Hitstat

25 May 2006

Kejadian Volume 2 - Minggu 2 Kamis

Terbagi Menjadi Empat Cabang
Kejadian 2:10
“Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.”

Sungai itu mengalir keluar dari Eden, berarti mengalir keluar dari Allah. Dalam Wahyu 22, sungai air hayat keluar dari takhta Allah. Itu juga suatu pengaliran yang keluar dari diri Allah sendiri. Allah adalah sang Sumber air hayat yang mengalir ke dalam kita bagi kenikmatan kita.
Sungai ini hanya satu. Tidak ada dua sungai. Meskipun jumlah saudara saudari yang hadir di suatu tempat ada seribu orang, tetapi tetap hanya mempunyai satu sungai, sebab semua berasal dari sumber yang sama — Allah Pencipta. Karena sumbernya satu, alirannya pun harus satu. Satu sungai ini telah terbagi menjadi empat cabang (Kej. 2:10-14). Ini berarti, Allah Tritunggal sebagai sang Sumber itu telah mengalir untuk mencapai umat manusia di segala penjuru bumi. Selain itu, terbaginya satu sungai menjadi empat cabang juga berarti bahwa aliran ini memiliki berbagai aspek kekayaan bagi manusia untuk menggenapkan kehendak Allah. Allah kita adalah Allah yang kaya. Di dalam Dia ada hikmat dan pengetahuan, di dalam Dia ada kasih dan terang, dan di dalam Dia ada kekudusan dan keadilbenaran. Segala kebajikan terkandung di dalam Dia. Kapan kala kita terbuka terhadap aliran ini, maka Allah akan mengalirkan diri-Nya dengan segala kekayaan-Nya ke dalam kita. Tanpa kita sadari, begitu aliran ilahi mengalir masuk ke dalam kita, manusia batiniah kita pun dengan sendirinya akan diperkaya oleh sifat Allah dan kebajikan milik Allah. Dengan sendirinya hayat ilahi akan bertumbuh besar di dalam kita, mengubah hidup kita setahap demi setahap, sampai akhirnya kita mencapai kedewasaan penuh di dalam Kristus. Haleluya!

Sungai Air Hayat
Yeh. 47:8-9; Mzm. 46:5; Yes. 55:1, 3

Tuhan memberi tahu Yehezkiel dalam Yehezkiel 47:8, “Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar.” Sungai dalam ayat delapan ini mengalir turun ke padang gurun. Nama padang gurun itu adalah Araba-Yordan, yang artinya tanah yang tandus, kering, tanah yang tidak dapat menghasilkan apa-apa. Tanah ini perlu dialiri air. Sungai itu diperlukan untuk mengairi tanah yang kering dan menyembuhkan laut mati. Araba-Yordan sangat dekat dengan laut mati. Karena aliran air dari sungai ini, maka air yang asin di laut mati itu disembuhkan hingga menjadi tawar. Kini laut itu menjadi segar dan menghasilkan kehidupan. Ayat 9 mengatakan, “Sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup.”
Sungai air hayat ini tidak hanya meleraikan dahaga tetapi juga membasahi tanah (hati) yang kering, menghasilkan hayat, dan menyembuhkan yang mati. Mazmur 46:5 mengatakan bahwa aliran sungai itu membuat kota Allah bersuka. Kalau kita tidak memiliki air hayat, kita akan berduka. Karena itu kita harus memberi tempat yang terutama bagi aliran air hayat ini, jangan melupakan, mengabaikan, atau kehilangan aliran air hayat ini. Kita perlu memeriksa apakah kita tengah berada dalam aliran ini setiap waktu. Selama kita di dalam alirannya, kita satu dengan Tuhan. Kita perlu memperhatikan dengan seksama aliran ini dan membayar harga untuk masuk ke dalam aliran ini. Kita sungguh perlu suatu persembahan diri yang penuh untuk menikmati aliran hayat ini.
Yesaya 55:1 mengatakan, “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah (TL.-belilah) gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!” Mengapa Tuhan menyuruh kita untuk membeli tanpa uang pembeli? Disatu pihak kita tidak memiliki uang untuk membeli, tetapi di pihak lain kita tidak dapat mengatakan bahwa kita tidak memiliki apa-apa. Kita mungkin tidak memiliki uang, tetapi kita memiliki diri kita sendiri. Kita harus memberikan diri kita sendiri sebagai harga pembelian itu. Kita harus memberikan diri kita kepada Tuhan. Yesaya 55:3 mengatakan, “Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku....” Inilah harganya. Harga ini bukanlah uang, atau apa yang tidak kita miliki. Harga ini adalah apa adanya diri kita. Kita harus mempersembahkan diri kita sebagai bayaran kepada Tuhan.

Penerapan:
Kurangnya kebajikan Allah yang dapat kita perhidupkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu indikasi dari suatu penyakit yang dapat kita sebut sebagai kemiskinan rohani. Kadar Allah yang kita miliki terlalu sedikit. Marilah kita lebih banyak membuka diri, bukan kepada dunia, tetapi kepada Allah dan firman-Nya. Demikian kita akan diperkaya oleh hayat, sifat, dan segala kebajikan Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku mau membuka hati dan rohku. Mengalirlah dan tambahkanlah diri-Mu ke dalamku. Aku mau diperkaya oleh hayat, sifat, dan segala kebajikan-Mu yang manis. Berilah aku minat yang lebih besar terhadap firman-Mu dan hal-hal rohani, dan kabulkanlah doaku.

No comments: