Hitstat

13 February 2010

Kisah Para Rasul Volume 4 - Minggu 1 Minggu

Latar Belakang Saulus
Kisah Para Rasul 9:1a
Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan.

Ayat Bacaan: Kis. 9:1; 22:3, 25-28; Flp. 3:5; 2 Tim. 2:20-21

Saulus, seorang yang menyetujui pembunuhan Stefanus adalah orang muda dengan pendirian yang sangat kuat. Dia lahir di Tarsus, sebuah kota berbudaya tinggi, dan menerima pendidikan Yunaninya di universitas di sana. Orang tua atau nenek moyangnya mungkin telah menjadi warga negara Roma, dan Saulus sendiri terlahir sebagai seorang Roma (Kis. 22:25-28). Dalam Kisah Para Rasul 22:3 ia mengatakan bahwa ia “dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita.” Ini menunjukkan bahwa ia menerima pendidikan agamanya dari Gamaliel, seorang guru besar. Saulus diajar menurut agama Ibrani, ia terlatih dalam kebudayaan Yunani, dan ia adalah seorang warga negara dari Kekaisaran Romawi. Oleh karena itu, Saulus memiliki tiga ganda kelayakan—dalam kebudayaan Yunani, agama Ibrani, dan politik Roma.
Jika kita melihat tiga ganda kelayakan Saulus, maka kita akan menyadari betapa Tuhan itu berdaulat dan mengenal segala sesuatu. Stefanus kelihatannya lebih terpelajar daripada Petrus dan Yohanes, para nelayan Galilea yang tidak terpelajar. Tetapi Stefanus tidak secakap Saulus dalam tiga unsur kebudayaan Barat. Dalam Filipi 3:5 Saulus menggambarkan dirinya sendiri sebagai “seorang Ibrani asli,” karena ia lahir sebagai seorang Ibrani dan sangat terdidik dalam agama Ibrani. Tidak ada lagi yang selayak Saulus untuk mengemban amanat membawa ekonomi Perjanjian Baru Allah kepada orang-orang bukan Yahudi.
Ekonomi Perjanjian Baru Allah adalah suatu pekerjaan yang mulia, dan pekerjaan ini masih belum selesai, masih memerlukan bejana-bejana yang tepat. Hari ini Allah membutuhkan lebih banyak Paulus di zaman ini, yaitu orang-orang yang mengasihi Allah, memperhatikan pendidikan, dan membangun karakter yang baik. Karena itu, kita perlu menetapkan hati untuk mengasihi Allah, mengejar pendidikan, dan membangun karakter yang baik. Setiap hari kita perlu menyucikan diri kita dari hal-hal yang jahat, sehingga kita dapat menjadi bejana untuk maksud yang mulia (2 Tim. 2:21). Dengan demikian, ekonomi Perjanjian Baru Allah akan dapat dirampungkan di zaman ini.

No comments: