Hitstat

31 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 3 Jumat

Makna Kebangkitan Kristus
Kisah Para Rasul 2:24
Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.

Kebangkitan Kristus ialah perihal kebenaran Allah. Allah itu benar dalam menghukum Kristus di atas salib sebagai pengganti kita. Terhukumnya Kristus di atas salib ini adil dan benar. Dengan dihukum oleh Allah, Kristus menggenapkan semua tuntutan kebenaran Allah. Ia menanggung dosa-dosa kita di atas salib untuk menggenapi sepenuhnya semua tuntutan kebenaran Allah. Sebab itu melalui kematian Kristus di atas salib, kebenaran Allah telah dipuaskan seluruhnya. Dengan perkataan lain, Allah yang benar telah dipuaskan secara hukum dengan kematian Kristus di atas salib. Segera setelah memuaskan tuntutan kebenaran Allah, Kristus mengalami perhentian sebagai kegenapan nubuat Alkitab.
Sesudah Kristus dikuburkan, Allah bertanggung jawab dalam kebenaran-Nya untuk membebaskan-Nya dari antara orang mati. Kebangkitan Kristus tidak saja masalah kekuasaan, tetapi juga masalah kebenaran. Andaikata Allah tidak membangkitkan Kristus setelah kematian-Nya di atas salib setelah Ia memuaskan semua tuntutan kebenaran Allah, maka Allah tidaklah benar. Menurut kebenaran-Nya, Allah harus menghukum Kristus di atas salib sebab Ia menanggung semua ketidakbenaran kita. Tetapi setelah Allah menghukum Kristus sepenuhnya, kebenaran Allah bertanggung jawab membebaskan Kristus dari kematian dan membangkitkan-Nya dari antara orang mati.
Menurut konsepsi Matius, kebangkitan Kristus bertalian dengan kebenaran Allah. Jadi, Kristus dibangkitkan dari kematian berarti Allah membebaskan Dia menurut kebenaran-Nya. Pada akhirnya Kristus tidak saja menjadi Raja yang berkuasa, tetapi juga Raja yang benar. Kerajaan-Nya sangat berhubungan dengan kebenaran dan keadilan. Kristus secara benar dihukum oleh Allah di atas salib, dan Ia secara benar pula dibangkitkan dari kematian oleh Dia untuk menjadi Raja yang benar. Kristus adalah Raja yang benar bagi Kerajaan Allah yang benar.

Kis. 2:24; Rm. 4:25; 5:10; Mzm. 89:15; 1 Kor. 1:30

Roma 4:25 mengatakan, “Yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan untuk pembenaran kita.” Ayat ini menghubungkan kebangkitan dengan kebenaran. Alkitab menjadikan kebangkitan bukan saja masalah kekuasaan, tetapi juga kebenaran. Tidak saja kebenaran Allah dimanifestasikan dalam kebangkitan Kristus dari kematian, tetapi juga kita dibenarkan oleh kebangkitan Kristus. Sebab itu, kebangkitan Kristus merupakan bukti kebenaran Allah dan dibenarkannya kita. Haleluya, dalam kebangkitan Kristus, Allah adalah Allah yang benar, dan kita adalah orang-orang yang dibenarkan!
Kerajaan Surga dibangunkan dan didirikan di atas kebenaran Allah di mana Allah bertanggung jawab untuk membangkitkan Penebus yang benar dan membuat kita menjadi benar. Sebab itu kebangkitan Kristus ialah wilayah kebenaran. Dalam lingkungan kebangkitan Kristus Allah adalah Allah yang benar dan kita adalah umat Allah yang dibenarkan. Di sini kita mempunyai kerajaan.
Kebenaran berasal dari Allah bagi pemerintahan-Nya (Mzm. 89:15; 97:2; Yes. 32:1). Kebenaran ini adalah Kristus yang kemudian menjadi kebenaran kita (1 Kor. 1:30), membuat kita menjadi kebenaran Allah di dalam Dia. Melalui penebusan Kristus, manusia yang adalah orang dosa bahkan dosa itu sendiri dijadikan kebenaran Allah, didamaikan dengan Allah yang benar, dan dijadikan ciptaan baru yang hidup kepada Allah bagi ketetapan kehendak kekal-Nya. Melalui kematian Kristus, Dia di dalam daging dihakimi oleh Allah sebagai dosa bagi kita, supaya kita dapat menjadi satu dengan Dia dalam kebangkitan-Nya dan menjadi kebenaran Allah. Dengan kebenaran ini, kita yang dahulu adalah musuh-musuh Allah, dapat dan telah didamaikan dengan Allah (2 Kor. 5:18-20; Rm. 5:10).
Allah damba mendapatkan satu umat di bumi yang bukan hanya adalah orang-orang yang benar; Dia ingin satu umat yang dalam pandangan Allah, Iblis, malaikat-malaikat, dan setan-setan, adalah kebenaran Allah. Dijadikan benar di hadapan Allah adalah satu hal; menjadi kebenaran Allah adalah hal lain lagi. Menjadi kebenaran Allah adalah kenikmatan yang paling tinggi terhadap Allah Tritunggal di dalam Kristus.

Doa:
Tuhan Yesus, kebangkitan-Mu adalah perkara kebenaran, bahkan tahta-Mu didirikan di atas pondasi kebenaran. Garapkan kebenaran-Mu menjadi kebenaranku. Tuhan, aku mau agar hidupku boleh menjadi kebenaran Allah, menempuh hidup yang benar terhadap Allah, manusia, bahkan terhadap segala sesuatu.

30 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 3 Kamis

Kemenangan Sang Raja
Matius 28:5-6a
Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: “Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya.

Matius 28:1 berkata, “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.” Kristus dibangkitkan pada hari pertama minggu itu. Ini melambangkan bahwa kebangkitan-Nya membawa permulaan baru dengan zaman baru bagi Kerajaan Surga. Kebangkitan Kristus pertama-tama ditemukan oleh dua orang saudari, Maria Magdalena dan Maria lain. Mereka menemukannya, sebab mereka mengasihi Tuhan sampai puncaknya. Kemudian mereka menjadi dua saksi pertama tentang kebangkitan Tuhan.
Kebangkitan Kristus ditunjukkan oleh malaikat (Mat. 28:2-7). Matius 28:2 mengatakan, “Tiba-tiba terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya.” Gempa bumi melambangkan bahwa bumi, alas kudeta setan telah diguncangkan oleh kebangkitan Tuhan. Malaikat datang membenarkan kebangkitan Tuhan dengan menggulingkan batu penutup itu dan memberitakan kebangkitan itu kepada pencari-Nya. Kedatangan Malaikat yang menggetarkan para penjaga menunjukkan kuasa surgawi.
Menurut Matius 28:5-6, malaikat berkata kepada perempuan-perempuan itu, “Janganlah kamu takut, sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya.” Alangkah indahnya berita ini! Kristus yang tersalib selamanya tidak mungkin masuk ke dalam diri kita, hanya Kristus yang bangkit yang dapat masuk ke dalam kita. Hanya Kristus yang bangkit yang dapat memberikan hayat ke dalam kita. Jadi Roma 4:24-25 menyatakan bahwa Kristus akan masuk ke dalam orang-orang yang dibenarkan dan di dalam mereka akan memperhidupan suatu hayat yang dibenarkan.

Mat. 28:1-10; Rm. 3:24; 4:24-25; Yoh. 20:14-18

Matius 2:7 berkata, “Segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.” Oleh karena Raja Surgawi memulai ministri-Nya dari Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain (Mat. 4:12-17), bukan dari Yerusalem, kota kudus agama Yahudi, maka setelah kebangkitan-Nya, Ia akan tetap pergi ke Galilea bukan ke Yerusalem. Ini tegas menunjukkan bahwa Raja yang telah bangkit itu telah mutlak membuang Yudaisme dan memulai daerah baru bagi pelaksanaan Perjanjian Baru Allah.
Menurut Matius 28:8-10, Kristus yang telah bangkit bertemu dengan Maria Magdalena dan Maria lain. Ayat 8 berkata, “Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari-lari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.” Mereka pergi dengan takut karena gempa bumi dan sukacita yang besar karena kebangkitan Tuhan. Ayat 9 berkata bahwa Tuhan Yesus menjumpai mereka, lalu mereka “mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.” Hal ini mulai tersiar setelah Tuhan menampakkan diri kepada Maria Magdalena (Yoh. 20:14-18).
Kematian Kristus telah menggenapkan dan memuaskan seluruh tuntutan keadilan Allah, sehingga kita dapat dibenarkan oleh Allah (Rm. 3:24). Kebangkitan-Nya adalah satu bukti bahwa Allah telah puas akan kematian penggantian-Nya bagi kita. Kita dibenarkan Allah oleh karena kematian-Nya, dan di dalam Dia yang bangkit, kita diperkenan di hadapan-Nya. Tidak hanya demikian, sebagai Yang bangkit, Dia juga di dalam kita menempuh suatu kehidupan bagi kita. Kehidupan ini dapat dibenarkan Allah dan selalu berkenan kepada Allah. Sebab itu Roma 4:25 mengatakan, “Dia dibangkitkan untuk pembenaran kita.” Kristus kita adalah Kristus yang bangkit. Dia adalah hayat yang mengalahkan dan menaklukkan maut. Haleluya, Kristus kita adalah hayat yang mengalahkan maut! Dia adalah kebangkitan! Agar menjadi hikmat dan kekuatan Allah bagi kita untuk membereskan masalah-masalah kita dalam kehidupan sehari-hari, Kristus harus menjadi Kristus yang bangkit. Kristus yang hidup di dalam kita sebagai hayat kita adalah Kristus yang bangkit.

Doa:
Tuhan Yesus, tidak ada satu apapun di atas muka bumi ini yang dapat menahan hayat kebangkitan-Mu. Hayat kebangkitan-Mu telah mematahkan kuasa dosa, maut, dan dunia. Kebangkitan-Mu juga menjadi satu tanda bahwa aku adalah orang yang diperkenan oleh Allah. Moga aku terus mengalami sang Bangkit ini dalam hidupku sehari-hari.

29 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 3 Rabu

Mayat Yesus Dikuburkan
Matius 27:59-60a
Dan Yusufpun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu.

Walau Tuhan disalibkan di antara dua penyamun, namun Ia kemudian dikuburkan di dalam sebuah kubur yang baru oleh seorang kaya bernama Yusuf (Mat. 27:57-66). Mayat Tuhan Yesus dibungkus dengan kain lenan yang putih bersih, lalu dibaringkan di dalam kuburnya yang baru (Mat. 27:59-60). Maria Magdalena dan Maria lainnya duduk di depan kuburan itu menyaksikan penguburan itu. Penguburan macam ini menggenapkan nubuat dalam Yesaya 53:9.
Yusuf dari Arimatea, seorang kaya (Mat. 27:57), dan Nikodemus, penguasa Yahudi (Yoh. 19:39; 3:1), datang untuk memperhatikan penguburan Tuhan melalui merempah-rempahi tubuh-Nya dengan mur dan damar dan menguburkan-Nya di dalam sebuah kubur yang baru. Dalam kehormatan manusia dengan standar tinggi yang sedemikian, Tuhan beristirahat pada hari Sabat (Luk. 23:55-56), menunggu waktu untuk bangkit dari antara orang mati. Allah menciptakan ciptaan lama dalam enam hari dan kemudian beristirahat pada hari ketujuh. Dalam Perjanjian Baru Tuhan menggenapkan penebusan-Nya yang penuh, pekerjaan penebusan-Nya, dalam enam hari, dan kemudian Dia beristirahat pada hari ketujuh, hari Sabat. Tuhan Yesus diletakkan di dalam kubur yang sedemikian untuk menikmati Sabat-Nya.
Setelah Tuhan Yesus dikubur, imam-imam kepala, dan orang-orang Farisi datang kepada Pilatus dan mohon dia untuk menjaga kubur itu sampai hari ketiga (Mat. 27:62-64). Selanjutnya Matius 27:65-66 berkata, “Kata Pilatus kepada mereka, ‘Ini penjaga-jaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya.’ Lalu pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.” Ini dimaksudkan oleh para pemimpin Yahudi yang menentang sebagai tindakan pencegahan yang negatif, tetapi justru berbalik menjadi kesaksian positif yang kuat untuk kebangkitan Tuhan.

Mat. 27:57-66; Luk. 23:55-56

Sampai di sini, kita perlu menyadari bahwa terdapat suatu kontradiksi antara ketidakbenaran manusia dan kebenaran Allah. Segala sesuatu yang manusia perbuat atas diri Tuhan Yesus dalam Matius 27 sungguh tidak benar. Tidak saja Pilatus yang tidak benar terhadap Tuhan Yesus, tetapi kaum pemimpin Yahudi pun tidak benar terhadap-Nya. Mereka menahan Kristus secara tidak benar dan mereka pun menghakimi dan memborgol-Nya secara tidak benar. Segala sesuatu yang tua-tua agama lakukan atas diri Tuhan tidak benar. Tentu saja Yudas pun tidak benar mengkhianati Tuhan Yesus. Serdadu Roma pun memperlakukan-Nya secara tidak benar. Cemooh, ludah, dan pukulan yang mereka lakukan tidak benar. Mereka juga secara tidak benar memaksa Simon dari Kirene untuk memikul salib Tuhan. Dapat disimpulkan, di pihak manusia, semuanya tidak ada yang benar.
Puji Allah bahwa ketidakbenaran manusia berubah menjadi kebenaran Allah. Hanya sebegitulah yang mampu diperbuat manusia, menganiaya Tuhan dan menyalibkan-Nya sebagai Anak Domba Paskah. Segala sesuatu yang manusia lakukan atas diri Tuhan Yesus menyediakan keadaan bagi masuknya kebenaran Allah. Pada pihak manusia segala sesuatu itu serba hitam, tetapi pada pihak Allah, semuanya serba putih. Pada pihak manusia, segala sesuatu tidak benar, tetapi pada pihak Allah, segalanya benar. Ketidakbenaran manusia menyediakan jalan bagi kebenaran Allah untuk dimanifestasikan sepenuhnya. Dengan demikian, ketidakbenaran manusia berubah menjadi kebenaran Allah. Dalam ketersaliban Kristus, ketidakbenaran manusia terungkapkan seluruhnya namun mendatangkan kebenaran Allah. Sebab itu, terbunuhnya Kristus merupakan jalan pertama bagi datangnya kebenaran Allah.
Pemerintahan manusia dibangun di atas ketidakbenaran, tetapi Kerajaan Allah dibangun di atas kebenaran. Kebenaran adalah pondasi yang kokoh bagi Kerajaan Allah. Karena kita diselamatkan di dalam kebenaran Allah, maka pondasi keselamatan kita sangatlah kokoh. Kita dulu berada di dalam ketidakbenaran manusia, tetapi kini kita berada di dalam kebenaran Allah dan dalam Kerajaan Allah. Kerajaan Allah ialah kerajaan kebenaran Allah dan kitalah orang yang benar dalam kerajaan-Nya.

Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih untuk kebenaran-Mu yang menggantikan ketidakbenaran manusia. Semua yang ada di atas muka bumi ini penuh dengan ketikdakbenaran. Puji Tuhan, aku yang dahulu penuh dengan ketidakbenaran, melalui ketersaliban-Mu membuat aku menjadi orang yang dibenarkan.

28 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 3 Selasa

Dampak Penyaliban Kristus
Matius 27:51-52
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.

Matius 27:51-56 memperlihatkan kepada kita dampak ketersaliban Kristus. Ayat 51a berkata, “Lihatlah, tirai Bait Suci terkoyak menjadi dua dari atas sampai ke bawah.” Ini melambangkan bahwa sekatan antara Allah dan manusia telah lenyap, karena daging (yang dilambangkan oleh tabir) dosa telah diambil alih oleh Kristus (Rm. 8:3) yang disalibkan (Ibr. 10:20). Perkataan “dari atas sampai ke bawah” menunjukkan bahwa terkoyaknya tabir ialah perbuatan Allah dari atas. Karena dosa telah dihukum dan daging dosa telah disalibkan maka sekatan antara Allah dan manusia telah dihapus. Kini jalan untuk masuk ke hadirat Allah terbuka bagi kita. Inilah dampak kematian Tuhan yang alangkah indah! Kematian-Nya bukanlah mati martir melainkan sepenuhnya adalah tindakan penebusan.
Selanjutnya Matius 27:51b berkata pula bahwa, “Terjadilah gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah.” Terjadinya gempa bumi menunjukkan bahwa dasar pemberontakan setan telah goyah dan bukit-bukit batu terbelah menunjukkan bahwa pusat kekuatan kerajaan Satan di bumi telah runtuh. Haleluya, kematian Tuhan membelah tirai, mengguncangkan tumpuan pemberontakan setan dan menghancurkan pusat kekuatan kerajaan Satan! Kematian yang alangkah hebat! Puji Tuhan karena kematian-Nya! Karena kebenaran Allah telah dipuaskan sepenuhnya, maka kematian Kristus begitu berkhasiat!
Ibrani 9:8 mengatakan “jalan ke tempat maha kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada” (Tl.). Namun ketika kita tiba pada Ibrani 10:19-20, kita nampak satu jalan yang baru dan yang hidup, yang baru saja terbuka untuk menuju ke tempat yang maha kudus, ke dalam perjanjian yang baru. Tirai (tabir) yang menutupi tempat maha kudus telah terkoyak oleh kematian Kristus (Mat. 27:51), yang menyalibkan daging (Ibr. 10:20; Gal. 5:24), dan kini jalan ke tempat maha kudus telah terbuka.

Mat. 27:51-56; Rm. 8:3; Ibr. 9:8; 10:19-20; Gal. 5:24

Ibrani 10:19 mengatakan, “Jadi, Saudara-saudara, kita sekarang dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat (maha) kudus, oleh darah Yesus.” Tempat maha kudus hari ini berada di surga, di mana Tuhan Yesus berada (Ibr. 9:12, 24). Bagaimana kita dapat memasuki tempat maha kudus ketika kita masih berada di bumi? Rahasianya adalah roh kita yang dikatakan dalam Ibrani 4:12. Kristus yang berada di surga hari ini juga berada di dalam roh kita (2 Tim. 4:22). Sebagai tangga surgawi, Dia menghubungkan roh kita dengan surga dan membawa surga ke dalam roh kita (Kej. 28:12; Yoh. 1:51). Jadi, setiap kali kita kembali ke dalam roh kita, kita segera masuk ke dalam tempat maha kudus. Di sana kita berjumpa dengan Allah, yang berada di atas takhta anugerah.
Kita masuk ke tempat maha kudus “Karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tirai, yaitu diri-Nya sendiri” (Ibr. 10:20). Jalan ke tempat maha kudus telah terbuka. Dalam bahasa Yunani, istilah “baru” dalam ayat ini berarti “baru tersembelih”. Jadi, oleh kematian Krisus di atas salib, jalan itu “baru tersembelih” bagi kita, demikianlah terbuka bagi kita. Tirai melambangkan tubuh Kristus, maka ketika tubuh Kristus tersalib, seluruh ciptaan ikut pula tersalib bersama tubuh-Nya. Tubuh ini telah tersembelih. Menurut catatan Matius 27:51, ketika tubuh jasmaniah Kristus disalibkan, tirai ini terbelah dari atas ke bawah, ini berarti tirai bukan dibelah oleh siapa pun di bumi, melainkan oleh Allah di surga. Ciptaan lama telah tersembelih dan jalan yang baru dan yang hidup untuk masuk ke tempat maha kudus telah terbuka. Sekarang, melalui tirai tubuh yang telah terbelah dan melalui darah Yesus, kita dapat memasuki tempat maha kudus. Hingga hari ini, kematian dan darah-Nya tetap tersedia bagi kita.
Ketika tubuh jasmaniah Kristus disalibkan, terbukalah jalan bagi kita; orang-orang yang dipisahkan dari Allah, yang dilambangkan oleh pohon hayat (Kej. 3:22-24), untuk masuk ke dalam tempat maha kudus, berkontak dengan Dia, dan menerima Dia sebagai pohon hayat bagi kenikmatan kita. Ini juga menyatakan karena manusia lama kita telah disalibkan bersama dengan Kristus, maka kita memiliki satu jalan yang terbuka untuk berkontak dan menikmati Allah di dalam roh kita sebagai hayat dan suplai hayat kita.

Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih untuk jalan yang terbuka, sehingga aku bisa menghampiri Allah. Kau telah membuka jalan yang baru dan hidup melalui kematian-Mu di atas kayu salib. Tuhan, ketika aku kembali ke dalam roh, saat itulah aku masuk ke dalam Ruang Maha Kudus untuk berkontak dan menjamah Engkau.

27 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 3 Senin

Dihakimi dan Ditinggalkan Allah
Matius 27:46
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Walaupun manusia tidak benar, tetapi Allah menghakimi dengan benar. Matius 27:45 menyebutkan, “Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga”. Yesus menderita di atas kayu salib selama enam jam. Pada tiga jam pertama, Ia dianiaya oleh manusia untuk menuruti kehendak Allah; pada tiga jam yang akhir, Ia dihukum oleh Allah untuk menggenapkan tebusan bagi kita. Selama saat inilah Allah menganggap Dia sebagai pengganti penerima kesengsaraan dosa kita (Yes. 53:10). Sebab itu kegelapan meliputi seluruh daerah itu karena dosa kita dan semua dosa serta semua hal yang negatif ditanggulangi di sana, Allah meninggalkan Dia karena dosa kita.
Serdadu-serdadu, imam-imam kepala, dan tua-tua Yahudi telah melakukan segala cara untuk menyakiti Tuhan. Pada saat demikian, Allah datang menghakimi Penyelamat yang tersalib ini dan membuang Dia. Matius 27:46 berkata, “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring, ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Allah meninggalkan Kristus di atas salib sebab Ia mengambil kedudukan orang berdosa (1 Ptr. 3:18), menanggung dosa-dosa kita (1 Ptr. 2:24; Yes. 53:6) dan dijadikan berdosa karena kita (2 Kor. 5:21). Agar kita terlepas dari dosa dan berdamai dengan Allah, Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita (1 Kor. 15:3), supaya dosa-dosa kita diampuni Allah. Dia memikul dosa-dosa kita di atas salib, menggantikan kita menerima penghakiman Allah. Dua Korintus 5:21 mengatakan, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Karena itu, ketika Kristus menjadi manusia di dalam daging (Yoh. 1:14), Dia dijadikan dosa (bukan berdosa) untuk dihakimi Allah (Rm. 8:3) karena kita, supaya kita dapat menjadi kebenaran Allah di dalam Dia.

Mat. 27:45-50; Yes. 53:10; 2 Kor. 5:21; 1 Ptr. 2:24

Menurut keempat Kitab Injil, Tuhan Yesus berada di atas salib selama enam jam. Selama tiga jam yang pertama, orang berbuat banyak perkara yang tidak benar terhadap-Nya. Mereka menganiaya dan mengolok-olok Dia. Sebab itu, dalam tiga jam yang pertama Tuhan menderita atas perbuatan tidak benar manusia. Tetapi pada jam dua belas, Allah datang, dan kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga sore. Kegelapan ini ialah perbuatan Allah. Di tengah-tengah kegelapan ini, Tuhan berseru dengan kata-kata yang dikutip dalam Matius 27:46.
Ketika Tuhan menderita aniaya manusia, Allah beserta dengan Dia dan Ia menikmati penyertaan Allah. Tetapi pada akhir tiga jam yang pertama, Allah membuang Dia, dan tibalah kegelapan. Karena tak mampu menahan ini, Tuhan berseru dengan keras, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Allah membuang Dia sebab Ia berdiri pada kedudukan sebagai pengganti kita dalam menanggung dosa-dosa kita terhadap Allah. Dalam tiga jam, dari jam dua belas siang sampai jam tiga, Allah yang benar menanggungkan semua dosa kita pada pengganti ini dan menghukumnya secara benar bagi dosa-dosa kita. Allah membuang Dia karena sepanjang tiga jam Ia dikatakan sebagai seorang berdosa di atas kayu salib; Ia bahkan dibuat berdosa. Di satu pihak, Tuhan menanggung dosa kita, di lain pihak, Ia dibuat dosa karena kita, sehingga Allah menghukum Dia. Ini mutlak masalah keadilan dan kebenaran Allah.
Menjelang akhir penyaliban-Nya, orang masih mencemooh Dia dengan memberi-Nya cuka untuk meleraikan dahaga-Nya (Mat. 27:48-49; Yoh. 19:28-30; Luk. 23:36). Matius 27:50 berkata, “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya” (Yoh. 19:30). Ini menunjukkan bahwa Tuhan mati dengan sukarela (Mrk. 15:37, Luk. 23:46). Tuhan Yesus tidak dibunuh, melainkan dengan rela menyerahkan nyawa-Nya. Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, Ia yang benar telah mati bagi kita yang tidak benar. Roma 8:3 mengatakan, “Allah mengutus Anak-Nya sendiri sebagai manusia yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa dan untuk menghapuskan dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.” Ya, Kristus telah dijadikan dosa karena kita dan menerima hukuman Allah bagi kita.

Doa:
Tuhan Yesus, demi aku manusia yang berdosa ini Engkau rela menanggung penghakiman Allah, dihakimi dan ditinggalkan Allah, dibuat menjadi dosa. Terima kasih untuk kasih karunia yang sedemikian besar ini. Moga aku menjadi orang yang menghargai dan memustikakan perkara ini, tidak menganggapnya remeh.

25 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 2 Sabtu

Dicambuk, Dipermalukan, dan Disalibkan
Matius 27:33-34
Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya.

Matius 27:24-26 mencatat, “Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: ‘Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!’ Dan seluruh rakyat itu menjawab: ‘Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!’ Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.”
Matius 27:27-32 menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus diolok-olok oleh para serdadu kafir. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya (Mat. 27:28). Ayat selanjutnya berkata, “Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olok Dia, katanya, ‘Salam, hai Raja orang Yahudi!’” Duri ialah lambang kutukan (Kej. 3:17-18). Tuhan Yesus terkutuk bagi kita di atas salib (Gal. 3:13). Setelah meludahi Tuhan, memukul kepala-Nya, dan mengolok-olok Dia, mereka menanggalkan jubah-Nya, mengenakan pula pakaian-Nya, kemudian membawa-Nya untuk disalibkan (Mat. 27:30-31). Tuhan di sini, sebagai Anak Domba Paskah berkurban bagi dosa-dosa kita, diseret seperti domba kepada penyembelih-Nya untuk menggenapkan Yesaya 53:7-8.
Matius 27:33 berkata, “Kemudian sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak.” Golgota ialah nama Ibrani (Yoh. 19:17) yang berarti tengkorak (Mrk. 15:22). Ayat selanjutnya berkata, “Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya.” Anggur yang dicampur dengan empedu (dan juga dengan mur — Mrk. 15:23) dimaksudkan sebagai tegukan yang membius. Tetapi Tuhan tak mau dibiuskan. Ia mau minum cawan pahit itu sampai habis.

Mat. 27:24-44; Gal. 3:13; Yes. 53:7-8; Mzm. 22:16-17

Siapakah yang dapat memahami sepenuhnya penderitaan yang diderita tubuh Tuhan Yesus di atas salib? “Mazmur Mesias” (Mazmur yang mengisahkan Kristus) dengan sangat jelas melukiskan penderitaan tubuh-Nya. “Mereka menusuk tangan dan kakiku” (Mzm. 22:17). Nabi mengatakan bahwa Ia akan disebut “yang telah mereka tikam” (Za. 12:10). Tangan, kaki, dahi, rusuk, dan jantungnya-Nya pernah ditikam orang, yaitu tertikam oleh dan untuk insani kita yang berdosa.
Pada saat itu, karena luka-luka-Nya dan karena tubuh-Nya tergantung di atas salib, tanpa penopang, aliran darah dalam tubuh-Nya tidak seperti biasanya, menyebabkan suhu tubuh-Nya sangat tinggi, dan mulut-Nya terasa sangat haus, sehingga Ia berseru, “Lidahku melekat pada langit-langit mulutku” (Mzm. 22:16). “... aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam” (Mzm. 69:22). Karena tangan kita berbuat dosa, maka tangan-Nya harus dipaku; karena mulut kita berbuat dosa, maka mulut-Nya harus menderita; karena kaki kita berbuat dosa, maka kaki-Nya harus dipaku; karena pikiran kita berbuat dosa, maka kepala-Nya harus mengenakan mahkota duri.
Hukuman yang seharusnya dijatuhkan ke atas tubuh manusia, semua telah dilaksanakan di atas tubuh-Nya. Demikianlah Ia menderita segala sengsara atas tubuh-Nya sendiri, hingga mati. Walaupun Ia memiliki kekuatan untuk menghindari kesengsaraan itu, namun Ia rela menyerahkan tubuh-Nya untuk menderita sengsara dan kesakitan yang tak terperi, tanpa mundur sedikit pun, sampai Ia “tahu bahwa segala sesuatu telah selesai” (Yoh. 19:28). Setelah itu barulah Ia menyerahkan nyawa-Nya (jiwa-Nya).
Matius 27:39-40 mencatat, “Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, ... turunlah dari salib itu dan selamatkanlah dirimu!’” Tua-tua Yahudi juga mengolok-olok Dia dan berkata, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan.” Andaikata Ia mau menyelamatkan diri-Nya, Ia tak dapat menyelamatkan kita. Ia mati menggantikan kita dengan menerima semua hukuman, menyerahkan jiwa-Nya menjadi harga tebusan bagi banyak orang, sehingga yang percaya kepada-Nya, tidak akan dihukum lagi (Yoh. 5:24).

Doa:
Tuhan Yesus, di atas kayu salib, Engkau menanggung segala dosa umat manusia. Semua penderitaan ini Kau jalani demi menyelamatkan aku dari murka Allah. Tuhan, ampuni aku yang kurang menghargai apa yang telah Engkau kerjakan di atas kayu salib. Biarlah mulut dan hatiku senantiasa penuh dengan pujian dan ucapan syukur terhadap-Mu.

24 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 2 Jumat

Yesus Dihakimi oleh Pilatus
Matius 27:22-23
Kata Pilatus kepada mereka: “Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?” Mereka semua berseru: “Ia harus disalibkan!” Katanya: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?” Namun mereka makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!”

Pada malam Tuhan Yesus dijual, orang-orang yang menangkap-Nya membawa-Nya ke depan Imam Besar Kayafas. Orang-orang Yahudi mencari saksi-saksi palsu supaya dapat menghukum mati Dia, tetapi tidak mendapatkannya. Ketika mereka mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, ketika tampil banyak saksi palsu, Tuhan tidak menjawab sepatah kata pun. Tetapi ketika Imam Besar bertanya kepada-Nya, “Apakah Engkau Mesias, Anak Allah atau bukan?” Dia segera menjawab, “Engkau telah mengatakannya” (Mat. 26:63-64a). Demikianlah Imam Besar akhirnya menjatuhkan hukuman terhadap-Nya berdasarkan pengakuan-Nya itu.
Menjelang siang, mereka membelenggu Tuhan Yesus dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali negeri itu. Pilatus bertanya kepada Tuhan Yesus, “Engkaukah Raja Orang Yahudi?” Jawab Yesus, “Engkau sendiri mengatakannya” (Mat. 27:2, 11). Mengherankan sekali, setelah Ia menjawab demikian, Pilatus malah mengakui bahwa Dia tidak berdosa, dan ingin melepaskan-Nya. Di depan Imam Besar, Ia menjawab, “Engkau telah mengatakannya,” Ia lalu dijatuhi hukuman. Di depan Pilatus Ia menjawab, “Engkau sendiri mengatakannya,” Ia malah tidak dihukum. Kedua belah pihak persis berkebalikan. Di depan Imam Besar Kayafas, Ia diadili bukan karena masalah raja, melainkan masalah Anak Allah. Di depan Pilatus, Ia dihakimi karena masalah apakah Ia raja. Kedua masalah ini, dari luarnya seolah ada perbedaan yang besar, tetapi dalam pandangan Allah, itu saling berkaitan.
Di hadapan Allah, orang Yahudi tidak mempunyai raja. Anak Allahlah yang menjadi raja. Sebab itu, dalam dua kali pengadilan itu Tuhan Yesus tidak menjawab pertanyaan yang lain, Ia hanya menjawab kedua pertanyaan: siapakah Dia, dan apakah yang Dia kerjakan. Kedua hal ini sangat penting.

Mat. 27:1-26; Yoh. 18:34-38

Menjelang siang hari, imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi membawa Tuhan Yesus ke hadapan Pilatus, wali negeri itu. Pilatus bertanya kepada-Nya, “Engkaukah raja orang Yahudi?” (Mat. 27:11b). Jawab Yesus, “Apakah engkau mengatakan hal itu dari hatimu sendiri? Atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Kata Pilatus, “Apakah aku seorang Yahudi? Bangsamu sendiri dan Imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?” Jawab Yesus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku sudah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi; akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” Maka kata Pilatus kepada-Nya, “Jadi, Engkau adalah raja?” Jawab Yesus, “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian untuk kebenaran. Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku” (Yoh. 18:34-37). Setelah mendengar jawaban Tuhan Yesus demikian, keluarlah Pilatus mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka, “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya” (Yoh. 18:38b). Inilah kesaksian yang dilakukan Tuhan Yesus di hadapan Pilatus.
Tuhan Yesus datang ke bumi, khusus bersaksi untuk kebenaran. Saat itu orang-orang yang munafik karena perbuatannya jahat, tidak menyenangi terang, sebaliknya, menyenangi gelap, ingin menyingkirkan Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan Yesus tidak takluk kepada kuasa kejahatan. Cemoohan orang terhadap-Nya, fitnahan orang terhadap-Nya, sama sekali tidak dijawab-Nya. Tetapi ketika menyinggung masalah siapa Dia dan apa yang dikerjakan-Nya, Ia bersaksi dengan baik untuk kebenaran, walau karena kesaksian itu Ia harus menerima hukuman mati. Di bumi, Tuhan Yesus menempuh sepotong perjalanan yang tidak biasa. Di pandangan manusia, Ia tidak mendapatkan apa-apa. Tetapi hari ini, Ia sudah duduk di sebelah kanan Yang Mahatinggi, dan Dia akan datang di atas awan di langit. Puji Tuhan! Siapa saja yang mengikuti-Nya, haruslah memperhatikan kesaksian-Nya.

Doa:
Tuhan, Engkau adalah Terang, juga kebenaran. Terang-Mu menyingkapkan semua situasi yang penuh kegelapan. Kebenaran-Mu menyingkapkan semua kepalsuan. Tuhan, Engkau tidak pernah kompromi terhadap kebenaran, melainkan tetap bersaksi bagi kebenaran. Singkapkan semua kepalsuan dan kegelapan yang ada di dalamku.

23 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 2 Kamis

Kegagalan Petrus
Matius 26:75
Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Petrus adalah orang yang sangat tidak stabil. Meskipun namanya mengindikasikan bahwa ia adalah sebuah batu, karakternya seperti air; saat ini mengalir ke arah sini dan saat berikutnya mengalir ke arah lainnya. Ia sepenuhnya dikendalikan oleh lingkungan. Sewaktu ia sedang membanggakan dirinya ia menyatakan dirinya tidak akan terguncang, bahkan jika semua orang terguncang. Namun di Taman Getsemani ia jatuh tertidur sama seperti yang lainnya.
Petrus berkata bahwa ia tidak akan pernah terguncang, dan menurut perasaannya, ia dengan tulus percaya bahwa ia tidak akan pernah terguncang. Namun bahkan sebelum ia menghadapi penentangan dari manusia, ia sudah jatuh tertidur di Taman Getsemani. Rohnya penurut, tetapi dagingnya lemah (Mat. 26:41). Tidak lama kemudian, ia mengumpulkan segenap tenaganya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya (Mat. 26:51). Ia dengan gagah berani berbuat demikian. Ia sangat mengasihi Tuhan sehingga ia mengesampingkan pertimbangan pribadinya dan bertindak sejauh ini. Namun tidak lama kemudian ia tergelincir kembali. Inilah Petrus, seorang murid Tuhan yang mewakili keadaan kebanyakan kita hari ini.
Hayat alamiah kita mustahil mampu masuk ke dalam kerajaan. Karena kita semua sama seperti Petrus, jangan berusaha menapaki jalan yang sempit ke dalam kerajaan dengan hayat alamiah kita. Tak peduli kita memiliki mental atau kehendak macam apa pun, kita takkan berhasil. Ujian yang akan datang akan menyingkapkan kita sepenuhnya. Tetapi puji Tuhan bahwa masih ada jalan pertobatan, menangis, dan pengakuan yang mendatangkan pengampunan Tuhan serta kunjungan-Nya lebih lanjut. Hanya setelah kita melalui semua ujian dan telah menderita semua kegagalan serta kekalahan, barulah kita menyadari keperluan kita akan hayat lain, hayat yang unggul dan melampaui segala keadaan.

Mat. 26:69-75; Mrk. 14:54

Matius 26:69-75 memberikan kita catatan tentang penyangkalan Petrus terhadap Tuhan. Pada mulanya, “Petrus mengikuti Dia dari jauh, sampai ke dalam halaman Imam Besar, dan di sana ia duduk di antara pengawal-pengawal sambil berdiang dekat api” (Mrk. 14:54). “Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: ‘Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.’ Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: ‘Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud’” (Mat. 26:69b-70). Di sini ada seseorang yang telah mengikuti Tuhan selama tiga setengah tahun. Tidakkah ia mengenal siapa Tuhan itu? Pada suatu saat ia dapat menghunus pedangnya dan melukai seseorang, namun di saat lainnya ia kehilangan keberaniannya sama sekali. Petrus tidak mampu bertahan bahkan terhadap perempuan kecil yang rapuh pun. Penyangkalan Petrus terhadap Tuhan merupakan suatu penyingkapan atas keadaannya yang alamiah.
Ketika Tuhan sedang diadili dan semua orang mencemooh Dia, keberanian Petrus hilang tak berbekas. Matius 26:71-72 mengatakan bahwa “Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ, ‘Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.’ Ia menyangkal lagi dengan bersumpah, ‘Aku tidak kenal orang itu.’” Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata, “Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu” (Mat. 26:73). Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: “Aku tidak kenal orang itu” (Mat. 26:74).
Dalam penyangkalan pertama, Petrus hanya berkata-kata, dalam penyangkalan yang kedua kali, ia menjawab dengan sumpah, dan dalam penyangkalan yang ketiga kali, ia mengutuk dan bersumpah. Setelah menyangkal Tuhan ketiga kalinya ia mendengar ayam berkokok, Petrus ingat perkataan Tuhan dan ia pergi keluar, menangis dengan sedihnya (Mat. 26:75). Ketika Tuhan sedang menderita aniaya dan penghukuman yang tidak adil, Petrus menyangkal-Nya. Dengan menyangkal Dia, apa adanya Petrus yang alamiah telah tersingkap sejelas-jelasnya.

Doa:
Tuhan Yesus, aku tidak lebih baik daripada Petrus. Terhadap situasi yang terjadi sering menyingkapkan kegagalanku. Namun Engkau tidak pernah berputus asa ya Tuhan dan selalu menyediakan pengampunan setiap kali aku datang pada-Mu. Garapkan diri-Mu dan sifat-Mu lebih banyak sehingga aku bisa melewati semua ujian ini.

22 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 2 Rabu

Yesus Ditangkap dan Dihakimi oleh Mahkamah Agama
Matius 26:57-58a
Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar.

Matius 26:47 mencatat, “Waktu Yesus sedang berbicara datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi.” Yudas mencium Tuhan Yesus dengan sungguh hati sebagai tanda bahwa Ialah orang yang akan ditangkap. Andaikan seorang asing yang membawa rombongan untuk menahan-Nya, itu tidak akan begitu menyakitkan bagi Tuhan. Tetapi justru orang yang begitu dekat dengan Tuhan selama tiga setengah tahun. Dikatakan secara insani, hal ini menyakiti hati Tuhan Yesus.
Ketika Tuhan ditahan, salah seorang murid yaitu Petrus, melawan dengan menarik pedangnya, dan menetakkannya kepada hamba imam besar sehingga putus telinganya (Mat. 26:51). Aksi ini tidak membantu Tuhan Yesus, malahan mendatangkan kesulitan. Di dalam kitab Injilnya, Yohanes menyebutkan nama Petrus (Yoh. 18:10) dan Lukas menyinggung fakta bahwa Tuhan menyembuhkan telinga itu (Luk. 22:51). Setelah menyuruh Petrus untuk memasukkan kembali pedangnya, Tuhan berkata, “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian?” (Mat. 26:53-54). Kata “jika begitu” menunjukkan kematian-Nya di atas salib dinubuatkan dalam Alkitab dan perlu digenapkan.
Di sini kita nampak kontradiksi antara dua orang: Petrus menolak penangkapan Tuhan, tetapi Tuhan hendak menerimanya demi penggenapan Alkitab. Hayat Yesus lebih daripada mampu bagi kerajaan, tetapi hayat kita mustahil. Hayat kita tak mampu menahan kejadian serta lingkungan yang bertalian dengan kerajaan. Hayat alamiah kita tidak memadai. Kita semua wajib menyadari hal ini.

Mat. 26:47-68; Kis. 7:56; Yes. 53:7

Dalam Matius 26: 57-68 Tuhan dihakimi oleh Mahkamah Agama. Ia dituduh secara tidak adil dengan kesaksian palsu, tapi Ia tidak mengatakan sepatah kata pun untuk membenarkan diri-Nya. Dengan tetap membisu, Ia menggenapkan Yesaya 53:7. Kemudian imam Besar berkata kepada-Nya, “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” (Mat. 26:63). Ini adalah pertanyaan sama yang Iblis gunakan dalam mencobai Tuhan (Mat. 4:3, 6). Matius 26: 64 berkata, “Jawab Yesus, ‘Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.’”
Imam Besar bertanya kepada Tuhan apakah Ia Anak Allah, tetapi Ia menjawab “Anak Manusia”. Ia menjawab Iblis dengan cara yang sama ketika Ia dicobai (Mat. 4:4). Tuhan ialah Anak Manusia, tidak saja di bumi sebelum kesaliban-Nya, tetapi juga di surga di sebelah tangan kanan Allah setelah kebangkitan-Nya (Kis. 7:56), bahkan pada kedatangan-Nya kembali di atas awan-awan. Untuk menggenapkan maksud tujuan Allah dan untuk mendirikan Kerajaan Surga, Tuhan harus menjadi manusia. Tanpa Tuhan menjadi manusia, maksud tujuan Allah tak dapat dilaksanakan di bumi dan Kerajaan Surga tak dapat didirikan di atas bumi.
Imam Besar, Kayafas, sama seperti Iblis dan pertanyaannya pun sama seperti pertanyaan pencobaan Iblis di padang belantara. Tuhan pun menjawabnya dengan cara yang sama. Ketika imam besar mendengar jawaban Tuhan dalam Matius 26:64, ia mengoyakkan pakaiannya dan berkata, “Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya” (Mat. 26:65). Setelah yang lain mengatakan Ia harus dihukum mati, mereka meludahi muka-Nya, meninju-Nya, menampar Dia, dan mencemoohkan Dia (Mat. 26:67-68). Ketika Tuhan diperlakukan demikian, Ia diam dengan kemenangan. Ia telah menang tidak saja di depan Mahkamah Agama, tetapi juga di depan Petrus yang telah mengikuti-Nya dari jauh, dan yang kemudian masuk sampai ke halaman imam besar dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu (Mat. 26:58).

Doa:
Tuhan Yesus, demi melaksanakan kehendak Allah Engkau rela menerima perlakuan yang tidak adil. Namun di dalam keadaan itu Engkau menyatakan kemenangan-Mu. Hayat-Mu adalah hayat yang menang melampaui segala keadaan, dan hayat ini sekarang juga ada di dalam aku untuk bisa mengatasi segala situasi dan keadaan.

21 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 2 Selasa

Berjaga-jagalah dan Berdoalah!
Matius 26:40b-41
Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Menurut Matius 26:40-41, ketika Tuhan datang kepada murid-murid dan menjumpai mereka sedang tidur, Ia berkata kepada Petrus, “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Dalam hal rohani, roh kita sering kali bersedia atau mau, tetapi daging kita lemah. Perhatikanlah Tuhan Yesus mengatakan perkataan ini terutama ditujukan kepada Petrus, sebab Petrus adalah orang yang paling menonjol. Ketika Tuhan kembali sesudah berdoa pada ketiga kalinya, murid-murid tetap tidur.
Perintah Tuhan agar kita berjaga-jaga dan berdoa memperlihatkan kepada kita pentingnya perihal berdoa. Berdoa membuat kita bisa terhindar dari jatuh ke dalam pencobaan. Hari ini kita hidup di dunia, banyak perkara yang sering mencobai kita. Iblis bisa melalui banyak perkara mencobai kita. Baik dalam perkara pakaian, pekerjaan, harta, pernikahan, dan lain sebagainya, ia selalu ada kesempatan untuk menggoda kita. Lagi pula, ia juga terus-menerus mencari kesempatan untuk menggoda. Kalau kita ingin terhindar dari godaannya, harus berdoa, harus sering berdoa, dalam perkara apa saja harus berdoa.
Kita sering merasa bahwa kita tidak memiliki waktu untuk berdoa. Sebelum kita memutuskan untuk berdoa, segalanya tampak tenang, tenteram. Ketika kita mau mengkhususkan waktu untuk berdoa, banyak hal terjadi, banyak kejadian yang tidak terduga dan mengejutkan menimpa kita dengan tiba-tiba. Sejumlah kesulitan timbul untuk menghalangi agar kita tidak berdoa. Banyak hal berusaha meniadakan waktu doa kita. Apakah hal-hal itu terjadi secara kebetulan? Tidak! Itu adalah siasat Iblis yang terencana untuk menghentikan doa kita. Kalau kita waspada dan berjaga-jaga dalam setiap hal, kita pasti mendapat pimpinan Allah, terhindar dari jatuh ke dalam pencobaan Iblis.

Mat. 26:40-41

Apa artinya berjaga-jaga? Berjaga-jaga adalah sadar dan terus mengamati atau memperhatikan dengan mata terbuka lebar; atau waspada akan bahaya atau hal-hal darurat. Berjaga-jaga dan berdoa berarti memiliki penglihatan rohani untuk melihat adanya tipu muslihat Iblis sehingga terhindar darinya. Doa adalah sejenis pelayanan yang harus ditaruh pada kedudukan yang pertama. Iblis selalu melancarkan siasatnya untuk menaruh hal-hal lain yang berhubungan dengan Tuhan di atas doa dan menempatkan doa pada urutan terakhir. Walaupun kita telah sering diingatkan tentang pentingnya doa, namun tidak banyak di antara kita yang mengindahkannya. Pada umumnya banyak orang lebih bergairah untuk melakukan ini dan itu, tetapi kurang ada minat untuk berdoa.
Pelayanan utama kita adalah doa. Kalau kehidupan doa kita gagal, maka dipastikan hal-hal lain juga akan gagal. Sayang, perkara doa sering diabaikan dan dianggap tidak terlalu berarti. Kalau kita menghadapi setumpuk persoalan, dengan bibir kita bisa mengaku bahwa hanya doalah yang dapat membereskan semua, tetapi faktanya, kita lebih banyak berbicara dan berusaha daripada berdoa. Doa seringkali ditaruh di posisi paling belakang, sebaliknya usaha dan rencana kita sering ditempatkan pada posisi utama.
Ada seorang saudara yang mengenal Tuhan sangat dalam mengatakan demikian, “Kita semua telah melakukan dosa dengan mengabaikan doa. Kita harus berkata kepada diri sendiri: Engkaulah orangnya.” Jangan mencela Petrus dan kedua anak Zebedeus karena mereka tertidur dan tidak berdoa. Kita sendiri harus bertobat. Kita perlu mohon Tuhan membuka mata kita agar melihat pentingnya doa dan nilai doa. Jangan biarkan Iblis membuat kita santai atau membutakan mata kita. Sebelum berdoa mungkin kita merasa kuat, tetapi begitu berlutut berdoa, kita merasa lelah seolah-olah tidak dapat melanjutkan lagi, merasa letih dan ingin tidur. Kadang-kadang bahkan gejala penyakit yang sebelumnya tidak ada tiba-tiba muncul pada saat berdoa. Jangan tertipu oleh hal-hal ini. Kita harus berjaga-jaga untuk menghadapi suasana yang ingin menghentikan doa kita. Di sini kita dituntut untuk berperang. Sebelum berdoa, kita harus berdoa agar Allah membuat kita bisa berdoa.

Doa:
Ya Bapa, aku mengakui bahwa aku kurang sekali berdoa. Ciptakan satu kedambaan yang sedemikian di dalam kehidupanku sehingga aku menjadi orang yang terus bersatu di dalam doa dengan-Mu. Dapatkan kembali waktu-waktu doaku yang sering direbut oleh si Iblis. Aku tidak mau kehilangan waktu-waktu itu.

20 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 2 Senin

Di Taman Getsemani
Matius 26:39
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Setelah menetapkan perjamuan bersama-sama dengan murid-murid-Nya, Tuhan Yesus kemudian memperingatkan mereka, “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea” (Mat. 26:31-32). Namun, semua murid berkata bahwa mereka takkan menyangkal Dia. Mereka semua, terutama Petrus, tegas, yakin, dan percaya bahwa mereka akan ikut Tuhan sampai akhir, tak peduli jalan sesempit apa pun. Tuhan lalu menubuatkan, bahwa pada malam Ia dikhianati, Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali (Mat. 26:34).
Setelah memperingatkan murid-murid, Tuhan pergi bersama mereka ke Getsemani (Mat. 26:36). Getsemani berarti tempat pemerasan minyak. Tuhan diperas di sana untuk mengalirkan minyak, yaitu Roh. Setelah membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes, Tuhan pergi berdoa sendirian. Di taman Getsemani, Tuhan sujud dan berdoa, “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:39). Meskipun Dia nampak bahwa cawan itu sangat menakutkan, tetapi Dia tidak berani dengan maksud diri sendiri memutuskan sesuatu. Di Getsemani, Tuhan khusus memilih kehendak Allah dan menolak kehendak yang bukan dari Allah. Inilah ekspresi dari ketaatan yang sempurna terhadap Allah dan kehendak-Nya.
Doa di taman Getsemani, pada prinsipnya sama dengan 1 Samuel 15:22. Doa Tuhan Yesus di taman Getsemani menyatakan ketaatan terhadap kekuasaan Allah yang tertinggi; Tuhan menaati kekuasaan Allah melebihi kurban persembahan salib-Nya. Doa-Nya yang sungguh-sungguh itu adalah untuk mengenal bagaimana kehendak Allah. Jika kita tidak berdoa, tidak ada hati mengenal kehendak Allah, bagaimana kita bisa taat kepada kuasa Allah?

Mat. 26:31-42; Flp. 2:8; Ef. 1:7-9; Ibr. 9:14; 10:9-10

Bila tidak ada ketaatan di Getsemani, maka dapat dipastikan tidak ada pula ketaatan di salib. Ketaatan selalu mendahului salib. Tuhan Yesus telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp. 2:8). Dalam Matius 26:42, Tuhan untuk kedua kalinya berdoa, “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” Kehendak Allah itu mutlak, cawan (tersalib) bukan yang mutlak. Jika Allah tidak menghendaki Tuhan mati tersalib, Tuhan Yesus tidak perlu disalibkan. Ketika Tuhan dalam keadaan “tidak mengenal” kehendak Allah, maka “cawan” dan “kehendak Allah” merupakan dua perkara. Tetapi setelah Dia jelas akan kehendak Allah, maka “cawan” itu menjadi “cawan” yang diberikan Allah kepada-Nya; cawan dan kehendak Allah telah menjadi satu. Di sini kita dapat melihat tiga hal besar: ketaatan, kehendak Allah, dan doa. Agar bisa taat kepada kekuasaan Allah, kita perlu mengenal dengan jelas kehendak Allah. Untuk dapat mengenal dengan jelas akan kehendak Allah, kita perlu berdoa dalam kesungguhan.
Apakah kehendak Allah bagi Raja Penyelamat? Allah Tritunggal dalam rencana ilahinya di dalam kekekalan yang lampau telah menetapkan Kristus harus berinkarnasi dan mati di kayu salib untuk menggenapkan penebusan kekal-Nya bagi penggenapan tujuan kekal-Nya (Ef. 1:7-9). Karena itu, sebelum dunia dijadikan, yaitu dalam kekekalan yang lampau (1 Ptr. 1:19-20), Kristus telah ditentukan untuk menjadi Anak Domba Allah (Yoh. 1:29), yang telah tersembelih sejak dunia dijadikan (Why. 13:8). Ketika waktunya genap, Kristus datang berinkarnasi, mengenakan tubuh insani (Ibr. 10:5), supaya Dia dapat dipersembahkan kepada Allah di kayu salib (Ibr. 9:14; 10:12) untuk melakukan kehendak Allah (Ibr. 10:7), yaitu menggantikan kurban dan persembahan yang merupakan lambang-lambang dengan diri-Nya sendiri dalam keinsanian-Nya sebagai kurban dan persembahan yang unik bagi pengudusan umat pilihan Allah (Ibr. 10:9-10).
Ketika Tuhan sudah jelas bahwa minum cawan (yaitu tersalib menebus dosa) adalah kehendak Allah, segera Dia berkata, “Marilah kita pergi!” (Mat. 26:46). Tuhan telah taat. Karena salib menggenapkan kehendak Allah, maka kematian Tuhan adalah pernyataan ketaatan kepada kekuasaan yang tertinggi.

Doa:
Ya Tuhan, Engkaulah teladan dalam hal ketaatan. Kau taat kepada Bapa, bahkan taat sampai mati di atas kayu salib. Tuhan, Kau lebih menaati kehendak Bapa, melebihi kehendak-Mu sendiri. Tuhan Yesus, ajarku untuk memiliki ketaatan yang sedemikian dalam hidupku, tidak mencari kesenangan maupun kehendakku, melainkan kehendak-Mu.

18 January 2008

Matius Volume - Minggu 1 Sabtu

Makna Roti dan Cawan
Matius 26:26-27
Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, ......Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini...”

Mengapa seketul roti ini disebut “roti”, dan satu cawan sari anggur ini tidak disebut sari anggur, melainkan disebut “cawan”? Tahukah kita apakah roti itu? Ketahuilah, begitu kita melihat roti, kita segera teringat pada kehidupan (hayat). Dalam Alkitab, setiap kali menyinggung tentang roti, selalu berkaitan dengan kehidupan. “Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup (hayat) kepada dunia”, “Yesus berkata, Akulah roti hidup” (Yohanes 6:33,35). Roti hidup berguna supaya kita mendapatkan hidup. Kita semua tahu, roti di sini mengacu kepada Tuhan Yesus kita; Dia adalah Tuhan kehidupan, Dia turun dari sorga dengan maksud memberikan hidup kepada dunia. Dia adalah sebutir biji gandum, melewati kematian, dan kemudian membagikan kehidupan-Nya kepada kita.
Yang kita nampak di sini bukanlah sebutir biji gandum, melainkan satu ketul roti. Ini memberitahu kita, bahwa Tuhan Yesus telah mati, kehidupan-Nya telah dibebaskan, Dia telah bangkit, Dia sudah membagi-bagikan kehidupan-Nya kepada kita; Dia tidak lagi sebagai satu biji gandum, melainkan telah berbaur menjadi satu roti dengan kita. Kehidupan-Nya adalah kehidupan kita, sebab itu kita bisa bersekutu dengan Dia. Jika di sini ada orang yang belum memiliki kehidupan Tuhan Yesus, ia tidak memenuhi syarat untuk menjamah roti ini. Jika orang yang tidak memiliki kehidupan Tuhan Yesus menjamah roti ini, itu tidak ada faedahnya.
Jadi, saudara saudari, jika kita datang dan menjamah roti ini, pertama, kita harus memiliki hayat Kristus, bisa bersekutu dengan Kristus. Kedua, kita harus tidak bermasalah dengan setiap orang yang memiliki hayat Kristus, bisa bersekutu dengan mereka.Inilah yang dinyatakan oleh roti kepada kita. Roti menyatakan tentang hayat, menyatakan tentang persekutuan.

Mat. 26:26-27; Yoh. 6:33-35; Mzm. 16:5; 116:13; 23:5

Lalu, apa makna cawan? Dalam Alkitab, juga terdapat satu garis mengenai cawan. Menurut Alkitab, “Cawan” adalah “bagian”. Apakah maksudnya “bagian” ini? lni bisa disamakan dengan mendapat bagian sewaktu membagi warisan juga seperti mendapatkan bagian pada waktu pembagian bonus. Di hadapan Allah, setiap orang memiliki bagian yang patut didapatkan. Apakah bagian yang seharusnya kita dapatkan? Bagian binasa kekal atau bagian keselamatan kekal? Kita tahu, di hadapan Allah, bagian setiap orang yang tidak memperoleh keselamatan adalah cawan murka Allah, yaitu lautan api, seperti yang tercantum dalam kitab Wahyu pasal 14. Cawan yang harus mereka minum adalah neraka, lautan api. Cawan berarti “bagian”. Bagian mereka adalah cawan murka Allah.
Puji syukur kepada Tuhan, bahwa kita tidak perlu lagi minum cawan murka Allah. Saudara saudari, tahukah kita, siapakah yang telah minum cawan murka Allah itu? Pada hari itu, ketika orang-orang menangkap Tuhan kita, apakah yang Tuhan katakan? Dia berkata, “Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?” Dia telah minum cawan itu! Ini benar-benar satu fakta. Jika kita tidak mengakui, bahwa cawan itu telah Tuhan minum bagi kita, maka kita tidak memenuhi syarat untuk minum cawan yang di hadapan kita.
Cawan ini disebut “cawan”, bukan disebut “sari anggur”, karena ini adalah “bagian berkat” yang Dia beli untuk kita dengan darah adi-Nya. Diri Allah dan segala berkat milik-Nya ada di dalam “cawan” ini. Kita berdosa dan kehilangan Allah, darah Tuhan menebus kita dan mengampuni segala dosa kita, membeli kembali kita bagi Allah. Hari ini Allah adalah bagian cawan kita (Mzm. 16:5). Allah adalah bagian berkat bahagia kita. Hari ini kita bisa berkata, “Aku mengangkat piala (cawan) keselamatan” (Mzm. 116:13). lnilah cawan keselamatan, bahkan penuh melimpah (Mzm. 23:5). Inilah yang dinyatakan cawan kepada kita.
O, saudara saudari! Kita harus bersyukur kepada-Nya, kita harus memujinya! Tubuh-Nya telah terkoyak, agar kita mendapatkan kehidupan; darah-Nya teralir keluar, agar kita mendapatkan bagian berkat bahagia. Roti adalah kehidupan (hayat), cawan adalah bagian berkat. Haleluya!

Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur kepadaMu, karena aku memiliki hayat-Mu. Tuhan aku bersyukur kepada-Mu, karena aku tidak bermasalah dengan setiap orang yang memiliki hayat-Mu. Aku bisa bersekutu dengan-Mu dan dengan setiap orang yang memiliki hayat-Mu. Jaga aku dalam persekutuan yang terus menerus.

17 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 1 Jumat

Perjamuan Tuhan
1 Korintus 11:26
Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

Perjamuan Tuhan masih mempunyai makna yang kedua. Tercatat dalam 1 Korintus 11:26, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” Anda makan roti Tuhan dan minum cawan Tuhan, itu berarti memberitakan kematian Tuhan. “Memberitakan” boleh diterjemahkan menjadi “mengumumkan”. Jadi kita mengumumkan kematian Tuhan agar semua orang mengetahuinya. Tuhan menyuruh kita makan perjamuan malam-Nya, tidak hanya bertujuan untuk memperingati-Nya, tetapi juga untuk mengumumkan kematian-Nya.
Mengapa roti dan cawan mengumumkan kematian Tuhan? Sebab asalnya darah ada dalam daging, jika darah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian. Kita nampak anggur dalam cawan, itulah darah; Kita nampak roti, itulah daging. Darah Tuhan berada di sebelah sini, daging Tuhan berada di sebelah sana, darah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian Tuhan.
Makna perjamuan malam yang pertama ialah memperingati Tuhan; kedua ialah memberitakan kematian Tuhan, sampai Ia datang lagi. Perjamuan malam Tuhan membuat kita memperingati diri Tuhan sendiri. Semoga sejak semula saudara saudari sudah nampak diri Tuhan. Bila seseorang memperingati Tuhan, dengan sendirinya ia akan memperingati kematian Tuhan, dengan sendirinya matanya akan memandang kerajaan — pada suatu hari Tuhan akan datang, untuk membawa kita ke tempat Ia berada.
Ketika kita memperingati Tuhan, kita wajib menengadah dan berkata, “Ya Tuhan, aku ingin melihat wajah-Mu; saat aku nampak wajah Tuhan, semua ini akan berlalu.” Tuhan menghendaki kita memperingati Dia dan senantiasa mengumumkan kematian-Nya, sampai Dia datang lagi. Kedatangan-Nya menjadi saat yang paling dinantikan oleh setiap orang yang mengasihi-Nya.

1 Kor. 11:26; 1 Kor. 10:16-17; Yoh. 6:54-56

Pemecahan roti dalam 1 Korintus 10 disebut dengan istilah lain, bukan perjamuan malam, melainkan perjamuan atau meja Tuhan. Dalam 1 Korintus 10:16-17 tercantum jelas sekali tentang arti meja perjamuan Tuhan. Ayat-ayat itu berbunyi, “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” Di sini terkandung dua makna: persekutuan dan kesatuan.
Meja perjamuan Tuhan, pertama berarti persekutuan. “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus?” Bukankah kita bersama-sama minum cawan Tuhan? Inilah persekutuan. Kalau 1 Korintus 11 membicarakan tentang hubungan kaum beriman dengan Tuhan, maka pasal 10 membicarakan hubungan antara sesama kaum beriman. Kalau perjamuan malam berarti memperingati Tuhan, maka meja perjamuan berarti kita saling bersekutu.
Makna kedua ialah kesatuan. “Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapatkan bagian dalam roti yang satu itu.” Di sini kita melihat bahwa anak-anak Allah bersatu. Roti dalam 1 Korintus 11 berbeda maknanya dengan roti dalam 1 Korintus 10. Roti dalam pasal 11 ditujukan kepada tubuh jasmani Tuhan Yesus; Tuhan berkata, “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan karena kamu.” Sedang roti dalam pasal 10 ditujukan kepada gereja, “Kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh.” Kita adalah roti, dan roti ini ialah gereja.
Makan tubuh Tuhan dan minum darah Tuhan adalah makan dan minum Tuhan sendiri (bd. Yoh. 6:54-56). Peringatan yang sejati akan Tuhan adalah menerima Tuhan dan membiarkan Dia masuk ke dalam kita sekali lagi. Sebab itu setiap kali kita memecahkan roti, Tuhan semakin masuk ke dalam kita. Setiap kali kita mengingat Tuhan, kita memiliki kesatuan yang lebih dalam dengan Tuhan.

16 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 1 Kamis

Paskah dan Perjamuan Malam
Matius 26:17
Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?

Orang-orang Yahudi mempunyai suatu perayaan, yaitu Paskah, sebagai peringatan bagaimana Allah menyelamatkan mereka dari perhambaan di Mesir. Ketika itu Allah menyuruh mereka menyediakan seekor anak domba menurut keluarga masing-masing, lalu menyembelihnya di waktu senja bulan pertama, hari yang keempat belas, kemudian darahnya dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan di ambang atas, dan daging anak domba itu dimakan bersama dengan sayur pahit malam itu juga. Setelah orang-orang Yahudi keluar dari Mesir, Allah memerintahkan mereka untuk merayakan hari tersebut sebagai suatu peringatan (Kel. 12:1-28). Dalam pandangan orang-orang Yahudi, Paskah adalah suatu peringatan penyelamatan mereka.
Malam menjelang Tuhan meninggal dunia, bertepatan dengan waktu mereka makan anak domba Paskah. Setelah Tuhan makan anak domba Paskah bersama murid-murid-Nya, Tuhan segera menetapkan perjamuan malam-Nya. Di sini Tuhan sengaja memperlihatkan betapa perlunya kita mengambil bagian dalam perjamuan malam-Nya, seperti halnya orang Yahudi memakan anak domba Paskah mereka.
Bila kita membandingkan kedua peristiwa tersebut, kita nampak bahwa orang Israel merayakan Paskah karena mereka telah diselamatkan dari Mesir; sedang kita, anak-anak Allah, makan perjamuan malam Tuhan karena kita telah diselamatkan dari dosa dunia ini. Orang Israel memiliki anak domba, kita pun memiliki Anak Domba — Tuhan Yesus adalah Anak Domba Allah (Yoh. 1:29). Hari ini kita telah terlepas dari dosa dunia, kuasa Iblis, dan telah sepenuhnya menjadi milik Allah. Sebab itu, kita wajib makan perjamuan malam Tuhan, sama seperti orang-orang Yahudi harus makan anak domba Paskah mereka. Puji Tuhan atas Kristus, Anak Domba Allah yang sudah tersembelih bagi kita.

Mat. 26:17-28; Kel. 12:1-28; Yoh. 1:29

Setelah Tuhan Yesus makan Paskah, Ia “mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata, ‘Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.’ Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ‘Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa-dosa.’” (Mat. 26:26-28). Itulah perjamuan malam yang Tuhan tetapkan.
Apa artinya perjamuan malam? Perjamuan malam berarti perjamuan yang dinikmati dengan nyaman bersama keluarga setelah kesibukan sepanjang hari selesai. Perjamuan ini tidak seperti makan pagi atau makan siang yang dilakukan dengan terburu-buru, melainkan dinikmati dengan tenang dan penuh rasa perhentian. Ketika anak-anak Allah menghadiri perjamuan malam Tuhan, sepatutnya juga dengan perasaan hati sedemikian, tanpa terburu-buru, juga tidak memikirkan ingin berbuat ini atau melakukan itu, melainkan menikmati perhentian yang nyaman di rumah Allah.
Tuhan Yesus menetapkan perjamuan malam pada malam perayaan Paskah, roti yang dimakan ialah roti tak beragi (Kel. 12:15). Yang diminum adalah “hasil pokok anggur” (lihat Mat. 26, Mrk. 14 dan Luk. 22). Jadi, ketika kita memecahkan roti, kita boleh memakai arak buah anggur atau sari buah anggur, yakni hasil pokok anggur.
Sewaktu kita memperingati Tuhan, ada satu faedah yang sangat besar, yaitu kekuatan dosa dan dunia tidak bisa berlangsung terus pada diri kita. Ada satu lagi faedah pemecahan roti memperingati Tuhan, yaitu dapat membuat anak-anak Allah tidak berselisih, tidak bergolong-golongan atau terpecah-belah. Selama dua ribu tahun ini, banyak pertikaian di antara anak-anak Allah telah lenyap di hadapan meja perjamuan malam Tuhan; banyak permusuhan telah terhapus saat orang datang ke hadapan meja Tuhan; sebab memperingati Tuhan berarti memperingati peristiwa penyelamatan dan pengampunan yang telah Tuhan kerjakan bagi kita, manusia yang berdosa dan tidak layak ini. Karena itu kita perlu terus menerus memperingati Tuhan setiap saat.

Doa:
Tuhan Yesus, Kau adalah Paskah yang sejati. Tuhan, sebagaimana orang Israel makan anak domba ketika keluar dari Mesir, aku juga perlu makan Engkau sebagai Anak domba Allah yang telah tersembelih. Puji syukur, melalui kematian-Mu, aku manusia yang berdosa dan tidak layak ini boleh didamaikan dengan Allah.

15 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 1 Rabu

Injil dan Persembahan Diri
Matius 26:13
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.

Mengapa di mana Injil diberitakan, harus pula menyebutkan perkara Maria? Sebab setiap kali Injil diberitakan, perlu ada perkara Maria untuk mempertahankan keseimbangan kebenaran. Hari ini Injil yang diberitakan di antara orang yang tidak percaya hanyalah untuk memuaskan diri mereka. Kita percaya Tuhan Yesus adalah supaya kita mendapatkan keuntungan, sukacita, damai, kita mendapatkan sesuatu. Kita sudah merasa senang jika kita mendapatkan keuntungan, sukacita, damai dan mendapatkan sesuatu. Banyak orang percaya Kristus hanya sampai pada taraf beroleh selamat, tidak binasa, kelak tidak masuk ke neraka, melainkan beroleh hidup yang kekal, naik ke sorga; banyak orang percaya Kristus, tapi tidak mencapai taraf mempersembahkan diri kepada Allah. Banyak keselamatan yang diperoleh orang hanya sebagai kelepasan dari neraka saja, belum sebagai kelepasan dari keduniawian. Banyak orang memandang keselamatan hanya sebagai kebahagiaan hidup kekal, belum nampak bahwa beroleh selamat itu berarti didapatkan oteh Tuhan.
Di sebuah sekolah minggu, seorang guru bertanya kepada anak-anak, siapa yang mau menjadi Lazarus? Siapa yang ingin menjadi hartawan? Ada anak yang menjawab, “Aku mau menjadi Lazarus, sebab kelak bisa menikmati kebahagiaan.” Anak lain menjawab, “Aku mau menjadi hartawan, sebab aku tidak tahu apa yang akan terjadi kelak.” Ada satu anak menjawab, “Ketika hidup di bumi, aku mau menjadi hartawan, setelah aku mati, aku mau menjadi Lazarus.” Banyak orang Kristen mempunyai pikiran demikian, paling baik menikmati kebahagiaan sewaktu hidup di dunia masa kini, juga menikmati kebahagiaan setelah mati kelak; Inilah jalan yang ditempuh oleh kebanyakan orang Kristen dewasa ini. Maria hari ini adalah menjadi Lazarus selagi hidup, juga tetap menjadi Lazarus setelah mati. Inilah kisah Maria.

Mat. 26:13; 2 Kor. 5:14-15

Di sini tidak berarti kita tidak mementingkan pemberitaan Injil; kita benar-benar memperhatikan hal pemberitaan Injil.Jika hanya ada pemberitaan Injil saja, di sinilah letak bahayanya. Karena itu, kisah Maria harus juga diberitakan. Di satu pihak, Anda harus mendapatkan Injil, di pihak lain, Anda juga harus memberikan segala-galanya kepada Tuhan. Paulus berkata, “Satu orang sudah mati untuk semua orang” (2 Kor. 5:14). Inilah Injil. Tetapi tidak berhenti sampai di sini, selanjutnya dikatakan, “Supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2 Kor. 5:15). Ini baru berarti melakukan apa yang dilakukan oleh Maria.
Tuhan adalah Tuhan yang telah mati bagiku. Tujuan kematian dan kebangkitan-Nya ialah supaya aku hidup bagi-Nya. Di sini dengan jelas sekali memberitahu kita, bahwa tidak ada orang Kristen yang hanya beroleh selamat tanpa menerima penderitaan. Kita tidak hanya ditentukan untuk percaya Tuhan Yesus, tetapi juga ditentukan untuk menderita bagi Tuhan. Inilah yang dikatakan oleh Paulus. Jadi, kita harus tahu, bahwa kita telah ditetapkan untuk percaya Tuhan Yesus, juga telah ditetapkan untuk menderita bagi Tuhan.
Banyak orang percaya Kristus hanya sampai ke taraf supaya menerima sukacita saja, tidak mencapai taraf percaya supaya menderita bagi Tuhan Yesus. Banyak orang tidak mengetahui apakah percaya Tuhan Yesus itu. Ketahuilah, percaya Kristus juga berarti percaya hingga menerima penderitaan karena Tuhan Yesus. Puji syukur kepada Allah, sebab penderitaan ini sangat berharga!
Banyak orang percaya Yesus hanya sampai masuk ke surga saja, belum sampai keluar dari dunia; banyak orang percaya Yesus hanya sampai diperkenan Allah, belum sampai dibenci orang. Tetapi seorang imani yang sempurna, seorang yang seluruhnya dimiliki Kristus, adalah orang yang percaya Tuhan Yesus sedemikian rupa sehingga diperkenan Allah juga dibenci manusia. Sebab itu, perkara Maria ini harus disampaikan setelah pemberitaan Injil, kisah Maria harus diteruskan. Hari ini, banyak sekali orang yang percaya kepada Injil, namun sedikit sekali orang yang seperti Maria. Semoga kita hari ini tidak saja percaya Injil, juga menjadi orang yang percaya Injil seperti Maria.

Doa:
Tuhan Yesus, Injil yang olehnya aku terima dan percayai kiranya membuat aku setia mengikuti-Mu di jalan ini. Tuhan, aku tidak mau tawar hati ataupun undur ketika aku mengalami penderitaan atau ketika mengalami ujian. Aku mau mencari perkenan-Mu melebihi dari perkenan manusia. Engkaulah yang layak mendapatkan sembah dan puji.

14 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 1 Selasa

Untuk Apa Pemborosan Ini?
Matius 26:8, 10
Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: "Untuk apa pemborosan ini? Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.

Keluarga Maria bukanlah keluarga kaya. Tetapi satu perkara yang mengherankan, yaitu Maria dapat membeli satu buli-buli minyak narwastu murni (tercatat pada kitab Injil yang lain), tersimpan dalam buli-buli pualam dan tentu sangat mahal harganya. Perbuatannya itu menimbulkan kritikan/tegoran yang keras dari orang banyak. Mereka mengatakan, “Untuk apa mengurapi kepala Yesus dengan minyak yang seharga tiga ratus dinar lebih itu, tidakkah lebih balk minyak itu dijual saja dan uangnya dapat disedekahkan kepada orang yang miskin?” (Mat. 26:8-9).
Murid-murid Tuhan menganggap, bahwa perbuatan Maria yang demikian itu adalah suatu pemborosan, suatu penghamburan. Mereka berpendapat, lebih baik tiga ratus dinar lebih itu disedekahkan kepada orang miskin. Hari ini dalam gereja juga ada dua prinsip ini. Sekelompok orang seperti Maria, yakni rela memberikan segalanya kepada Kristus, merasa Kristus layak mendapatkan segala-galanya; karena diantara aku dan Kristus ada hubungan kasih, maka aku mau menyerahkan segalanya kepada-Nya. Tetapi ada sekelompok orang lagi yang selalu memperhatikan segi pragmatis, berpendapat, bahwa segala-galanya harus diletakkan pada tempat yang bermanfaat.
Banyak orang harus berkali-kali menghitung berapa uang yang akan dipersembahkan kepada Tuhan. Sebenamya, mereka bukan menghitung jumlah uang, melainkan menghitung nilai Tuhan. Berapa banyak yang kita persembahkan kepada-Nya, itulah pernyataan penilaian kita terhadap-Nya. Setiap orang yang mau menderita sengsara dan mempersembahkan diri kepada Tuhan, itu menyatakan berapa nilai Kristus; setiap orang yang mau mempersembahkan waktunya untuk Kristus, itu menyatakan berapa nilai Kristus. Orang Kristen rela mempersembahkan segala-galanya, itu tak lain dikarenakan Kristus bernilai segala-galanya.

Mat. 26:8-10; Mrk. 14:7

Orang menganggap perbuatan Maria itu sebagai pemborosan dan keterlaluan. Menurut pendapat orang pada umumnya: cukup dengan minyak narwastu biasa, buat apa memakai minyak narwastu murni; cukup dengan minyak narwastu murni, mengapa perlu ditaruh dalam botol pualam; botol pualam sudah cukup, mengapa memakai yang berharga tiga ratus dinar lebih? Mereka mencela dia, marah kepadanya. Tetapi dalam pandangan Tuhan, hal ini tidak seharusnya dicela. Tuhan malah berkata: “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia?” Oh, Maria telah melakukan suatu perbuatan yang baik yang tidak sepatutnya dicela. Tuhan menentang tanggapan murid-murid-Nya. Mereka menganggap pengurapan dan persembahan sedemikian ini adalah pemborosan, tetapi Tuhan malah berkata bahwa hal itu adalah suatu perbuatan yang baik, bukan pemborosan.
Mengasihi Dia sehingga rela mengorbankan segalanya di atas diri-Nya adalah suatu perbuatan yang baik, bukan pemborosan. Terhadap Tuhan selamanya tidak ada yang terlampau baik, mengasihiTuhan tidak menentang mereka beramal kepada orang-orang miskin, tetapi Ia menentang mereka yang mengatakan bahwa sesuatu yang diperbuat di atas diri Tuhan adalah pemborosan. Tuhan berkata kepada mereka, “Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kapan pun kamu menghendakinya kamu dapat menolong mereka, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu” (Mrk. 14:7). Maksud Tuhan ialah: Beramal kepada orang-orang miskin masih banyak kesempatannya, tetapi kesempatan untuk melayani Aku, akan segera berlalu.
Hari ini adalah saat kita mempersembahkan persembahan kepada Tuhan. Kalau ditunda-tunda, mungkin akan terlambat. Ingin mengurapi Tuhan setelah Tuhan bangkit, sudahlah terlambat! Demikian pula ingin mempersembahkan persembahan kepada Tuhan dan mengasihi Tuhan dengan sebulat hati sesudah kita dibangkitkan kelak, itu pun sudah terlambat. Karena pada masa kebangkitan, kalau pun kita memiliki laksaan dunia, sudah tentu dengan rela akan kita tinggalkan semua demi mengasihi Tuhan. Tetapi Tuhan menghendaki agar pada masa kini kita bisa dengan mutlak mempersembahkan persembahan kita kepada-Nya. Saat ini adalah waktu bagi kita untuk mengasihi Tuhan.

Doa:
Tuhan Yesus, memberikan segalanya kepada-Mu bukanlah suatu pemborosan. Bahkan andai aku memiliki seisi dunia untuk kupersembahkan belumlah cukup. Ampuni aku sering melakukan perhitungan untung rugi dengan Engkau. Tuhan, apa yang kuberikan kiranya dapat berkenan di mata-Mu, sehingga Engkau boleh menyebutnya sebagai suatu perbuatan yang baik.

13 January 2008

Matius Volume 9 - Minggu 1 Senin

Dikasihi oleh Murid yang Terkasih
Matius 26:7
Datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan.

Matius 26:1-2 berkata, “Setelah Yesus mengakhiri segala perkataan itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya, ‘Kamu tahu bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan.’ Paskah adalah lambang Kristus (1 Kor. 5:7). Kristus adalah Anak Domba Allah yang menyebabkan Allah melewati kita, orang berdosa, sebagaimana digambarkan dalam perlambangan oleh Paskah dalam Keluaran 12. Sebagai Domba Paskah, Kristus adalah ujian bagi semua orang, dan sikap kita akan menentukan apakah kita lulus ujian tersebut atau tidak.
Terhadap Anak Domba paskah ini Matius 26 mencatat reaksi dari tiga golongan yang berbeda. Pertama, Kristus dibenci oleh kaum agamawan (ay. 3-5). Kedua, murid-murid-Nya mengasihi Dia (ay. 6-13). Dua di antaranya yang mengasihi Dia ialah Simon, si kusta dan Maria, wanita yang mengurapkan minyak di atas kepala-Nya. Ketiga, dalam ayat 14-16 kita nampak bahwa Tuhan Yesus dijual oleh murid palsu. Kata “kemudian” pada permulaan ayat 14 menunjukkan bahwa ketika salah seorang pengikut Tuhan mengekspresikan kasih terpuncaknya kepada Tuhan, yang lain tak lama lagi akan mengkhianati-Nya. Yudas telah dipenuhi dan dirasuki setan, si Iblis
Dalam ayat-ayat ini, kita nampak tiga golongan orang: kaum agamawan, umat yang mengasihi dan orang yang mengkhianati. Perbandingan ketiga jenis orang ini mengingatkan kita bahwa di dalam sepanjang jalan kita mengikuti Tuhan akan banyak keadaan yang diijinkan Tuhan menimpa kita untuk menguji bagaimana sikap kita terhadap-Nya. Janganlah kita memegahkan diri dan berkata bahwa kita tidak seperti Yudas ataupun kaum agamawan. Kita perlu belas kasihan dan rahmat Tuhan dalam sepanjang hidup kita, sehingga kita hanya menjadi orang yang mengasihi-Nya, mencurahkan segalanya bagi Tuhan.

Mat. 26:1-7; 1 Kor. 5:7

Matius 26:7 berkata, “Datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah botol pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan. Ayat-ayat tersebut ditujukan kepada perbuatan Maria, namun Injil Matius ini tidak menyebut nama Maria, tidak sama dengan catatan Injil lainnya. Mengapa Injil Matius hanya mengatakan “seorang perempuan”? Ini berarti, bahwa apa yang dilakukan oleh perempuan itu, tidak hanya dapat dilakukan oleh seorang perempuan yang bemama Maria, tetapi juga dapat dilakukan oleh perempuan-perempuan lainnya. Jadi istilah perempuan di sini bukan ditujukan semata-mata untuk seorang perempuan tertentu
Maria menuangkan minyak wangi ke atas kepala dan tubuh Tuhan adalah untuk penguburan Tuhan. Kapankah Maria melakukan hal itu? Ketika Tuhan sedang duduk makan. Yaitu pada saat Tuhan sedang senang, dan tidak merasakan apa-apa; ia dengan diam-diam melaksanakannya. Dia tidak mau kalau Tuhan tahu lebih dulu, dia juga tidak memberitahu Tuhan. Sebelum orang lain melakukannya, dia dengan diam-diam melakukannya di atas diri Tuhan. Apakah artinya ini? Banyak orang mau keselamatan, namun tidak mau Juruselamat; banyak orang menghargai keselamatan, namun tidak menghargai Juruselamat; banyak orang mengindahkan agama Kristen, namun tidak mengindahkan Kristus; banyak orang menghargai pekerjaan penebusan, namun tidak menghargai Tuhan Penebus; banyak orang menghargai salib Kristus, namun tidak menghargai Kristus yang tersalib.
Banyak orang bertanya, “Apakah untungnya bila aku percaya Yesus? Inilah perkataan mereka yang pertama. Mereka tidak bertanya, “Jika aku percaya Yesus, aku harus memiliki hubungan yang bagaimana dengan Tuhan Yesus? Hanya Maria yang mengetahui hal ini. Inilah titik perbedaannya. Maria telah mencurahkan segala-galanya ke atas diri Tuhan. Hanya Maria yang mengetahui kematian Tuhan. Pada hari pertama dalam satu minggu itu, banyak perempuan yang pergi ke makam Tuhan dengan maksud mengurapi tubuh Tuhan. Tetapi sudah terlambat! Hanya satu perempuan yang tidak terlambat, karena hanya dia yang mengetahui kematian Tuhan, hanya dia yang mempersembahkan, memberikan kepada Tuhannya.

Doa:
Tuhan, beri aku hati seperti Maria, yang merebut kesempatan untuk mencurahkan segalanya bagi diri-Mu. Engkau adalah Anak Domba Allah yang telah tersembelih untuk menebus segala dosaku. Tuhan, apa yang Kau berikan padaku tidaklah sebanding dengan apa yang kuberikan kepada-Mu. Dapatkan hatiku, dengan mutlak mengasihi-Mu.

04 January 2008

Matius Volume 8 - Minggu 4 Sabtu

Penghakiman Kristus atas Bangsa-bangsa
Matius 25:31-32
Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing.

Matius 25:31-46 merupakan nubuat kerajaan tentang penghakiman Allah terhadap bangsa-bangsa yang akan dilangsungkan setelah kedatangan Anak Manusia di aspek yang terbuka. Dalam kedatangan-Nya ini, Kristus akan bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, yakni takhta Daud (Luk. 1:32-33), yang berada di Yerusalem (Mat. 19:28; Yer. 3:17).
Matius 25:32-33 mengatakan, “Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari yang lain, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.” Semua bangsa mengacu kepada semua bangsa lain yang masih hidup pada saat Kristus kembali ke bumi, setelah Dia membinasakan bangsa bukan Yahudi yang mengikuti Antikristus di Harmagedon (Why. 16:14, 16; 19:11-15, 19-21). Bangsa bukan Yahudi yang masih tinggal ini akan dikumpulkan dan dihakimi di takhta kemuliaan Kristus. Ini akan menjadi penghakiman Kristus atas orang-orang hidup sebelum Kerajaan Seribu Tahun (Kis. 10:42; 2 Tim. 4:1). Hal ini berbeda dengan penghakiman-Nya atas orang-orang mati pada takhta putih besar setelah Kerajaan Seribu Tahun (Why. 20:11-15) dan akan dilaksanakan di bumi setelah penghakiman-Nya atas kaum beriman pada takhta penghakiman-Nya di angkasa (Mat. 25:19-30).
Tuhan ialah Gembala bukan hanya bagi kaum beriman (Yoh. 10:11; Ibr. 13:20) dan orang Yahudi (Mzm. 80:2; Yer. 31:10), tetapi juga bagi semua orang bukan Yahudi (Mzm. 100:1-3). Domba akan dikumpulkan di sebelah kanan-Nya, tempat kehormatan (1 Raj. 2:19; Mzm. 45:10). Bangsa-bangsa, yaitu orang-orang bukan Yahudi (orang-orang kafir), akan dikumpulkan di hadapan-Nya. Mereka akan dikumpulkan di hadapan takhta kemuliaan Kristus dan dihakimi di sana.

Mat. 25:31-41; Luk. 1:32; Kis. 10:42; Mzm. 80:2

Matius 25:34 mengatakan, “Lalu Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah (warisilah) Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Setelah penghakiman pada takhta kemuliaan Kristus, domba-domba akan dipindahkan ke Kerajaan Seribu Tahun, menjadi rakyat yang hidup di bawah pemerintahan rajani Kristus dan kaum beriman pemenang (Why. 2:26-27; 12:5; 20:4-6), dan di bawah pelayanan imamat orang Yahudi yang beroleh selamat (Za. 8:20-23). Mereka akan mewarisi berkat penciptaan Allah yang disediakan bagi domba sejak dunia dijadikan.
Perbuatan apakah yang membuat bangsa-bangsa dapat menjadi “domba”? Domba adalah mereka yang mendengarkan Injil kekal dan memperhatikan kaum beriman yang menderita selama masa kesusahan besar. Mereka akan diberkati dan diperhitungkan sebagai kebenaran (Mat. 25:46) untuk mewarisi kerajaan (Mat. 25:34). Sebaliknya, mereka yang tidak mau memperhatikan kaum beriman yang menderita akan dikutuk (Mat. 25:41) dan binasa hingga kekal. Tuhan akan memisahkan bangsa-bangsa menurut cara mereka memperlakukan saudara-Nya yang terkecil menurut Injil kekekalan (Mat. 25:40). Mereka yang memperlakukan saudara-Nya yang terkecil dengan baik akan menjadi “domba” (Mat. 25:34-40), tetapi mereka yang tidak memperlakukan mereka dengan baik akan menjadi “kambing” (Mat. 25:41-46).
Matius 25:41 mengatakan, “Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Api ini ialah api dalam lautan api (Why. 20:14-15). “Kambing” akan binasa dalam lautan api setelah Antikristus dan nabi palsu (Why. 19:20), sebelum Iblis dan orang dosa yang dibangkitkan dimasukkan ke sana (Why. 20:10, 15). Ini adalah bagian dari kegenapan Wahyu 14:10. Lautan api disiapkan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya, bukan untuk manusia. Namun jika manusia mengikuti Iblis, menentang Tuhan, dia akan mendapat bagian dalam lautan api bersama dengan Iblis dan malaikat-malaikatnya yang jatuh.

Doa:
Oh Tuhan, Kau adalah Gembala yang setia dan terus menjaga setiap anak-anak-Mu. Bahkan dalam kesusahan besar sekalipun Engkau tetap menyediakan orang-orang yang memperhatikan umat-Mu yang mengalami kesusahan. Tuhan, aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang Kau berikan untuk mengalami pemeliharaan-Mu di zaman ini.

03 January 2008

Matius Volume 8 - Minggu 4 Jumat

Perkataan Dorongan bagi Hamba Bertalenta Satu
Matius 25:28-29
Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

Hamba yang memiliki satu talenta seolah-olah berkata, “Tuan, cobalah lihat, ini kepunyaan tuan. Aku tidak menghilangkannya. Aku setia menyimpan apa yang engkau berikan kepadaku.” Matius 25:26 mengatakan, “Tuannya itu menjawab: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?” Di sini Tuhan mengakui bahwa Dia sangat ketat dalam menuntut hamba-hamba-Nya untuk pekerjaan-Nya. Di satu aspek Tuhan itu kejam. Dia selalu menuai di tempat di mana Dia tidak menabur, dan memungut dari tempat di mana Dia tidak menanam.
Dalam suatu arti, perkataan hamba tentang Tuhan menuai di tempat di mana Dia tidak menabur dan memungut dari tempat di mana Dia tidak menanam itu memang benar; tetapi dalam arti lain, tidaklah demikian. Kita tidak boleh mengatakan bahwa Tuhan tidak menabur, sebab Dia telah memberi kita masing-masing paling sedikit satu talenta. Pemberian talenta-Nya kepada kita itulah penaburan dan penanaman-Nya. Kini Tuhan menyuruh kita memungut di tempat di mana Dia tidak menanam dan menuai dari tempat di mana Dia tidak menabur. Tidak seorang pun di antara kita dapat mengatakan bahwa Tuhan tidak memberikan sesuatu pun kepada kita. Paling sedikit kita mempunyai satu talenta. Talenta inilah benih untuk ditabur dan milik untuk ditanam. Sebab itu kita perlu menuai di mana Dia tidak menanam.
Kita semua perlu belajar menggunakan talenta kita untuk melipatgandakan harta Tuhan. Tuhan telah memberi kita masing-masing bagian dari milik-Nya sebagai talenta, kini beban, kewajiban, dan tugas kita tak lain adalah berusaha agar talenta ini berlipat ganda. Jangan memaafkan diri sendiri dan jangan pula berkata bahwa kita tidak ada waktu untuk memperhatikan orang lain.

Mat. 25:26-30; Ef. 3:8

Boleh jadi keadaan rohani kita sedang lemah, namun selalu ada orang lain yang bahkan lebih lemah, dan mereka memerlukan bantuan kita. Jalan yang paling baik untuk menggunakan talenta kita ialah dengan memperhatikan orang lain, berbeban terhadap orang lain, dan memikirkan mereka. Tunjukkanlah kasih kepada mereka yang hatinya telah menjadi dingin. Kunjungilah mereka atau undanglah mereka ke rumah kita. Tatkala kita meluangkan waktu bersama Tuhan dan terbuka kepada-Nya tentang siapa yang harus kita perhatikan, Ia akan memberi beban kepada kita. Oh, tuaian itu begitu banyak, tetapi pekerja sedikit! Kita sepertinya tidak perlu menabur, kita hanya perlu menuai. Dengan berbuat demikian, kita akan menggunakan talenta kita sehingga satu talenta akan menjadi dua, dua talenta akan menjadi empat, dan lima talenta akan menjadi sepuluh.
Matius 25:27 mengatakan, “Karena itu, seharusnya uangku itu kauberikan ke bank, supaya pada waktu aku kembali, aku menerimanya serta dengan bunganya, (Tl.).” Memberikan uang kepada orang yang menjalankan uang berarti menggunakan karunia Tuhan untuk menyelamatkan orang dan melayankan kekayaan Kristus kepada mereka (Ef. 3:8). Orang yang menjalankan uang di sini adalah orang yang baru percaya, orang yang lemah, orang yang muda, dan orang yang mundur/bermasalah. Kita perlu mendepositkan harta Tuhan kepada mereka melalui merawat dan memulihkan mereka. Bunga melambangkan hasil yang bermanfaat yang kita peroleh untuk pekerjaan Tuhan dengan menggunakan karunia-Nya.
Apakah yang akan Tuhan lakukan terhadap kita pada hari penghakiman-Nya apabila hari ini kita tidak menggunakan talenta kita? Pertama, Dia akan menyebut kita sebagai hamba yang jahat dan malas, juga hamba yang tidak berguna (Mat. 25:26, 30). Kedua, Dia akan mengambil talenta kita dan memberikannya kepada orang lain (Mat. 25:29). Terakhir, Dia akan mencampakkan kita ke dalam kegelapan yang paling gelap (Mat. 25:30). Jika kita setia terhadap Tuhan, kita akan diberi pahala pada zaman yang akan datang. Tetapi jika kita tidak setia kepada-Nya, kita akan menerima hukuman.

Doa:
Tuhan Yesus, ampuni aku yang sering menyalahpahami Tuhan, mengira Tuhan sebagai Tuan yang kejam. Engkau tidak menuntut melebihi apa yang dapat kulakukan. Tuhan, aku tidak mau disebut sebagai hamba yang jahat dan malas pada saat kedatangan-Mu. Aku mau melipatgandakan apa yang Tuhan berikan padaku.

02 January 2008

Matius Volume 8 - Minggu 4 Kamis

Tuhan akan Datang untuk Mengadakan Perhitungan
Matius 25:19
Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.

Kepulangan tuan hamba-hamba itu melambangkan turunnya Tuhan ke angkasa (1 Tes. 4:16) dalam parousia-Nya (kedatangan-Nya). Segera setelah itu ia akan “mengadakan perhitungan”, yang melambangkan penghakiman Tuhan di takhta penghakiman-Nya di angkasa (2 Kor. 5:10; Rm. 14:10). Di takhta itu akan dihakimi kehidupan, sikap, dan pekerjaan kaum beriman (1 Kor. 4:5; Mat. 16:27; 1 Kor. 3:13-15).
Matius 25:20 mengatakan, “Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.” Kedatangan orang yang memiliki laba lima talenta menunjukkan datang kepada takhta penghakiman Kristus. Memperoleh laba lima talenta adalah hasil menggunakan karunia lima talenta semaksimal mungkin. Ayat selanjutnya mengatakan, “Lalu kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam hal kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
“Hal kecil” melambangkan pekerjaan Tuhan pada zaman ini. “Kebahagiaan tuanmu” melambangkan kenikmatan atas Tuhan dalam kerajaan yang akan datang. Ini mengacu kepada kepuasan batiniah, bukan kedudukan lahiriah. Berbagian dalam kebahagiaan Tuhan adalah pahala yang paling besar, lebih baik daripada kemuliaan dan kedudukan dalam kerajaan. Di sini kita nampak dua aspek pahala yang diberikan kepada hamba yang setia: kekuasaan dan kebahagiaan. Hamba yang setia akan langsung masuk ke dalam hadirat Tuhan dalam manifestasi Kerajaan Surga yang akan datang. Pahala bukan ditentukan masa kelak namun ditentukan sekarang. Jika kita mau mempergunakan karunia yang telah Allah berikan kepada kita dengan rajin dan setia, niscaya kelak kita akan menerima kekuasaan dan kebahagian dari Tuhan kita.

Mat. 25:19-25

Ketika hamba yang bertalenta dua datang dan berkata bahwa ia telah memperoleh laba dua talenta, Tuhan mengatakan perkara yang sama kepadanya seperti apa yang telah Dia katakan kepada hamba yang bertalenta lima (Mat. 25:22-23). Meskipun karunia yang diberikan kepada yang memiliki dua talenta itu lebih sedikit daripada yang diberikan kepada orang yang memiliki lima talenta, pujian dan pahala Tuhan kepada mereka berdua itu sama. Ini menunjukkan bahwa pujian dan pahala Tuhan tidak berhubungan dengan ukuran dan jumlah pekerjaan kita, melainkan berhubungan dengan kesetiaan kita dalam menggunakan karunia-Nya semaksimal mungkin. Pujian dan pahala yang sama akan diberikan juga kepada orang yang memiliki satu talenta jika saja dia setia.
Matius 25:24 mengatakan, “Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa Tuan adalah orang yang kejam yang menuai di tempat di mana Tuan tidak menabur dan memungut dari tempat di mana Tuan tidak menanam.” Nampaknya, Tuhan itu kejam atau keras terhadap kita. Dia menghendaki kita semaksimal mungkin menggunakan karunia-Nya untuk pekerjaan-Nya. Pekerjaan-Nya memerlukan kemutlakan kita. Pekerjaan Tuhan sepertinya selalu dimulai dari nol. Seakan-akan Dia menuntut kita bekerja bagi-Nya dalam keadaan tanpa apa-apa. Semua ini tidak seharusnya menjadi alasan bagi orang yang memiliki satu talenta untuk tidak menggunakan karunianya; sebaliknya, hal ini seharusnya memaksa dia melatih imannya sehingga dia dapat menggunakan karunianya semaksimal mungkin.
Matius 25:25 mengatakan, “Karena itu, aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah.” Kita seharusnya bersikap positif dan agresif dalam menggunakan karunia Tuhan. Jika kita setia, kita tidak akan takut apa pun. Hamba yang bertalenta satu pergi dan menyembunyikan talenta di dalam tanah. Dengan berbuat demikian ia terlalu pasif. Kita seharusnya aktif dalam pekerjaan Tuhan. Karena ia telah menyembunyikan talentanya, maka ia hanya dapat mengembalikannya kepada Tuhan sebanyak yang semula. Hanya menyimpan karunia Tuhan dan tidak menghilangkannya tidaklah cukup; kita harus mendapatkan laba dengan menggunakannya.

Doa:
Tuhan Yesus, dapatkan kemutlakanku untuk menggunakan apa yang telah Tuhan berikan padaku. Tuhan, kiranya talenta yang Tuhan percayakan di tanganku dapat berlipat ganda. Jadikan aku hamba yang produktif, tidak malas menggunakan talenta yang telah Tuhan berikan.

01 January 2008

Matius Volume 8 - Minggu 4 Rabu

Harus Rajin Melipatgandakan Talenta
Matius 25:18
Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

Matius 25:16-17 mengatakan, “Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.” Menjalankan uang melambangkan menggunakan karunia yang Tuhan berikan kepada kita; beroleh laba melambangkan bahwa karunia yang kita terima dari Tuhan telah dipakai semaksimal mungkin, tanpa kerugian atau pemborosan apa pun.
Menurut Matius 24, hamba perlu menyuplaikan makanan kepada orang-orang yang berada di dalam rumah, yakni melayankan firman yang merawat, yang membawakan kelimpahan Kristus sebagai suplai hayat kepada orang-orang yang berada di dalam rumah Tuhan. Dalam Matius 25, menjalankan talenta berarti mengusahakan agar talenta itu bertambah banyak. Jadi, hasil dari pelayanan kita ada dua aspek. Aspek pertama ialah orang lain terpelihara dan diberi pemeliharaan yang limpah. Aspek kedua ialah harta Tuhan berlipat ganda.
Misalnya, semakin banyak kita mengabarkan Injil, semakin kaya Injil itu. Sama halnya dengan kebenaran. Ketika kita melayankan kebenaran kepada orang lain, kebenaran itu akan berlipat ganda. Ini pun nyata pada kaum beriman dan gereja. Baik kaum beriman maupun gereja akan berlipat ganda. Jadi, lima talenta dilipatgandakan menjadi sepuluh dan dua talenta menjadi empat. Hasil pelayanan kita seharusnya merupakan pelipatgandaan talenta kita. Jika kita hanya setia mempertahankan Injil, kebenaran, dan gereja, tanpa adanya pelipatgandaan, Tuhan akan berkata bahwa kita pemalas. Lagi pula Dia akan menyebut kita hamba yang jahat. Dalam pandangan Tuhan, menyembunyikan talenta dan tidak melipatgandakannya itu jahat. Tuhan tidak akan mempedulikan argumentasi atau alasan kita. Dia hanya mempedulikan pelipatgandaan talenta yang telah Ia percayakan kepada kita.

Mat. 25:18

Tujuan dari perumpamaan dalam Matius 25:14-30 adalah untuk mengarahkan perhatian kita kepada hamba yang ketiga. Sebagian besar orang Kristen berada dalam kategori ini. Menerima satu talenta adalah berbahaya karena mereka yang menerima satu talenta memiliki kecenderungan untuk menjadi malas dan kendor dan menguburkan talenta mereka. Mereka sering merasa malu karena memiliki sedikit dan kemudian menguburkan talenta mereka. Beberapa orang merasa lebih baik tidak memiliki sama sekali daripada memiliki sedikit. Tetapi Tuhan berkata bahwa memiliki sedikit lebih baik daripada tidak memiliki sama sekali.
Sebenarnya mengetahui bagaimana menggunakan talenta kita jauh lebih penting daripada jumlah talenta yang kita dimiliki. Hari ini kaum beriman selalu tidak puas dengan karunia Allah. Kalau kita mau bekerja hanya ketika kita memiliki karunia yang sama dengan yang dimiliki oleh saudara atau saudari tertentu, Allah tidak akan memberi kita karunia itu. Perumpamaan ini berfokus pada seorang yang menerima hanya satu talenta.
Menyembunyikan talenta di dalam tanah (dunia) berarti melibatkan diri dengan sesuatu yang duniawi, dengan sesuatu yang tidak berkaitan dengan Roh itu. Menyembunyikan uang tuannya juga melambangkan membiarkan karunia Tuhan tidak berguna, membuat karunia Tuhan menjadi sia-sia di bawah selubung alasan duniawi tertentu. Mencari alasan apa pun untuk tidak menggunakan karunia Tuhan berarti menyembunyikan karunia itu. Inilah bahaya yang selalu ada pada orang-orang yang bertalenta satu, orang-orang yang menganggap karunia mereka paling kecil.
Mengobrol, bergurau tanpa makna yang jelas, menonton televisi berjam-jam, atau menghabiskan waktu dengan sekedar jalan-jalan di pusat perbelanjaan merupakan sebuah contoh keterlibatan seseorang di dunia. Kita perlu menengadah kepada belas kasihan dan anugerah Tuhan, sehingga banyak waktu akan dihemat, dan kita akan dapat menggunakan waktu itu untuk lebih banyak memperhatikan kaum beriman atau memberitakan injil. Tak peduli betapa sibuknya kita, masih mungkin menggunakan fungsi kita dengan jalan memperhatikan orang lain.

Doa:
Tuhan, Kau adalah Tuan yang adil. Meskipun harta yang Kau percayakan sebagai talenta berbeda nominalnya, namun pahala yang Engkau berikan adalah sama. Tuhan, aku mengarahkan pandanganku kepada pahala ini, sehingga setiap pelayananku menjadi pelayanan yang berkenan di mata Tuhan.