Hitstat

27 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 4 Sabtu

Orang Nazaret
1 Petrus 4:1
Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, —karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.

Matius 2:19-21 mencatat, “Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: ‘Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati. Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.’” Untuk mengikuti Kristus, kita tidak hanya perlu memperhatikan catatan Alkitab mengenai Dia, melainkan juga perlu memperhatikan pimpinan yang seketika, seperti yang dialami Yusuf dalam mimpinya. Hanya memperhatikan Alkitab tetapi mengabaikan pimpinan yang seketika, bisa membuat kita kehilangan Kristus, seperti yang dialami oleh imam-imam dan ahli-ahli Taurat orang-orang Yahudi. Untuk mengamati pimpinan yang seketika, diperlukan hati yang tulus mencari Dia.
Kemudian Matius 2:22-23 mengatakan, “Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.” Di bawah pengaturan kedaulatan Allah, Yesus terlahir di Betlehem, tinggal di sana sejangka waktu, kemudian karena penganiayaan Herodes Dia dibawa lari ke Mesir. Setelah itu, Dia dibawa kembali ke tanah Israel (Mat. 2:19-21). Karena Arkelaus menggantikan Herodes, Kristus dibawa ke Nazaret, kota yang terhina di Galilea dan dibesarkan di sana. Itulah sebabnya Dia disebut orang Nazaret.
Yesus orang Nazaret adalah teladan kita. Sebagai pengikut-pengikut-Nya, kita tidak seharusnya mengharapkan hormat dan sanjungan manusia. Kita perlu belajar menempuh jalan salib di bumi, yaitu pergi kepada Yesus di luar perkemahan agama yang usang untuk menanggung kehinaan-Nya (Ibr. 13:13).

Mat. 2:21-23; 2 Kor. 5:16

Matius 2:23 mengatakan, “Ia akan disebut orang Nazaret.” Dalam penampilan lahiriah-Nya, Yesus adalah orang Nazaret. Inilah yang dikatakan oleh nabi-nabi. Ketika Yesus dilahirkan di antara umat manusia, Ia muncul dalam cara yang agak tersembunyi, tidak dalam cara yang terbuka. Setiap orang menyebut Dia Yesus dari Nazaret, sebab Ia seorang Nazaret. Ketika Filipus berjumpa dengan Yesus, ia menyadari bahwa Yesus adalah Mesias. Kemudian Filipus pergi kepada Natanael dan memberitahu dia bahwa ia telah berjumpa dengan Mesias, anak Yusuf, seorang Nazaret. Natanael segera berkata, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh. 1:45-46).
Hari ini prinsipnya sama. Bentuk Tabernakel dalam perjanjian lama adalah ditutup dengan kulit lumba-lumba, yang kasar dan keras, yang bagian luarnya kelihatan sama sekali tidak menarik; namun bagian dalamnya adalah sutera halus, emas dan batu-batu permata. Prinsip rohani gereja juga sama. Janganlah memandang gereja dari aspek lahiriahnya. Kita perlu masuk ke dalam gereja. Kita tidak boleh memamerkan diri kita, sebaliknya kita pun jangan menilai orang lain dari keadaan lahiriahnya. Kita harus menilai mereka dari roh batiniah mereka. Dua Korintus 5:16 mengatakan bahwa kita tidak boleh mengenal Kristus atau siapa pun dari penampilan lahiriah mereka. Sebaliknya, kita harus memperhatikan realitas batiniah Kristus. Hari ini kita harus memegang prinsip ini. Untuk dapat menemukan Kristus, kita harus mempunyai bintang yang bercahaya. Kita tidak boleh pergi menurut penampilan lahiriah, melainkan menurut batiniah. Kalau kita mengenal gereja atau kaum saleh, janganlah dibingungkan oleh penampilan lahiriah. Janganlah menilai sesuatu dari sudut lahiriah, seperti gedung ibadah yang besar-besar, bangunan megah yang menjulang tinggi dan besar, atau alat-alat musik yang menarik.
Pada penampilan lahiriah-Nya, Yesus tidak menarik. Ia seorang Nazaret yang kecil, seorang yang dibesarkan di propinsi yang disebut “Galilea wilayah bangsa-bangsa lain”, dan yang dibesarkan di sebuah kota yang dipandang rendah orang. Sayang, banyak pengalaman rohani mustika orang kristen dewasa ini yang sering dipamerkan, kesaksian dilebih-lebihkan, dalam pelayanan senang dipuji dan mencari kemuliaan diri sendiri.

Doa:
Tuhan Yesus, betapa aku menyembah-Mu, karena dalam kedaulatan-Mu, Engkau telah megijinkan penderitaan-penderitaan menimpaku sehingga aku boleh terlindung dalam kehendak-Mu. Tuhan, jadikan aku pengasih-Mu dan pelaku dari kehendak Allah, walau ada penderitaan. Biarlah demi karunia-Mu aku boleh memiliki pikiran Kristus.

26 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 4 Jumat

Mengungsi ke Mesir
2 Korintus 8:9
Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Kristus ditemukan oleh orang-orang majus di Betlehem. Penemuan Kristus ini ternyata menimbulkan masalah besar. Matius 2:13 mengatakan, “Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: ‘Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.’” Herodes yang iri kepada Raja Yahudi yang baru dilahirkan itu, ternyata bukan mencari tahu tentang Anak itu untuk datang menyembah, melainkan untuk membunuh Dia (Mat. 2:7-8, 13). Walaupun tidak seorangpun yang mengetahui maksud jahat Herodes, tetapi Allah mengetahuinya. Dalam mimpi, Allah memberitahu Yusuf untuk lari ke Mesir dan tinggal di sana.
Allah menggunakan masalah besar ini guna membawa keluar bayi Yesus itu dari Betlehem ke Mesir (Mat. 2:13-18). Kitab Hosea 11:1 menubuatkan bahwa Yesus akan dipanggil keluar dari Mesir. Bila tidak terjadi masalah besar setelah Yesus ditemukan di Betlehem, tentu Ia tidak perlu lari ke Mesir. Hal ini sangat bermakna. Orang-orang majus membuat kesalahan yang besar, tetapi kesalahan mereka justru memberi Allah kesempatan untuk menggenapkan nubuat-Nya. Namun janganlah kita sengaja membuat kesalahan. Itu adalah kebodohan. Berusahalah melakukan sesuatu dengan benar. Walaupun demikian, tidak peduli betapa pun kita berusaha berlaku benar, suatu waktu kita pasti akan melakukan suatu kesalahan yang besar. Pada saat demikian, kita harus jujur di hadapan-Nya. Allah hanya dapat memberkati satu jenis orang, yaitu orang yang jujur di hadapan-Nya. Kita harus berkata, “Ya Allah, aku telah gagal. Ampunilah aku.” Bila kita berdoa demikian, Tuhan akan segera memberkati kita. Di saat kita lemah dan gagal total, justru kekuatan-Nya dapat dinyatakan di atas diri kita.

Mat. 2:14-16; Why. 1:9; Yes. 53:3; Kis. 14:22

Matius 2:14-15 mencatat, “Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.’” Setelah mendengar perkataan Allah dalam mimpi, Yusuf pun bangunlah dan membawa Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga untuk menyingkir ke Mesir. Emas, kemenyan, dan mur, harta benda yang mustika, yang dipersembahkan oleh orang-orang majus itu ternyata telah dipersiapkan oleh Allah bagi perjalanan Yusuf, Maria, dan bayi Yesus dari Yudea ke Mesir. Yusuf dan Maria mengalami penyediaan Allah yang luar biasa! Karena kedaulatan Allah, Anak kecil itu pun terlindung. Bayi Yesus terhindar dari mati sahid yang disebabkan oleh kekeliruan orang-orang majus.
Kemudian Matius 2:16 mengatakan, “Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.” Ini adalah peristiwa kemartiran pertama dalam Perjanjian Baru yang berhubungan dengan Kristus. Sejak kecil, Yesus sudah mengalami penentangan yang sangat hebat. Herodes merupakan sarana yang dipakai oleh Iblis untuk membinasakan bayi Yesus. Iblis tentu mengetahui bahwa Anak ini bukan seperti anak-anak lainnya. Membiarkan Anak ini hidup dan bertumbuh besar tentu akan menimbulkan masalah besar baginya. Karena itu, Iblis bersatu dengan Herodes untuk membinasakan Anak itu. Tetapi Allah berdaulat atas segala sesuatu, bahkan atas Iblis sekalipun. Ia melindungi kaum yang dikasihi-Nya dari musuh.
Bahkan sampai hari ini, Kristus dan para pengikut-Nya terus-menerus mengalami berbagai penentangan dan penganiayaan. Hampir tidak ada orang Kristen yang dapat hidup dengan tenang tanpa gangguan di belahan bumi manapun. Dalam dua ribu tahun terakhir, tidak terhitung banyaknya pengikut Kristus yang telah mati martir demi firman Allah dan kesaksian Yesus. Tetapi waktunya akan tiba, Allah akan menuntut balas bagi kita dengan melaksanakan penghakiman-Nya yang adil atas bumi yang berada di bawah pengaruh jahat Iblis (Why. 6:9-10).

Doa:
Tuhan Yesus, bimbinglah aku untuk hidup di bawah bayang-bayang salib Kristus. Bawalah aku mengalami hidup dalam cetakan kematian Kristus. Ketika Engkau hidup di bumi, Engkau disalibkan setiap hari. Setiap hari Engkau menempuh kehidupan yang tersalib. Tuhan, ajarlah aku untuk dapat menempuh kehidupan semacam itu, karena aku memiliki kuat kuasa kebangkitan-Mu.

25 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 4 Kamis

Mengikuti Kristus, Bintang yang Bersinar
2 Petrus 1:19
Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

Ayat-ayat Alkitab adalah seperti lentera. Lentera dibuat adalah untuk menerangi tempat-tempat yang gelap dan waktu di mana kegelapan tiba. Pernahkah mendengar sebuah kisah tentang gadis kecil di atas kereta? Gadis itu tidak mengerti mengapa sang masinis menyalakan lampu sorot padahal hari masih terang. Dia berkata kepada ibunya, “Ibu, sekarang masih tengah hari dan matahari bersinar terang, mengapa ia menyalakan lampu-lampu itu?” Ibunya tersenyum dan berkata, “Tunggulah sejenak dan engkau akan tahu mengapa.” Tidak lama kemudian, tiba-tiba kereta itu meluncur ke dalam sebuah terowongan bawah tanah yang panjang dan gelap. Gadis kecil itupun mengerti. Alkitab di tangan kita mengandung ribuan ayat yang kelihatannya sangat biasa dan kurang perlu. Kita tidak dapat mengerti mengapa Allah perlu susah payah menyalakan lampu-lampu kebenaran itu. Tetapi suatu hari, ketika kita melewati terowongan kesulitan, atau terowongan pencobaan, atau terowongan penderitaan, pada saat itu barulah kita mengerti dan mengapresiasi ayat-ayat yang dulunya kelihatan sangat biasa itu.
Kristus adalah bintang (Bil. 24:17). Ia datang sebagai bintang (Why. 22:16). Ia bersinar. Bagaimana kita bisa memiliki Kristus sebagai bintang? Menurut 2 Petrus 1:19, bintang itu berkaitan dengan firman yang hidup. Jika kita memperhatikan firman yang hidup ini, langit di dalam kita akan terang dan bintang fajar akan terbit dalam hati kita. Setelah orang-orang majus itu menemukan Kristus, menyembah Dia, dan mempersembahkan benda-benda berharga kepada-Nya, mereka diperingatkan Allah supaya pulang melalui jalan lain (Mat. 2:12). Setiap kali kita mencari Kristus dan menemukan Dia, kita selalu diberi tahu supaya tidak kembali ke jalan semula, jalan yang lama. Mencari Kristus dan menemukan Dia selalu mengalihkan kita ke jalan lain.

2 Ptr. 1:19; Why. 1:20; Dan. 12:3; Why. 22:16

Dalam 2 Petrus 1:19 bintang timur pada hakikatnya adalah bintang fajar. Dalam bahasa Yunani kata itu ialah “phosphoros”, benda yang mengandung terang. Sebatang fosfor dapat bersinar dalam kegelapan. Kristus ialah fosfor sejati yang bersinar dalam kegelapan hari ini. Kita perlu memperhatikan firman yang hidup sampai Kristus bersinar di dalam kita. Namun, Kristus tidak dapat menyinari kita jika kita tidak memperhatikan firman yang hidup. Kita harus memperhatikannya hingga sesuatu mulai bersinar di dalam kita. Penyinaran itu akan menjadi fosfor di dalam hati kita, sehingga kita akan mempunyai bintang fajar, seperti orang-orang majus itu. Ada sesuatu yang dari surga akan menyinari kita. Kristus ialah bintang. Alkitab mengatakan bahwa pengikut Kristus juga adalah bintang-bintang. Wahyu 1:20 memberi tahu kita bahwa para pemimpin dalam hidup gereja yang tepat adalah bintang-bintang, sebab mereka bersinar. Kitab Daniel 12:3 mengatakan bahwa orang yang benar akan bersinar seperti bintang. Mereka yang memalingkan orang lain kepada kebenaran, yang memalingkan mereka dari jalan yang keliru ke jalan yang benar, akan bercahaya seperti bintang. Jadi Kristus dan kaum beriman yang menang adalah bintang-bintang yang bersinar.
Hari ini hanya ada dua jalan untuk menikmati sinar terang bintang itu. Menurut jalan yang pertama, kita harus datang kepada firman yang hidup hingga sesuatu terbit di dalam kita dan menyinarkan Kristus. Cara yang kedua ialah datang kepada kaum beriman yang bersinar, yakni pengikut-pengikut Kristus yang setia. Kedua jalan untuk memiliki bintang itu berkaitan dengan Roh itu dan gereja. Segera setelah Wahyu 22:16 yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah bintang timur, ayat selanjutnya mengatakan, “Roh dan pengantin perempuan itu berkata .....” Ini membuktikan bahwa sebagai bintang timur, Tuhan Yesus itu berkaitan dengan Roh itu dan gereja. Jika kita ingin memiliki Bintang Hidup atau bintang-bintang hidup, kita perlu Roh itu dan Gereja. Berdasarkan Roh itu dan melalui gereja, akan mudah bagi kita untuk mempunyai visi surgawi, sehingga kita dapat menemukan Kristus, mempersembahkan apresiasi kita kepada-Nya, serta menempuh jalan yang baru dan hidup.

Doa:
Tuhan Yesus, terangilah aku dengan terang surgawi agar aku dapat menempuh jalan yang baru, cara hidup yang baru, yakni hidup menurut pimpinan dan pengajaran pengurapan-Mu di dalamku. Aku mau meninggalkan jalan yang lama, cara hidupku yang lama. Tuhan, selamatkanlah aku demi karunia-Mu sehingga aku boleh menempuh hidup dalam kebaharuan hayat.

24 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 4 Rabu

Datang dan Menyembah
Matius 2:11
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.

Orang-orang majus tidak hanya menemukan Kristus, mereka pun menyembah Dia (Mat. 2:11). Di sini kita perlu memperhatikan dua hal. Pertama, dalam penulisan ayat ini, kata “Anak itu” mendahului kata “Maria, ibu-Nya”. Artinya, “Anak itu” harus mendapatkan tempat yang pertama dan terutama. Kedua, orang-orang majus itu menyembah “Anak itu”, bukan menyembah ibu-Nya atau Yusuf. Ini menunjukkan bahwa hanya Yesus yang layak disembah, karena Dialah Allah. Yesaya 9:5 mengatakan, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, ... dan namanya disebutkan orang ... Allah yang perkasa...” Anak kecil ini adalah Allah yang perkasa. Orang-orang majus tidak hanya sujud menyembah Dia, namun mereka juga memberi persembahan kepada-Nya: emas, kemenyan, dan mur (Mat. 2:11).
Orang-orang majus menemukan Yesus, anak raja, di Betlehem. Ia dilahirkan di sebuah kota yang begitu kecil dalam lingkungan yang begitu rendah. Namun, oleh karena visi yang datang dari bintang itu, orang-orang majus itu memberi hormat sepenuhnya kepada anak raja itu, tanpa mempedulikan tempat. Sebab itu, mereka mempersembahkan kepada Dia tiga benda yang mustika. Penyembahan yang sejati tidak tergantung pada suatu tempat tertentu. Dalam Perjanjian Baru, penyembah-penyembah benar akan menyembah dalam roh dan kebenaran, bukan di suatu gunung atau di Yerusalem (Yoh. 4:21-24). Dalam bahasa Ibrani, akar kata dari “menyembah” adalah proskuneo yang berarti “mencium”, seperti seekor anjing mencium tangan majikannya (Thayer). Haleluya! Hari ini, Kristus ada dalam roh kita, di sanalah kita dapat dengan mesra mencium Dia! Karena itu, penyembahan yang sejati selalu membawa kita lebih mesra dan intim dengan Tuhan, serta selalu mendorong kita untuk mempersembahkan sesuatu kepada-Nya.

Mat. 2:11; Yoh. 11:25; 4:21-24; Yes. 9:5

Orang-orang majus tidak hanya menemukan Kristus, mereka pun menyembah Dia, dan memberikan persembahan berupa emas, kemenyan, dan mur (Mat. 2:11). Ketika orang-orang Majus mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur, mereka sendiri mungkin tidak tahu makna dari persembahan mereka. Satu hal yang kita yakini adalah persembahan mereka pastilah di bawah inspirasi Roh Kudus.
Dalam perlambangan, emas melambangkan sifat Allah. Bayi Yesus ini memiliki sifat Allah. Ia kudus. Kemenyan melambangkan keharuman kebangkitan. Sebelum Ia wafat, Yesus memberi tahu Maria dan Marta bahwa Ia adalah kebangkitan dan hayat (Yoh. 11:25). Jadi, sebelum Ia wafat pun, Ia adalah kebangkitan. Hayat Kristus ketika di bumi ini ialah hayat kebangkitan. Dalam seluruh kehidupan insani-Nya, terkandung keharuman dan kemanisan kebangkitan. Maut tidak dapat membelenggu atau menjamah Dia. Ia bukan hanya hayat, Ia pun kebangkitan. Mur melambangkan kematian dan keharuman kematian Yesus. Di antara umat manusia, maut tidaklah harum. Namun pada Yesus, terdapat keharuman kematian.
Setiap benda itu - emas, kemenyan, dan mur - menunjukkan unsur mustika yang terkandung dalam sifat dan hayat Tuhan Yesus. Hampir setiap butir dalam keempat kitab Injil memperlihatkan kemustikaan insani Tuhan, keharuman hayat kebangkitan-Nya, dan keharuman kurban kematian-Nya. Segera setelah kelahiran Kristus, tanpa berlambat-lambatan, orang-orang majus telah melakukan perkara yang begitu elok, yang sesuai benar dengan sifat dan hayat Tuhan. Dalam seumur hidup Yesus, selalu disertai “emas, kemenyan, dan mur”. Ia selalu memperhidupkan hayat kebangkitan, dan Ia senantiasa berada di bawah bayang-bayang salib. Ia tidak menunggu sampai tiga puluh tiga setengah tahun lewat kemudian pergi ke atas salib untuk disalibkan. Seumur hidup-Nya secara berkesinambungan Ia telah menempuh hidup yang tersalib. Jadi, Ia tidak hanya mempunyai keharuman kebangkitan, tetapi juga manisnya salib mur. Penyembahan dan persembahan kita kepada-Nya seharusnya juga mengandung ketiga unsur ini – emas, kemenyan, dan mur.

Doa:
Ya Tuhan, aku menyembah-Mu karena Engkau layak disembah, karena Engkaulah Allah. Aku juga menyembah-Mu atas semua milik-Mu dan atas apa yang Engkau senang kerjakan; aku menyembah-Mu atas semua perkara yang Engkau pilih dan tetapkan untuk diriku, atas apa yang Engkau pandang baik bagiku. Tuhan, di dalam rohku, aku menyembah-Mu.

23 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 4 Selasa

Diluruskan oleh Alkitab
Matius 2:5-6
Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”

Injil Matius 2:4-5 mencatat, “Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: ‘Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi.” Seringkali kita mempunyai visi (penglihatan surgawi), tetapi ketika kita mempertimbangkan masalah itu dalam benak kita, kita dialihkan dan diselewengkan oleh konsepsi alamiah kita. Konsepsi insani kita mengalihkan kita dari jejak yang benar. Kapan kala kita dialihkan sedemikian, kita perlu Alkitab. Begitu kita menyadari bahwa kita telah salah, maka kita perlu “buku” yang benar (2 Tim. 3:16).
Setelah orang-orang majus pergi ke Yerusalem, tempat yang keliru, mereka kemudian dikoreksi oleh Alkitab. Dari Alkitab mereka mengetahui bahwa tempat yang benar ialah Betlehem, bukan Yerusalem (Mat. 2:4-6). Jika mereka tidak diselewengkan oleh konsepsi alamiah mereka, pasti bintang itu akan memimpin mereka langsung ke tempat Yesus berada, yaitu di Betlehem. Tetapi mereka terlanjur teralihkan dan terselewengkan, karena itu mereka perlu dikoreksi oleh pengetahuan Alkitab. Setelah dikoreksi oleh Alkitab, mereka lalu meninggalkan Yerusalem dan dipulihkan ke jejak yang benar. Bintang itu pun muncul lagi (Mat. 2:9). Visi yang hidup selalu mengikuti Alkitab; tidak mungkin bertentangan dengan Alkitab! Kita mementingkan pimpinan Roh Kudus, kita pun mementingkan teladan-teladan Alkitab. Memang, pimpinan Roh Kudus itu sangat mustika. Tetapi, jika seseorang menganggap asal ada pimpinan Roh Kudus sudah cukup, tidak perlu ada teladan Alkitab, itu akan menimbulkan masalah. Kalau suatu pimpinan tidak sesuai dengan Alkitab, pimpinan itu tidak dapat disebut pimpinan Roh Kudus.

Mat. 2:9-10; 2 Tim. 3:16

Setelah orang-orang Majus nampak kembali bintang itu, bintang itu memimpin mereka ke tempat Kristus berada (Mat. 2:9-10). Bintang itu memimpin mereka tidak saja ke Kota Betlehem, bahkan ke tempat yang tepat di mana Yesus berada. Sampai di sini, ada suatu hal yang mengherankan: tidak ada seorang pun agamawan di Yerusalem yang pergi dengan orang-orang majus itu ke Betlehem. Ini sangat ganjil. Andaikata kita ini adalah seorang imam di antara imam-imam itu, tidakkah kita akan pergi bersama-sama dengan orang-orang majus itu untuk melihat apakah Yesus benar-benar dilahirkan di Betlehem? Tetapi tidak ada satu pun di antara mereka yang pergi. Mereka sendiri jelas, dan mereka dapat memberi tahu orang lain bahwa Mesias akan dilahirkan di Betlehem, namun tidak ada satu pun dari mereka yang pergi. Mereka sama sekali tidak peduli akan Kristus yang hidup!
Dari ayat-ayat ini kita bisa melihat bahwa mengenal nubuat Alkitab itu satu perkara sedangkan melihat wahyu adalah perkara yang lain. Demikian pula, pengajaran adalah satu perkara sedangkan wahyu adalah perkara yang lain. Seseorang mungkin memiliki perkataan-perkataan nabi (Alkitab), tetapi masih membutuhkan bintang yang bersinar. Seseorang mungkin memiliki pengetahuan Alkitab, namun masih membutuhkan wahyu ilahi. Apabila kita tidak merasa lapar, maka Allah pun tidak memberikan.Kemungkinan orang-orang Majus dari timur adalah orang-orang yang menanti dan mencari Allah. Apabila seseorang hanya memiliki pengetahuan yang mati, dia seperti orang Farisi. Meskipun ia sangat paham dengan perkataan-perkataan Alkitab, dia belum pernah melihat terang surgawi. Perhatikanlah, bintang yang tampak di langit itu menuntun langkah orang Majus bahkan sampai ke lokasi di mana Kristus berada. Pada satu aspek mereka membutuhkan nubuat nabi Mikha (Mi. 5:2), sedangkan di aspek lainnya mereka membutuhkan bintang yang tampak di langit. Melalui perkara tersebut kita bisa melihat bahwa untuk menerima wahyu, sedikitnya kita harus memenuhi dua syarat. Pertama, kita perlu menunggu, menantikan Tuhan melalui bertekun di dalam firman-Nya. Kedua, kita perlu memiliki hati yang merindukan Tuhan, mengasihi Tuhan, dan bersekutu dengan-Nya.

Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur atas firman yang adalah hembusan Allah, yang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik aku dalam kebenaran dan yang menyempurnakan aku, milik kepunyaan Allah dan memperlengkapi aku untuk setiap perbuatan baik. Tuhan, luruskanlah apa yang salah padaku, agar aku berpaling ke jalan yang benar, pulihkalah aku kepada jalan yang lurus.

22 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 4 Senin

Dipimpin oleh Bintang - Visi Surgawi
Matius 2:1-2
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem ... datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.

Catatan Matius menunjukkan bahwa Yesus yang baru dilahirkan itu ialah Raja dari umat Allah (Mat. 2:1-23). Dia adalah keturunan raja Daud. Matius pasal satu memberi tahu kita bahwa Perjanjian Lama memuat nubuat tentang Kristus yang kedatangan-Nya dinanti-nantikan oleh semua umat Allah, sedangkan Matius pasal dua menunjukkan jalan untuk menemukan Kristus. Kedatangan-Nya telah dinubuatkan, dan Ia telah datang. Namun masalahnya kini ialah bagaimana menemukan Dia.
Matius 2:1-2 mengatakan, “...datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’” Allah memberi orang-orang majus itu sebuah bintang yang bersinar untuk memimpin mereka kepada Yesus untuk kemudian menyembah Dia (Mat. 2:2). Bintang di langit yang dilihat oleh orang-orang majus itu melambangkan visi surgawi. Untuk mengenal kelahiran Yesus sebagai Raja, dan untuk datang menyembah Dia, diperlukan suatu visi surgawi, visi yang hidup. Cahaya bintang terang inilah yang menggerakkan orang-orang majus datang dari Timur untuk mencari dan menyembah Raja orang Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa visi surgawi berkaitan dengan orang-orang yang dengan tulus hati mencari Dia (Mat. 5:8) dan perkenan Bapa yang di surga (Mat. 16:17).
Setiap orang yang mencari Kristus harus memiliki hati yang tulus. Tulus di sini bukan hanya mengacu kepada sungguh-sungguh dan tidak palsu juga mengacu kepada lurus, tidak bengkok. Hati yang tulus adalah hati yang sejati, tidak bercabang. Hati yang tulus hanya menginginkan satu hal, yaitu Allah sendiri. Di hadapan Allah, hati yang tulus merupakan hal yang paling penting, hal yang menentukan apakah kita dapat menemukan Kristus atau tidak.

Mat. 2:1-12

Pada waktu kelahiran Yesus, terdapat suatu agama yang disebut agama Yahudi, suatu agama yang fundamental, agama alkitabiah yang dibentuk, diatur, dan disusun sesuai dengan 39 kitab Perjanjian Lama. Melalui catatan Matius pasal dua, kita nampak bahwa agama Yahudi sangat memegang teguh kitab suci. Namun hampir tidak ada seorang pun dalam agama itu yang mengetahui bahwa Kristus telah datang. Kita tidak menjumpai catatan dalam Perjanjian Baru yang menyatakan bahwa beberapa di antara umat agama itu pergi untuk menemui Kristus. Sebaliknya, tercatat bahwa beberapa orang majus (ahli perbintangan) datang mencari Dia (Mat. 2:1-12).
Orang-orang majus ini mempunyai visi hidup - bintang surgawi, sedangkan kaum agamawan Yahudi memiliki Alkitab. Manakah yang lebih kita sukai, Alkitab atau bintang? Paling baik jika memiliki kedua-duanya. Kita seharusnya mempunyai Alkitab di tangan kita, sambil nampak bintang di langit – visi surgawi. Paling baik kalau kita menjadi kedua-duanya, menjadi orang majus dan orang Yahudi. Terhadap Alkitab, kita seharusnya seperti seorang Yahudi; terhadap visi surgawi, kita seharusnya seperti seorang majus.
Setelah orang-orang majus nampak akan bintang itu (visi surgawi), ternyata mereka mendapat kesulitan. Kesulitan ini datang dari konsepsi alamiah mereka. Mereka segera memutuskan untuk pergi ke Yerusalem, ibu kota bangsa Yahudi, ke tempat di mana Raja orang Yahudi itu dilahirkan (Mat. 2:2-3). Keputusan mereka pergi ke Yerusalem bukan datang dari terang bintang itu, tetapi dari konsepsi alamiah mereka.
Yerusalem adalah tempat yang keliru. Yerusalem, sebagai ibu kota dan kota tempat Bait Suci berdiri, bukanlah tempat terlahirnya Yesus. Kekeliruan orang-orang majus kemudian menyebabkan suatu masalah yang serius dan hampir-hampir mengakibatkan terbunuhnya bayi Yesus. Jikalau bukan karena kedaulatan Allah, Yesus kecil itu pasti akan terbunuh akibat kekeliruan mereka. Kesalahan mereka telah merenggut banyak jiwa anak kecil (Mat. 2:16-18). Waspadalah, kita mungkin memiliki pengetahuan Alkitab dan visi surgawi, tetapi jangan mencampuradukkannya dengan konsepsi alamiah kita sendiri.

Doa:
Tuhan Yesus, berilah aku hati yang sederhana, tulus, dan polos, hati yang memiliki satu kasih dan keinginan serta satu sasaran yaitu mencari Engkau dengan sungguh-sungguh. Tuhan, aku mau mengikuti Engkau dengan tulus, tidak terpengaruh oleh suasana sekitar, bagaimanapun keadaannya tetap mengikuti Engkau. Apa yang Engkau kehendaki, biarlah itu yang kulakukan.

20 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 3 Sabtu

Imanuel - Allah Menyertai Kita
Matius 1:23
Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel – yang berarti: Allah menyertai kita.

Matius 1:23 mengatakan, “‘... dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ – yang berarti: Allah menyertai kita.” Yesus adalah nama yang diberikan oleh Allah (Luk. 1:31; Mat. 1:21, 25). Imanuel, yang berarti Allah menyertai kita, adalah nama pemberian manusia kepada-Nya. Yesus Juruselamat adalah Allah menyertai kita. Dia adalah Allah yang tinggal di antara kita (Yoh. 1:14). Dia bukan hanya Allah, tetapi Allah yang menyertai kita (Yes. 8:8, 10), bukan hanya menyertai kita ketika Ia hidup di bumi, tetapi juga menyertai kita saat ini setelah kenaikan-Nya ke surga. Dia menyertai kita setiap hari sampai kesudahan zaman (Mat. 28:20).
Allah menyertai kita. Kata “kita” di sini tidak mengacu kepada semua orang di dunia ini, melainkan hanya mengacu kepada umat yang diselamatkan. Dengan kata lain, hanya kaum beriman dalam Kristus yang berhak menikmati penyertaan Allah ini. Dalam Matius 18:20 Yesus mengatakan bahwa kapan saja dua atau tiga orang berhimpun dalam nama-Nya, Ia pasti bersama-sama dengan mereka. Inilah Imanuel. Dalam Matius 28:20, ayat terakhir dari Injil ini, Yesus memberi tahu murid-murid-Nya, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Menurut konsepsi Injil Matius, Yesus datang dan tidak pernah pergi lagi. Ia telah dimakamkan di dalam kubur selama tiga hari, tetapi Dia datang di dalam kebangkitan dan tidak pernah pergi lagi. Ia senantiasa menyertai kita sebagai Imanuel.
Hari ini tidak banyak orang Kristen yang berjalan, hidup, berbicara, dan melakukan sesuatu bersama Sang Imanuel. Sewaktu kita berbelanja, di sekolah, bekerja, atau berbicara dengan seseorang, adakah kita merasakan penyertaan Sang Imanuel? Bisakah kita berbicara, bergurau, bergosip, atau berbuat sesuatu dengan sembarangan, jika kita menyadari bahwa Dia beserta kita? Kita perlu memustikakan penyertaan-Nya dengan selalu melatih roh kita untuk bersentuhan dan menjamah Dia di dalam segala keadaan kita.

Mat. 18:20;2 Tim. 4:22; Yoh. 14:16-20; Yes. 8:7-8, 10

Imanuel adalah nama sebutan yang diberikan oleh mereka yang telah banyak mengalami Yesus. Setiap kali kita mengalami Yesus, kita akan mampu mengatakan bahwa Dia adalah Allah yang beserta dengan kita. Yesus tidak lain adalah Allah yang beserta dengan kita. Allah memberi tahu kita bahwa nama-Nya ialah Yesus. Tetapi ketika kita menerima Dia dan mengalami Dia, kita mengatakan bahwa Yesus adalah Imanuel – Allah yang beserta dengan kita. Ini sangat ajaib!
Yesus, Sang Juruselamat adalah Allah yang menyertai kita. Tanpa Dia, kita tidak mungkin menjumpai Allah; sebab Allah adalah Dia, dan Dia adalah Allah. Tanpa Dia, kita tidak akan menemukan Allah, sebab Dia adalah Allah sendiri yang berinkarnasi untuk tinggal di tengah-tengah kita (Yoh. 1:14). Penyertaan Yesus sebagai Sang Imanuel di dalam kita sangat berkaitan dengan pemerintahan-Nya. Kita tentu tidak lupa bahwa Yesus dilahirkan dalam daging adalah untuk menjadi Raja. Begitu kita menyeru nama-Nya, Sang Raja ini akan melaksanakan pemerintahan-Nya atas kita, menerangi setiap sisi gelap dari perbuatan kita yang tidak benar, mengatur tindak-tanduk kita, bahkan tutur kata kita. Inilah pengalaman akan penyertaan-Nya yang riil atas kita.
Setiap kali kita berhimpun bersama dalam nama Yesus, Ia beserta dengan kita (Mat. 18:20). Yesus beserta dengan kita setiap hari, bahkan sampai pada akhir zaman (Mat. 28:20). Banyak orang Kristen mengira bahwa Yesus hadir setiap hari, kecuali hari ini. Tetapi Yesus beserta dengan kita hari ini juga! Yesus tidak hanya di antara kita, Ia pun di dalam roh kita. Dua Timotius 4:22 mengatakan, “Tuhan menyertai rohmu.” Ketika kita menyeru nama Yesus, kita menerima Roh itu, yaitu persona, realitas, dan realisasi Yesus.
Menurut Yesaya 8:7-8, musuh mencoba merampas negeri Imanuel – roh kita. Iblis, musuh itu, dengan seluruh pasukannya akan mengerahkan segala kemampuannya untuk merampas negeri Imanuel ini, yaitu merampas roh kita dan apa adanya kita. Tetapi Yesaya 8:10 memberi tahu kita bahwa Allah beserta dengan kita, musuh tidak akan mampu merampas negeri Imanuel. Kita tetap berada di sini karena Allah beserta dengan kita.

Doa:
Tuhan Yesus, aku perlu penyertaan-Mu setiap saat dalam hidupku. Aku bersyukur karena Engkau, Sang Imanuel, kini tinggal di dalamku. Walau demikian, selamatkanlah aku dari dosa, agar aku tidak kehilangan penyertaan-Mu. Penyertaan-Mu begitu berharga bagiku karena memberikan rasa aman, rasa puas, dan damai sejahtera yang tidak dapat diberikan oleh dunia.

19 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 3 Jumat

Yehova Juruselamat
Matius 1:21
Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.

Matius 1:21 mencatat perkataan malaikat yang menampakkan diri kepada Yusuf dalam mimpi, “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Anak laki-laki yang dilahirkan dengan cara yang ajaib ini tak lain adalah Yehova (TUHAN, LAI). Tetapi Dia bukan hanya Yehova, tetapi Yehova Penyelamat. Yesus adalah istilah Yunani yang sama dengan istilah Ibrani Yosua (Bil. 13:16) yang berarti Yehova Juruselamat, atau keselamatan Yehova. Karena itu, Yesus bukan hanya manusia melainkan Yehova, dan bukan hanya Yehova, melainkan Yehova menjadi keselamatan kita. Dengan demikian, Dia adalah Juruselamat kita. Dia juga Yosua kita yang sejati, yang membawa kita masuk ke dalam perhentian (Ibr. 4:8; Mat. 11:28-29) yang adalah diri-Nya sendiri sebagai tanah permai bagi kita.
Yesus merupakan nama yang ajaib. Kisah Para Rasul 4:12 menegaskan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Nama Yesus adalah nama yang menyelamatkan. Barangsiapa yang berseru kepada nama ini akan diselamatkan (Kis. 2:21; Rm. 10:13). Dalam nama Yesus Kristus, kita diselamatkan. Mengapa nama-Nya begitu penuh kuasa? Nama-Nya penuh kuasa karena Dia adalah Sang ajaib, meliputi segala-galanya. Yesus Kristus adalah Allah, manusia, Bapa, Putra, Roh itu, batu karang, pondasi, batu penjuru, batu utama, pintu, makanan, minuman, pakaian, hayat, kekuatan, kemampuan, fungsi, perilaku, kehidupan, perkataan, nafas, pandangan, bahkan pendengaran kita. Oh, kita tidak mungkin habis menyebutkan semua aspek Kristus yang kaya bagi kita! Kristus adalah semua dan di dalam semua (Kol. 3:11).

Kel. 3:14; Yoh. 8:58, 24, 28; Flp. 2:9-10

Nama Yesus meliputi nama Yehova (TUHAN, LAI), Penyelamat, dan keselamatan. Dalam bahasa Ibrani, nama Allah (Elohim) berarti “Yang Perkasa, Allah Mahakuasa”; dan nama Yehova berarti “Aku adalah” (Kel. 3:14 Tl.). Kata “adalah” dalam bahasa Ibrani merupakan kata kerja yang tidak saja menunjukkan waktu sekarang, juga waktu lampau, dan waktu yang akan datang. Jadi, arti nama Yehova ialah “Aku adalah”, Sang unik dalam waktu sekarang, dalam waktu lampau, dan dalam waktu yang akan datang serta dalam kekekalan selama-lamanya. Inilah nama Yehova. Karena itu Tuhan Yesus dapat mengatakan tentang diri-Nya, “Sebelum Abraham jadi, Aku adalah” (Yoh. 8:58, Tl.). Ia pun berkata kepada orang Yahudi “Sebab jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah adalah, kamu akan mati dalam dosamu” dan “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah adalah” (Yoh. 8:24, 28, Tl.). Tuhan Yesus adalah segala sesuatu yang kita perlukan. Segala apa yang kita perlukan terdapat dalam nama Yesus.
Unsur kedua dalam nama Yesus ialah Penyelamat. Yesus adalah Yehova Juruselamat, Sang Penyelamat yang menyelamatkan kita dari semua perkara negatif dan dosa-dosa kita, dari neraka, dari hukuman Allah, dan dari penghukuman kekal. Dia menyelamatkan kita dari hukuman Allah dan dari segala perkara yang kita benci. Ia menyelamatkan kita dari temperamen kita, menyelamatkan kita dari kekuasaan jahat setan, dari semua dosa dalam kehidupan kita setiap hari, dan dari setiap kebiasaan buruk kita.
Ketiga, Yesus bukan hanya Penyelamat, tetapi juga keselamatan kita. Asal kita berseru, “Tuhan Yesus, datanglah kepadaku, menjadi keselamatanku”, maka Ia akan datang kepada kita sebagai keselamatan itu. Kita mungkin tidak menyadari betapa kita perlu diselamatkan setiap hari bahkan setiap saat. Kalau Tuhan menerangi kita, barulah kita tahu bahwa kita perlu diselamatkan dari banyak perkara. O, nama Yesus mengatasi segala nama (Flp. 2:9-10). Tidak ada nama yang setinggi dan seunggul nama Yesus. Tidak peduli orang membenci Yesus atau mencintai-Nya, orang itu pasti tahu bahwa nama Yesus itu istimewa. Nama ini sanggup melakukan banyak perkara bagi kita.

Doa:
O Tuhan Yesus, aku memanggil nama-Mu dari dasar lobang yang dalam. Engkau mendengar suaraku! Janganlah Kaututupi telinga-Mu terhadap kesahku dan teriak tolongku.Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu. Ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu.

18 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 3 Kamis

Fakta dan Makna dari Kelahiran Kristus
Matius 1:20
Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.

Pikiran alamiah manusia sulit untuk dapat menerima fakta bahwa Yesus dikandung dan dilahirkan dari seorang anak dara – Maria (Mat. 1:20). Bahkan perihal kelahiran Yesus sering menjadi perdebatan dari berbagai kalangan. Suatu hari, terjadi suatu perdebatan besar di Inggris antara seorang pemimpin aliran modernis dengan seorang pemimpin terkenal ahli theologia Presbiterian. Salah satu pokok bahasannya adalah tentang kelahiran Yesus dari seorang anak dara. Perdebatan itu berlangsung sampai empat hari. Setelah memaparkan banyak bukti ilmiah, pemimpin kaum modernis berkata, “Yesus bukan dilahirkan dari anak dara, karena hal itu tidak mungkin terjadi.” Lalu bagaimana jawaban theolog itu? Ia menjawab, “Masalah ini bukan perkara mungkin atau tidak mungkin, tetapi apakah kejadian ini ada atau tidak dalam sejarah.”
Berbicara sampai di sini, sang theolog lalu mengeluarkan sebuah surat kabar dari sakunya. Surat kabar itu memuat satu artikel tentang suatu peristiwa yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Ada seseorang mengendarai mobil di lereng sebuah gunung yang tinggi, hendak melewati gunung itu. Tetapi malang, mobilnya tergelincir dan terjun ke jurang yang sangat terjal. Mobil itu hancur, tidak ada satu bagian pun yang utuh. Namun, orang yang mengendarainya tergeletak di dasar jurang tanpa luka sedikit pun. Orang itu pun bangun lalu melangkah pergi. Theolog itu membaca keras-keras kutipan itu, lalu berkata kepada para hadirin, “Mobil itu jatuh seribu kaki dalamnya dan hancur berkeping-keping. Anda tidak dapat menemukan sepotong logam utuh yang lebarnya satu kaki persegi. Setelah mengalami kecelakaan yang sehebat itu, mungkinkah orang itu tetap hidup dengan tidak terluka sedikitpun? Tentu tidak mungkin! Tetapi pertanyaan saya adalah, ‘Hidupkah orang itu?’ Ya. Ia hidup!” Itulah fakta. Demikian pula, kelahiran Kristus adalah suatu fakta, fakta besar yang harus kita percayai!

Mat. 1:20;2 Taw. 6:18; Kis. 7:49; Mat. 14:33; 8:20

Kebanyakan kita, orang Kristen, sangat memperhatikan perihal inkarnasi Kristus. Setiap tahun, pada hari tertentu, begitu banyak kaum beriman merayakan inkarnasi Tuhan; tetapi, mungkin tidak banyak dari kita yang memahami makna hakiki yang terkandung di dalam inkarnasi tersebut. Allah kita yang menciptakan alam semesta ini adalah Allah yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Dia adalah Allah yang luar biasa besarnya (2 Taw. 6:18; Kis. 7:49). Sebaliknya, kita adalah makhluk ciptaan yang sangat terbatas. Kita dibatasi oleh ruang dan waktu, dibatasi oleh orang-orang di sekeliling kita, juga dibatasi oleh kelemahan-kelemahan lahiriah kita. Lalu apakah yang dimaksud dengan “inkarnasi”? Inkarnasi adalah melalui kelahiran-Nya, Kristus membawa Allah yang tidak terbatas ke dalam manusia yang terbatas. Ini benar-benar menakjubkan.
Melalui inkarnasi, Allah yang tak terbatas rela menjadi manusia yang serba terbatas. Ia rela masuk ke dalam ruang dan waktu untuk menerima pembatasan. Lihatlah, Allah pun rela dibatasi. Bagaimana dengan kita? Berada dalam rahim selama sembilan bulan merupakan suatu pembatasan. Kemudian, Yesus ini dilahirkan dalam sebuah keluarga yang sederhana, di tempat yang sederhana pula; karena penganiayaan Ia harus mengungsi ke Mesir, lalu kembali ke tanah Yudea dan dibesarkan di sebuah kota yang terpencil; bukankah semuanya ini adalah pembatasan? Ya. Melalui inkarnasi-Nya, Kristus telah membawakan Allah yang tidak terbatas ke dalam manusia yang terbatas. Inilah makna hakiki pertama dari inkarnasi Kristus.
Kedua, melalui inkarnasi Kristus, Allah berbaur dengan manusia. Sebelum inkarnasi, Ia terpisah dari manusia. Tetapi melalui inkarnasi, Ia sendiri masuk ke dalam manusia. Pertama-tama, Ia dikandung, tinggal di dalam rahim seorang anak dara selama sembilan bulan, kemudian Ia dilahirkan. Jadi, Yesus yang disebut Kristus (Mat. 1:16) adalah perbauran antara Allah Tritunggal dengan manusia yang memiliki tiga bagian, yakni roh, jiwa, dan tubuh. Yesus Kristus adalah Allah yang lengkap dan manusia yang sempurna. Dia adalah “Anak Allah”, juga “Anak Manusia” (Mat. 14:33; 8:20). Dia adalah manusia-Allah.

Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas semua fakta ilahi yang tertulis di dalam Alkitab. Bantulah aku untuk mengenal semua fakta-fakta itu dan berilah aku hati yang sederhana untuk percaya akan apa yang tertulis di dalam Alkitab. Tuhan, selamatkanlah aku dari pikiran yang jatuh, dari pikiran yang meragukan kebenaran firman-Mu; sebaliknya, biarlah aku berdiri teguh di atas firman-Mu.

17 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 3 Rabu

Cara Allah untuk Mencapai Manusia Berdosa
1 Timotius 3:16
Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh;..., diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.”

Kelahiran Kristus merupakan penggenapan besar atas nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama, termasuk nubuat dalam Kejadian 3:15. Kristus adalah keturunan perempuan. Kristus datang bukan hanya untuk menggenapkan hukum Taurat, tetapi terlebih menggenapkan janji tentang keturunan perempuan yang akan meremukkan kepala ular – Satan, musuh Allah. Kristus adalah Allah juga manusia. Sebagai manusia, Ia adalah seorang manusia yang sempurna yang tidak mempunyai sifat dosa, juga tidak pernah melakukan dosa. Dia berani berkata kepada penentang-Nya, “Siapa di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yoh. 8:46). Dia tidak berdosa, sebaliknya kita adalah orang berdosa.
Dalam dunia ini, cukup banyak orang yang berjuang melepaskan orang lain dari penindasan, kemiskinan, dan masalah sosial lainnya. Namun selain Yesus, tidak ada seorang pun yang bisa menjadi Juruselamat orang dosa. Tuhan Yesus datang ke dunia, untuk orang berdosa; untuk menyelamatkan orang berdosa. Dia mengatakan: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:28).
Bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap Sang Juruselamat ini? Sikap kita haruslah seperti perempuan yang dikisahkan dalam Markus 5:24-34. Perempuan itu demi iman menjamah ujung jubah Yesus dan penyakitnya sembuh. Sementara orang banyak yang berdesak-desakan tidak menerima apa-apa, perempuan yang sakit pendarahan itu justru mendapatkan kesembuhan. Kisah ini menegaskan kepada kita bahwa untuk menikmati keselamatan Tuhan, kita perlu dengan sungguh-sungguh menjamah Dia, bukan sekedar berdesak-desakan di tengah kerumunan orang.

Mat. 1:22-23; Yes. 7:14; Ibr. 4:15; Kol. 1:19

Allah hendak mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Untuk itu, Allah harus melakukannya melalui sarana yang dapat dimengerti oleh manusia, yaitu melalui bahasa yang tertulis dan bahasa lisan. Seluruh Perjanjian Lama merupakan sarana Allah untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui tulisan. Kini, melalui kelahiran Kristus, Allah akan menyatakan diri-Nya kepada manusia secara lisan. Pengenalan yang sempurna terhadap seseorang tidak dapat dicapai hanya melalui tulisan. Komunikasi lisan lebih akrab dan lebih tuntas daripada komunikasi tulisan. Bila bahasa lisan ditambahkan kepada bahasa tulisan, komunikasi menjadi lebih berhasil.
Bagaimanakah cara Allah mewahyukan diri-Nya kepada kita secara lisan? Tidak ada jalan lain, Allah harus datang menjadi manusia, menjadi sama seperti manusia, dan berbicara dalam bahasa manusia (Kol. 1:19). Misalkan kita hendak memberi makan burung-burung liar yang hinggap di pekarangan rumah kita, tentu tidak mudah. Walau kita bermaksud baik, tetapi begitu kita mendekati mereka, mereka segera terbang menjauh. Burung-burung itu tidak bisa mengerti maksud kita. Satu-satunya kemungkinan untuk berkomunikasi dengan mereka adalah dengan menjadi seperti salah satu dari burung-burung itu. Kalau Allah tetap Allah, selamanya kita takkan pernah mengenal Dia. Kalau Ia berkata kepada kita dengan bahasa-Nya, kita tidak akan mengerti. Kalau Allah ingin mewahyukan diri-Nya melalui bahasa lisan dan bersekutu dengan manusia, maka Ia harus “menyusutkan” diri-Nya sedemikian rupa sehingga menjadi sama seperti kita. Lalu, Ia akan mampu berbicara kepada kita, memberi tahu tentang diri-Nya dan tujuan kekal-Nya kepada kita.
Untuk mewahyukan diri-Nya kepada kita, Allah harus menjadi manusia yang terlahir ke dunia ini. Karena Dia adalah Allah, maka Ia harus datang ke dalam dunia dengan cara yang sangat berbeda dari manusia umumnya. Kita terlahir ke dunia melalui ibu bapa kita, dan dikandung oleh ibu kita. Tetapi kelahiran Yesus orang Nazaret itu berbeda. Yesus lahir dari anak dara Maria. Pikiran manusia mungkin sulit menerima fakta ini, tetapi kita tahu bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Itulah fakta yang tertulis dalam kitab suci.

Doa:
Tuhan Yesus, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku. Jadikanlah aku seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya. Peliharalah hidupku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba-Mu yang menaruh percaya kepada-Mu.

16 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 3 Selasa

Ketaatan Maria dan Kerjasama Yusuf
1 Petrus 1:14
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.

Menurut Lukas 1:26-28, kelahiran Kristus terjadi melalui ketaatan Maria. Bagi seorang perempuan muda yang belum menikah seperti Maria, alangkah sulitnya menerima amanat untuk mengandung seorang anak. Seandainya saat itu kita berada di posisi Maria, kita pasti menolak untuk mengandung, karena hal itu tidak sesuai dengan nilai-nilai moral, etika, maupun hukum agama yang berlaku. Selain itu, Maria juga pasti akan mempertimbangkan bagaimana penilaian Yusuf, calon suaminya terhadap dirinya, bila Yusuf mengetahui bahwa dirinya telah mengandung. Siapakah di antara kita yang mau menerima amanat sedemikian ini?
Tetapi, setelah mendengar perkataan malaikat, Maria berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Perkataan ini kelihatannya sederhana, tetapi harganya sangat tinggi. Untuk melahirkan Kristus, Maria telah membayar harga yang sangat tinggi – harga atas seluruh dirinya. O, kelahiran Kristus tidaklah murahan. Kalau kita mau melahirkan Kristus ke dalam orang lain, kita harus membayar harga. Maria telah membayar harga dengan masuk ke dalam suatu pilihan yang sangat sulit.
Pada prinsipnya, kapan kala kita mau menerima amanat untuk melayani Kristus, kita akan menemukan bahwa diri kita segera terbentur kesulitan. Semua malaikat akan memahami kita, tetapi tidak seorang manusia pun yang mau mengerti. Jangan sekali-kali mengharapkan seseorang akan bersikap seperti malaikat Gabriel kepada kita. Sebaliknya, sebagian besar orang akan salah paham terhadap kita. Bahkan orang yang paling dekat dengan kitalah yang paling salah paham. Menurut pandangan manusia, taat kepada Tuhan, mengasihi Tuhan, berkorban segala bagi Tuhan, sungguh tidak logis. Walau demikian, kehadiran Kristus sebagian besar akan digenapkan melalui ketaatan kita.

Mat. 1:18-25; 5:11

Matius 1:18 mencatat bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus, sebelum Maria dan Yusuf hidup sebagai suami istri. Ketaatan Maria telah membuka jalan bagi Roh Kudus demi keterkandungan Yesus. Ketaatan Maria ditambah dengan pekerjaan Roh Kudus telah memberikan kesempatan bagi Allah untuk berinkarnasi. Matius 1:19-20 kemudian mencatat pula, “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.’” Meskipun telah ada kuasa kedaulatan Allah, ketaatan Maria, dan kekuatan Roh Kudus, namun penggenapan nubuat tentang kelahiran Yesus masih memerlukan ketaatan dan kerja sama Yusuf (Mat. 1:19-21, 24-25). Pada malam itu, ketika Yusuf tengah mempertimbangkan maksudnya untuk menceraikan Maria dengan diam-diam, malaikat datang dan berbicara kepadanya. Yusuf pun menaati perkataan malaikat itu (Mat. 1:24-25).
Pelajaran apakah yang bisa kita pelajari dari peristiwa ini? Pertama, kita harus meneladani Yusuf. Walau saat itu Yusuf masih muda, tetapi ia tidak bersikap kasar terhadap Maria atau terburu-buru memutuskan sesuatu; sebaliknya ia menaruh banyak pertimbangan. Sebagai orang muda, janganlah mengambil suatu keputusan atau bertindak dengan tergesa-gesa. Ketergesaan seringkali memberi kesempatan bagi Iblis untuk menyelinap masuk. Belajarlah membawa pertimbangan dan maksud hati kita dalam doa, sehingga memberi kesempatan bagi Tuhan untuk berbicara. Kedua, dengan menerima Maria, Yusuf pasti menanggung malu. Yusuf rela menderita malu demi Tuhan. Melayani Kristus, melahirkan Kristus, seringkali menuntut kita berkorban, membuat kita menderita malu. Tetapi Tuhan berkata, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat” (Mat. 5:11).

Doa:
Tuhan Yesus, bagiku Engkaulah perisai yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati. Engkaulah yang melihat kesusahan dan kesesakan hati. Kepada-Mulah aku, orang yang lemah, menyerahkan diri; dan Engkau menjadi penolong. Keinginan orang-orang yang tertindas telah Kaudengarkan, ya TUHAN; Engkau menguatkan hatiku, Engkau memasang telinga-Mu terhadap seruanku. Berilah aku karunia, hati yang taat kepada-Mu.

15 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 3 Senin

Kuasa Kedaulatan Allah
Roma 1:3-4
Tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan ..., bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

Kelahiran Kristus dipersiapkan dan digenapkan berdasarkan kuasa kedaulatan Allah (1:18; Luk. 1:26-27). Berdasarkan kuasa kedaulatan-Nya, Allah menikahkan Yusuf dengan Maria untuk melahirkan Kristus sebagai pewaris sah atas takhta Daud. Pernikahan adalah sebuah misteri. Tidaklah mudah menyatukan dua orang, terutama demi kepentingan kelahiran Kristus. Menyatukan Yusuf dan Maria itu bukanlah masalah yang sederhana, mengingat latar belakang mereka. Menurut silsilah Kristus dalam Injil Matius, Yusuf adalah keturunan Zerubabel, seorang tawanan yang telah dipulangkan. Zerubabel merupakan pemimpin suku Yehuda dan keturunan dari keluarga raja yang membawa para tawanan dari Babel ke Yerusalem (Ezr. 2:2). Akhirnya, ia pun memimpin pembangunan kembali Bait Suci (Ezr. 3:8; 5:2).
Kepulangan para leluhur Yusuf dan Maria beserta para tawanan lainnya ke tanah Israel pastilah berada di bawah kuasa kedaulatan Allah, bukan suatu kebetulan. Jika nenek moyang Yusuf dan Maria tetap di Babel dan mereka dilahirkan di Babel, bagaimana Yesus bisa dilahirkan oleh Maria di Betlehem? Allah bukan hanya memiliki kemuliaan, kehormatan, dan kebesaran; Ia juga memiliki kedaulatan. Kuasa, kekuatan, dan kedudukan-Nya tidak ada batasnya. Kisah Para Rasul 17:26 mengatakan, “... dan Ia telah menentukan ...batas-batas kediaman mereka.” Allah bukan hanya menciptakan umat manusia tetapi juga menentukan batas-batas kediaman umat manusia. Kedaulatan Allah mengatur berbagai situasi sehingga segala sesuatu dapat bekerja bersama demi menggenapkan tujuan-Nya. Kita semua perlu menyadari siapakah diri kita. Kita adalah ciptaan Allah, dan Ia adalah Pencipta kita. Janganlah menentang tujuan-Nya atau membantah Dia, sang Pencipta kita. Ketaatan kita pada kedaulatan Allah akan mendatangkan berkat yang besar!

Luk. 1:26; 2:4; 3:31; Mat. 1:6-7; 10:30

Berdasarkan kuasa kedaulatan-Nya, Allah menempatkan Yusuf dan Maria di dalam satu kota, yakni Nazaret (Luk. 1:26; 2:4) sehingga memungkinkan mereka bertemu dan menikah. Yusuf adalah keturunan dari garis raja, garis Salomo (Mat. 1:6-7), sedangkan Maria adalah keturunan garis kaum awam, garis Natan (Luk. 3:31). Melalui kuasa kedaulatan-Nya, Allah mendapatkan seorang perempuan muda, yang juga dari keturunan Daud, untuk melahirkan Kristus, yang memenuhi syarat mewarisi takhta Daud.
Lingkungan kita diatur oleh Allah, sampai-sampai rambut kita pun telah diberi nomor oleh-Nya (Mat. 10:30). Jika Allah kita tidak mengizinkan, tak seekor pun burung pipit bisa jatuh ke bumi, apalagi kejadian-kejadian yang menimpa kita. Sepatah kata yang tajam, seraut wajah yang masam, satu perkara yang tidak sesuai dengan keinginan, satu pengharapan yang tak tercapai, kehilangan orang yang dikasihi secara mendadak, tiba-tiba kesehatan jasmani terancam; semua itu adalah kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang diizinkan oleh Bapa. Baik lancar atau tersendat, sehat atau sakit, senang atau susah, semua itu telah melalui izin Allah.
Sebab itu, tiada satu pun peristiwa yang menimpa kita secara mendadak, atau secara kebetulan, sebab segala sesuatu telah diatur oleh Allah. Menurut pandangan kita, peristiwa-peristiwa yang kita alami seolah-olah rumit dan kacau, sehingga kita tak dapat memahami maknanya. Tetapi sabda Allah mengatakan bahwa segala sesuatu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Gambar apa yang hendak Allah bentuk di atas diri kita, tidak kita ketahui. Tetapi setiap helai benang yang Allah pakai untuk mengatur kita itu bermanfaat bagi kita, dan setiap bentuk gambar sesuai dengan pengaturan-Nya. Setiap lingkungan yang diatur Allah bertujuan menciptakan satu karakter yang kudus bagi kita. Setiap peristiwa yang kita alami pasti mengandung nilai-nilai tertentu. Mungkin hari ini sama sekali tidak kita ketahui, tetapi pada suatu hari kelak kita akan jelas. Jika hati kita mengasihi Allah, tak peduli bagaimana rumit dan kacaunya perkara-perkara yang di luar, segala sesuatu yang berasal dari Allah pasti mendatangkan kebaikan bagi kita.

Doa:
Tuhan Yesus, walau peristiwa-peristiwa yang aku alami seolah-olah rumit dan kacau, tetapi aku percaya bahwa Engkau tidak pernah meninggalkan aku. Dalam situasi apapun aku dapat datang pada-Mu dalam doa dan berseru kepada nama-Mu dan Engkau akan menjawab aku, karena Engkau adalah setia bagiku. Engkau berdaulat atas hidupku.

13 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 2 Sabtu

Mengalami Kristus, Sang Terurap
Matius 1:16
Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus

Dalam Matius 1:16, selain memperhatikan nama Yusuf dan Maria, kita terlebih harus memperhatikan nama “Yesus yang disebut Kristus”. Dalam Markus 8:29 Petrus menerima wahyu bahwa Yesus adalah Mesias atau Kristus. Mesias adalah sebutan Kristus dalam bahasa Ibrani, sedangkan Kristus adalah sebutan Mesias dalam bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani, “Kristus” (Christos) berarti yang diurapi. Menurut perlambangan dalam Perjanjian Lama, seseorang selalu diurapi bagi suatu tujuan khusus. Menurut pengertian ini, Yesus adalah Yang Diurapi untuk melaksanakan amanat Allah. Bagian yang terpenting dari amanat ini adalah untuk menggarapkan Allah Tritunggal ke dalam umat pilihan Allah. Karena itu, sebagai sang Terurap, Kristus memiliki amanat untuk menggarapkan Allah Tritunggal ke dalam kita, umat pilihan dan tebusan-Nya.
Yohanes 20:31 berkata, “Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” Yohanes 20:31 tidak hanya membicarakan Anak Allah tetapi juga Kristus (Mesias). Sebutan “Anak Allah” mengacu kepada Persona Tuhan, sedangkan sebutan “Kristus” mengacu kepada amanat-Nya dalam menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita sehingga kita bisa memiliki hayat yang kekal. Dalam Kisah Para Rasul 2:24-32, Petrus membicarakan kebangkitan Tuhan Yesus yang merupakan peneguhan Allah terhadap-Nya sebagai Mesias. Allah mengumumkan bahwa Kristus yang bangkit itu adalah Mesias yang sejati, Yang diurapi, dan Yang ditunjuk Allah untuk melaksanakan amanat kekal-Nya. Jadi, Allah di dalam Kristus hari ini telah “memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2 Kor. 1:22).

Mat. 1:16-17; Yoh. 20:31; Kis. 2:24-32; Ibr. 9:24

Setelah membaca silsilah Kristus dalam Matius 1:1-17, mudah sekali bagi kita untuk menganggapnya sebagai sebuah cerita sejarah. Nenek moyang Kristus memang adalah bagian dari sejarah, demikian pula Kristus yang lahir dua ribu tahun yang lalu. Tetapi benarkah Kristus hanya sebagai pelengkap dari sejarah umat manusia? Tidak benar. Kristus yang kita miliki adalah Kristus yang hari ini, bukan Kristus yang dalam sejarah masa lampau. Dia adalah Kristus yang sekarang berada di atas takhta sebagai keselamatan kita sehari-hari serta suplai kita setiap saat.
Setiap perkara agama, tanpa Kristus, semuanya adalah hampa belaka. Kristus harus ada di dalam setiap aspek dari kehidupan kristiani kita. Pelayanan, khotbah, atau pekerjaan kristiani kita akan menjadi sekadar kulit luar jika semuanya hanyalah aktivitas kristiani belaka, tanpa Kristus di dalamnya. Pendek kata, segala perkara yang mendasar, alkitabiah, dan agamis serta apa saja yang ditujukan kepada Allah, jika bukan Kristus sebagai realitasnya, semuanya sia-sia. Apakah agama? Agama ialah melayani Allah, menyembah Allah, dan memperbaiki diri untuk mencari perkenan Allah, namun tanpa Kristus. Menyembah, melayani Allah, serta menjadi orang baik di hadapan Allah, bila di dalamnya tidak ada Kristus, ibarat cangkang telur yang kosong melompong.
Kristus ini bukanlah Kristus yang doktrinal, melainkan Kristus yang hari ini untuk kita alami. Kristus telah menggenapkan segala sesuatu dan kini duduk di surga di sebelah kanan yang Mahabesar. Ibrani 9:24, dan 10:12 menerangkan kepada kita bahwa Kristus yang pernah wafat itu kini berada di surga, juga menyertai kita. Kita semua harus menjamah Kristus yang surgawi, Kristus yang sekarang, dan Kristus yang hari ini. Ia demikian riil, demikian hidup! Kini dengan hayat, kuasa, dan kekuatan surgawi-Nya Ia menyuplai kita sehingga kita yang sekalipun berada di bumi dapat menempuh hidup surgawi. Ia tidak hanya sebagai karunia keselamatan kita sehari-hari, bahkan menjadi suplai kita setiap saat. Kita semua harus mengenal dan mengalami-Nya. Lupakanlah agama yang mati! Jangan mempertahankan formalitas atau ritual, melainkan perhatikanlah realitasnya, Kristus yang hidup!

Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur pada-Mu karena Engkau telah datang ke dalam hidupku sebagai Juruselamat dan Mesias, Yang diurapi Allah untuk melakukan kehendak kekal Allah. Tuhan Yesus, aku mau menjadi bejana yang senantiasa terbuka terhadap Engkau, penuhilah aku hari ini dengan Diri-Mu sendiri. Tuhan, jadikan aku ekspresi-Mu, kesaksian dari Injil-Mu yang hidup.

12 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 2 Jumat

Indahnya Rancangan Allah
Matius 1:16
Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.

Dalam silsilah Kristus disebutkan bahwa “Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria” (Mat. 1:16), tetapi Lukas 3:23 mengatakan, “Yusuf, anak Eli.” Putra siapakah Yusuf? Yusuf sebenarnya bukan putra Eli, melainkan dianggap sebagai putranya berdasarkan hukum. Yusuf adalah menantu Eli, ayah Maria. Mungkin ini merupakan perkara yang sama dengan yang disinggung dalam Bilangan 27:1-8 dan 36:1-12, yang di dalamnya tercantum peraturan Allah, jika ada orang tua yang hanya mempunyai anak perempuan sebagai ahli warisnya, warisan itu akan dijatuhkan ke atas anak perempuan itu, yang kemudian harus menikah dengan laki-laki dari suku yang sama, demi menjaga warisan mereka tetap pada suku itu. Karena orang tua Maria tidak mempunyai anak laki-laki, maka Maria mewarisi warisan dari orang tuanya dan menikah dengan Yusuf, seorang laki-laki dari suku yang sama, yakni suku Yehuda. Lihatlah, bahkan peraturan dalam Bilangan 27:1-8 dan 36:1-12 pun berkaitan dengan silsilah Kristus. Baik secara langsung maupun tidak langsung, seluruh Alkitab berkaitan dengan Kristus.
Ketika sampai pada Yesus, silsilah ini tidak mengatakan “Yusuf memperanakkan Yesus”, seperti yang disebutkan pada orang-orang terdahulu; melainkan mengatakan “Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus” (Mat. 1:16). Yesus dilahirkan oleh Maria, bukan oleh Yusuf; karena sudah dinubuatkan bahwa Kristus akan menjadi keturunan perempuan dan akan dilahirkan oleh seorang dara (Kej. 3:15; Yes. 7:14). Walau Yesus bukan berasal dari benih Yusuf, tetapi pernikahan Yusuf dengan Maria pastilah berada di bawah kedaulatan Allah. Semua pernikahan berada di bawah kedaulatan Allah, terutama pernikahan yang ada hubungannya dengan Kristus. Pernikahan Yusuf dan Maria telah menyatukan dua garis dalam silsilah Kristus.

Yer. 22:28-30; Luk. 1:27, 31-32; Kej. 3:15;Yes. 7:14

Kristus tidak mungkin dilahirkan oleh Yusuf, karena Yusuf adalah laki-laki dan juga keturunan Yekhonya. Tidak ada satu pun keturunan Yekhonya yang dapat mewarisi takhta Daud (Yer. 22:28-30). Jika Kristus dilahirkan dari Yusuf, niscaya Ia akan dikesampingkan dari takhta Daud. Namun, Maria adalah perawan dan keturunan Daud (Luk. 1:27, 31-32); sebagai orang yang demikian, dia adalah orang yang tepat untuk melahirkan Kristus. Pernikahan Yusuf dan Maria membawa Yusuf ke dalam hubungan dengan Kristus dan menyatukan dua garis silsilah Kristus untuk mendatangkan Kristus.
Yesus yang dilahirkan oleh Maria telah memenuhi nubuat-nubuat tentang keturunan perempuan (Kej. 3:15); tentang seorang dara melahirkan seorang putra (Yes. 7:14); tentang Abraham memiliki seorang keturunan yang akan mendatangkan berkat bagi semua bangsa (Kej. 22:18); nubuat terhadap Ishak dan Yakub, yang sama seperti nubuat terhadap Abraham (Kej. 26:4; 28:14); nubuat terhadap Yehuda bahwa Yehuda akan menjadi suku raja (Kej. 49:10); dan nubuat terhadap Daud (2 Sam. 7:12-13). Menurut kedaulatan Allah, Maria, ibu Yesus itu menikah dengan Yusuf, seorang keturunan Yekhonya, yang kelihatannya ada dalam garis keluarga raja. Kelihatannya Yesus itu keturunan Yekhonya, tetapi sesungguhnya bukan. Yesus adalah keturunan Daud. Hanya Allah yang bisa mengatur hal seperti ini. Puji Tuhan!
Jika kita meninjau sejarah kita, bagaimana kita diselamatkan, kita akan menemukan bahwa prinsipnya sama. Jangan mengira bahwa pernikahan antara Yusuf dengan Maria adalah sesuatu yang kebetulan. Pernikahan itu direncanakan oleh tangan kedaulatan Allah. Demikian pula, hubungan kita dengan Kristus - keselamatan kita – itu pun telah dirancangkan oleh tangan ilahi-Nya. Kita perlu bersyukur kepada Tuhan serta berkata kepada-Nya, “Ya Tuhan, aku sangat gembira karena aku dilahirkan di jaman di mana orang dengan mudah mendengarkan Injil sehingga aku dapat diselamatkan.” Kesatuan kita dengan Kristus pun bukan kebetulan, melainkan sudah dengan teliti dirancang oleh Allah. Allah telah menyusun semua ini bagi umat kecil seperti kita. Ketika kita memasuki alam kekekalan, kita akan bersorak, “Puji Tuhan!”

Doa:
Tuhan Yesus, terangilah aku agar nampak rancangan-rancangan-Mu dalam hidupku. Bukalah mata hatiku agar nampak bahwa segala situasi yang terjadi dalam hidupku telah Kau atur dengan baik. Tambahkanlah iman padaku agar aku tidak kehilangan pegangan dan jatuh, tidak menggerutu, tidak tersandung. Tuhan, peganglah tanganku hari ini.

11 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 2 Kamis

Terpulihkannya Tumpuan Keesaan Umat Allah
Matius 16:18
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

Perjanjian Lama tidak hanya mewahyukan rusak dan hilangnya tumpuan keesaan, juga mewahyukan terpulihnya kesaksian tumpuan ini. Yeremia bernubuat bahwa sesudah 70 tahun masa pembuangan, maka Tuhan akan membawa umat-Nya kembali ke negeri permai. Yeremia 29:10, “Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini.” Dalam Kitab Ezra 1:1, dikatakan bahwa Tuhan menggerakkan hati Koresy, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresy secara lisan dan tulisan tentang perkara pembangunan rumah Allah di Yerusalem. Ini menunjukkan bahwa kembalinya ke Yerusalem bukan inisiatif manusia. Itu adalah inisiatif Allah sendiri.
Selama umat Allah berada di Babel, mereka tidak mempersembahkan kurban di sana. Tentu saja orang-orang seperti Daniel, Ezra, dan Nehemia berdoa tiap hari. Tetapi mereka tidak memiliki tumpuan untuk mempersembahkan kurban bakaran kepada Allah. Selain itu, di sana setiap tahun umat Allah tidak dapat memelihara hari raya. Situasi itu alangkah kasihan! Babel adalah tempat yang baik untuk berdoa sambil berpuasa, tetapi bukan tempat yang baik untuk merayakan hari raya. Di sana cocok untuk meratap, tidak cocok untuk bergembira ria. Mazmur 137:1 mengatakan, “Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.” Begitu tumpuan keesaan hilang, segalanya pun nyaris hilang. Umat Allah kehilangan kelimpahan negeri permai, mezbah, dan hari-hari raya. Hanya di Gunung Sion pilihan Allah baru mereka dapat menikmati segala perkara yang indah itu. Betapa pentingnya tumpuan keesaan bagi kita, umat Allah!

Mat. 1:12; Ezr. 2:1-2; Za. 4:6-10; Mat. 2:4-6; Mi. 5:1

Silsilah Kristus juga mencatat nama Zerubabel (Mat. 1:12). Siapakah Zerubabel? Ezra 2:1-2 mengatakan bahwa Zerubabel adalah salah seorang dari orang-orang terkemuka yang memulihkan Yerusalem dari penawanan Babel. Untuk pemulihan Bait Allah di Yerusalem, Allah berfirman kepada Zerubabel melalui Zakharia, “Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam” (Za. 4:6). Zerubabel adalah seorang pemimpin di dalam pemulihan Tuhan. Ini adalah perkara yang besar. Ia adalah seorang pemimpin di dalam pembangunan Bait Allah (Za. 4:7-10).
Tanpa kembali dari pembuangan sebagai tawanan, Kristus mustahil dilahirkan di Betlehem. Perjanjian Lama dengan pasti menubuatkan bahwa Kristus, sebagai keturunan Daud, akan dilahirkan di Betlehem (Mat. 2:4-6; Mi. 5:1). Seandainya tidak ada seorang pun umat Israel kembali ke Yehuda, dan saat Kristus dilahirkan di Betlehem tiba, niscaya tidak ada seorang pun di sana. Kini kita mengerti mengapa Allah memerintahkan tawanan-tawanan agar kembali. Allah menyuruh tawanan-tawanan itu pulang bukan hanya untuk membangun kembali Bait Suci, tetapi juga untuk persiapan bagi Kristus dilahirkan di Betlehem.
Mungkin ada orang yang bertanya, “Apakah bedanya tinggal di Babel dengan kembali ke Yerusalem? Asalkan kita menyembah Allah dan bertindak di dalam roh, bukankah itu sama saja?” Tidak sama. Kristus memerlukan sekelompok orang pulang ke tanah Kanaan agar ia dapat terlahir di Betlehem. Boleh saja ada orang menyembah Allah dan bertindak di dalam roh di Babel, namun Kristus tidak akan pernah terlahir melalui orang-orang itu. Kelahiran Kristus memerlukan tempat yang khusus. Kita harus kembali dari Babel (dunia agama yang merosot) ke Yudea (kehidupan gereja yang normal). Ketika Tuhan Yesus dilahirkan, Yusuf beserta Maria bukan di Babel, mereka di Yudea. Untuk kedatangan Kristus ke bumi, umat-Nya yang tertawan itu harus dipulangkan. Untuk kedatangan-Nya kali kedua nanti, Kristus pun memerlukan umat-Nya yang tertawan (dalam kemerosotan agamawi) dipulangkan dari penawanan mereka kepada suatu kehidupan gereja yang normal.

Doa:
Ya Tuhan, selamatkanlah aku dari segala bentuk perpecahan. Bawalah aku ke dalam kehidupan gereja yang normal, kehidupan gereja yang tepat, seperti yang diwahyukan firman Kudus-Mu. Tuhan, bimbinglah aku ke tempat yang telah Kau pilih, suatu tempat di mana aku dapat berdiri di atas tumpuan keesaan yang sejati.

10 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 2 Rabu

Menanggulangi Perpecahan dan Berhala
Galatia 5:20-21
Penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,..., bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Rehabeam adalah anak Salomo (Mat. 1:7). Mulai dari Rehabeam, kerajaan Daud terpecah (1 Raj. 11:9-12; 12:1-17). Dari kedua belas suku, satu suku diberikan karena Daud (1 Raj. 11:13), yaitu karena Kristus. Kristus memerlukan kerajaan yang menjadi milik keluarga Daud, karena Dia harus terlahir sebagai pewaris takhta Daud. Apabila seluruh kerajaan hancur luluh, niscaya tidak ada apa pun yang tersisa bagi Kristus untuk dilahirkan sebagai pewaris kerajaan Daud. Kelihatannya kerajaan dipertahankan untuk Daud, namun sesungguhnya adalah untuk Kristus.
Setelah terpecah, kerajaan Daud terbagi dua bagian: bagian utara disebut kerajaan Israel, dan bagian selatan disebut kerajaan Yehuda. Bagian utara disebut kerajaan Israel (nama universal), dan terdiri atas sepuluh suku Israel; bagian selatan disebut kerajaan Yehuda (nama lokal), dan terdiri atas dua suku, Yehuda dan Benyamin. Meskipun kerajaan Israel lebih universal daripada Yehuda, namun tidak ada satu pun nama raja Israel yang tercakup di dalam silsilah Kristus karena mereka tidak berkaitan dengan Kristus. Hari ini, kita pun menjumpai hal yang sama. Pada prinsipnya, gereja mula-mula adalah satu. Tetapi setelah sejangka waktu tertentu, gereja lalu terpecah, bukan menjadi dua, tetapi mungkin lebih dari dua ribu. Boleh jadi ada yang berkata, “Bukankah orang-orang di dalam kerajaan Israel itu masih umat Allah?” Tentu saja. Mereka adalah umat Allah, akan tetapi mereka di luar jalur Kristus. Di luar jalur Kristus berarti bahwa meskipun kita ini umat Allah, tetapi kita hidup bukan bagi Kristus. Orang-orang Korintus bergolong-golongan dan rasul menegur dengan keras: “Adakah Kristus terbagi-bagi?“ (1 Kor. 1:13). Jika kita tidak bisa berkoordinasi dengan kaum saleh di lokal kita, suka membanding-bandingkan orang atau karunia, kasih yang tidak seimbang atau pilih-pilih, hal itu cukup membuktikan kita ada di dalam prinsip perpecahan.

1 Taw. 3:11-12; 2 Raj. 15:1, 13; 2 Taw. 21:5-6; 22:1-4

Matius 1:8 mencatat, “Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia.” Kita perlu memperhatikan catatan “Yoram memperanakkan Uzia”. Menurut catatan dalam 1 Tawarikh 3:11-12, Yoram memperanakkan Ahazia, Ahazia memperanakkan Yoas, Yoas memperanakkan Amazia, dan Amazia memperanakkan Azarya (atau Uzia - 2 Raj. 15:1, 13). Silsilah dalam Injil Matius tidak menyebutkan tiga generasi yang terdapat dalam 1 Tawarikh - Ahazia, Yoas, dan Amazia. Ini tentu dikarenakan pernikahan yang jahat antara Yoram dengan anak perempuan Ahab dan Izebel yang merusak keturunan Yoram (2 Taw. 21:5-6; 22:1-4). Ahab adalah raja dari kerajaan utara, sedangkan Izebel, istrinya, adalah seorang perempuan jahat yang sepenuhnya berhubungan dengan berhala-berhala.
Keluaran 20:5 memberitahukan bahwa orang yang meninggalkan Allah dan menyembah kepada berhala-berhala akan merusak dirinya dan akan mendapatkan kutukan Allah sampai tiga atau empat keturunan. Sebab itu, tiga generasi dari Raja Yoram telah dikesampingkan dari silsilah Kristus. Di sini terdapat satu pelajaran penting. Jika kita mau terkait dengan Kristus, sekali-kali tidak boleh melibatkan diri dengan barang yang ada hubungannya dengan berhala-berhala. Allah itu pencemburu dan Dia tidak akan pernah bertoleransi terhadap penyembahan berhala.
Selanjutnya, Matius 1:11 mencatat, “Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel.” Menurut catatan dalam 1 Tawarikh 3:15-16, Yosia memperanakkan Yoyakim, dan Yoyakim memperanakkan Yekhonya. Tetapi dalam silsilah yang ditulis oleh Matius, satu generasi – Yoyakim – dihapuskan dari silsilah Kristus. Dihapuskannya nama Yoyakim disebabkan karena ia dinobatkan menjadi raja oleh Firaun dari Mesir serta mengumpulkan pajak bagi Firaun (2 Raj. 23:34-35). Mesir mewakili dunia, dan Firaun mewakili Iblis yang menjajah umat Allah. Dari dua catatan ini kita nampak bahwa siapa saja yang berhubungan dengan berhala atau bersatu dengan dunia, pasti akan disingkirkan dari kenikmatan akan Kristus.

Doa:
Tuhan Yesus, berilah aku kedambaan berada di hadirat-Mu, tinggal tenang di dalam rumah-Mu. Singkirkanlah benih-benih perpecahan yang ada di dalamku, agar aku boleh tinggal dengan rukun bersama semua anak-anak Allah di dalam keesaan, maka Engkau akan memerintahkan berkat kehidupan turun ke atas kami.

09 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 2 Selasa

Pelanggaran, Pertobatan, dan Pengampunan
1 Yohanes 1:9
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Setelah Daud melakukan pembunuhan dan perzinaan, Allah mengutus nabi Natan secara khusus untuk menegur dia (2 Sam. 12:1-12). Setelah ditegur, Daud bertobat. Mazmur 51 adalah mazmur penyesalan Daud. Daud bertobat dan Allah mengampuni dia (2 Sam. 12:13). Setelah penyesalan, kemudian ada pengampunan. Jadi kita dapat melihat tiga hal di sini: pelanggaran, pertobatan, dan pengampunan. Bila kita menjajarkan ketiga hal ini, hasilnya adalah Salomo. Mula-mula ada pelanggaran dan pertobatan, lalu ditambah dengan pengampunan Allah. Setelah itu, barulah ada Salomo (2 Sam. 12:24), orang yang membangun Bait Allah. Salomo adalah hasil dari pelanggaran dan pertobatan ditambah dengan pengampunan Allah.
Pengampunan Allah dicurahkan ke atas pelanggaran dan pertobatan Daud sehingga membuahkan seorang yang bernama Salomo, orang yang membangun Bait Allah. Gereja sebagai Bait Allah selalu dibangun oleh mereka yang tadinya melakukan pelanggaran, bertobat, dan kemudian diampuni oleh Allah. Setelah Daud menerima pengampunan Allah dan sukacita keselamatannya dipulihkan, ia berdoa bagi Sion dan pembangunan tembok Yerusalem untuk menguatkan kerajaannya (Mzm. 51:18). Akhirnya, sebagai hasil dari pengampunan Allah terhadap dosanya, Allah memberinya seorang anak untuk membangun Bait Allah sebagai pusat Kota Yerusalem.
Jika kita bertobat, mengaku dosa-dosa kita, dan memohon Allah agar Dia membersihkan kita dari noda pelanggaran, kita akan memiliki kenikmatan akan Allah dalam Kristus dan rumah-Nya. Kenikmatan ini adalah bagi pembangunan gereja, tempat kemuliaan-Nya. Allah sendiri akan memberikan hadir-Nya yang kaya kepada gereja dengan diri-Nya sendiri sebagai sukacita, damai sejahtera, hayat, terang, perhentian, dan segala berkat rohani di dalam surga.

2 Sam. 12:24-25;1 Taw. 22:9

Seandainya kita adalah orang yang baik, yang tidak pernah melakukan pelanggaran, dan tidak pernah merasa perlu bertobat, maka Allah tidak ada jalan untuk mengampuni kita. Pembangunan Bait Allah terwujud dari pelanggaran dan pertobatan manusia ditambah pengampunan Allah. Setelah melakukan pelanggaran, kalau kita bertobat, Allah akan siap mengampuni kita. Hasil dari pengampunan Allah adalah Salomo. Nama Salomo berarti “damai” (2 Sam. 12:24; 1 Taw. 22:9). Selain itu, Salomo juga memiliki nama lain, yaitu “Yedija” (2 Sam. 12:25), yang berarti “yang dikasihi Tuhan”. Bagi kita, Salomo berarti “damai”, tetapi bagi Tuhan, ia berarti “yang dikasihi Tuhan”. Anak inilah yang akan membangun rumah Allah, Bait Allah yakni gereja hari ini.
Bila kita memiliki suatu dosa yang belum kita bereskan, maka di batin kita akan terasa ada satu ganjalan. Meskipun hati nurani kita bisa ditekan hingga tidak bersuara, tapi ia tidak akan selamanya tidak bersuara. Hanya orang yang mengaku dosa yang akan dibelaskasihani, hanya orang yang mengaku dosa yang akan mendapatkan perhentian. Banyak orang mempunyai pengalaman seperti Daud, “Selama aku berdiam tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.” Tetapi setelah dia mengaku dosa, dia berkata, “Engkau mengelilingi aku dengan sukacita keselamatan” (Maz.32:1-7). Ada orang tidak memiliki sukacita, karena ia tidak bersaksi bagi Tuhan, ada yang karena tidak taat kepada Allah atas suatu hal, ada yang karena tidak rela melepaskan sesuatu. Selain itu, kebanyakan anak-anak Allah tidak sukacita justru karena mereka belum mengaku dosa. Sukacita karena mengaku dosa adalah satu sukacita yang besar! Amsal 28:13 berkata: “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” Pengampunan Allah atas pelanggaran kita akan menjadikan kita Salomo. Kita akan penuh damai dan dikasihi oleh Tuhan. Kemudian kita akan membangun gereja, Bait Allah. Pada saat itu, kita akan sangat berguna dalam pembangunan Allah.

Doa:
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.

08 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 2 Senin

Kristus sebagai Taruk dan Akar Isai
Yesaya 11:1-2
Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN.

Meskipun Alkitab tidak banyak berbicara tentang Isai, tetapi apa yang dikatakan Alkitab mengenai Isai sangatlah penting. Yesaya 11:1 menubuatkan bahwa Kristus akan menjadi “suatu tunas dari tunggul Isai dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya.” Menurut nubuat ini, Kristus berasal dari Isai. Di sisi yang lain, Yesaya 11:10 mengatakan bahwa Kristus adalah akar dari Isai, yang menunjukkan bahwa Isai berasal dari Kristus. Isai adalah orang yang sepenuhnya berasal dari Kristus; dia juga orang yang mendatangkan Kristus. Kristus berasal darinya dan ia pun berasal dari Kristus.
Siapakah Isai? Isai adalah salah seorang yang melahirkan Kristus, orang yang menunaskan Kristus dengan berakar dalam Kristus. Ketika kita memberitakan Injil atau menyuplaikan Kristus kepada orang lain, sesungguhnya kita sedang menunaskan Kristus di dalam orang itu. Tetapi, kita jangan lupa bahwa Kristus bukan hanya cabang kita (sesuatu yang kita hasilkan), tetapi juga akar kita, sumber kita. Kita tidak dapat berdiri sendiri, tidak dapat bermegah atas diri sendiri. Memang, Kristus dapat bercabang melalui kita, terlahir di dalam orang lain melalui kita, tetapi kita harus menyadari bahwa kita berasal dari Kristus. Kristus adalah sumber kita. Ini berarti kita esa dengan Kristus dan sangat erat terkait dengan-Nya. Kita di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita. Kristus lahir melalui kita dan kita berakar di dalam Dia.
Dalam pelayanan kita, mungkin kita dapat memberitakan Injil dan menyelamatkan jiwa bagi Tuhan, tetapi kita tidak dapat bermegah atas pencapaian itu. Bagaimanapun suksesnya pelayanan kita sehingga banyak orang yang beroleh bantuan dari pelayanan itu, janganlah kita bermegah atasnya. Mengapa? Karena Tuhanlah sumbernya, bukan kita. Tuhanlah yang membuat suatu pelayanan itu berhasil. Jadi, jangan seorangpun memegahkan diri!

1 Sam. 16:10-13; 13:14; 1 Raj. 15:5

Matius 1:6 mencatat demikian, “Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria.” Daud adalah anak kedelapan dari ayahnya, yakni yang bungsu. Ini sangat bermakna. Angka delapan melambangkan kebangkitan, permulaan baru. Ketika Samuel hendak mengurapi raja umat Allah, Isai mengajukan tujuh orang anaknya kepada dia. Samuel memandang mereka dan berkata, “Semuanya ini bukan pilihan Tuhan.” Ketika Samuel mengetahui bahwa masih ada yang kedelapan, ia pun langsung pergi untuk mengurapi anak tersebut - Daud (1 Sam. 16:10-13).
Daud adalah yang terakhir dari keturunan nenek moyang, yang berjumlah empat belas keturunan. Daud adalah penutup dari bagian nenek moyang dalam silsilah Kristus. Daud juga adalah yang pertama dari angkatan raja-raja. Dalam silsilah ini, hanya Daud yang disebut “raja”, karena melalui dialah kerajaan dan jabatan raja didatangkan. Ia adalah penutup satu zaman dan pembuka zaman berikutnya. Ia menjadi tanda batas kedua zaman itu. Ia adalah akhir dari yang satu dan awal dari yang lain, karena ia adalah orang yang selalu dekat dengan Allah, orang yang berkenan di hati Allah (1 Sam. 13:14).
Allah sendiri memberitahu Saul bahwa Ia akan mengganti Saul, kerena Ia sudah menemukan seorang yang berkenan di hati-Nya, yaitu Daud. Dalam seumur hidupnya, Daud tidak melakukan kesalahan apa pun, kecuali satu kesalahan yang besar: ia membunuh satu orang dan mengambil istrinya. Daud membunuh Uria dan mengambil istrinya, Batsyeba. Batsyeba adalah istri orang Het, orang kafir (2 Sam. 11:3). Ia kawin lagi akibat perzinaan (2 Sam. 11:26-27). Dalam satu perbuatan, Daud melakukan dua dosa yang besar, yakni pembunuhan dan perzinaan. Allah sendiri yang menghukum hal tersebut. Alkitab mengatakan bahwa Daud dalam sepanjang hidupnya benar di mata Allah, kecuali dalam satu hal itu (1 Raj. 15:5). Karena itulah, silsilah ini tidak mengatakan, “dari Batsyeba”, melainkan “dari istri Uria”, untuk menekankan dosa besar yang telah diperbuat oleh Daud. Ini menunjukkan bahwa Kristus sebagai Juruselamat rajani tidak hanya berkaitan dengan orang kafir, bahkan juga berkaitan dengan orang dosa.

Doa:
Tuhan Yesus, kalau aku dapat melayani Engkau hari ini, itu adalah suatu berkat yang luar biasa besarnya. Karena itu, tambahkanlah kasih karunia-Mu agar aku tidak menjadi sombong dan tergelincir ke dalam perangkap Iblis. Tuhan, Engkaulah sumberku. Hanya di dalam Engkau aku hendak bermegah, karena Engkaulah sumber dan kekuatanku.

06 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 1 Sabtu

Berpaling kepada Allah dan Umat-Nya
Roma 9:26
Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” di sana akan dikatakan kepada mereka: “Anak-anak Allah yang hidup.”

Dalam silsilah Kristus, juga terdapat nama seorang perempuan lain yaitu Rahab. Rahab adalah seorang perempuan sundal di Yerikho (Yos. 2:1), kota yang dikutuk oleh Allah untuk selamanya (Yos. 6:26). Meskipun ia adalah pelacur di tempat seperti itu, tetapi ia telah menjadi leluhur Kristus. Bagaimana seorang pelacur dapat menjadi leluhur Kristus? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menemukan prinsipnya. Selain Rahab dan keluarganya, dan semua miliknya, semua orang Yerikho dibinasakan oleh Allah melalui pasukan Israel dibawah pimpinan Yosua bin Nun. Rahab diselamatkan dari kebinasaan karena dia berpaling kepada Allah dan umat-Nya. Setelah dia berpaling kepada Allah dan kepada umat-Nya (Yos. 6:22-23, 25; Ibr. 11:31), dia menikah dengan Salmon, seorang pemimpin suku Yehuda yang terkemuka, yang juga adalah pengintai yang diutus Yosua untuk mengintai Yerikho. Pada saat itu Salmon tidak hanya mengenal Rahab, melainkan juga menyelamatkan dia. Akhirnya, Rahab menikah dengannya dan melalui pernikahan mereka dilahirkanlah Boas, seorang yang saleh.
Prinsip apakah yang mengendalikan kesatuan kita dengan Kristus? Prinsip pertama ialah tidak peduli bagaimana latar belakang kita, kita harus berpaling kepada Allah dan umat-Nya. Kedua, kita harus menyatukan diri dengan orang yang tepat di antara umat Allah menurut pandangan atau penilaian kita secara rohani. Setelah kita berpaling kepada Allah dan umat-Nya, kita harus disatukan, dibangun, dan dilibatkan dengan orang-orang yang tepat. Bila kita bersatu dengan orang yang tepat, kita pasti akan menghasilkan buah (keturunan) yang tepat. Kemudian barulah kita akan berbagian dalam kenikmatan yang penuh atas hak kesulungan Kristus, yaitu menikmati Kristus sebagai suplai kita, Imam Besar kita, dan Raja kita.

Mat. 1:5; Rut 1:4;15-17; 2:11-12

Matius 1:5 mengatakan, “Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai.” Dalam kitab Rut, Boas melambangkan Kristus, sedangkan Rut melambangkan gereja. Kristus sebagai Boas kita yang sejati, telah menebus kita dan memulihkan hak kesulungan kita. Kitab Rut mengatakan bahwa ada sanak saudara lain yang bahkan lebih dekat dengan Rut daripada Boas, seorang yang lebih berhak untuk menebus Rut. Akan tetapi orang itu egois, hanya memperhatikan dirinya sendiri. Tetapi, Boas itu murah hati dan telah membayar harga untuk menebus Rut. Semua ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh hanya memperhatikan kenikmatan kita sendiri, tetapi juga harus memperhatikan orang lain.
Rut berasal dari suku Moab (Rut 1:4). Moab adalah anak Lot, hasil perbuatan sumbang Lot dengan putrinya (Kej. 19:30-38). Menurut Ulangan 23:3, bangsa Moab tidak diperbolehkan masuk ke dalam jemaah Tuhan bahkan sampai keturunan kesepuluh. Walaupun sebagai seorang dari keturunan bangsa Moab, Rut dilarang masuk ke dalam jemaah Tuhan, namun Rut tetap mencari Allah dan umat-Nya (Rut 1:15-17). Tidak peduli siapa kita atau apa latar belakang kita, asal kita memiliki hati yang mencari Allah dan umat Allah, kita berada pada kedudukan yang diterima ke dalam hak kesulungan Kristus. Rut menikah dengan Boas, orang yang beribadah di antara umat Allah, dan melahirkan Obed, kakek dari Raja Daud. Jadi, Rut adalah perkecualian, dia tidak hanya diterima oleh Tuhan, bahkan menjadi orang yang menakjubkan, yang mengambil bagian dalam kenikmatan atas Kristus.
Ibu Boas ialah Rahab, seorang bangsa Kanaan, sedangkan istrinya, Rut, adalah seorang dari keturunan bangsa Moab. Keduanya adalah orang kafir. Ini merupakan bukti yang kuat bahwa Kristus bukan hanya terkait dengan orang Yahudi, tetapi juga dengan orang kafir, bahkan dengan orang-orang kafir dari kelas yang rendah dan hina. Mungkin kita telah dilahirkan dari sumber dan latar belakang yang menyedihkan, tetapi jangan sedih atau kecewa karena itu. Asalkan kita memiliki hati yang mencari Allah dan mencari umat Allah, asalkan kita terlibat dengan orang-orang yang tepat seperti Boas, kita pasti akan berbagian dalam kenikmatan atas Kristus.

Doa:
Tuhan Yesus, aku mau melupakan semua yang di belakangku yang lahiriah. Walau latar belakangku kurang baik, mungkin rendah dan hina, namun aku mau mencari Engkau dengan sungguh-sungguh dan hidup di tengah-tengah umat-Mu. Aku memegang janji-Mu bahwa siapa saja yang datang kepada-Mu, ia tidak akan Kau buang. Tuhan, jadikan aku orang yang mewarisi dan menikmati Engkau

05 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 1 Jumat

Menempuh Segala Cara untuk Mendapatkan Kristus
Filipi 3:8
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.

Memiliki hak kesulungan berarti memperoleh Kristus. Untuk memperoleh Kristus, kita harus siap menempuh jalan yang tampaknya bukan paling baik. Dulu, ada seorang penginjil yang pergi untuk memberitakan injil di China. Ketika ia memberitakan injil, beberapa anak muda tergerak untuk percaya kepada Tuhan Yesus dan mau memberi diri dibaptis. Akan tetapi, orang tua mereka yang memiliki kepercayaan lain, sangat menentang. Begitu mereka mendengar bahwa anak-anak mereka akan dibaptis, mereka melarang anak-anaknya keluar rumah. Orang-orang muda itu terus berdoa untuk hal ini. Akhirnya mereka terpaksa membohongi orang tua mereka, dengan alasan bahwa mereka harus pergi ke sekolah untuk mengerjakan tugas selama setengah hari. Ternyata, mereka tidak pergi ke sekolah, melainkan pergi kepada penginjil itu untuk dibaptis. Penginjil itu pun membaptiskan mereka. Jangan menyalahpahami cerita ini. Tentu kita tidak boleh menganjuri siapapun untuk berbohong. Fokus kita pada cerita ini bukan pada bagaimana anak-anak muda itu membohongi orang tua mereka, melainkan pada kedambaan mereka untuk mendapatkan Kristus.
Untuk mendapatkan Kristus, terkadang kita terpaksa “melanggar aturan”, karena aturan itu justru menghalang-halangi kita untuk mendapatkan Kristus. Dalam Alkitab cukup banyak contoh di mana seseorang terpaksa “melanggar aturan” yang baku demi mendapatkan Kristus. Salah satunya adalah dalam Lukas 5:17-26. Di sana dikisahkan bahwa ada beberapa orang yang naik dan membongkar atap rumah orang demi membawa seorang yang sakit kepada Yesus. Bukankah perbuatan itu kedengarannya agak “kurang pantas”? Saudara saudari, maknanya bagi kita hari ini ialah asal kita memperhatikan Kristus, mencari Kristus, maka cara apapun yang bisa membuat kita mendapatkan Kristus adalah baik. Waktu kita berbelanja, bekerja, atau melakukan aktivitas rutin kita, kita bisa mendapatkan Dia. Kita bisa berseru, menyanyi, memuji, atau berdoa dengan bagian firman hari ini.

Kej. 38:7-27; Luk. 5:19; Flp. 3:8; Rut 4:12

Seluruh catatan dalam Perjanjian Lama berkaitan dengan Kristus, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari silsilah Kristus kita nampak bahwa leluhur-Nya mencakup segala macam orang: ada yang berkedudukan rendah, ada yang berkedudukan tinggi, ada yang bereputasi baik, ada pula yang bereputasi buruk. Selain itu, ada yang berasal dari golongan raja-raja, ada pula yang berasal dari rakyat jelata, tawanan, bahkan dari beberapa perempuan yang memiliki latar belakang kurang baik.
Salah satu nenek moyang Kristus adalah Tamar. Tamar adalah istri dari Er, anak sulung Yehuda. Sebagai anak sulung, Er seharusnya mewarisi hak kesulungan. Namun suami Tamar itu jahat dalam pandangan Tuhan, sehingga Tuhan menyingkirkan dia (Kej. 38:7). Tuhan juga membunuh putra kedua dari Yehuda (Kej. 38:8-10). Menurut peraturan di jaman itu, Yehuda seharusnya memberikan anaknya yang lain untuk menikahi Tamar supaya melahirkan anak untuk mewarisi hak kesulungan. Tetapi Yehuda tidak memenuhi tanggung jawabnya. Karena itu, Tamar akhirnya menggunakan cara yang kurang pantas demi mendapatkan hak kesulungan itu. Tamar lalu mengandung melalui perbuatan sumbang dengan Yehuda, ayah mertuanya (Kej. 38:6-27).
Dari segi moral, perbuatan Tamar itu tercela, dari segi etika juga mengerikan. Tidak ada seorang pun akan membenarkan hal tersebut. Tetapi, sebenarnya kesalahan bukan terletak pada Tamar, melainkan pada Yehuda, ayah mertuanya. Yehuda sendiri mengakui bahwa Tamar lebih benar daripadanya (Kej. 38:26). Tamar melakukan perbuatan itu karena ia menaruh perhatian pada hak kesulungan. Tamar begitu menginginkan hak kesulungan yang berisi janji Allah. Ia tidak mau terputus dari janji Allah. Ia tidak mau kehilangan berkat ini. Oleh karena itu, Tamar tidak pernah menyerah. Ia telah berbuat sebisanya untuk memperoleh hak kesulungan itu. Pada prinsipnya, bila kita ingin mendapatkan Kristus sebagai penggenapan janji dan berkat Allah, kita harus memiliki hati dan sikap seperti Tamar yang tidak pernah menyerah (Flp. 3:8). Tamar akhirnya memperoleh hak kesulungan itu. Bahkan dalam Alkitab, nama Tamar tercatat dengan sangat positif (Rut 4:12).

Doa:
Tuhan Yesus, demi mendapatkan aku, Engkau telah memberikan nyawa-Mu sendiri. Namun untuk mendapatkan Engkau, aku belum bisa memberikan sesuatu yang berarti. Tuhan, lepaskan aku dari ego, agar aku dapat belajar untuk membayar harga untuk mendapatkan Engkau. Kuatkan tekadku agar tidak mudah menyerah dengan keadaan sekitar yang merosot.

04 April 2007

Matius Volume 11 - Minggu 1 Kamis

Mewarisi Kerajaan Bersama Kristus
1 Korintus 15:25
Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.

Seluruh kaum beriman dalam Kristus adalah “jemaat anak-anak sulung” (Ibr. 12:23), yakni orang-orang yang mewarisi hak kesulungan. Di dalam keselamatan Allah, kita bisa menikmati Kristus yang berlimpah. Kita pun menjadi imam-imam yang melayani Allah, dan raja-raja yang memerintah dalam hayat bagi Allah. Namun kita harus berjaga-jaga, karena bisa saja kita kehilangan hak kesulungan itu. Cara terbaik agar tidak kehilangan hak istimewa tersebut adalah dengan memeliharanya.
Semua orang Kristen telah dilahirkan kembali sebagai imam-imam untuk melayani Allah (Why. 1:6). Walau demikian, kita bisa saja kehilangan jabatan imam itu. Misalnya, kita tidak berdoa bagi orang lain. Itu mungkin disebabkan karena kita telah kehilangan kedudukan kita untuk berdoa. Kita mungkin dapat melakukan banyak hal,bahkan giat melayani, tetapi herannya tidak bisa mengeluarkan waktu agar dapat berdoa dengan tenang. Tanpa sadar kita telah mengabaikan jabatan imam kita. Bila kita mau memelihara jabatan imam, kita harus seperti Lewi, melupakan ayah kita, saudara kita, dan anak-anak kita, serta hanya memperhatikan kepentingan Allah (bd. Mat. 10:37). Artinya, kita harus memprioritaskan Allah lebih dahulu. Jika kepentingan Allah menduduki tempat utama dalam hati kita, niscaya kita bisa mendekati Dia dan melayani-Nya sebagai imam.
Tidak hanya sebagai imam, semua orang Kristen juga telah dilahirkan kembali sebagai raja (Why. 5:10). Ketika Tuhan Yesus kembali, semua orang kudus yang menang akan bersama-sama Dia menjadi imam-imam Allah dan meraja bersama Kristus (Why. 20:4-6). Pada saat yang sama, mereka akan menikmati warisan bumi ini (Why. 2:26). Karenanya, jangan menjual hak kesulungan kita dengan murah kepada narkoba, pergaulan bebas, percabulan perzinahan, uang, atau ketenaran duniawi dengan mengorbankan martabat dan status kita sebagai imam dan raja.

Ibr. 12:23; Why. 1:6;5:10; 20:4-6; Ibr. 7:14

Matius 1:2 mengatakan, “Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya.” Putra Yakub yang pertama ialah Ruben. Ruben seharusnya mewarisi hak kesulungan, bagian anak sulung yang meliputi tiga hal: dua bagian atas tanah, jabatan imam, dan jabatan raja. Ruben adalah putra sulung, namun akibat perbuatan cemarnya, ia kehilangan hak sulung itu (Kej. 49:3-4; 1 Taw. 5:1-2). Dua bagian atas tanah beralih ke tangan Yusuf, seorang yang menjaga kemurniannya (Kej. 39:7-20). Jabatan imam beralih kepada Lewi (Ul. 33:8-10). Lewi sangat memahami hati Allah. Demi kepentingan Allah, Lewi melupakan orang tuanya, saudara-saudaranya, dan anak-anaknya (Kel. 32:26-28). Jabatan raja, bagian lain dari hak kesulungan, diberikan kepada Yehuda (Kej. 49:10; 1 Taw. 5:2).
Yusuf mewarisi bagian ganda atas tanah dikarenakan kemurniannya; Lewi memperoleh jabatan imam karena ia dengan mutlak memisahkan diri bagi Tuhan, sedangkan Yehuda mendapatkan jabatan raja oleh karena ia memperhatikan saudara-saudaranya yang menderita. Jika kita seperti itu, tentu kita akan mempertahankan hak kesulungan kita. Ketika Tuhan Yesus kembali, kita akan bersama-sama dengan Dia menikmati warisan atas bumi ini. Kita akan menjadi imam-imam yang terus-menerus berkontak dengan Allah dan menjadi raja-raja yang memerintah di bumi. Karena Yehuda mendapat bagian jabatan raja, maka ia mendatangkan Kristus yang rajani dan Kristus Pemenang (Why. 5:5).
Cara terbaik untuk menjaga kemurnian kita, tinggal dalam persekutuan dengan Allah, dan memperhatikan saudara-saudara yang lemah, adalah melalui berdoa. Berdoa akan membuat hati kita diterangi dan diluruskan oleh Allah bagi kehendak-Nya. Namun sayang, walaupun kita telah sering diingatkan tentang pentingnya doa, tidak banyak di antara kita yang mengindahkannya atau yang dengan sungguh-sungguh melakukannya. Iblis telah menipu kita dengan kesibukan-kesibukan duniawi, acara-acara televisi, koran, majalah, internet, games, dan sebagainya. Karena itu, marilah kita memberikan waktu lebih banyak kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai yang terutama, bukan urutan yang kesekian.

Doa:
Tuhan Yesus, ajarlah aku berdoa, bukan seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yang berdoa dalam kesia-siaan, melainkan seperti doa yang Kau ajarkan kepada murid-murid-Mu. Tuhan, latihlah aku untuk menjadi manusia pendoa, sehingga Engkau dapat melakukan pekerjaan-Mu di dalamku dan melalui aku demi kemuliaan-Mu.

03 April 2007

Matius Volume 1 - Minggu 1 Rabu

Mewarisi Kristus sebagai Yang Dijanjikan
Kisah Para Rasul 3:25
Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.

Matius 1:2 mengatakan, “Abraham memperanakkan Ishak.” Ishak dilahirkan dari janji (Gal. 4:22-26). Dia adalah ahli waris satu-satunya (Kej. 21:10) dan dia mewarisi janji Kristus (Kej. 26:3-4). Siapakah Ishak? Secara rohani, Ishak adalah hasil dari hidup dan bertindak oleh iman. Ishak merupakan lambang yang lengkap dari Kristus yang mewarisi seluruh kekayaan Bapa. Untuk mendapatkan Kristus, kita harus hidup dan bertindak oleh iman. Tanpa iman, apapun yang kita dapatkan pasti bukanlah Kristus.
Apakah Ishak? Ishak adalah hasil buah hayat serta bertindak demi iman. Inilah Kristus. Ishak merupakan lambang sepenuhnya daripada Kristus, yang mewarisi semua kekayaan Bapa. Kita semua seharusnya mengalami Kristus secara demikian, bukan melalui kelakuan, perjuangan atau pun usaha kita, melainkan hanya demi iman kita di dalam Dia. Hidup yang demikian inilah yang akan menghasilkan Ishak. Hanya Ishak yang terhitung sebagai unsur sejati silsilah Kristus. Bukan semua keturunan Abraham secara daging yang terhitung sebagai anak-anak Allah; melainkan hanya mereka yang tercakup sebagai keturunan Ishak-lah yang terhitung sebagai anak-anak Allah (Rm. 9:7-8). Itulah sebabnya Allah memandang Ishak sebagai keturunan Abraham satu-satunya (Kej. 21:10, 12; 12:2a, 12b, 16-18), satu-satunya ahli waris yang mewarisi janji Allah kepadanya mengenai Kristus (Kej.26:3-4).
Hari ini, kita adalah ras Abraham, orang yang terpanggil dan hidup demi iman. Namun kita hidup menurut cara Ismael ataukah menurut cara Ishak? Cara Ismael adalah mencapai maksud Allah dengan usaha diri sendiri. Cara Ishak ialah meletakkan diri kita ke dalam Allah, percaya bahwa Dia yang mengerjakan segala sesuatu bagi kita sehingga maksud tujuan-Nya tercapai. Inilah prinsip anugerah, ” bukannya aku, melainkan anugerah Allah (1 Kor.15:10).

Mat. 1:2; Kej. 25:29-34; Kel. 33:19; Rm. 9:15

Matius 1:2 mengatakan “Ishak memperanakkan Yakub.” Di dalam Kristus, pertama-tama kita memerlukan pengalaman Abraham terhadap Allah. Kita perlu melupakan apa adanya kita, hidup oleh Kristus dan hanya percaya kepada Dia. Kedua, di dalam Kristus kita tidak memerlukan Ismael (melambangkan perbuatan kita), melainkan Ishak (melambangkan pekerjaan Allah). Ketiga, kita tidak memerlukan Yakub, melainkan Israel, seorang yang telah diubah menjadi pangeran Allah. Walaupun semua ini sama sekali bukan tergantung pada kita, namun dalam prosesnya tetap memerlukan kerjasama kita.
Silsilah Kristus adalah masalah hak kesulungan, dan hak kesulungan terutama mengacu kepada hubungan kita dengan Kristus dan partisipasi kita dalam Kristus. Perampasan yang di lakukan oleh Yakub tidak dapat dibenarkan, namun kedambaannya terhadap hak kesulungan itu dihargai oleh Allah. Esau memandang rendah hak kesulungan dan menjual haknya dengan murah (Kej. 25:29-34). Sebab itu, ia kehilangan hak kesulungan dan tidak dapat memperolehnya kembali, sekalipun dengan mencucurkan air mata. Ini seharusnya menjadi peringatan bagi kita. Yakub menghormati dan mendambakan hak kesulungan, dan ia pun memperolehnya. Ia mewarisi berkat yang dijanjikan Allah, berkat mengenai Kristus (Kej. 28:4, 14).
Kita semua telah dipilih. Allah telah memilih kita. Ini mutlak adalah rahmat Tuhan. Kita tidak memilih jalan ini, namun kita ada di sini. Jika kita membaca Roma pasal sembilan, kita akan menemukan bahwa hal ini tergantung pada Allah, bukan kita. Allah tetap adalah sumbernya. Puji Tuhan atas belas kasihan-Nya yang mencapai kita! Tidak ada seorang pun dapat menolak belas kasihan-Nya. Kita bisa saja menolak pekerjaan-Nya, namun kita tidak mungkin menolak belas kasihan-Nya (Kel. 33:19; Rm. 9:15). Kita telah dipilih untuk berhubungan dengan Kristus dan mengambil bagian di dalam Dia sebagai berkat kekal kita. Di satu aspek, kita adalah Abraham, di aspek yang lain kita adalah Ishak, dan di aspek yang lain lagi kita adalah Yakub. Kemudian, di aspek yang keempat, kita akan menjadi Israel, orang yang telah diubah oleh Allah. Haleluya!

Doa:
Tuhan Yesus, bukalah mataku agar aku nampak bahwa untuk mendapatkan Engkau,egoku harus diakhiri. Buatlah aku sadar bahwa di dalam diriku sebagai manusia, tidak ada sesuatupun yang baik yang dapat memuaskan-Mu. Tuhan, bekerjalah di dalamku hari ini. Aku terbuka sepenuhnya kepada-Mu. Kiranya seluruh rencana-Mu atasku tergenapi sehingga aku boleh menjadi berkat bagi setiap orang di sekitarku.