengatakan, “Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.” Sebenarnya semua alasan itu adalah alasan-alasan yang sangat dipaksakan, kurang masuk akal. Umumnya orang melihat tanah dulu, baru kemudian membelinya; orang selalu mencoba lembu dulu, baru kemudian membelinya.

Salah satu penyebab utama seseorang tidak beroleh karunia Allah adalah karena ia terlalu banyak beralasan. Beralasan dengan Allah membuat kita menderita kerugian yang besar (Luk. 14:24). Peringatan ini juga berlaku bagi kita yang sudah beroleh keselamatan. Orang Kristen yang suka beralasan dengan Allah, pasti akan menderita kerugian rohani yang besar.

18 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 1 Senin

Orang-orang yang Allah Undang kepada Keselamatan-Nya

Lukas 14:13

Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.

 

Ayat Bacaan: Luk. 14:7-14; 1 Ptr. 5:5; Why. 11:18

 

Setelah menyembuhkan seorang penderita busung air yang datang ke rumah salah seorang pemimpin Farisi, Yesus kemudian mengajarkan moralitas berkaitan dengan sikap yang harus dimiliki oleh orang yang diundang dan yang mengundang (Luk. 14:7-14). Terhadap orang yang diundang, Yesus menekankan perlunya kerendahan hati (ay. 11), dan terhadap orang yang mengundang, Yesus menekankan perlunya mengundang orang-orang yang miskin, cacat, lumpuh, dan buta (ay. 13-14).

Karena disebutkan bahwa pengajaran Tuhan di atas merupakan suatu perumpamaan (Luk. 14:7), maka pengajaran tersebut tentulah mengandung makna yang rohani. Ketika Allah mengundang kita, bagaimanakah seharusnya sikap kita? Kita harus dengan rendah hati datang kepada-Nya dan menerima Dia. Sebaliknya, orang yang merasa puas diri, membenarkan diri, atau merasa dirinya mampu, mustahil beroleh karunia dari Allah. Allah hanya akan memberi karunia kepada satu jenis orang, yaitu orang yang rendah hati (1 Ptr. 5:5).

Di aspek yang lain, ketika Allah melalui Injil mengundang kita untuk menerima karunia-Nya, bagaimanakah keadaan kita pada waktu itu? Keadaan kita waktu itu di hadapan Allah tak ubahnya seperti orang yang miskin, cacat, lumpuh, dan buta. Itulah sebabnya Tuhan berkata, “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta” (Luk. 14:13). Mereka ini adalah orang-orang yang Allah undang kepada keselamatan-Nya.

Setelah kita menerima karunia keselamatan, kita perlu bekerja sama dengan Tuhan dalam pelayanan Injil-Nya. Injil adalah suatu kabar sukacita, juga suatu undangan surgawi. Dengan memberitakan Injil, sesungguhnya kita sedang mengundang orang-orang berdosa, yang dilambangkan sebagai orang-orang yang miskin, cacat, lumpuh, dan buta (Luk. 14:13), untuk memperoleh karunia keselamatan Allah. Bila kita mau demikian bekerja sama dengan Tuhan, maka tidak hanya orang-orang yang kita undang itu akan beroleh faedah yang kekal, terlebih kita pun akan mendapatkan upah pada hari kebangkitan orang-orang benar (Luk. 14:14; Why. 11:18).

17 January 2009

Lukas Volume 5 - Minggu 1 Minggu

Menyembuhkan Penderita Busung Air pada Hari Sabat

Lukas 14:3b-4

“Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi.

 

Ayat Bacaan: Luk. 14:1-6; Yoh. 6:63

 

Hari Sabat adalah hari di mana seluruh umat Allah seharusnya menikmati kebebasan dan perhentian. Namun, bagi bangsa Yahudi, hari Sabat telah menjadi semacam ritual agama belaka sehingga mereka tidak memiliki kebebasan, perhentian, dan kenikmatan akan Allah. Oleh sebab itu Yesus datang untuk membebaskan umat Allah dari kondisi mereka yang kasihan di bawah belenggu agama Yahudi.

Lukas 14:1-6 dengan jelas memperlihatkan kepada kita bagaimana Yesus membebaskan orang yang menderita penyakit busung air pada hari Sabat dengan jalan menyembuhkan dia. Dengan melakukan ini, Yesus seolah mengumumkan kepada orang-orang Farisi bahwa dalam Sabat Tuhan, setiap orang dari umat Allah seharusnya menikmati kebebasan, perhentian, dan kenikmatan; bukannya penderitaan, penawanan, dan penindasan.

Busung air adalah suatu penyakit yang menyebabkan tubuh seseorang membengkak karena pembentukan cairan dalam rongga-rongga dan jaringan-jaringan tubuhnya. Kondisi ini melambangkan fungsi hayat batiniah kita yang tidak normal di hadapan Allah sehingga menyebabkan kematian rohani.

Dalam jaman ini, seseorang mungkin tidak begitu menyadari betapa bahayanya penyakit “busung air” ini, sebab ia mungkin selalu hadir dalam pertemuan ibadah gereja, atau secara rutin membaca Alkitab, atau memasukkan uang ke peti persembahan. Secara lahiriah, kita mungkin adalah orang yang rajin dan taat beribadah melaksanakan rutinitas gerejani. Namun, bagaimanakah fungsi hayat batiniah kita di hadapan Allah? Adakah kita memiliki kepekaan rohani terhadap gerakan Roh Allah di batin kita?

Penyakit busung air pada akhirnya akan mengakibatkan kematian rohani. Satu-satunya jalan penyembuhan yang Tuhan tunjukkan adalah dengan menerima jamahan-Nya (Luk. 14:4). Hari ini jamahan Tuhan ada di dalam Roh itu, dan Roh itu terkandung di dalam firman (Yoh. 6:63). Ketika kita membenamkan diri kita di dalam firman-Nya dengan melatih roh kita, maka kita akan mengalami jamahan Tuhan melalui Roh-Nya yang mengurapi kita. Praktek yang demikian akan memulihkan fungsi hayat batiniah kita.

16 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 4 Sabtu

Seperti Induk Ayam Mengumpulkan Anak-anaknya
Lukas 13:34b-35a
Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.

Ayat Bacaan: Luk. 13:31-35; Yes. 31:5; Ul. 32:11-12; Rm. 11:23, 26

Setelah memberikan dorongan agar murid-murid-Nya berjuang untuk masuk ke dalam kenikmatan yang penuh atas Kerajaan Allah, Tuhan memberitahu mereka bahwa Dia akan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem, karena di sanalah semestinya Dia akan dibunuh (Luk. 13:33). Tuhan tahu dengan pasti bahwa hanya melalui kematian dan kebangkitan-Nya, kaum beriman dapat dibawa masuk ke dalam kenikmatan Yobel itulah sebabnya Tuhan tidak pernah mengubah arah perjalanan-Nya, walau pun ada bahaya dari Herodes (Luk. 13:31), Dia tetap melanjutkan perjalanan ke Yerusalem.
Setelah mengatakan perkataan itu, Tuhan seolah mengeluh di dalam Roh-Nya dan berkata, “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau” (Luk. 13:34). Sikap para pemimpin agama Yahudi terhadap Tuhan memang patut disayangkan. Mereka tidak mengenal dengan benar siapakah Yesus yang ada di hadapan mereka, sehingga mereka menolak Dia (Yoh. 1:11). Dalam Perjanjian Lama, Allah melindungi Yerusalem sama seperti seekor burung yang berkepak-kepak melindungi sarangnya (Yes. 31:5; Ul. 32:11-12). Maka, ketika Tuhan berkata, “Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,” seharusnya para pemimpin Yahudi tahu bahwa Dia adalah Allah itu sendiri.
Sebagai akibat dari penolakan mereka terhadap Tuhan, Dia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi” (Luk. 13:35a). Kata “rumah” di sini pasti mengacu kepada rumah Allah, Bait Allah (Luk. 19:46-47). Ini adalah rumah Allah, tetapi sekarang disebut “rumahmu” karena mereka telah membuatnya menjadi sarang penyamun.
Selanjutnya Tuhan berkata, “... Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Luk. 13:35b). Ini adalah kedatangan Tuhan kali kedua, ketika sisa Israel berpaling untuk percaya kepada-Nya dan diselamatkan (Rm. 11:23, 26).

15 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 4 Jumat

Berjuanglah Untuk Masuk Melalui Pintu yang Sesak Itu!
Lukas 13:24
Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.”

Ayat Bacaan: Luk. 13:24-27; Ef. 2:13; Ibr. 10:19, 22; Rm. 8:4

Karena kondisi gereja telah merosot dan terusak, maka Tuhan memberikan dorongan kepada kita agar berjuang untuk masuk ke dalam Kerajaan melalui pintu yang sesak. Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, ada seorang bertanya kepada-Nya, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” (Luk. 13:23). Meskipun pertanyaan ini agak bodoh atau kabur, tetapi Tuhan menjawabnya dengan sangat jelas: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!...” (Luk. 13:24).
Kata “masuk” di sini bukan hanya berarti diselamatkan; terlebih masuk ke dalam Yobel yang penuh, yakni masuk ke dalam kenikmatan yang penuh akan Kerajaan Allah, bukan hanya pada zaman ini melainkan juga pada zaman yang akan datang. Untuk dapat masuk ke dalam kenikmatan yang penuh atas Kerajaan Allah, setiap kita di jaman ini harus berjuang, bergumul, tidak bisa bersantai-santai sambil mengharapkan suatu hari kelak dapat masuk.
Kalau di jaman ini kita tidak berjuang untuk masuk melalui pintu yang sesak itu, maka ketika Tuhan datang dengan Kerajaan-Nya, Dia akan berkata kepada kita, “Aku tidak tahu dari mana kamu datang” (Luk. 13:25). Kalimat ini berarti Tuhan tidak mengapresiasi kita, tidak memperkenan kita, terlebih tidak memberikan pujian apa pun kepada kita. Bukan hanya itu, Dia juga akan berkata, “... enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan” (Luk. 13:27). Perkataan Tuhan di sini sungguh amat serius!
Apakah pintu yang sesak itu, dan bagaimanakah melaluinya? Saudara Watchman Nee dalam bukunya yang berjudul Kehidupan Orang Kristen yang Normal mengatakan bahwa pintu yang sesak adalah sebuah pos pertobatan dan iman, yang olehnya kita bisa menghampiri Allah (Ef. 2:13). Pintu ini membawa kita berjalan pada jalan yang senantiasa bersekutu dengan Tuhan. Agar kita dapat melaluinya, dapat senantiasa mendekati Allah, maka setiap hari kita memerlukan darah adi Tuhan (Ibr. 10:19, 22). Segera setelah kita melewati pintu yang sesak itu, barulah kita dapat berjalan dalam ketaatan kepada Roh itu (Rm. 8:4). Hanya melalui pertobatan, iman, dan ketaatan kepada Roh itu, kita dapat masuk ke dalam kenikmatan yang penuh atas Yobel.

14 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 4 Kamis

Perumpamaan tentang Biji Sesawi dan Ragi
Lukas 13:18-19
Maka kata Yesus: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.”

Ayat Bacaan: Luk. 13:18-21; 1 Kor. 5:6-8; Mat. 6:6; 11-12

Dalam pasal-pasal sebelumnya, firman Tuhan mengenai kerajaan dalam Injil Lukas bersifat positif. Tetapi dalam Lukas 13:18-21, Dia berbicara kepada murid-murid mengenai kerajaan itu secara negatif, mengajar mereka tentang kerajaan sebagai biji sesawi dan sebagai ragi. Fakta bahwa biji sesawi ini bertumbuh menjadi sebuah pohon menunjukkan bahwa biji sesawi ini tidak bertumbuh menurut jenisnya sebagaimana prinsip penciptaan Allah dalam Kejadian pasal satu. Jika kita nampak dengan jelas akan hal ini, maka kita tidak akan menafsirkan perumpamaan ini secara positif.
Menurut sifat surgawi dan rohaninya, gereja seharusnya seperti biji sesawi, yang sementara di bumi. Tetapi karena sifatnya sudah berubah, maka gereja menjadi berakar dalam-dalam dan menetap di bumi seperti sebuah pohon, yang semarak dengan berbagai usahanya seperti cabang-cabang yang menampung orang-orang dan hal-hal yang jahat. Hal ini membentuk organisasi luaran dari penampilan lahiriah Kerajaan Allah yang dilambangkan oleh burung-burung di udara yang bersarang pada cabang-cabang pohon ini (Luk. 3:19).
Dalam Lukas 13:20-21 Tuhan berkata, “... Kerajaan itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya.” Menurut konsepsi beberapa orang, ragi melambangkan kekuatan Injil yang menyebar ke seluruh bumi. Tetapi dalam Alkitab ragi tidak memiliki makna yang positif, sebaliknya ragi melambangkan hal-hal yang jahat (1 Kor. 5:6, 8) dan doktrin-doktrin yang jahat (Mat. 16:6, 11-12). Gereja, sebagai Kerajaan Allah yang praktis dengan Kristus — tepung halus yang tidak beragi — sebagai isinya, haruslah menjadi roti yang tidak beragi (1 Kor. 5:7-8).
Dua perumpamaan yang ada dalam 13:18-21 menunjukkan bahwa Yobel telah datang, tetapi telah kehilangan sifatnya. Di satu pihak, kerajaan ini telah berkembang menjadi sesuatu yang bukan menurut jenisnya; di pihak lain, kerajaan ini telah menjadi khamir, yakni isinya telah rusak. Bila kita nampak situasi pada hari ini, kita nampak bahwa dalam agama Kristen yang merosot, sifat Yobel yang sebenarnya telah hilang.

13 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 4 Rabu

Menyembuhkan Perempuan yang Bungkuk
Lukas 13:11-12
Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.”

Ayat Bacaan: Luk. 13:10-17

Dalam Lukas 13:10-17 terdapat kasus Manusia-Penyelamat menyembuhkan dan membebaskan seorang perempuan yang bungkuk pada hari Sabat. Perempuan itu telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. “Roh” ini adalah roh najis, salah satu roh makhluk hidup tidak bertubuh yang hidup di zaman pra-Adam dan dihakimi oleh Allah ketika mereka bergabung dalam pemberontakan Iblis.
Karena roh kelemahan ini, maka perempuan ini “bungkuk”. Secara harfiah, bahasa Yunani yang diterjemahkan “bungkuk” berarti “tertekuk”. Ini mungkin menandakan tekanan dari roh najis terhadap seseorang sampai sedemikian rupa, sehingga orang itu bungkuk, hanya mengarah kepada dunia Iblis dan tidak dapat berdiri dengan tegak memandang ke surga. Tuhan Yesus melihat bahwa perempuan yang bungkuk itu tidak dapat berdiri tegak, dipaksa hanya melihat ke bumi sebagai akibat dari pekerjaan yang dilakukan oleh Iblis terhadapnya melalui roh-roh najisnya.
Saudara saudari kekasih, adakah daya tarik dunia ini membuat Anda tidak dapat memandang ke surga? Apakah pekerjaan begitu menekan Anda sehingga pandangan Anda tidak bisa lagi di arahkan ke surga? Apakah hal-hal di bumi begitu menduduki Anda sehingga hal-hal yang di surga tidak lagi memikat hati Anda? Kalau demikian halnya, maka secara rohani, Anda sama dengan perempuan yang bungkuk ini. Anda tidak bisa berdiri tegak mengikuti Tuhan.
Namun pada hari ini, bila kita mau datang ke hadapan Tuhan, berpaling kepada-Nya dengan pengakuan yang tulus, maka Tuhan akan berkata kepada kita seperti Dia berkata kepada perempuan itu, “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh. Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga tegaklah perempuan itu, dan memuliakan Allah” (Luk. 13:12-13).
Hanya Tuhan saja yang sanggup memulihkan keadaan kita yang “bungkuk”, sehingga kita memiliki perhentian (Sabat) yang sejati, tidak lagi berada di bawah belenggu. Dengan firman-Nya dan jamahan tangan-Nya, kita dipulihkan sehingga kita dapat tegak bagi Tuhan dan memuliakan Allah sepanjang hidup kita!

12 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 4 Selasa

Ajaran tentang Pertobatan
Lukas 13:7
Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!

Ayat Bacaan: Luk. 13:1-9; Mat. 21:19, 33; Yer. 24:2-8; 2 Ptr. 3:9; Ibr. 10:37

Sekali lagi Tuhan memperingatkan kita untuk bertobat (Luk. 13:1-5). Dia seolah-olah memberi tahu kita, “Jangan mengira bahwa orang-orang itu penuh dosa sedangkan kamu tidak. Jika kamu tidak bertobat, kamu juga akan binasa dengan cara demikian.” Dalam Lukas 13:6-9 Tuhan selanjutnya menyampaikan perumpamaan tentang seorang yang memiliki sebuah pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya. Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Allah sebagai pemilik datang di dalam Putra untuk mencari buah dari orang Yahudi, yang diumpamakan sebagai pohon ara (Mat. 21:19; Yer. 24:2, 5, 8) yang ditanam di tanah perjanjian Allah sebagai kebun anggur (Mat. 21:33).
Allah Bapa telah mencari buah selama tiga tahun (Luk. 13:7), tetapi tidak menemukan satu buah pun. Dia ingin menebangnya, tetapi Allah Putra sebagai pengurus kebun anggur berdoa bagi mereka, meminta Allah Bapa untuk bersabar terhadap mereka sampai Putra mati bagi mereka (mencangkul tanah sekeliling pohon ara itu) dan memberikan pupuk kepada mereka, dengan harapan agar mereka dapat bertobat dan menghasilkan buah. Jika tidak, mereka akan ditebang. Inilah sebenarnya yang terjadi. Karena orang-orang Yahudi tidak bertobat, bahkan setelah Tuhan Yesus mati, bangkit, dan Roh itu datang, maka “pohon ara itu ditebang”. Ini terjadi pada tahun 70 M ketika Titus membawa pasukan Romawinya ke Yerusalem dan menghancurkannya. Penghancuran Yerusalem itu adalah penebangan pohon ara itu.
Nubuat terhadap bangsa Israel seharusnya juga menjadi pelajaran bagi kita. Petrus mengatakan bahwa Tuhan dalam kesabaran-Nya masih memberi kita waktu, “karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Ptr. 3:9). Penulis kitab Ibrani juga mengingatkan kita, “Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, ...” (Ibr. 10:37). Saudara saudari, kita patut bersyukur karena Tuhan masih memberi kita sedikit waktu. Apakah kita dipotong atau tidak, ditentukan oleh apakah kita memiliki kenikmatan yang riil atas kekayaan Kristus. Ini sangat serius. Kekurangan utama dari banyak orang Kristen adalah mereka tidak memiliki kehidupan berbuah pada waktunya. Kita harus bangkit menghasilkan buah.

11 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 4 Senin

Pertentangan Antara Dua Kerajaan
Lukas 12:51
Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.

Ayat Bacaan: Luk. 12:51-52; Mat. 10:34; 1 Yoh. 5:19; Ef. 6:12

Untuk apakah Tuhan datang ke dunia? Di satu pihak, Tuhan memang datang untuk membawa damai sejahtera kepada manusia (Luk. 2:14), namun di pihak lain, Tuhan datang untuk membawa pertentangan (Luk. 12:51), bahkan membawa pedang (Mat. 10:34). Pertentangan ini terjadi karena hayat Satan di dalam orang-orang yang tidak percaya senantiasa bergumul melawan hayat ilahi di dalam kaum beriman. Pergumulan ini merupakan suatu pertentangan antara kerajaan Satan dan Kerajaan Allah.
Seluruh bumi berada di bawah kuasa si jahat (1 Yoh. 5:19). Tuhan Yesus datang untuk memanggil orang berdosa keluar dari penjajahan si jahat. Hal ini pasti menimbulkan perlawanan dari Iblis, sehingga ia pun menghasut orang-orang di bawah perampasannya untuk berperang melawan orang-orang yang dipanggil oleh Tuhan. Dalam Lukas 12:52 Tuhan melanjutkan, “Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.” Pertentangan ini terjadi berkali-kali sepanjang sembilan belas abad belakangan ini.
Bagaimana sikap kita terhadap anggota-anggota keluarga kita yang belum percaya Tuhan? Tentu kita tidak boleh melakukan apa-apa untuk memulai suatu peperangan di dalam keluarga kita. Kita tidak boleh mendatangi mereka dan berkata, “Aku memiliki hayat ilahi, tetapi kalian tidak. Karena itu akan ada peperangan antara aku dengan kalian sebab kalian akan melawan aku.” Mengatakan perkataan seperti ini tentu bodoh sekali. Kita tidak boleh menyulut pertentangan dengan keluarga kita, sebaliknya kita harus memperhidupkan Kristus, memelihara damai sejahtera, dan membiarkan Tuhan bekerja di dalam situasi itu. Mengapa? Sebab sebenarnya musuh kita bukanlah manusia, melainkan Satan yang berhuni di dalam mereka (Ef. 6:12).
Walau keluarga mungkin menentang kita karena iman kita kepada Kristus, kita perlu baik-baik berdoa bagi mereka, berdoa agar Tuhan mengikat orang kuat itu (Satan), sehingga satu per satu anggota keluarga kita yang belum percaya dapat diselamatkan. Doa yang dengan tekun dipanjatkan dan kerja sama kita dengan Tuhan akhirnya akan mengakhiri perlawanan musuh.

10 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 4 Minggu

Melemparkan Api ke Bumi
Lukas 12:49
Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!

Ayat Bacaan: Luk. 12:49; Yes. 4:3-4; 2 Kor. 5:13-14; Yer. 20:9; 2 Tim. 1:6

Api apakah yang Tuhan lemparkan ke bumi? Api yang Tuhan sebutkan dalam Lukas 12:49 bukanlah api dalam makna sesungguhnya (literal), melainkan sebuah kiasan untuk menggambarkan suatu daya dobrak hayat rohani yang berasal dari pembebasan hayat ilahi Tuhan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kita tahu dari catatan dalam Kisah Para Rasul bahwa setelah Tuhan wafat, “api” ini mulai menyala (Kis. 1:8)
Menyalanya api yang Tuhan lemparkan ke bumi, pertama-tama dialami oleh gereja di Yerusalem. Ketika Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, ada lidah-lidah seperti api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing, membakar mereka untuk memberitakan Injil. Tiga ribu hingga lima ribu orang diselamatkan, dan mereka pun “terbakar” hingga menjual harta milik mereka, lalu dengan bertekun dan dengan sehati menempuh hidup gereja, bersekutu, memecahkan roti, dan berdoa. Setiap hari, mereka tidak henti-hentinya mengajarkan kepada orang tentang Yesus Kristus. Ketika gereja di Yerusalem dianiaya, murid-murid terpencar ke berbagai tempat. Namun mereka bukan mengungsi, melainkan melemparkan api Injil ke mana-mana (Kis. 11:19-20)
Roh Allah adalah Roh yang “membakar” (Yes. 4:3-4). Karena terbakar oleh Roh Kudus, Paulus tak dapat menguasai diri di hadapan Allah, dan hatinya bersungguh-sungguh untuk firman (2 Kor. 5:13-14). Dalam Perjanjian Lama, Nabi Yeremia juga bersaksi bahwa di dalam hatinya ada sesuatu seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangnya, sehingga ia tidak sanggup membungkam (Yer. 20:9).
Bagaimanakah agar kita hari ini dapat mengalami “api” itu? Pertama-tama kita harus mempersembahkan diri kepada Tuhan (Rm. 12:1). Persembahan diri yang demikian dapat membuat roh kita menyala-nyala (Rm. 12:11). Tidak cukup demikian, dalam suratnya kepada Timotius, Paulus menasihati dia untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padanya (2 Tim. 1:6). Kita sebenarnya sudah memiliki api itu, tetapi mungkin api itu redup. Sebab itu kita harus kembali mengobarkan api yang ada di dalam kita, sampai kita terbakar. Terakhir, Paulus berpesan kepada kita, “Janganlah padamkan Roh” (1 Tes. 5:19).

09 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 3 Sabtu

Banyak Diberi, Banyak Dituntut
Lukas 12:48b
Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.

Ayat Bacaan: Luk. 12:45-48; Ef. 4:12; 1 Ptr. 2:5

Tidak semua hamba Tuhan itu setia dan bijaksana, ada pula yang jahat (Luk. 12:45). Mereka berkata dalam hatinya, “Tuanku tidak datang-datang.” Karena itu, mereka mulai memukul hamba-hamba yang lain, lalu makan minum dan mabuk. Mereka tahu Tuhan akan datang, tetapi tidak mengharapkan kedatangan-Nya. Mereka tahu suatu hari kelak Tuhan pasti datang, namun mereka tidak merasa perlu mempersiapkan kedatangan-Nya, sebaliknya malah menganiaya hamba-hamba yang lain dan hidup di dalam ketidakbenaran. Mereka tidak setia mengurusi rumah Tuhan.
Lukas 12:46 mengatakan, “Maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.” Apa yang akan Tuhan lakukan pada kedatangannya kembali terhadap hamba yang jahat sungguh amat mengerikan. Perkataan ini seharusnya juga membuat kita diterangi dan terdorong untuk lebih setia melayani di dalam rumah Tuhan. Melalui firman kudus-Nya, kita mengenal kehendak Tuhan, bahwa Dia ingin membangun Tubuh-Nya, yakni gereja (Ef. 4:12; 1 Ptr. 2:5). Selain itu, Dia telah memberikan karunia, membagi-bagikan talenta kepada kita, untuk melakukan kehendak-Nya itu. Namun masalahnya, setiakah kita melakukannya?
Lukas 12:47 mengatakan, “Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.” Bila kita sudah tahu kehendak Tuhan, tetapi tidak mau melakukannya, maka Tuhan akan memandang kita sebagai hamba yang jahat. Sebagai akibatnya, kita akan menerima banyak pukulan pada hari penghakiman kelak.
Sudah berapa banyakkah kita melakukan kehendak-Nya? Yang tidak kita ketahui tidak perlu dibicarakan, tetapi firman yang kita ketahui sudahkah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh? Di depan takhta penghakiman kelak kita tidak dapat beralasan dengan berkata bahwa kita tidak tahu apa itu kehendak Tuhan, atau beralasan tidak diberi talenta. Oleh sebab itu, marilah kita hari ini dengan setia melayani di dalam rumah-Nya, setia melakukan kehendak-Nya.

08 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 3 Jumat

Hendaklah Kamu Bersiap Sedia!
Lukas 12:39-40
Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.

Ayat Bacaan: Luk. 12:37-44; Ef. 2:19; 1 Tim. 3:15; Mat. 4:4; Yoh. 6:63

Agar kita dapat menempuh kehidupan dengan standar moralitas yang tertinggi dan berbagian dalam tahun Yobel Perjanjian Baru serta menikmati Allah sampai pada puncaknya, kita perlu waspada terhadap kemunafikan, ketamakan, dan kekhawatiran. Kita tidak boleh tertawan oleh agama usang atau disimpangkan oleh kekhawatiran. Sebaliknya, kita harus belajar waspada dan setia, melayani Tuhan dengan kewaspadaan dan kesetiaan.
Setiap orang beriman adalah hamba Tuhan, dan tugas dari seorang hamba adalah menantikan Tuannya pulang dengan berjaga-jaga (Luk. 12:37-38). Namun, berjaga-jaga di sini bukan berarti pasif, tidak melakukan apa-apa, sebaliknya mengurus rumah dengan setia dan bijaksana, memberi makan umat Allah pada waktunya (Luk. 12:42). Tuhan selanjutnya mengatakan, “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya” (Luk. 12:43-44).
“Rumah” yang dikatakan dalam Lukas 12:42 menunjukkan kaum imani (Ef. 2:19), yang adalah gereja (1 Tim. 3:15). Memberi mereka makan berarti melayankan firman Allah dengan Kristus sebagai suplai hayat kepada kaum imani di dalam gereja (Mat. 4:4; Yoh. 6:63). Sebagai hamba-hamba Tuhan, kita semua wajib belajar bagaimana melayankan suplai hayat kepada kaum beriman yang adalah rumah Tuhan tepat pada waktunya.
Sebagai hamba Tuhan yang melayani Dia, kita harus setia dan bijaksana. Setia berarti tidak asal-asalan, sedangkan bijaksana adalah menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan amanat yang Tuhan berikan kepada kita menurut kehendaknya. Kesetiaan ialah sikap kita terhadap kaum imani. Berjaga-jaga itu untuk pengangkatan ke dalam hadirat Tuhan, sedangkan kebijaksanaan adalah untuk berkuasa dalam kerajaan. Inilah syarat bagi kita yang ingin melayani Tuhan, diperkenan Tuhan, dan menerima pahala pada saat Dia datang kembali. Saudara saudari, bila orang lain dengan setia melayani Tuhan, bisakah kita duduk tenang? Hamba yang sudah tahu akan kehendak tuannya tetapi tidak melakukannya, ia akan menerima banyak pukulan.

07 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 3 Kamis

Di mana Hartamu, di Situ Pula Hatimu
Lukas 12:33b-34
Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Ayat Bacaan: Luk. 12:34

Setiap orang yang mengenal kasih karunia Tuhan pasti dapat merasakan bahwa mempersembahkan diri dan segala miliknya kepada Tuhan dapat membuat ia semakin mengasihi Tuhan. Sebaliknya, orang yang tidak mempersembahkan dirinya dan segala miliknya kepada Tuhan, bagaimanapun ia berkata bahwa ia mengasihi Tuhan, tidak akan berhasil. Persembahan kita gagal, karena hati kita berada di dunia; hati kita di dunia, karena harta, mamon, juga di dunia. Karena itu meskipun mulut kita berkata mengasihi Tuhan, tetapi hati kita tidak berdaya mengasihi Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Luk. 12:34). Sampai saat kita mengirimkan harta kita kepada Tuhan, saat itulah hati kita ikut datang kepada Tuhan. Hati kita tidak bisa dikendalikan dan tidak bisa mempersembahkan; karena itu kita tidak seharusnya menanggulangi hati kita, melainkan harus menanggulangi harta kita. Ketika kita mengirimkan harta kita ke surga, hati kita juga akan pergi ke surga.
Penderitaan orang Kristen terletak pada hatinya yang tidak bisa mengasihi Tuhan, tidak bisa terarah kepada Tuhan. Bila hati seseorang bisa menghampiri Tuhan, bisa mengasihi Tuhan, itu adalah satu perkara yang paling menyenangkan di dunia ini. Namun semuanya ini perlu diawali dengan tindakan mempersembahkan harta, barulah kita bisa mulai mengasihi Tuhan.
Mempersembahkan harta tidak hanya membuat kita mulai bangun mengasihi Tuhan, juga membuat kita mulai benar-benar mengasihi saudara saudari. Hanya mempersembahkan apa yang lebih pada kita, belum bisa membuat kita mengasihi saudara saudari; ketika kita mengeluarkan semuanya, Tuhan akan memecahkan lingkaran mengasihi diri kita sendiri, sehingga kita terlepas dari dunia egoisme yang sempit, mulai belajar mengasihi saudara saudari. Selain itu, mempersembahkan harta juga bisa membuat kita mengasihi orang dosa, dapat merasakan bahwa setiap jiwa itu berharga.
Semoga Allah mengaruniakan berkat-Nya yang besar kepada kita, sehingga kita dapat bersaksi bahwa hati kita ada di surga sebab di sanalah harta kita berada. Hanya dengan demikian kita benar-benar memiliki kasih dan sukacita.

06 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 3 Rabu

Janganlah Hendaknya Kamu Kuatir akan Hidupmu
Lukas 12:22
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang akan kamu makan, dan janganlah kamu kuatir akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.”

Ayat Bacaan: Luk. 12:16-34; Pkh. 5:11

Orang yang tamak akan harta benda penuh dengan kekuatiran dan tidak ada perhentian (Luk. 12:16-18; Pkh. 5:11). Allah menyebutnya sebagai “orang bodoh”, sebab ia tidak tahu bahwa mati hidupnya bukan tergantung padanya, melainkan tergantung Allah. Jika Allah pada malam ini hendak mengambil jiwanya, maka sia-sialah jerih lelahnya dalam mengumpulkan harta selama bertahun-tahun (Luk. 12:20). Mengumpulkan harta bagi diri sendiri sehingga tidak kaya di hadapan Allah merupakan suatu kebodohan terbesar yang sedang dilakukan oleh banyak orang hari ini.
Sebagai umat Allah, kita tidak perlu kuatir akan hidup kita, akan makanan dan minuman, akan tubuh kita, termasuk akan apa yang hendak kita pakai (Luk. 12:22). Mengapa? Sebab kekuatiran tidak berguna bagi kita, tidak mungkin menambahkan sehasta pada jalan hidup kita (Luk. 12:25). Artinya, tidak peduli berapa besarnya kekuatiran kita, itu pun tidak mungkin dapat memperpanjang umur kita melebihi batas yang telah Allah tentukan.
Satu hal yang harus kita ketahui dan sadari betul-betul adalah bahwa Bapa mengetahui segala apa yang kita perlukan (Luk. 12:30b). Tidak ada satu pun dari keperluan kita yang terluput dari perhatian Bapa. Apakah Anda memerlukan makanan dan pakaian? Bapa tahu. Apakah Anda memerlukan pekerjaan? Bapa tahu. Apakah Anda memerlukan pasangan hidup? Bapa juga tahu. Apa pun yang kita perlukan, Bapa mengetahuinya dengan jelas. Di sini Tuhan berjanji, bila kita sungguh-sungguh mencari Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepada kita (Luk. 12:31).
Agar kita diselamatkan dari ketamakan dan kekuatiran, maka Tuhan memberitahukan kita empat hal penting. Pertama, Bapa yang memelihara burung-burung gagak dan mendandani bunga bakung di padang adalah Bapa yang bertanggung jawab atas hidup anak-anak-Nya. Kedua, Bapa mengetahui segala keperluan kita. Ketiga, Tuhan menghendaki kita terlebih dahulu mencari Kerajaan-Nya. Dan terakhir, kita harus mengumpulkan harta di surga. Jika kita menyadari keempat hal di atas dan mempraktekkannya dalam kehidupan kita setiap hari, niscaya ketamakan dan kekuatiran pasti tersingkir dari dalam kita.

05 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 3 Selasa

Waspadalah Terhadap Segala Ketamakan!
Lukas 12:15
Kata-Nya lagi kepada mereka, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu.”

Ayat Bacaan: Luk. 12:13-20; Kol. 3:3-5; Ef. 5:5; 1 Tes. 5:18

Dusta dan kemunafikan biasanya berkaitan dengan ketamakan, sebab orang yang tamak akan kekayaan biasanya paling pandai berdusta dan suka berlaku munafik. Itulah sebabnya setelah memberikan peringatan kepada murid-murid-Nya tentang kemunafikan, Tuhan Yesus kemudian memberikan peringatan lainnya mengenai ketamakan (Luk. 12:15). Lukas menjajarkan dua peringatan ini dengan satu kelanjutan yang bermakna. Renungkanlah, dalam kehidupan kita, bukan hanya ada bahaya kemunafikan agama, tetapi juga ada bahaya ketamakan terhadap barang-barang materi.
Allah memberi kita banyak benda materi, karena kita memerlukan benda-benda itu untuk mempertahankan keberadaan kita. Namun benda-benda itu adalah untuk menggenapkan kehendak Allah, supaya Kristus bisa tersalur ke dalam kita. Kita perlu makanan, pakaian, rumah, dan benda-benda materi yang lain, supaya kita dapat hidup untuk kehendak Allah. Kehendak Allah adalah supaya Kristus masuk dan tersusun ke dalam kita, agar kita menjadi suatu bejana untuk mewadahi Dia dan mengekspresikan Dia.
Namun lihatlah keadaan orang-orang hari ini! Kebanyakan orang hanya mempedulikan kehidupan mereka sendiri. Mereka makan, minum, mendirikan rumah, menumpuk uang, dan mencari kesenangan, semuanya untuk diri sendiri, tidak ada kaitannya dengan kehendak Allah. Saudara saudari kekasih, jika kita ingin berada di dalam Yobel (tahun rahmat Tuhan), berbagian dalam warisan Allah Tritunggal dalam Perjanjian Baru, kita perlu waspada terhadap ketamakan akan barang-barang duniawi, sebab hidup kita tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah (Kol. 3:3), dan tidak tergantung pada harta semacam itu.
Orang yang tamak akan uang tidak mungkin dapat menggembalakan domba Allah. Jika hati yang tamak itu tidak ditanggulangi, cepat atau lambat pasti akan menimbulkan masalah. Dalam pandangan Allah dosa tamak akan uang sangatlah najis, bahkan identik dengan menyembah berhala, dan yang tidak ada bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah (Ef. 5:5; Kol. 3:5). Oleh sebab itu, kita harus belajar menengadah kepada Allah atas keperluan kita, sambil bersyukur atas apa yang telah Tuhan karuniakan kepada kita (1 Tes. 5:18).

04 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 3 Senin

Takutlah akan Allah!
Lukas 12:5
Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!

Ayat Bacaan: Luk. 12:4-12; 22:70-71; Mrk. 14:61-62; Kis. 7:54-60; 4:19

Kejujuran dan ketulusan terkadang harus dibayar mahal karena sering kali mendatangkan konsekuensi yang berat. Misalnya, karena kejujuran-Nya, Tuhan Yesus akhirnya harus disalibkan (Luk. 22:70-71; Mrk. 14:61-62). Karena kejujurannya pula, Stefanus dilempari batu sampai mati di Yerusalem (Kis. 7:54-60). Dalam sejarah gereja, banyak sekali kaum imani sejati yang dengan jujur mengakui bahwa mereka adalah pengikut Kristus, akhirnya dibunuh dengan kejam. Seandainya mereka mau sedikit saja menyembunyikan kebenaran, bukankah nyawa mereka aman? Ya. Namun mereka tidak mau menyelamatkan nyawa mereka demi dusta.
Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi” (Luk. 12:4). Mengapa Tuhan mengatakan perkataan ini? Sebab ada kemungkinan hati murid-murid-Nya takut terhadap penganiayaan yang bakal mereka hadapi. Sejujurnya, kita pun sering merasa takut, cemas, gelisah, bila membayangkan kesulitan-kesulitan yang akan kita hadapi bila kita melakukan firman Tuhan. Misalnya dalam pekerjaan kita, kita ingin berkata atau berlaku jujur, tetapi takut kalau-kalau rekan-rekan sekantor kita bakal membenci atau mengucilkan kita. Saudara saudari kekasih, rasa takut kepada orang yang demikian akan menjerumuskan kita ke dalam kemunafikan.
Dalam keadaan yang sulit atau terancam, mudah sekali seseorang berlaku munafik atau berdusta karena takut akan seseorang. Sebenarnya siapakah yang harus kita takuti? Tuhan Yesus berkata, “... takutilah Dia!” (Luk. 12:5). Rasul Petrus dan Yohanes berkata pula, “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah” (Kis. 4:19). Takut akan Tuhan mendatangkan ketaatan kepada-Nya. Saudara saudari kekasih, kiranya Tuhan merahmati kita sehingga kita lebih takut dan taat kepada-Nya. Melakukan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh memang menuntut kita mengeluarkan harga. Namun, hanya dengan jalan ini kita dapat diselamatkan dari ragi kemunafikan orang Farisi.

03 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 3 Minggu

Waspadalah Terhadap Ragi Kemunafikan!
Lukas 12:1b-2
Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.

Ayat Bacaan: Luk. 12:1-3; 1 Yoh. 1:9

Dalam Lukas 12:1 kita nampak bahwa kemunafikan orang-orang Farisi sama dengan ragi. Ragi dalam Perjanjian Baru melambangkan unsur kerusakan. Di sini Tuhan memperingatkan orang banyak agar waspada terhadap ragi orang-orang Farisi, yang adalah kemunafikan. Orang-orang Farisi itu palsu dan kepalsuan mereka telah sampai pada puncaknya, menjadi kemunafikan yang adalah ragi, unsur kerusakan dalam agama Yahudi.
Hari ini banyak juga orang yang berlaku munafik. Mereka selama bertahun-tahun sudah melakukan banyak dosa, tetapi di luarnya berpura-pura menjadi orang baik. Orang semacam ini, mulutnya penuh dengan ajaran kebenaran dan moral, tetapi tidak pernah diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka mengira asal tidak ada orang mengetahui dosa-dosa yang mereka perbuat, berarti mereka tidak pernah berbuat dosa. Tapi pada suatu hari, semua hal yang mereka sembunyikan itu akan tersingkap (Luk. 12:2-3).
Saudara saudari yang kekasih, pernahkah Anda tamak akan harta yang tidak halal? Pernahkah Anda korupsi, manipulasi, menerima suap, menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi atau untuk membuat penuh kantong sendiri? Apakah Anda pernah mencaci maki orang, memukul orang, merugikan orang? Apakah Anda pernah iri, membenci, memusuhi, dengki kepada orang tua, suami, istri, ipar, mertua, atasan, famili, handai taulan, atau tetangga Anda? Apakah Anda pernah menipu, merayu, memfitnah, membuat jebakan untuk mencelakan orang? Mungkin di depan manusia Anda berkata, “Aku tidak pernah melakukan dosa-dosa itu.” Tetapi Anda pasti tidak dapat berkata kepada Allah, “Aku tidak pernah berbuat dosa sedikit pun.”
Sebagai orang berdosa, kita sudah cukup kasihan, kalau kita masih tidak mau mengaku sebagai orang dosa, masih berusaha menyembunyikan dosa diri sendiri, masih berpura-pura seperti orang yang tidak berdosa, masih terus menjadi orang yang munafik, itu betapa kasihan lagi! Marilah kita datang menurut apa adanya kita ke hadapan Tuhan, dengan jujur mengakui bahwa kita adalah orang berdosa. Jika kita mengakui semua dosa yang ada dalam kita kepada Tuhan Yesus, maka Dia akan mencuci bersih segala dosa kita ( 1 Yoh. 1:9).

02 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 4 Sabtu

Tinggal dan Berjalan di Dalam Terang
Lukas 11:35-36
Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.

Ayat Bacaan: Luk. 11:33-36; Yoh. 1:4; Mzm. 119:130; 2 Kor. 3:16; Why. 4:8

Hakiki dari firman Allah adalah terang. Injil Yohanes 1:4 mengatakan, “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” Karena itu, setelah Tuhan Yesus menyinggung mengenai perlunya kita mendengarkan firman Allah dan memeliharanya, Dia kemudian memberikan peringatan untuk tidak tinggal di dalam kegelapan (Luk. 11:35-36). Sesungguhnya terang ada dalam firman Allah. Sebab itu pemazmur mengatakan, “Bila tersingkap firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh” (Mzm. 119:130).
Bila kita damba untuk diterangi, maka kita harus terbuka terhadap Tuhan dan berpaling kepada-Nya. Dua Korintus 3:16 berkata,”Tetapi apabila hati seseorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil daripadanya.” Saat kita berseru kepada Tuhan, membaca dan mendoakan firman-Nya, berpaling kepada-Nya, maka kita akan menerima penerangan-Nya. Sebaliknya, bila hati kita tertarik oleh hal-hal yang lain, segera kita masuk ke dalam kegelapan. Dalam Alkitab, kegelapan berkaitan dengan dosa dan penghakiman Allah. Orang yang di dalam gelap mustahil bisa mengekspresikan Allah.
Kalau Allah berbicara kepada kita sekali dan kita tidak memperhatikan; Dia berbicara lagi kepada kita dan kita masih tidak taat; untuk kali ketiga Dia berbicara kepada kita dan kita membiarkan saja Dia berlalu; pastilah tidak ada sedikit pun terang dalam diri kita, sedikit pun tidak ada akal budi rohani, sedikit pun tidak ada jalan masuk bagi hayat.
Sebaliknya, kalau kita taat kapan saja Allah berbicara kepada kita, maka begitu kita satu kali menaati firman Allah, di dalam kita terbukalah satu celah, sehingga terang dapat memancar ke dalamnya. Sekali lagi kita menaati firman Allah, kembali di dalam kita ada keterbukaan lain lagi, sehingga terang dapat memancar lebih banyak lagi. Kalau kita terus taat, kita akan menjadi seperti empat makhluk hidup, yang tubuhnya hampir penuh dengan mata (Why. 4:8), menjadi sangat transparan, penuh terang dan hayat. Jadi, kita harus nampak bahwa hayat ada dalam terang, dan terang ada dalam firman Allah.

01 January 2009

Lukas Volume 4 - Minggu 2 Jumat

Mendengarkan Firman Allah dan Memeliharanya
Lukas 11:28
Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”

Ayat Bacaan: Luk. 11:28; Yoh. 5:39; 6:63; 2 Kor. 3:6; Flp. 2:13; Yer. 15:16

Dipenuhi oleh Roh itu beserta kekayaan-Nya sangat berkaitan dengan sikap kita terhadap firman Allah. Itulah sebabnya dalam Lukas 11:28 Tuhan beralih membicarakan perlunya kita mendengarkan firman Allah dan memeliharanya. Mendengarkan firman Allah dan memeliharanya di sini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh kaum agamawan Yahudi. Mereka memperlakukan firman Allah sebagai pengetahuan untuk diselidiki (Yoh. 5:39), sebagai hukum tertulis yang mematikan (2 Kor. 3:6), tetapi mereka tidak mau datang kepada Kristus untuk mendapatkan hayat.
Kita sangat perlu memahami bahwa firman adalah perwujudan Allah yang hidup. Tidak hanya demikian, firman adalah roh dan hayat. Tuhan Yesus berkata, “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yoh. 6:63). Jangan sekali-kali kita memisahkan Allah, Roh itu, dan firman. Ketiganya adalah satu. Allah adalah firman, dan firman adalah Roh itu.
Kita patut memuji Tuhan, karena melalui perbuatan-Nya, Dia telah menjadi Roh itu, dan melalui pembicaraan-Nya Dia telah menjadi firman. Setiap hari kita perlu datang kepada firman dengan roh yang terbuka dan terlatih. Dengan demikian, tidak saja kita akan menerima terang dari firman, kita juga akan masuk ke dalam ruang lingkup terang itu. Ketika kita berkontak dengan firman secara memadai melalui membaca dan berdoa, kita akan mengalami Allah bekerja di dalam kita menurut kerelaan-Nya (Flp. 2:13).
Saudara saudari kekasih, Alkitab bukan hanya memberi kita pengetahuan tentang Allah dan kasih-Nya, tetapi untuk menyalurkan Allah sendiri ke dalam kita sebagai hayat dan sebagai rawatan hayat. Yeremia berkata, “Firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan bagiku” (Yer. 15:16b). Melalui membaca dan mendoakan satu atau dua ayat dari firman, kita merasa ada sesuatu dalam batin kita yang bergerak dan bekerja di dalam kita untuk menghibur, menguatkan, memuaskan, dan menyegarkan kita. Jika Allah beroperasi di dalam kita dan kita dipenuhi dengan firman, di mana saja kita berada, dan apa saja yang kita katakan atau lakukan, kita pasti akan menjadi ekspresi Allah yang hidup. Inilah kebahagiaan kita yang sesungguhnya!