Hitstat

28 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 3 Senin

Penglihatan Akan Seorang Malaikat
Kisah Para Rasul 10:3-4
Dalam suatu penglihatan, kira-kira jam tiga petang, jelas tampak kepadanya seorang malaikat Allah masuk ke rumahnya dan berkata kepadanya: “Kornelius!” Semua doamu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau

Ayat Bacaan: Kis. 8:26, 10:3, 14-15, 5:42; Rm. 10:14-15; Luk. 5:27-29; Kel. 20:6

Menurut Kisah Para Rasul 10:3, seorang malaikat Allah menampakkan diri kepada Kornelius dan berbicara kepadanya. Seorang malaikat juga dipakai Allah dalam perkara pejabat istana Etiopia (Kis. 8:26). Pemberitaan Injil baik kepada pejabat istana Etiopia dan kepada seisi rumah Kornelius adalah pemberitaan Injil kepada keluarga orang bukan Yahudi, dan uniknya dalam dua peristiwa tersebut malaikat Allah tidak secara langsung memberitakan injil kepada mereka. Kepada malaikat Allah tidak diamanatkan untuk memberitakan Injil. Alasan untuk hal ini adalah bahwa hanya orang yang telah percaya Tuhan Yesus yang memiliki hak istimewa untuk membawa kabar baik kepada orang lain.
Dalam Roma 10:14-15 kita tahu supaya orang berseru kepada Tuhan, mereka perlu percaya kepada-Nya. Supaya orang percaya kepada-Nya perlu mendengar tentang Dia, dan untuk mendengar tentang Dia perlu ada yang memberitakan kabar baik. Kalau menghendaki Injil diberitakan, perlu ada orang yang diutus Allah. Setelah kita percaya Tuhan dan berseru kepada-Nya, kita pun perlu memberitakan-Nya. Kisah Para Rasul juga memperlihatkan kepada kita, pada masa Petrus, para murid “dari rumah ke rumah” memberitakan Yesus Kristus sebagai Injil (Kis. 5:42). Rumah kita bisa menjadi jalan keluar Injil. Kalau rumah Anda tidak dipakai oleh Tuhan, Anda hanya sendirian memberitakan Injil, berarti ada pintu namun tidak ada jalan. Kita tidak sekedar perlu memberitakan Injil, juga harus membuka rumah. Satu contoh yang baik juga ada dalam Lukas 5:27-29. Begitu rumah dibuka, Injil pun ada jalan keluarnya; tidak ada rumah, Injil tidak ada jalan.
Jika kita mau membuka rumah kita untuk Injil, pasti tidak akan rugi, malahan akan beroleh berkat. Tuhan sendiri berkata, “Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku” (Kel. 20:6). Kita semua perlu membuka rumah, mempersilahkan Injil Tuhan ada jalan keluar. Dengan demikian, berkat tidak hanya ke atas diri kita, juga akan sampai kepada generasi lewat generasi. Kita perlu berdoa kepada Tuhan, “Jadikan aku saluran berkat, untuk menarik jiwa kepada Tuhan.”

27 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 3 Minggu

Pentingnya Doa
Kisah Para Rasul 10:2-9
Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan...senantiasa berdoa kepada Allah. Ketika ketiga orang itu...sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa

Ayat Bacaan: Kis. 10:1-16; Ef. 6:18

Dalam Kisah Para Rasul pasal 10 ada satu penekanan yang kuat tentang pentingnya doa. Dalam pasal ini kita dapat melihat bahwa doa dari Kornelius dan Petrus menjadi sarana bagi Tuhan untuk masuk, membuka pintu bagi bangsa orang bukan Yahudi. Sewaktu Kornelius, seorang yang saleh, sedang berdoa, suatu penglihatan (visi) datang kepadanya. Demikian juga, sewaktu Petrus sedang berdoa, penglihatan yang tercatat dalam pasal ini datang kepadanya. Melalui doa mereka, rencana dan pergerakan Allah terlaksana.
Doa adalah sejenis pelayanan yang harus ditaruh pada kedudukan yang pertama. Iblis selalu melancarkan siasatnya untuk menaruh hal-hal lain yang berhubungan dengan Tuhan di atas doa dan menempatkan doa pada urutan terakhir. Kita perlu mohon Tuhan membuka mata kita agar melihat pentingnya doa dan nilai doa. Doa manusia diperlukan sebagai sarana bekerja sama dengan pergerakan Allah. Dari hal ini kita melihat bahwa kita semua perlu belajar memiliki satu kehidupan doa, karena kehidupan doa selalu mempersiapkan jalan bagi pergerakan Tuhan dan membuka pintu bagi-Nya untuk menyebar. Kita harus belajar bahwa Tuhan hanya dapat memakai orang-orang yang memiliki satu kehidupan doa, satu kehidupan yang berkontak dengan Dia dalam doa.
Kita tidak diberi tahu untuk apakah Kornelius dan Petrus berdoa. Tetapi, catatan ini benar-benar menunjukkan bahwa mereka menyisihkan waktu tertentu untuk berdoa, bahwa mereka berdoa menurut suatu jadwal. Kornelius berdoa pada jam yang kesembilan, jam tiga petang, dan Petrus berdoa pada jam yang keenam, jam dua belas siang (Kis.10:3, 9). Kita dapat melihat bahwa mereka memiliki satu kehidupan doa dan bahkan berdoa pada waktu-waktu yang telah dijadwalkan. Kehendak Allah adalah seperti sungai besar, dan doa kita adalah seperti suatu saluran. Kalau doa kita cukup besar, penggenapan doa kita juga cukup besar; kalau doa kita terbatas, penggenapannya juga akan terbatas. Semoga kita memiliki kehidupan doa yang tetap dan teratur, sehingga doa kita dapat membuka jalan bagi penyebaran pemulihan-Nya.

26 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 2 Sabtu

Penyebaran Pelayanan Petrus
Kisah Para Rasul 9:34, 40
“Kata Petrus kepadanya: “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau ...”Seketika itu juga bangunlah orang itu. Tetapi Petrus ... berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: “Tabita, bangkitlah!”...

Ayat Bacaan: Kis. 9:32-43

Beberapa pembaca kitab Kisah Para Rasul mungkin mengira bahwa menjelang waktu dalam pasal 9, Saulus dari Tarsus masuk ke dalam pengujian Tuhan dalam pasal 9, Petrus telah mundur dari panggung itu. Tetapi, dalam 9:32-43 kita melihat bahwa Petrus masih ada di dalam, dan ayat-ayat ini menggambarkan penyebaran ministri Petrus. Ministri Petrus bukanlah mengajarkan teologi atau filosofi tapi ministrinya adalah membicarakan gereja dan untuk membangun gereja. Kisah Para Rasul 2-9 merupakan satu bagian mengenai perkembangbiakan ministri Petrus. Dan di pasal 9-11, ministri Saulus dalam tahap permulaannya berbaur dengan ministri Petrus.
Dalam Kisah Para Rasul pasal 9 ini, kita melihat Petrus dalam ministrinya di luar Yerusalem, bahkan di luar Yudea adalah untuk membangun gereja. Ketika Petrus berada di Yope, ia tidak jauh dari Kaisarea, yang adalah pusat pemerintahan Romawi. Hal ini menunjukkan Petrus telah bergerak jauh dari Yerusalem, ibukota pusat Yahudi, ke kota Kaisarea, kota tempat salah satu gubernur Romawi tinggal. Karena Yope dekat dengan Kaisarea, kota itu menjadi satu batu loncatan bagi Petrus untuk membuka pintu kerajaan bagi bangsa bukan Yahudi. Karena itu, tinggalnya Petrus di Yope merupakan satu persiapan baginya untuk pergi ke rumah Kornelius, dan memakai kunci kedua yang diberikan kepadanya oleh Tuhan untuk membuka pintu itu, supaya bangsa bukan Yahudi dapat masuk ke dalam kerajaan. Seperti yang akan kita lihat, di Kaisarea Petrus membuka pintu bagi bangsa Romawi untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Saudara-saudari dalam pasal ini kita melihat kedaulatan Tuhan dalam mengembangbiakan diri-Nya sendiri dengan menyebar ke dalam umat pilihan-Nya. Melalui waktu, Tuhan mempersiapkan bejana pilihan-Nya. Bagaimana dengan kita hari ini? Apakah kita sudah menjadi bejana yang terbuka pada-Nya, berbagian dalam pengembangbiakan-Nya? Moga Tuhan terus membelaskasihani kita. Melalui doa dan mempersembahkan diri kembali pada Tuhan dengan seluruh apa adanya kita, kita terus diubah menjadi bejana belas kasihan-Nya untuk pembangunan Tubuh Kristus.

25 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 2 Jumat

Gereja Dibangun dan Jumlahnya Bertumbuh
Kisah Para Rasul 9:31
“Selama beberapa waktu...Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus”

Ayat Bacaan: Kis. 9:31; Ef. 1:22-23

Kisah Para Rasul 9:31 mengatakan, “Selama beberapa waktu jemaat (gereja) di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan dan jumlahnya bertambah besar oleh pertolongan Roh Kudus.” Ayat ini membicarakan tentang Yudea, Galilea, dan Samaria, semuanya adalah propinsi di Kekaisaran Romawi. Karena pada waktu itu gereja hanya meluas ke propinsi Yudea, Galilea, dan Samaria, dan karena kata “seluruh” mencakup semua tempat di mana gereja berada, maka di sini digunakan istilah “gereja” dalam bentuk tunggal ini dalam arti universal. Tetapi pasti ada gereja-gereja dalam arti lokal di sejumlah kota dalam ketiga propinsi tersebut.
Dalam ayat 31, kita juga melihat gereja di seluruh Yudea, Samaria, dan Galilea berada dalam keadaan damai meskipun ada penganiayaan yang di luar. Dalam keadaan demikianlah, gereja itu dibangun. Mereka juga hidup dalam takut akan Tuhan dan hidup dalam penghiburan Roh Kudus. Orang-orang Yahudi memandang Yudea sebagai propinsi yang paling baik, Galilea sebagai satu daerah yang hina dan Samaria sebagai satu daerah yang penuh dengan percampuran. Tidak peduli betapa Galilea itu sangat diremehkan dan tidak peduli betapa Samaria ditolak oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem, gereja-gereja yang dibangun di daerah itu semuanya harus dianggap sebagai satu gereja. Secara lokal, ada gereja-gereja, tetapi secara universal, semua gereja ini adalah gereja. Di sini kita memiliki satu wahyu yang mendasar mengenai keesaan gereja secara universal.
Gereja universal adalah Tubuh Kristus yang unik. Dalam bahasa Yunani, gereja adalah ekklesia yang berarti kumpulan orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah keluar dari dunia. Dengan demikian gereja terdiri dari semua orang beriman dalam Kristus (Ef. 1:22-23). Gereja berasal dari Tuhan, milik Tuhan, bukan milik perorangan atau pekerjaan seseorang. Saudara-saudari, darimana pun asal kota kita, meskipun ada perbedaan latar belakang, kebudayaan, pendidikan dan sebagainya tetapi di dalam Kristus kita semua adalah satu Tubuh Kristus yang unik.

24 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 2 Kamis

Saulus dan Murid-murid di Yerusalem
Kisah Para Rasul 9:28
Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan

Ayat Bacaan: Kis. 4:36, 9:20-29

Lukas memberikan catatan yang singkat dan sederhana mengenai pemberitaan Paulus yaitu persona dan pekerjaan Kristus. Kita melihat dua aspek ini dalam Kisah Para Rasul 9:20-22, dimana Paulus membicarakan tentang Anak Allah dan Kristus. Anak Allah menunjukkan Persona Tuhan, dan Kristus menunjukkan pekerjaan-Nya. Setelah Saulus berpaling kepada Tuhan, yang pertama ia saksikan di Damsyik adalah dua perkara ini.
Meskipun hal besar telah terjadi di Damsyik, namun Yerusalem belum mendengar berita mengenai hal itu. Karena alasan inilah, ketika Saulus berusaha untuk bergabung dengan murid-murid, mereka, “semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid” (Ay. 26). Mereka tidak dapat mempercayai bahwa penentang ini sekarang adalah seorang murid Tuhan Yesus. Tetapi dalam kedaulatan-Nya Tuhan menyediakan Barnabas, anak penghiburan (4:36). Barnabas menerima Saulus dan, “membawanya kepada rasul-rasul dan menceritakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara kepadanya dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus” (9:27). Kemudian Saulus tetap tinggal bersama mereka, “di Yerusalem, dan dengan berani mengajar dalam nama Tuhan” (Ay. 28). Menurut 9:29, Saulus, “juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani.” Sewaktu Saulus berdebat dengan mereka, mereka sakit hati dan “berusaha membunuh dia” (Ay. 29).
Saudara saudari yang terkasih melalui kisah ini, kita melihat teladan yang ditinggalkan oleh Paulus kepada kita. Meskipun Paulus adalah orang yang baru berpaling kepada Tuhan, namun dengan keberanian, ia memberikan kesaksian tentang persona dan pekerjaan Kristus tanpa menghiraukan nyawanya. Sudahkah kita memiliki keberanian sedemikian? Setelah sekian lama kita beroleh selamat, berapa banyak kita dengan berani berdiri bagi kesaksian Tuhan? Semoga kita semakin terdorong, bukan perkara berapa lama kita beroleh selamat baru berani memberitakan injil namun berapa dalam kita melihat visi dan mau berdiri dengan berani bagi kesaksian Tuhan.

23 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 2 Rabu

Murid-murid Saulus
Kisah Para Rasul 9:25
Sungguh pun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang

Ayat Bacaan: Yoh. 15:8, 16; 2 Tim. 3:16-17

Dalam 9:25 kita melihat sesuatu yang sangat mengejutkan mengenai Saulus—ia memiliki murid. Ayat ini dengan tepat dan dengan jelas menyebutkan “murid-muridnya”. Saulus yang dulu adalah seorang penganiaya Yesus, sekarang memiliki murid-murid yang mengikutinya. Melalui pemberitaannya banyak orang yang didapatkan bagi Tuhan. Saulus dari Tarsus belajar di “seminari” Tuhan dan “lulus” dalam waktu singkat menjadi seorang pemberita yang hebat. Kemudian, ia memberi tahu orang-orang bahwa Yesus ini adalah Putra Allah dan Kristus. Hasilnya, ia bahkan mendapatkan murid-murid.
Dalam Yohanes 15:8 Tuhan berkata, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” Untuk banyak berbuah kita harus dimuridkan. Penyebab kita tidak berbuah ialah kita belum banyak dimuridkan oleh-Nya. Dimuridkan adalah berubah dari cara, posisi, dan karakter kita yang alamiah. Kita perlu menyalibkan manusia lama untuk membuang semua hal kita yang usang dan alamiah. Sebagai murid-murid Tuhan, kita perlu terus menerus belajar menginjil, karena menginjil membutuhkan ketrampilan kita.
Suatu hari hamba Tuhan Nee menginjil kepada seorang mahasiswa muda yang sangat pandai. Anak muda ini berkata, “Ayahku kini menderita di alam maut. Aku tidak ingin melihat ayahku menderita di sana, sedangkan aku diselamatkan. Saudara Nee menjawab menggunakan Lukas 16 tentang orang kaya yang menderita sengsara. Ia berkata, “Tidakkah kamu percaya bahwa ayahmu, meskipun menderita di alam maut, masih mengasihimu? Dia tidak ingin kamu pergi ke sana. Jika kamu pergi ke sana kamu tidak menaati ayahmu. Kamu tidak menghormatinya.” Perkataan singkat ini menyakinkan orang muda itu, dan ia berkata, “Aku menghormati ayahku. Demi keinginannya, aku percaya kepada Tuhan Yesus.” Contoh ini memperlihatkan bahwa pemberitaan injil kita tidak boleh menjadi usang, kita perlu terus diperlengkapi (2 Tim. 3:17). Dan masih banyak yang harus kita pelajari dalam pemberitaan Injil. Kita perlu dilatih Tuhan untuk mempunyai telinga dan lidah seorang murid (Yes. 50:4).

22 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 2 Selasa

Yesus adalah Mesias
Kisah Para Rasul 9:22
Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias

Ayat Bacaan: Mat. 13:3; Ef. 1:4-14

Dalam Kisah Para Rasul 9:22 dikatakan, “Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias.” Dalam ayat 20 kita melihat bahwa Dia adalah Anak Allah, dan dalam ayat 22, kita melihat bahwa Dia adalah Mesias. Gelar “Mesias” atau “Kristus” menunjukkan “amanat” Tuhan, yaitu, berhubungan dengan pekerjaan Tuhan, dengan tugas dan misi-Nya. Kristus berarti “yang diurapi”. Tuhan Yesus adalah Mesias berarti Dia adalah Yang diurapi Allah, yang ditunjuk Allah untuk melaksanakan amanat-Nya, untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan Allah kepada-Nya.
Apakah amanat Kristus? Amanat Kristus adalah merampungkan tujuan kekal Allah melalui penyaliban-Nya, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya, dan kedatangan-Nya kali kedua. Amanat ini tak lain adalah menaburkan Allah Tritunggal sebagai benih hayat ke dalam kita dan karena itu menggarapkan hayat ilahi ke dalam kita. Menurut wahyu Perjanjian Baru, inilah aspek pertama dari amanat Kristus, dan kita semua perlu nampak kebenaran ini. Aspek pertama amanat Kristus yang diterima-Nya dari Bapa bukan untuk menjadi seorang raja atau nabi; tetapi untuk menjadi seorang Penabur, yaitu seorang yang menaburkan Allah Tritunggal ke dalam kita.
Sejak kita mengaku bahwa kita adalah orang berdosa dan percaya kepada Tuhan Yesus, Allah Tritunggal ini—Bapa, Putra, dan Roh—akan masuk ke dalam kita untuk menjadi hayat dan segala sesuatu kita. Seorang suami dapat mengasihi istri karena Yesus, dan istri dapat taat kepada suami karena Yesus. Kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran kita semuanya adalah Yesus. Setiap hari kita perlu menikmati penyaluran yang berangsur-angsur, lembut, pelahan-lahan, normal, konsisten, dan berkesinambungan. Kita menikmati penyaluran Bapa dalam sifat dan hayat ilahi ke dalam diri kita dan dalam elemen ilahi-Nya. Kita menikmati penyaluran Allah Roh dalam esens ilahi-Nya sebagai meterai yang hidup dalam kita, menjadi kenikmatan ilahi kita, sebagai pencicipan dari kenikmatan penuh akan Allah.

21 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - MInggu 2 Senin

Yesus adalah Anak Allah
Kisah Para Rasul 9:20
Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah

Ayat Bacaan: Yoh. 5:18; Mat. 1:20, 17:5

Kita perlu mengenal Kristus dalam dua aspek utama—aspek Persona-Nya dan aspek pekerjaan-Nya. Dalam Kisah Para Rasul 9:20, Saulus mengatakan bahwa “Yesus adalah Anak Allah.” Ungkapan “Anak Allah” mengacu kepada Persona Tuhan Yesus. Sebagai Anak Allah, Persona Tuhan Yesus itu ilahi. Dia yang ilahi adalah Allah itu sendiri. Dia dikandung dari Roh Kudus dengan esens ilahi (Mat. 1:20). Dengan keterkandungan Yesus, Roh Kudus masuk ke dalam keinsanian. Di sini kita memakai kata “esens” dengan tegas untuk menyatakan sesuatu yang bahkan lebih intrinsik daripada sifat. Manusia-Penyelamat ini dikandung dari Roh Kudus bukan hanya dengan sifat ilahi melainkan dengan esens ilahi. Penting sekali kita nampak hal ini.
Dalam Matius 17, di atas gunung pengubahan Allah sendiri membuatnya sangat jelas, “Inilah Anak-Ku yang kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Mendengarkan Kristus adalah mendengarkan Allah sendiri. Kita semua perlu berdoa, “Tuhan, aku ingin mendengarkan Engkau.” Standar hidup orang Kristen hari ini bukan pada hukum Taurat, juga bukan pada nabi-nabi, melainkan pada diri Kristus; yakni pada diri Kristus yang berhuni di batin kita. Karena itu, persoalannya bukanlah apakah aku benar atau salah? Melainkan apakah Kristus yang ada di dalamku berkata demikian? Karena jalan kita adalah kehidupan Allah, bukan berdasarkan benar atau salah. Terhadap banyak perkara, kita mungkin berkata, bahwa kita boleh melakukannya, tetapi jika kehidupan Allah di dalam kita tidak membiarkan kita melakukannya, maka kita harus menghentikannya.
Saudara saudari, perbedaan di dalamnya sungguh besar! Seringkali, yang dapat dikatakan oleh orang adalah: “Benarkah jika aku melakukan ini? Salahkah jika aku melakukan itu?” Tetapi hari ini, kita bukannya menuruti ini benar atau itu salah, melainkan hanya ada satu pertanyaan: “Apakah kehidupan Tuhan di dalam kita makin membubung atau makin tenggelam?” Inilah yang akan menentukan jalan kita. Segalanya tergantung pada keputusan yang di dalam (batin). Kita hanya ingin mendengarkan Dia. Dalam segala hal kita harus terlebih dahulu mendengarkan Dia.

20 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 2 Minggu

Segera Memberitakan Yesus
Kisah Para Rasul 9:20
Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah

Ayat Bacaan: Yoh. 4:29-30, 1:40-42; Kis. 22:15

Setelah Saulus dibaptis, ia tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik (Kis. 9:19). Kemudian ayat 20 mengatakan, “Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat.” Di sini frase “ketika itu juga” sangat bermakna. Ini menunjukkan bahwa dalam jangka waktu yang sangat singkat Saulus berpaling kepada Tuhan. Dulu ia adalah seorang penganiaya,ia menangkapi orang yang menerima Tuhan, tetapi sekarang mungkin ia sendiri yang ditangkap oleh Tuhan. Menurut pandangan manusia, lebih baik ia melarikan diri atau menyembunyikan diri, tetapi ia malahan pergi ke rumah-rumah ibadat dan bersaksi memberitakan Yesus. Hal ini menerangkan bahwa perkara pertama yang harus dilakukan seseorang setelah ia menerima Tuhan ialah bersaksi bagi Tuhan.
Kesaksian perempuan Samaria yang diceritakan dalam injil Yohanes, terjadi hanya beberapa jam setelah ia bertemu Tuhan, bukan setelah lewat beberapa tahun. Begitu kembali ke kota, ia segera bersaksi (Yoh. 4:29-30). Demikian juga, begitu Andreas percaya Tuhan, ia segera membawa kakaknya, Petrus, untuk menjumpai Tuhan (Yoh. 1:40-42). Setelah kita diselamatkan, kita tidak seharusnya membuat Injil berhenti disebarluaskan. Jika kesaksian kita tidak berlangsung terus, Injil akan berhenti pada diri kita. Kita wajib belajar bersaksi dan membawa orang kepada Tuhan. Hal ini jangan sekali-kali dilalaikan. Jika pada awalnya tidak mau membuka mulut, lambat-laun akan menjadi suatu kebiasaan, dan kalau ingin memulihkannya, sangat memeras tenaga.
Siapa yang tidak berminat bersaksi agar orang lain bertobat dan berpaling kepada Tuhan, jangan-jangan ia sendiri masih harus bertobat dan berpaling kepada Tuhan. Karena itu, setelah seseorang percaya Tuhan, hendaklah ia menetapkan suatu tekad di hadapan Allah, bila ada kesempatan, segera bersaksi dan mendapatkan orang. Setiap akhir tahun, kita boleh menghitung, berapa jiwa yang sudah beroleh selamat, dan berapa yang masih belum beroleh selamat. Kita sendiri telah dinyalakan, tetapi tidak pergi menyalakan orang lain. Marilah kita dengan sekuat tenaga kita bersaksi dan memimpin orang sebanyak-banyaknya kepada Tuhan!

19 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 1 Sabtu

Dipenuhi dengan Roh Kudus
Kisah Para Rasul 9:17
Lalu pergilah Ananias, katanya:...Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus”

Ayat Bacaan: Kis. 9:17-19, 8:4-17, 19:1-7; Rm. 6:3-5; Kol. 2:12; Yoh. 3:3, 5

Kisah Para Rasul 9:17 mengatakan, “Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” Kasus Saulus juga sangat istimewa, karena sebagai penganiaya yang paling mencolok, dia langsung diselamatkan oleh Tuhan dari surga ketika ia sedang dalam perjalanannya untuk menganiaya kaum beriman. Karena itu seperti kaum beriman Samaria (8:4-17) dan kedua belas murid di Efesus (19:1-7), dia juga perlu satu anggota Tubuh Kristus untuk membawa dia masuk ke dalam kesatuan dengan Tubuh Kristus melalui penumpangan tangan.
Menurut prinsip keselamatan dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah, Saulus pasti telah menerima Roh hayat di aspek esensial pada saat ia bertobat, sebelum kedatangan dan penumpangan tangan Ananias atasnya. Tetapi karena dia bukan diselamatkan melalui anggota Tubuh Kristus yang mana pun, maka Roh Kudus belum turun ke atasnya secara ekonomikal sampai Ananias, sebagai wakil dari Tubuh, datang untuk menyatukan dia dengan Tubuh Kristus.
Ayat 18-19 melanjutkan, “Seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik.” Masalah Saulus ini, mengajar kita untuk memperhatikan baptisan air, yang menandakan persatuan kaum beriman dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Rm. 6:3-5; Kol. 2:12), dan baptisan Roh, yang menandakan realitas kesatuan kaum beriman dengan Kristus dalam hayat secara esensial dan dalam kuat kuasa secara ekonomikal. Baptisan air adalah penegasan orang beriman terhadap realitas baptisan Roh. Keduanya itu perlu. Karena melalui baptisan air dan Roh yang demikianlah kita, kaum beriman dalam Kristus dilahirkan kembali ke dalam Kerajaan Allah, ke dalam alam hayat ilahi dan pemerintahan ilahi (Yoh. 3:3, 5).

18 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 1 Jumat

Bejana Pilihan
Kisah Para Rasul 9:15
Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat (TL. bejana) pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel”

Ayat Bacaan: Kis. 9:12-16; 1 Kor. 1:2; 2 Kor. 2:14; Gal. 1:15

Dalam Kisah Para Rasul 9:12 Tuhan memberi tahu Ananias bahwa Saulus, “dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Saulus yang buta menerima penglihatannya kembali berarti dia mendapatkan keselamatan yang sempurna. Hal ini sangat penting bagi Saulus, khususnya supaya mata batiniahnya tercelik sehingga nampak perkara-perkara Allah tentang rahasia-rahasia-Nya dan ekonomi-Nya.
Dalam ayat 13-14 Ananias berkata, “Tuhan, dari banyak orang telah kude-ngar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya ter-hadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Lagi pula di sini dia memperoleh kuasa dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.” Ini menunjukkan bahwa memanggil atau menyeru nama Tuhan adalah tanda bagi para pengikut Tuhan pada waktu sebermula (1 Kor. 1:2). Seruan ini tentunya cukup nyaring, sehingga orang lain dapat mendengar, demikianlah seruan itu menjadi suatu tanda.
Dalam Kisah Para Rasul 9:15-16 Tuhan berkata kepada Ananias, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku di hadapan bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Karena Saulus adalah bejana pilihan Allah, maka sejak di dalam kandungan ibunya ia telah dipilih dan dipanggil oleh Tuhan (Gal. 1:15). Tuhan berdaulat atas segala sesuatu, menurut pemilihan-Nya dalam kekekalan, Dia dapat membuat seorang penganiaya yang paling kejam menjadi suatu bejana, menjadi rasul yang terkemuka, untuk merampungkan amanat-Nya dalam pemberitakan Injil dan menempuh jalan yang pernah ia tentang dan aniaya. Akhirnya, di dalam ministri Injilnya yang menang, Saulus Si penentang, menjadi tawanan Kristus di dalam barisan yang merayakan kemenangan Kristus atas semua musuh-Nya (2 Kor. 2:14). Adalah belas kasih Tuhan semata, bila kita hari ini bisa menjadi bejana-bejana pilihan Tuhan.

17 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - MInggu 1 Kamis

Ia Sekarang Berdoa
Kisah Para Rasul 9:10-11
Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: “Ananias!” Jawabnya: “Ini aku, Tuhan!” Firman Tuhan:…carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa

Ayat Bacaan: Kis. 9:10-11; 1 Kor. 12:7-27

Pada saat Tuhan mengutus Ananias, salah satu anggota Tubuh-Nya, untuk pergi kepada Saulus untuk membawa dia masuk ke dalam kesa-tuan Tubuh Kristus, Saulus sedang berdoa. Sepertinya saat Saulus sedang berdoa, visi demi visi dan wahyu demi wahyu datang kepadanya mengenai Kristus sebagai perwujudan Allah, misteri Allah, dan gereja sebagai Tubuh Kristus, misteri Kristus (Kol. 2:2; Ef. 3:4; 5:32). Saulus buta, dan ia berdoa siang malam selama tiga hari. Di dalam pemikirannya, ia telah melayani Yehova di dalam Perjanjian Lama. Kemudian satu suara berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” (Kis. 9:4). Saulus tahu bahwa ini adalah Yehova yang berbicara kepadanya, jadi ia berkata, “Siapa Engkau, Tuhan?” (ay. 5). Ketika Saulus berkata, “Tuhan,” ia berkata, “Yehova.” Kemudian suara itu berkata kepadanya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu” (ay. 5). Ini adalah satu petunjuk yang jelas bahwa Yesus adalah Yehova. Kelak Paulus menulis di dalam Efesus 5:32, “Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Kristus adalah misteri Allah, dan gereja adalah misteri Kristus. Ini adalah visi yang ia terima dalam perjalanan ke Damsyik; ia melihat Kristus dan gereja.
Dalam Efesus 1:17 Paulus “meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.” Kita harus meminta kepada Allah memberikan roh wahyu kepada kita, supaya dari lubuk batin kita benar-benar mengenal Dia dan gereja-Nya. Pengenalan ini adalah dasar kaum beriman. Tidak seperti pengenalan ketika baru beroleh selamat, bagaikan memegang sebuah gelas yang penuh dengan air, perlu dipegang dengan hati-hati; kalau tidak hati-hati, airnya akan tumpah. Banyak orang percaya Tuhan Yesus bagaikan memegang sebuah gelas yang penuh dengan air, ketika berjalan harus hati-hati sekali. Ia takut mendengarkan ini, juga takut mendengarkan itu. Saudara saudari, kalau Anda benar-benar mengenal Dia, sekalipun seluruh orang di dunia percaya, itu tidak akan lebih membantu Anda; sebaliknya, sekalipun seluruh orang di dunia tidak percaya, tetap tidak akan menggoyahkan Anda.

16 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 1 Rabu

Akulah Yesus yang Kauaniaya itu
Kisah Para Rasul 9:5
Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.”

Ayat Bacaan: Kis. 9:5; Gal. 1:16

Saulus adalah seorang yang berpendidikan tinggi, pernah menjadi tokoh agama. Menurut mentalitasnya yang gelap, tidak ada sesuatu yang dapat dibandingkan dengan agama Yahudi berikut hukum Tauratnya, kitab sucinya, pelayanan imamatnya, dan adat istiadatnya. Ia menghina pengikut-pengikut Yesus; ia menganggap mereka hanya mengikuti orang Nazaret yang tidak berarti, sedangkan ia sendiri sangat bergairah bagi tradisi nenek moyangnya.
Tetapi, pada suatu hari, ketika Allah Bapa berkenan, maka Persona yang hidup, dari Putra Allah ini diwahyukan di dalam dirinya. Tatkala Persona ini menyatakan diri kepadanya, ia tersungkur dan berseru dengan spontan, “Siapa Engkau, Tuhan?” (Kis. 9:5). Tuhan segera menjawab, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” Berdasarkan pengertian Saulus orang Tarsus yang gelap itu, Yesus telah terkubur di dalam makam, dan murid-murid-Nya telah mencuri jenazahNya, lalu menyembunyikannya entah di mana. Tetapi sekarang Saulus terkejut karena mengetahui Yesus masih hidup, masih berbicara dari surga dan mewahyukan diri-Nya kepadanya. Sejak Persona hidup ini terwahyu di dalam Saulus, maka selubungnya telah tersingkir dan pikiran Saulus yang tajam telah menjadi terang terhadap Putra Allah. Sejak saat itu dan seterusnya, ia hanya memperlihatkan Persona ini dan tidak lagi memperhatikan tradisinya.
Ingatlah, jika Anda ingin pelayanan Anda mencapai syarat dasar dari Allah, mata Anda yang di luar harus buta. Jika mata Anda yang di luar tidak buta, mata Anda yang di dalam sulit terbuka. Jika mata yang di dalam tidak terbuka, Anda sulit nampak visi Allah, sulit nampak wahyu Allah. Hari ini terdapat banyak Saulus dari Tarsus, matanya yang di luar tidak buta, namun matanya yang di dalam buta. Mereka bisa membawa masuk Perjanjian Lama, hukum Taurat, Yudaisme, hiburan dunia, sulap dan banyak barang lainnya ke dalam gereja, karena itu mereka tidak mendapatkan wahyu Allah, tidak mendapatkan visi Allah. Berdoalah agar Anda dapat nampak visi Persona yang hidup dari Putra Allah yang sedemikian ini. Doakan pula agar orang lain pun nampak visi ini. Berdoalah agar mereka nampak Persona hidup ini dan memperhatikan Dia.
dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. (Ef. 1:17)

15 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 1 Selasa

Mengapa Engkau Menganiaya Aku?
Kisah Para Rasul 9:3-4
Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”

Ayat Bacaan: Kis. 9:3-5

Saulus telah mendapatkan otoritas dari imam besar untuk membelenggu semua orang yang berseru kepada nama Yesus. Ia pergi ke Damsyik untuk menangkap semua orang yang berseru kepada nama ini, membawa mereka ke Yerusalem, dan menjebloskan mereka ke dalam penjara. Namun Tuhan Yesus telah mengamati Saulus sewaktu ia berjalan ke Damsyik dan menunggu sampai, “ia sudah dekat kota itu” (Kis. 9:3).
Kemudian, “tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan mendengar suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapa Engkau menganiaya Aku?” (Kis. 9:3b-4). Tuhan berkata, “Mengapa engkau menganiaya Aku?” Tuhan tidak berkata, “Mengapa engkau menganiaya orang yang percaya kepada-Ku?” Saulus lalu bertanya, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Tuhan berkata, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” Di sini Tuhan memperlihatkan kepada Saulus, “Semua orang yang percaya kepada-Ku, bersatu dengan Aku.” Inilah kesatuan Kepala dengan Tubuh. Saulus adalah orang pertama dalam Alkitab yang nampak kesaksian Tubuh. Kita tidak bisa membentur Tubuh tanpa membentur Kepala. Sebab itu, jangan sekali-kali mengira, kita bisa bersalah kepada saudara tetapi tidak bersalah kepada Kristus. Ingatlah, siapa yang menjamah anggota yang kecil dalam Tubuh, itu berarti ia menjamah Kepala.
Ada satu perkara yang amat menakjubkan yaitu, “Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara seiman kita” (1 Yoh. 3:14). Semua orang yang sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup pasti bisa saling mengasihi. Demikian juga se-tiap orang yang telah dibeli dengan darah adi Tuhan, yang telah memperoleh hayat-Nya dan dibaptis masuk ke dalam Tubuh Kristus, tidak dapat tidak mengasihi orang-orang yang sama-sama menjadi anggota Tubuh. Sering kali tatkala Anda berjumpa dengan seseorang yang benar-benar telah dimiliki Allah, baik yang berasal dari luar kota maupun dari dalam kota, tidak peduli pendidikannya tinggi atau rendah, berbangsa atau berprofesi apa, asal Anda tahu dia adalah orang Kristen, dengan sendirinya Anda dapat mengasihinya.

14 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 1 Senin

Menganiaya Pengikut Jalan Tuhan
Kisah Para Rasul 9:1b-2
Ia menghadap dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

Ayat Bacaan: Kis. 8:3; 9:1-2; 2 Pet. 2:2, 15, 21; 1 Yoh. 5:19; Mat. 5:10

Sebelum Tuhan mendapatkan Saulus, ia didapatkan oleh Iblis. Iblis juga menghasut Saulus untuk mengambil pimpinan dalam menganiaya para pengikut Yesus. Dia berusaha membinasakan gereja, dia memasuki rumah demi rumah dan menyeret semua orang Kristen serta menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara (Kis. 8:3)
Saulus tidak puas dengan menganiaya kaum beriman di Yerusalem. Ia pergi kepada Imam Besar dan, “meminta surat kuasa untuk dibawa kepada rumah-rumah ibadat Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia dapat menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem” (Kis. 9:2). Di sini Jalan Tuhan menunjukkan keselamatan Tuhan yang sempurna dalam ekonomi Perjanjian Baru Allah. Ini adalah jalan Allah untuk membagikan diri-Nya ke dalam kaum beriman melalui penebusan Kristus dan pengurapan Roh itu; ini adalah jalan kaum beriman berbagian dalam Allah dan menikmati Allah; ini adalah jalan kaum beriman menyembah Allah di dalam roh mereka dengan menikmati Dia, dan mengikuti Yesus yang teraniaya dengan menjadi satu dengan-Nya; dan ini adalah jalan mereka dibawa ke dalam gereja dan dibangun menjadi Tubuh Kristus untuk memikul kesaksian Yesus. Jalan Tuhan ini mencakup jalan kebenaran, dan jalan yang benar (2 Pet. 2:2, 15, dan 21). Jalan kebenaran adalah jalan kehidupan Kristen menurut kebenaran, yang adalah realitas dari isi Perjanjian Baru (1 Tim. 2:4; 3:15; 4:3; 2 Tim. 2:15, 18; Tit. 1:1).
Seringkali dalam pengalaman kita, begitu kita menempuh jalan kebenaran ini, maka segera akan datang penganiayaan. Mengapa? Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat (1 Yoh. 5:19) dan dipenuhi dengan ketidakbenaran. Setiap aspek dunia adalah tidak benar. Jika kita lapar dan haus akan kebenaran (Mat. 5:6), kita akan dianiaya karena kebenaran. Ini menunjukkan bahwa kita perlu membayar harga untuk kebenaran yang kita tuntut bagi Kerajaan Surga. Jika kita mencari kebenaran dengan membayar harga, Kerajaan Surga akan menjadi milik kita. Berbahagialah mereka yang dianiaya karena kebenaran, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga (Mat. 5:10).

13 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 1 Minggu

Latar Belakang Saulus
Kisah Para Rasul 9:1a
Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan.

Ayat Bacaan: Kis. 9:1; 22:3, 25-28; Flp. 3:5; 2 Tim. 2:20-21

Saulus, seorang yang menyetujui pembunuhan Stefanus adalah orang muda dengan pendirian yang sangat kuat. Dia lahir di Tarsus, sebuah kota berbudaya tinggi, dan menerima pendidikan Yunaninya di universitas di sana. Orang tua atau nenek moyangnya mungkin telah menjadi warga negara Roma, dan Saulus sendiri terlahir sebagai seorang Roma (Kis. 22:25-28). Dalam Kisah Para Rasul 22:3 ia mengatakan bahwa ia “dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita.” Ini menunjukkan bahwa ia menerima pendidikan agamanya dari Gamaliel, seorang guru besar. Saulus diajar menurut agama Ibrani, ia terlatih dalam kebudayaan Yunani, dan ia adalah seorang warga negara dari Kekaisaran Romawi. Oleh karena itu, Saulus memiliki tiga ganda kelayakan—dalam kebudayaan Yunani, agama Ibrani, dan politik Roma.
Jika kita melihat tiga ganda kelayakan Saulus, maka kita akan menyadari betapa Tuhan itu berdaulat dan mengenal segala sesuatu. Stefanus kelihatannya lebih terpelajar daripada Petrus dan Yohanes, para nelayan Galilea yang tidak terpelajar. Tetapi Stefanus tidak secakap Saulus dalam tiga unsur kebudayaan Barat. Dalam Filipi 3:5 Saulus menggambarkan dirinya sendiri sebagai “seorang Ibrani asli,” karena ia lahir sebagai seorang Ibrani dan sangat terdidik dalam agama Ibrani. Tidak ada lagi yang selayak Saulus untuk mengemban amanat membawa ekonomi Perjanjian Baru Allah kepada orang-orang bukan Yahudi.
Ekonomi Perjanjian Baru Allah adalah suatu pekerjaan yang mulia, dan pekerjaan ini masih belum selesai, masih memerlukan bejana-bejana yang tepat. Hari ini Allah membutuhkan lebih banyak Paulus di zaman ini, yaitu orang-orang yang mengasihi Allah, memperhatikan pendidikan, dan membangun karakter yang baik. Karena itu, kita perlu menetapkan hati untuk mengasihi Allah, mengejar pendidikan, dan membangun karakter yang baik. Setiap hari kita perlu menyucikan diri kita dari hal-hal yang jahat, sehingga kita dapat menjadi bejana untuk maksud yang mulia (2 Tim. 2:21). Dengan demikian, ekonomi Perjanjian Baru Allah akan dapat dirampungkan di zaman ini.

12 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 4 Sabtu

Makna, Hasil, dan Praktek Baptisan Air
Kisah Para Rasul 8:38
Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia

Ayat Bacaan: Kis. 8:38; Mat. 28:19; Rm. 6:3-4a; Ef. 4:5; 1 Kor. 12:13

Baptisan air memiliki makna yang kaya. Pertama, air ini melambangkan Roh itu sebagai realisasi Allah Tritunggal. Dalam Matius 28:19 Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid untuk membaptis kaum beriman ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Karena itu, ketika kita membaptis kaum beriman, kita harus membaptis mereka bukan hanya ke dalam air, melainkan juga ke dalam Allah Tritunggal.Baptisan air juga melambangkan Kristus. Matius 28:19 membicarakan tentang membaptis kaum beriman ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sedangkan dalam kitab Kisah Para Rasul kaum beriman itu dibaptis ke dalam nama Yesus Kristus. Alasan untuk hal ini adalah bahwa Kristus adalah perwujudan Allah Tritunggal. Karena air melambangkan Allah Tritunggal, maka air juga melambangkan Kristus. Selain itu, air baptisan melambangkan kematian Kristus (Rm. 6:3-4a).
Kita telah melihat bahwa air baptisan melambangkan Allah Tritunggal, Kristus, dan kematian Kristus. Hasil dari baptisan yang demikian adalah Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13). Karena itu, Tubuh adalah hasil dari kita dibaptis ke dalam Allah Tritunggal, ke dalam Kristus, dan ke dalam kematian Kristus. Praktek kita mengenai baptisan harus sesuai dengan firman yang murni dalam Alkitab. Ketika kita membaptis orang-orang ke dalam air, ini menandakan kita sedang membaptis mereka ke dalam Allah Tritunggal, ke dalam Kristus, dan ke dalam kematian Kristus yang membuat mereka dibaptis ke dalam Tubuh Kristus. Ini adalah baptisan unik yang disebutkan dalam Efesus 4:5 dan juga baptisan yang dibicarakan dalam 1 Korintus 12:13.
Dalam perlambangan, bani Israel dibaptis di dalam awan dan di dalam laut. Mereka tidak memiliki dua baptisan; mereka memiliki satu baptisan dengan dua unsurawan dan laut. Awan melambangkan Roh dari langit, dan laut melambangkan air di bumi. Lambang ini adalah satu gambaran dari baptisan kita pada hari ini. Kapan saja kita membaptis kaum beriman, kita membaptis mereka di dalam air dan di dalam Roh pada saat yang sama. Ini berarti kapan saja kita membaptis orang di dalam air, kita serentak membaptis mereka ke dalam Allah Tritunggal.

11 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 4 Jumat

Baptisan Air dan Baptisan Roh
Kisah Para Rasul 8:36-37
Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."

Ayat Bacaan: Kis. 8:26-40; Yes. 53:35-36; Rm. 8:9; Gal. 3:27; Rm. 6:3; Mat. 28:19; 1 Kor. 12:13

Atas hal pemberitaan Injil Filipus kepada pejabat istana Etiopia, kita juga memiliki perkara baptisan air dalam 8:26-40. Hari ini banyak perdebatan di antara orang-orang Kristen mengenai baptisan air. Di sini, dalam Kisah Para Rasul 8, terdapat perkara tentang seorang bukan Yahudi yang percaya kepada Tuhan. Dari Yesaya 53 Filipus "memberitakan Injil tentang Yesus kepadanya" (ay. 35). Kemudian "Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata pejabat istana itu: Lihat, di situ ada air; apakah ada halangan bagiku untuk dibaptis?" (ay. 36). Fakta bahwa pejabat istana Etiopia itu memiliki reaksi yang demikian ketika ia melihat air, menunjukkan bahwa Filipus dalam pemberitaan Injilnya pasti memberitakan baptisan air kepadanya. Jika Filipus tidak mengatakan apa pun tentang baptisan, tidak mungkin orang Etiopia itu memiliki reaksi yang demikian. Filipus mungkin sedang membicarakan baptisan air ketika mereka sampai ke tempat yang ada airnya itu, di mana pejabat istana itu dibaptiskan.
Mengenai baptisan, air melambangkan kematian dan penguburan untuk pengakhiran orang-orang yang bertobat, dan Roh Kudus adalah Roh hayat dan kebangkitan untuk penunasan orang-orang yang telah diakhiri itu. Air kematian, menunjukkan dan melambangkan kematian almuhit Kristus yang ke dalamnya kaum beriman-Nya dibaptiskan, bukan hanya menguburkan orang-orang yang dibaptiskan itu, tetapi juga dosa-dosa mereka, dunia, dan masa lampau mereka. Baptisan itu juga memisahkan mereka dari dunia yang meninggalkan Allah dan keboborokannya.
Roh Kudus adalah Roh Kristus, juga Roh Allah (Rm. 8:9). Jadi, dibaptis dalam Roh Kudus berarti dibaptis ke dalam Kristus (Gal. 3:27; Rm. 6:3), ke dalam Allah Tritunggal (Mat. 28:19), bahkan ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13), yakni disatukan dengan Kristus dalam satu Roh (1 Kor. 6:17). Melalui baptisan air dan Roh yang demikianlah kaum beriman dalam Kristus dilahirkan kembali ke dalam Kerajaan Allah, ke dalam alam hayat ilahi dan pemerintahan ilahi (Yoh. 3:3, 5), sehingga mereka dapat hidup dengan hayat kekal Allah dalam Kerajaan-Nya yang abadi.

10 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 4 Kamis

Memberitakan Injil dengan Tepat
Kisah Para Rasul 8:32, 35
Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya... Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya

Ayat Bacaan: Kis. 8:29-30, 32, 35; Yes. 53:7

Roh menyuruh Filipus mendekati kereta itu, dan ketika ia melakukannya, ia mendengar pejabat istana itu sedang membaca kitab nabi Yesaya (ay. 29-30). Ini adalah kedaulatan Allah bahwa orang Etiopia itu sedang membaca Yesaya 53: "Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya" (ay. 32). Ayat ini adalah kutipan dari Yesaya 53:7, yang mengacu kepada Kristus Sang Penebus. Ini pastilah pimpinan kedaulatan Roh sehingga pejabat istana itu membuka ayat Alkitab tentang Kristus sebagai Domba yang menebus orang dosa, satu bagian yang cocok untuk pemberitakan Injil. Oleh karena itu, "Filipus pun mulai berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil tentang Yesus kepadanya" (ay. 35).
Dalam mengontak orang dosa, kita harus belajar membicarakan Kristus. Berbicara tentang hal-hal yang umum itu mudah, tetapi membicarakan Kristus memerlukan banyak latihan. Setiap kali kita membicarakan Injil dengan orang dosa, cepat atau lambat orang dosa itu akan mencoba menghentikan pembicaraan kita. Ketika kita sedang membicarakan Kristus, mulut kita jangan sampai dihentikan oleh orang yang belum percaya. Ini tidak mudah dipelajari dan memerlukan banyak latihan. Setiap kali kita pergi menginjil, kita harus terlebih dulu berlatih membicarakan Kristus selama sedikitnya sepuluh menit di rumah kita. Kita semua harus berlatih membicarakan Kristus.
Jika kita terus berlatih membicarakan Kristus, ini akan menjadi lebih mudah bagi kita, dan kita bisa menjadi kaya dalam membicarakan Kristus. Baru kemudian, tak peduli bagaimana orang yang belum percaya itu bereaksi terhadap kita, kita akan dapat membicarakan Kristus kepada mereka secara khusus sehingga mereka bisa diselamatkan. Adakalanya kita boleh memberikan cerita pendek mengenai Kristus, tetapi ini tidak boleh menjadi cerita yang bertele-tele. Jika kita berlatih, kita semua dapat membicarakan Kristus kepada orang dosa, sehingga Kristus dapat diberitakan kepada orang-orang di sekitar kita yang belum beroleh selamat.

09 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 4 Rabu

Memberitakan Injil di Bawah Petunjuk Roh Kudus
Kisah Para Rasul 8:29, 39
Lalu kata Roh kepada Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!"; Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita

Ayat Bacaan: Kis. 8:26-40; Yes. 18:1; Kej. 10:6, 17:26-27

Kisah Para Rasul 8:27-28 mengatakan, "Lalu Filipus bangkit dan berangkat. Adalah seorang Etiopia, seorang pejabat istana, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab Nabi Yesaya." Etiopia adalah Kusy (Yes. 18:1), tanah milik keturunan Kusy, anak Ham (Kej. 10:6). Injil telah disebarkan dari keturunan Yahudi murni sampai kepada orang Samaria berdarah campuran melalui Filipus, Petrus, dan Yohanes (ay. 5-25). Sekarang malaikat Tuhan mengarahkan Filipus untuk berkontak dengan seorang bukan Yahudi dari Etiopia.
Melalui ini Injil meluas ke selatan, ke Afrika.Orang Etiopia dalam ayat 27 ini telah datang untuk beribadah di Yerusalem. Ini membuktikan bahwa pejabat istana dari Etiopia itu mencari Allah (lihat 17:26-27). Menurut pengaturan kedaulatan Tuhan, Filipus datang mengontak orang yang mencari Allah ini, orang yang lapar dan haus akan Allah.
Dalam Kisah Para Rasul 8:29 "Lalu kata Roh kepada Filipus: Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu." Di sini Roh itu, seperti dalam ayat 39; 10:19; 13:2; dan 16:6-7, menunjukkan bahwa pergerakan Tuhan dalam perluasan Kerajaan-Nya melalui pemberitaan Injil dalam kitab Kisah Para Rasul adalah dipimpin dan diarahkan oleh Roh, bukan dengan usaha dan jadwal manusia. Karena itu, pergerakan ini bukan berasal dari tindakan manusia, melainkan berasal dari tindakan Roh.
Kita semua harus belajar dari teladan ini untuk berdoa dan memelihara diri kita sendiri dalam persekutuan dengan Tuhan. Jika kita memelihara persekutuan kita dengan Tuhan, kita akan dapat merasakan pimpinan-Nya kapan saja. Kemudian pergerakan dan pemberitaan Injil kita akan sesuai dengan petunjuk Roh itu. Kita perlu mengikuti bimbingan Roh, bukan mengikuti opini, rencana, dan jadwal kita. Kiranya dalam pemberitaan Injil kita belajar selalu bertindak di bawah petunjuk dan bimbingan Roh itu. Dan percayalah bahwa pimpinan Roh itu adalah yang terbaik serta tidak pernah salah.

08 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 4 Selasa

Tidak Dapat Membeli Karunia Allah dengan Uang
Kisah Para Rasul 8:20
Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang

Ayat Bacaan: Kis. 8:9-20; Ibr. 10:39; Mat. 7:13; 1 Kor. 3:15

Dalam Kisah Para Rasul 8:9-13 kita melihat bahwa seorang yang bernama Simon, yang mempraktekkan sihir di kota Samaria, percaya kepada Tuhan dan dibaptis. Ketika ia melihat bahwa Roh itu diberikan melalui penumpangan tangan rasul-rasul, "ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus" (ay. 18-19). Permintaan Simon menunjukkan bahwa praktek sihirnya, yang menakjubkan orang (ay. 9), adalah untuk uang.
Dalam ayat 20 Petrus berkata kepadanya, "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang." Di sini "binasa," bukan kebinasaan kekal, tetapi suatu hukuman, seperti dalam Ibrani 10:39 dan Matius 7:13. Khususnya, ini mengacu kepada kebinasaan perbuatan dan pekerjaan seseorang (1 Kor. 3:15). Simon telah percaya Injil, juga telah dibaptis. Karena itu, dia pasti telah mengalami keselamatan dalam tahap awal. Tetapi ia belum diselamatkan dari pikiran dan prilakunya yang jahat tentang uang. Karena itu, dia perlu bertobat atas kejahatannya supaya dia bisa menerima pengampunan Tuhan. Kalau tidak, dia akan menerima hukuman bersama uangnya.
Hari ini, banyak orang sering memakai kata uang dengan istilah "nyawa yang kedua". Kita berkata, nama adalah nyawa yang kedua, keluarga adalah nyawa yang kedua. Tetapi sesungguhnya, uang adalah nyawa yang kedua. Nyawa yang pertama adalah diri sendiri, nyawa yang kedua adalah uang. Manusia mencintai diri sendiri, juga mencintai uang. Tidak peduli tua, muda, kaya, miskin, semua orang mencintai uang. Sebab itu, uang menjadi satu cobaan yang besar. Kita semua mengetahui, Alkitab berkata, "Uang (mamon) itu tidak jujur." Alkitab berkata pula, "Orang tidak bisa melayani dua tuan, tidak bisa melayani mamon, juga melayani Allah." Sebab itu, dengan jelas kita nampak, uang adalah lawan Allah, adalah musuh Allah. Uang adalah jelmaan Iblis. Semoga Tuhan menyelamatkan kita dari jerat akan uang ini, sehingga kita dapat melayani Allah dengan tepat.

07 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 4 Senin

Dibaptis Dalam Nama Tuhan Yesus
Kisah Para Rasul 8:16
Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus

Ayat Bacaan: Kis. 8:16; 19:5; Mat. 28:19

Sebelum rasul-rasul itu datang ke Samaria, kaum beriman di sana "hanya dibaptis ke dalam nama Tuhan Yesus." (Tl.) Perhatikan bahwa ayat ini tidak mengatakan "di dalam nama (in the name, di dalam ruang lingkup nama itu)"; ayat ini mengatakan "ke dalam nama (into the name)." Nama mengacu kepada persona. Dibaptis ke dalam nama Tuhan Yesus berarti dibaptis ke dalam persona Tuhan, disatukan dengan Kristus yang tersalib, bangkit, dan naik ke surga, memiliki kesatuan yang organik dengan Tuhan yang hidup.
Di dalam Matius 28:19 Tuhan menyuruh murid-murid untuk membaptis kaum imani ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Tetapi kemudian, di dalam Kisah Para Rasul, mereka membaptis kaum beriman ke dalam nama Tuhan Yesus (Kis. 8:16; 19:5). Apakah mereka telah membuat suatu kesalahan? Tentu saja tidak. Tuhan Yesus adalah perwujudan Allah Tritunggal. Dia adalah Allah Tritunggal. Jadi, dibaptis ke dalam nama Tuhan Yesus adalah sama dengan dibaptis ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Apabila kita dibaptis ke dalam nama Tuhan Yesus, kita dilayakkan ke dalam Persona Tuhan, Allah Tritunggal. Kita tidak lagi di dalam diri kita sendiri atau di dalam dunia tapi di dalam Allah Tritunggal!
Ketika Saulus dibaptis, seluruh masa lalunya dikuburkan dan dia diletakkan ke dalam Kristus. Melalui seruannya dia menikmati pembasuhan dosa-dosanya, menerima Persona itu. Kita mungkin tidak merasa bahwa kita seburuk Saulus yang menjebloskan kaum imani ke dalam penjara. Tetapi mungkin saja kita terlibat dalam perdebatan dengan anggota keluarga, sering merasa bahwa kita benar, dan orang lain salah. Namun begitu kita menyeru nama Tuhan, menikmati Dia, Tuhan mungkin menyoroti dan menerangi kita. Ini adalah pengalaman dari menyeru nama Tuhan dan baptisan kita. Seruan kita membawa lebih banyak Allah Tritunggal sebagai Roh itu masuk ke dalam Anda. Dia datang sebagai terang, pengampunan, dan kasih. Kita perlu mengingat ini setiap saat, menyeru nama Tuhan dan menyadari bahwa kita tidak lagi di dalam dunia, ego kita, dan dosa-dosa kita. Kita telah dibaptis ke dalam Tuhan Yesus, dan kita adalah orang-orang yang menyeru nama Tuhan kita yang terkasih.

06 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 4 Minggu

Roh Kudus Belum Turun ke Atas Orang Samaria
Kisah Para Rasul 8:15-16
Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.

Ayat Bacaan: Kis. 8:15-16; Ef. 1:13; Gal. 3:2; Yoh. 3:6, 36

Kisah Para Rasul 8:16 memberi tahu kita bahwa sebelum Petrus dan Yohanes datang, Roh Kudus belum turun atas kaum beriman di Samaria. Ini bukan berarti ketika kaum beriman di Samaria percaya kepada Tuhan, mereka tidak menerima Roh Kudus di aspek esensial. Menurut pengajaran Perjanjian Baru dalam Efesus 1:13 dan Galatia 3:2, di aspek esensial mereka pasti telah menerima Roh Kudus ketika mereka percaya dan dilahirkan kembali (Yoh. 3:6, 36). Tetapi di aspek ekonomikal mereka belum menerima Roh yang membuat mereka bersatu dengan Tubuh Kristus. Roh Kudus tidak turun ke atas mereka secara luaran dan secara ekonomikal karena perlu menanti kedatangan para rasul untuk membawa mereka masuk ke dalam kesatuan dengan Tubuh Kristus, sebab pembangunan gereja secara riil dimulai di Yerusalem melalui rasul.
Situasi di antara kebanyakan kaum beriman pada hari ini sangat berbeda dengan yang ada dalam Kisah Para Rasul 8. Sering kali pekerja-pekerja Kristen memiliki sikap bahwa mereka bersyarat melakukan segala sesuatu. Kelihatannya pada hari ini membuka apa yang disebut gereja itu semudah membuka sebuah rumah makan. Situasi demikian sangat tercela.
Dalam Kisah Para Rasul 8, ketika orang-orang yang bermigrasi itu pergi dari Yerusalem, mereka tidak mendirikan gereja-gereja mereka sendiri. Sebaliknya, mereka mengembangkan Tubuh Kristus. Pekerjaan yang dilakukan di Samaria itu perlu diperkuat oleh para rasul. Karena itu, Petrus dan Yohanes memperkuat kaum beriman yang baru itu dan menyatukan mereka dengan Tubuh Kristus dengan menumpangkan tangan ke atas mereka. Kemudian Roh itu turun di atas kaum beriman ini secara ekonomikal untuk kesatuan mereka dengan Tubuh Kristus. Dari hal ini kita melihat bahwa apa yang dihasilkan di Samaria itu benar-benar merupakan perkembangan Tubuh Kristus. Itu juga bukan pekerjaan milik Filipus yang terpisah, yang merdeka, tidak, itu adalah bagian dari Tubuh.Gereja di tempat itu bukan menjadi milik orang-orang kudus yang bermigrasi secara merdeka dan terpisah. Dengan sendirinya, keesaan Tubuh Kristus tetap terpelihara. Ini berbeda dengan situasi pada hari ini.

05 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 3 Sabtu

Memberitakan Kristus dan Kerajaan Allah
Kisah Para Rasul 8:12
Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan

Ayat Bacaan: Kis.1:8, 8:4-13, 28:31; Mrk. 1:14-15; Luk. 4:43

Pemberitaan Kristus oleh Filipus di Samaria adalah langkah lanjut dalam pergerakan Injil Tuhan. Dengan langkah ini Tuhan menyebarkan diri-Nya sebagai benih Kerajaan Allah dari keturunan Yahudi murni meluas kepada orang Samaria yang berdarah campuran untuk menggenapkan nubuat Tuhan dalam Kisah Para Rasul 1:8. Mengenai pemberitaan Injil Filipus, Kisah Para Rasul 8:12 memberi tahu kita dua hal, yang pertama adalah ia memberitakan Kristus sebagai Injil. Dengan kata lain Kristus adalah Injilnya. Yang kedua adalah ia memberitakan Kerajaan Allah sebagai Injil. Ia memberitakan Kerajaan Allah sebagai Injil, sama seperti yang dilakukan Tuhan (Mrk. 1:14-15; Luk. 4:43).
Kerajaan Allah adalah Tuhan Yesus, Juruselamat, sebagai benih hayat yang ditaburkan ke dalam kaum beriman, yaitu umat pilihan Allah (Mrk. 4:3, 26), dan berkembang ke dalam suatu alam, yakni Kerajaan Allah, yang di dalamnya Allah dapat memerintah dalam hayat ilahi-Nya. Jalan masuknya adalah kelahiran kembali (Yoh. 3:5), dan perkembangannya adalah pertumbuhan kaum beriman dalam hayat ilahi (2 Ptr. 1:3-11). Kerajaan Allah adalah kehidupan gereja hari ini (Rm. 14:17) dan akan berkembang ke dalam kerajaan yang akan datang (Gal. 5:21; Ef. 5:5). Akhirnya, kerajaan akan rampung dalam Yerusalem Baru sebagai Kerajaan Allah yang kekal, suatu alam kekal dari berkat kekal hayat kekal Allah, yang akan dinikmati oleh seluruh umat tebusan Allah dalam langit baru dan bumi baru sampai selama-lamanya (Why. 21:1-4; 22:1-5, 14). Inilah yang diberitakan oleh Tuhan Yesus dan Filipus sebagai Injil.
Pemberita-pemberita tertentu pada hari ini fasih dan tahu bagaimana merangsang orang dan menggugah orang. Tetapi jika Anda menguji isi berita-berita mereka, Anda akan menemukan bahwa hanya ada sedikit tentang Kristus atau kerajaan. Pemberitaan Injil kita harus berbeda. Kita harus memberitakan Injil yang tinggi dan kaya dengan Kristus sebagai kerajaan itu. Meskipun Lukas tidak memberikan pemberitaan Filipus secara terperinci, tetapi ia memberi tahu kita bahwa Filipus memberitakan Kristus dan Kerajaan Allah sebagai Injil. Ini harus menjadi satu teladan bagi pemberitaan Injil kita pada hari ini.

04 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 3 Jumat

Memberitakan Firman Allah Sebagai Injil
Kisah Para Rasul 8:4
Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil

Ayat Bacaan: Kis. 8:4-13, 28:31; Why. 1:9

Teladan lain dalam Kisah Para Rasul 8:4 adalah orang-orang kudus memberitakan Firman Allah sebagai Injil. Di antara banyak pemberitaan Injil pada hari ini, hanya ada sedikit Firman Allah, sebaliknya, ada kisah-kisah dan ilustrasi-ilustrasi. Pembicaraan kita tidak boleh seperti itu. Kita perlu mempelajari firman dalam Alkitab dan dijenuhi olehnya. Jika demikian, ketika kita membuka mulut untuk berbicara, firman itu akan keluar dengan spontan. Kita harus dengan sederhana memberikan firman itu kepada orang-orang. Orang-orang mungkin terhibur oleh kisah-kisah dan ilustrasi-ilustrasi dari para pemberita itu, tetapi mereka tidak dapat menerima banyak firman. Ini adalah kemiskinan dalam sebagian besar dari pengajaran dan pemberitaan pada hari ini.
Sewaktu kita pergi untuk penyebaran Injil, kita harus pergi dengan Injil Kristus dan Kerajaan dalam firman itu (Kis. 8:12, 28:31; Why. 1:9). Pengajaran-pengajaran lain tidak dapat menyampaikan Kristus, tidak dapat menjadi bejana untuk menyampaikan Kristus kepada orang lain. Hanya firman kudus, firman ilahi, yang berguna dalam menyampaikan Kristus sebagai Kerajaan Allah kepada orang lain. Isi Injil kita haruslah Yesus Kristus dan Kerajaan Allah. Kita harus memberitakan Kristus dan Kerajaan Allah dalam firman dan dengan firman. Untuk perkara ini, kita perlu mengenal Kitab Suci dan dipenuhi firman ilahi.
Seorang hamba Tuhan memberitakan Firman Allah di Amerika Serikat. Pada waktu itu, banyak kaum Hippies datang untuk mendengarkan pembicaraannya. Salah satu dari mereka sering datang mendengarkannya. Akhirnya setelah beberapa hari, jenggotnya yang panjang itu hilang. Setelah lewat beberapa hari lagi, ia datang dengan memakai sandal. Setelah lewat beberapa hari lagi, ia memakai sepatu. Hari ini, jika kita melihatnya berdiri di sini, kita tidak dapat membayangkan bahwa ia adalah seorang bekas kaum Hippies. Hamba Tuhan itu tidak menasihati dia agar mengubah dirinya sendiri. Tetapi, setelah ia mendengar firman Allah, Roh pemberi hayat mulai membasuhnya dari dalam. Pandangannya berubah, cita rasa pendengarannya berubah, dan seleranya berubah.

03 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 3 Kamis

Teladan Bermigrasi Demi Penyebaran Injil
Kisah Para Rasul 8:4
Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil

Ayat Bacaan: Kis. 8:4-13; Kej. 14:13; Ibr. 11:8-9

Dalam Kisah Para Rasul 8 ada banyak teladan bagi kita. Khususnya, teladan dalam pasal ini berhubungan dengan pemberitaan Injil. Teladan pertama terdapat dalam Kisah Para Rasul 8:4, dimana kita memiliki teladan pemberitaan Injil melalui penyebaran dan migrasi dari orang-orang kudus. Dalam Kisah Para Rasul 8 tidak terdapat kata-kata “bermigrasi” atau “migrasi”. Meskipun demikian, migrasi ini ditunjukkan oleh perkataan “tersebar”. Penyebaran orang-orang kudus sebenarnya adalah satu migrasi. Sebelum penyebaran orang-orang kudus dalam Kisah Para Rasul 8:4, ada ribuan orang beriman di Yerusalem. Tetapi meskipun Iblis menghasut sehingga timbul penganiayaan terhadap gereja, Tuhan ada di atas Iblis, dan apa pun yang dilakukan Iblis berada di bawah kedaulatan Tuhan. Karena itu, penganiayaan dalam pasal 8 sebenarnya adalah untuk penyebaran Injil; ribuan orang beriman tersebar ke seluruh Yudea dan Samaria. Melalui penyebaran itu kabar baik dibawa ke banyak kota.
Ketika orang-orang kudus bermigrasi, Injil pergi bersama mereka. Orang-orang kudus yang bermigrasi membawa Injil itu ke mana pun mereka pergi. Semua gereja harus mengikuti teladan dalam Kisah Para Rasul 8:4 mengenai migrasi. Orang-orang kudus tidak boleh tinggal di satu tempat terlalu lama dan akhirnya tempat itu akan menjadi satu “Laut Mati”. Sebaliknya kita semua harus bermigrasi, mengikuti jejak nenek moyang kita Abraham (Kej. 14:13). Abraham adalah seorang penyeberang sungai; ia bermigrasi dari Kasdim ke Kanaan. Tetapi, migrasi orang-orang kudus itu bukanlah suatu peraturan atau hukum, karena yang ditekankan adalah bahwa gereja-gereja perlu mengikuti teladan para rasul sebermula. Ini berarti, dalam prinsipnya, kita harus rela bermigrasi.
Kita harus bermigrasi bukan demi penghidupan (nafkah) kita, melainkan demi Injil. Bila kita bermigrasi demi Injil, Tuhan akan memenuhi kebutuhan kita. Bermigrasi bagi Injil adalah bermigrasi bagi Tuhan, karena Injil itu sebenarnya adalah diri-Nya sendiri. Teladan pertama yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 8 adalah migrasi orang-orang kudus bagi penyebaran Injil.

02 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 3 Rabu

Pemberitaan Injil Melalui Penyebaran Orang-orang Kudus
Kisah Para Rasul 8:4
Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil

Ayat Bacaan: Kis. 1:8, 11:9; 1 Kor. 4:15; Yoh. 15:2,5

Oleh kedaulatan Allah, terjadi penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Hal ini menyebabkan kaum beriman di Yerusalem tersebar dari Yerusalem ke tempat-tempat lain melakukan perluasan Injil, memberitakan Injil. Apa yang mereka lakukan menggenapkan perkataan Tuhan dalam Kisah Para Rasul 1:8, 11:19.
Perkara pertama dalam pelayanan orang Kristen adalah memberitakan Injil. Hal ini seperti pernikahan dan kelahiran. Setelah pasangan muda menikah, hal pertama yang terjadi adalah kelahiran. Setelah seorang anak dilahirkan, pusat perhatian dari seluruh keluarga itu beralih kepada anak itu. Jika sepasang suami istri tidak memiliki anak, mereka akan merasa kekurangan sesuatu. Anak-anak adalah fokus dari keluarga itu. Hari ini kita semua sudah beroleh selamat. Dengan kata lain kita sudah menikah dengan Kristus, yang seharusnya menyusul adalah kelahiran. Kelahiran rohani adalah pemberitaan Injil. Paulus memberitakan Injil dan membimbing banyak orang beroleh selamat (I Kor. 4:15 Tl). Banyak anak rohani yang dilahirkan oleh Paulus di Korintus.
Yohanes 15:5 Tuhan memberi tahu kita, bahwa Dia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingNya. Orang tertarik kepada pohon anggur bukan karena bunganya, melainkan karena buahnya. Kalau sebatang pohon anggur tidak bisa menghasilkan buah, nasibnya adalah dipotong (Yoh. 15:2). Dipotong berarti kehilangan kenikmatan atas Kristus. Semula Anda adalah sebatang ranting yang tinggal dalam pokok anggur. Segala yang ada pada pokok anggur dan segala yang dimiliki pokok anggur menjadi bagian Anda dan kenikmatan Anda. Tetapi jika Anda hanya menikmati dan tidak menghasilkan buah, Anda akan kehilangan kenikmatan yang kaya atas Kristus.
Ketika kita tidak memiliki kenikmatan atas suplai yang limpah dari sari hayat Kristus, kita telah dipotong. Apakah kita dipotong atau tidak, ditentukan oleh apakah kita memiliki kenikmatan yang riil atas kekayaan Kristus. Ini sangat serius. Alkitab mengatakan, bahwa konsekuensi dipotong adalah semacam penghukuman dan kerugian. Untuk menghindari nasib dipotong, kita harus menghasilkan buah supaya Bapa dapat dimuliakan.

01 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 3 - Minggu 3 Selasa

Penganiayaan Terhadap Gereja di Yerusalem
Kisah Para Rasul 8:1
Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria

Ayat Bacaan: Mat. 18:17; Kis. 13:1; 14:23; Rm. 16:1; 1 Kor. 1:2; 2 Kor. 8:1; Gal. 1:2; Why. 1:4, 11

Gereja di Yerusalem adalah gereja (jemaat) pertama yang didirikan di suatu lokal, berada di satu kota dalam wilayah pemerintahan kota Yerusalem. Inilah gereja lokal dalam lokalitasnya, seperti yang dinyatakan Tuhan dalam Matius 18:17. Ini bukan gereja universal, yang diwahyukan oleh Tuhan dalam Matius 16:18, tetapi hanya satu bagian dari gereja universal, Tubuh Kristus (Ef. 1:22-23). Catatan Perjanjian Baru mengenai perkara ini (gereja didirikan dalam lokalitasnya) selalu konsisten (Kis. 13:1; 14:23; Rm. 16:1; 1 Kor. 1:2; 2 Kor. 8:1; Gal. 1:2; Why. 1:4, 11).
Kisah Para Rasul 8:1 dengan jelas mengatakan bahwa semua orang beriman tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria, kecuali rasul-rasul. Karena Alkitab mengatakan hal ini, kita perlu mempercayainya. Injil Tuhan itu penuh kuasa dan menang di Yerusalem. Sebelum penganiayaan itu, pasti ada ribuan orang beriman di Yerusalem. Kemudian selama penganiayaan yang hebat terhadap gereja, semua orang beriman ini pergi, kecuali rasul-rasul. Tetapi karena Injil sangat kuat, segera setelah penyebaran orang-orang kudus itu, ada sejumlah besar orang yang bangkit untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Kelihatannya semakin banyak orang beriman pergi, semakin banyak orang yang datang untuk percaya kepada Kristus.
Sejarah membuktikan bahwa gereja adalah milik Kristus, yang telah mati dan hidup kembali untuk selama-lamanya, berdasarkan hayat kebangkitan yang tidak fana melawan penganiayaan itu, dan menang, bahkan berlipat ganda dengan semarak. Ketahuilah bahwa hayat kebangkitan Tuhan sudah ada dalam gereja. Tuhan berkata, “Aku adalah kebangkitan, dan sekarang Aku hidup di dalammu. Karena hayat kebangkitan ada di dalam kamu, tidak ada alasan bagimu untuk gagal. Tidak seharusnya engkau dikalahkan oleh aniaya. Sebaliknya sewaktu menderita aniaya, kamu harus bersandar pada hayat kebangkitan-Ku , dan menang.” Karena hayat kebangkitan ini, gereja sanggup menderita kesusahan sampai mati sekalipun. Gereja selalu bersyarat menjadi martir yang mengagumkan, menang, dan mulia. Kita semua bersyarat menjadi martir pemenang, karena kita memiliki hayat kebangkitan di dalam kita.