Hitstat

31 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 4 Selasa

Talenta: Harta Milik Tuhan
Matius 25:14
Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.

Dalam perumpamaan tentang kesetiaan, Kristus dilambangkan dengan seorang yang hendak bepergian ke luar negeri, yakni ke Surga. Sebelum ia pergi, ia terlebih dahulu “memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka” (Mat. 25:1). Hamba-hamba di sini melambangkan kaum beriman dalam aspek pelayanan (1 Kor. 7:22-23; 2 Ptr. 1:1; Yak. 1:1; Rm. 1:1). Kaum beriman adalah hamba atau budak belian-Nya yang melayani Dia. Harta yang dipercayakan kepada hamba-hamba itu meliputi Injil, kebenaran, kaum beriman, dan gereja. Kaum beriman adalah warisan Allah, milik Allah (Ef. 1:8), juga rumah tangga-Nya (Mat. 24:45).
Matius 25:15 mengatakan, “Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya.” Satu talenta, yang adalah satuan terbesar dari ukuran berat, sebanding dengan uang sejmlah 6.000 dinar pada zaman itu. Talenta di sini melambangkan karunia rohani (Rm. 12:6; 1 Kor. 12:4; 1 Ptr. 4:10; 2 Tim. 1:6).
Dalam Matius 25:14 dikatakan bahwa orang itu mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya, tetapi ayat 15 mengatakan bahwa ia memberi mereka talenta. Ini menunjukkan bahwa talenta adalah harta. Dengan kata lain, Tuhan menggunakan harta-Nya sebagai talenta bagi kita. Sebagai contoh, Injil adalah milik Tuhan. Tetapi ketika Injil dipercayakan kepada kita untuk diberitakan, maka Injil ini menjadi suatu talenta.Dalam prinsip yang sama, semua kaum imani ialah milik Tuhan. Jika kaum imani diberikan kepada kita, mereka menjadi talenta kita. Tanpa adanya semua kaum imani, talenta saya takkan sangat besar. Demikian juga gereja adalah milik Tuhan. Ketika gereja diberikan kepada kita, gereja menjadi talenta kita. Semakin banyak harta Tuhan yang diberikan kepada kita, semakin banyak pula talenta yang kita miliki. Kita perlu rajin mengelola talenta yang Tuhan berikan kepada kita.

Mat. 25:14-15; 1 Kor. 7:22-23; Ef. 1:8; Rm. 12:6

Karena harta milik Tuhan adalah talenta, maka semakin banyak harta Tuhan yang dipercayakan kepada kita, semakin banyak pula talenta yang kita miliki; semakin banyak pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita, semakin banyak pula talenta yang kita miliki. Mungkin banyak orang beranggapan bahwa talenta adalah semacam karunia rohani atau kemampuan khusus untuk melakukan suatu pekerjaan rohani. Namun sebenarnya harta milik Tuhan yang terutama adalah Injil, kebenaran, kaum beriman, dan gereja. Begitu harta ini dipercayakan kepada kita, maka itulah talenta yang kita miliki.
Talenta bukan semacam kemampuan atau bakat bawaan seseorang dari lahir, melainkan Injil, kebenaran, kaum beriman, dan gereja. Jika kita menyingkirkan semua hal-hal itu, maka kita tidak akan mempunyai apa-apa. Jika kita tidak memperhatikan perkara Injil, kebenaran, kaum beriman, dan gereja, maka dapat dipastikan kita tidak akan memiliki talenta apa pun. Injil perlu menjadi milik kita. Kita perlu pergi memberitakan injil dan mempelajari aspek-aspek injil tentang kejatuhan manusia, penebusan Kristus, keselamatan, pembasuhan oleh darah dan lain-lainnya.
Kita harus rajin menggali Injil dan kebenaran. Makin banyak kita memberitakan Injil, makin banyak talenta kita. Kita juga perlu berdoa agar Tuhan membantu kita untuk mengenal kebenaran dan mengalami kebenaran, khususnya mengenai Kristus, gereja, tujuan kekal Allah dan rencana Allah. Akhirnya, kebenaran-kebenaran ini akan menjadi talenta kita. Kemudian kita akan sanggup melayankannya kepada orang lain. Dengan demikian harta Tuhan menjadi talenta kita. Di samping itu kita perlu memiliki hati bagi kaum beriman dan berbeban bagi mereka, merawat dan menggembalakan kaum beriman yang baru diselamatkan atau mereka yang lemah dan mundur dari penghidupan gereja karena mereka juga adalah harta milik Tuhan yang akan diberikan kepada kita sebagai suatu talenta. Demikianpun dengan gereja. Jika kita memikul beban pelayanan di sebuah gereja lokal, kita akan menerima satu talenta. Tetapi jika kita memikul beban lima gereja lokal, kita akan mempunyai lima talenta.

Doa:
Tuhan Yesus, Kau menghendaki talenta yang Kau percayakan kepadaku bisa digunakan semaksimal mungkin. Tuhan, jagalah aku agar tidak memiliki sikap seperti hamba yang memiliki satu talenta tersebut. Tuhan, tidak hanya mempertahankan talenta yang Tuhan berikan, tetapi juga melipatgandakannya melalui aku melayani Engkau. Terima kasih Tuhan.

30 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 4 Senin

Dua Status Kaum Beriman
Matius 25:14
Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.

Setelah mengungkapkan perumpamaan tentang berjaga-jaga (Mat. 25:1-13), Tuhan lalu menyampaikan perumpamaan lain kepada murid-murid-Nya, yaitu perumpamaan tentang kesetiaan (Mat. 25:14-30). Perumpamaan sepuluh gadis adalah untuk mengingatkan kita agar berjaga-jaga, sedangkan perumpamaan tentang talenta berkaitan dengan kesetiaan kita terhadap Tuhan dalam mengusahakan harta milik-Nya.
Mengenai kaum beriman, terdapat dua aspek: aspek berjaga-jaga dan bersiap sedia serta aspek setia serta bijaksana. Kaum beriman mempunyai dua aspek ini, sebab mereka memiliki posisi ganda. Aspek pertama posisi ganda ini berkaitan dengan hayat dan aspek kedua berkaitan dengan pelayanan. Tidak ada seorang Kristen pun boleh melalaikan kedua aspek ini. Kita harus tepat baik dalam hayat maupun dalam pelayanan. Dalam aspek hayat, kita adalah gadis; dalam aspek pelayanan, kita ini hamba (budak). Ini berarti bahwa dalam hal berjaga-jaga, kita adalah gadis; ini berkaitan dengan apa adanya kita. Tetapi dalam hal kesetiaan, kita adalah hamba (budak); ini berkaitan dengan apa yang kita kerjakan.
Kita mungkin menyukai istilah “gadis”, tetapi kita tidak suka mendengar bahwa kita adalah hamba. Namun kita bukan hanya gadis, tetapi juga hamba. Bagi gadis, Tuhan adalah Mempelai; tetapi bagi hamba, Tuhan adalah Tuan/Majikan. Sebab itu, tidak hanya kita yang memiliki status ganda, Tuhan pun memiliki status ganda. Di satu pihak, Dia adalah Mempelai kita yang menyenangkan dan di pihak lain, Dia adalah Tuan kita yang tegas. Kadang kala Dia sangat menyenangkan bagi kita, tetapi adakalanya Dia tegas terhadap kita. Karena itu, dalam aspek hayat, kita perlu diperbarui dari batin kita; dalam aspek pelayanan, kita perlu dengan aktif melayani Tuhan kita.

Mat. 25:1-30; Ef. 4:23, Rm. 12:2; 2 Kor. 3:18

Sebagai gadis, kita memerlukan sesuatu yang batiniah — dalam buli-buli batiniah dipenuhi dengan minyak (Roh Kudus). Namun hamba perlu sesuatu yang lahiriah — talenta rohani. Kepenuhan Roh kudus adalah yang batiniah, tetapi talenta atau karunia rohani itu lahiriah. Sebagai gadis yang bijaksana, kita memerlukan minyak di batin, dan sebagai hamba yang setia, kita memerlukan talenta untuk melayani Dia.
Minyak yang memenuhi buli-buli menyebabkan terjadinya pembaruan apa adanya kita (Ef. 4:23, Rm. 12:2), dan dari situ pulalah terjadi pengubahan (2 Kor. 3:18). Di antara anak-anak Allah hari ini, terdapat banyak kekurangan dalam pekerjaan batiniah ini. Sebaliknya banyak orang Kristen berusaha memperbaiki penampilan lahiriah mereka. Agama berkaitan dengan penampilan lahiriah, tetapi anugerah Allah dalam kepenuhan Roh Kudus masuk ke dalam kita dan mengubah kita dari dalam. Cara Allah dalam mengubah kita bukan dengan perbaikan lahiriah, melainkan melalui kita minum dari Roh dan membiarkan Roh menjenuhi apa adanya kita. Hasilnya, penampilan kita akan berubah dari dalam.
Sebagai gadis di aspek hayat, kita perlu diperbarui dari batin; sebagai hamba dalam aspek pelayanan, kita perlu sangat aktif secara lahiriah. Adakalanya kita mungkin begitu aktif melayani secara lahiriah sehingga kita mengabaikan pembaruan batiniah. Tetapi pada saat lain, kita mungkin sangat memperhatikan hayat batiniah sehingga kita tidak melayani dengan sepatutnya. Kedua aspek ini perlu kita perhatikan secara seimbang.
Jika kita sepanjang hari tidak berdoa, kita pasti bisa merasakan bahwa di dalam diri kita tidak membara, juga tidak ada terang, juga tidak ada pembaruan. Tetapi jika kita berdoa, lima menit kemudian, kita akan merasa, bahwa di dalam kita ada sesuatu yang kembali membara, itulah manusia baru kita. Melalui doa beberapa menit manusia baru kita bisa kembali dibarakan, tetapi itu masih belum bisa membuat pelita kita kembali dipenuhi. Agar pelita kita kembali dipenuhi, kita perlu hidup bersama Tuhan sedikitnya setengah jam. Setelah demikian dipenuhi dengan Roh, maka dengan sendirinya kita memiliki kekuatan untuk melayani, mengobarkan karunia yang telah Tuhan berikan kepada kita.

Doa:
Tuhan Yesus, di mata-Mu aku bukan hanya gadis yang mengasihi-Mu, namun juga adalah hamba yang melayani-Mu. Terima kasih karena Engkau mempercayakan harta-Mu kepadaku. Tuhan, aku mau menjadi hamba yang setia melayani dengan apa yang telah Engkau berikan. Jagalah hatiku ya Tuhan.

28 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 3 Sabtu

Perlu Menebus Waktu untuk Dipenuhi Roh Itu
Efesus 5:16-17
Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

Dalam Efesus 5:15-17 dan Matius 25:1-3, kita dapat melihat kaitan antara mempergunakan waktu, bijaksana, dan kebodohan. Bagian lain yang menunjukkan hal itu adalah dalam Wahyu 14:1-5. Alkitab meyakinkan kita bahwa jika Allah memulai sesuatu, maka Dia akan menyelesaikannya. Juruselamat kita adalah Juruselamat yang menggenapkan segala sesuatu. Pada akhirnya tidak ada orang Kristen yang diselamatkan “separuh”. Allah akan menyempurnakan setiap orang yang percaya kepada-Nya. Sebagaimana Rasul Paulus, kita pun “yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Flp. 1:6). Di sini tidak ada batasan bagi kuasa Allah. Dia “berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu tanpa bernoda . . . di hadapan kemuliaan-Nya” (Yud. 24; 2 Tim. 1:12; Ef. 3:20).
Walau pengharapan di atas pasti akan tergenapi di atas setiap orang Kristen, namun hari ini kita menghadapi masalah waktu. Dalam Wahyu 14, ada buah-buah sulung (ayat 4) dan ada juga tuaian (ayat 15). Perbedaannya terletak pada masalah saat kematangan. Ada buah-buah yang menjadi matang lebih dulu sebelum buah-buah lainnya mencapai kematangan. Buah yang demikian itu disebut “buah-buah sulung”. Kematangan hayat pasti dicapai. Namun Anak Domba itu sedang mencari buah-buah sulung, atau buah-buah yang matang terlebih dahulu. Kelompok “gadis yang bijaksana” dalam perumpamaan Matius 25:1-3 bukanlah mereka yang dapat mengerjakan sesuatu dengan lebih baik, melainkan mereka yang lebih dini selesai melakukan yang baik. Mereka tidak menunda-nunda waktu untuk dipenuhi dengan minyak dalam buli-buli mereka, tetapi setiap saat merebut kesempatan untuk membayar harga demi mendapatkan lebih banyak Roh Kudus memenuhi jiwa mereka.

Mat. 25:1-13; Ef. 5:15-17; Flp. 1:6; 2 Tim. 1:12

Perhatikanlah gadis yang bodoh! Mereka juga memiliki minyak dalam pelita mereka dan pelita mereka pun telah menyala. Namun mereka tidak memperhitungkan tibanya hari kedatangan mempelai laki-laki itu. Akibatnya pelita mereka menjadi redup. Mereka juga tidak memiliki cadangan minyak dalam buli-buli mereka, padahal kelompok gadis yang bijaksana tidak dapat memberikan minyak kepada mereka. Keterlambatan mereka dalam menyadari perlunya menebus waktu untuk membeli minyak inilah yang menyebabkan Tuhan menyebut mereka “gadis yang bodoh”.
Tuhan lalu berkata kepada kelompok gadis yang bodoh, “Aku tidak mengenal kamu” (Mat. 25:12). Walau Tuhan sebenarnya mengenal setiap milik-Nya, namun akan ada di antara milik-Nya itu yang kehilangan kesempatan untuk beroleh hak istimewa dikarenakan tidak siap. Dikatakan dalam Matius 25:1-13 bahwa sekelompok anak dara yang bodoh datang dan berkata kepada Tuhan, “Tuan, Tuan, bukakanlah pintu bagi kami!” (Mat. 25:11). Memang, kesepuluh gadis itu memiliki minyak dalam pelita mereka. Perbedaannya, sekelompok gadis yang bodoh tidak memiliki cadangan minyak dalam buli-buli mereka.
Sebagai orang Kristen yang sejati, kita memiliki hayat dalam Kristus dan juga kesaksian di hadapan manusia. Namun kesaksian kita mungkin tersendat-sendat, karena kehidupan kita yang kendor serta menyalahgunakan anugerah. Kita memiliki Roh, tetapi mungkin tidak “dipenuhi oleh Roh itu”. Saat timbul krisis, kita harus pergi membeli minyak. Tentu saja, pada akhirnya kita memiliki minyak yang cukup. Tetapi kita telah kehilangan kesempatan untuk mencapai tujuan yang harus kita capai. Perihal inilah yang ingin Tuhan tekankan. Tuhan menekankan kepada kita agar tidak hanya menjadi murid-murid, namun murid-murid yang berjaga-jaga.
Bodoh atau berhikmat, hanya tergantung pada satu hal saja. Kalau kita berhikmat, kita akan lebih dini mencari kepenuhan Roh itu. Namun jika kita bodoh, kita akan menundanya. Kita harus belajar menebus waktu. Segala daya upaya harus dimanfaatkan dengan optimal untuk memperoleh minyak ekstra dalam buli-buli, “supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (Ef. 3:19).

Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih Engkau sudah berikan hari ini kepadaku untuk terus membeli minyak, membiarkan Roh Tuhan meresapi seantero jiwaku. Tuhan, aku tidak mau menunggu nanti baru dipenuhi. Aku mau dipenuhi saat ini dengan Roh. Matangkan dan sempurnakanlah aku di jaman ini sehinggga aku layak berbagian dalam perjamuan kawin-Mu.

27 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 3 Jumat

Perlu Membayar Harga untuk Membeli Minyak
Matius 25:8-9
Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.

Setelah dibangkitkan dari kematian, kaum beriman yang bodoh masih perlu dipenuhi Roh Kudus. Matius 25:8 mengatakan, “Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.” “Hampir padam” membuktikan bahwa pelita gadis yang bodoh telah dinyalakan, diisi minyak, tetapi tidak memiliki suplai yang memadai. Gadis yang bodoh mewakili kaum beriman yang telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah, tetapi tidak dipenuhi dengan Dia secara memadai sampai seluruh diri mereka dijenuhi oleh-Nya.
Matius 25:9 mengatakan, “Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.” Ini menunjukkan bahwa tidak seorang pun bisa mendapatkan kepenuhan Roh Kudus bagi orang lain. Kita dapat meminjam banyak barang, tetapi kita tidak dapat meminjam kepenuhan Roh Kudus. Hal ini seperti makan. Tidak seorang pun dapat makan sesuatu bagi orang lain. Gadis-gadis yang bijaksana berkata kepada yang bodoh agar pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Mereka yang menjual minyak pasti adalah dua orang saksi yang menampakkan diri selama kesusahan besar, dua pohon zaitun dan dua anak minyak (Why. 11:3-4; Za. 4:11-14).
Membeli menunjukkan harus membayar harga. Untuk dipenuhi oleh Roh Kudus harus membayar harga, seperti meninggalkan dunia, menanggulangi diri, mengasihi Tuhan lebih daripada segalanya, dan menganggap segala sesuatu rugi karena Kristus. Jika hari ini kita tidak membayar harga, kita tetap harus membayarnya setelah kebangkitan. Mereka yang tidak membayar harga tidak memiliki ekstra bagian Roh Kudus. Pada akhirnya, gadis-gadis yang bodoh akan menyadari bahwa mereka perlu mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan segenap jiwa, perlu melepaskan kesenangan dunia dan menanggulangi diri.

Mat. 25:8-13; 1 Tes. 4:16-17; Why. 19:9

Matius 25:10 mengatakan, “Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.” Kata “datang” menerangkan kedatangan Tuhan ke angkasa (1 Tes. 4:16), sebagian dari parousia-Nya. Mereka yang telah siap sedia pasti adalah orang-orang yang diundang ke Perjamuan Kawin Anak Domba (Why. 19:9). Kita harus siap sedia (Mat. 24:44), selalu memiliki minyak dalam buli-buli kita, selalu dipenuhi dengan Roh Allah dalam seluruh diri kita. Berjaga-jaga dan siap sedia seharusnya menjadi latihan kita sehari-hari untuk parousia Tuhan.
Masuk bersama-sama dengan Dia (Mat. 25:10) adalah keterangkatan kaum beriman yang dibangkitkan ke angkasa (1 Tes. 4:17), pada saat kedatangan Tuhan ke angkasa untuk menghadiri perjamuan kawin Anak Domba (Why. 19:9; 1 Tes. 4:17). Hal itu akan terjadi sebelum manifestasi kerajaan dan akan menjadi pahala kenikmatan bersama dengan Tuhan, pahala yang akan diberikan kepada kaum beriman yang siap sedia, yang diperlengkapi dengan pemenuhan Roh Kudus sebelum mereka meninggal. Setelah mereka yang telah siap masuk bersama-sama dengan Mempelai ke perjamuan kawin, pintu ditutup. Ini bukan pintu keselamatan, melainkan pintu masuk ke dalam kenikmatan atas perjamuan kawin Anak Domba (Why. 19:9).
Matius 25:11-12 mengatakan, “Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah pintu bagi kami! Tetapi ia menjawab: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Aku tidak mengenal kamu.” Gadis-gadis bodoh yang datang kemudian menunjukkan kedatangan kaum beriman yang dibangkitkan di hadapan Tuhan pada saat yang lebih lambat; hal ini terjadi belakangan karena mereka tidak siap sedia. Mereka memang akhirnya membayar harga untuk bagian ekstra minyak, tetapi mereka terlalu lambat memperolehnya. Waktu penting sekali di sini, sebab ketika mereka datang, pintu sudah tertutup. Ketika mereka mohon Tuhan membukakan pintu bagi mereka, Dia berkata “Aku tidak mengenal kamu.” Tidak mengenal di sini mengacu kepada tidak mengakui, tidak melayakkan mereka mengambil bagian dalam perjamuan kawin-Nya. “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu hari maupun saatnya” (Mat.25:13).

Doa:
Tuhan,terima kasih untuk karunia penyelamatan-Mu. Engkau tidak hanya menyelamatkan aku dari kebinasaan kekal, namun Engkau juga akan membawaku berbagian dalam perjamuan nikah yang Engkau sediakan. Tuhan, aku mau mempersembahkan seluruh hidupku untuk lebih banyak mengasihi dan memustikanmu, membayar harga untuk mendapatkan roh-Mu memenuhi aku.

26 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 3 Kamis

Membawa Minyak dalam Buli-buli
Matius 25:3-4
Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.

Manusia adalah bejana yang dibuat untuk Allah (Rm. 9:21, 23-24), dan kepribadian manusia ada di dalam jiwanya. Karena itu, buli-buli di sini melambangkan jiwa orang beriman. Kelima gadis yang bijaksana itu bukan hanya memiliki minyak dalam pelita mereka, tetapi juga membawa minyak dalam buli-buli mereka. Memiliki minyak dalam pelita mereka melambangkan bahwa mereka memiliki Roh Allah berhuni di dalam roh mereka (Rm. 8:9, 16). Membawa minyak dalam buli-buli mereka melambangkan bahwa mereka memiliki Roh Allah yang memenuhi dan menjenuhi jiwa mereka.
Menurut Amsal 20:27, roh manusia ialah pelita Tuhan. Di dalam pelita terdapat minyak yaitu Roh Kudus. Perjanjian Baru mewahyukan bahwa roh kita ialah tempat berdiamnya Roh Kudus. Menurut Roma pasal sembilan, kita adalah bejana yang diciptakan oleh Allah. Apa adanya kita, kepribadian kita, terdapat dalam jiwa kita. Sebab itu, buli-buli dalam ayat ini melambangkan jiwa kita. Melalui kelahiran kembali, kita mempunyai Roh Allah di dalam roh kita. Hal ini menyebabkan pelita kita menyala. Tetapi persoalannya ialah apakah kita memiliki bagian ekstra Roh Kudus memenuhi jiwa kita atau tidak.
Sekalipun kita memiliki minyak dalam pelita kita, kita perlu ekstra bagian minyak dalam jiwa kita. Roh Kudus harus meluas dari dalam roh kita ke setiap bagian jiwa kita. Jika kita mempunyai bagian yang ekstra ini, kita bijaksana. Jika kita tidak memilikinya, kita ini bodoh. Dengan kata lain, jika kita acuh tak acuh terhadap kepenuhan Roh Kudus, kita bodoh. Jika kita bijaksana, kita akan berdoa, “Tuhan, belas kasihanilah aku. Aku ingin memiliki Roh-Mu tidak hanya di dalam rohku, tetapi juga di dalam jiwaku.” Tanpa bagian ekstra Roh ini, kita tidak dapat berjaga-jaga atau bersiap sedia. Untuk dapat berjaga-jaga dan bersiap-sedia, kita perlu kepenuhan Roh Kudus yaitu perluasan Roh itu sendiri dari roh kita ke setiap bagian apa adanya diri kita.

Mat. 25:3-4; Rm. 8:9, 16; Ams. 20:27; 1 Tes. 4:16

Matius 25:5-7 berkata, “Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.” Mempelai itu lama tidak datang-datang menandakan bahwa Kristus telah menunda kedatangan-Nya kembali. Dalam Kitab Wahyu Dia berjanji segera datang, tetapi hampir dua ribu tahun telah berlalu, Dia masih belum datang. Karena mempelai itu menunda kedatangan-Nya, maka gadis-gadis itu “mengantuk dan tertidur”. Mengantuk melambangkan sakit (Kis. 9:38; 1 Kor. 11:30) dan tertidur melambangkan meninggal (1 Tes. 4:13-16; Yoh. 11:11-13). Bila Tuhan menunda kedatangan-Nya kembali, mayoritas orang beriman akan menderita sakit dan meninggal.
Tetapi “Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!” Tengah malam melambangkan masa paling gelap dari zaman yang gelap ini (malam hari). Masa atau saat itu akan merupakan akhir zaman ini, masa dimulainya kesusahan besar. Seruan ini melambangkan suara penghulu malaikat (1 Tes. 4:16). Mendengar seruan itu, “Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.” “Bangun” melambangkan kebangkitan dari antara orang mati (1 Tes. 4:14). Ini adalah kebangkitan yang dinubuatkan dalam 1 Tesalonika 4:16 dan 1 Korintus 15:52. Setelah gadis-gadis itu bangkit, mereka lalu “membereskan pelita mereka”. Ini melambangkan mereka menanggulangi kesaksian kehidupan mereka. Jika kehidupan kita untuk kesaksian Tuhan belum sempurna sebelum kita meninggal, maka setelah kita dibangkitkan kelak, kita masih harus menghadapi penanggulangan Allah.
Sudahkah kita membuat pelita kita kembali dipenuhi hari ini? Lima gadis yang bijaksana mempunyai pelita dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Kesulitannya terletak pada kelima gadis yang bodoh, karena mereka telah membiarkan pelita mereka kehabisan minyak. Agar pelita kita dipenuhi kembali oleh minyak, kita perlu mengeluarkan waktu untuk berdoa. Kita perlu berdoa, agar manusia baru kita kembali dibarakan. Kemudian kita perlu hidup bersama Tuhan, agar pelita kita kembali dipenuhi.

Doa:
Tuhan, ada harga yang harus kubayar untuk mendapatkan Roh Kudus memenuhi diriku. Aku mau setiap hari menjadi hari di mana aku terus berlatih mendapatkan Kristus makin bertambah memenuhi diriku sehingga aku memiliki cadangan minyak di dalam buli-buliku. Tuhan,aku tidak mau menyesal ketika aku bertemu dengan Tuhan, karena tidak memiliki cukup minyak dalam buli-buliku.

25 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 3 Rabu

Lima Gadis Bodoh dan Lima Gadis Bijaksana
Matius 25:1-2
Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.

Nubuat kerajaan tentang gereja mencakup dua aspek: aspek berjaga-jaga dan bersiap sedia, serta aspek setia dan bijaksana. Berjaga-jaga dan bersiap sedia berkaitan dengan hayat kristiani kita. Kita semua perlu berjaga-jaga dan bersiap sedia bagi kedatangan Tuhan. Namun orang Kristen yang tepat tidak hanya harus memperhatikan aspek hayat, tetapi juga aspek pelayanan. Untuk pelayanan, kita perlu setia dan bijaksana. Kita perlu setia terhadap Tuhan dan bijaksana terhadap orang-orang beriman yang kita layani. Dalam hayat kita, kita perlu berjaga-jaga dan bersiap sedia, dan dalam pelayanan kita, kita perlu setia dan bijaksana.
Sekalipun kedua aspek di atas sudah tercakup dalam Matius 24, namun belum tercakup sepenuhnya. Sebab itu dalam Matius 25 perlu ada kata-kata pelengkap untuk setiap aspek yang tercakup dalam pasal 24 yaitu perumpamaan tentang gadis (Mat. 25:1-13) yang melengkapi perkara berjaga-jaga dan bersiap sedia. Matius 25:1 mengatakan, “Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyambut mempelai laki-laki.” Gadis-gadis melambangkan kaum beriman dalam aspek hayat (2 Kor. 11:2). Kaum beriman, yang adalah umat kerajaan, seperti gadis yang suci. Sebagai gadis-gadis, mereka mengemban kesaksian Tuhan (pelita) dalam zaman yang gelap dan keluar dari dunia untuk menyambut Tuhan.
Untuk mengemban kesaksian Tuhan, kita tidak hanya memerlukan Roh Kudus menghuni kita, tetapi juga memenuhi kita. Kita sebagai orang Kristen, pertama-tama adalah gadis. Menjadi gadis bukan masalah pekerjaan, pelayanan, atau aktivitas, melainkan masalah hayat. Selain itu, kita bukan hanya gadis, tetapi juga gadis yang suci, murni. Menjadi gadis bukan masalah apa yang kita lakukan atau kecakapan kita, tetapi mutlak adalah masalah apa adanya kita.

Mat. 25:1-3; 2 Kor. 11:2; Ams. 8:10; Flp. 2:15-16

Menurut Matius 25:1, kesepuluh gadis ini membawa pelita keluar menyambut mempelai laki-laki. Pelita melambangkan roh orang beriman (Ams. 20:27) yang menampung Roh Allah sebagai minyak (Rm. 8:16). Kaum beriman memancarkan terang Roh Allah dari dalam roh mereka. Jadi, mereka menjadi terang dunia dan bersinar seperti pelita dalam kegelapan zaman ini (Mat. 5:14-16; Flp. 2:15-16), mengemban kesaksian Tuhan untuk memuliakan Allah. Jadi, sebagai gadis, kita tidak mengambil senjata untuk berperang atau olahraga untuk bermain, melainkan pelita untuk bersaksi, bersinar, dan menerangi. Dalam tangan kita masing-masing terdapat pelita yang bersinar bagi kesaksian Tuhan.
Gadis-gadis pergi (Mat. 25:1) melambangkan bahwa kaum beriman keluar dari dunia untuk menyambut Kristus yang akan datang. Gadis-gadis tidak berlambat-lambatan atau berhenti di suatu tempat, sebaliknya mereka keluar dari dunia. Dalam sebuah karyanya, D. M. Panton berkata bahwa dunia hanyalah jalan baginya dan di ujung jalan ini bisa terdapat kuburan. Jika Tuhan menunda kedatangan-Nya, dunia akhirnya hanya akan menyediakan baginya sebuah tempat istirahat, kuburan untuk berbaring guna menunggu Tuhan datang. Kita bukan menetap di dunia ini. Kita sedang keluar dari dunia guna menyongsong mempelai laki-laki - Kristus.
Mempelai laki-laki melambangkan Kristus sebagai persona yang menyenangkan dan menarik (Yoh. 3:29; Mat. 9:15). Tuhan mengibaratkan diri-Nya sebagai mempelai laki-laki, seorang yang paling menyenangkan. Kaum beriman adalah gadis-gadis yang pergi untuk menyongsong Kristus, Mempelai Laki-laki yang datang. Matius 25:2 berkata bahwa lima di antara sepuluh gadis itu bodoh. Mengapa mereka bodoh? Karena “Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak.” Minyak melambangkan Roh Allah (Yes. 61:1; Ibr. 1:9). Gadis-gadis itu bodoh karena mereka hanya mempunyai minyak dalam pelita, tetapi tidak mempunyai minyak ekstra dalam bejana. Selain Roh kelahiran kembali,, mereka tidak mempunyai kepenuhan Roh, yakni Roh Kudus yang meluas yang menjenuhi dan meresapi bagian-bagian di dalam jiwa mereka (pikiran, emosi dan tekad). Ini memperlihatkan kepada kita perlunya jiwa kita dipenuhi oleh Roh itu.

Doa:
Tuhan Yesus, jadikan aku gadis yang mengasihi Tuhan dan menantikan Tuhan melalui memiliki Roh Tuhan memenuhi segenap antero diriku. Tuhan Yesus, meluaslah dari rohku ke jiwaku, Ubah aku seluruhnya dari setiap hal yang tidak berkenan di mata-Mu, sehingga ketika aku bertemu dengan Engkau, aku sudah siap memasuki perjamuan nikah-Mu.

24 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 3 Selasa

Sebuah Peringatan: Jangan Menjadi Hamba yang Jahat
Matius 24:46-47
Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.

Walau semua kaum beriman adalah hamba, namun tidak semua adalah hamba yang setia dan bijaksana. Ada yang setia dan bijaksana, tidak sedikit pula yang jahat. Menurut Matius 24:46-51, kedua jenis hamba tersebut masing-masing akan mendapatkan upahnya. “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya” (Mat. 24:46-47). Berbahagia di sini berarti diberi pahala dengan kuasa untuk memerintah dalam manifestasi Kerajaan Surga. Hamba Tuhan yang setia akan diangkat menjadi pengawas segala milik-Nya sebagai pahala dalam manifestasi Kerajaan Surga.
Siapakah hamba yang jahat yang disebutkan dalam Matius 24:48? Hamba yang jahat adalah kaum beriman yang berkata dalam hatinya bahwa Tuhan tidak datang-datang. Masalah hamba yang jahat bukan ia tidak mengetahui bahwa Tuhan akan datang, melainkan ia tidak mengharapkan-Nya. Ia tidak suka menempuh kehidupan yang mempersiapkan kedatangan Tuhan. Ia pun mulai memukul hamba-hamba lain dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk (Mat. 24:49). Memukul hamba-hamba lain berarti menganiaya sesama orang beriman; makan dan minum bersama-sama pemabuk berarti menjalin hubungan dengan orang-orang duniawi yang mabuk dengan hal-hal duniawi.
Tanpa disadari, seringkali kita pun bisa menganiaya hamba-hamba lain apabila kita mengkritik atau suka meyalahkan saudara kita seiman. Kalau kita hanya bisa mengkritik kesalahan orang lain, tidak pernah melayankan Kristus kepadanya, maka kita adalah hamba yang jahat. Demikian pula bila hati kita diduduki dan sarat dengan hal-hal atau kesibukan duniawi, tidak merasa perlu menempuh hidup yang kudus menjelang kedatangan Tuhan, maka kita adalah hamba yang jahat. Kiranya Tuhan merahmati kita!

Mat. 24:46-51; Rm. 12:11

Apakah upah yang akan diterima oleh hamba yang jahat itu? Matius 24:50-51 mengatakan, “Maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” Ketika Tuhan datang kembali, Dia akan mengerat (membunuh, LAI) hamba yang jahat dan membuatnya senasib dengan orang-orang munafik. Mengerat di sini mengacu kepada dikerat dari Kristus yang mulia, dari kemuliaan dan penyertaan-Nya yang mulia dalam kerajaan-Nya.
Hamba yang jahat tidak dapat berbagian dalam Kristus dan kemuliaan kerajaan-Nya dalam manifestasi kerajaan yang akan dinikmati oleh hamba-hamba-Nya yang setia (Mat. 24:45; 25:21, 23). Ini berhubungan dengan dibuang ke dalam kegelapan yang paling gelap dalam kesimpulan perumpamaan talenta (Mat. 25:14-30), yang melengkapi bagian ini. Tuhan tidak akan membunuh hamba yang jahat itu hingga berkeping-keping, sebaliknya Dia akan mengeratnya dari kemuliaan di mana Dia sendiri berada. Ini sama dengan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap. Siapa pun yang dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap akan dikerat dari Tuhan, dari hadirat-Nya, dari persekutuan-Nya, dan dari lingkungan kemuliaan di mana Tuhan berada. Ini bukan dibinasakan kekal, tetapi dibuang sebagai orang yang terhukum.
Jika kita mau mengambil beban untuk mengabarkan Injil dengan antusias, kita bukan hanya akan mampu mengecap sukacita dan berkat keselamatan dalam jaman ini, tetapi juga pada saat kita berjumpa dengan Tuhan, sejumlah besar orang akan berbaris di belakang kita. Mereka semuanya beroleh selamat melalui kita. Saat itu kita benar-benar akan sangat gembira. Sebaliknya, jika kita tidak memberitakan kepada satu orang pun hari ini, dan tidak mau menyelamatkan seseorang, meskipun kita melihat dia sudah hampir mati, kita akan kesulitan bila berhadapan dengan Tuhan. Saat itu tidak ada kesempatan lagi bagi kita untuk melakukannya. Tuhan mengingatkan kita dalam Matius 24, bahwa kalau kita makan dan minum dengan para pemabuk dan hamba-hamba yang jahat, pada saat yang tidak kita ketahui, Tuhan akan datang dan menyisihkan kita, dan akan menentukan bagian kita bersama orang-orang yang munafik (Mat. 24:49-51).

Doa:
Tuhan, kedatangan-Mu tidak membuat aku menjadi orang yang ekstrim. Aku tetap menjadi orang yang normal dan seimbang. Tuhan, aku tidak menjadi orang yang malas, melainkan tetap melakukan kewajibanku sehari-hari, namun itu semuanya adalah sementara, menantikan kedatangan-Mu menjadi arah dan tujuanku yang utama.

23 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 3 Senin

Menjadi Hamba yang Setia dan Bijaksana
Matius 24:45-46
Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang

Dalam menantikan kedatangan Tuhan kali kedua, kita harus berjaga-jaga dan siap sedia (Mat. 24:42, 44). Namun cara hidup yang bagaimanakah yang terhitung sebagai berjaga-jaga dan siap sedia? Matius 24:45-51 memberitahu kita bahwa wujud dari kehidupan yang berjaga-jaga dan siap sedia adalah dengan melayani sebagai hamba. Setiap orang Kristen adalah hamba, artinya sejak kita dilahirkan kembali tidak saja kita menjadi anak-anak Allah, tetapi juga menjadi hamba yang melayani Dia. Tidak peduli apa latar belakang bakat, keahlian, dan pendidikan kita, asal kita adalah orang Kristen, kita adalah hamba yang seharusnya melayani Allah.
Apakah yang dituntut dari seorang hamba? Hamba yang baik adalah hamba yang setia dan bijaksana. Matius 24:45 mengatakan, “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana...?” Kesetiaan terutama ditujukan kepada Tuhan, sedangkan bijaksana terutama ditujukan kepada perlakuan terhadap kaum beriman. Tugas utama seorang hamba adalah memberi makan kaum beriman pada waktunya (Mat. 24:45). Memberi makan di sini mengacu kepada melayankan firman Allah dan Kristus sebagai suplai hayat kepada kaum beriman di dalam gereja. Sebagai hamba, kita semua harus belajar bagaimana melayankan suplai hayat dalam rumah Tuhan tepat pada waktunya.
Untuk dapat melayankan Kristus kepada orang lain, kita seharusnya memiliki sesuatu dari Kristus, dipenuhi dengan Kristus. Kita harus selalu mempersiapkan diri untuk melayankan Kristus yang terwujud di dalam firman kepada orang, baik melalui doa, kesaksian, ataupun pembicaraan kita. Dengan melakukan hal ini, kita berjaga-jaga dan siap sedia, setia terhadap Tuhan dan bijaksana terhadap kaum beriman. Inilah tugas yang harus kita laksanakan sebagai hamba dalam menantikan kedatangan Tuhan kali kedua.

Mat. 24:42-51; Gal. 4:19; 1 Tim. 4:6

Hari ini sangat disayangkan banyak orang Kristen yang terlalu pasif, hanya mengharapkan menerima makanan tetapi tidak pernah belajar melayankan makanan kepada orang lain. Kebanyakan anak-anak Allah hanya senang mendengarkan khotbah, tetapi tidak berdaya untuk melayankan Kristus sebagai makanan rohani kepada mereka yang membutuhkan. Kondisi inilah yang menyebabkan gereja menjadi “miskin” dan gersang - kekurangan suplai hayat.
Dalam pelayanannya, Rasul Paulus hanya memiliki satu beban yaitu melayankan Kristus kepada kaum beriman; ia bersusah payah agar Kristus dapat terbentuk di dalam mereka (Gal. 4:19). Beban pelayanan Paulus bukan untuk suatu pekerjaan, melainkan untuk melayankan Kristus ke dalam kaum beriman. Dalam 1 Timotius 4:6 Paulus memakai istilah “pelayan (minister) Kristus Yesus yang baik”. Minister Kristus adalah orang yang melayani orang lain dengan Kristus, melayankan Kristus sebagai Juruselamat, hayat, suplai hayat, dan setiap hal yang positif kepada orang. Menjadi minister Kristus yang terutama bukan memberitakan Kristus, mengajarkan Kristus, atau memberi tahu orang lain perkara Kristus. Arti terutama istilah ini adalah melayankan Kristus kepada orang lain. Sama seperti pelayan menghidangkan bermacam-macam makanan di hadapan tamu pada waktu makan, demikian juga minister Kristus yang baik harus menghidangkan kekayaan Kristus di hadapan kaum beriman.
Agar dapat melayankan Kristus kepada orang lain, kita terlebih dulu harus menerima rawatan dari firman hayat tentang Kristus. Setelah kita dikenyangkan oleh Kristus, baru kita bisa melayankan Kristus sebagai makanan dan suplai hayat kepada orang lain. Kita harus mencari satu jalan keluar guna membagikan kekayaan rohani yang Tuhan berikan kepada kita. Banyak orang yang benar-benar mengasihi Tuhan sedang menderita kelaparan. Kita harus menerima beban menyuplaikan makanan kepada mereka. Kita semua perlu menjadi minister Kristus yang baik, melayankan kekayaan-Nya kepada orang lain. Biarlah kita lebih dulu mendapat rawatan makanan, kemudian melayankan makanan ini kepada seluruh umat Allah. Inilah cara kita dalam berjaga-jaga dan siap sedia.

Doa:
Tuhan, celikkan mataku untuk bisa melihat semua tanda dan situasi dunia yang sedang terjadi saat ini. Jagalah aku dari pengaruh dunia yang sudah semakin bobrok ini, di mana orang makan dan minum, kawin dan mengawinkan. Sama seperti Engkau menguduskan dan memisahkan Nuh, Engkau juga menguduskan dan memisahkan aku bagi diri-Mu.

21 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 2 Sabtu

Bekerja dan Berjaga-jaga
Matius 24:40-41
Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.

Matius 24:40-41 mengatakan, “Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu giling, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.” “Pada waktu itu” di sini menunjukkan bahwa sementara orang dunia berkecimpung dalam benda-benda materi dan tidak merasakan adanya penghakiman yang akan datang, beberapa orang beriman yang bijaksana dan berjaga-jaga akan diangkat. Bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia dan mati rasa, hal ini akan menjadi tanda kedatangan Kristus.
Dua orang laki-laki dalam Matius 24:40 pasti adalah saudara-saudara di dalam Kristus, dan dua orang perempuan dalam ayat 41 pasti juga saudari-saudari dalam Tuhan. Ini ditunjukkan oleh ayat 42 yang memberi tahu kita supaya berjaga-jaga, sebab kita tidak tahu pada hari apa Tuhan kita datang. Dibawa pergi berarti diangkat sebelum kesusahan besar. Pengangkatan ini adalah tanda kedatangan Tuhan dan tanda bagi orang-orang Yahudi.
Baik bekerja di ladang maupun memutar batu giling adalah untuk mencari nafkah. Terdapat perbedaan antara nafkah kita dan nafkah orang dunia. Orang dunia belajar dan bekerja dan kita pun belajar dan bekerja. Namun orang dunia telah dimabukkan, tetapi kita tidak. Sebaliknya kita semata-mata menunaikan tugas kita untuk penghidupan. Hidup kita bukan untuk makan, minum, dan kawin, melainkan untuk mempertahankan eksistensi kita dalam menempuh jalan salib guna menggenapkan maksud tujuan Allah. Makna dari eksistensi kita bukan untuk pendidikan kita, pekerjaan, atau usaha kita, melainkan agar kita diubah, menjadi matang dan cukup berharga sehingga layak diangkat oleh Tuhan pada hari kedatangan-Nya.

Mat. 24:38-42

Menurut Matius 24:40-41, saudara bekerja di ladang dan saudari menggiling. Menggiling gandum merupakan pekerjaan yang berat. Ini menunjukkan bahwa sebagai orang Kristen, kita tidak seharusnya mengambil pekerjaan yang mudah/ringan. Kita perlu bekerja keras untuk hidup. Makan dan minum dalam Matius 24:38 itu duniawi, tetapi bekerja di ladang dan menggiling dalam Matius 24:40-41 itu kudus.
Mereka yang membicarakan tentang kekudusan belum tentu kudus. Adakalanya saudari-saudari tertentu semakin membicarakan kekudusan, mereka semakin tidak kudus. Saudari-saudari yang demikian lebih baik menggunakan lebih banyak waktu untuk memasak, menyediakan makanan yang lezat bagi suami mereka, anak-anak, dan para tamu yang mereka terima. Saudari yang berbuat demikian akan menjadi kudus.
Ada beberapa saudari tahu bagaimana bersekutu menjadi kudus, tetapi mereka tidak tahu bagaimana bekerja dengan baik dalam hal memasak. Mereka selalu memasak makanan yang hambar bagi keluarga mereka, sambil memaafkan diri sendiri dengan mengatakan bahwa tidaklah perlu membuang waktu untuk memasak. Mereka membicarakan kekudusan, tetapi mereka tidak benar-benar memperhatikan keluarga mereka. Kita memerlukan lebih banyak saudari memutar batu giling untuk menghasilkan tepung yang baik. Kita perlu mendapat gizi yang tepat dari makanan yang dipersiapkan dengan baik oleh saudari.
Prinsipnya sama dengan saudara dalam pekerjaan mereka. Seorang saudara tidak seharusnya membicarakan kekudusan, tetapi melalaikan pekerjaan mereka. Perhatikanlah, pengangkatan oleh Tuhan tidak terjadi ketika dua orang saudara dan dua orang saudari sedang berdoa, melainkan ketika mereka sedang bekerja. Dia ingin menunjukkan kepada kita bahwa ketika kita menunggu kedatangan-Nya dan mengharapkan keterangkatan, kita harus sangat setia dalam kewajiban kita tiap hari. Kita perlu sebaik mungkin bekerja di ladang dan sebaik mungkin memutar batu giling. Kita perlu kehidupan manusiawi yang tepat dan seimbang, bukan kehidupan “rahib” yang mencurahkan dirinya kepada perkara-perkara rohani dan berharap agar orang lain memperhatikan penghidupan mereka. Saudara yang bekerja di ladang dan saudari yang memutar batu giling itulah yang akan Tuhan angkat.

Doa:
Tuhan Yesus, menunggu kedatangan-Mu bukan membuat aku menjadi orang yang tidak melakukan apa-apa. Tuhan, aku perlu tetap melakukan pekerjaanku seperti biasa, tidak menjadi orang yang malas. Tuhan, jagalah juga hatiku agar aku juga menjadi orang yang seimbang. Aku mempersembahkan waktu-waktuku pada-Mu. Terima kasih Tuhan.

20 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 2 Jumat

Pengangkatan Kaum Beriman yang Matang
Matius 24:40-41
Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.

Mulai Matius 24:32 sampai 25:30, Tuhan menyampaikan nubuat kerajaan yang bertalian dengan gereja. Dalam bagian Firman ini, setiap perkara yang dikatakan oleh Tuhan bersangkutan dengan dua hal: berjaga-jaga dan bersiap sedia. Sebelum kedatangan Kristus, seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan (Mat. 24:40-41). Sebelum Tuhan turun ke bumi, Dia akan mengangkat kaum beriman pemenang ke angkasa. agar mereka terhindar dari kesusahan besar.
Yang ada di depan kita, dan yang kita harapkan, ialah keterangkatan. Namun, suatu kesusahan yang mengerikan juga ada di depan kita. Kesusahan ini boleh disebut pencobaan, juga boleh disebut tiga setengah tahun yang terakhir. “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi” (Mat. 24:21). Baik keterangkatan maupun kesusahan besar ada di depan kita. Jadi, jika kita tidak terangkat, kita pasti mengalami kesusahan besar; bila kita tidak mengalami kesusahan besar, kita pasti terangkat.
Lukas 21:34-35 berkata “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.” Apakah ada jalan keluar bagi kita agar terhindar dari kesusahan besar? Ada! Ayat 36 mengatakan, “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” Dapatkah kita mengatakan bahwa semua orang Kristen berjaga-jaga senantiasa dan berdoa? Kita mungkin telah berdoa untuk sandang dan pangan kita, untuk orang tua, anak-anak, untuk perkara-perkara jasmani dan rohani; tetapi pernahkah kita berdoa agar diselamatkan dari kesusahan besar melalui keterangkatan?

Mat. 24:40-41; Luk. 21:34-36

Apakah seseorang akan terangkat atau tidak adalah persoalan kelayakan. Jika kita adalah orang yang berjaga-jaga senantiasa dan berdoa, Allah akan menganggap kita layak ditempatkan di hadapan Anak Manusia; kita akan dianggap layak terangkat. Apa yang dimaksud layak? Allah tidak dapat membawa kita ke tempat yang tidak kita kehendaki. Banyak orang tidak ingin pergi ke surga karena surga akan merupakan tempat penderitaan bagi mereka. Di surga tidak ada tempat untuk melakukan kesenangan duniawi dan dosa. Bagi orang yang mencintai dunia dan dosa, surga adalah tempat yang membosankan. Banyak orang tidak cukup rohani dan sorgawi untuk diangkat ke sorga. Jika yang dipikirkan seorang Kristen hanyalah harta, kedudukan, dan nama, tentu dia tidak akan tertarik pada surga.
Jika hari ini kita tidak ada kecenderungan sedikitpun kepada Tuhan, tidak ada perasaan apapun terhadap hal-hal surgawi, maka kita tidak dapat mengatakan bahwa Allah tidak memberkati kita, melainkan karena kita tidak berminat dan tidak menginginkannya. Terangkat adalah persoalan kelayakan. Jika kita memegang barang-barang dan perkara-perkara di bumi, Allah tidak akan memaksa membawa kita pergi. Misalnya, sebuah balon gas tentunya bisa membubung ke atas, tetapi bila sebuah batu besar diikatkan padanya, balon itu tidak akan naik. Karena itu, keterangkatan tidak tergantung pada apakah seseorang mempunyai hayat atau tidak, melainkan tergantung pada apakah di dunia ini ada perkara-perkara yang mencengkeram dia. Tuhan berkata, “Supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi” (Luk. 21:34). Ini adalah persoalan apakah ada sesuatu yang mencengkeram hati kita.
Jika hari ini kita tidak mau membuang dunia dan hidup bagi Kristus, Kristus akan meninggalkan kita di bumi untuk melewati kesusahan besar. Pada saat itu, kita pasti akan membuang dunia dan menyadari bahwa cara hidup yang paling baik adalah hidup bagi Kristus. Jangan menunggu kesusahan besar datang baru bertobat. Bertobatlah sekarang! Cepat atau lambat, setiap kaum beriman yang sejati harus bertobat, membuang dunia dan hidup bagi Kristus.

Doa:
Ya Tuhan, aku tidak mau berada dalam kesusahan besar. Aku mau terangkat untuk berjumpa dengan Engkau. Tuhan, selamatkan aku dari kesusahan besar yang akan menimpa semua penduduk bumi ini. Tuhan, aku mengakui bahwa masih banyak hal-hal selain Diri-Mu yang masih berhuni di dalam hatiku.Bersihkanlah aku ya Tuhan.

19 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 2 Kamis

Tanda-tanda Menjelang Kedatangan Tuhan Kali Kedua
Matius 24:36-37
Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri. Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.

Walau tidak seorangpun yang tahu hari dan saat kedatangan Anak Manusia, tetapi Alkitab memberitahu kita beberapa tanda. Matius 24:15-31 melukiskan perkara-perkara yang akan terjadi pada akhir zaman selama tiga setengah tahun yang terakhir. Bagian ini terutama membahas tanda kedatangan Tuhan dan tanda akhir zaman. Selanjutnya Matius 24:32 mengatakan, “Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu bahwa musim panas sudah dekat.” Pohon ara, yang melambangkan bangsa Israel, telah dikutuk dalam Matius 21:19. Sejak saat itu, pohon ini melewati musim dingin yang panjang, dari abad pertama sampai tahun 1948, ketika Israel dipulihkan sebagai suatu bangsa dan negara. Pada saat itulah ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas.
Bagi kaum beriman, pohon ara ini adalah tanda kesudahan zaman ini. Melembut melambangkan pemulihan hayat dan mulai bertunas melambangkan aktivitas lahiriah. Musim dingin melambangkan masa kering, masa kesusahan besar (Mat. 24:7-21). Musim panas melambangkan zaman kerajaan yang dipulihkan (Luk. 21:30-31), yang akan dimulai pada kedatangan Tuhan kali kedua. Matius 24:33 mengatakan, “Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.”
Selain terpulihkannya bangsa Israel, keadaan moral masyarakat juga merupakan tanda menjelang kesudahan zaman ini. Matius 24:38-39 mengatakan, “Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, ... demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.” Kita harus disadarkan dan harus dengan jelas mengetahui bahwa Kristus sedang datang guna melaksanakan penghakiman Allah atas dunia yang bobrok ini.

Mat. 24:32-39; Luk. 21:30-31

Makan, minum, dan perkawinan asalnya ditetapkan oleh Allah untuk eksistensi manusia. Tetapi karena hawa nafsu manusia, Iblis memperalat kebutuhan hidup manusia ini untuk menyimpangkan manusia sehingga mereka menjauhkan diri dari kepentingan Allah. Menjelang akhir zaman, situasi ini akan lebih intensif lagi dan akan mencapai klimaksnya menjelang parousia Tuhan.
Keadaan khusus yang paling nyata pada zaman sebelum air bah ialah makan, minum, kawin, dan dikawinkan. Ini menunjukkan bahwa orang-orang pada zaman itu dimabukkan oleh daging dan kenikmatan duniawi mereka. Hal yang sama terjadi dalam masyarakat hari ini. Musuh Allah, Iblis, mempergunakan kebutuhan hidup untuk meracuni manusia ciptaan Allah. Seluruh umat manusia telah diracuni. Namun ini bukan berarti bahwa kita tidak perlu makan, minum, atau kawin. Semuanya ini perlu untuk eksistensi kita. Tetapi kita tidak boleh membiarkan semua ini menyebabkan kita mabuk dan membuat perasaan kita tumpul.
Dalam masyarakat hari ini perasaan kebanyakan orang terhadap Allah sudah menjadi tumpul. Ini menunjukkan bahwa masyarakat telah diracuni oleh cara zaman ini dalam hal makan, minum, kawin, dan mengawinkan. Ini nyata sekali terutama dalam lingkungan pendidikan dan lingkungan bisnis. Begitu banyak orang dalam institusi pendidikan telah diracuni oleh pengejaran mereka akan pendidikan. Pendidikan mereka semata-mata untuk makan, minum, dan kawin. Mereka yang di dalam bidang perdagangan diracuni pula oleh kedambaan mencari uang, juga untuk makan, minum, dan kawin. Ini telah menyebabkan banyak perceraian. Ketika seorang pemuda dalam keadaan miskin, ia hanya menikah dengan seorang perempuan. Tetapi ketika ia memperoleh banyak uang, ia mungkin menceraikan istrinya dan menikah dengan orang lain menurut seleranya dengan harapan mendapatkan istri yang lebih baik. Inilah situasi pada zaman Nuh, dan inilah pula situasi pada saat parousia Tuhan. Mereka tidak memikirkan perkara Allah. O, betapa perlunya kita diselamatkan dari cara hidup yang kekurangan perasaan akan Allah pada hari ini!

Doa:
Celikkan mataku agar tidak dibutakan dengan kenikmatan dunia hari ini. Orang-orang di dunia mungkin menempuh hidup dalam kegelapan, berpesta pora, makan dan minum, kawin dan mengawinkan. Namun aku mau menjadi orang yang menjaga hatiku tetap murni dan tertuju kepada-Mu.

18 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 2 Rabu

Dua Aspek Kedatangan Tuhan Kali Kedua
Matius 24:30
Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.

Alkitab menunjukkan kepada kita kedatangan Tuhan kali kedua adalah kedatangan yang sesungguhnya, yaitu Tuhan sendiri akan turun dari surga untuk menampakkan diri kepada manusia. Kedatangan Tuhan bagi kaum beriman-Nya ialah periode kehadiran-Nya yang dimulai sebelum kesusahan besar dan berakhir pada akhir kesusahan besar. Itu akan berlangsung paling sedikit selama tiga setengah tahun. Pada akhir kesusahan besar, kedatangan hadirat-Nya akan tertampak, dan ini akan terjadi ketika Dia datang ke bumi untuk menampakkan diri kepada manusia.
Kedatangan Tuhan kali kedua memiliki dua aspek: Aspek tersembunyi/rahasia (Mat. 24:27) dan aspek tertampak/terbuka (Mat. 24:30). Aspek tersembunyi ialah parousia, dan aspek terbuka ialah epiphaneia. Parousia Tuhan, kehadiran atau penyertaan kedatangan-Nya, secara rahasia dimulai sebelum kesusahan besar. Mulai saat itu, Tuhan sudah datang secara tersembunyi, mengangkat kaum beriman pemenang ke hadirat-Nya, sama seperti pencuri mencuri barang yang berharga. Tuhan menganggap kaum beriman yang mengasihi Dia dan menang sebagai barang yang berharga - emas, perak, dan batu permata.
Sebelum kesusahan besar muncul di bumi, pada waktu yang tidak terpikir oleh orang-orang, Tuhan akan datang secara tersembunyi, rahasia, untuk mengangkat kekasih-Nya, kaum beriman yang menang, ke surga bersama dengan Dia. Ini adalah aspek tersembunyi kedatangan-Nya kali kedua, permulaan parousia-Nya. Dalam melakukan hal ini, kelihatannya Dia telah “mencuri” kaum beriman kekasih-Nya. dengan mengangkat mereka ke surga. Maukah kita “dicuri” oleh-Nya ke surga? Agar dapat berbagian dalam keterangkatan ini, kita harus banyak mengalami pengubahan dan penyusunan Allah Tritunggal di dalam kita sehingga kita matang dalam hayat rohani.

Mat. 24:27-31; 2 Tim. 4:8; Why. 22:20

Aspek yang lain dari kedatangan Tuhan kali kedua terjadi pada akhir masa kesusahan besar ketika Tuhan turun dari angkasa dan menampakkan diri. Pada waktu ini, Dia akan turun di awan-awan dan nampak di udara seperti kilat, dan semua orang di bumi akan melihat Dia. Ini adalah keadaan aspek terbuka kedatangan-Nya kali kedua, juga keadaan permulaan penampakan parousia-Nya.
Karena itu, kedatangan Tuhan kali kedua memiliki aspek tersembunyi dan aspek terbuka. Hanya kaum beriman pemenang yang berjaga-jaga, mengasihi Dia, dan menantikan Dia, yang akan mengetahui tentang hal ini, dan berbagian di dalam aspek yang tersembunyi. Semua orang akan melihat aspek yang terbuka, dan semua kaum beriman akan berbagian di dalamnya. Namun jika kita ingin berbagian dalam aspek tersembunyi dari kedatangan Kristus kali kedua, jika kita ingin dari permulaan sudah berbagian dalam parousia Tuhan, kita harus berlatih menjadi pemenang yang berjaga-jaga, siap sedia, dan menunggu kedatangan Tuhan. Setelah kita mengetahui kedatangan Tuhan kali kedua itu begitu berharga, kita seharusnya mengasihi penampakan-Nya (2 Tim. 4:8). Akhir Alkitab tersimpul pada seruan “Datanglah, Tuhan Yesus!” (Why. 22:20). Dari catatan dalam Perjanjian Baru, kita mengetahui bahwa para rasul memperhidupkan suatu kehidupan yang kudus, saleh, dan ibadah, karena hati mereka dengan teguh percaya bahwa Tuhan akan segera datang. Setiap saat mereka mempersiapkan diri bagi kedatangan Tuhan kali kedua.
Waktunya tinggal sedikit. Melalui mempelajari nubuat dalam Alkitab dan mencocokkan dengan situasi dunia hari ini, kita tahu kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, dan minggu terakhir sedang mendekat. Perkara yang menentukan pada hari ini ialah: apakah kita ingin menguburkan diri kita dalam dunia atau meletakkan diri kita ke tangan Tuhan? Kita seharusnya mengetahui, sekali kita menguburkan diri ke dalam dunia dan berakar di dalamnya, tidak mudah untuk mencabutnya. Dalam hari-hari yang tersisa tidak lama lagi ini, kita seharusnya bersiap-siap. Marilah kita menjadi orang yang mengasihi dan melayani Tuhan, yang disegarkan dan menang setiap hari, membiarkan dunia pergi, dan dengan segenap hati menunggu kedatangan Tuhan.

Doa:
Tuhan Yesus, garapkan unsur dan sifat ilahi-Mu lebih banyak ke dalam diriku sehingga aku boleh diubah menjadi barang yang berharga, layak dicuri oleh-Mu. Tuhan, aku mau menantikan kedatangan-Mu dengan hati dan sikap yang berjaga-jaga. Aku mau berbagian dengan kedatangan-Mu yang tersembunyi, menjadi pemenang-Mu.

17 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 2 Selasa

Menantikan dan Mempercepat Kedatangan Tuhan
2 Petrus 3:11b-12a
Betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah.

Mungkin banyak orang berkata dengan nada pesimis, “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya?” (2 Ptr. 3:4). Dua Petrus 3:10 mengatakan, “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus oleh nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.” Hari Tuhan terutama dalam arti penghakiman untuk pemerintahan Allah (1 Tes. 5:2). Dalam Perjanjian Baru, hari Tuhan sebagian besar disebutkan berhubungan dengan penghakiman Tuhan (1 Kor. 1:8, 3:13, 5:5; 2 Kor. 1:14; 2 Tim. 4:8). Hari penghakiman Tuhan (1 Tes. 5:3-4) akan datang sebelum Kerajaan Seribu Tahun (Why. 18:1; 19:11; 20:4-6).
“Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” (2 Ptr. 3:11). Segala sesuatu, baik di langit maupun di bumi, telah dicemarkan oleh pemberontakan Iblis dan kejatuhan manusia. Walaupun segala sesuatu, di bumi atau di langit telah didamaikan kepada Allah melalui Kristus dengan darah-Nya (Kol. 1:20), bahkan hal-hal surgawi telah disucikan dengan darah Kristus (Ibr. 9:23), tetapi dalam penanggulangan pemerintahan Allah mereka masih perlu dibersihkan melalui dibakar dengan api, supaya mereka menjadi baru dalam sifat dan penampilan luaran di dalam alam semesta Allah yang baru (2 Ptr. 3:13).
Jadi, sebagai anak-anak Allah yang kudus, kita harus berperilaku agar memiliki hidup yang kudus dan ibadah. Kita harus menempuh hidup yang sesuai dengan sifat kudus Allah dan ibadah demi mengekspresikan Dia, supaya kita cukup syarat berpadanan dengan pemerintahan-Nya yang kudus. Ketika kita menempuh kehidupan yang diubah dalam cara yang kudus dan ibadah, kita sedang mengharapkan, menantikan, dan mempercepat kedatangan hari Allah.

Mat. 24:15-26; 2 Ptr. 3:9-13; 1 Ptr. 4:17-18; 1 Tes. 5:3

Mengetahui bahwa Allah begitu kudus dalam melenyapkan segala hal, kita harus memiliki cara hidup yang kudus dan ibadah ketika kita menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Kita bukan hanya mengharapkan hari Allah - kita akan mempercepatnya (2 Ptr. 3:12). Dalam 2 Petrus 3:14, dikatakan, “Sebab itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu didapati-Nya tidak bercacat dan tidak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.” Didapatinya kita di hadapan Tuhan dalam perdamaian berarti kita menempuh kehidupan yang benar, betul, tidak bermasalah di mata-Nya, baik dengan Allah maupun dengan manusia, pada kedatangan-Nya. Damai adalah buah kebenaran (Ibr. 12:11; Yes. 32:17). Kaum beriman harus berjalan di jalan kebenaran (2 Ptr. 2:21), menuntut hidup dalam perdamaian (Ibr. 12:14), dan mempersiapkan diri bagi kedatangan Tuhan dengan penghakiman-Nya. Hanya dengan demikian kita dapat disebut tanpa cacat dan tanpa noda, sebagaimana Tuhan, Sang Anak Domba yang tak bercacat dan tak bernoda (1 Ptr. 1:19).
Dalam 2 Petrus 3:9 dikatakan bahwa Tuhan sabar terhadap kita. Hati Tuhan bukan tertuju pada waktu penggenapan janji-Nya melainkan pada umat-Nya, yang Dia miliki secara khusus sebagai harta pusaka (1 Ptr. 2:9; Tit. 2:14). Ia menginginkan tidak ada seorang pun dari kita, orang-orang tebusan-Nya yang berharga, yang akan dihukum oleh penghakiman pemerintahan Allah, sebaliknya ada sejangka waktu yang panjang bagi kita untuk bertobat, agar kita bisa terhindar dari hukuman-Nya, terhindar dari hukuman pendisiplinan pemerintahan Allah terhadap orang-orang beriman (1 Ptr. 4:17-18; 1 Tes. 5:3, 8).
Oleh karena itu, semua kaum beriman perlu bertobat, bukan hanya atas dosa dan kelemahan, tetapi terlebih bertobat karena tidak berjaga-jaga untuk hari kedatangan Tuhan dan tidak menempuh hidup yang kudus dan ibadah. Kita harus tekun mempersiapkan diri sendiri untuk bertemu dengan Dia. Kita juga harus melayankan hayat kepada orang lain sehingga mereka dapat bertumbuh dan dipersiapkan. Inilah satu-satunya jalan untuk mempercepat kedatangan Tuhan kembali.

Doa:
Tuhan Yesus, aku bukan hanya menjadi orang yang menantikan kedatangan-Mu, namun terlebih menjadi orang yang mempercepatnya. Tuhan, jagalah kehidupanku agar senantiasa berjaga-jaga, memperhatikan bagaimana aku hidup secara kudus dan saleh, tidak sembarangan ataupun kendur.

16 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 2 Senin

Memperhatikan Perkataan Nubuat
2 Petrus 1:19
Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

Matius 24:1-25:46 merupakan nubuat kerajaan mengenai Israel, mengenai gereja, dan mengenai bangsa-bangsa. Nubuat ini menjelaskan hal-hal apa saja yang akan terjadi sejak kenaikan Kristus ke Surga sampai dengan dimulainya zaman Kerajaan Seribu Tahun.
Perkataan nubuat di dalam Kitab Suci adalah seperti pelita yang bersinar bagi kita yang menyampaikan terang rohani untuk bersinar di dalam kegelapan kita, membimbing kita untuk masuk ke dalam hari yang cemerlang, bahkan untuk melalui malam yang gelap sampai hari penampakan Tuhan terbit dan bintang fajar terbit di hati kita (Why. 22:16; 2:28; 2 Tim. 4:8). Tuhan telah memberikan banyak poin nubuat kepada kita di dalam Firman-Nya sehingga mereka dapat menjadi pelita yang bersinar di dalam zaman yang gelap. Ini akan menyebabkan dan mendorong kita untuk dengan serius mencari hadirat Tuhan dan berjaga-jaga sehingga kita tidak kehilangan Tuhan di dalam bagian yang tersembunyi dari kedatangan-Nya (parousia) ketika Dia akan datang seperti pencuri (Mat. 24:27, 43; 2 Tes. 2:8).
Matius 24:1-31 khusus membicarakan tentang nubuat terhadap bangsa Israel yang dimulai dari kenaikan Kristus sampai akhir zaman. Nubuat ini meliputi akan diruntuhkannya Bait Allah, munculnya penyesatan, deru perang dan kabar tentang perang, penganiayaan oleh bangsa-bangsa karena nama Tuhan, pemberitaan Injil Kerajaan hingga ke seluruh dunia, dan munculnya Pembinasa keji yang menimbulkan kesusahan besar. Keenam hal tersebut merupakan tanda yang akan mendahului kedatangan Kristus ke bumi. Beberapa aspek nubuat dalam Matius 24:1-14 sudah digenapi, dan sebagian lagi masih dalam proses penggenapan. Setelah membaca Matius 24:1-31, mungkin kita merasa bahwa keenam tanda di atas tidak ada kaitannya dengan kita. Walau demikian, kita masih bisa berbagian dalam penggenapan nubuat ini dengan memberitakan Injil Kerajaan.

2 Ptr. 1:19; Mat. 24:1-14; Kis. 20:24; Why. 1:9

Matius 24:14 mengatakan, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”Apakah yang dimaksud dengan Injil Kerajaan? Injil Kerajaan berbeda dengan Injil kasih karunia. Injil kasih karunia menekankan pengampunan dosa, penebusan Allah, dan hidup kekal, sedangkan Injil kerajaan menekankan pemerintahan surgawi Allah dan wewenang Tuhan. Injil kerajaan, yang meliputi Injil kasih karunia (Kis. 20:24), tidak hanya membawa manusia ke dalam keselamatan Allah, tetapi juga membawa mereka masuk ke dalam ruang lingkup Kerajaan Surga (Why. 1:9). Injil kerajaan ini akan diberitakan ke seluruh bumi sebagai satu kesaksian kepada semua bangsa sebelum akhir zaman ini. Kita tidak seharusnya secara pasif menunggu penggenapan nubuat, tetapi dengan aktif memberitakan Injil Kerajaan. Semakin jauh Injil Kerajaan diberitakan, semakin dekat hari kedatangan Kristus kali kedua. Inilah cara kita untuk berbagian dalam penggenapan nubuat.
Gereja bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan Allah demi mendatangkan manifestasi Kerajaan Surga. Karena itu, gereja tidak bisa tidak memperhatikan masalah akhir zaman. Setelah akhir zaman, barulah Kerajaan Surga tiba. Itulah sebabnya dalam ayat ini Tuhan Yesus berkata kepada kita bahwa Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia, barulah tiba kesudahannya. Dengan perkataan lain, Injil Kerajaan harus diberitakan ke seluruh dunia, barulah Kerajaan Surga tiba. Sungguh, jika ingin mengakhiri zaman ini, anak-anak Allah harus bersaksi bagi Injil Kerajaan. Jika kita ingin Kerajaan Allah tiba, ingin kuasa pemerintahan Allah ternyata di dunia, ingin Iblis dan kuasanya terusir, kita harus bangun untuk bersaksi bagi Injil Kerajaan. Begitu anak-anak Allah bangkit untuk kesaksian Injil Kerajaan, yaitu saat anak-anak Allah menginginkan apa yang diinginkan oleh Allah, membenci apa yang dibenci Allah, tekad mereka serasi dengan kehendak Allah, maka Allah akan membangkitkan pekerjaan-Nya. Jangan sekali-kali mengira bahwa akhir zaman itu akan datang dengan sendirinya. Hari ini Allah sedang menunggu, sedang mencari orang-orang yang sehati dengan-Nya, yang mau bekerja sama dengan-Nya, untuk mendatangkan kesudahan zaman ini. Siapakah yang mau melakukan pekerjaan yang sangat besar ini?

Doa:
Injil kerajaan-Mu harus diberitakan dahulu, barulah tiba kesudahannya. Tuhan,aku mau berbagian di dalam perluasan Injil. Masih banyak orang yang membutuhkan dan perlu mendengar injil diberitakan. Celikkan mataku sekarang untuk melihat yang terpenting dan yang mustika, yaitu berbagian dalam penyebarluasan Injil Kerajaan.

14 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 1 Sabtu

Yesus Menegur Kaum Agamawan
Matius 23:10-11
Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

Matius 23:1-12 mencatat bagaimana Yesus menegur ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi karena kemunafikan mereka. Teguran Tuhan di sini menelanjangi keadaan kaum agamawan itu yang sesungguhnya. Mereka suka membebani orang, tetapi mereka sendiri tidak mau memikulnya. Mereka mencari pujian dan hormat manusia, baik di rumah ibadat maupun di tempat umum. Mereka juga suka dipanggil dengan sebutan tertentu dan senang dianggap sebagai pemimpin.
Kalau kita cermati, bukankah hal-hal tersebut sedikit banyak juga ada di dalam kita? Manusia alamiah kita senang memerintah orang, senang akan pujian dan hormat manusia, juga senang dianggap sebagai pemimpin. Mungkin kita tidak sehebat ahli-ahli Taurat dan orang Farisi dalam penguasaan Kitab Suci, namun kondisi batiniah kita tidak lebih baik daripada mereka. Karena itu teguran Tuhan terhadap mereka seharusnya juga menjadi teguran-Nya atas kita sehingga kita menyadari perlunya kita diselamatkan dari alamiah kita.
Untuk menanggulangi manusia alamiah kita, Tuhan berkata, “Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mat. 23:10-11). Kalau kita ingin memiliki kehidupan gereja yang tepat, kita harus belajar saling melayani. Di dalam gereja tidak ada bos, yang ada adalah semua anggota saling melayani. Satu-satunya pemimpin kita adalah Kristus. Dialah satu-satunya Kepala gereja. Bagaimana supaya kita dapat melayani? Kita harus belajar merendahkan diri (Mat. 23:12), yakni turun dari “takhta” kita melayani orang. Bukankah Allah juga demikian dalam melayani orang berdosa? Mari kita keluar dari kediaman nyaman kita, keluar memberitakan Injil-Nya dan memperhatikan domba-domba Tuhan yang membutuhkan pertolongan.

Mat. 23:1-39; Yoh. 8:12; 2 Kor. 3:16

Tuhan Yesus tidak hanya menegur ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Ia pun mengecam mereka dengan celaka delapan ganda (Mat. 23:13-32). Lihatlah! Kemunafikan tidak akan mendatangkan kebaikan apapun bagi kita, tetapi justru mendatangkan celaka. Mengapa Tuhan mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi? Pertama, karena mereka merintangi orang agar jangan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kedua, mereka menelan rumah janda-janda (menindas orang miskin). Ketiga, mereka menjadikan para pengikutnya menjadi jahat. Keempat, mereka mengucapkan sumpah yang tidak sah. Kelima, mereka mengabaikan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Keenam, mereka penuh dengan rampasan dan kerakusan. Ketujuh, mereka penuh dengan kemunafikan dan kelaliman. Terakhir, mereka membenarkan perbuatan nenek moyang mereka yang telah membunuh nabi-nabi Allah. Keadaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang Tuhan sebutkan di sini sangat berkebalikan dengan penampilan luaran mereka yang kelihatannya ibadah dan terpandang di masyarakat.
Apakah yang dapat kita pelajari dari perkataan Tuhan di atas? Keadaan batiniah kita mungkin tidak lebih baik daripada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, tetapi kita masih menganggap diri sendiri lumayan. Di sini yang kita perlukan adalah terang Tuhan menyoroti kita. Tidak hanya itu, hati kita juga perlu berbalik kepada-Nya. Tuhan adalah terang (Yoh. 8:12), kalau hati kita tidak terarah kepada Tuhan, tetapi terarah kepada yang lain, maka akan ada selubung yang menutupi kita. Akibatnya kita tetap berada di dalam kegelapan. Hanya orang yang di dalam gelap yang merasa diri sendiri baik. Tetapi kalau hati kita berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari kita (2 Kor. 3:16). Hasilnya, kita dapat menerima penerangan dalam terang wajah Tuhan sehingga kita dapat bertobat dari keadaan batiniah kita yang penuh dengan ketidakbenaran.
Berpaling kepada Tuhan adalah mempersembahkan diri kepada Tuhan, dan itulah persembahan yang sejati. Miss Barber berkata, selembar daun yang kecil saja sudah bisa menutupi sinar bintang pada malam hari. Karena itu marilah kita memalingkan hati kita kepada Tuhan agar terang-Nya menyinari kita setiap saat, sehingga kita memiliki pertobatan yang tuntas atas segala kelemahan kita.

Doa:
Tuhan Yesus,aku tidak hanya menjadi orang yang menuntut untuk menjadi orang yang ditinggikan, melainkan belajar melayani sebagai seorang budak. Siapa yang meninggikan diri akan direndahkan, dan siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan. Jaga aku ya Tuhan, agar tidak egois, melainkan berdiri pada posisi sebagai hamba.

13 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 1 Jumat

Perlu Mengenal, Mengalami, dan Menikmati Kristus
Matius 22:44
Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.

Setelah menjawab semua pertanyaan para penentang-Nya dengan penuh hikmat, Tuhan Yesus lalu mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang Kristus. Ini adalah pertanyaan atas segala pertanyaan. Pertanyaan mereka berhubungan dengan agama, politik, kepercayaan, dan hukum Taurat. Pertanyaan-Nya adalah mengenai Kristus, pusat segala sesuatu. Mereka mengetahui agama, politik, kepercayaan, dan hukum Taurat, tetapi mereka tidak memperhatikan Kristus. Karena itu Dia bertanya kepada mereka, “Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?” (Mat. 22:42). Pertanyaan atas segala pertanyaan ini harus dijawab oleh setiap orang.
Sama seperti pada zaman kuno, hari ini pun orang-orang memperhatikan perkara-perkara lain, bukan memperhatikan Kristus. Tetapi yang Allah perhatikan hanya Kristus, dan yang Kristus perhatikan adalah diri-Nya sendiri. Sebab itu Ia bertanya, “Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?” Pertanyaan ini berfokus pada persona Kristus, yang merupakan sebuah misteri, masalah yang paling sulit dijelaskan dalam alam semesta. Walau demikian, kita harus memiliki pengenalan yang tepat terhadap persona Kristus ini.
Kristus adalah Anak Daud - seorang manusia, dan adalah Tuan atas Daud - Allah itu sendiri (Mat. 22:42-45). Kristus adalah Anak Manusia yang “diperanakkan dari keturunan Daud”, memiliki keinsanian; dan Dia dinyatakan sebagai “Anak Allah” yang berkuasa, memiliki keilahian - sifat Allah (Rm. 1:3-4). Kristus adalah seorang manusia dalam daging yang berada “di atas segala sesuatu, Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya” (Rm. 9:5). Kristus yang sedemikian ajaib haruslah menjadi fokus kita, bukan hal-hal lain. Hidup kita harus secara subyektif berkaitan dengan Kristus, berada di dalam Dia, dan dikendalikan oleh hayat-Nya. Cara terbaik untuk mengenal Kristus adalah dengan mengalami dan menikmati Dia melalui kita tinggal di dalam Dia dan firman-Nya tinggal di dalam kita.

Mat. 22:41-46; Rm. 1:3-4; 9:5; Flp. 3:8, 12-14a

Ketika orang-orang Farisi ditanyai oleh Tuhan, “Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?”, mereka menjawab bahwa Kristus adalah anak Daud (Mat. 22:42). Memang, menurut Alkitab jawaban ini benar. Kemudian Tuhan berkata, “Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Jadi, jika Daud menyebut Dia ‘Tuan’, bagaimana mungkin Ia anak-Nya pula?” (Mat. 22:43-45). Orang-orang Farisi hanya memiliki separuh pengetahuan Alkitab mengenai persona Kristus, yaitu Dia sebagai Anak Daud berdasarkan keinsanian-Nya. Mereka tidak memiliki separuh yang lain, yaitu Dia sebagai Anak Allah berdasarkan keilahian-Nya (Rm.1:3-4). Sekalipun kita bisa mengenal Kristus, kita masih belum dapat memahami-Nya secara menyeluruh.
Pertama-tama, kita perlu mengenal Kristus; kedua, kita perlu mengalami dan menikmati Kristus, yaitu mendapatkan Kristus. Mula-mula, kita memiliki pengetahuan, kemudian kita memiliki pengalaman dan kenikmatan. Mengalami dan menikmati Kristus adalah mendapatkan Kristus. Dalam Filipi 3:8 Paulus mengatakan, “...Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Hanya “memiliki” tidaklah memadai, kita perlu “memperoleh/mendapatkan”. Memperoleh Kristus perlu membayar harga. Memperoleh Kristus adalah mengalami, menikmati, dan menjadikan segala kekayaan-Nya yang tidak terduga itu milik kita melalui membayar harga. Ini tidak sederhana. Karena itu, Paulus melanjutkan berkata, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya....aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan” (Flp. 3:12-14a). Tidak mudah untuk memenangkan pertandingan. Hal itu menuntut kita untuk melupakan apa yang telah di belakang dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan kita.

Doa:
Tuhan Yesus, aku tidak mau berpuas diri dengan pengenalanku selama ini terhadap-Mu. Tuhan, dapatkan hari-hariku untuk lebih banyak mendapatkan dan mengalami diri-Mu, sehingga aku memiliki pengalaman yang selalu baru dan segar terhadap diri-Mu. Tuhan, aku tidak bersandar pada pengalamanku yang lalu, melainkan terus mengejar untuk mendapatkan Engkau.

12 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 1 Kamis

Perintah yang Terutama dan yang Pertama
Matius 22:37-38
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”

Ketika orang Farisi mendengar bahwa Tuhan telah membuat orang Saduki bungkam, berundinglah mereka tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Salah seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “’Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?’ Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi’” (Mat. 22:36-40). Jawaban Tuhan ini tidak saja membungkam sekaligus menelanjangi keadaan mereka yang mencobai Dia, tetapi juga merupakan bantuan bagi kita hari ini.
Dahulu ada seorang misionaris yang pernah menulis di secarik kertas, “Ya Allah, aku bersyukur kepada-Mu, karena padamu ada satu perintah: Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu!” Ya, semua orang Kristen patut mengasihi Allah. Di dunia ini tidak ada satu agama pun selain Kristen, yang mengatakan tentang mengasihi Allah. Mengasihi Allah adalah satu ciri khas orang Kristen.
Untuk mendapatkan hidup yang kekal, cukup dengan percaya. Tetapi mengasihi Allah, harus mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. Selanjutnya dikatakan, “Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” Dengan kata lain, ini adalah perkara yang lebih besar daripada perkara lainnya; di mana pun ia ditempatkan, ia selalu nomor satu. Hari ini, kita harus memuji Allah atas perintah-Nya yang menghendaki kita mengasihi Dia. Ketahuilah, percaya kepada Allah, bisa menolong kita terlepas dari dosa; sedang mengasihi Allah, bisa membuat kita terlepas dari dunia.

Mat. 22:34-46; 1 Yoh. 2:15; 4:20; 5:2-3; Yoh. 14:21-23

Bagaimanakah keadaan orang yang mengasihi Allah? Satu Yohanes 2:15 mengatakan, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia. maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” Ayat ini menunjukkan, bahwa kasih akan Bapa seperti satu benda yang dapat ditaruh di dalam kita, dan dapat pula keluar dari dalam kita. Jika seseorang menaruh kasih akan Bapa di dalam dirinya, maka ia dapat mengasihi Bapa.
Mengasihi Allah membuat kita dapat mengasihi saudara. Satu Yohanes 4:20 mengatakan, “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah; dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” Banyak orang yang karena sikap dan kelakuannya membuat kita tidak bisa mengasihinya; tetapi bila kasih Allah masuk ke dalam kita, maka kita bisa mengasihinya. Bukan mengasihi saudara yang layak kita kasihi, melainkan hanya “mengasihi saudara”. Jika kita tidak bisa mengasihi saudara, itu berarti kasih Bapa tidak ada di dalam hati kita. Sebaliknya, jika kita telah memiliki kasih Allah, kita pasti mengasihi saudara.
Satu Yohanes 5:2-3 mengatakan, “Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.” Mengapa mengasihi Allah dapat membuat kita melakukan perintah-perintah-Nya? Mari kita melihat Injil Yohanes 14:21-23, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku.” Ini menyatakan, jika kita mengasihi Tuhan, kita pasti menuruti perintah-perintah-Nya. “Memegang perintah-Ku” juga berarti “mencari perintah-perintah Tuhan.” Banyak orang Kristen yang merasa takut akan perintah Allah, dan tidak senang mendengar perintah Allah. Kita harus tahu, bahwa kita wajib melakukannya tidak saja ketika Allah memberi perintah kepada kita, bahkan kita wajib mencari perintah Allah itu. Setelah mendapatkannya, kita wajib melakukannya. Mencari perintah Allah berarti memikirkan Allah, dan itulah penyataan kasih kita kepada Allah.

Doa:
Tuhan, Engkau menempatkan kasih terhadap-Mu sebagai perintah yang terutama. Terima kasih bahwa di Alkitab ada perintah yang sedemikian. Tuhan ampuni aku, karena tanpa sadar apa yang kulakukan seringkali hanyalah karena tugas atau kewajiban yang luaran, bukan karena kasih terhadap-Mu. Pulihkan kasihku kembali ya Tuhan.

11 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 1 Rabu

Yesus Diuji oleh Orang Farisi, Pengikut Herodes, dan Orang Saduki
Matius 22:21b
Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Pernahkah Anda mengalami saat-saat dimana hampir semua orang di sekeliling Anda menghendaki Anda jatuh? Mungkin tidak. Tetapi situasi itulah yang dialami oleh Yesus dalam Matius 22:15-40. Tidak hanya imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi yang mencobai Dia (Mat. 21:23-27), tetapi juga orang Farisi, pengikut Herodes, dan orang Saduki. Mereka berkomplot dan secara bergantian mencobai Yesus untuk menjebak Dia, mengharapkan Dia jatuh ke dalam perangkap mereka.
Murid-murid orang Farisi dan para pengikut Herodes bertanya kepada-Nya, “Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” (Mat 22:17). Ini benar-benar pertanyaan yang menjerat. Jika Tuhan Yesus mengatakan membayar pajak itu diperbolehkan, Dia akan diserang oleh semua orang Yahudi, yang pemimpinnya adalah orang Farisi. Jika Dia mengatakan hal itu tidak boleh, para pendukung Herodes yang memihak pemerintah Romawi akan mendapat dasar yang kuat untuk menuduh-Nya. Menurut konsepsi mereka, tak peduli bagaimana Tuhan menjawab pertanyaan mereka, Ia akan tetap jatuh ke dalam perangkap mereka.
Setelah Tuhan meminta mereka menunjukkan mata uang untuk pajak itu, Yesus berkata kepada mereka, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat. 22:21b). Memberi kepada Kaisar berarti membayar pajak kepada Kaisar menurut peraturan pemerintahannya. Membayar kepada Allah sesuai dengan apa yang menjadi kepunyaan Allah ialah membayar setengah syikal kepada Allah menurut Keluaran 30:11-16, dan mempersembahkan sepersepuluh dari semuanya kepada Allah menurut hukum Allah. Pernyataan Tuhan di sini menegaskan kepada kita untuk memberikan kepada Allah apa yang wajib kita berikan kepada Allah, memberikan kepada Allah apa yang adalah hak-Nya.

Mat. 22:15-33; Kel. 30:11-16; Mzm. 119:11

Pada hari yang sama setelah Tuhan dicobai oleh murid-murid orang Farisi dan pengikut Herodes, datang pula orang Saduki untuk mencobai Dia berkenaan dengan kebangkitan (Mat. 22:24-28).Kalau kita yang ditanya dengan pertanyaan demikian, tentu kita akan merasa aneh, karena jarang ada pertanyaan demikian. Mana mungkin pernah terjadi di suatu tempat ada tujuh orang kakak beradik, berturut-turut memperistrikan seorang perempuan yang sama, kemudian ketujuhnya mati semua tanpa meninggalkan anak. Pertanyaan ini sungguh tidak masuk akal. Namun Dengan tegas Tuhan menjawab pertanyaan mereka, “Kamu sesat! Sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!” (Mat. 22:29, Tl.).
Jika kita tidak ingin tersesat atau terjatuh sewaktu menempuh perjalanan rohani ini, kita perlu terang firman Allah. Kita harus menurut Alkitab, barulah kita tidak akan tersesat. Mazmur 119:11 mengatakan, “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau”. Jika kita ingin menjadi orang yang tidak berdosa kepada Allah, hanya ada satu jalan, yaitu menaruh firman Tuhan dengan penuh kelimpahan di dalam hati kita. Mengerti Kitab Suci adalah satu hal, mengenal kuasa Allah adalah hal yang lain. Kita perlu mengenal keduanya.
Hari ini, kita tidak saja memiliki Alkitab juga memiliki Roh Kudus di dalam kita. Dalam zaman Perjanjian Baru, Allah telah menaruh hukum-Nya di dalam kita. Inilah yang dikatakan “Hukum Roh Hayat” dalam Roma 8:2; dan yang disebut “Pengurapan” dalam 1 Yohanes 2:27, pengurapan ini mengajar kita tentang segala sesuatu. Jika kita tidak memadamkan gerakan Roh Kudus dan mau belajar menurut pengajaran pengurapan yang ada di dalam kita, kita pasti tidak akan terjerumus ke dalam kesalahan. Banyak kesalahan terjadi di antara anak-anak Allah disebabkan mereka tidak mengerti Alkitab dan tidak mengerti kuasa Allah.
Akhirnya, kita sungguh bersyukur kepada Allah, sebab di dalam gereja terdapat dua mustika yang besar. Pertama adalah Alkitab, kedua adalah Roh Kudus. Jika kita sungguh-sungguh menurut Alkitab dan benar-benar taat kepada Roh Kudus, kita pasti tidak akan salah atau tersesat.

Doa:
Ya Tuhan, aku memuji hikmat-Mu yang melampaui akal budi dan pikiranku. Kaulah hikmatku yang sejati, membuat aku mampu melewati dan menghadapi berbagai situasi. Berikan aku roh hikmat dan wahyu terhadap segala situasi dan keadaan yang kutemui, sehingga aku tidak memutuskan berdasarkan pertimbangan manusia.

10 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 1 Selasa

Harus Mengenakan Pakaian Pesta
Matius 22:11-12a
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: “Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?”

Setelah hamba-hamba yang diutus raja itu pergi dan mengumpulkan semua orang yang mereka jumpai di jalan-jalan, maka penuhlah perjamuan kawin itu dengan tamu (Mat. 22:10). Bagaimanakah perlakuan raja terhadap tamu-tamu itu? Raja itu tidak langsung menyajikan hidangan, melainkan lebih dulu memeriksa tamu-tamunya satu per satu. Ini menegaskan bahwa setelah kita diselamatkan melalui menerima Injil, kita masih harus menghadapi penghakiman Allah (2 Kor. 5:10). Matius 22:11-13 mengatakan, “Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
Seorang yang tidak berpakaian pesta ini pasti adalah seorang yang telah beroleh selamat. Asalkan kita telah menjawab panggilan Allah, kita telah diselamatkan. Dalam Efesus 4:1 Paulus menunjukkan bahwa kita sebagai orang-orang yang telah beroleh selamat adalah orang-orang yang terpanggil. Kita telah dipanggil untuk diselamatkan. Sekalipun kita telah dipanggil dan diselamatkan, namun mungkin saja kita belum mengenakan pakaian pesta.
Pakaian pesta ini melambangkan kebenaran yang unggul dari kaum beriman pemenang (Mzm. 45:15; Why. 19:8; Mat. 5:20). Orang yang tidak berpakaian pesta mewakili kaum beriman yang tidak memperhidupkan Kristus sebagai kebenaran subyektifnya (Flp. 3:9). Akibatnya mereka tidak dapat berbagian dalam perjamuan kawin Anak Domba (Why. 19:7-9). Biarlah perkataan ini menjadi peringatan bagi kita untuk belajar memperhidupkan Kristus sebagai kebenaran subyektif kita sehari-hari (Flp. 1:20-21; Gal. 2:20).

Mat. 22:10-14; 2 Kor. 5:10; Ef. 4:1; Flp. 3:9; Rm. 3:26

Pakaian pesta melambangkan bersyaratnya kita berbagian dalam perjamuan kawin. Menurut Wahyu 19, mereka yang diundang ke perjamuan kawin berpakaian lenan halus putih. Lenan halus putih dalam Wahyu 19 ialah pakaian pesta dalam Matius 22. Lenan halus putih melambangkan kebenaran yang unggul. Kebenaran yang unggul inilah yang membuat kita bersyarat masuk ke dalam manifestasi Kerajaan Surga pada zaman yang akan datang. Pada prinsipnya setiap orang Kristen mempunyai dua jubah (Rm. 3:26; Mzm.45:14-15). Kita semua telah memiliki jubah yang pertama, jubah yang membuat kita bersyarat untuk diselamatkan. Jubah ini ialah Kristus yang obyektif yang kita terima sebagai kebenaran kita di hadapan Allah. Tetapi setelah menerima Kistus kita perlu memperhidupkan Dia. Kita perlu hidup oleh Kristus sehingga Kristus dapat menjadi kebenaran kita yang subyektif. Inilah jubah yang kedua, yakni pakaian dari lenan halus atau pakaian pesta yang menyebabkan kita bersyarat berbagian dalam perjamuan kawin.
Kita perlu membuang pikiran yang menganggap bahwa karena kita berada di bawah anugerah Tuhan, maka Tuhan tidak akan bertindak keras terhadap kita. Sebaliknya, Tuhan akan masuk ke dalam perjamuan dan mengeluarkan setiap orang yang tidak berpakaian pesta. Kita telah menerima Kristus sebagai kebenaran kita untuk dibenarkan di depan Allah. Tetapi apakah kita hidup oleh Kristus? Dari hari ke hari kita perlu hidup oleh Kristus dan memperhidupkan Kristus. Ini bukan masalah perbuatan, melainkan dengan siapa dan bagaimana kita hidup. Kita perlu berbicara berdasarkan Kristus dan bahkan kemarahan kita pun harus menurut Kristus. Ketika kita mau marah-marah, kita harus mempertimbangkan apakah kita marah-marah berdasarkan Kristus. Inilah kehidupan orang Kristen yang tepat berdasarkan Kristus.
Dalam Matius 22:14 Tuhan menyimpulkan, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Dipanggil adalah menerima keselamatan (Rm. 1:7; 1 Kor. 1:2; Ef. 4:1), sedangkan dipilih adalah menerima pahala. Semua orang beriman telah dipanggil, tetapi sedikit yang akan dipilih untuk menerima pahala. Hanya para pemenang, kaum yang terpilih, akan menerima pahala dan bersyarat untuk berbagian dalam perjamuan kawin Anak Domba.

Doa:
Tuhan, kiranya anugerah yang Kau berikan tidak menjadi sia-sia di atas diriku. Aku mau agar anugerah ini membuat aku lebih giat mengasihi Engkau dan berjerih lelah bagi-Mu. Tanpa Kristus sebagai kebenaranku, semua akan menjadi sia-sia. Tuhan, aku mau ketika aku hidup di Zaman ini sungguh-sunguh mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Mu.

09 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 1 Senin

Dipanggil untuk Menghadiri Perjamuan Kawin
Matius 22:1-3a
Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang...”

Pernahkah Anda diundang untuk menghadiri suatu pesta pernikahan? Bagaimanakah reaksi Anda ketika menerima sehelai kartu undangan pernikahan? Pesta pernikahan adalah saat dimana semua orang biasanya bersukacita, baik kedua mempelai yang melangsungkan pernikahan, keluarga kedua mempelai, maupun segenap undangan yang hadir. Dalam Matius 22:1-14, Tuhan mengungkapkan perihal Kerajaan Surga dengan perumpamaan seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Raja dalam perumpamaan ini adalah Allah, sedangkan anaknya mengacu kepada Kristus.
Dalam perumpamaan sebelumnya, Kerajaan Surga digambarkan seperti kebun anggur. Dalam kebun anggur, yang ditekankan adalah perkara berjerih lelah, bekerja di bawah terik matahari (Mat. 20:1-16; 21:28-41). Tetapi dalam perumpamaan tentang perjamuan kawin, Kerajaan Surga adalah perkara kenikmatan di bawah kasih karunia. Bahkan ketika kita sedang berjerih lelah di ladang Tuhan, kita sebenarnya sedang menikmati kasih karunia. Kita bukan berjerih lelah, melainkan menikmati.
Matius 22:3 mengatakan, “Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.” Ketika kita memberitakan Injil, sesungguhnya kita adalah hamba-hamba yang diutus Allah untuk menyampaikan undangan surgawi. Siapakah yang harus kita undang? Semua orang! Allah kita menghendaki semua orang diselamatkan (1 Tim. 2:4), artinya Dia bermaksud mengundang semua orang untuk datang. Perjamuan ini tidak terbatas untuk 300 atau 500 orang, melainkan semua orang! Kasih karunia Allah tidak terbatas. Karena itu kita wajib memberitakan Injil kepada setiap orang, mengundang orang sebanyak-banyaknya untuk menikmati kasih karunia keselamatan yang telah Allah sediakan bagi semua orang yang percaya.

Mat. 22:1-9; 1 Tim. 2:4; Kis. 13:46; Rm. 11:11

Allah tidak hanya satu kali menyuruh hamba-hamba-Nya mengundang orang-orang ke perjamuan kawin, tetapi berkali-kali. Pertama-tama Allah mengutus para rasul sebermula untuk mengundang umat Israel agar bertobat, berpaling dari hukum Taurat kepada kasih karunia yang Allah sediakan dalam Kristus, tetapi sebagian besar orang menolak undangan itu. Apakah Allah berhenti? Tidak! Raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain untuk menyampaikan pesannya kepada orang-orang yang diundang itu agar mereka datang ke perjamuan kawin itu (Mat. 22:4). Inilah hati Allah. Selama 2000 tahun ini, walau sering ditolak, Allah melalui hamba-hamba-Nya terus memanggil orang untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga dan menikmati kasih karunia. Adakah kita ketekunan dan kesabaran yang demikian dalam menyampaikan undangan Allah kepada teman-teman kita?
Walau para rasul telah dengan setia menyampaikan pesan Allah kepada umat Israel, mereka yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka (Mat. 22:5-7). Nubuat ini akhirnya digenapi pada tahun 70 M, ketika pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus menghancurkan dan membakar kota Yerusalem.
Setelah penghancuran Yerusalem, Allah berpaling dari orang Yahudi kepada dunia kafir. Matius 22:8-9 mengatakan, “Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Karena itu, pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.” Karena orang Yahudi menolak Injil, maka mereka tidak layak menikmati Perjanjian Baru (Kis. 13:46). Sebab itu, pemberitaan Perjanjian Baru beralih kepada orang kafir (Kis. 13:46; Rm. 11:11) yang dilambangkan dengan persimpangan-persimpangan jalan. Walaupun ada penentangan dan penolakan, selama berabad-abad, pemberitaan Injil di dunia kafir telah berhasil membawa banyak orang ke dalam kenikmatan atas kasih karunia Perjanjian Baru.

Doa:
Tuhan, terima kasih karena aku sudah berbagian di dalam perjamuan kawin yang telah Engkau sediakan. Tuhan, setiap hari aku menerima Engkau sebagai kebenaranku yang subyektif. Penuhi hari-hariku dengan pengalaman yang intim dan personal dengan Engkau hingga ketika aku bertemu dengan diri-Mu aku dilayakkan masuk ke dalam perjamuan ini.