Hitstat

31 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 3 Rabu

Makan: Hidup - Mati
Kejadian 2:17
“Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

Sebagai manusia, kita seringkali berada dalam dua ekstrim, yaitu kita mungkin tidak peduli terhadap pekerjaan Tuhan, atau kita termasuk golongan yang kedua, yaitu yang suka sibuk bekerja buat Tuhan. Memang yang pertama tentu sangat tidak baik, namun golongan yang kedua juga belum bisa dipastikan akan diperkenan Tuhan.
Hal ini disebabkan perintah Allah yang pertama kepada manusia menekankan makanan manusia bukan tindakan manusia. Makan adalah satu hal yang sangat penting bagi manusia, adalah masalah hidup dan mati.
Hasil dan tujuan yang dicapai oleh manusia di hadapan Allah bergantung sepenuhnya kepada apa yang dia makan. Jika manusia makan buah pohon hayat, dia akan menerima Allah sebagai hayat dan menggenapkan tujuan Allah. Jika manusia makan buah pohon pengetahuan, dia akan menerima Iblis sebagai maut dan dikuasai olehnya untuk tujuannya.
Perintah Allah dalam ayat 17 ini sangat serius dan menakutkan. Perintah ini tidak memberi toleransi sedikit pun terhadap kesalahan. Bila Adam salah makan, dia bukan diingatkan, bukan ditegor, atau sakit, melainkan mati!
Perintah Allah yang menakutkan di ayat ini, diberikan sebagai suatu peringatan bagi manusia menunjukkan bahwa:
1. Kebesaran Allah di dalam menciptakan manusia dengan
kehendak bebas, sehingga manusia dapat memilih
Allah dengan sukarela dan tidak berdasarkan paksaan.
2. Kasih Allah kepada manusia.
3. Kehendak hati Allah agar manusia makan buah pohon
hayat untuk menerima Allah ke dalamnya sebagai hayat.

Pengalaman Atas Pohon Hayat (1)
Kej. 12:1-4; Kis. 7:2-3; Ibr. 11:8; Rm. 8:14; Gal. 5:25

Sebagai contoh dari pengalaman atas pohon hayat, marilah kita melihat pengalaman Abraham. Ketika Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan Ur-Kasdim, Ia tidak memberinya peta. Allah tidak mengatakan, “Abraham, inilah peta perjalanan yang harus kau tempuh. Aku ingin membawamu keluar dari Ur-Kasdim dan masuk ke negeri yang indah. Peta ini sangat jelas. Jika engkau mengikuti tiap belokan ini dengan teliti dan tepat, engkau akan tiba di tempat tujuanmu.” Allah hanya menyuruh Abraham meninggalkan negerinya, sanak keluarganya dan rumah ayahnya. Allah tidak mengatakan kepada Abraham ke mana ia harus pergi. Mengapa Allah memperlakukan Abraham demikian? Allah memimpinnya dengan cara ini, sebab sebelum Abraham dipanggil, umat manusia telah jatuh dan menjauhi Allah. Manusia telah meninggalkan hadirat Allah dan menempuh hidup yang mutlak menuruti pengetahuan, tidak menuruti Allah sebagai hayat. Maka Allah turun tangan memanggil Abraham keluar dari keadaan itu dan membawanya kembali kepada Allah sendiri. Allah tidak memberi Abraham peta atau petunjuk-petunjuk, sebab Ia bermaksud agar Abraham terus-menerus hidup dan bergerak di hadirat Allah. Penyertaan Allah adalah petanya. Penyertaan Allah adalah arah, pimpinan, dan penuntun jalannya. Jika Abraham bertanya kepada Allah, “Tuhan, katakan kepadaku ke mana aku harus pergi besok.” Maka Ia menjawab, “Anak-Ku, tidurlah baik-baik dengan tenteram. Janganlah khawatir. Besok Aku akan menjadi petunjukmu, menjadi peta hidupmu.”
Jika kita memiliki Allah yang hidup sebagai penuntun, kita tidak perlu lagi sebuah peta. Ia akan menjadi peta hidup dan penuntun jalan hidup kita. Inilah makna hidup bersandar. Namun dalam pengalaman perjalanan rohani kita, seringkali kita mencari-cari “peta” lebih daripada mencari penyertaan Tuhan. Mungkin kita beranggapan bahwa “peta” kita bisa lebih baik daripada penyertaan Tuhan. Mungkin pula kita mengira penyertaan Tuhan itu serba tidak menentu dan tidak terencana. Dugaan kita itu salah besar. Orang yang mengenal Tuhan pasti tahu bahwa penyertaan dan pimpinan Tuhanlah yang terbaik.
Pengetahuan tidak menuntut kita bersandar. Kita mungkin sudah meninggalkan penyertaan Tuhan, namun masih bekerja untuk-Nya. Bila kita memiliki pengetahuan, kita akan merasa tidak perlu bersandar lagi kepada Tuhan Yesus. Tuhan seolah-olah berada di langit ketiga dan kita terpencil jauh di bumi, tetapi kita tetap dapat bekerja bagi-Nya. Keadaan ini sungguh kasihan. Karena itu, marilah kita senantiasa menomorsatukan penyertaan Tuhan.

30 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 3 Selasa

Kehendak Bebas
Kejadian 2:16
“Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas”.

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang hidup, bukan mesin. Dalam Kejadian 2:16-17, kita hanya melihat perintah Allah dengan himbauan dan larangan, tetapi tanpa paksaan. Jika Adam mau taat dan tidak memakan buah pohon pengetahuan, itu adalah kemauan Adam sendiri. Bila Adam tidak taat dan memakannya, Allah pun tidak berdaya menghentikannya. Inilah kehendak bebas. Allah menaruh tanggung jawab makan atau tidak makan pada diri manusia dan membiarkan manusia memilih berdasarkan kehendak bebasnya. Allah tidak menciptakan seorang Adam yang tidak dapat berdosa, yang tidak bisa memberontak, atau yang tidak bisa mencuri. Allah dapat menasihati, melarang, dan memerintahkan, tetapi tanggung jawab untuk menaati terletak pada diri manusia. Karena kasih-Nya, Allah memberi peringatan sebelumnya. Tetapi karena kebenaran-Nya, Allah tidak akan memaksa manusia melakukan apa saja yang tidak dia inginkan. Allah bisa saja memakai banyak cara untuk membuat manusia mau, tetapi kalau manusia tidak setuju, Allah tidak akan melakukan apa pun untuk memaksanya.
Dalam diri manusia, ada prinsip-prinsip yang mengendalikan yang menetapkan bagaimana ia bersikap. Apa saja yang tidak disetujui olehnya tidak bisa dipaksakan kepada dirinya, dan apa saja yang ditentangnya, tidak dapat dipaksakan ke atas dirinya. Pekerjaan Allah tidak pernah berlawanan dengan prinsip ini; sedangkan pekerjaan roh jahat justru berlawanan dengan prinsip ini. Karena itu, kita dapat membedakan apa yang berasal dari Allah dan apa yang bukan.

Tekad Manusia
2 Kor. 10:5

Tekad manusia adalah organ yang dengannya manusia membuat keputusan. Kemauan atau ketidakmauan kita, keinginan atau ketidakinginan kita, dan persetujuan atau ketidaksetujuan kita, semuanya merupakan fungsi tekad kita. Tekad manusia adalah “kemudinya”. Sebagaimana sebuah kapal berbelok menurut kemudinya, manusia bergerak menurut tekadnya.
Tekad manusia dapat dikatakan adalah diri manusia yang sejati, jati diri manusia; karena tekad mewakili manusia. Semua tindakan tekad sebenarnya adalah tindakan “manusia”. Ketika kita mengatakan, “Aku mau,” sebenarnya tekad kitalah yang mau. Ketika kita mengatakan, “Aku mau ini” atau “Aku memutuskan,” berarti tekad kita mau, atau tekad kitalah yang memutuskan. Demikian juga ketika kita berkata “Aku tidak mau” sebenarnya adalah tekad kita yang tidak mau. Fungsi tekad adalah menyatakan maksud seluruh diri kita.
Emosi hanyalah apa yang kita rasakan, sedangkan pikiran hanyalah apa yang kita pikirkan, tetapi tekad adalah apa yang kita inginkan. Karena itu, tekad adalah bagian paling penting dari seluruh diri kita. Tekad manusia lebih dalam daripada emosi dan pikirannya. Jadi, bila orang Kristen mengejar kehidupan rohani, ia harus memperhatikan tekadnya.
Jalan keselamatan yang sejati adalah menyelamatkan tekad manusia. Apa saja yang tidak cukup dalam untuk menyelamatkan tekad manusia adalah kesia-siaan.
Di alam semesta, dapat dikatakan ada dua tekad besar yang bertentangan. Di satu pihak, ada tekad atau kehendak Allah yang kudus dan baik; di pihak lain, ada tekad atau kehendak Iblis yang najis dan memberontak. Di antara kedua tekad ini, ada tekad manusia yang otonom, merdeka, dan bebas. Ketika manusia mendengarkan perkataan Iblis dan tidak taat kepada Allah, semua kegiatannya menjadi tunduk kepada kehendak Iblis.
Bagaimana sikap kita terhadap kehendak Allah? Allah mengasihi kita, tetapi apakah kita mau dikasihi-Nya? Kristus ingin kita datang kepada-Nya, tetapi maukah kita datang? Roh Kudus ingin memberi kita hayat, tetapi apakah kita mau memiliki hayat? Tekad kita berguna dalam kehendak Allah. Tetapi persoalannya adalah bagaimana tekad kita memperlakukan kehendak Allah?
Saudara saudari, karena itu kita harus menyadari bahwa keputusan kita menggunakan tekad kita untuk selaras dengan tekad Allah adalah keputusan yang sangat penting dan sesungguhnya ini adalah bentuk hubungan tertinggi antara manusia dengan Allah.

Penerapan:
Kita diciptakan dengan memiliki satu kehendak bebas. Kita bisa memilih apa saja yang kita inginkan. Namun, alangkah indahnya bila kita menggunakan hak pilih kita untuk memilih Tuhan dan kehendak-Nya. Pilihan yang demikian akan mempermalukan dan mengalahkan Iblis, musuh Allah. Hari ini, marilah kita menggunakan kehendak bebas kita untuk memilih hal-hal yang diperkenan Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku mau menggunakan kehendak bebasku untuk memilih Engkau dan kehendak-Mu. Tundukkanlah aku dalam segala hal sepanjang hari-hariku. Tuhan pimpinlah aku agar aku bisa memilih dengan tepat, memilih Engkau dan kehendak-Mu.

29 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 3 Senin

Mengusahakan (Menggarap)
Kejadian 2:15
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan (menggarap - TL.) dan memelihara (menjaga - TL.) taman itu.”

Kata “mengusahakan” (Ibrani: awbad) dapat pula diterjemahkan menggarap, sebagaimana petani menggarap lahan pertanian mereka. Allah menyuruh manusia mengusahakan (menggarap) taman adalah untuk pertumbuhan hayat. Hal ini sesuai dengan aspek pertama dari kehendak Allah, yaitu mengekspresikan Allah. Semakin kita bertumbuh, semakin kita mengekspresikan Allah.
Dalam Matius 13, Tuhan Yesus mengatakan bahwa taman (tanah) ini adalah hati manusia. Melalui Matius 13, kita nampak bahwa Tuhan Yesus sendiri merupakan benih yang ditanam di dalam hati kita. Karena itu kita perlu mengusahakan (menggarap) hati kita agar tidak keras oleh lalu lintas duniawi sehingga benih itu tidak dapat bertumbuh karena kita tidak dapat terbuka untuk memahami, mengerti, firman Tuhan. Kita juga perlu mengusahakan (menggarap) hati kita dengan membersihkan segala batu, yaitu dosa-dosa tersembunyi, keinginan pribadi, tuntutan-tuntutan pribadi, iba diri, yang menghalangi benih itu berakar di dalam kita. Jika kita tidak mengusahakan hati kita sedemikian maka kita tidak akan tahan terhadap segala bentuk ujian (penganiayaan dan penderitaan). Selain itu, kita juga perlu mengusahakan (menggarap) hati kita agar bersih dari segala semak duri, yaitu kekhawatiran jaman ini dan tipu daya kekayaan yang membuat kita tidak bisa berbuah. Jika kita senantiasa mengusahakan (menggarap) hati kita, maka itu berarti kita memberikan setiap jengkal hati kita untuk menerima firman agar firman itu bisa bertumbuh, bahkan berbuah seratus kali lipat.

Memelihara (Menjaga)
Kej. 2:8-9, 15-17; Mat. 26:41; 1 Ptr. 5:8; Kis. 20:28-29

Selain mengusahakan (menggarap) taman, Allah juga memberi perintah agar manusia memelihara (menjaga – T.L.) taman tersebut. Kata menjaga dalam bahasa Ibrani adalah shawmar yang berarti melindungi dengan membuat pagar (to hedge about as with thorns).
Mengapa Allah memberi perintah sedemikian? Kita perlu tahu bahwa di taman itu selain ada pohon kehidupan (pohon hayat), juga ada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ketika Allah menyuruh manusia mengusahakan (menggarap) taman itu, ini berarti manusia perlu terus memakan buah dari pohon hayat (yang melambangkan Allah) agar tetap hidup, bahkan menerima lebih banyak unsur Allah ke dalam dirinya. Namun, ketika Allah menyuruh manusia menjaga taman itu, ini berarti Allah ingin manusia berhati-hati terhadap pohon pengetahuan (melambangkan si Iblis), karena begitu manusia memakannya, ia pasti mati.
Kita mengusahakan (menggarap) taman agar Allah masuk ke dalam kita. Namun, karena Iblis ingin menyerang kita, maka kita perlu memelihara (menjaga) taman itu, tidak memberi kesempatan apa pun bagi pohon pengetahuan untuk masuk ke dalam kita. Jadi, mengusahakan (menggarap) taman adalah membuka diri kita terhadap pohon hayat, sedangkan memelihara (menjaga) taman adalah menutup diri kita terhadap pohon pengetahuan.
Rasul Paulus berpesan kepada para penatua gereja di Efesus, “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, ...” (Kis. 20:28). Petrus juga mengingatkan kita untuk sadar dan berjaga-jaga karena lawan kita, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Ptr. 5:8). Bahkan Tuhan Yesus sendiri pun berpesan kepada murid-muridnya, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, ...” (Mat. 26:41).
Tinggal di taman Eden yang demikian indah dapat membuat manusia terlena atau menjadi santai. Lingkungan tempat kita tinggal atau tempat kerja kita yang nyaman juga bisa membuat kita lupa kalau ada musuh yang setiap waktu bersiap-siap menyelinap ke dalam pikiran kita. Begitu kita kendor dan lengah, Iblis dapat masuk untuk mempengaruhi pikiran kita dan merusak persekutuan kita yang normal dengan Tuhan. Akibatnya maut dibawa masuk ke dalam rumah tangga kita atau ke dalam pekerjaan kita. O, kalau kita nampak hal ini, kita pasti akan berjaga-jaga! Kalau kurang berjaga-jaga, Iblis dalam wujud pohon pengetahuan akan tumbuh di dalam gereja dan menebarkan maut di dalamnya. Kiranya kita sadar dan terdorong untuk lebih giat berjaga-jaga dan berdoa, baik bagi kita sendiri maupun bagi sesama anak Allah agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan.

Penerapan:
Setiap hari begitu banyak batu-batu dosa, kekhawatiran hidup, dan akar-akar pahit yang bisa tertimbun dalam hati kita. Betapa kita perlu terus menerus dan sesering mungkin datang kepada Tuhan untuk membongkar semua hal tersebut. Biarlah sepanjang hari dalam kehidupan kita, kita bisa datang kepada Tuhan untuk mendapatkan pembersihan, sehingga hati kita menjadi hati yang subur untuk menumbuhkan firman Tuhan.

Pokok Doa:
Tuhan aku datang kepada-Mu. Bersihkanlah hatiku dari segala macam unsur kecemaran dan dosa. Dapatkan hatiku murni dan bersih untuk menerima dan menumbuhkan firman-Mu. Bawalah aku memiliki kehidupan yang senantiasa datang pada-Mu dan mengalami pembasuhan-Mu.

27 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 2 Sabtu

Kejadian 2:14
“Nama sungai ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai keempat ialah Efrat.”

Cabang ketiga ialah Tigris yang berarti “cepat deras”, dan mengandung arti “kekuatan” (Flp. 3:10; Ef.1:19-20). Air yang mengalir dengan deras mempunyai kekuatan. Tigris mengalir menuju Asyur, yang berarti “datar, tempat yang boleh dijadikan tempat kediaman”. Ini memberi tahu kita bahwa pengaliran air hayat mencapai tempat yang dihuni oleh manusia (Yoh. 10:10b; 7:37). Cabang keempat ialah Efrat yang berarti “harum”, “subur”, “berbuah lebat” (bd. 2 Kor. 2:14; 2 Ptr. 1:3-8, 11; Gal. 5:22-23). Puji Tuhan! Cabang terakhir dari aliran air hayat membuat kita harum, subur, dan berbuah lebat. Bagaimanakah kita dapat berbuah? Kita hanya dapat berbuah dengan adanya aliran sungai hayat di dalam kita. Selama hayat mengalir di dalam, kita akan harum, subur, dan berbuah lebat. Hal ini sangat baik!
Jika kita menyatukan keempat cabang dari satu sungai itu, kita akan memperoleh gambaran yang lengkap mengenai Perjanjian Baru. Segala sesuatu yang terdapat dalam Kitab Kejadian adalah benih, pertumbuhannya terjadi di dalam kitab-kitab berikutnya dalam Alkitab, dan hasil tuaiannya di dalam Kitab Wahyu. Allah dalam Putra-Nya, Yesus Kristus, adalah hayat bagi kita dalam bentuk makanan. Jika kita makan Dia, kita tidak saja mempunyai kepuasan, bahkan hayat ini akan menjadi sungai yang mendiris di dalam kita. Air ini akan menjadi aliran yang deras di dalam kita untuk melahirkan kita kembali, mengubah kita, dan membuat kita harum serta berbuah lebat. Demi aliran ini kita akan menjadi emas, mutiara, dan batu permata, bagi pembangunan tempat kediaman Allah — Yerusalem Baru. Puji Tuhan! Inilah jalan Allah mencapai tujuan kekal-Nya.

Taman Dan Kota
Kej. 2:10; Why. 21-22

Keseluruhan Alkitab adalah wahyu Allah, dan sebagian besar benih-benih wahyu ini ditaburkan dalam Kejadian pasal satu dan dua. Hampir segala sesuatu yang ditaburkan dalam Kejadian pasal satu dan dua dituai sebagai hasil tuaian dalam kitab Wahyu.
Dalam Kejadian pasal dua, ada pohon hayat di tengah-tengah taman. Kemudian ada sebuah sungai yang mengalir dan menghasilkan emas, damar bedolah (mutiara), dan batu krisopras. Latar belakang kesemuanya ini adalah sebuah taman, dan taman menunjukkan benda alami yang diciptakan oleh Allah. Di dalam taman kita dapat melihat pertumbuhan benda-benda ciptaan.
Ketika membaca sampai Wahyu 21 dan 22, kita tidak menjumpai taman lagi, melainkan kota. Kota bukan diciptakan, tetapi dibangun. Dalam Kejadian pasal dua terdapat ciptaan; dalam Wahyu 21 dan 22 terdapat bangunan. Dalam kota itu kita mempunyai pohon hayat. Jadi Alkitab memang diawali dan diakhiri dengan hayat. Lagi pula dalam kota itu kita melihat adanya sungai air hayat mengalir dari takhta Allah. Hal ini berhubungan dengan sungai yang ada di dalam taman. Dalam Kitab Wahyu kita melihat ada tiga golongan bahan-bahan berharga, bukan dalam keadaan alami, tetapi dibangun menjadi sebuah kota yang dibuat dari emas, mutiara, dan batu permata. Jadi, apa yang ditaburkan sebagai benih dalam Kejadian, telah matang dan dituai dalam Wahyu.
Pada permulaan Alkitab kita melihat sebuah taman. Pada akhir Alkitab kita melihat sebuah kota. Di antara taman dan kota harus melalui sebuah proses yang panjang, dan harus melalui penggenapan banyak pekerjaan. Namun benih-benih yang ditaburkan dalam taman menjadilah tuaian dalam kota. Benih ini meliputi pohoh hayat, sungai, dan tiga bahan berharga. Pada waktu dituai dalam kitab wahyu, bahan-bahan itu tidak lagi dalam bentuk asalnya di dalam sungai, melainkan telah menjadi suatu bangunan yang terbangun dengan sangat serasi. Yerusalem Baru adalah suatu bangunan dari emas, mutiara, dan batu permata. Karena itu, kota ini ialah susunan dari bahan-bahan berharga yang dulu dalam keadaan alami di taman. Dalam Kejadian, bahan-bahan itu tersebar di taman; tetapi dalam Wahyu, bahan-bahan itu telah terbangun menjadi sebuah kota. Kota yang terbangun ini sebenarnya merupakan hasil dari aliran air hayat yang terus menerus mengalir masuk ke dalam kaum beriman sehingga mengubah mereka menjadi bahan-bahan berharga bagi bangunan Allah.

Penerapan:
Selama hayat mengalir di dalam kita, kita akan menjadi harum, subur, dan berbuah lebat. Demikiankah keadaan kita? Kalau kita tinggal di dalam aliran sungai hayat, pastilah kita akan berbuah lebat. Tidak hanya demikian, kadar Allah akan lebih banyak ditambahkan ke dalam kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau menempatkan aku di dalam aliran sungai hayat-Mu. Aku damba manusia lamaku terkikis habis dan kadar-Mu bertambah di dalamku. Ubahlah aku sehingga menjadi bahan berharga bagi rumah-Mu.

26 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 2 Jumat

Keempat Cabang Sungai Itu (1)
Kejadian 2:11
“Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada.”

Nama dari cabang pertama ialah Pison, yang berarti “mengalir dengan cuma-cuma” (Yes. 55:1; Why. 22:17). Sungai ini mengalir dengan cuma-cuma, gratis. Ia mengalir ke tanah Hawila yang artinya “menyebabkan bertumbuh”. Cabang sungai ini mengalir dengan cuma-cuma, dan dapat menumbuhkan segala sesuatu yang berhayat (Yeh. 47:9,12).
Nama sungai cabang kedua ialah Gihon, berarti “pergolakan air”. Pergolakan air mengandung arti kepenuhan (Yoh. 4:14; 7:38). Sungai ini menerjang maju bagaikan arus air yang deras dan kuat. Kalau kita hanya mempunyai beberapa tetes air, itu mustahil menghasilkan pergolakan. Agar terjadi pergolakan seperti air terjun Niagara, kita perlu air yang luar biasa banyaknya. Pergolakan sungai menunjukkan kepenuhan-Nya. Sungai ini mengalir ke Kusy. Kusy ialah nama Ibrani kuno untuk Ethiopia, yang artinya “muka hitam”, melambangkan sifat jahat orang berdosa yang tidak dapat berubah (Yer. 13:23; Rm. 7:18). Sebelum diselamatkan, kita adalah seorang Kusy, hitam, berdosa, dan jahat. Sesungguhnya kita semua adalah orang Kusy, hitam, sifat kita jahat, dan sepertinya mustahil bisa diubah. Tetapi puji Tuhan, bahwa pergolakan air kudus akan melahirkan kita kembali dan mengubah kita menjadi orang yang lain. Pengaliran dari sungai kudus begitu kaya dan kuat, sehingga dapat mengubah sifat jahat kita, bahkan menjadikan kita mulia. Sekalipun orang Kusy tidak berdaya mengubah kulitnya, namun kita mempunyai jalan untuk mengubah seluruh kulit hitam kita dan tabiat jahat kita, yaitu melalui pergolakan dahsyat arus hayat ilahi.

Emas, Damar Bedolah, Batu Krisopras
2 Ptr. 1:4; 1 Kor. 3; Rm. 9; Mat. 13:45; Why. 4:3; 2 Kor. 3:18

Pengaliran ini juga membawakan emas yang melambangkan sifat ilahi (2 Ptr. 1:4). Kita harus sangat bersyukur atas hal ini dan mengatakan “Amin”. Saudara saudari, kapan saja hayat Allah mengalir di dalam kita, ia membawakan sifat emas, sifat ilahi. Kita perlu unsur emas ditambahkan kepada kita hingga kita menjadi “manusia emas”.
Dalam 1 Korintus pasal tiga, Paulus memperingatkan agar kita berhati-hati atas garapan pembangunan kita. Kita disarankan menggunakan material yang tepat, pertama-tama adalah emas. Dalam Wahyu pasal satu pun demikian, kita diberi tahu bahwa gereja-gereja adalah kaki dian emas. Kaki dian tidak dibangun dengan tanah liat, tetapi dengan emas. Dalam Roma pasal sembilan, kita adalah debu tanah; dalam Wahyu pasal satu, kita adalah emas. Bagaimana debu tanah dapat menjadi emas? Hayat ilahi harus mengalir di dalam kita untuk membawakan emas ke dalam kita. Emas alami juga demikian, sering didapatkan di pinggir atau di dalam sungai. Sebelum kita mengalami Kristus sebagai pengaliran hayat, kita tidak mempunyai sifat ilahi, tidak mempunyai emas. Sekarang, melalui pengaliran hayat ilahi, kita mempunyai emas di dalam kita. Sesuatu yang mustika dan berharga, sifat ilahi, telah dibawakan ke dalam kita.
Pengaliran sungai itu juga menghasilkan damar bedolah yaitu sejenis mutiara. Mutiara melambangkan manusia baru yang dilahirkan kembali (Mat. 13:45) sebab mutiara bukan benda ciptaan, melainkan suatu benda yang mengalami pengubahan1).
Selanjutnya, aliran sungai ini menghasilkan batu krisopras yang melambangkan orang yang telah mengalami pengubahan sehingga mengekspresikan rupa kemuliaan Allah (Why. 4:3; 2 Kor. 3:18).
Cabang pertama, Pison membuat segala sesuatu bertumbuh dan menghasilkan tiga macam bahan berharga — emas, mutiara, dan batu permata. Jika kita membaca seluruh Alkitab, kita akan melihat bahwa bahan-bahan ini semuanya ditemukan pada bangunan Yerusalem Baru. Bahan-bahan yang dihasilkan dari pengaliran sungai hayat adalah bagi pembangunan tempat kediaman Allah. Bahan-bahan itu hanya dapat dihasilkan oleh pengaliran hayat ilahi. Dengan perkataan lain, hayat ilahi yang mengalir di dalam kita menjadikan kita bahan-bahan untuk bangunan Allah. Inilah arti dan lambang cabang sungai pertama.

Penerapan:
Ingatlah bahwa pengubahan ini membutuhkan waktu yang sangat lama dan tidak ada seorang pun tahu kapan ini akan berakhir.
Marilah kita senantiasa memandang diri Tuhan seperti yang dikatakan 2 Korintus 3:18, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”

Pokok Doa:
Tuhan Yesus masuklah ke dalam diriku dan beroperasilah dari dalam diriku. Aku mau Engkau mengubah seluruh tabiat jahatku yang hitam, dan jadikanlah semulia diri-Mu.

25 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 2 Kamis

Terbagi Menjadi Empat Cabang
Kejadian 2:10
“Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.”

Sungai itu mengalir keluar dari Eden, berarti mengalir keluar dari Allah. Dalam Wahyu 22, sungai air hayat keluar dari takhta Allah. Itu juga suatu pengaliran yang keluar dari diri Allah sendiri. Allah adalah sang Sumber air hayat yang mengalir ke dalam kita bagi kenikmatan kita.
Sungai ini hanya satu. Tidak ada dua sungai. Meskipun jumlah saudara saudari yang hadir di suatu tempat ada seribu orang, tetapi tetap hanya mempunyai satu sungai, sebab semua berasal dari sumber yang sama — Allah Pencipta. Karena sumbernya satu, alirannya pun harus satu. Satu sungai ini telah terbagi menjadi empat cabang (Kej. 2:10-14). Ini berarti, Allah Tritunggal sebagai sang Sumber itu telah mengalir untuk mencapai umat manusia di segala penjuru bumi. Selain itu, terbaginya satu sungai menjadi empat cabang juga berarti bahwa aliran ini memiliki berbagai aspek kekayaan bagi manusia untuk menggenapkan kehendak Allah. Allah kita adalah Allah yang kaya. Di dalam Dia ada hikmat dan pengetahuan, di dalam Dia ada kasih dan terang, dan di dalam Dia ada kekudusan dan keadilbenaran. Segala kebajikan terkandung di dalam Dia. Kapan kala kita terbuka terhadap aliran ini, maka Allah akan mengalirkan diri-Nya dengan segala kekayaan-Nya ke dalam kita. Tanpa kita sadari, begitu aliran ilahi mengalir masuk ke dalam kita, manusia batiniah kita pun dengan sendirinya akan diperkaya oleh sifat Allah dan kebajikan milik Allah. Dengan sendirinya hayat ilahi akan bertumbuh besar di dalam kita, mengubah hidup kita setahap demi setahap, sampai akhirnya kita mencapai kedewasaan penuh di dalam Kristus. Haleluya!

Sungai Air Hayat
Yeh. 47:8-9; Mzm. 46:5; Yes. 55:1, 3

Tuhan memberi tahu Yehezkiel dalam Yehezkiel 47:8, “Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar.” Sungai dalam ayat delapan ini mengalir turun ke padang gurun. Nama padang gurun itu adalah Araba-Yordan, yang artinya tanah yang tandus, kering, tanah yang tidak dapat menghasilkan apa-apa. Tanah ini perlu dialiri air. Sungai itu diperlukan untuk mengairi tanah yang kering dan menyembuhkan laut mati. Araba-Yordan sangat dekat dengan laut mati. Karena aliran air dari sungai ini, maka air yang asin di laut mati itu disembuhkan hingga menjadi tawar. Kini laut itu menjadi segar dan menghasilkan kehidupan. Ayat 9 mengatakan, “Sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup.”
Sungai air hayat ini tidak hanya meleraikan dahaga tetapi juga membasahi tanah (hati) yang kering, menghasilkan hayat, dan menyembuhkan yang mati. Mazmur 46:5 mengatakan bahwa aliran sungai itu membuat kota Allah bersuka. Kalau kita tidak memiliki air hayat, kita akan berduka. Karena itu kita harus memberi tempat yang terutama bagi aliran air hayat ini, jangan melupakan, mengabaikan, atau kehilangan aliran air hayat ini. Kita perlu memeriksa apakah kita tengah berada dalam aliran ini setiap waktu. Selama kita di dalam alirannya, kita satu dengan Tuhan. Kita perlu memperhatikan dengan seksama aliran ini dan membayar harga untuk masuk ke dalam aliran ini. Kita sungguh perlu suatu persembahan diri yang penuh untuk menikmati aliran hayat ini.
Yesaya 55:1 mengatakan, “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah (TL.-belilah) gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!” Mengapa Tuhan menyuruh kita untuk membeli tanpa uang pembeli? Disatu pihak kita tidak memiliki uang untuk membeli, tetapi di pihak lain kita tidak dapat mengatakan bahwa kita tidak memiliki apa-apa. Kita mungkin tidak memiliki uang, tetapi kita memiliki diri kita sendiri. Kita harus memberikan diri kita sendiri sebagai harga pembelian itu. Kita harus memberikan diri kita kepada Tuhan. Yesaya 55:3 mengatakan, “Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku....” Inilah harganya. Harga ini bukanlah uang, atau apa yang tidak kita miliki. Harga ini adalah apa adanya diri kita. Kita harus mempersembahkan diri kita sebagai bayaran kepada Tuhan.

Penerapan:
Kurangnya kebajikan Allah yang dapat kita perhidupkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu indikasi dari suatu penyakit yang dapat kita sebut sebagai kemiskinan rohani. Kadar Allah yang kita miliki terlalu sedikit. Marilah kita lebih banyak membuka diri, bukan kepada dunia, tetapi kepada Allah dan firman-Nya. Demikian kita akan diperkaya oleh hayat, sifat, dan segala kebajikan Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku mau membuka hati dan rohku. Mengalirlah dan tambahkanlah diri-Mu ke dalamku. Aku mau diperkaya oleh hayat, sifat, dan segala kebajikan-Mu yang manis. Berilah aku minat yang lebih besar terhadap firman-Mu dan hal-hal rohani, dan kabulkanlah doaku.

24 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 2 Rabu

Sungai Mengalir Dari Eden
Kejadian 2:10a
“Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu.”

Sesudah menyinggung mengenai pohon, maka Kejadian pasal dua menyebut tentang sungai. Di dalam Alkitab, peranan sungai sangat besar, sebab perihal manusia menerima Allah sebagai hayat, menikmati kelimpahan Allah untuk meleraikan dahaga, didiris, bertumbuh, dan bersukacita, banyak dihubungkan dengan sungai (bd. Mzm. 36:8-9; 46:5; 65:10; Kel.17:1-7; Yl. 3:18; Za. 14:8; Yoh. 4:14; 7:37-38; Why. 22:1-2).
Pohon dan sungai yang mengalir menunjukkan bahwa selain perlu makan, menerima Tuhan sebagai makanan, kita juga perlu menerima-Nya sebagai aliran sungai hayat yang mendiris dan menyegarkan agar kita dapat bertumbuh. Aliran ini mengerjakan banyak hal di dalam kita.
Dalam kehidupan jasmani kita, kita harus minum air yang cukup untuk mempertahankan peredaran darah kita. Kehidupan jasmani kita bergantung pada air. Demikian pula hari demi hari, kita harus menyesap air hayat ilahi ini untuk mempertahankan kehidupan rohani kita.
Dalam Kitab Hakim-Hakim pasal 15, kita melihat bagaimana Simson memukul 1000 orang Filistin dengan tulang rahang keledai. Kemudian, Simson merasa sangat haus, maka berserulah ia kepada Tuhan (Hak. 15:18) dan Allah “membelah liang batu yang di Lehi itu, dan keluarlah air dari situ. Ia minum, lalu menjadi kuat dan segar kembali. Sebab itu dinamailah mata air itu Mata Air Penyeru, yang sampai sekarang masih ada di Lehi” (ay. 19). Karena itu, ketika kita berseru kepada Tuhan, memanggil nama-Nya, kita minum air hidup dan disegarkan.

Sungai Air Hayat Dan Rumah Allah
Yl. 3:18; Yeh. 47:1

Banyak catatan mengenai air yang tercantum dalam Alkitab. Dalam Keluaran 15 ada kayu yang dilempar ke dalam sungai yang berair pahit sehingga air tersebut menjadi manis. Dalam Keluaran pasal 17 ada batu karang yang dipukul hingga terbelah dan mengalirkan air untuk memberi minum banyak orang. Dalam Bilangan pasal 20, kita berjumpa dengan batu karang yang sama, yang telah terbelah, tetapi sekarang kita perlu memerintahkannya untuk mengeluarkan air. Dalam Bilangan pasal 21, kita melihat bahwa di dalam diri kita ada sumur, tetapi kita perlu menggali segala batu dan kotoran dari sumur itu agar air dapat mengalir dengan lancar. Dalam Hakim-Hakim pasal 15, Simson berseru kepada Tuhan karena ia sangat haus (hampir mati kehausan - TL.), karenanya Allah menyediakan baginya air untuk minum hingga ia disegarkan.
Kelima kasus di atas menunjukkan kepada kita bahwa air hidup (air hayat) meleraikan dahaga kita dan menyelesaikan masalah kita. Namun, dalam Kejadian pasal dua, sungai air hayat bukan hanya meleraikan dahaga kita dan menyelesaikan masalah kita, tetapi juga membuat kita dapat ditransformasi dan dibangunkan menjadi tempat kediaman kekal Allah. Itulah sebabnya dalam Kejadian pasal dua ini selain ada sungai juga disebutkan bahan-bahan pembangunan rumah Allah (emas, damar bedolah, dan batu krisopras). Semakin kita minum air hayat ini, semakin kita diubah (ditransformasi) dan dibangunkan menjadi tempat kediaman kekal Allah.
Sebelum tempat kediaman Allah terbangun, kita perlu air hayat untuk mentransformasi kita menjadi bahan pembangunan tempat kediaman Allah. Namun, begitu tempat kediaman Allah terbangun, air hayat juga mengalir keluar darinya. Yoel 3:18 memberi tahu kita bahwa sebuah aliran akan memancar keluar dari rumah Allah. Yehezkiel pasal 47 juga memberi tahu kita bahwa ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci (ay. 1). Ini sesuai dengan pengalaman kita. Begitu diselamatkan, kita memiliki perasaan bahwa ada sesuatu di dalam kita yang mengalir. Tetapi jika kita ingin menikmati aliran ini terus menerus, maka kita harus ada dalam kehidupan gereja.
Begitu kita masuk ke dalam penghidupan gereja, aliran sungai hayat mengalir terus menerus. Jika aliran air hayat di dalam kita hanya sesekali dan tidak terus menerus, ini berarti bahwa kita tidak sedang berada di dalam rumah Allah tetapi di padang belantara. Kita perlu masuk ke dalam rumah Allah untuk menikmati aliran hayat yang terus menerus. Kita tidak seharusnya puas dengan aliran yang hanya sesekali dan terputus-putus di padang belantara, tetapi kita semua perlu mengalami aliran yang terus menerus di dalam rumah Allah. Aliran yang demikian adalah lebih dalam, lebih luas, dan lebih kaya.

Penerapan:
Kapan saja kita berkata, “Tuhan Yesus, aku cinta kepada-Mu” atau tatkala kita berdoa kepada-Nya, maka kita akan menerima Allah ke dalam kita. Kita akan merasakan hayat-Nya membasahi diri kita. Akibatnya, hal-hal yang usang yang ada di dalam diri kita akan terkikis sedikit demi sedikit.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, basahilah, dirislah diriku setiap saat. Tuhan, aku mau segala yang usang terhapus dari diriku. Segarkanlah aku dengan air hidup-Mu agar aku bertumbuh dewasa di hadapan-Mu.

23 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 2 Selasa

Menarik Dan Baik Untuk Dimakan
Kejadian 2:9
“Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.”

Dalam Kejadian 2:9 ada dua fakta yang penting mengenai pohon yaitu, pertama adalah “menarik untuk dipandang”. Manusia tidak bisa hidup tanpa makan, namun agar kita memiliki selera makan yang tinggi, maka Allah membuat berbagai pohon di bumi yang menarik. Kita bisa membayangkan alangkah membosankan apabila di seluruh taman hanya ada satu jenis pohon, satu bentuk, dan bahkan hanya memiliki satu warna. Haleluya, Allah kita peduli akan kebutuhan kita.
Dalam pengalaman kita, pertama-tama Allah menarik kita kepada-Nya dengan mewahyukan keindahan-Nya, keelokan-Nya. Selanjutnya, kita rela membuang dunia, karena melihat kemustikaan-Nya, seperti lagu di bawah ini:

(1) Pernahkah rohmu berjumpa Dia, serta hatimu direbut-Nya?
Bila kau kenal Dia yang utama, kau pasti pilih berkat prima.
Koor:
Antara insan, Kau yang utama! Buka mataku, rebut hatiku,
Hancurkan b’rhala, Tuhan ternobat, antara insan, Kau yang utama
(2) Apa yang membuat b’rhala dunia, kehilangan daya tariknya?
Bukan kecewa, bukan anjuran, melainkan kemustikaan-Nya.
(3) Bukanlah dorongan manusia, mampu kesampingkan berhala;
Tetapi keindahan mulia-Nya, serta kelembutan hati-Nya.

Fakta kedua yang penting mengenai pohon adalah “baik untuk dimakan”. Allah sangat memperhatikan masalah pertumbuhan kita, karena itu Ia menyediakan berbagai pohon yang menarik dan baik untuk dimakan buahnya. Dalam hidup sehari-hari, kita juga perlu memperhatikan masalah makan ini, bukan hanya makanan jasmani tetapi juga makanan rohani kita.

Perihal Makan (2)
Kej. 2:8-9; Mat. 26:26;Yoh. 6:51; Why. 2-3; 22:14

Satu garis “makan” ini jelas menyusuri seluruh Alkitab. Mulai Kitab Kejadian pasal dua sampai dengan kitab Wahyu pasal terakhir, perkara ini selalu dikemukakan. Bani Israel makan daging domba Paskah di Mesir, makan manna di padang belantara. Sampai di tanah Kanaan, mereka memakan hasil kekayaan tanah Kanaan. Sewaktu mereka beribadah dan mempersembahkan korban, mereka memakan beraneka jenis korban. Ketika Tuhan Yesus datang, Ia berkata, “Akulah roti hidup, makanlah Aku.” Ketika kita memperingati Tuhan, itu pun bukan ditujukan kepada renungan atau penyembahan. Tuhan berkata, “Inilah TubuhKu, ambillah, makanlah. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku (Mat. 26:26)”. Peringatan yang sejati ialah demi roh sekali lagi menerima Tuhan ke dalam kita.
Kita jangan hanya aktif dan banyak bekerja, tetapi di dalam roh terlampau sedikit menikmati Kristus. Adalah wajar jika seluruh gereja menikmati Kristus. Sebab itu, Wahyu pasal dua dan tiga, tujuh kali mencatat panggilan untuk pemenang. Di antaranya, tiga kali menyangkut perihal makan. Yang pertama, menyinggung makan dari pohon hayat; kedua, makan manna tersembunyi; ketiga, berpesta. Umat Allah zaman Perjanjian Lama melakukan ketiga-tiganya itu. Wahyu pasal dua dan tiga bermaksud memulihkan hal ini. Kekristenan masa kini telah kehilangan ini. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh kita menang, kembali kepada keadaan semula. Asal kita kenyang akan Kristus, dengan sendirinya rasa penasaran lenyap, duniawi tertanggal. kita cukup makan Kristus.
Manusia tidak mungkin lulus dari makan. Perkara makan berulang terus dari hari ke hari. Suami menyusahkan, istri merepotkan, pekerjaan banyak, rumit, semua itu hanya bisa diselesaikan dengan jalan makan Kristus. Semakin makan Kristus, persoalan kita semakin beres.
Pada akhir surat Wahyu dikatakan, “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon kehidupan (Why. 22:14)”. Berkat bahagia di sini ialah memiliki hak atas pohon kehidupan. Jadi nasib yang Allah sediakan bagi manusia adalah makan buah pohon hayat. Artinya: makan Tuhan, selama-lamanya makan Tuhan.
Setelah makan kenyang, pasti bisa bekerja. Anak yang sudah kenyang dan sehat, pasti lincah, suka bergerak. Kenyangkanlah diri sendiri, dan kenyangkanlah orang lain. Asal semuanya kenyang, gereja niscaya hidup. Persoalannya bukanlah bekerja di luaran, melainkan hidup di dalam. Makan kenyang Kristus, baru ada kekuatan untuk bergerak. Hari ini kita tidak memerlukan anjuran lahiriah, kita memerlukan suplai di dalam.

Penerapan:
Manusia hidup bukan dari roti saja, tapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Roti adalah makanan untuk tubuh kita, sedangkan firman adalah makanan untuk roh kita. Setiap kali kita memakan firman Tuhan dengan membaca dan menjadikannya doa kita, maka firman ini akan menjadi sukacita kita yang sejati.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu karena Engkau begitu peduli akan kami. Engkau memberi semua yang menarik bagi kami, bahkan Engkau mewahyukan segala keelokkan-Mu pada kami. Tuhan Yesus, buatlah kami hanya tertarik pada-Mu.

22 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 2 Senin

Taman Eden
Kejadian 2:8
“Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.”

Allah meletakkan manusia di sebuah taman, bukan di pabrik tempat orang bekerja; atau di sekolah tempat orang harus belajar; atau di lapangan tempat orang bermain; juga bukan di rumah sakit tempat orang berobat. Taman bukan saja indah, tetapi juga menyenangkan, pun tempat untuk menumbuhkan sesuatu, tempat untuk menghasilkan kehidupan. Allah tidak begitu mempedulikan perihal belajar atau bahkan penyembahan. Ia mempedulikan pertumbuhan. Itulah sebabnya Ia menempatkan manusia di taman.
Pikiran Paulus dalam 1 Korintus 3:9, “Kamu adalah ladang Allah” sama dengan pikiran Allah dalam Kejadian pasal dua, sebab ladang adalah tempat bagi pertumbuhan. Karena menghasilkan kehidupan, maka dalam taman terlihat benda-benda yang indah. Sebaliknya, sukar untuk menemukan keindahan-keindahan di pabrik.
Taman tempat manusia diletakkan bukanlah taman sembarangan, tetapi adalah taman di Eden, di sebelah Timur. Dalam Alkitab “sebelah timur” melambangkan arah dari kemuliaan, sebab kemuliaan Allah Israel datang dari sebelah timur (Yeh. 43:2). Kata “Eden” dalam bahasa Ibrani berarti “sukaria”. Maka Eden adalah tempat sukaria, kenikmatan, dan penghiburan. Allah menempatkan manusia di Taman Eden, di sebelah Timur, berarti Allah menempatkan manusia di taman sukaria, penuh kenikmatan, penghiburan, dan kemuliaan Allah. Penghidupan gereja yang tepat haruslah seperti sebuah taman yang sedemikian, tempat kaum saleh bertumbuh.

Perihal Makan (1)
Kej. 2:8-9;Yoh. 6:57; Flp. 1:21; Gal. 2:20

Telah kita bahas di minggu pertama, bahwa Allah menciptakan manusia sebagai wadah guna diisi Allah. Betapapun baik dan unggulnya kita, kita tak lebih dari sebuah bejana. Allah itulah isi kita. Tanpa memperoleh hayat dan sifat Allah, tanpa terisi penuh oleh Allah, kita hanyalah bejana kosong. Hidup sehari-hari kita, perasaan dan sepak terjang kita niscaya hampa belaka. Inilah takdir rencana Allah terhadap manusia, inilah takdir Allah terhadap manusia.
Semakin diisi Allah, semakin kita bertumbuh. Bertumbuh bukan berarti mengerti Alkitab lebih banyak, atau melayani lebih banyak, atau mempersembahkan harta lebih banyak, atau menghadiri sidang-sidang gereja lebih banyak. Bertumbuh berarti terisi oleh Allah lebih banyak.
Bagaimanakah Allah mencapai tujuan ini, membuat kita terisi penuh oleh Allah sehingga bertumbuh? Lihatlah contoh dari benda-benda material. Jika kita ingin memasukkan sesuatu, misalnya daging ayam, ke dalam tubuh manusia, supaya menjadi sel-sel jaringan tubuh manusia, jalannya ialah memakannya, lalu dicerna, diserap kemudian menjadi butir-butir darah dan sel-sel tubuh.
Itulah sebabnya, setelah manusia diciptakan, Allah tidak menyuruhnya berbuat apa-apa; Allah hanya menempatkannya di dalam taman di Eden. Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 2:9). Allah menyatakan diri-Nya di hadapan manusia dalam corak makanan agar diterima oleh manusia masuk ke dalam mereka. Allah boleh kita makan, Dia ingin masuk ke dalam manusia; bukan hanya menjadi hidup (hayat) manusia, juga menjadi jaminan hidup bagi manusia.
Tuhan juga bersabda, “Akulah roti hidup, barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku (Yoh. 6:57).” Makan Tuhan, baru bisa menerima Allah ke dalam kita, menjadi isi kita. Bukan saja mengerti, jelas, mengenal Tuhan, mencintai-Nya, percaya kepada-Nya, mengikuti-Nya, menyembah-Nya, lebih-lebih harus pula memakan Dia.
Dewasa ini Tuhan ingin memulihkan sasaran ini. Percaya Tuhan bukan hanya untuk menerima ampunan dosa, masuk sorga, bahkan menerima Tuhan ke dalam kita, tercerna menjadi satu senyawa. Karena itu Paulus berkata, “bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Tambahan katanya, “bagiku hidup adalah Kristus.” Kristus menjadi hayatnya, menjadi unsurnya, menjadi satu dengannya.

Penerapan:
Marilah kita membina kehidupan gereja yang penuh sukacita dan atmosfir pertumbuhan melalui lebih banyak menghafal firman bersama, berdoa syafaat, dan melayani bersama.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, walaupun kadang kala aku mengalami kondisi yang sulit aku pecahkan,bantulah aku bertumbuh dan selalu bersukacita.

20 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 1 Sabtu

Makhluk (Jiwa) Yang Hidup
Kejadian 2:7
“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk (jiwa - TL.) yang hidup.”

Dari ayat di atas, kita tahu bahwa manusia juga memiliki jiwa. Jiwa adalah kesadaran diri seseorang. Manusia dapat merasakan eksistensi dirinya sendiri, karena adanya fungsi jiwa. Jiwa tak lain adalah organ kepribadian manusia dan menjadi pusat kepribadian manusia. Itulah sebabnya, Alkitab sering menyebut manusia sebagai “jiwa” (Kej. 46:27).
Ada tiga unsur utama dalam jiwa seorang manusia, yaitu: tekad, pikiran, dan emosi. Tekad ialah untuk memberi keputusan, yakni daya pemastian kita yang menyatakan mau atau tidak. Tanpa tekad, manusia akan menjadi sebuah mesin. Pikiran adalah untuk menerbitkan angan-angan (pemikiran), yaitu intelek, kepandaian kita, pengetahuan serta segala yang menggunakan hati, berasal dari pikiran ini. Tanpa pikiran, manusia akan menjadi bodoh. Emosi ialah untuk menimbulkan rasa suka, benci, dan perasaan manusia. Kita bisa mengasihi, membenci, suka, duka, marah, atau sedih, semua itu adalah fungsi emosi. Tanpa emosi, manusia akan seperti kayu atau batu, tanpa perasaan.
Jiwa boleh dikatakan adalah majikan dari diri seseorang, sebab tekad manusia merupakan salah satu bagian dari jiwa. Menurut pengaturan Allah, rohlah yang tertinggi, ia seharusnya memerintah seluruh diri manusia. Namun tekad — bagian penting dari kepribadian manusia — adalah milik jiwa. Tekad manusia (jiwa) memiliki hak penuh untuk berkuasa sendiri, untuk menentukan mana yang harus memerintah — roh, tubuh, ataukah egonya sendiri. Karena jiwa demikian berkuasa, menjadi organ kepribadian seorang manusia, maka Alkitab menyebut manusia sebagai “satu jiwa yang hidup”.

Membedakan Roh dan Jiwa
1 Tes. 5:23; Ibr. 4:12

Satu Tesalonika 5:23 mengatakan, “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, (dan—TL.) jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Ayat ini menjelaskan adanya perbedaan antara roh dengan jiwa. Jika tidak, tentu tidak dikatakan “roh dan jiwa,” melainkan cukup dengan “jiwa” saja.
Apa konsekuensi dari membedakan roh dengan jiwa? Konsekuensinya sangat besar, sebab hal ini sangat mempengaruhi kehidupan rohani orang Kristen. Jika orang Kristen tidak mengetahui sampai di mana batasan roh, bagaimana ia dapat memahami kehidupan rohani? Jika tak dapat memahami, bagaimana bisa memiliki kehidupan rohani yang bertumbuh? Karena orang beriman tidak membedakan atau tidak tahu bagaimana membedakan roh dengan jiwa, maka kerohaniannya tak dapat bertumbuh besar dan mencapai kedewasaan. Tambahan pula, ia akan sering keliru, mengira yang jiwani itu rohani, sehingga akan berlarut-larut tinggal dalam kehidupan yang jiwani, tanpa menuntut yang rohani. Jika kita mencampur-aduk yang dipisahkan Allah, kita akan dirugikan.
Dalam kehidupan rohani, pengetahuan rohani sangat besar pengaruhnya. Namun selain itu ada satu hal yang terpenting, yakni apakah kita mau merendahkan hati dan menerima pengajaran Roh Kudus. Jika mau, Roh Kudus akan memberikan pengalaman membedakan roh dengan jiwa kepada kita, walaupun kita belum tentu memiliki pengetahuan atas kebenaran tersebut. Jadi, mungkin saja kita sama sekali tak berpengetahuan dalam hal membedakan roh dengan jiwa, namun kita memiliki pengalaman membedakan keduanya; sebaliknya, mungkin saja kita mengetahui sepenuhnya tentang kebenaran perbedaan roh dengan jiwa, tetapi kita sama sekali tidak pernah mengalaminya. Jadi yang paling baik ialah tidak hanya memiliki pengetahuannya, tetapi juga memiliki pengalamannya.
Allah telah menetapkan agar setiap orang Kristen harus bertindak menurut roh. Orang Kristen tidak seharusnya bertindak menurut jiwa, artinya ia tidak seharusnya bertindak menurut angan-angan, perasaan, dan kegemaran diri sendiri, sebab semuanya itu milik jiwa. Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang berasal dari jiwa adalah milik ciptaan lama dan sama sekali tidak bernilai rohani.
Bagaimanakah bertindak menurut roh? Kita perlu memperhatikan dan menaati ketiga bagian dari roh kita, hati nurani, persekutuan, dan intuisi.

Penerapan:
Khususnya dalam mengambil keputusan, kebanyakan orang hanya memikirkan keuntungannya sendiri. Belajarlah untuk terlebih dahulu mengingat Tuhan, bertanyalah kepada Tuhan, mana yang Tuhan perkenan sehingga keputusan yang kita buat bisa serasi dengan isi hati-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan, aku manusia yang jatuh, suka memberontak, dan tidak tunduk kepada-Mu. Tuhan taklukkan tekadku, agar rohlah yang memerintah seluruh diriku. Ingatkan aku ketika aku tidak hidup dengan rohku.

19 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 1 Jumat

Roh Manusia —Haus Akan Allah
Kejadian 2:7
“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk (jiwa—TL.) yang hidup.”

Pada saat Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia, Kitab Kejadian 2:7 mengatakan, “... manusia itu menjadi makhluk (jiwa—TL.) yang hidup”. Dengan kata lain, begitu nafas hidup itu berkontak dengan tubuh manusia, dihasilkanlah jiwa. Jiwa merupakan hasil berpadunya roh dengan tubuh, karenanya Alkitab menyebut manusia “jiwa yang hidup”.
Jadi, manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu roh, jiwa, dan tubuh (dari debu tanah). Itulah sebabnya manusia mempunyai tiga jenis keperluan — keperluan jasmani, keperluan jiwa (psikologi), dan keperluan rohani. Semua orang berusaha mencari uang, pertama-tama tentu untuk memenuhi keperluan jasmani. Begitu keperluan jasmani terpenuhi, kita mulai menginginkan musik, olahraga, dan hiburan-hiburan. Semua itu adalah untuk memuaskan keperluan jiwa. Namun, walaupun kita bisa memperoleh berbagai macam hiburan, batin kita tetap masih merasakan kehampaan, masih merasa kekurangan sesuatu. Ada sesuatu di batin kita yang terdalam yang terus meminta, bahkan mendesak. Apakah itu? Itulah roh kita. Roh kita memerlukan Allah. Hanya Allah yang bisa memuaskan roh kita!
Dunia, masyarakat pada umumnya, hanya memperhatikan bagaimana caranya memenuhi keperluan jasmani dan keperluan jiwa (mereka menyebutnya keperluan rohani). Mereka benar-benar mengabaikan keperluan rohani yang sebenarnya, yaitu keperluan akan diri Allah sendiri. Inilah sebabnya gereja ada di sini, karena hanya gereja yang bisa menolong orang-orang untuk memenuhi kebutuhan rohaninya.

Bertindak Menurut Roh - Tiga Bagian Roh
Kej. 2:7; Zak. 12:1; Yoh. 4:24; Yoh. 3:6; 1 Kor. 6:17; 2 Tim. 4:22; Rm. 8:4b

Telah kita lihat berkali-kali bahwa roh manusia adalah bagian terdalam manusia yang memiliki fungsi untuk berkontak dengan Allah, menerima Allah, menampung Allah, dan mengasimilasi Allah ke dalam seluruh dirinya sebagai hayatnya dan segala sesuatunya. Roh manusia ini secara khusus dibentuk oleh Allah dan kedudukannya tidak kalah pentingnya dengan langit dan bumi. Hal ini dinyatakan dalam Zakharia 12:1 yang berbunyi, “Demikianlah firman Tuhan yang membentangkan langit dan yang meletakkan dasar bumi dan yang menciptakan roh dalam diri manusia”. Roh manusia adalah untuk manusia menyembah Allah (Yoh. 4:24), dilahirkan kembali oleh Allah (Yoh. 3:6b), disatukan dengan Allah (1 Kor. 6:17; 2 Tim. 4:22), sehingga manusia boleh berjalan dan hidup dalam kesatuan dengan Allah (Rm. 8:4b) untuk menggenapkan tujuan Allah.
Mengetahui bahwa diri kita mempunyai roh adalah perkara yang paling penting bagi seorang Kristen. Sebab segala persekutuan antara Allah dan manusia terjadi di dalam roh. Jika seorang Kristen tidak tahu apa yang dimaksud dengan rohnya sendiri, ia pun tidak tahu bagaimana bersekutu dengan Allah di dalam roh, bahkan akan keliru, yakni menggantikan pekerjaan roh dengan pikiran atau emosi yang berasal dari jiwa, sehingga ia selalu menjadi orang yang jiwani, tak dapat mencapai lingkungan dunia rohani.
Dalam roh manusia, ada tiga fungsi: hati nurani, memampukan manusia untuk membedakan apa yang dibenarkan Allah dan apa yang dihakimi Allah (Rm. 9:1); persekutuan, membuat manusia dapat berkontak dengan Allah, menyembah Allah (Yoh. 4:24; Ef. 6:18a; Rm. 1:9); dan intuisi, memberi manusia perasaan langsung dan pengetahuan langsung dari Allah (Mrk. 2:8; 1 Kor. 2:11).
Fungsi hati nurani bukan bersandar pada pengaruh pengetahuan pikiran, melainkan suatu keputusan yang timbul secara alami dan spontan. Sering kali sekali pun perkara-perkara tertentu telah diterima oleh akal, namun hati nurani tetap menyatakan keputusannya sendiri. Fungsi hati nurani ini beroperasi secara berdiri sendiri, langsung, tanpa terpengaruh oleh opini-opini dari pihak luar. Bila seseorang berbuat salah, hati nuraninya akan segera menuduhnya.
Intuisi pun adalah perasaan-perasaan dalam batin kita yang muncul di luar bantuan pikiran, emosi, dan tekad. Pengetahuan orang Kristen terhadap segala wahyu Allah dan pekerjaan Roh Kudus berasal dari intuisi ini.
Bisikan-bisikan hati nurani dan petunjuk-petunjuk intuisi itulah yang seharusnya ditaati oleh setiap orang Kristen. Selain itu kita juga perlu membina persekutuan dengan Allah. Itulah yang dimaksud bertindak menurut roh.

Penerapan:
Ketika mengejar sesuatu, entah itu benda, perkara, atau lainnya, renungkanlah apakah yang kita kejar benar-benar keperluan kita. Berserulah kepada Tuhan dengan hati yang tulus supaya Dia mewahyukan keperluan kita yang sesungguhnya. Rasakanlah bagaimana pimpinan-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan, selama ini aku hanya mengejar keinginanku. Aku merasa hampa, karena aku kurang diisi oleh Engkau sebagai keperluanku yang sesungguhnya. Ya, aku perlu diri-Mu.

18 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 1 Kamis

Menghembuskan Nafas Hidup
Kejadian 2:7
“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”

Istilah “nafas” dalam Kejadian 2:7 bahasa Ibraninya adalah neshamah. Istilah yang sama dalam Amsal 20:27 diterjemahkan sebagai “roh”. Ini menunjukkan bahwa nafas hidup yang dihembuskan ke dalam tubuh manusia menjadi roh; roh manusia (bd. Ayb. 32:8). Nafas hidup yang dihembuskan ke dalam lubang hidung manusia bukan hayat kekal Allah, juga bukan Roh Allah. Manusia belum menerima Roh Allah sampai Tuhan Yesus menghembuskan Roh Kudus kepada murid-murid-Nya pada hari kebangkitan-Nya (Yoh. 20:22). Namun, karena roh manusia berasal dari nafas hidup Allah, maka ia sangat dekat dengan Roh Allah. Itulah sebabnya, bisa ada aliran antara Allah sang Roh dengan roh manusia dan roh manusia bisa berkontak dengan Allah dan menjadi satu dengan Allah (Rm. 8:16; 1 Kor. 6:17).
Untuk melakukan sesuatu, kita perlu organ yang tepat. Adalah hal yang tidak mungkin untuk mewujudkan suara tanpa organ pendengaran. Jika kita kehilangan fungsi telinga kita, maka suara-suara di sekitar kita tidak akan terdengar, karena kita tidak mempunyai organ yang tepat untuk mewujudkan suara-suara itu. Ini menjelaskan mengapa orang yang tidak percaya Tuhan mengatakan tidak ada Allah. Ini dikarenakan mereka kehilangan fungsi roh mereka. Orang yang kehilangan fungsi rohnya, tidak dapat berkontak dengan Allah, karena Allah adalah rohani adanya. Kita memerlukan organ yang tepat untuk berkontak dengan Allah dan organ itu adalah roh kita. Tuhan Yesus mengatakan dalam Yoh. 4:24 bahwa “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran”.

Manusia Adalah Wadah Untuk Diisi Allah
Kej. 1:26; Yoh. 4:24; Rm. 9:21, 23

Kejadian 1:26 memberi tahu kita bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Dengan kata lain, manusia adalah copy Allah. Sekarang kita perlu bertanya mengapa Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, membuat manusia sebagai copy diri-Nya dan mengapa Allah menciptakan manusia dengan memiliki roh?
Yohanes 4:24 memberi tahu kita bahwa Allah adalah Roh dan kita harus menyembah-Nya dalam roh. Hanya roh yang dapat menyembah Roh. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya serta memiliki roh untuk menyembah dan mengontaki Dia.
Selain itu, Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya karena Dia bermaksud untuk menyalurkan diri-Nya ke dalam manusia. Sebuah wadah selalu dibuat menurut bentuk isinya. Wadah yang bundar untuk diisi barang yang bundar. Sementara wadah persegi untuk diisi barang yang persegi. Alah menciptakan manusia menurut gambar-Nya dengan maksud agar manusia menjadi wadah-Nya untuk diisi diri-Nya. Dalam Roma 9:21, 23, Paulus juga menegaskan hal ini.
Di sekeliling kita ada banyak gelombang yang tidak kelihatan. Di dalam gelombang yang tidak kelihatan itu ada musik Jepang, musik Itali, dan lain-lain. Tetapi untuk menerima musik-musik itu, kita perlu alat penerima yang ada di dalam radio. Sama seperti gelombang yang tidak kelihatan, demikian pula Allah sang Roh. Dan sama seperti radio, manusia juga memiliki alat penerima untuk menerima Allah yang tidak terlihat. Kita dapat melatih roh kita, untuk menerima transmisi ilahi yang surgawi dari Allah Tritunggal yang ajaib. Ketika menyanyi bagi Allah, berdoa, dan menyeru nama Tuhan, dengan menggunakan roh kita, maka “gelombang surgawi” masuk ke dalam kita dan membuat kita “tergila-gila” dengan kenikmatan akan Kristus. Jadi, kita diciptakan adalah untuk berkontak dengan Allah dan menerima Dia menjadi isi dan segala kita.
Kita telah mempelajari banyak hal, misalnya belajar mengasihi sesama, istri belajar tunduk kepada suami, suami belajar mengasihi istri, anak belajar menghormati orang tua, orang tua belajar agar tidak membangkitkan amarah anak, hamba belajar setia, dan majikan belajar baik hati. Namun, seringkali kita menemui kegagalan. Apa yang kita benci justru yang kita perbuat. Maka sekarang kita perlu belajar untuk diisi Allah. Ini luar biasa! Kita semua perlu memproklamirkan, “Saya adalah wadah Allah”. Allah yang adalah kasih, terang, kudus, dan kebenaran, mau menjadi isi kita! Bila kita sepenuhnya terisi oleh Allah, maka dengan sendirinya semua atribut Allah itu akan tertampil melalui kita, sehingga perintah Tuhan bisa diwujudkan di atas diri kita dengan mudah.

Penerapan:
Pada saat berdoa, kita bukan hanya perlu menggunakan pikiran kita, lebih-lebih kita harus melatih bagian terdalam dari diri kita, yaitu roh kita untuk berkontak dengan Allah sang Roh. Demikian juga pada saat membaca Alkitab, jangan menggunakan pertimbangan-pertimbangan kita saja, karena semakin mempertimbangkan, semakin kita jauh dari Allah. Kita perlu melatih roh kita untuk berkontak dengan Dia dan menerima wahyu dari-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan, aku bersyukur pada-Mu karena aku memiliki roh yang diciptakan oleh-Mu. Dengan rohku, aku menerima diri-Mu. Pimpin setiap langkahku sepanjang hari ini untuk selalu berkontak dengan-Mu di dalam roh, sehingga aku mendapatkan diri-Mu lebih banyak lagi.

17 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 1 Rabu

Dari Debu Tanah (1)
Kejadian 2:7a
“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah.”

Allah membentuk tubuh manusia dari debu tanah sehingga manusia mempunyai tubuh sebagai pernyataan lahir dan sebagai organ untuk berhubungan dengan benda-benda material. Allah membuat manusia dari debu tanah, bukan dari batu cadas. Batu cadas tidak dapat menumbuhkan hayat. Jika kita menaburkan benih ke atas batu cadas, kita akan menyia-nyiakan benih itu. Tetapi debu tanah sanggup menumbuhkan hayat. Jika kita menaburkan benih ke atas tanah, niscaya benih itu akan tumbuh. Kita bukan manusia batu, kita adalah manusia dari debu tanah. Haleluya!
Ketika memandangi diri sendiri melalui cermin, makin lama kita memandangi diri sendiri, makin yakinlah kita bahwa kita diciptakan oleh Allah. Tak seorang pun dalam alam semesta ini yang dapat membuat ciptaan yang demikian mengagumkan. Telinga kita telah dirancang sedemikian sempurnanya untuk mendengar. Betapa janggal jadinya jika anggota-anggota tubuh kita dipindah-pindah tempatnya! Apa yang terjadi jika hidung kita tergantung di dahi kita dan menghadap ke atas? Hujan dan debu akan masuk ke dalamnya. Allah dengan sengaja telah merancang hidung kita menghadap ke bawah, agar hanya udara saja yang bisa masuk ke dalamnya. Allah telah merancangnya untuk kita. Manusia diciptakan oleh Allah. Ia dirancang oleh seniman terbaik. Haleluya! Itulah sebabnya pemazmur mengatakan, “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya” (Mzm. 139:14).

Dari Debu Tanah (2)
Pkh. 12:3; Rm. 9:20-21

Ilmu kedokteran mengakui bahwa tubuh manusia mengandung semua unsur yang ada di dalam tanah seperti garam, tembaga, besi, dan lain-lain. Dari tanah ini, Allah membentuk tubuh manusia yang mengagumkan.
Sebagai contoh, kita bisa melihat keajaiban yang terdapat pada kedua mata kita. Kemampuan yang dimiliki mata kita melebihi kamera tercanggih. Mata kita pada kondisi normal, memiliki kemampuan autofokus yang membuat kita bisa melihat segala benda yang jaraknya berbeda-beda tanpa penyesuaian yang memakan waktu beberapa detik sekali pun. Selain itu, mata kita juga bisa dengan otomatis menyesuaikan diri terhadap kadar cahaya yang masuk ke dalamnya. Bila mata kita sedikit terhambat dalam menyesuaikan kadar cahaya yang masuk, maka mata kita akan lebih mudah rusak. Tuhan juga memberikan perlindungan yang super aman terhadap mata kita, yaitu kelopak mata. Bila sesuatu mendekati dan membahayakan mata, maka kelopak mata akan dengan cepat dan otomatis menutup untuk melindungi mata (memiliki gerak reflek yang luar biasa mengagumkan).
Selain itu, kita juga memiliki sistem peredaran darah yang ditunjang oleh organ vital di dalam tubuh, yaitu jantung kita. Jantung kita adalah pompa otomatis yang tercanggih. Dia menerima aliran darah dari seluruh tubuh dan mengedarkan kembali darah tersebut ke seluruh tubuh. Di dalam jantung kita terdapat katup-katup yang bisa membuka dan menutup secara otomatis tanpa kita sadari. Bila fungsi ini harus menunggu kesadaran kita untuk mengaturnya maka kita akan lebih cepat meninggal dunia.
Sistem pencernaan kita juga sudah dirancang sedemikian rupa untuk kelangsungan hidup kita. Dari mulut, gigi, lidah, kerongkongan, lambung, usus, sampai akhirnya anus, semuanya bekerja secara harmonis, teratur, dan sistematis. Bila salah satu organ mengalami gangguan dan tidak bisa berfungsi dengan baik, maka tubuh akan memberikan peringatan-peringatan yang membuat seluruh tubuh kita memberikan perhatian yang lebih besar kepada bagian itu. Semua ini berjalan dengan otomatis dan dalam waktu yang sangat singkat, sehingga sistem pencernaan kita bisa berfungsi dengan normal kembali. Ini adalah salah satu rangkaian sistem luar biasa yang dimiliki tubuh kita.
Manusia memang dibentuk oleh Allah dari tanah liat, tetapi dari contoh-contoh di atas, kita bisa menyadari bahwa tubuh kita ini memiliki kemampuan yang luar biasa. Dari keajaiban tubuh ini, kita bisa mengenal bahwa Allah kita adalah Allah yang detail, sistematis, teratur, seimbang, dan harmonis.

Penerapan:
Setiap anggota tubuh kita telah diciptakan oleh Allah dengan baik dan tepat. Marilah kita bersyukur pada-Nya. Kita semua dibuat dari debu tanah, tetapi segala anggota tubuh kita bisa berfungsi dengan ajaib. Kita adalah karya agung dari sang Seniman yang agung. Karena itu, kita harus menjaga tubuh kita dengan makan makanan yang sehat dan olah raga, agar kita memiliki usia yang panjang dan kesempatan yang lebih banyak untuk melayani dan beribadah kepada-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan, terima kasih atas segala fungsi organ tubuhku yang telah Kau rancang agar aku bisa menempuh kehidupanku sehari-hari untuk melayani dan beribadah kepada-Mu. Tuhan bimbinglah aku agar dapat memelihara tubuh yang telah Kau berikan kepadaku, untuk melayani-Mu lebih banyak.

16 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 1 Selasa

Berkat Allah Dan Kerja Sama Manusia
Kejadian 2:5
“Belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu.”

Bila hujan turun ke bumi, air hujan akan diserap masuk ke dalam tanah dan bercampur menjadi satu dengan tanah untuk menghasilkan kehidupan (hayat). Dalam Yoel 2:23, 28-29, kita melihat bahwa Roh Allah dikiaskan sebagai hujan. Allah belum menurunkan hujan ke bumi, artinya adalah Allah belum menurunkan hujan berkat surgawi-Nya, yakni Roh-Nya ke atas bumi. Roh Allah dari surga belum berbaur dengan makhluk milik debu untuk menghasilkan hayat.
“Dan belum ada orang mengusahakan tanah itu.” Artinya belum ada manusia yang bekerja sama dengan Tuhan, belum ada koordinasi antara pekerjaan insani dengan ilahi (Bd. Yoh. 5:17; 1 Kor. 3:9). Banyak orang mengatakan, “Kita tidak perlu melakukan apa-apa. Rohlah yang mengerjakan segala sesuatu.” Ini salah. Jika kita tidak melakukan apa-apa, Allah juga tidak dapat berbuat apa-apa, karena Ia memerlukan pekerjaan manusia untuk bekerja sama dengan pekerjaan ilahi-Nya. Apa gunanya hujan diturunkan bila tidak ada orang yang mengusahakan tanah itu? Begitu ada orang di bumi yang mulai mengusahakan tanah, Tuhan akan menurunkan hujan. Allah memerlukan manusia yang berkoordinasi dengan-Nya, sehingga ada kerja sama antara pekerjaan insani dan ilahi.
Saudara saudari, prinsip ini sangat penting, bahwa Allah sepenuhnya ingin mencurahkan berkat-Nya, tapi Dia harus sabar menunggu sampai di muka bumi ada orang yang mau bekerja sama dengan-Nya. Asal ada orang yang mau bekerja sama, maka Allah langsung bekerja. Kita sudah terlalu lama menghambat berkat Tuhan. Mari kita menjadi rekan sekerja Allah bagi perampungan pekerjaan-Nya (1 Kor. 3:9).

Mengharapkan Berkat Allah
Kej. 2:6-7; Mzm. 133

Allah memerlukan manusia untuk mencapai tujuan-Nya. Tetapi, manusia tidak dapat melakukan apa pun tanpa berkat Allah. Sering kali kita setia, tetapi tidak peduli seberapa besar kesetiaan kita, jika tidak ada berkat, tidak ada buahnya. Sering kali kita rajin, tetapi tidak peduli seberapa besar kerajinan kita, jika tidak ada berkat, tidak ada buahnya. Sering kali kita beriman, kita sungguh percaya Allah dapat melakukan sesuatu, kita juga berdoa agar Dia mau bekerja, tetapi jika Allah tidak memberkati, segala sesuatu berada dalam kesia-siaan. Cepat atau lambat, orang-orang yang melayani Allah harus dibawa ke satu tahap, yaitu mengharapkan berkat Allah. Tanpa berkat Allah, kesetiaan, kerajinan, iman, dan doa-doa kita tidak bermanfaat. Akan tetapi, jika kita memiliki berkat Allah, meskipun kelihatannya salah, masih ada buahnya; meskipun kelihatannya tidak ada harapan, tetapi ada buahnya. Karena itu, semua perkara bergantung pada berkat Allah.
Mazmur 133 mengatakan, “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! … Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” Asal kita hidup rukun, sehati, tidak ada perselisihan dengan saudara saudari yang lain, Tuhan pasti memberkati. Masalahnya bukan siapa salah dan siapa benar, tetapi apakah kita sehati, bersama-sama berdiri di satu pijakan. Sebab itu kita semua harus tahu bahwa perselisihan di antara saudara adalah perkara yang sangat serius. Ditinjau dari berbagai alasan, mungkin kita sepenuhnya benar, tetapi jika ada perselisihan, berkat telah berhenti! Kita harus sepenuhnya sadar, jangan berbicara sembarangan. Jangan mengira asal benar, itu sudah cukup. Kalau Tuhan membelaskasihani, kita akan berhati-hati berbicara, baik membicarakan saudara tertentu, atau mengkritik saudara tertentu. Meskipun hal itu benar sekali, juga tidak ada gunanya. Meskipun benar, kalau Allah tidak memberkati, apa gunanya? Pekerjaan tidak dibangun di atas kekuatan kita, tidak dibangun di atas karunia kita, tidak dibangun di atas kesetiaan kita, juga tidak dibangun di atas kerajinan kita. Kalau kita melepaskan berkat Allah, semuanya akan habis.
Saudara saudari, kita harus belajar senantiasa hidup dalam berkat Allah. Kita harus mohon agar Allah menjaga kita selalu berada dalam berkat-Nya. Kalau masalah ini tidak dibereskan, kita akan menderita kerugian yang besar.

Catatan: Untuk pembahasan lebih dalam, bacalah buku “Mengharapkan Berkat Allah” yang ditulis oleh sdr. Watchman Nee

Penerapan:
Menunggu Allah bekerja dulu baru kita bekerja, itu adalah prinsip yang salah! Allah justru terus menunggu kapan Dia bisa menurunkan hujan, tapi masalahnya justru tidak ada orang yang mau mulai bekerja. Saudara saudari, marilah kita mulai menggarap tanah yang ada di seputar kita, antara lain: keluarga kita, tetangga kita, teman kita, dan lain-lain, agar Allah dapat menurunkan hujan berkat ke lingkungan kita.

Pokok Doa:
Tuhan aku mau bekerja sama dengan Diri-Mu. Jadikanlah aku saluran berkat-Mu. Tuhan, bimbinglah aku terus agar aku tidak menjadi penghalang berkat-Mu. Oh Tuhan Yesus, pakailah aku, utuslah aku.

15 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 1 Senin

TUHAN (Yehova)
Kejadian 2:4
“Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN (Yehova) Allah (Elohim) menjadikan bumi dan langit.”

Elohim (1:1) adalah nama Allah dalam hubungannya dengan penciptaan, sedangkan Yehova 1) adalah nama Allah dalam hubungannya dengan manusia. Dalam Kejadian 2:4 ini, Allah disebut sebagai Yehova Elohim. Elohim berarti Allah sang Kuat dan Setia, sedangkan Yehova berarti “Aku adalah” (Kel. 3:14; bd. Yoh. 8:24, 28, 58 [“Akulah Dia” di Yoh. 8:24, 28, “Aku telah ada” di Yoh. 8:58 seharusnya diterjemahkan “Aku adalah”]), menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang ada dengan sendirinya dan kekal ada, Dia adalah yang “sudah ada, yang ada, dan yang akan datang” (Why.1:4). Nama Yesus juga berkaitan dengan Yehova, karena nama Yesus berarti keselamatan Yehova atau Yehova Juruselamat.
Bukankah luar biasa bahwa ketika Allah berkontak dengan kita, Ia memperkenalkan diri sebagai Yehova. Ini berarti Dia-lah sumber kita. Kita bergantung pada-Nya, karena Dia adalah Tuhan dan Allah kita, Dia juga adalah Juruselamat kita.
Kesalahan kita yang fatal adalah apabila kita hidup merdeka, bebas dari Allah. Sering kali kita menentukan kehidupan, langkah, dan tindakan kita sendiri. Tuhan adalah sumber kita, kita tidak boleh merdeka dan bebas dari Dia, sebaliknya kita harus tetap bergantung dan bersandar pada-Nya, dalam keadaan apa pun, di mana pun, dan kapan pun. Marilah kita belajar menempuh kehidupan yang bersandar.
1) Catatan: Dalam Alkitab terjemahan LAI, istilah TUHAN (semua huruf besar), dalam bahasa aslinya adalah Yehova.

Menciptakan Langit Dan Bumi; Menjadikan Bumi Dan Langit
Kej. 1:9-18, 31; 2:1-4

Kejadian 2:4 mencatat, “Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit”. Ada dua kata kerja yang dipakai di sini, yang satu adalah diciptakan dan yang lain adalah menjadikan. Menciptakan adalah menghasilkan sesuatu dari yang tidak ada; sedangkan menjadikan adalah menggunakan sesuatu yang sudah ada untuk menghasilkan sesuatu yang lain.
“Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.” Dalam frase ini, langit disebut lebih dulu. Ini berarti dalam kekekalan yang lampau, Allah menciptakan langit dulu baru bumi. Namun, frase selanjutnya mengatakan, “Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit”. Ini pasti terjadi setelah pemberontakan Iblis, yaitu ketika Allah melakukan pekerjaan pemulihan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa setelah pemberontakan Iblis, Allah memulihkan (menjadikan) bumi dulu baru langit. Hal ini sesuai dengan catatan dalam 1:9-18, Allah lebih dulu memulihkan daratan (bumi), baru kemudian benda-benda penerang di langit. Urutan ini sungguh bermakna, sesuai dengan pengalaman kita. Begitu beroleh selamat, kita ibarat tanaman yang tumbuh di sebidang tanah yang melambangkan Kristus (Kol. 2:7). Namun untuk bertumbuh, kita memerlukan terang yang lebih kuat, yakni Kristus (matahari), gereja (bulan), dan kaum saleh pemenang (bintang-bintang). Hal ini telah kita bahas dalam Arus Hayat Kitab Kejadian edisi “Pada Mulanya Allah Menciptakan Langit dan Bumi”.
Karya penciptaan Allah sebermula telah selesai pada Kejadian 1:1 dan pekerjaan pemulihan-Nya selesai pada Kejadian 1:31 (selama enam hari). Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu (Kej. 2:1-3). Kalau demikian, mengapa masih diperlukan catatan dalam Kejadian 2?
Melalui Kejadian pasal satu, Allah ingin menunjukkan hubungan manusia dengan makhluk ciptaan yang lain. Manusia adalah inti alam semesta. Sedangkan dalam Kejadian pasal dua, Allah ingin menunjukkan hubungan manusia dengan Allah. Allah akan mencurahkan berkat-Nya jika manusia bekerja sama dengan Allah, mengusahakan dan memelihara kasih karunia yang diberikan Allah. Selain itu, melalui pasal satu, Allah mewahyukan tujuan-Nya; sedangkan melalui pasal dua, Allah menunjukkan prosedur dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Itulah sebabnya setelah pencatatan dalam Kejadian pasal satu, masih perlu penjelasan lagi di pasal dua. Puji Dia untuk firman-Nya.

Penerapan:
Tuhan adalah sumber kita, kita tidak bisa merdeka dari Dia. Biarlah kita sepanjang hari ini melibatkan Tuhan dalam kehidupan, langkah, tindakan, dan perkataan kita melalui lebih banyak menyeru nama-Nya dan berbincang-bincang dengan-Nya. Biarlah Dia menjadi sang Pengambil Keputusan di dalam diri kita.

Pokok Doa:
Tuhan ampuni segala kekurangan, kelemahan, dan dosa-dosaku, yang merupakan sekatan antara Engkau dan aku. Tuhan aku mau bergantung pada-Mu, aku tidak mau merdeka. Tuhan jadilah Tuan dalam hidupku, dalam perbuatan, dan perkataanku. Aku tidak mau hidup di luar Diri-Mu.

13 May 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 4 Sabtu

Sungguh Amat Baik
Kejadian 1:31
“Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh sangat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.”

Kejadian 1:31 mengatakan, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” Kita harus memperhatikan kata “melihat” di sini. Apa arti kata ini?
Jika kita membeli sebuah benda yang sangat memuaskan kita, kita memutar-mutarnya dengan senang dan melihatnya dengan teliti. Inilah arti “melihat” di sini. Allah bukan sepintas lalu “melihat” segala sesuatu yang telah dijadikan-Nya dan mengatakan bahwa itu baik. Tetapi, Ia “melihat” dengan teliti segala sesuatu yang telah dijadikan-Nya dan nampak bahwa itu sungguh amat baik. Kita perlu memperhatikan bahwa pada saat penciptaan, Allah “melihat-lihat” apa yang telah dibuat-Nya. Ketika melihat kemegahan alam semesta, Allah masih belum puas; ketika melihat segala makhluk ciptaan yang menakjubkan, Allah masih belum puas juga. Tetapi ketika melihat manusia, Allah merasa sungguh amat baik, karena semua pengharapan Allah terpusat pada manusia. Adam memiliki gambar dan rupa Allah dan kepadanya diserahkan pemerintahan Allah. Selama manusia mengekspresikan Allah dan menanggulangi musuh Allah, Allah merasa sungguh amat baik, Allah merasa puas.
Saudara saudari mari kita renungkan, bahwa Kejadian dimulai dengan situasi yang benar-benar hancur total, namun ketika Allah mulai bekerja, maka Dia sanggup mengubah kondisi yang hancur itu menjadi setahap demi setahap membaik, hingga mencapai titik ‘sungguh amat baik’. Mari kita serahkan diri kita untuk digarap oleh Allah, hingga mencapai tahap sungguh amat baik.

Allah Berhenti Dari Segala Pekerjaan-Nya
Kej. 2:1-3; Yes. 40:28

Kejadian 2:1-3 menunjukkan bahwa setelah Allah menyelesaikan pekerjaan pemulihan dan penciptaan-Nya yang lebih lanjut, maka Allah memasuki perhentian.Ini bukan perhentian yang fisikal tetapi sebuah perhentian yang rohani. Dia melihat segala sesuatu yang Dia buat adalah sangat baik, dan Dia dipuaskan. Kapan kala Allah mendapatkan perhentian, kita pun menikmati perhentian. Namun perhentian yang kita alami sekarang ini adalah pencicipan akan perhentian yang akan datang, satu perhentian yang sempurna, yakni perhentian dalam langit baru dan bumi baru. Pada saat itu, kita akan masuk ke dalam perhentian Allah (Ibr. 4:3). “Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya” (Ibr. 4:10). Kekekalan akan dimulai, dan sampai kekal kita akan berhenti di hadapan Allah memahami kehendak-Nya, mengagumi kebaikan hati-Nya, dan memuji anugerah-Nya. Entah situasi yang bagaimana nanti jadinya! “Tetapi seperti ada tertulis: ‘Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia’” (1 Kor. 2:9).
Sekarang kita dapat mencicipi perhentian ini. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan (perhentian-T.L.)kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan (perhentian-T.L.)” (Mat. 11:28-29). Di sini ada dua perhentian. Yang pertama kita terima ketika kita percaya dalam Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita. Yang kedua kita terima ketika kita belajar dari Tuhan Yesus. Jiwa kita penuh dengan nafsu, kegairahan, ketamakan, kesedihan, kejengkelan, dan duka cita. Tetapi ketika kita mempertimbangkan kelemahlembutan dan kerendahan hati Tuhan, bagaimana Dia menanggung pertentangan dari orang dosa, bagaimana Dia mengambil kuk atas diri-Nya sendiri, dan bagaimana Dia menunjukkan diri-Nya sendiri sebagai seekor domba, kita tidak akan letih dan lesu lagi. Jika kita belajar dari Dia, kita akan menemukan perhentian jiwa kita, hidup damai, suatu hidup yang tidak meronta-ronta! Betapa sukacita!
Dalam enam hari itu, ada “petang dan pagi”. Setelah petang selalu ada pagi, akan tetapi tidak ada hari tanpa petang. Namun, pada hari ketujuh, hari Sabat Allah, tidak ada lagi petang maupun pagi. Sekarang yang kita miliki adalah “siang” tanpa akhir, yang sempurna, penuh, mulia, diberkati, dan dikuduskan oleh Allah.

Penerapan:
Kita boleh bekerja dan berjerih lelah, tetapi kita tidak boleh kekurangan perhentian. Bila dalam pelayanan, kita mengeluh atau bersungut-sungut, pelayanan kita menjadi kurang bernilai dan Allah pasti tidak mendapatkan perhentian, demikian pula dengan kita. Pastikan hari ini kita tidak kehilangan perhentian di dalam roh kita.

Pokok Doa:
Tuhan, aku datang kepada-Mu saat ini untuk mendapatkan perhentian. Kenyangkanlah aku dengan diri-Mu sendiri dan penuhilah hatiku dengan damai sejahtera-Mu. Ampunilah aku yang sering mengabaikan persekutuan dengan-Mu. Pulihkanlah aku hari ini.

12 May 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 4 Jumat

Penuhilah Bumi
Kejadian 1:28
“Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”

Allah memberkati manusia agar beranak cucu dan berkembang biak, memenuhi bumi, dan menaklukkannya (Kej. 1:28). Ini bukan perkara kecil. Jika Adam, manusia korporat ini, diciptakan menurut gambar kalajengking atau ular dan Allah memberkati kalajengking atau ular ini supaya bertambah banyak dan memenuhi bumi, bumi akan dipenuhi kalajengking dan ular, sungguh mengerikan! Ini bukan berkat, melainkan kutuk. Namun jika seluruh bumi ini dipenuhi dengan wajah-wajah elok yang mengekspresikan Allah dan mewakili Allah, ini benar-benar berkat. Itulah sebabnya, sebelum menjadikan manusia, tidak ada jalan bagi Allah untuk mencurahkan berkat-Nya dengan sempurna. Allah itu kaya, berkat Allah juga kaya. Namun, sebelum manusia diciptakan, tidak ada pihak yang dapat menerima berkat-Nya dengan sempurna. Hanya manusia yang memenuhi syarat untuk menerima berkat Allah dengan sempurna.
Berkat adalah satu kata yang baik. Banyak orang merindukan berkat Tuhan. Seringkali kita berdoa, “Tuhan, berkatilah kami.” Jika kita ingin menerima berkat Allah, kita perlu memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syaratnya, sekali lagi, adalah ekspresi dan kuasa. Jika di rumah kita ada ekspresi Allah dan kekuasaan Allah, niscaya berkat Tuhan ada di sana. Berkat Allah selalu menyertai ekspresi-Nya dan kekuasaan-Nya. Berapa banyak berkat yang Allah karuniakan kepada kita bergantung pada berapa banyak kita mengekspresikan Dia dan mewakili Dia.

Itulah Akan Menjadi Makananmu
Kej. 1:11-12, 29

Kejadian 1:11-12 memberi tahu kita bahwa tanah menumbuhkan “tumbuh-tumbuhan yang berbiji”, dan ayat 29 menyebutkan mengenai “pohon-pohonan yang buahnya berbiji”. Menurut pengaturan Allah yang sebermula, Dia hanya memberikan tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan pohon-pohonan yang buahnya berbiji kepada manusia untuk dimakan. Biji adalah tanda kehidupan. Di dalamnya ada kekuatan hayat. Segala sesuatu yang berhayat cocok sebagai makanan. Segala sesuatu yang tidak menghasilkan biji (benih), tidak Allah berikan kepada manusia untuk dimakan. Sebelum kejatuhan manusia, apa saja yang diberikan Allah kepada manusia untuk menjadi makanannya adalah sesuatu yang menghasilkan benih. Hal ini dikarenakan, dalam maksud Allah, manusia seharusnya memakan, menerima, dan menikmati hayat setiap waktu. Manusia tidak seharusnya memakan atau menerima sesuatu yang tidak menghasilkan benih. Apa saja yang disentuh manusia, apa saja yang diterima manusia, apa saja yang dimakan manusia, haruslah sesuatu yang berasal dari hayat dan sesuatu yang menghasilkan hayat.
Makanan adalah bagian dari pahala yang akan datang; “Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.” (Why. 2:7). “Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi” (ay. 17) Perihal makanan akan berlanjut bahkan sesudah kebangkitan sebab Tuhan kita juga makan dan minum setelah kebangkitan-Nya. Buah pohon hayat menjadi makanan manusia di dalam kekekalan.
Apa yang kita makan menjadi susunan bagi kesehatan kita. Hanya makanan hayat yang memberi perawatan hayat kepada mereka yang memakannya. “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4). “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:43). “Akulah roti hayat” (Yoh 6:48-TL.). “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal” (ay. 54). Kita harus mengambil firman Allah, mengambil kehendak-Nya sebagai makanan kita. Kita tidak seharusnya membaca Alkitab dengan cara yang biasa, tetapi memakai doa dan merenungkannya untuk mencerna Firman Allah dan menerima perawatan bagi hayat rohani kita. Setiap saat kita dengan setia mengambil kehendak Allah, kita akan merasakan batin kita menerima perawatan. Dengan iman kita mengambil kematian (daging) dan hayat (darah) Tuhan Yesus dan menyerapnya ke dalam hayat kita sehingga kita dikuatkan.

Penerapan:
Penghalang terbesar berkat Allah tercurah kepada kita adalah cara hidup kita yang tidak mengekspresikan Dia dan tidak mewakili Dia. Kalau kita mau berbuah bagi Tuhan, kita harus membiarkan Tuhan bertumbuh besar di dalam kita sampai Dia terekspresi melalui diri kita. Berkat ini jauh lebih bernilai dari pada benda apa pun di bumi ini.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku mau menjadi pohon yang baik, yang menghasilkan buah yang baik pula. Terangilah aku senantiasa dan murnikanlah aku dari maksud-maksud yang cemar. Tumbuhlah di dalamku terus dan hiduplah melalui aku. Aku mau berbuah bagi-Mu.

11 May 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 4 Kamis

Berkuasalah (1)
Kejadian 1:26
“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”

Mari kita baca lagi Kejadian 1:26: “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi . . ..” Kelihatannya kalimat ini akan berakhir di sini, tetapi ditambahkan sebuah frasa lain, “dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi”.
Dari ayat di atas kita nampak bahwa binatang melata menempati posisi yang sangat besar, karena Allah mengatakannya setelah Ia selesai menyebutkan “atas seluruh bumi”. Ingin menguasai seluruh bumi, binatang melata tidak boleh diabaikan. Karena musuh Allah terwujud di dalamnya.
Ular dalam Kejadian pasal tiga dan kalajengking dalam Lukas pasal sepuluh adalah binatang melata. Bukan hanya ada ular, yang mewakili Iblis; ada pula kalajengking, yang mewakili roh jahat yang berdosa dan najis.
Daerah kekuasaan ular dan kalajengking adalah bumi ini. Laut adalah tempat tinggal setan-setan [roh najis] (Mat. 8:32, 12:43). Udara (angkasa) adalah tempat Iblis dan malaikatnya (Ef. 2:2; 6:12). Sedangkan bumi adalah arena kegiatan Iblis, juga adalah daerah jajahannya (Luk. 4:5-6). Namun, Allah telah menciptakan kita agar kita berkuasa, bukan hanya berkuasa atas sebagian bumi, tetapi atas seluruh bumi, dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu” (Luk. 10:19).

Berkuasalah (2)
Kej. 1:26, 28; Why. 20:4; Luk. 19:17

Kaum saleh bukan hanya memiliki gambar Allah, tetapi juga kekuasaan atas segala sesuatu (Kej. 1:26, 28). Alangkah hebatnya bahwa Allah telah mengaruniakan kepada manusia, salah satu makhluk ciptaan-Nya untuk mewakili Dia berkuasa! Manifestasi memerintah yang sesungguhnya, kelak bisa kita lihat dalam Kerajaan Seribu Tahun, sebagaimana terlihat dalam beberapa ayat ini: “Mereka… memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun” (Why. 20:4). “Terimalah kekuasaan atas sepuluh kota” (Luk. 19:17).
Tidak semua kaum beriman akan memiliki kemuliaan kerajaan milenium. Hanya mereka yang telah mengalami semua tahap pengalaman rohani dalam Kejadian pasal satu yang akan memiliki kemuliaan ini. Mereka yang di masa lampau, bersatu dengan pengalaman-pengalaman Kristus akan bersatu juga dengan kemuliaan Kristus di masa yang akan datang. Untuk diselamatkan, kita hanya perlu percaya dalam Yesus Kristus; tetapi jika kita tidak setia, jika kita tidak menderita dan menang, kita tidak akan bisa memerintah bersama dengan Tuhan. Salib adalah jalan menuju mahkota. Penderitaan adalah syarat untuk masuk ke dalam kemuliaan. Allah memberi keselamatan secara cuma-cuma, tetapi Dia tidak akan menganugerahkan kemuliaan tanpa sebuah harga. Barangsiapa yang mau menderita kerugian di dalam jaman ini bagi Tuhan, akan menerima kemuliaan di jaman yang akan datang.
Saudara saudari, kita tidak harus menunggu hingga jaman yang akan datang baru bisa memerintah. Kita dapat memerintah hari ini di dalam roh kita, sekali pun penggenapannya baru akan terjadi di masa yang akan datang. Sekarang juga, kita dapat menerapkan kekuasaan dari Tuhan untuk memerintah atas segala sesuatu. Kita seharusnya menjadi raja-raja untuk memerintah atas roh-roh jahat dan menghalangi mereka bekerja di bumi. Dalam kerajaan milenium, Iblis akan diikat, karena itu pada jaman ini kita juga dapat menerapkan kekuasaan jaman yang akan datang untuk membatasi dia hingga batas tertentu.
Kita juga seharusnya menggunakan senjata doa untuk memerintah atas lingkungan kita. Entah itu adalah urusan-urusan politik, urusan-urusan keluarga, urusan-urusan gereja, atau urusan-urusan pribadi, kita dapat menggunakan doa untuk memerintah mereka semua. Dengan tekad kita dan melalui Roh Kudus, kita bahkan dapat membuat diri kita sepenuhnya di bawah kendali, agar dapat dipakai untuk Tuhan. Inilah kehidupan menang yang sesungguhnya. Orang Kristen seperti ini adalah orang Kristen yang paling berkuasa.

Penerapan:
Setiap aspek kehidupan — kehidupan sekolah, kehidupan pekerjaan, kehidupan keluarga — merupakan medan peperangan. Musuh tidak pernah tidur. Sepanjang hari dia siap menyerang, tidak hanya dalam kehidupan keluarga, tetapi juga dalam kehidupan gereja. Peperangan itu hanya dapat kita menangkan bila kita mengekspresikan Allah dan berkuasa bagi Dia. Karena itu, pulihkanlah kembali persekutuan rohani kita dengan Tuhan.

Pokok Doa:
“Tuhan, aku mengakui bahwa dalam beberapa hari ini aku lebih banyak mengekspresikan sifat ular dan kalajengking daripada mengekspresikan Engkau. Ampunilah aku dan pulihkanlah kehidupan rohaniku. Aku mau memperhidupkan Engkau kepada semua orang di sekelilingku.”

10 May 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 4 Rabu

Diciptakan-Nya Mereka
Kejadian 1:26-27
“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka ... diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

Kejadian pasal satu ayat dua puluh enam mengatakan, “Berfirmanlah Allah, ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.’” Kemudian Allah berkata, “supaya mereka.” Allah tidak mengatakan “supaya dia”, melainkan “supaya mereka”. “Dia” adalah kata benda berbentuk tunggal, sedangkan “mereka” adalah berbentuk jamak.
“Baiklah Kita menjadikan manusia … supaya mereka ….” Ayat ini menunjukkan bahwa manusia yang diciptakan Allah adalah manusia yang korporat. Allah tidak menciptakan banyak orang. Allah menciptakan umat manusia secara serentak di dalam diri Adam seorang. Allah menciptakan Adam dan Adam itulah manusia korporat, manusia kolektif. Ketika Adam diciptakan, kita semua juga diciptakan.
Jika sekarang kita berusia tiga puluh tahun, janganlah mengatakan bahwa kita diciptakan tiga puluh tahun yang lalu. Kita memang baru dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu, tetapi kita telah diciptakan 6000 tahun yang lalu. Meskipun orang tua kita dilahirkan 40 tahun lebih dahulu dari pada kita, tetapi kita semua diciptakan pada waktu yang sama.
Ketika Adam diciptakan, kita semua juga diciptakan; karena kita semua telah diciptakan serempak di dalam Adam. Kita termasuk di dalam Adam. Allah tidak menciptakan manusia individu, melainkan manusia korporat, untuk mengekspresikan diri-Nya.
Dengan menyadari bahwa kita adalah bagian dari manusia korporat, maka kalau kita ingin mengekspresikan diri Allah, kita tidak dapat menjadi orang yang individualis.

Supaya Mereka Berkuasa
Kej. 1:26-28; Mat. 6:9-10

Keinginan Allah dalam menciptakan manusia, yaitu agar mereka berkuasa. Iblis memang telah dikalahkan. Di bawah penghakiman Allah, ia tidak berkuasa lagi atas bumi. Meskipun ia masih bebas, penghukuman-Nya telah diputuskan. Bumi yang dipulihkan oleh Allah, tidak ada urusan dengan si Iblis. Meskipun Iblis masih menyandang gelarnya “penguasa dunia ini”, manusia yang diciptakan oleh Allah dianugerahi dengan kehendak bebas. Allah menciptakan manusia, terlepas dari kekuasaan Iblis, agar manusia berkuasa atas makhluk ciptaan yang baru, atas seluruh bumi. Jika manusia dapat dengan hati-hati menjaga hak dan kuasa yang Allah berikan, maka jabatan Iblis sebagai “penguasa dunia ini” hanyalah jabatan kosong. Allah ingin meniadakan kekuasaan Iblis semenjak ia dihakimi. Tentu, hal ini mudah bagi Allah, tetapi kita tidak tahu mengapa Allah ingin manusia-lah yang menjadi rekan sekerja-Nya dalam menumpas pekerjaan si Iblis. Itulah sebabnya Allah menciptakan manusia dan membuatnya berkuasa.
Sayang sekali, tidak lama kemudian, manusia jatuh. Manusia kehilangan haknya dan Iblis mendapatkan kembali kekuatan dan kekuasaannya atas bumi. Untuk itu, kita kaum beriman, sebagai umat pilihan Allah, harus dengan konstan memikul tujuan Allah ini di dalam pikiran — penghancuran kekuatan iblis. Dalam segala perkara yang kita lakukan, kita tidak seharusnya mempertimbangkan perkara itu baik atau buruk, tetapi bagaimana perkara itu dapat menguntungkan Allah dan menghancurkan Iblis. Jika usaha kita tersebut tidak mempengaruhi kerajaan kegelapan dan menyebabkan iblis menderita kerugian, maka tidak perlu kita lakukan. Dalam semua pelayanan, kita seharusnya tidak mencari hasil-hasil yang luar biasa. Namun, kita seharusnya mempertimbangkan siapa yang mendapatkan keuntungan dan siapa yang menderita kerugian di alam rohani. Ini adalah peperangan rohani dan bukan peperangan melawan darah dan daging. Satu hari kelak, penghakiman kita di depan takhta penghakiman akan diukur dengan standar ini juga. Apakah pekerjaan kita akan bertahan atau terbakar oleh api, tergantung berapa banyak pekerjaan itu membantu merampungkan tujuan Allah. Cara terbaik untuk melawan kekuatan kegelapan adalah, pada satu pihak, menolak pekerjaan Iblis di dalam roh kita, tidak menyetujui kemenangannya; dan di lain pihak, menggunakan doa kita sebagai senjata kita dengan memberi tahu Allah untuk menghancurkan pekerjaan dan rencana Iblis. Pada saat yang sama, kita seharusnya secara praktis menaati kehendak Allah. Setiap kali kita menaati kehendak Allah, Iblis menderita kekalahan.

Penerapan:
Tubuh kita diciptakan menurut rupa Allah untuk memuliakan Allah. Karena itu janganlah memakai tubuh kita untuk berbuat dosa dan menuruti keinginannya; sebaliknya persembahkanlah anggota-anggota tubuh kita kepada Allah sebagai senjata-senjata kebenaran untuk mengalahkan musuh-Nya.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, kupersembahkan tubuhku kepada-Mu untuk kemuliaan-Mu. Tubuhku bukanlah untuk dosa dan hal-hal cemar, tetapi untuk kepentingan-Mu. Aku mau menguduskan anggota-anggota tubuhku dan memakainya untuk kemuliaan nama-Mu dan perluasan kerajaan-Mu.

09 May 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 4 Selasa

Menurut Gambar Dan Rupa Allah
Kejadian 1:26
“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.’”

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. “Menurut gambar Allah” berarti manusia memiliki atribut dan kebajikan yang ada pada Allah, seperti kasih, terang, kekudusan, dan kebenaran, walaupun bukan realitasnya.
“Menurut rupa Allah” berarti manusia diciptakan bukan menurut jenis manusia, melainkan menurut jenis Allah. Kisah Para Rasul 17:28 mengatakan bahwa kita adalah “keturunan Allah”. Itulah sebabnya manusia dapat mengenal Allah dan bersekutu dengan-Nya.
Ketika Allah menciptakan manusia, Dia menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut atribut dan kebajikan-Nya, agar manusia dapat mengekspresikan Allah melalui atribut dan kebajikan itu. Misalnya, Allah memiliki kasih, dan Allah juga mengasihi. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia membuat manusia memiliki kasih dan dapat mengasihi. Namun, apa yang dimiliki manusia itu hanya merupakan gambaran dari atribut dan kebajikan Allah, bukan realitasnya. Karena itu, kita masih harus menerima diri Allah sendiri menjadi hayat dan isi kita, barulah Allah dengan segala atribut dan kebajikan-Nya dapat memenuhi kita hingga menjadi realitas kita. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan bahwa kita adalah bejana-bejana untuk diisi Allah (Rm. 9:23; 2 Kor. 4:7). Kita hanyalah bejana tanah liat. Apa yang kita miliki secara alamiah tidak ada yang tepat, sebab semuanya kosong dan terbatas. Tanpa Allah menjadi isi kita, maka kerajinan, kerendahan hati, kesopanan, bahkan segala budi pekerti kita, yang kelihatannya bernilai di hadapan manusia, ternyata hanyalah kosong melompong di hadapan Allah.

Diserupakan Dengan Gambar-Nya
Rm. 9:21, 23; 2 Kor. 4:7; Yoh. 3:1-10; Fil. 2:5; Why. 21:11; Why 4:3; Why. 21:18a

Kaum saleh yang telah memiliki pengalaman kelahiran kembali, ketersa-liban bersama Kristus, kebangkitan bersama Kristus, menghasilkan buah, kenaikan, dan yang juga telah mengekspresikan semua tahap yang lebih maju ini dalam kehidupan rohani mereka (catatan: baca ulang semua tahap ini di minggu-minggu yang lalu), akan secara spontan mencapai tahap ini, yaitu sepenuhnya menjadi seperti Allah (dalam hayat dan sifat).
“Kristus…terbentuk di dalammu (TL.)” (Gal. 4:19) adalah tujuan rohani kaum saleh. Ketika kita disatukan dengan Kristus dalam segala sesuatu dan telah mengalami semua yang telah dirampungkan-Nya bagi kita, kita akan mampu mengalami “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya” (2 Kor. 3:18).
“Karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kol. 3:9-10). “Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama…supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu (roh pikiranmu - TL.), dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef. 4:22-24).
Dalam pengalaman, kita seharusnya memiliki hidup “manusia baru” yang sepenuhnya seperti Allah. “Menanggalkan” dan “mengenakan” adalah tindakan-tindakan yang dimotori oleh tekad kita. Kita perlu melatih tekad untuk menolak perbuatan dari manusia lama dan memilih kebaruan dari manusia baru.
Pada poin ini, kita akan diperbarui dalam pikiran dan pengetahuan, dan akan memiliki gambar Allah secara penuh. Pikiran adalah medan peperangan rohani. Kita mungkin benar dan kudus dalam perbuatan dan hidup kita (Ef. 4:24), tetapi kita mungkin tidak memiliki pengalaman pikiran yang diperbarui. Pikiran adalah benteng yang paling kuat dari hayat Adam, adalah bagian yang paling tercemar oleh dosa. Jika pikiran diperbarui, gambar Allah dipulihkan.
Pemulihan yang seutuhnya dari gambar Allah masih di masa yang akan datang, yaitu pada saat kedatangan Tuhan Yesus kali kedua. “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Flp. 3:20-21). “Apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia” (1 Yoh. 3:2).

Penerapan:
Sebagai bejana-bejana Allah, kita perlu diisi dan dipenuhi oleh Dia setiap hari. Tanpa pengisian yang demikian, kita tidak lebih daripada bejana-bejana kosong yang sedikit pun tak berarti bagi Allah. Berilah Tuhan kesempatan lebih banyak mengisi kasih, kesabaran, kemurahan, kerendahan hati, kebaikan, kerajinan kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, betapa seringnya aku mengabaikan kesempatan untuk diisi oleh-Mu. Tuhan, saat ini aku terbuka kepada-Mu, isilah dan penuhilah aku dengan diri-Mu sendiri sehingga aku dapat memperhidupkan Engkau. Aku tidak mau menjadi bejana yang kosong, isilah dan penuhilah aku.

08 May 2006

Kejadian Volume 1 - Minggu 4 Senin

Rapat Ke-Allahan
Kejadian 1:26
“Berfirmanlah Allah (Elohim - T.L.): ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.’”

Sama seperti hari ketiga, hari keenam terbagi menjadi dua bagian. Mula-mula, Allah menciptakan binatang liar, ternak, dan binatang melata; kemudian Ia menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Tetapi, sebelum menciptakan manusia, Allah berhenti sejenak dan mengadakan rapat ke-Allahan, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa...”. Alangkah seriusnya perkara ini. Sebelum hari keenam ini, Allah telah menyiapkan segala sesuatu. Ia memulihkan bumi dan langit, hingga menjadi tempat yang nyaman dan cocok bagi manusia. Ia menyiapkan berbagai tumbuhan dan berbagai binatang, di air, di udara, dan di darat. Setelah semuanya siap, Allah seolah berkata, “Segalanya telah siap. Sekarang tibalah saatnya bagi Kita untuk menciptakan manusia!” Haleluya, Allah Tritunggal mengadakan rapat ke-Allahan untuk kita, manusia, karena manusia adalah inti dari seluruh penciptaan Allah. Manusia-lah sasaran Allah dan manusia-lah yang ada di hati Allah.
Catatan: Seperti yang pernah kita bahas, “Elohim” merupakan kata benda berbentuk jamak. Jika subyeknya berbentuk jamak, maka predikatnya (“Berfirmanlah”) seharusnya juga berbentuk jamak. Namun, kata “berfirmanlah” berbentuk tunggal. Selain itu, “Kita” dalam ayat 26 itu jelas berbentuk jamak, sedangkan predikat “menjadikan” berbentuk tunggal. Ini menunjukkan keesaan tujuan Allah. Saudara saudari, Allah kita itu tiga di dalam satu dan satu di dalam tiga. Walau ada tiga persona, bukan berarti ada tiga Allah. Dia adalah Allah Tritunggal dan Dia memiliki tujuan yang esa.

Manusia Diciptakan Oleh Allah
Kej. 1:11-12, 27

Kita harus melihat dengan sangat jelas bahwa manusia diciptakan oleh Allah (1:27). Manusia bukanlah hasil evolusi dari kelas binatang yang lebih rendah. Istilah “menciptakan”, berarti membuat sesuatu dari yang tidak ada. Manusia adalah karya istimewa Allah dan bukan hasil dari suatu proses evolusi alam.
Allah telah mengatur setiap jenis tumbuhan, pepohonan, rumput, dan sayuran, untuk menghasilkan benih menurut jenisnya masing-masing (Inggris: after their kind ). Rumput tidak bisa berubah menjadi sebatang pohon, demikian pula satu jenis pohon tidak bisa berubah menjadi jenis pohon lainnya. Seluruh makhluk hidup telah diciptakan menurut jenisnya masing-masing (Kej. 1:11, 12, lihat bahasa aslinya). Kalau Allah mengatakan bahwa semuanya diciptakan menurut jenisnya, ini berarti batasan dari tiap jenisnya telah ditentukan oleh Allah. Karenanya tidak ada kemungkinan bagi suatu jenis makhluk hidup untuk berevolusi menjadi jenis makhluk hidup lain. Kita, orang Kristen, percaya pada firman Allah. Segala yang di luar “demikianlah firman Allah”, tidak dapat kita percayai. Dunia mungkin mengejek cara kita berpikir, tetapi kita cukup puas dengan Firman Allah.
Banyak orang tidak percaya kepada Allah. Akibatnya, mereka menyimpang tanpa tujuan dan memikirkan teori mereka sendiri. Mereka mengira mustahil bagi Allah untuk menjadikan sesuatu dari yang tidak ada, dan membuat manusia dari debu tanah. Namun, bagi kita, sebuah embrio kecil dari suatu jenis binatang bisa mengalami sejumlah proses evolusi untuk menjadi seekor monyet, dan kemudian setelah melalui banyak tahap evolusi lagi, maka monyet tersebut bisa menjadi seorang manusia, adalah sesuatu yang jauh lebih tidak masuk akal lagi. Ini jauh lebih tidak masuk akal dari pada Allah menciptakan manusia!
Pada awalnya kaum penganut teori evolusi mengatakan bahwa nenek moyang manusia berasal dari binatang yang hidup ribuan tahun yang lalu. Sekarang mereka berkata ribuan tahun yang akan datang, keturunan kita akan menjadi binatang yang tidak berbentuk, tanpa jari tangan dan jari kaki. Mereka membicarakan hal-hal milik ribuan tahun yang lalu atau ribuan tahun yang akan datang, hal-hal yang sama sekali tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Namun, ada orang Kristen yang menjadi ragu akan kebenaran firman Allah karena terpengaruh oleh teori seperti teori evolusi. Mereka mulai mempercayai apa yang tidak dikatakan Alkitab, sebaliknya apa yang jelas-jelas tertulis dalam Alkitab justru mereka ragukan. Kiranya Tuhan menjaga kita dari kondisi yang demikian dengan berpegang teguh pada kebenaran firman Tuhan.

Penerapan:
Saat menghadapi berbagai ujian, kita perlu ingat bahwa kita ada di hati Allah. Ia menganggap kita begitu berharga. Ia telah menyiapkan segala sesuatu bagi kita. Allah tidak pernah bermaksud jahat terhadap kita. Semua ujian, bahkan yang terberat sekali pun pasti adalah untuk kebaikan kita.

Pokok Doa:
Terima kasih ya Allah atas karya-Mu yang agung. Di antara semua ciptaan-Mu, kami mendapatkan tempat yang utama, agar kami boleh memuliakan Engkau di bumi dan melaksanakan kehendak-Mu.