Hitstat

31 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 3 Rabu

Wafat Bagi Kita Dalam 7 Status
Lukas 23:46-47
Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: “Sungguh, orang ini adalah orang benar!”

Ayat Bacaan: Luk. 23:46-47; Yoh. 1:29; 1:1, 14; 3:14-15; 12:24; Rm. 6:6; Ibr. 2:14

Kematian Manusia Penyelamat di atas salib adalah kematian yang ajaib, yang meliputi segala-galanya (almuhit). Ketika manusia Penyelamat mati di atas salib, Dia mati dengan tujuh status. Pertama, Dia mati sebagai Anak Domba Allah untuk membereskan sifat dan perbuatan dosa. Sifat maupun perbuatan dosa dibereskan oleh Anak Domba Allah, yang berada di bawah penghakiman Allah di atas salib (Yoh. 1:29). Kedua, Kristus mati sebagai manusia dalam daging. Dia memiliki rupa, bentuk, dari manusia yang telah jatuh, maka kematian-Nya membereskan daging yang telah jatuh (Yoh. 1:1,14). Ketiga, Tuhan mati sebagai seorang manusia dalam ciptaan lama, membereskan manusia lama kita (Rm. 6:6).
Aspek keempat dari kematian Manusia Penyelamat adalah sebagai ular tembaga yang ditinggikan (Yoh. 3:14,15). Oleh kematian-Nya di kayu salib, Kristus menghancurkan Iblis, yang berkuasa atas maut (Ibr. 2:14). Kelima, Kristus mati sebagai yang Sulung dari semua ciptaan (Kol. 1:15). Melalui kematian-Nya di atas salib, seluruh ciptaan lama telah dibereskan. Keenam, Kristus mati sebagai Pembuat damai sejahtera. Melalui kematian-Nya, Kristus telah membatalkan semua ketentuan di antara manusia (Ef. 2:14,15). Terakhir, Tuhan mati di atas salib sebagai sebutir biji gandum, untuk membebaskan hayat ilahi dari dalam-Nya (Yoh. 12:24). Meskipun kuasa maut hebat, tetapi sumbernya (dosa dan Iblis) sudah dibereskan melalui kematian Kristus. Ini bukanlah perkataan kita; ini adalah kebenaran yang diwahyukan oleh Alkitab. Kita perlu mengumumkan fakta bahwa menurut firman Allah, Manusia-Penyelamat mati dengan tujuh status ini.
Kematian Kristus yang almuhit ini digenapkan satu kali untuk selamanya. Dia tidak perlu mati lagi. Kematian Tuhan yang ajaib dan meliputi segala-galanya ini kekal. Jika kita nampak hal ini, kita akan memuji Tuhan bahwa sifat dosa, perbuatan dosa, daging, manusia lama, Iblis, dunia, ciptaan lama, dan semua ketentuan telah ditanggulangi, dan kekayaan ilahi telah dibebaskan dan disalurkan kepada kita. Melalui kematian Tuhan yang ajaib ini, maka sekarang kita adalah umat Yobel, umat yang diberkati.

30 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 3 Selasa

Tabir Bait Suci Terbelah Dua
Lukas 23:45b-46
Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.

Ayat Bacaan: Luk. 23:45-46; Ibr. 10:12, 19-20; 9:12, 24; 4:12; Kel. 26:31; Mzm. 8:4-8

Kegelapan berhubungan dengan dosa, sedangkan tirai (tabir) adalah lambang dari tubuh jasmaniah Tuhan Yesus (Ibr. 10:12). Di atas tirai itu terdapat sulaman berbentuk kerub (Kel. 26:31; 2 Taw. 3:14). Yehezkiel 1:10 dan 10:14 memperlihatkan kepada kita, di antara gambar-gambar muka yang ada pada kerub itu ada gambar muka manusia, yang mewakili manusia sebagai kepala dari segala makhluk ciptaan (Mzm. 8:4-8).
Di dalam tubuh jasmaniah-Nya, Kristus memikul semua ciptaan. Ketika tirai di Bait Suci ini terkoyak, kerub yang disulam padanya juga ikut terkoyak. Ini berarti ketika tubuh jasmaniah Kristus disalibkan, semua ciptaan yang dipikul oleh-Nya juga disalibkan. Jadi, melalui kematian Kristus, sifat dosa, perbuatan dosa, daging, dan semua ciptaan lama telah dibereskan. Dalam pandangan Allah, ketika Tuhan Yesus mati, segenap makhluk ciptaan pun matilah.
Makna kedua dari terbelahnya tirai Bait Suci adalah bahwa sejak Kristus wafat, manusia bisa langsung menghampiri Allah. Sejak saat itu, Allah tidak lagi “menyembunyikan diri-Nya” di balik tirai (1 Kor. 2:7-10). Ibrani 10:19 mengatakan, “Jadi, Saudara-saudara, kita sekarang dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat (maha) kudus, oleh darah Yesus.” Tempat maha kudus hari ini berada di surga, di mana Tuhan Yesus berada (Ibr. 9:12, 24). Kita dapat masuk ke tempat maha kudus “Karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tirai, yaitu diri-Nya sendiri” (Ibr. 10:20). Jalan ke tempat maha kudus telah terbuka. Dalam bahasa Yunani, istilah “baru” dalam ayat ini berarti “baru tersembelih”. Jadi, oleh kematian Krisus di atas salib, jalan itu “baru tersembelih” bagi kita, terbuka bagi kita.
Bagaimana kita dapat memasuki tempat maha kudus ketika kita masih berada di bumi? Rahasianya adalah roh kita (Ibr. 4:12). Kristus yang berada di surga hari ini juga berada di dalam roh kita (2 Tim. 4:22). Sebagai tangga surgawi, Dia menghubungkan roh kita dengan surga dan membawa surga ke dalam roh kita (Kej. 28:12; Yoh. 1:51). Jadi, setiap kali kita kembali ke dalam roh kita, kita segera masuk ke dalam tempat maha kudus. Di sana kita berjumpa dengan Allah, yang berada di atas takhta anugerah.

29 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 3 Senin

Disalibkan (2): Dihakimi oleh Allah bagi Kita
Lukas 23:44-45
Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua.

Ayat Bacaan: Luk. 23:44-49; 2 Kor. 5:21; Yes. 53:10; Mat. 27:46

Dalam Lukas 23:44-49 kita dapat melihat aspek kedua dari kematian Tuhan. Dalam aspek yang pertama, Dia menderita sebagai seorang martir dan dalam aspek yang kedua, Dia sebagai Penebus menderita penghakiman Allah bagi kita, orang-orang dosa. Lukas 23:44-45a mengatakan, “Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas dan kegelapan meliputi seluruh bumi sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar.” Siapakah yang membuat kegelapan meliputi seluruh bumi? Imam besar, Pilatus, prajurit-prajurit Romawi tentunya tidak dapat melakukan hal itu. Satu-satunya orang yang dapat membuat kegelapan datang pada siang hari adalah Allah.
Kegelapan yang meliputi seluruh bumi pada waktu itu menandakan dosa. Ketika Tuhan Yesus disalibkan, pada tiga jam terakhir kegelapan meliputi seluruh bumi, hal itu menunjukkan bahwa Allah datang untuk menghakimi Kristus sebagai Pengganti dan Penebus bagi penggenapan penebusan kita. Alkitab mengatakan, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita… “ (2 Kor. 5:21a). Dia dijadikan dosa bagi kita, dihakimi dan diakhiri Allah, supaya kita bisa menjadi kebenaran Allah di dalam-Nya. Melalui kematian-Nya ini, Dia telah sepenuhnya mendamaikan kita kepada Allah.
Kegelapan itu adalah satu petunjuk bahwa Allah yang benar telah datang menghakimi Tuhan Yesus sebagai Pengganti dan Penebus kita. Dia adalah Pengganti yang unik, yang universal bagi manusia. Dari jam sembilan sampai jam dua belas, Dia dianiaya oleh orang-orang Yahudi dan prajurit-prajurit Romawi sebagai seorang martir. Tetapi dari jam dua belas sampai jam tiga Dia bukan mati sebagai seorang martir, melainkan sebagai Pengganti bagi orang-orang dosa. Karena Allah mengakui Dia sebagai Penebus kita, maka Allah datang menghakimi Dia. Ini berarti selama tiga jam yang terakhir Tuhan di atas salib, Dia dihakimi oleh Allah bagi penggenapan penebusan kita. Selama waktu inilah Allah menganggap Dia sebagai Pengganti kita yang menderita karena dosa (Yes. 53:10). Kegelapan meliputi seluruh daerah itu karena sifat dosa dan perbuatan dosa kita dan semua hal negatif sedang ditanggulangi. Allah bahkan meninggalkan Dia (Mat. 27:46) karena dosa kita.

28 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 3 Minggu

Disalibkan (1): Dianiaya oleh Manusia
Lukas 23:33
Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.

Ayat Bacaan: Luk. 23:26-39; Yes. 53:5, 8; Ezr. 6:11; Ul. 21:23; Yoh. 3:14

Tuduhan-tuduhan yang diajukan pemimpin-pemimpin agama Yahudi terhadap Tuhan justru menyingkapkan kepalsuan dan penipuan mereka dalam agama mereka, dan penghakiman yang dibuat oleh pemerintahan Romawi menyingkapkan kegelapan dan kebusukan mereka dalam politik mereka. Penghakiman oleh para pemimpin Yahudi dan para penguasa Romawi adalah tahap terakhir dari pengujian terhadap Manusia-Penyelamat. Bagian pertama dari pengujian ini digenapkan di dalam Bait Allah, dan bagian yang terakhir digenapkan di hadapan Mahkamah Agama orang Yahudi dan di hadapan pemerintahan Romawi. Setelah semua tahap pengujian ini, Manusia-Penyelamat terbukti tanpa kesalahan apa pun. Karena itu, Dia terbukti sebagai satu-satunya Pengganti yang layak mati bagi orang-orang dosa.
Atas desakan orang-orang Yahudi, Tuhan Yesus akhirnya disalibkan. Dalam Lukas 23:26-43 kita melihat bahwa di atas salib Manusia-Penyelamat menderita penganiayaan dari manusia. Dia dihina dan dicemooh oleh para pemimpin Yahudi dan prajurit-prajurit Romawi. Ini adalah penggenapan nubuat Yesaya 53:5, 8 mengenai penderitaan Manusia-Penyelamat. Kemudian, Tuhan Yesus digiring ke tempat yang bernama tengkorak (Luk. 23:32-33). Dia digiring bersama dengan kedua penjahat. Kemudian Dia di salibkan di antara para penjahat itu. Mereka juga membuang undi untuk membagi pakaian-Nya (Luk. 23:34). Tuhan Yesus disalibkan pada jam sembilan pagi dan tetap di atas salib sampai jam tiga sore. Tiga jam pertama Dia di hakimi oleh manusia, dan tiga jam yang terakhir dihakimi oleh Allah. Orang banyak berdiri disitu dan melihat semua itu. Para pemimpin-pemimpin, para prajurit itu mengejek Dia, bahkan salah satu penjahat yang di salibkan pun juga menghujat Dia (Luk. 23:33-39).
Penyaliban adalah praktek kafir (Ezr. 6:11) yang diambil oleh orang Romawi untuk menghukum mati budak-budak dan pelaku kejahatan yang berat. Menyalibkan Tuhan Yesus bukan hanya menggenapkan nubuat Perjanjian Lama (Ul. 21:23; Gal. 3:13; Bil. 21:8-9), tetapi juga menggenapkan firman Tuhan sendiri mengenai cara kematian-Nya (Yoh. 3:14; 8:28; 12:32) yang tidak dapat digenapkan oleh praktek hukuman mati menurut agama Yahudi.

27 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 2 Sabtu

Dihakimi oleh Penguasa-penguasa Romawi
Lukas 23:3-4
Pilatus bertanya kepada-Nya: “Engkaukah raja orang Yahudi?” Jawab Yesus: “Engkau sendiri mengatakannya.” Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.”

Ayat Bacaan: Luk. 23:1-23; Yes. 53:7; Mrk. 10:45

Ketika para anggota Mahkamah Agama Yahudi sadar bahwa mereka tidak memiliki wewenang untuk menghukum seseorang, maka para pemimpin agama Yahudi menyerahkan Manusia Penyelamat kepada Pilatus: “Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus” (Luk. 23:1). Pilatus adalah seorang hakim Romawi, wakil Kaisar. Namun, Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun pada Yesus (Luk. 23:4). Ini adalah bukti betapa sempurnanya kehidupan Yesus di bumi.
Di bawah kedaulatan Allah, Manusia-Penyelamat bukan hanya dihakimi oleh para pemimpin Yahudi seperti seekor domba di hadapan orang-orang yang menyembelihnya (Yes. 53:7), tetapi juga oleh gubernur Romawi seperti seorang penjahat di hadapan para pendakwa. Dia dihakimi dengan cara demikian supaya Dia dapat mati untuk menyelamatkan orang-orang dosa dengan nyawa-Nya sebagai suatu tebusan (Mrk. 10:45), bukan hanya bagi orang-orang Yahudi yang diwakili oleh para pemimpin Yahudi, tetapi juga bagi bangsa bukan Yahudi, yang diwakili oleh gubernur Romawi.
Meskipun Pilatus mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah, para pemimpin Yahudi tetap mendesak agar Dia tetap dihukum. Karena Pilatus tidak ingin melukai orang Yahudi, maka ia bertindak dengan licik dengan menyerahkan Yesus kepada Herodes. Namun, Herodes juga tidak menemukan kesalahan apa pun pada diri Yesus dan ia kemudian menyerahkan Yesus kembali kepada Pilatus. Keadaan ini sebenarnya juga berada di bawah kedaulatan Tuhan agar terbukti bahwa Manusia Penyelamat dibenarkan dalam kesempurnaan insani-Nya, dengan segala kemuliaan ilahi-Nya yang melampaui segala sesuatu. Ini juga adalah bukti terkuat bahwa Dia sepenuhnya layak menjadi pengganti kita, orang-orang dosa, sebagaimana Dia ditetapkan untuk mati bagi kita.
Ketika diumumkan oleh Pilatus bahwa di atas diri Yesus tidak didapati suatu kesalahan yang setimpal dengan hukuman mati, mereka tetap memaksa supaya Dia dihukum mati (Luk. 23:14-15). Mereka berteriak bersama-sama, “Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!” (Luk. 23:18), dan akhirnya mereka menang dengan teriakan mereka (Luk. 23:23).

26 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 2 Jumat

Dihakimi oleh Mahkamah Agama Orang Yahudi
Lukas 22:69-70
Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” Kata mereka semua: “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.”

Ayat Bacaan: Luk. 22:62-71; 4:3, 9; Kis. 7:56

Setelah Tuhan Yesus ditangkap, Dia segera ditahan. Orang-orang yang menahan Dia mengolok-olok, memukul dan menghujat. Kemudian dalam Lukas 22:66 dikatakan, “Setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa itu dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka,” Mahkamah agama adalah suatu badan yang terdiri dari Imam Besar, tua-tua, ahli hukum, dan ahli Taurat. Ini adalah Mahkamah yang paling tinggi dikalangan orang Yahudi.
Mereka bertanya kepada Tuhan, “Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.” Jawab Yesus, “Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa” (Luk. 22:67-69). Jawaban Tuhan menunjukkan bahwa Dia bukan hanya Anak Manusia di bumi sebelum ketersaliban-Nya, tetapi juga menunjukkan bahwa Dia akan menjadi Anak Manusia di surga di sebelah kanan Allah setelah kebangkitan-Nya (Kis. 7:56).
Mahkamah Agama bertanya lagi, “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.” Pertanyaan terhadap Manusia-Penyelamat yang diajukan di sini sama dengan pertanyaan yang dipakai oleh Iblis dalam mencobai-Nya (Luk. 4:3, 9). Lalu kata mereka: “Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri” (Luk. 22:70-71). Perkataan inilah yang dipakai oleh mereka untuk menghukum Tuhan. Orang-orang pada jaman itu menghakimi Tuhan dengan sebuah tuduhan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Bahasa Yunani yang diterjemahkan “Kamu sendiri mengatakan bahwa Akulah Dia,” juga dapat diterjemahkan, “Kamu sendiri yang mengatakannya, karena Akulah Dia.” Ketika orang-orang yang menghakimi Tuhan ini mendengar jawaban-Nya, mereka berkata, “Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri” (ay. 71). Mereka sangat emosional, menganggap Dia menghujat Allah dengan mengatakan bahwa Dia adalah Anak Allah, lalu mereka menghukum-Nya. Sungguh suatu perbuatan yang keji!

25 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 2 Kamis

Petrus Menyangkal Tuhan Tiga Kali
Lukas 22:59-60a
Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: “Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea.” Tetapi Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.”

Ayat Bacaan: Luk. 22:54-61; 12:9

Setelah Tuhan Yesus ditangkap, ternyata “Petrus mengikut dari jauh” (Luk. 22:54b). Ini adalah satu petunjuk bahwa Petrus akan menyangkal Tuhan. Petrus kemudian duduk bersama sejumlah orang dekat api yang menyala di tengah-tengah halaman rumah itu (ay. 55). Ini adalah petunjuk lainnya bahwa ia akan menyangkal Tuhan.
Lukas 22:56-57 mengatakan, “Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya, lalu berkata: Orang ini juga bersama-sama dengan Dia.” Tetapi Petrus menyangkal, katanya, “Bukan, aku tidak kenal Dia!” Setelah Petrus menyangkal Tuhan dua kali lagi, berkokoklah ayam, “Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus.... Lalu Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya” (Luk. 22:61-62).
Sebelum penyaliban Tuhan, Petrus sangat yakin akan dirinya bahwa ia bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Tuhan (Luk. 22:33). Maka, Tuhan di dalam kedaulatan-Nya mengatur lingkungan bagi Petrus sehingga ia menyangkal-Nya tiga kali, bahkan di depan wajah Tuhan (Luk. 22:55-61). Petrus telah menyangkal Tuhan di hadapan manusia, di hadapan seorang hamba perempuan rendahan yang diremehkan oleh orang-orang pada masa itu, suatu dosa besar yang membuat Tuhan Yesus tidak dapat mengakuinya di hadapan malaikat-malaikat Bapa (Luk. 12:9). Melalui pengalaman-pengalaman itu, Petrus yang alamiah benar-benar ditaklukkan.
Kalau kita memandang Tuhan Yesus, kita nampak sukses yang sempurna, tetapi kalau kita memandang Petrus kita nampak kegagalan total. Sebab itu, janganlah mengandalkan diri sendiri. Petrus itulah wakil kita. Dikatakan mengenai hayat alamiah kita, kita semua adalah Petrus. Jika Petrus tidak berhasil mengikuti Tuhan, siapakah yang dapat? Bahkan Petrus sendiri pun tidak menyangka bahwa ia akan berbuat demikian. Ini membuktikan bahwa tidak seorang pun mampu hidup bagi Kerajaan dengan hayat alamiahnya. Oleh sebab itu kita perlu merendahkan diri dan berkata, “Tuhan, aku semata-mata tak mampu. Aku seorang Petrus. Jika Petrus saja tak mampu; siapakah aku ini sehingga berani mengira aku mampu? Tuhan, aku tidak mampu.”

24 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 2 Rabu

Yesus Ditangkap dan Dibawa ke Rumah Imam Besar
Lukas 22:47
Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya.

Ayat Bacaan: Luk. 22:47-54

Kematian Manusia-Penyelamat dimulai dengan Dia ditangkap. Ketika Tuhan Yesus pergi ke Taman Getsemani, Dia sadar bahwa Dia akan ditangkap di sana. Meskipun demikian, sebagaimana Dia mengambil inisiatif untuk pergi dari Galilea ke Yerusalem, Dia juga mengambil inisiatif untuk pergi ke Taman Getsemani. Tentunya, kesebelas murid itu tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun, Manusia-Penyelamat tahu apa yang sedang dilakukan-Nya dan langkah apa yang sedang diambil-Nya. Dia pergi ke tempat Dia diserahkan kepada orang-orang yang akan datang ke sana untuk menangkap-Nya dan membunuh-Nya.
Ketika Tuhan Yesus ditangkap, ada tiga kelompok orang yang mengelilingi-Nya: orang-orang yang menangkap-Nya, murid-murid-Nya, dan orang-orang yang menghakimi-Nya. Orang-orang yang menangkap Manusia-Penyelamat adalah para agamawan yang jahat. Mereka itu agamis tetapi mereka palsu, munafik, dan penuh dengan tipu muslihat. Bahkan mereka tidak layak dikategorikan dengan orang-orang yang hanya alamiah atau yang berada di dalam ciptaan lama saja. Mereka benar-benar jahat, palsu, dan penuh dengan tipu muslihat.
Kelompok yang kedua dari orang-orang yang mengelilingi Tuhan Yesus ketika Dia ditangkap terdiri dari para pengikut-Nya. Murid-murid itu memiliki satu maksud yang baik, tetapi mereka semua berada di dalam hayat alamiah. Karena murid-murid berada dalam hayat alamiah, mereka tidak dapat memahami apa yang sedang dikatakan Manusia-Penyelamat kepada mereka. Ketika Tuhan akan ditangkap, “mereka yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang? Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya” (Luk. 22:49-50). Di sini kita nampak reaksi alamiah murid-murid, yakni segera melawan secara fisik. Petrus memelopori mengambil pedang, tetapi Tuhan menghentikan mereka, dengan berkata, “Sudahlah itu. Lalu Ia menyentuh telinga orang itu dan menyembuhkannya” (Luk. 22:51). Setelah Manusia-Penyelamat ditangkap dan dibawa ke rumah Imam Besar, “Petrus mengikut dari jauh” (Luk. 22:54b).

23 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 2 Selasa

Mengapa Kamu Tidur? Bangunlah dan Berdoalah!
Lukas 22:46
Kata-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.”

Ayat Bacaan: Luk. 22:40-46; Mat. 26:41; Mrk. 14:38

Tuhan menghendaki murid-murid-Nya berdoa agar mereka tidak jatuh ke dalam pencobaan (Luk. 22:40, 46). Namun belum lagi mereka sempat berdoa, rasa kantuk telah mengalahkan mereka semua. Ketika Tuhan kembali ke tempat mereka, Ia mendapati mereka sedang tidur (Luk. 22:45). Daripada berdoa bagi kehendak Allah, mereka lebih memilih tidur nyenyak di taman. Berdoa adalah menurut keinginan roh, tidur nyenyak di taman adalah menuruti keinginan daging. Itulah sebabnya di bagian Injil yang lain Tuhan berkata kepada mereka, “...roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41; Mrk. 14:38).
Saudara saudari, semakin kita menempuh jalan Kerajaan Surga, pencobaan-pencobaan pun akan semakin besar. Bagaimanakah seharusnya kita menangani situasi ini? Kita harus berdoa. Berdoa berarti tidak bersandar diri sendiri, melainkan bersandar pada Allah. Kita tidak boleh menjadi demikian percaya diri sehingga berani menghadapi pencobaan seorang diri. Kita tidak mengetahui kapankah pencobaan itu akan datang, tetapi sebelumnya kita dapat berdoa agar terhindar dari pencobaan. Doa semacam ini adalah untuk perlindungan. Sebelum pencobaan datang menimpa kita, marilah kita baik-baik berdoa. Hanya hal-hal yang diizinkan Tuhanlah yang boleh datang kepada kita; tetapi segala sesuatu yang tidak diizinkan-Nya harus kita doakan agar jangan terjadi pada kita. Kita harus berdoa kepada Tuhan untuk perlindungan seperti ini.
Berjaga-jaga dan berdoa adalah prinsip yang sangat kuat dalam kehidupan kristiani. Semakin kita mengasihi Tuhan, si pencoba semakin menaruh perhatian kepada kita. Begitu kita berpaling kepada Tuhan untuk mengasihi Dia, Satan tidak akan berhenti mencobai kita. Karena pada saat itu Petrus tidak baik-baik berdoa, tidak berjaga-jaga, maka ia sendiri akhirnya masuk ke dalam pencobaan Satan di malam itu juga, ia menyangkal Tuhan di depan Tuhan tiga kali. Saudara saudari kekasih, marilah kita belajar, dalam melakukan perkara apa saja harus berdoa. Apakah itu dalam hal berteman, menjajaki pernikahan, memakai uang, atau bekerja, harus baik-baik mencari kehendak Allah dalam doa. Doa yang demikian akan menghindarkan kita dari berbagai pencobaan.

22 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 2 Senin

Berdoa bagi Penderitaan Kematian-Nya
Lukas 22:39, 41
Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa,...

Ayat Bacaan: Luk. 22:39-46; Ef. 1:7-9; 1 Ptr. 1:19-20; Yoh. 1:29; 18:11

Lukas 22:39-46 mencatat bagaimana Manusia-Penyelamat berdoa bagi penderitaan kematian-Nya dan menyuruh murid-murid berdoa. Setelah memperingatkan murid-murid-Nya untuk berdoa, Tuhan sendiri menjauhkan diri kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk. 22:42). “Cawan” di sini mengacu kepada kematian Penyelamat di kayu salib. Dalam ayat ini Manusia-Penyelamat berdoa agar kehendak Bapa terjadi.
Allah Tritunggal dalam rencana ilahinya di dalam kekekalan yang lampau menetapkan bahwa yang Kedua dari Trinitas ilahi harus berinkarnasi dan mati di kayu salib untuk menggenapkan penebusan kekal-Nya bagi penggenapan tujuan kekal-Nya (Ef. 1:7-9). Karena itu, sebelum dunia dijadikan, yaitu dalam kekekalan yang lampau (1 Ptr. 1:19-20), yang Kedua dari Trinitas ilahi telah ditentukan untuk menjadi Anak Domba Allah (Yoh. 1:29).
Dalam pandangan Allah, sebagai Anak Domba Allah, Dia disembelih sejak dunia dijadikan, yaitu sejak keberadaan makhluk ciptaan Allah yang telah jatuh (Why. 13:8). Setelah manusia jatuh, domba, lembu, sapi, dan kambing dipakai umat pilihan Allah sebagai lambang-lambang (Kej. 3:21; 4:4; 8:20; 22:13; Kel. 12:3-8), yang menunjukkan Dia yang akan datang sebagai Domba yang sesungguhnya yang telah ditentukan Allah sebelumnya.
Meskipun Yesus menyadari bahwa cawan itu sangat menakutkan, tetapi Dia tidak berani dengan maksud diri sendiri memutuskan sesuatu. Jadi di Getsemani, Dia khusus memilih kehendak Allah, khusus menolak kehendak yang bukan dari Allah. Apa yang terakhir kali Dia katakan kepada Petrus? Dalam Yohanes 18:11 Dia berkata, “Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?” Demi kehendak Bapa, Tuhan telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp. 2:8). Dalam doa-Nya di sini, segera sebelum ketersaliban-Nya, Dia mempersiapkan diri-Nya sendiri mengambil cawan salib. Dia rela melakukan kehendak Bapa yang unik ini bagi penggenapan rencana kekal Allah Tritunggal.

21 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 2 Minggu

Tuhan Yesus Mengajarkan Perihal Kerendahan Hati
Lukas 22:26
Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.

Ayat Bacaan: Luk. 22:24-30

Dalam Lukas 22:24-30 Manusia-Penyelamat mengajar murid-murid tentang kerendahan hati. Lukas 22:24 mengatakan, “Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.” Bahasa Yunani yang diterjemahkan “pertengkaran” menandakan adanya suatu perselisihan. Murid-murid tidak memiliki hati atau telinga untuk memperhatikan apa yang sedang Tuhan katakan. Sewaktu Tuhan membicarakan tentang tubuh dan darah-Nya, tentang kematian-Nya, mereka malah memperbincangkan tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Perbincangan yang sia-sia ini akhirnya menimbulkan pertengkaran di antara mereka. Ini membuktikan bahwa murid-murid Tuhan masih penuh dengan ego, kurang kerendahan hati.
Bagaimanakah reaksi Tuhan terhadap murid-murid-Nya? Dalam Lukas 22:25-26 Tuhan berkata kepada mereka, “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu janganlah demikian. Yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi seperti yang paling muda dan pemimpin menjadi seperti pelayan. Firman Tuhan mengenai pelayanan ini mutlak bertentangan dengan pemikiran ego alamiah. Selanjutnya berkata, “Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami” (Luk. 22:28). Di sini Tuhan seolah-olah berkata, “Jangan memikirkan tentang takhta — pikirkanlah pencobaan-Ku. Aku akan disalibkan. Kalian perlu melupakan tentang kebesaran dan ingatlah bahwa kalian sekarang bersama-sama dengan Aku dalam pencobaan-Ku, dalam penderitaan-Ku.”
Memang suatu hari kelak kerajaan dan takhta akan dianugerahkan kepada murid-murid (Luk. 22:29-30), namun hari ini bukan saatnya memikirkan tentang takhta dan siapa yang terbesar. Tuhan ingin saat ini kita memperhatikan kerajaan-Nya, memperhatikan Yobel, melayani saudara seiman. Kalau hari ini kita memikirkan kedudukan, jabatan, atau kekuasaan di antara kaum beriman, alangkah kelirunya kita. Hari ini yang Tuhan inginkan adalah kita menjadi pelayan dari semua, berjerih lelah demi kerajaan, dan menikmati realitas Yobel.

20 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 1 Sabtu

Memberitakan Kematian Tuhan Sampai Dia Datang
1 Korintus 11:26
Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

Ayat Bacaan: Luk. 22:19-20; 1 Kor. 11:26

Kita makan roti Tuhan dan minum cawan Tuhan, itu berarti memberitakan kematian Tuhan (1 Kor. 11:26). “Memberitakan” boleh diterjemahkan menjadi “mengumumkan”. Jadi kita mengumumkan kematian Tuhan agar semua orang mengetahuinya. Mengapa roti dan cawan mengumumkan kematian Tuhan? Sebab asalnya darah ada dalam daging, jika darah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian. Anda nampak anggur dalam cawan, itulah darah; Anda nampak roti, itulah daging. Darah Tuhan berada di sebelah sini, daging Tuhan berada di sebelah sana, darah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian Tuhan. Dalam perjamuan ini, Anda tidak perlu memberi tahu orang “Tuhan kita telah mati bagi Anda,” asalkan mereka melihat darah tidak berada dalam daging, mereka pasti mengerti bahwa itulah kematian.
Tuhan menyuruh kita makan perjamuan malam-Nya, tidak hanya bertujuan untuk memperingati-Nya, tetapi juga untuk mengumumkan kematian-Nya sampai Ia datang kembali. Kedatangan Tuhan akan mendatangkan Kerajaan Allah bagi pemerintahan-Nya. Kedatangan-Nya yang pertama adalah bagi penebusan, tetapi kedatangan-Nya yang kedua adalah bagi pemerintahan Allah. Ketika kita mengambil bagian dalam perjamuan malam Tuhan, kita memperhatikan peringatan akan Dia dan pemerintahan Allah.
Tuhan Yesus akan datang lagi, perkataan ini sungguh menghibur kita. Kalimat ini dikaitkan dengan perjamuan malam, sungguh sangat berarti. Apakah Anda merasakan baiknya perjamuan malam ini? Perjamuan malam ialah hidangan terakhir dalam sehari. Satu minggu sekali kita mengadakan perjamuan malam ini. Seminggu demi seminggu gereja mengadakan perjamuan malam yang sama; meskipun telah lewat hampir dua ribu tahun, terus mengadakan perjamuan malam ini, sambil terus menunggu. Sampai Tuhan datang, barulah kita tidak memakannya lagi. Ketika kita berhadapan muka dengan Tuhan, perjamuan malam ini baru berakhir. Ketika kita memperingati Tuhan, kita wajib menengadah dan berkata, “Ya Tuhan, aku ingin melihat wajah-Mu; saat aku nampak wajah Tuhan, semua ini akan berlalu.” Tuhan menghendaki kita memperingati Dia dan senantiasa mengumumkan kematian-Nya, sampai Dia datang lagi.

19 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 1 Jumat

Roti dan Cawan dalam Perjamuan Malam Tuhan
Lukas 22:20
Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.”

Ayat Bacaan: Luk. 22:19-20; 1 Kor. 10:17-26; Yoh. 1:29; Ibr. 10:7-10; 8:6-13; 9:16-17

Roti dan cawan adalah penyusun dari perjamuan malam Manusia-Penyelamat (1 Kor. 10:21). Perjamuan ini didirikan oleh-Nya supaya kaum beriman-Nya dapat memperingati Dia dengan menikmati Dia sebagai suatu hari raya. Dengan demikian mereka mempersaksikan keselamatan-Nya yang kaya dan ajaib kepada alam semesta dan memamerkan kematian-Nya yang menebus dan yang menyalurkan hayat (1 Kor. 11:26).
Ketika Tuhan Yesus dipersembahkan kepada Allah bagi penebusan kita, Dia bukan dipersembahkan sebagai roti melainkan sebagai Domba (Yoh. 1:29). Namun hasilnya bukanlah domba melainkan roti. Domba adalah satu kesatuan, sedangkan roti adalah sesuatu yang korporat. Tidak mungkin satu butir biji gandum membentuk satu ketul roti. Satu ketul adalah kesatuan yang korporat, sesuatu yang terbentuk dan tersusun dari banyak butir gandum. Tanda pada perjamuan malam Tuhan, khususnya pada roti, terkandung satu ciri yang berarti, dan ciri ini adalah satu kesatuan yang korporat, satu tubuh yang korporat.
Mengenai roti ini, kita harus beralih dari Lukas 22 kepada perkataan Paulus dalam 1 Korintus 10:17, “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” Di sini kita nampak bahwa roti ini bukan hanya menyatakan tubuh jasmani Penyelamat; roti ini juga menyatakan Tubuh mistikal-Nya, yang adalah gereja. Ini bukanlah perihal individu; ini adalah perihal Tubuh yang korporat.
Lukas 22:20 mengatakan, “Demikian juga dilakukan-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata, Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.” Ini bukanlah cawan Paskah, melainkan perjanjian baru dalam darah Tuhan. Manusia-Penyelamat datang untuk menggenapkan penebusan kekal Allah bagi umat pilihan Allah oleh kematian-Nya, menurut kehendak Allah (Ibr. 10:7, 9-10), dan dengan darah-Nya mengadakan satu perjanjian baru, perjanjian yang lebih baik (Ibr. 8:6-13), yang menjadi perjanjian yang baru setelah kebangkitan-Nya (Ibr. 9:16-17), sebagai satu dasar bagi Allah untuk menjadi satu dengan umat-Nya yang telah ditebus dan telah dilahirkan kembali di dalam zaman kasih karunia.

18 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 1 Kamis

Mendirikan Perjamuan Malam untuk Mengingat Dia
Lukas 22:19
Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.”

Ayat Bacaan: Luk. 22:19; Kel. 12:14; 13:3; 1 Kor. 11:24; Mat. 26:28; Ibr. 9:16-18

Setelah makan Paskah dengan murid-murid-Nya, Yesus kemudian mendirikan perjamuan malam-Nya. Tujuan dari didirikannya perjamuan malam Tuhan adalah untuk memperingati Dia. Perjamuan malam ini dengan sendirinya menggantikan hari raya Paskah dalam Perjanjian Lama, yang sebelumnya dipraktekkan umat pilihan Allah dalam memperingati keselamatan Tuhan (Kel. 12:14; 13:3). Praktek yang baru dari Perjanjian Baru ini adalah memperingati Manusia-Penyelamat, yakni dengan cara makan roti yang menyatakan tubuh-Nya yang diberikan bagi kaum beriman-Nya (1 Kor. 11:24), dan minum cawan, yang menyatakan darah-Nya yang dicurahkan bagi dosa-dosa mereka (Mat. 26:28).
Sebelumnya, Allah telah membuat satu perjanjian dengan orang Israel yang telah tertebus dalam Keluaran 24:3-8 (Ibr. 9:18-21), yang menjadi Perjanjian Lama, sebagai dasar bagi-Nya untuk berhubungan dengan umat tebusan-Nya di dalam zaman hukum Taurat. Kemudian Manusia-Penyelamat datang untuk menggenapkan penebusan kekal Allah bagi umat pilihan Allah oleh kematian-Nya, menurut kehendak Allah (Ibr. 10:7, 9-10), dan dengan darah-Nya mengadakan satu perjanjian baru, perjanjian yang lebih baik (Ibr. 8:6-13), yang menjadi perjanjian yang baru setelah kebangkitan-Nya (Ibr. 9:16-17).
Perjanjian yang baru ini adalah sebagai satu dasar bagi Allah untuk menjadi satu dengan umat-Nya yang telah ditebus dan telah dilahirkan kembali di dalam zaman kasih karunia. Perjanjian baru ini menggantikan perjanjian lama dan secara bersamaan menggantikan zaman lama Allah. Manusia-Penyelamat menghendaki kita mengenal hal ini, menempuh satu kehidupan yang berdasar pada hal ini dan sesuai dengan hal ini setelah kebangkitan-Nya.
Tuhan adalah Domba Paskah yang sejati bagi kita (Yoh. 1:29). Sebagai Yang telah menggenapi lambang Paskah, Dia telah mendirikan perjamuan-Nya sebagai suatu peringatan atas-Nya, juga merupakan penyembahan yang sejati kepada Allah. Ketika kita menikmati Kristus secara demikian dalam perjamuan-Nya, tidak saja kita teringat akan apa yang telah Dia lakukan bagi kita, hati kita pun bermegah begitu kita mengingat betapa ajaibnya Dia.

17 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 1 Rabu

Paskah adalah Yobel dalam Perjanjian Lama
Lukas 22:19b-20
“Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.

Ayat Bacaan: Kel. 12:14; 13:3; 1 Kor. 11:24; 10:16; Mat. 26:28; Yoh. 6:53

Paskah akan digenapkan sepenuhnya di dalam Kerajaan Allah yang akan datang, ketika Penyelamat berhari raya bersama orang-orang kudus yang menang (Luk. 22:30; 13:28-29). Allah memiliki satu rencana yang lengkap untuk menebus umat-Nya ke dalam Yobel-Nya. Hari raya Paskah adalah tanda dari penebusan penuh Allah, dan penebusan yang penuh ini adalah membawa umat pilihan Allah ke dalam kenikmatan yang penuh terhadap diri-Nya sendiri. Kenikmatan ini adalah perihal Yobel yang disinggung dalam Injil Lukas sebagai penggenapan nubuat Yesaya dan lambang dalam Imamat 25. Yobel ini sebenarnya adalah kenikmatan terhadap Allah melalui penebusan-Nya. Hari raya ini menandakan bahwa Yobel adalah hari raya Paskah yang pertama dalam Perjanjian Lama dan kemudian diteruskan dengan perayaan atau perjamuan meja Tuhan dalam Perjanjian Baru, dan akan digenapkan sepenuhnya di dalam kerajaan yang akan datang.
Jika kita membaca Alkitab dengan teliti, kita akan nampak bahwa hari raya dibicarakan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Hari raya ini dimulai dalam Keluaran 12, dan dilanjutkan selama lebih dari lima belas abad sampai malam hari saat Tuhan Yesus menggantikannya dengan perjamuan meja-Nya. Hari ini dalam kehidupan gereja, umat Allah sedang menghadiri hari raya Perjanjian Baru ini. Namun, hari raya ini baru digenapkan sepenuhnya pada hari raya di dalam kerajaan yang akan datang. Hari raya di dalam kerajaan itu akan menjadi penggenapan dari hari raya Paskah dan hari raya meja Tuhan.
Di sini kelihatannya ada tiga hari raya: hari raya Paskah, hari raya meja Tuhan, dan hari raya di dalam kerajaan. Sebenarnya, ini bukanlah tiga hari raya. Sebaliknya, ini adalah tiga tahap dari satu hari raya. Allah telah mendirikan satu hari raya melalui penebusan-Nya bagi kenikmatan kita yang penuh terhadap Yobel dalam tiga tahap, dan tahap-tahap ini adalah tahap Perjanjian Lama, tahap Perjanjian Baru, dan tahap kerajaan. Pada waktu itu seluruh umat pilihan dan umat tebusan Allah akan dibebaskan dari segala penjajahan, belenggu, dan perbudakan dan akan dibawa masuk ke dalam kenikmatan yang penuh terhadap Allah Tritunggal di dalam zaman kerajaan.

16 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 1 Selasa

Makan Paskah Bersama-sama dengan Murid-murid-Nya
Lukas 22:14-15
Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya.
Kata-Nya kepada mereka: “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.”


Ayat Bacaan: Luk. 22:7-23; Im. 23:6; Mrk. 14:1; Kel. 12:15-20

Dalam Lukas 22:7-23 Manusia-Penyelamat mendirikan perjamuan malam-Nya sebagai pengganti Paskah Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama Paskah adalah satu hal yang besar, yang dianggap sama dengan penciptaan Allah. Ketika Allah akan menyelamatkan umat-Nya dari belenggu di Mesir, Dia menetapkan hari raya Paskah. Paskah adalah waktu umat Allah diselamatkan dan dibawa kembali kepada hak mereka yang telah hilang. Perayaan Paskah sudah berlangsung selama lebih dari seribu lima ratus tahun, dari waktu Keluaran 12 sampai malam hari ketika Manusia-Penyelamat mengadakan Paskah yang terakhir bersama murid-murid-Nya.
Lukas 22:7-23 adalah bagian yang penting dari firman ini, karena bagian ini menandakan akhir dari Paskah Perjanjian Lama. Di sini kita nampak bahwa Manusia-Penyelamat mendirikan perjamuan malam-Nya, meja Tuhan, untuk menggantikan Paskah Perjanjian Lama. Dari hal ini kita nampak bahwa malam hari ketika Tuhan mengadakan perjamuan malam-Nya itu merupakan suatu masa peralihan. Suatu peralihan terjadi dari Paskah Perjanjian Lama kepada perjamuan malam Tuhan dalam Perjanjian Baru.
Dalam Lukas 22 kita harus melihat perbedaan di antara Paskah dengan meja Tuhan. Ayat 7-18 berhubungan dengan Paskah, sedangkan ayat 19-20 berhubungan dengan perjamuan malam Tuhan. Ayat 7 mengatakan, “Kemudian tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari ketika orang harus menyembelih domba Paskah.” Hari raya Roti Tidak Beragi adalah hari raya selama tujuh hari (Im. 23:6). Hari raya ini juga disebut Paskah (Mrk. 14:1). Jadi, Paskah adalah hari yang pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi (Kel. 12:15-20).
Dalam Lukas 22:15 Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.” Bahasa Yunani yang diterjemahkan “Aku sangat rindu” secara harfiah berarti, “dengan kerinduan Aku sangat rindu.” Tuhan rindu makan Paskah bersama murid-murid sebelum Dia menderita, yaitu sebelum Dia pergi ke salib. Makan dan minum dalam Lukas 21:15-18 adalah mengadakan hari raya Paskah yang terakhir sebelum mendirikan perjamuan malam Tuhan dalam ayat 19-20.

15 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 1 Senin

Demi Sejumlah Uang, Yudas Menyerahkan Yesus
Lukas 22:4-5
Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya.

Ayat Bacaan: Luk. 22:4-6; Kel. 21:32; Yoh. 13:27; 6:70-71; 1 Tim. 6:10; Bil. 22:7; 2 Ptr. 2:15

Menurut catatan dalam Matius 26:15, uang yang dijanjikan imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah kepada Yudas adalah 30 keping uang perak. Jumlah ini adalah nilai dari seorang budak (Kel. 21:32). Yudas benar-benar telah dipenuhi dan dirasuki Iblis (Luk. 22:3; Yoh. 13:27). Dalam Yohanes 6:70 dan 71, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Yudas adalah seperti Iblis. Jadi Yudas menjadi perwujudan Iblis. Angan-angan untuk mengkhianati Tuhan Yesus tidak berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari musuh, yaitu si Iblis.
Yudas rela mengkhianati Tuhan Yesus demi sejumlah uang. Perbuatannya ini membuktikan kebenaran firman dalam 1 Timotius 6:10 yang berkata, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang....” Kecintaannya yang sangat terhadap uang itu telah merusak dan membinasakan dia. Yudas tidak lagi peduli siapakah Tuhan, diapun lupa akan segala kebaikan Tuhan. Yang ada di dalam hatinya adalah bagaimana secepatnya menjual Tuhan demi sejumlah uang.
Contoh lain di dalam Alkitab adalah Bileam. Bileam adalah seorang nabi yang tamak akan upah yang tidak halal. Ia tergiur oleh upah penenung, dan ingin mengutuk orang Israel. Karena tidak jadi mengutuk orang Israel, ia lalu mengajar Balak menaruh batu sandungan di hadapan orang Israel, yakni menyuruh mereka memakan sesaji berhala dan berzina. Karena menginginkan keuntungan uang, ia meninggalkan jalan yang benar dan tersesatlah dia (Bil. 22:7, 15-17; 2 Ptr. 2:15; Yud. 11).
Kita harus mengakui, hari ini, semua orang mencintai uang. Dalam perasaan orang, uang benar-benar lebih menyenangkan daripada apa saja. Orang sering memakai istilah “nyawa yang kedua”. Kita berkata, nama adalah nyawa yang kedua, keluarga adalah nyawa yang kedua. Tetapi sesungguhnya, uang adalah nyawa yang kedua. Nyawa yang pertama adalah diri sendiri, nyawa yang kedua adalah uang. Manusia mencintai diri sendiri, juga mencintai uang. Saudara saudari kekasih, jangan biarkan uang merebut hati kita. Jangan sekali-kali menukar Tuhan kita dan kehendak-Nya demi sejumlah keuntungan materi. Perbuatan yang demikian sungguh jahat dan memalukan.

14 March 2009

Lukas Volume 7 - Minggu 1 Minggu

Aktivitas Allah, Iblis, dan Para Penentang-Nya
Lukas 22:1-2
Hari Raya Roti Tidak Beragi,yang disebut Paskah, sudah dekat. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan, bagaimana mereka dapat membunuh Yesus, sebab mereka takut kepada orang banyak.

Ayat Bacaan: Luk. 22:1-4

Sewaktu Tuhan mempersiapkan diri-Nya dan murid-murid-Nya bagi kematian-Nya, para penentang — para pemimpin di dalam masyarakat orang Yahudi — sibuk mencari kesempatan untuk menangkap dan membunuh-Nya. Kedaulatan Tuhan ada di sini, karena ini adalah tahun saat Mesias akan disingkirkan, yaitu tahun saat Penyelamat yang telah ditetapkan sebelumnya harus mati. Lagi pula, bulan dan harinya telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Karena itu, penting sekali Penyelamat mati pada hari yang telah dinubuatkan dan dilambangkan dalam Perjanjian Lama.
Segala sesuatu yang diatur supaya Manusia-Penyelamat dapat diserahkan kepada kematian pada waktu dan tempat tertentu itu tidak mudah. Ini benar-benar memerlukan pelaksanaan kedaulatan Allah Tritunggal. Putra mempersiapkan diri-Nya untuk mati. Roh itu dan Bapa juga bekerja untuk mempersiapkan lingkungan supaya Putra dapat mati disalib tepat menurut apa yang telah dinubuatkan dan dilambangkan dalam Perjanjian Lama.
Dalam Lukas 22 kita nampak bahwa sewaktu Manusia-Penyelamat sedang mempersiapkan diri-Nya untuk mati, para penentang sibuk dengan siasat mereka, tipu muslihat mereka. Pada saat itu pula, musuh Allah, Iblis, juga sibuk. Kapan saja Allah sibuk, Iblis juga sibuk. Khususnya, Iblis secara aktif memakai Yudas Iskariot, salah seorang dari dua belas rasul yang ditunjuk oleh Manusia-Penyelamat. Iblis menghasut Yudas untuk mengkhianati Tuhan Yesus. Iblis menginjeksikan ke dalam Yudas pemikiran mencari kesempatan untuk menyerahkan Yesus ke dalam tangan orang-orang yang ingin membunuh Dia. Karena itu, dalam pasal ini kita nampak komplotan para penentang dan pekerjaan Iblis. Di satu pihak, “Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan, bagaimana mereka dapat membunuh Yesus, sebab mereka takut kepada orang banyak” (Luk. 22:2). Di pihak lain, “Lalu masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu. Yudas pun pergi kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka” (Luk. 22:3-4).

13 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 4 Sabtu

Sikap yang Diperlukan Menjelang Tibanya Hari Tuhan (2)
Lukas 21:36
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.

Ayat Bacaan: Luk. 21:36; 17:34-36; Mat. 24:21; Why. 14:1; 12:5-6, 14; 3:10

Kata “luput” dalam Lukas 21:36 mengacu kepada pengangkatan sebelum kesusahan besar tiba (Mat. 24:21), yang akan merupakan ujian yang berat atas seluruh bumi (Why. 3:10; Luk. 17:34-36). Diangkat secara demikian berarti dilindungi “dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang tinggal di bumi” (Why. 3:10). Selanjutnya, “semua yang akan terjadi itu” adalah hal-hal dari kesusahan besar. Tahan berdiri di hadapan Anak Manusia berhubungan dengan orang-orang yang berdiri dalam Wahyu 14:1. Ini menunjukkan bahwa para pemenang yang terangkat akan berdiri di hadapan Penyelamat di Bukit Sion di langit sebelum kesusahan besar (Why. 12:5-6, 14).
Dalam Lukas 21:36, Manusia-Penyelamat memerintahkan kita untuk berjaga-jaga. Agar tidak terbius dan teracuni, kita perlu berjaga-jaga. Lagi pula, kita perlu berdoa setiap waktu. Ini bukanlah berdoa secara umum; ini adalah berdoa dengan khusus agar kita beroleh kekuatan untuk luput dari hal-hal yang akan terjadi itu. Kita tidak boleh terperangkap dalam arus dunia hari ini. Sebaliknya kita harus melarikan diri dari arus ini. Kekuatan dan kemampuan untuk luput dari hal-hal yang akan terjadi itu berasal dari berjaga-jaga dan berdoa. Jika kita berdoa dengan khusus, kita akan beroleh kekuatan untuk luput dari semua hal yang akan terjadi itu.
Dalam Wahyu 3:10 Tuhan berjanji kepada gereja yang dipulihkan, yaitu gereja di Filadelfia, bahwa Dia akan menjauhkannya dari masa kesusahan. Tuhan bukan hanya akan menjauhkan mereka dari kesusahan, tetapi juga dari masa kesusahan, karena mereka telah menuruti firman ketekunan Tuhan. Janji dari Tuhan ini, seperti janji dalam Lukas 21:36, menunjukkan bahwa orang-orang kudus yang menuruti firman ketekunan Tuhan akan diangkat sebelum kesusahan besar. Sebaliknya, ini juga menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak menuruti firman ketekunan-Nya akan tertinggal di bumi untuk masuk ke dalam masa kesusahan itu! Apakah kita diangkat atau tidak sebelum kesusahan besar dan diambil untuk berjumpa dengan Kristus di takhta itu bukan tergantung pada-Nya. Ini tergantung pada kesiagaan dan doa kita.

12 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 4 Jumat

Sikap yang Diperlukan Menjelang Tibanya Hari Tuhan (1)
Lukas 21:34-35
Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.

Ayat Bacaan: Luk. 21:34-35; 17:27, 31

Setelah menceritakan hal-hal apa saja yang akan terjadi menjelang kedatangan-Nya, Tuhan lalu mengingatkan murid-murid-Nya tentang bahaya dari pesta pora, kemabukan dan kekhawatiran hidup sehari-hari (Luk. 21:34-35). Bahasa Yunani yang diterjemahkan “pesta pora” menunjukkan suatu keadaan yang pening akibat mabuk. Jadi “pesta pora dan kemabukan” di sini mengacu kepada pelampiasan dalam kenikmatan makan dan minum. Selain itu, Tuhan juga memperingatkan kita untuk berjaga-jaga, supaya kita tidak ditindas oleh kekhawatiran hidup masa kini.
Pakaian dan hal-hal biasa yang berkaitan dengan kelangsungan hidup di atas bumi seringkali membuat kita khawatir. Adam dan Hawa justru jatuh dalam hal-hal yang sederhana ini. Ada orang Kristen juga karena hal-hal yang sederhana ini, lalu mengabaikan panggilan surgawi Allah. Saudara saudari kekasih, jangan biarkan hati kita “terjerat” oleh hal-hal ini, sehingga kita menderita kerugian, kehilangan pahala kerajaan yang akan datang.
Sesungguhnya, jika kita ingin berada di dalam roh, kita harus terpisah dengan hal-hal yang ada di dalam rumah kita atau hal-hal yang ada di ladang kita (Luk. 17:31). Firman Tuhan di sini mirip dengan Lukas 17:27: “Mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.” Angkatan Nuh ditandai dengan kegemaran memuaskan nafsu ego. Pesta pora dan kemabukan dalam Lukas 21:34 mengacu kepada kegemaran memuaskan nafsu ego dalam kenikmatan yang berlebihan terhadap makan dan minum.
Orang-orang yang gemar memuaskan nafsu mereka dengan makan dan minum dan yang sarat dengan kekuatiran hidup akan terbius oleh kenikmatan dan kekhawatiran mereka. Tiba-tiba, dengan tidak disangka, “hari itu” akan datang kepada mereka seperti suatu jerat yang menangkap mereka. Jerat ini akan menimpa semua orang yang diam di seluruh muka bumi ini. Oleh sebab itu, jangan biarkan diri kita dirusak oleh arus dunia hari ini yang membiuskan. Sebaliknya, kita perlu lebih banyak berdoa, bertumbuh dalam hayat hingga mencapai kematangan, dan melayani Dia dengan setia.

11 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 4 Kamis

Tiga Setengah Tahun Masa Kesusahan Besar
Lukas 21:27-28
Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”

Ayat Bacaan: Luk. 21:20-27; Mat. 25:15; Why. 14:1-5; 3:10; Mat. 24:39-42

Lukas 21:20-27 merupakan nubuat tentang kesusahan besar dan kedatangan Tuhan. Nubuat ini akan digenapi pada tiga setengah tahun terakhir dari zaman ini, yaitu masa kesusahan besar (Mat. 24:21), paruh kedua dari minggu terakhir yang dinubuatkan dalam Daniel 9:27. Jangka waktu itu akan dimulai dengan pendirian patung Antikristus (berhala) di Bait Allah (Mat. 24:15) dan akan berakhir dengan kedatangan Kristus secara terbuka dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya (Luk. 21:27).
Lukas 21:20 mengatakan, “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat.” Ini bukan mengacu kepada tahun 70 M ketika pasukan Romawi, yang dipimpin oleh Titus, mengepung Yerusalem dan menghancurkannya. Ayat tersebut mengacu kepada sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Antikristus akan membawa pasukannya ke Yerusalem, dan kota itu akan dikepung oleh pasukannya. Tuhan mengatakan bahwa bila kita melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, kita akan tahu bahwa keruntuhannya sudah dekat.
Kemudian, orang-orang di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota Yerusalem harus mengungsi, dan mereka yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke kota (Luk. 21:21). Semua orang yang tetap tinggal di Yerusalem akan turut dalam penderitaannya. Lukas 21:25-27 memperlihatkan malapetaka-malapetaka yang supernatural di langit yang akan mengikuti kesusahan besar pada penutupan zaman ini.
Apakah kaitannya antara nubuat tentang kesusahan besar dengan kita, kaum beriman yang hidup jauh dari tanah Israel? Kita harus tahu bahwa sebelum terjadi kesusahan besar ada pengangkatan kaum beriman pemenang (Why. 14:1-5; 3:10; Mat. 24:39-42). Sebelum kesusahan besar terjadi, orang beriman yang hidup pada zaman ini, yang matang lebih dulu dan yang menang, akan diangkat ke Gunung Sion surgawi. Demikian pula, sisa orang beriman yang hidup pada zaman ini, yang menang, akan diangkat ke hadirat Kristus. Pengangkatan tersebut menghindarkan mereka dari siksaan hebat oleh antikristus dan nabi-nabi palsunya selama masa kesusahan besar.

10 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 4 Rabu

Bertahan untuk Memperoleh Hidup
Lukas 21:17-19
Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.

Ayat Bacaan: Luk. 21:18; Mat. 25:21, 23; 13:43

Dalam Lukas 21:18 Tuhan berkata, “Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang.” Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang setia tidak akan ada yang binasa. Karena itu, jiwa mereka pasti tidak akan binasa. Ayat selanjutnya berkata, “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.” Firman Tuhan di sini berarti kaum beriman yang setia dalam Kristus akan memelihara, menyelamatkan, mendapatkan jiwa mereka. Walaupun mereka mungkin dianiaya dan menderita dalam tubuh dan jiwanya, penderitaan itu akan menjadi keselamatan bagi jiwa mereka dalam zaman yang akan datang. Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan datang, jiwa mereka akan diselamatkan untuk menikmati Yobel yang akan datang, dan mereka akan berbagian dalam sukacita Tuhan.
Dalam Matius 25 Tuhan berkata kepada orang-orang yang setia, “Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (ay. 21, 23). Ini adalah undangan untuk berbagian dalam sukacita Tuhan. Masuk ke dalam sukacita Tuhan terutama merupakan kenikmatan dalam jiwa kita. Namun, orang-orang yang tidak setia akan kehilangan jiwa mereka selama zaman yang akan datang. Ini berarti mereka akan kehilangan kenikmatan terhadap sukacita Tuhan di dalam Kerajaan Seribu Tahun. Karena itu, firman Tuhan tentang memperoleh jiwa kita dengan bertahan berhubungan dengan kenikmatan terhadap Yobel pada zaman kerajaan yang akan datang.
Ketika Tuhan Yesus kembali, Anda sedang berada di mana? Jika kita bertahan sampai pada akhir, yaitu memelihara diri kita dalam roh sampai akhir, kita akan diselamatkan dan akan berada dalam manifestasi Kerajaan Surga, bagian surgawi masa seribu tahun. Mereka yang berada di sana akan memerintah bersama Kristus. Menurut Matius 13:43, mereka akan “bersinar bagaikan matahari dalam Kerajaan Bapa mereka”. Penyinaran itu merupakan pemerintahan, penguasa sebagai raja-raja. Kiranya pada saat Tuhan Yesus, Sang Raja, datang kembali, kita akan berada dalam manifestasi Kerajaan Surga, menyinari dunia, memerintah sebagai raja bersama-sama Kristus dan menikmati bagian surgawi masa seribu tahun.

09 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 4 Selasa

Nubuat Tentang Peperangan dan Penganiayaan
Lukas 21:9
Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.

Ayat Bacaan: Luk. 21:7-19; 1 Ptr. 4:14; Rm. 1:4

Dalam Lukas 21:7-11 Tuhan membicarakan mengenai malapetaka-malapetaka yang terjadi di antara kenaikan-Nya dengan kesusahan besar. Jika kita mempelajari sejarah, kita akan nampak bahwa sebelum kenaikan Tuhan, tidak begitu banyak peperangan. Tetapi sejak kenaikan-Nya, perang mulai bertambah. Peperangan terjadi susul menyusul.
Selanjutnya, dalam Lukas 21:12-19 Tuhan membicarakan tentang penganiayaan atas murid-murid dalam zaman gereja. Dalam zaman sekarang ini, yang adalah zaman gereja, orang-orang Kristen yang setia akan menderita penganiayaan. Lukas 21:12-15 berkata, “Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.”
Penganiayaan yang kita derita adalah penderitaan Kristus karena kita menerimanya dalam nama Kristus. Menurut 1 Petrus 4:14, kita berbahagia jika kita dianiaya karena nama Kristus. Jangan mengira bahwa dianiaya dalam nama Kristus adalah suatu kutukan. Ini adalah berkat. Akan tetapi, ini mungkin bisa menjadi suatu kutukan jika orang menghargai kita terlalu tinggi. Mengenai masalah ini, kita perlu mengubah konsepsi kita.
Alkitab mengatakan bahwa jika kita dihina dalam nama Kristus, Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada pada kita (1 Ptr. 4:14). Dalam bahasa Yunani secara harfiah dikatakan, “Roh kemuliaan dan Roh Allah memiliki perhentian di atas kamu.” Roh kemuliaan adalah Roh Allah. Roh kemuliaan adalah Dia yang melalui-Nya Kristus dimuliakan dalam kebangkitan-Nya (Rm. 1:4). Semakin kita menderita, semakin dianiaya, semakin ada kemuliaan di atas kita. Ini benar-benar berkat. Sebab itu, kita harus bergembira ketika kita dianiaya dalam nama Kristus, karena Roh kemuliaan memiliki perhentian di atas kita.

08 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 4 Senin

Nubuat Tentang Diruntuhkannya Bait Allah
Lukas 21:6
“Apa yang kamu lihat di situ—akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Ayat Bacaan: Luk. 21:5-36; Hos. 3:4; 6:1-2

Dalam Lukas 21:5-36 Tuhan memberikan satu nubuat kepada murid-murid-Nya yang di dalamnya Dia menyingkapkan kepada mereka hal-hal yang akan terjadi dari keterangkatan-Nya sampai kedatangan-Nya kembali. Nubuat pertama yang Tuhan katakan adalah tentang akan diruntuhkannya Bait Allah (Luk. 21:5-6).
Dalam kunjungan-Nya yang terakhir ke Yerusalem, Tuhan bernubuat kepada murid-murid-Nya bahwa Yerusalem akan dihancurkan dan Bait Allah akan diruntuhkan, sehingga tidak ada batu yang terletak di atas batu lainnya. Nubuat ini tergenap kurang dari 40 tahun setelah kematian Tuhan. Menurut sejarah, penghancuran itu sangat mengerikan. Karena murid-murid mengagumi Bait Suci itu, maka Tuhan memberi tahu mereka bahwa apa yang mereka lihat itu akan dihancurkan, bahkan akan diruntuhkan, dihancurkan sampai rata dengan tanah. Titus dengan pasukan Romawinya menghancurkan Yerusalem pada tahun 70, menggenapi nubuat Tuhan dalam Lukas 21. Penghancuran itu adalah peristiwa yang tidak terduga dalam sejarah.
Setelah penghancuran yang dilakukan Titus itu, orang-orang Yahudi terserak ke seluruh bumi. Sejak saat itu, Hosea memberitahu kita, bahwa orang-orang Yahudi dalam keadaan “tidak ada raja, tiada pemimpin, tiada korban, tiada tugu berhala dan tiada efod dan terafim” (Hos. 3:4). Di tengah-tengah orang Yahudi selama hampir dua puluh abad, tidak ada raja, tidak ada pemimpin, tidak ada nabi, tidak ada imam, dan tidak ada korban, karena tidak ada bait suci dan tidak ada mezbah untuk menerima korban persembahan itu. Hosea menubuatkan, bahwa masa kegersangan ini akan berlangsung selama dua hari, atau dua ribu tahun (Hos. 6:1-2).
Menurut sejarah, masa dua ribu tahun itu tentu dimulai dari penghancuran Yerusalem yang dilakukan oleh Titus pada tahun 70 M. Sejak itu, orang-orang Yahudi mengadakan cara baru menyembah Allah melalui sinagoge, tetapi Tuhan menyebut sinagoge itu sebagai sinagoge (jemaah) lblis. Semua penggenapan nubuat ini seharusnya membuat kita semakin berjaga-jaga dan bersiap sedia dalam menantikan kedatangan Tuhan kali kedua.

07 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 4 Minggu

Memuji Seorang Janda Miskin
Lukas 21:3-4
Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”

Ayat Bacaan: Luk. 21:1-4

Dalam Lukas 21:1-4, terdapat catatan bagaimana Manusia-Penyelamat memuji seorang janda yang miskin. Dia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan, dan “Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua uang tembaga ke dalam peti itu” (ay. 2). Bahasa Yunani yang diterjemahkan “miskin” sebenarnya adalah “melarat”. Istilah yang lebih keras daripada “miskin” dan menunjukkan satu keadaan yang tidak memiliki uang.
Dalam Lukas 21:3-4 Tuhan berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya.” Manusia-Penyelamat adalah Allah yang hidup dalam keinsanian. Dia menaruh perhatian untuk melihat bagaimana umat Allah mengekspresikan kesetiaan mereka dalam memberikan persembahan kepada-Nya. Dengan cara ini Dia memuji kesetiaan janda itu kepada Allah. Pengamatan Manusia-Penyelamat jauh lebih dalam daripada pengamatan manusia.
Dalam peringatannya tentang ahli-ahli Taurat dan pujian terhadap janda yang miskin, Lukas sekali lagi memperlihatkan standar moralitas yang tertinggi kepada kita. Moralitas ahli-ahli Taurat itu sangat rendah, tetapi moralitas janda miskin itu sangat tinggi. Orang-orang yang menguji Tuhan memiliki standar moralitas yang rendah. Tetapi sebagai Dia yang berperilaku dalam standar moralitas yang tertinggi, Manusia-Penyelamat memuji janda yang miskin itu, karena ia juga hidup menurut standar moralitas yang tinggi.
Mereka yang memberi persembahan dari kelimpahannya, tidak menjamah hati Tuhan. Namun, Tuhan terjamah oleh janda miskin yang memasukkan dua keping uang tembaga. Dia mengaguminya karena memberikan dengan cara yang sedemikian ini. Tidak ada yang membuktikan realitas batini kaum beriman lebih daripada perkara uang. Uang dan harta milik Anda akan menguji apakah Anda memiliki realitas batiniah dan moralitas terhadap Allah atau tidak. Seseorang mungkin sangat miskin, tetapi penuh dengan realitas batiniah.

06 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 3 Sabtu

Membungkam Semua Penguji
Lukas 20:41-43
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Bagaimana orang dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah Anak Daud? Sebab Daud sendiri berkata dalam kitab Mazmur: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.”

Ayat Bacaan: Luk. 20:39-44

Dalam Lukas 20:1-38, Manusia-Penyelamat diuji oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua (Luk. 20:1-19), oleh orang- orang Farisi dan para pendukung Herodes (Luk. 20:20-26), dan oleh orang-orang Saduki (Luk. 20:7-38). Namun dalam Lukas 20:39-44, Tuhan membungkam semua penguji. Ahli-ahli Taurat menjawab dan berkata, “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali” Merekapun tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus (Luk. 20:39-40).
Dalam Lukas 20:41-44 Tuhan selanjutnya mengajukan satu pertanyaan kepada para penguji-Nya, yaitu pertanyaan mengenai Kristus. Ini adalah pertanyaan di atas segala pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para penguji-Nya berhubungan dengan agama, politik, dan kepercayaan. Namun pertanyaan Tuhan adalah mengenai Kristus, yang adalah sentral dari segala sesuatu. Mereka tahu agama dan politik tapi tidak tentang Kristus.
Sebagai Allah dalam keilahian-Nya, Kristus adalah Tuhan atas Daud. Sebagai manusia dalam keinsanian-Nya, Dia adalah Anak Daud. Para penguji-Nya hanya memiliki sebagian pengetahuan alkitabiah mengenai Persona Kristus, bahwa Dia adalah Anak Daud menurut keinsanian-Nya. Mereka tidak memiliki satu bagian lainnya, mengenai keilahian Kristus sebagai Putra Allah. Maksud Tuhan dalam Lukas 20:41-44 adalah untuk membantu para penguji-Nya nampak bahwa Dia yang sedang ditanya oleh mereka sebenarnya adalah Tuhan.
Kita perlu mengenal bahwa Dia yang sedang diuji di sini adalah manusia-Allah. Memang, dalam situasi itu Manusia-Penyelamat adalah manusia, tetapi Dia juga adalah Allah. Ini berarti bahwa sebagai Allah, Dia dikepung oleh para penentang yang menguji-Nya. Betapa buta, bodoh, dan bebalnya mereka! Mereka tidak sadar bahwa Dia yang sedang mereka uji adalah Allah itu sendiri. Jika kita memiliki pemahaman ini, kita akan nampak betapa sabarnya Manusia-Allah ini ketika Dia diuji oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, tua-tua Yahudi, orang-orang Farisi, para pendukung Herodes, dan orang-orang Saduki. Meskipun Dia itu jujur, terus terang, dan bijaksana, tetapi Dia tidak marah terhadap mereka. Dia adalah Allah, tetapi Dia rela diuji oleh ciptaan-Nya.

05 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 3 Jumat

Menang Atas Ujian Kedua dan Ujian Ketiga
Lukas 20:25
Lalu kata Yesus kepada mereka: “Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!”

Ayat Bacaan: Luk.20:20-36

Ujian berikutnya yang Tuhan hadapi adalah pertanyaan tentang boleh tidaknya membayar pajak kepada Kaisar dan tentang kebangkitan. Berkenaan dengan masalah boleh tidaknya membayar pajak kepada Kaisar yang diajukan oleh orang-orang Farisi dan Herodian, Tuhan menjawab, “Tunjukkanlah kepada-Ku suatu dinar; gambar dan tulisan siapakah ada padanya?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!”(Luk. 20:24-25)
Memberikan kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar adalah membayar upeti kepada Kaisar menurut peraturan pemerintahannya. Memberikan kepada Allah apa yang wajib diberikan kepada Allah adalah membayar setengah syikal kepada Allah menurut Keluaran 30:11-16 dan mempersembahkan semua perpuluhan kepada Allah menurut hukum Allah. Dalam Lukas 20:20-26 kita nampak dua standar moralitas yang sama sekali berbeda. Orang-orang Farisi dan para pendukung Herodes itu hina, tidak jujur, dan licik. Tetapi Manusia-Penyelamat ini tulus, terus terang, jujur, dan bijaksana.
Tuhan menjawab pertanyaan orang-orang Saduki tentang kebangkitan, “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati,...Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan” (Luk. 20:34-36). Orang-orang Saduki itu tidak pernah membayangkan bahwa akan ada satu zaman, yaitu zaman kebangkitan.
Dalam jawaban Tuhan kepada orang-orang Saduki kita nampak hikmat-Nya bukan hanya dalam menjawab pertanyaan licik mereka, tetapi juga dalam memahami kedalaman dari firman Allah. Untuk memahami kedalaman gelar ilahi ini diperlukan hikmat. Manusia-Penyelamat ini pasti sangat mengenal firman Allah. Tidak seperti orang-orang Saduki, yang sangat dangkal, Tuhan memiliki hikmat untuk menembus ke dalam lubuk dari firman kudus.

04 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 3 Kamis

Menang Atas Ujian Pertama
Lukas 20:2
Dan mereka berkata kepada Yesus: “Katakanlah kepada kami dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu, dan siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Mu!”

Ayat Bacaan: Luk. 20:1-8

Dalam Lukas 20:1 kita nampak bahwa sewaktu Tuhan sedang mengajar di Bait Allah dan memberitakan kabar baik, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua datang kepada-Nya. Imam-imam adalah mereka yang melayani di Bait Allah, ahli-ahli Taurat adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hukum Taurat Musa, dan tua-tua adalah para pelaksana pemerintahan di antara orang-orang Yahudi. Ketiga kelompok orang ini adalah pemimpin-pemimpin yang luar biasa dalam kumpulan orang-orang Yahudi. Mereka siap untuk melakukan satu pengujian yang menyeluruh terhadap Tuhan sebagai Domba Paskah.
Imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua berkata kepada Tuhan, “Katakanlah kepada kami dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu, atau siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Mu!” (Luk. 20:2). Mereka mengira bahwa mereka dapat menjerat Tuhan dengan menanyakan kepada-Nya sumber otoritas-Nya. Sebagai Orang yang telah diuji, manusia-Allah ini jujur, tulus, bijaksana, dan agung. Tetapi orang-orang yang bertanya kepada-Nya itu hina, licik, dan tidak jujur. Mereka bukan datang dengan sikap yang tepat atau dengan roh yang tepat.
Dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua, Manusia-Penyelamat ini sangat bijaksana. Tuhan berkata kepada mereka, “Aku juga akan mengajukan suatu pertanyaan kepada kamu. Katakanlah kepada-Ku: Baptisan Yohanes itu, dari surga atau dari manusia?” (Luk. 20:3-4). Pertanyaan ini membawa mereka ke dalam satu dilema. Akhirnya, karena tidak memiliki hikmat, mereka tidak dapat berbuat apa-apa selain berdusta dengan berkata bahwa mereka tidak tahu dari mana baptisan itu. Karena tahu mereka berdusta, maka Tuhan berkata kepada mereka, “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu” (Luk. 20:8). Dalam kejadian ini kita nampak betapa hina dan liciknya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua itu; sebaliknya kita pun nampak betapa murni, bijaksana, dan agungnya Manusia-Penyelamat ini. Sungguh satu perbedaan yang luar biasa!

03 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 3 Rabu

Menggenapkan Nubuat Berkenaan dengan Kematian-Nya
Lukas 19:47
Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia.

Ayat Bacaan: Luk. 19:47-48; Yoh. 1:29; Kis. 4:11; Mrk. 14:1

Setelah Tuhan masuk ke Yerusalem dan mengunjungi Bait itu, Dia keluar dari kota itu dan beristirahat di Betania. Kemudian tiap-tiap hari Dia mengajar di dalam Bait Allah, juga memberitakan kabar baik (Injil) bagi orang-orang yang memerlukan. Namun, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia (Luk. 19:47-48).
Tuhan Yesus mengetahui dengan sangat jelas bahwa menurut nubuat, Dia harus dibunuh pada hari raya Paskah sebagai Anak Domba Allah. Nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama telah menetapkan waktu dan tempat di mana Dia akan mati. Sebagai Anak Domba Allah (Yoh. 1:29), Dia harus dipersembahkan kepada Allah di Gunung Moria, tempat Abraham mempersembahkan Ishak dan menikmati penyediaan Allah yaitu seekor domba jantan sebagai pengganti anaknya (Kej. 22:2, 9-14) dan tempat di mana bait itu dibangun adalah di Yerusalem (2 Taw. 3:1).
Di Yerusalem-lah Tuhan dihakimi oleh pemimpin Yahudi (Kis. 4:11) dan disalibkan menurut penghukuman cara Romawi (Yoh. 18:31-32; 19:6, 14-15) untuk menggenapkan lambang mengenai cara Dia akan mati (Bil. 21:8-9; Yoh. 3:14). Selain itu, pada tahun itulah Mesias (Kristus) akan disingkirkan (dibunuh) menurut nubuat Daniel (Dan. 9:24-26). Lagi pula, sebagai Domba Paskah (1 Kor. 5:7) Dia harus dibunuh pada bulan Paskah (Kel. 12:1-11). Maka, Dia harus pergi ke Yerusalem sebelum Paskah (Yoh. 12:1; Mrk. 14:1) supaya Dia dapat mati di sana pada hari raya Paskah (Yoh. 18:28) pada tempat dan waktu yang telah ditentukan Allah sebelumnya.
Selanjutnya, menurut nubuat mengenai domba Paskah, Dia perlu diuji selama empat hari. Karena itu, Dia perlu berada di Yerusalem sedikitnya empat hari sebelum ketersaliban-Nya agar dapat diuji oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, tua-tua Yahudi, orang-orang Farisi dan Herodian, serta orang-orang Saduki. Satu-satunya tujuan kedatangan Tuhan ke Yerusalem adalah untuk menggenapkan seluruh nubuat ini. Betapa ajaibnya!

02 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 3 Selasa

Membersihkan Bait Suci dan Mengajar di Dalamnya
Lukas 19:45-46
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

Ayat Bacaan: Luk. 19:45-47; Yoh. 12:24; 1 Kor. 10:17; Ef. 1:22-23; 2:21; 1 Kor. 3:16

Setibanya Tuhan di kota Yerusalem, hal pertama yang dilakukan-Nya adalah masuk ke dalam Bait Allah dan membersihkannya (Luk. 19:45-46). Tahukah Anda apa yang ada di dalam Bait Allah saat itu? Bait itu penuh dengan Mamon dan hal-hal materi, penuh dengan perihal jual beli. Inilah sebabnya Tuhan membersihkan Bait itu. Pada perjalanan-Nya dari Galilea ke Yerusalem, Tuhan menekankan perlunya menanggulangi Mamon dan harta kekayaan. Karena apa yang dituntut-Nya terhadap murid-murid-Nya untuk meninggalkan segalanya itu sangat penting, maka Dia masuk ke Bait itu untuk membersihkannya. Setelah itu, barulah Dia mengajar di sana (Luk. 19:47).
Tuhan membersihkan Bait Allah itu menunjukkan bahwa Dia mempersembahkan diri-Nya sendiri di atas salib kepada Allah adalah untuk menghasilkan sebuah Bait yang dibersihkan. Ini berarti kematian-Nya memiliki khasiat menghasilkan gereja yang adalah sebuah Bait yang dibersihkan, dimurnikan. Perjanjian Baru mewahyukan bahwa Tuhan Yesus mati untuk menghasilkan banyak butir yang akan dibentuk menjadi satu roti, yang adalah Tubuh-Nya (Yoh. 12:24; 1 Kor. 10:17). Tubuh ini adalah gereja (Ef. 1:22-23), dan gereja adalah Bait Allah (Ef. 2:21; 1 Kor. 3:16). Bait ini, yang berlawanan dengan sarang penyamun, adalah satu rumah yang dimurnikan dan dibersihkan bagi tempat kediaman Allah.
Ketika Tuhan Yesus berumur dua belas tahun, Dia ditemukan di Bait Allah (Luk. 2:46), dan ketika Dia keluar untuk melayani pada umur tiga puluh tahun, Dia membersihkan Bait itu (Yoh. 2:14-16). Ini menunjukkan bahwa Dia sangat memperhatikan tempat kediaman Allah yang tersusun dari umat pilihan-Nya menurut rencana kekal-Nya. Secara pengalaman, sebagai Bait Allah yang rohani, kita memang masih perlu dimurnikan dari banyak hal, perkara, dan benda, yang masih menduduki kita sedemikian rupa sehingga kita tidak dapat berfungsi sebagai rumah doa. Memang Allah telah berhuni di dalam kita, namun seberapa besarkah “ruang gerak” yang kita berikan kepada-Nya di dalam kita? Jika kita mau menjadi suatu tempat kediaman yang bersih dan murni bagi Allah, maka kita harus membiarkan Dia menanggulangi tiap bagian jiwa kita.

01 March 2009

Lukas Volume 6 - Minggu 3 Senin

Memasuki Yerusalem sebagai Raja dan Meratapinya
Lukas 19:41-42
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.”

Ayat Bacaan: Luk. 19:29-38, 41-42; 2:10-14; 4:18-22; Kis. 1:6

Tuhan Yesus tidak ditangkap oleh orang-orang Farisi di Galilea dan dibawa oleh mereka ke Yerusalem untuk dibunuh. Sebaliknya, Dia pergi ke Yerusalem atas inisiatif-Nya sendiri. Lagi pula, Dia tidak sembunyi-sembunyi masuk ke Yerusalem seperti seorang pencuri, melainkan masuk ke dalam kota itu secara terbuka. Ketika Dia hampir dekat ke Yerusalem, Dia telah mempersiapkan diri-Nya untuk masuk ke kota itu sebagai Raja yang rendah hati. Dia tidak naik kuda, melainkan naik seekor keledai muda yang sebelumnya secara berdaulat telah dipersiapkan bagi-Nya (Luk. 19:29-38).
Sesungguhnya, bagaimana keledai muda itu dipersiapkan, adalah satu hal yang besar. Hanya Pencipta alam semesta yang dapat melakukan hal yang demikian. Tidak diragukan lagi, Tuhan Yesus adalah Raja yang sesungguhnya. Dia mengucapkan perkataan yang singkat kepada murid-murid-Nya mengenai keledai itu. Ketika mereka memegang perkataan-Nya dan bertindak berdasarkan perkataan-Nya, segala sesuatu terjadi sama seperti yang dikatakan-Nya.
Sewaktu Tuhan Yesus hampir dekat ke Yerusalem, Dia tidak bersukacita. Sebaliknya, Dia meratapi kota itu. Di antara semua orang dalam kumpulan orang banyak itu, Dia mungkin satu-satunya orang yang meratap. Murid-murid itu mungkin berkata seorang kepada yang lain, “Sungguh suatu perayaan yang besar! Raja kita akan segera mengambil alih negeri ini. Kita para pengikut-Nya, akan berbagian dalam pemerintahan-Nya.” Mungkin inilah pemikiran para pengikut Tuhan itu, tetapi sesungguhnya ini bukanlah pemikiran-Nya. “Dan Ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya” (Luk. 19:41).
Dalam Lukas 19:42 kita nampak apa yang dikatakan Tuhan sewaktu Dia meratapi kota itu: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!” Kata “damai sejahtera” dalam ayat ini akan terjadi pada pemulihan Israel (Kis. 1:6) setelah Kristus kembali. Tuhan menyesali sikap umat Israel yang mengabaikan kedatangan-Nya kali pertama untuk melawat mereka dalam kasih karunia pada tahun perkenan Tuhan (Luk. 2:10-14; 4:18-22). Penolakan itu kemudian berakibat dihancurkannya kota Yerusalem oleh pasukan Romawi pada tahun 70 M.