Hitstat

16 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 4 Sabtu

Pesan Terakhir Yakub kepada Anak-anaknya
Kejadian 49:29
“Kemudian berpesanlah Yakub kepada mereka: ‘Apabila aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku dalam gua yang di ladang Efron, orang Het itu.”

Setelah Yakub memberkati keduabelas suku Israel dan menyampaikan nubuat kepada mereka masing-masing, berpesanlah ia kepada mereka: “Apabila aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku dalam gua yang di ladang Efron, orang Het itu, dalam gua yang di ladang Makhpela di sebelah timur Mamre di tanah Kanaan, ladang yang telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik. Di situlah dikuburkan Abraham beserta Sara, isterinya; di situlah dikuburkan Ishak beserta Ribka, isterinya, dan di situlah juga kukuburkan Lea; ladang dengan gua yang ada di sana telah dibeli dari orang Het” (Kej. 49:29-32).
Sebelumnya, Yakub telah berpesan kepada Yusuf agar ia tidak dikebumikan di Mesir tetapi di tanah Kanaan (Kej. 47:29-30). Walau ia telah mendapatkan banyak hal di Mesir, namun hatinya tertuju pada tanah yang dijanjikan Allah. Pesan Yakub menandakan bahwa ia yakin akan janji Allah. Yakub percaya bahwa tanah permai yang dijanjikan Allah, pada suatu hari akan menjadi warisan dan bagian keturunannya. Yakub meninggal sebagai seorang yang penuh iman, percaya akan janji Allah di dalam firman-Nya.
Sebagai kaum beriman dalam Kristus, kita perlu mohon penjagaan Tuhan agar dapat mengakhiri pertandingan kita dengan baik. Tatkala Paulus akan meninggal dunia, ia mengatakan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya.” (2 Tim. 4:7-8). Alangkah gemilangnya kematian semacam ini!

Wafat dalam Kematangan dan Dikuburkan dengan Kehormatan yang Besar
Kej. 49:33; 47:30; 1 Tes. 4:13-16; Ibr. 11:13; Kej. 50:7, 9, 24-26

Setelah Yakub selesai berpesan kepada anak-anaknya, ditariknyalah kakinya ke atas tempat berbaring dan meninggallah ia, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya (Kej. 49:33). Yakub hidup selama 147 tahun. Secara manusiawi, tak seorang pun ingin cepat-cepat meninggal, karena dalam anggapan kebanyakan orang, kematian itu menakutkan. Tetapi Yakub memandang kematiannya sebagai tidur (Kej. 47:30, T.L.). Walau tak seorang pun ingin cepat-cepat meninggal, namun setiap orang tentu menikmati tidur. Tidur itu nyaman, terutama saat kita penat dan lelah. Selama 147 tahun, Yakub telah memikul beban berat dan menempuh banyak perkara. Setelah menderita berbagai macam kesulitan, tibalah saatnya untuk beristirahat, tidur. Jadi, ia menganggap kematian sebagai tidur. Yakub memandang kematian sebagai tidur karena ia percaya akan adanya kebangkitan (1 Tes. 4:13-16). Yakub percaya bahwa pada suatu saat, ia akan dibangkitkan memasuki apa yang telah dijanjikan oleh Allah (Ibr. 11:13).
Dalam Kejadian 50:1-13, tercatat penguburan Yakub yang lebih megah daripada pemakaman kenegaraan. Ketika Yusuf pergi mengubur ayahnya, “Bersama-sama dengan dia berjalanlah semua pegawai Firaun, semua tua-tua dari istananya.....Baik kereta maupun orang-orang berkuda turut pergi ke sana bersama-sama dengan dia, sehingga iring-iringan itu sangat besar.” (Kej. 50:7, 9). Ini menandakan bahwa Yakub telah dikebumikan secara kenegaraan yang penuh kehormatan. Karena Yakub dipenuhi dengan pengharapan akan kebangkitan, maka ia berpesan kepada Yusuf agar penguburannya dilakukan sesuai dengan janji Allah. Hanya mereka yang tak beriman, yakni orang-orang yang tak percaya kepada Allah, yang mengabaikan perkara pemakaman mereka. Apabila kita yakin akan kebangkitan, hendaklah kita mengatur penguburan kita dengan baik, agar orang-orang nampak bahwa kita bukan orang yang tak berpengharapan. Kita sedang menunggu untuk dibangkitkan secara mulia untuk berjumpa dengan Tuhan.
Sebagaimana Yakub, setelah Yusuf mencapai umur 110 tahun, berpesanlah ia kepada saudara-saudaranya, “’Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub’. Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: ‘Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini’” (Kej. 50:24-25). Yusuf mati dalam iman, berharap dibangkitkan untuk mewarisi tanah permai dan berbagian dalam semua kenikmatan di dalamnya. Setelah berpesan demikian kepada saudara-saudaranya, “Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir” (Kej. 50:26).

Penerapan:
Kehidupan kita hari ini adalah persiapan bagi kehidupan kita yang akan datang. Bagaimana kita bisa memiliki keyakinan yang teguh atas kehidupan kita selanjutnya tergantung bagaimana persiapan kita hari ini. Mulia dan penuh dengan harapan dapat kita miliki asalkan kita dengan teguh memegang janji firman yang telah kita dengar hari ini.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terus ingatkan aku agar mulai hari ini memperhatikan perkara-perkara yang kekal dan yang rohani. Aku tidak mau disimpangkan oleh perkara-perkara lainnya. Aku mau bertumbuh dalam hayat, menjadi matang, dan menjadi pemenang-Mu.

15 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 4 Jumat

Benyamin Diam dengan Aman
Kejadian 49:27
“Benyamin adalah seperti serigala yang menerkam; pada waktu pagi ia memakan mangsanya dan pada waktu petang ia membagi-bagi rampasannya.”

Aspek lain dari berkat yang dimiliki oleh Benyamin adalah keamanan. Ulangan 33:12 mengungkapkan Benyamin akan diam bersama Tuhan dengan amannya. Karena ia tinggal di bersama Tuhan, ia aman. Demikian pula, asalkan kita diam berdampingan dengan Tuhan, niscayalah kita aman. Apabila kita membaca kitab Mazmur, kita akan menyadari bahwa hampir seluruh kitab Mazmur berkenaan dengan perkara tempat kediaman Allah. Banyak ayat yang menyangkut kota, bait suci, rumah, tempat kediaman atau tabernakel. Bila kita menyatukan semua ayat ini, kita akan nampak bahwa Mazmur berkaitan dengan kediaman Allah.
Musa berkata, “Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun temurun.” (Mzm. 90:1). Agar kita dapat menikmati Tuhan sebagai tempat kediaman kita, maka kita harus terlebih dulu menjadi tempat kediaman-Nya. Bila Allah tidak mempunyai tempat kediaman yang terbangun di atas bumi, kita pun takkan dapat menjadikan Dia sebagai kediaman kita. Kapankala Ia mempunyai kediaman di bumi, niscaya Ia menjadi kediaman kita dan kita menjadi kediaman-Nya. Inilah yang disebut saling tinggal seperti yang diwahyukan dalam Yohanes 14:15 dan 15:4. Selain itu, dalam Yohanes 14:23 Tuhan Yesus dengan jelas menuturkan, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Kita akan menjadi kediaman Allah dan Allah menjadi kediaman kita. Tidak ada tempat yang benar-benar aman di bumi ini – hanya di dalam diri Allah, di dalam rumah-Nya, kita memiliki keamanan yang sejati!

Kedambaan Hati Allah - Sebuah Kediaman
Yes. 66:2; Mat. 5:3

Kesimpulan dari segala aspek berkat yang diwarisi oleh umat Allah pada akhirnya bermuara kepada satu hal yaitu tempat kediaman. Semua berkat menjurus pada satu hal – tempat kediaman. Tujuan Allah mengaruniakan kita berkat yang berlimpah ialah agar kita menjadi kediaman-Nya. Mengapa Allah menyelamatkan kita? Ia menyelamatkan kita demi tempat kediaman-Nya. Mengapa Allah terus memberkati kita? Karena Ia ingin mendapatkan tempat kediaman-Nya. Mengapa Allah hari ini mau melakukan segala sesuatu bagi kita? Itu semua adalah bagi tempat kediaman-Nya. Semua berkat itu menjurus pada kediaman Allah. Inilah kehendak Allah yang indah, keinginan hati Allah. Allah mendambakan sebuah tempat kediaman. Dalam Yesaya 66:1 kita nampak bahwa langit adalah takhta Allah, dan bumi merupakan tumpuan kaki-Nya. Namun Allah belum juga beroleh sebuah tempat kediaman. Banyak orang Kristen yang ingin naik ke langit. Mereka amat menyukai langit. Tetapi Allah mendambakan sebuah tempat kediaman di bumi. Yesaya 66:2 mewahyukan bahwa tempat kediaman Allah bukanlah di langit, melainkan di dalam manusia. Allah sedang mencari menusia untuk menjadi tempat kediaman-Nya.
Orang yang bagaimanakah yang dapat menjadi tempat kediaman Allah? Yesaya 66:2 mengatakan, “Tetapi kepada orang inilah aku memandang. Kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku.” Ayat ini berhubungan dengan Matius 5:3 yang berbunyi, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya kerajaan surga.” Orang yang dapat menjadi perhentian Allah adalah mereka yang miskin di dalam roh dan bertobat. Kehendak Allah yang indah ialah ingin memperoleh orang semacam ini. Allah menghendaki kita miskin di dalam roh dan bertobat, serta dikosongkan bagi-Nya. Tetapi, apabila batin kita dipenuhi dengan benda-benda lain diluar Allah, kita takkan menjadi miskin di dalam roh. Jika demikian halnya, Allah takkan dapat tinggal bersama kita. Kebanyakkan anak-anak Allah hari ini batinnya telah penuh muatan, telah dipenuhi oleh barang-barang yang begitu banyak, termasuk pengetahuan dan doktrin-doktrin, sehingga dalam batin mereka sudah tidak ada lagi ruangan bagi Tuhan. Allah membutuhkan ruang di batin kita. Ia menghendaki agar batin kita dikosongkan bagi-Nya. Orang yang miskin di dalam roh ialah orang yang rohnya dikosongkan, tidak diduduki oleh yang lain, hanya tersedia bagi Tuhan. Sebagai orang yang miskin di dalam roh, kita dapat berkata, “Tuhan, mari masuk. Ya Tuhan, tinggallah di dalam setiap ruang dalam batinku. Aku terbuka sepenuhnya bagi-Mu.”

Penerapan:
Melalui keselamatan Allah, kita yang asalnya tanah liat diubah menjadi batu untuk pembangunan rumah Allah yang rohani. Visi ini seharusnya mengendalikan kita bahwa segala kecintaan kita terhadap Tuhan, penuntutan kebenaran, dan pelayanan kita adalah untuk membuat kita menjadi batu hidup yang tersusun dengan batu hidup yang lain bagi pembangunan rumah Allah – gereja.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terangilah aku agar aku dapat melihat betapa banyak hal dan perkara yang memenuhi hatiku sehingga Engkau hanya memiliki ruang gerak yang sempit di dalam hatiku. Tuhan, aku rela membuang semuanya itu agar Engkau mendapatkan tempat kediaman yang nyaman dalam hatiku.

14 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 4 Kamis

Berkat dan Nubuat tentang Benyamin
Kejadian 49:27
“Benyamin adalah seperti serigala yang menerkam; pada waktu pagi ia memakan mangsanya dan pada waktu petang ia membagi-bagi rampasannya.”

Kejadian 49:27 mengatakan, “Benyamin adalah seperti serigala yang mencabik-cabik (T.L.); pada waktu pagi ia memakan mangsanya, dan pada waktu petang ia membagi-bagi rampasannya.” Dalam bahasa Ibrani, kata “mencabik-cabik” ini berarti “mencabik-cabik hingga menjadi potongan-potongan atau penggalan-penggalan.” Benyamin, serigala yang mencabik-cabik, juga merupakan lambang Kristus. Pada waktu pagi ia akan memakan mangsanya, dan pada waktu malam ia akan membagi-bagikan rampasannya. Dalam Dua Korintus 10:5 Paulus mengatakan: “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.” Ketika Paulus menulis kata-kata ini, ia berupa serigala yang mencabik-cabik.
Perihal Benyamin, Ulangan 33:12 menuliskan “Kekasih Tuhan yang diam pada-Nya dengan tentram! Tuhan melindungi dia setiap waktu dan diam di antara bahunya.” Kata “pada-Nya” menunjukkan bahwa Benyamin akan diam bersebelahan dengan Tuhan. Karena ia diam bersebelahan dengan Tuhan, maka ia akan diam dengan tentram. Sudah barang sendirinya setiap orang yang berdiam berdampingan dengan Tuhan akan diam dengan tentram. Tuhan akan melindungi, menaungi Benyamin sepanjang hari, bahkan diam di antara bahunya. Tempat kediaman Allah merupakan pelindung yang melindungi Benyamin senantiasa, karena Tuhan akan melindungi umat-Nya dalam kekekalan dengan kemah-Nya (Why. 7:15). Hari ini, gereja sebagai tempat kediaman Tuhan, juga merupakan tempat perlindungan aman, yang melindungi umat Allah.

Benyamin Menjadi Tempat Kediaman Allah
Kej. 49:27; Ul. 33:12; Why. 7:15

Di antara keduabelas putera Yakub, yang sulung (Ruben) adalah orang berdosa, dan yang bungsu (Benyamin) menjadi tepat kediaman Allah. Dalam Kejadian pasal tiga kita semua adalah orang-orang berdosa, tetapi pada akhir Alkitab, dalam Wahyu 21 dan 22, kita semua menjadi Benyamin, tempat kediaman Allah yang kekal. Tanpa wahyu tentang Yusuf dan Benyamin, kita tidak memiliki kesimpulan yang memadai mengenai sejarah kaum umat Allah. Di atas diri Yusuf, kita nampak Kristus menerima berkat universal yang kaya, dan di atas diri Benyamin kita nampak bahwa Allah bersemayam di antara umat pilihan-Nya. Inilah Yerusalem Baru dan langit baru serta bumi baru. Langit baru dan bumi baru adalah lingkungan di mana setiap berkat dicurahkan ke dalam Kristus. Segala sesuatu yang ada dalam ruang lingkup yang baru ini akan menjadi bagian dari berkat yang dilimpahkan kepada Kristus, dan di dalam lingkungan ini terdapatlah tempat tertentu yaitu Yerusalem Baru, di mana Allah akan berdiam selama-lamanya di situ. Semuanya ini dilukiskan oleh kehidupan Yusuf dan Benyamin. Dalam kehidupan gereja yang normal, seharusnya tidak ada lagi Ruben maupun Simeon. Dalam kehidupan gereja, yang ada hanyalah Yusuf dan Benyamin, berkat Tuhan dan berhuninya Allah di antara kita. Sebagai penyusun gereja, kita adalah orang-orang yang diberkati, dan kita adalah istana Allah, kediaman Allah.
Kejadian 49:27 mengatakan bahwa Benyamin seperti serigala yang menerkam. Tetapi Ulangan 33:12 mengatakan bahwa Benyamin itu kekasih Tuhan. Tuhan mengasihi Benyamin, serigala yang menerkam, karena tempat kediaman Allah berada di wilayah Benyamin. Raja-raja memang berasal dari keluarga Yehuda, namun ibu kota Yerusalem terletak di wilayah Benyamin. Ibu kota itulah kedudukan kediaman Allah. Wilayah Benyamin berbentuk seperti dua bahu dan Yerusalem terletak di antara dua bahu itu. Tuhan bermukim di antara bahu Benyamin. Sudah barang tentu yang tinggal di antara dua bahu tubuh kita itulah kepala. Ini menunjukkan bahwa Penghuni dalam Ulangan 33:12 ialah Kepala. Allah yang berhuni di dalam bait itulah Kepala. Ini berarti bahwa dalam tempat kediaman Allah terdapat otoritas dan kuasa.
Ulangan 33:12 juga menegaskan bahwa Tuhan akan melindungi Benyamin sepanjang hari. Kediaman Allah, kemah Allah, merupakan naungan. Wahyu 7:15 mengatakan, “Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.” Bangunan Allah adalah sebuah tabernakel dan tabernakel merupakan sebuah naungan. Tabernakel ini adalah Kristus dan gereja. Hari ini, kita berada di bawah naungan Kristus dan naungan gereja, karena Kristus maupun gereja merupakan tempat kediaman Allah.

Penerapan:
Sejak kita percaya Tuhan, kita menjadi anggota dari keluarga Allah, tempat kediaman Allah, yang juga dalah Tubuh Kristus. Karena itu, kita tidak seharusnya menempuh kehidupan yang individual, tidak mau tahu akan anggota yang lain. Kalau demikian, kita pasti akan kehilangan kekayaan dan kelimpahan dari rumah Allah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkau hari ini telah membawa aku masuk dalam gereja sebagai tempat kediaman-Mu. Tuhan, mohon Engkau menjaga aku agar aku tidak terlepas dari kehidupan gereja hari ini, sebab aku tidak ingin kehilangan berkat dari tempat kediaman-Mu.

13 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 4 Rabu

Diberkati dengan Berkat Surgawi
Kejadian 49:25
“Oleh Allah ayahmu yang akan menolong engkau, dan oleh Allah Yang Mahakuasa, yang akan memberkati engkau dengan berkat dari langit di atas, dengan berkat samudera raya yang letaknya di bawah, dengan berkat buah dada dan kandungan.”

Bila kita merangkaikan berkat-berkat bagi Yusuf dalam Kejadian 49:25-26 dengan yang ada pada Ulangan 33:13-16, niscaya nampak bahwa berkat-berkat yang dilimpahkan kepada Yusuf terdiri dari berbagai aspek yang kaya. Pertama, Yusuf diberkati dengan hal-hal surgawi yang sangat berharga (Kej. 49:25; Ul. 33:13). Berkat-berkat itu meliputi hujan, salju, dan juga malaikat. Bagi kita malaikat merupakan suatu berkat. Mereka adalah pelayan kita, bahkan berkemah di sekeliling kita (Ibr. 1:13-14, Mzm. 34:7). Setiap kaum beriman paling sedikit mempunyai satu malaikat (Kis. 12:15; Mat. 18:10).
Berkat-berkat dalam Perjanjian Baru adalah berkat-berkat rohani. Efesus 1:3 mengatakan, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan berkat kepada kita segala berkat rohani di dalam surga” (T.L.). Berkat-berkat rohani tersebut bersifat surgawi. Hari ini, kita justru sedang menikmati berkat-berkat surgawi ini. Efesus pasal satu mewahyukan bahwa salah satu di antara berkat-berkat surgawi ini ialah pemilihan Allah. Selain itu masih ada penentuan Allah, pemeteraian, penebusan, pengampunan dosa, kelahiran kembali – semuanya bersifat surgawi.
Di aspek yang bumiah, hujan juga merupakan berkat Allah bagi kita. Banyak orang tidak senang akan hujan karena merepotkan. Namun kita semua tahu betapa menderitanya kita bila selama satu tahun tidak satu kalipun turun hujan. Tidak peduli kita suka atau tidak, Allah Bapa kita senang menurunkan hujan, karena itu berfaedah bagi kita. Hujan itu baik dan bisa dinikmati, karena hujan adalah salah satu berkat dari langit. Kita perlu menyadari bahwa sejak kita diselamatkan oleh Tuhan, hidup kita berada di bawah segala macam berkat surgawi Allah.

Diberkati dengan Embun, Mata Air, Buah Dada, dan Kandungan
Ul. 33:13; Rat. 3:22-23; Yoh. 4:14; 7:38

Yusuf diberkati pula dengan embun (Ul. 33:13). Embun merupakan berkat yang lebih halus daripada hujan atau salju. Alkitab memakai air embun untuk mengiaskan rahmat kasih setia Allah (Rat. 3:22-23). Ini menandakan bahwa dari langit akan ada sesuatu yang seringkali menimpa diri kita. Bukan sesuatu yang keras dan kasar, melainkan yang halus dan lembut, datangnya secara diam-diam, dan sedikit demi sedikit. Inilah embun. Mazmur 133 memberitahu kita bahwa berkat yang turun ke atas saudara-saudara yang diam bersama dengan rukun, seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Gunung Hermon yang terletak di sebelah utara gunung Sion, jauh lebih tinggi daripada gunung Sion. Tetapi melalui tiupan angin utara yang kencang, embun dari gunung Hermon bisa turun ke atas gunung Sion. Allah Bapa ada kalanya menurunkan hujan, dan ada kalanya salju, namun lebih sering lagi menurunkan embun (rahmat dan kasih setia Allah). Oleh karena itu, kita perlu datang kepada Tuhan di pagi hari. Kalau tidak, niscaya kita akan kehilangan embun surgawi. Begitu matahari terbit, embun pun menguap. Kalau kita ingin menikmati embun, kita harus bangun pagi-pagi. Begitu kita bangun pagi-pagi dan menghampiri Tuhan, embun ini akan membasahi kita sedikit demi sedikit, menyegarkan roh dan jiwa kita.
Kejadian 49 dan Ulangan 33 mengatakan bahwa Yusuf beroleh “berkat yang tersembunyi di bawah tanah.” Ini pasti ditujukan kepada mata air yang tersembunyi di dalam bawah tanah. Tuhan Yesus mengatakan, “Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata-air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal”(Yoh. 4:14). Kita memiliki suatu sumber hayat yang kudus, yang memancar dari dalam kita. Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa barangsiapa minum Dia, dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup (Yoh. 7:38). “Aliran-aliran air hidup” adalah banyak aliran dari berbagai aspek hayat (bd. Rm. 15:30; 1 Tes. 1:6; 2 Tes. 2:13; Gal. 5:22-23) dari satu-satunya sungai – sungai air hayat (Why. 22:1). Roh itu adalah aliran hayat yang mengaliri kita. Ketika minum sungai ilahi, kita menerima aliran, pancaran, dan sumber hayat. Aspek lain dari berkat yang diwarisi oleh Yusuf adalah berkat buah dada dan kandungan (Kej. 49:25). Berkat kandungan ialah untuk melahirkan, sedang berkat buah dada ialah untuk menyusui / merawat. Ini adalah berkat untuk menghasilkan hayat, menghasilkan perkembangbiakan. Ketika kita setiap hari menikmati pengaliran hayat Allah, aliran-aliran air hidup, maka kita akan memiliki kemampuan untuk melahirkan keturunan-keturunan rohani, bahkan membesarkan mereka dalam hayat ilahi melalui pengasuhan dan perawatan yang tepat.

Penerapan:
Hari ini persoalan yang mendasar adalah harus belajar tidak menghalangi berkat Allah. Bila di atas diri kita ada kecenderungan yang tidak bisa diberkati oleh Allah, harus segera kita singkirkan; bila ada temperamen yang tidak bisa diberkati oleh Allah, harus kita buang. Kita harus belajar menyingkirkan rintangan yang menghalangi berkat Allah.

Pokok Doa:
Ya Bapa, terima kasih atas berkat-Mu pada diriku. Tanpa berkat-Mu hidup ini akan selalu terasa kekurangan. Biarlah berkat-Mu semakin melimpah atas diriku, agar aku dapat menjadi saluran berkat bagi setiap orang di sekilingku.

12 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 4 Selasa

Cabang yang Menjulur Mengatasi Tembok
Kejadian 49:22
“Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda, pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok.”

Kejadian 49:22 menunjukkan bahwa cabang-cabang Yusuf telah melampaui tembok. Tembok melambangkan pembatasan. Sejak hari Pentakosta, tembok demi tembok didirikan untuk membatasi perkembangan Injil yang diberitakan oleh murid-murid Kristus, cabang-cabang-Nya. Bahkan pada suatu hari Petrus dijebloskan ke dalam penjara (Kis. 12:3-4). Tahun demi tahun, tembok-tembok didirikan oleh para penentang dan oleh musuh-musuh agar gereja tidak bisa berbuah lebat. Tetapi cabang-cabang itu (kaum beriman dalam Kristus) justru melangkahi tembok-tembok itu. Cabang-cabang ini menjulur mengatasi tembok (49:22), berarti kaum beriman akan meluaskan Kristus melampaui segala pembatas, serta menyatakan kebesaran-Nya dalam segala situasi (Flp. 1:20).
Yusuf, anak atau cabang dari pohon yang berbuah banyak ini mempunyai dahan-dahan yang naik mengatasi tembok. Menurut lukisan ini, berarti Yusuf telah bergerak menjulur keluar tembok. Ia tidak hanya dibatasi oleh tanah permai, tetapi ia melampaui tembok sampai menjulur ke Mesir, berkembang melampaui batas tanah permai dan menjalar ke daerah lain. Hari ini Kristus sebagai Yusuf di dalam kita, berkembang melampaui tembok yang membatasi-Nya. Kristus yang berhuni di dalam kita tidak akan dapat dibatasi oleh apapun. Banyak kesaksian yang menunjukkan bahwa Kristus yang di dalam kaum beriman dapat membuat mereka melampaui semua pembatasan, termasuk pembatasan dari keluarga, sekolah, bahkan melampaui pembatasan dari kaum penentang. Tidak peduli berapa tingginya tembok yang didirikan oleh musuh, Kristus di batin kita akan melampaui semua pembatasan itu.

Diserang Namun Dikokohkan oleh Yang Maha Kuat
Kej. 49:23-24; Rm. 8:36-37; 2 Tim. 2:1

Kejadian 49:23 mengatakan, “Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya, memanahnya dan menyerbunya.” Ini menunjukkan penderitaan Yusuf. Saudara-saudaranya laksana pemanah-pemanah yang menyerangnya dan memanahnya. Sewaktu mereka menggembalakan kawanan domba Ayah mereka, Yusuf diutus ayahnya pergi menengok mereka, dan mereka malah menangkap dan menjualnya. Kita tahu bahwa pada akhirnya Yusuf mengalahkan serangan pemanah-pemanah, saudara-saudaranya. Makna rohani atas hal ini ialah dalam segala penderitaan, kita lebih daripada menang (Rm. 8:36-37). Penderitaan tak dapat menindas kita; malahan kita yang menaklukkan penderitaan-penderitaan.
Walau saudara-saudaranya menyerang, tetapi mereka tidak dapat mengalahkan Yusuf. Kejadian 49:24 mengatakan “Namun panahnya tetap kokoh, dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Maha Kuat pelindung Yakub; (oleh sebab Gembala dan Batu Karang Israel, T.L.).” Saudara-saudara Yusuf tidak akan menang, karena panah Yusuf tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat oleh pertolongan Yang Maha Kuat pelindung Yakub. Sang Maha Kuat pelindung Yakub inilah gembala Yakub serta batu karangnya. Yakub mempunyai gembala yang memeliharanya, dan iapun memiliki batu karang yang di atasnya ia berdiri. Baik gembala maupun batu karang ini adalah Sang Maha Kuat Yakub. Melalui Sang Maha Kuat ayahnya, Yusuf menjadi kokoh.
Semakin Yusuf menderita dan diserang, semakinlah ia menjadi kuat dan kokoh. Penderitaannya juga telah membuatnya menjadi kuat. Kita perlu dilatih oleh penderitaan. Yusuf adalah orang yang telah mengalami gemblengan; ia dilatih melalui penderitaannya. Hal ini sama dengan kita hari ini. Semua tentangan dan fitnah akan membantu kita menjadi kuat. Sudah barang tentu Yusuf dikuatkan dan dijadikan tangkas oleh Yang Maha Kuat pelindung Yakub. Allah itulah sumber kekuatannya. Allah senantiasa menyertainya. Sewaktu ia digoda oleh istri Potifar, ia mengatakan “Mana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (Kej. 39:9). Ini menunjukkan bahwa Allah sedang menyertainya. Kekuatan Yusuf berasal dari Allah. Dalam kehidupan gereja, sebagai kesaksian-Nya, Tuhan telah memberi kita kuasa, kasih karunia, dan kekuatan untuk menahan semua tentangan dari musuh (2 Tim. 2:1). Kekuatan kita bukan berasal dari diri kita, melainkan dari Tuhan. Selama kita memiliki-Nya sebagai sumber kekuatan kita, tidak ada satu pun tentangan yang dapat menekan kita.

Penerapan:
Salah satu contoh dari tembok pembatas yang didirikan musuh adalah penderitaan. Penderitaan ini bisa timbul dari mana saja seperti dalam keluarga, di kantor, atau di lingkungan kita. Penderitaan-penderitaan ini seharusnya tidak membuat kita berhenti berbuah. Kita perlu melekat kepada Kristus sebagai pokok anggur.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur karena Engkau adalah gembala dan gunung batuku, yang membuat aku tidak kecewa dan goyah ketika melewati penderitaan. Tuhan, tetap pegang diriku agar aku dapat senantiasa menghadapi setiap permasalahanku bersama Engkau.

11 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 4 Senin

Berkat dan Nubuat tentang Yusuf
Kejadian 49:22
“Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda, pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok.”

Dalam Kejadian 49:22, Yakub berkata tentang Yusuf, “Yusuf adalah anak dari pohon yang berbuah lebat, anak dari pohon yang berbuah lebat yang di sisi mata air; dahan dahannya naik mengatasi tembok” (T.L.). Pertama-tama Yusuf adalah anak dari pohon yang berbuah banyak. Pohon berbuah banyak itu pastilah mengacu kepada Yakub. Fakta bahwa Yakub mempunyai 12 orang putra, menandakan bahwa ia sangat subur. Yakub itu putra Ishak, dan Ishak itu putra Abraham, bapa kaum terpanggil. Dalam Alkitab, Allah disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub (Kel. 3:6, Mat. 22:32). Sebagai seorang yang “subur”, Yakub melambangkan Allah yang kaya dengan kelimpahan, sedangkan Yusuf melambangkan Kristus, Putra Allah, sebagai “cabang” yang berasal dari Allah. Berdasarkan alasan inilah, Kristus dalam Perjanjian Lama disebut cabang (Yer. 23:5, Za. 6:12). Kristus sebagai putra Allah merupakan cabang yang berasal dari Allah yang limpah.
Selanjutnya, disebutkan bahwa Yusuf itu adalah anak dari pohon yang berbuah banyak yang di sisi mata air. Mata air itu tak lain Allah sendiri (Yer. 2:13). Baik pohon maupun mata air, keduanya adalah Allah; Yakub, sebagai pohon yang berbuah banyak, hidup berdasarkan Allah sebagai mata air. Yakub menyadari bahwa semua kelimpahannya berasal dari Allah sebagai mata air. Menurut Yohanes 15, seluruh kaum beriman dalam Kristus adalah ranting-ranting dari pokok anggur yang benar (Yoh. 15:5). Kalau kita mau berbuah banyak, kita perlu melekat dengan Kristus seraya menikmati suplai hayat ilahi yang mengalir dari mata air surgawi – Allah sendiri.

Anak Pohon yang Berbuah Lebat
Kej. 49:22; Gal. 5: 22-23; Mat. 12:43-45

Kejadian 49:22 mengatakan, “Yusuf adalah anak dari pohon yang berbuah lebat, anak pohon yang berbuah lebat di sisi mata air, maka ranting-rantingnya naik mengatasi tembok” (T.L.). Yusuf “berbuah” amat banyak (Gal. 5:22-23). Ia tidak ada waktu untuk berbantahan dengan saudara-saudaranya ataupun berkelahi dengan yang lain. Yusuf dipenuhi dengan buah-buah yang baik (buah-buah Roh) di dalam batinnya. Orang-orang yang diduduki perkara-perkara negatif biasanya disebabkan karena mereka tidak diduduki oleh perkara-perkara yang positif. Dalam Matius 12, terdapat suatu kasus di mana seorang yang kondisi batinnya kosong lalu dirasuki tujuh setan (Mat. 12:43-45). Orang tersebut keadaannya seperti sebuah apartemen yang bersih dan tanpa penghuni. Banyak orang yang memang “bersih”, namun batinnya dalam keadaan kosong dan tanpa penghuni. Sebab itulah mereka kemudian dijejali oleh perkara-perkara negatif. Kita perlu diisi perkara-perkara positif, barulah kita akan kehilangan kapasitas, waktu, dan energi untuk melakukan perkara-perkara semacam gosip atau pergunjingan. Yusuf bukanlah orang yang diduduki perkara-perkara negatif. Semenjak masa mudanya, ia telah dipenuhi dengan perkara-perkara yang positif. Yusuf telah diisi oleh kehendak ayahnya, pikiran ayahnya, kesukaan ayahnya dan amanat ayahnya, sehingga tak ada kesempatan bagi “tikus-tikus tanah” untuk memasukinya. Jalan terbaik untuk memelihara diri kita dari hal-hal yang negatif ialah dengan mengisi diri kita dengan hal-hal yang positif.
Kejadian 49:22 mengisahkan Yusuf sebagai anak dari pohon yang berbuah lebat. Perkataan “anak” di sini diartikan dahan atau cabang. Kebanyakan terjemahan menerjemahkan istilah Ibrani ini sebagai “dahan” yang berupa cabang yang besar. Ini berarti bahwa Yusuf adalah cabang dari pokok yang berbuah lebat. Dalam alam semesta hanya ada satu pohon yang berbuah lebat, yakni Kristus. Sebagai cabang dari Allah, Kristus merupakan pohon yang berbuah lebat. Zakharia 6:12 berkata, “Inilah orang yang bernama Tunas. Ia akan bertunas dari tempatnya dan ia akan mendirikan bait TUHAN.” Tunas (Cabang, T.L.) inilah Kristus. Kristus sebagai cabang Allah, telah menjulurkan Allah kepada manusia, yang akhirnya menjadi sebatang pohon. Sebagai anggota-anggota Kristus, janganlah terlalu memperhatikan kelemahan, kegagalan, ataupun keadaan sekeliling kita yang buruk. Semua orang yang mengasihi Tuhan pasti akan berbuah banyak. Janganlah kita memandang situasi dari sudut yang gelap, melainkan dari sudut yang mulia. Allah itu pemenang, dan gereja itu berbuah banyak. Sebagai cabang-cabang Kristus, kita akan menjalar ke luar. Petrus, Paulus dan semua pencinta-pencinta Kristus dari abad ke abad telah bercabang dan berbuah banyak.

Penerapan:
Orang yang mengasihi firman Tuhan akan seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Maz. 1:2-3). Kehidupan yang berbuah tidak lepas dari kehidupan yang mencintai dan merenungkan Firman Tuhan. Marilah kita belajar lebih mencintai dan merenungkan Firman Tuhan, agar buah-buah yang baik dihasilkan dalam kehidupan kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, kami mengakui bahwa kami kurang berbuah karena kami tidak mencintai Firman-Mu. Tuhan jadikanlah kami hari ini orang-orang yang mencintai Firman-Mu agar kami dapat menjadi orang yang berbuah.

09 March 2007

Naftali Kenyang dengan Kasih Karunia
Kejadian 49:21
“Naftali adalah seperti rusa betina yang terlepas; ia akan melahirkan anak-anak indah.”

Selain mengucapkan kata-kata yang indah, Naftali juga kenyang dengan kasih karunia. Dalam kitab Ulangan 33:23, Musa berkata kepada bani Naftali, “Naftali kenyang dengan perkenanan dan penuh dengan berkat Tuhan.” Perkenanan dalam Perjanjian Lama sama dengan kasih karunia dalam Perjanjian Baru. Jadi Naftali kenyang dengan kasih karunia. Tatkala kita mengutarakan kata-kata yang indah-indah tentang Kristus di dalam realitas kebangkitan, niscayalah kita juga akan dikenyangkan dengan kasih karunia. Sekali kita membuka mulut mengutarakan perkataan indah tentang Kristus demi menyuplai orang lain, diri kita sendiri akan dipenuhi dengan kasih karunia dan berkat. Berkat ini bukan sekedar berkat materi, melainkan berkat di dalam Roh itu, berkat di dalam hayat, berkat surgawi (1 Kor. 15:10; 2 Kor. 13:14).
Yohanes 1:14 memberitahu kita bahwa ketika Kristus berinkarnasi menjadi manusia, “Ia penuh dengan kasih karunia”. Yohanes 1:17 mengatakan bahwa kasih karunia datang oleh Yesus Kristus, datang bersama Kristus. Ini berarti ketika Kristus hadir, kasih karunia pun hadir. Karena itu, kasih karunia adalah Kristus, pewujudan Allah, sebagai kenikmatan kita. Kalau kita membandingkan 1 Korintus 15:10 dengan Galatia 2:20, kita nampak bahwa kasih karunia Allah adalah Kristus. Dalam 1 Korintus 15:10 Paulus berkata, “...tetapi bukannya aku, melainkan anugerah (kasih karunia) Allah yang menyertai aku”. Dalam Galatia 2:20, Paulus berkata pula, “bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”. Jadi, kasih karunia adalah Persona Kristus yang hidup. Kapan Kristus datang kepada kita sebagai Allah yang berwujud bagi kenikmatan kita, itulah kasih karunia.

Naftali Akhirnya Memiliki Seluruh Bumi
Ul. 33:23; Mzm. 22:28; Mat. 28:19; Kis. 1:8; Rm. 15:19; Why. 6:2

Ulangan 33:23 menuliskan pula tentang Naftali, “Milikilah tasik dan wilayah sebelah selatan”. Sebagai hasil dari menyampaikan kata-kata yang indah dalam kebangkitan, dipenuhi dengan perkenanan, serta memiliki kepenuhan kasih karunia dan berkat, Naftali akhirnya memiliki wilayah sebelah barat dan selatan dari Kanaan. Naftali memiliki wilayah sebelah barat berarti memiliki Laut Tengah, yang terletak di sebelah barat dari tanah Kanaan yang merupakan bagian Naftali, sedangkan “selatan” mengacu kepada daratan. Dalam makna rohaninya, laut (wilayah barat) mengacu kepada dunia orang kafir, sedangkan selatan (daratan) mengibaratkan dunia orang Yahudi. Dengan kata lain, Naftali memiliki seluruh bumi.
Kristus yang telah bangkit dan yang kita alami akan memiliki bumi. Pada akhir Mazmur 22, kita nampak bahwa Kristus yang telah bangkit akan memperoleh bangsa-bangsa. Mazmur 22:28 mengatakan, “Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik pada Tuhan;dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.” Semua bangsa akan tunduk kepada-Nya, patuh kepada-Nya, dan menyembah Dia. Naftali, seorang yang mengalami Kristus yang telah dibangkitkan, akan memiliki laut dan darat. Asal kita benar-benar mengalami Kristus di dalam kebangkitan, niscayalah kita menjadi orang-orang yang akan memiliki bumi melalui memberitakan Kristus kepada bangsa-bangsa (Mat. 28:19; Kis. 1:8; Rm. 15:19). Untuk memperoleh seluruh bumi, kita harus memiliki pengalaman atas berkat dan nubuatan yang Allah sampaikan melalui Yakub kepada Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, dan Asyer, hingga kita tiba pada Naftali. Semua pengalaman kita atas berbagai aspek Kristus akan menjadi kekayaan yang tersusun di dalam kita. Akhirnya, kekayaan itu akan menjadi isi pemberitaan Injil kita yang kaya kepada bangsa-bangsa.
Dalam Wahyu 6:2, perihal pemberitaan Injil menyiratkan sebuah peperangan yang telah dimenangkan. Di sana dikatakan, “Aku melihat: Sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah busur dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan” (T.L..). Busur dengan anak panah adalah untuk berperang. Tetapi di sini hanya ada busur tanpa anak panah. Ini menunjukkan bahwa anak panahnya sudah dilepaskan untuk menghancurkan musuh, dan kemenangan sudah didapat. Di atas salib, anak panah telah dilepaskan dan menembus jantung musuh dan kemenangan telah diraih. Dari zaman ke zaman, ke mana pun Injil diberitakan, Injil selalu menaklukkan dan mengalahkan segala macam tantangan dan serangan. Di mana saja Injil diberitakan, di sana ada kemenangan. Akhirnya seluruh bumi menjadi milik Kristus dan kerajaan-Nya.

Penerapan:
Sebagai umat kerajaan surga, kita perlu berlatih tunduk kepada Kristus yang meraja di batin kita. Kalau pada saat kita melakukan sesuatu, tetapi kita malah kehilangan perasaan damai sejahtera, itu berarti Kristus tidak berkenan. Satu-satunya hal yang harus kita kerjakan adalah berhenti, melakukannya. Inilah salah satu bentuk ketundukkan kita pada pemerintahan Kristus.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus,aku perlu kasih karunia-Mu setiap hari. Berilah kasih karunia yang baru hari ini, agar aku memiliki kekuatan untuk mengikuti Engkau dan menang atas semua hal yang negatif. Tuhan, bawalah aku mengalami relaitas kebangkitan-Mu.

08 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 3 Jumat

Berkat dan Nubuat tentang Naftali
Kejadian 49:21
“Naftali adalah seperti rusa betina yang terlepas; ia akan melahirkan anak-anak indah.”

Dalam Kejadian 49:21 Yakub bernubuat tentang Naftali, “Naftali adalah seperti rusa betina yang terlepas”. Naftali diumpamakan sebagai seekor rusa betina, bukan singa atau keledai. Menurut teks dalam bahasa Ibrani, judul dari Mazmur 22 membicarakan tentang rusa di kala fajar, yang menggambarkan Kristus yang telah bangkit sebagai seekor rusa betina yang terlepas. Artinya, kita bukan hanya memiliki Kristus yang menang sebagai singa, tetapi juga Kristus yang telah bangkit sebagai seekor rusa betina yang terlepas dan melompat lincah di puncak gunung. Tiada satu apapun yang dapat menghalangi Dia. Kristus adalah rusa yang telah bangkit. Karena Kristus hari ini ada di dalam kebangkitan, maka Ia dapat melompat di atas gunung-gunung yang tinggi.
Naftali adalah perlambangan dari Kristus yang bangkit – rusa di kala fajar dalam Mazmur 22. Mazmur 22 pertama-tama membicarakan Kristus wafat di atas kayu salib. Kemudian mulai dari permulaan ayat 23, diteruskan dengan kebangkitan-Nya. Mazmur 22:23 “Aku akan memasyurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah.” Ini menunjukkan bahwa di dalam kebangkitan-Nya, Kristus memasyurkan nama Bapa kepada saudara-saudara-Nya dan memuji-muji-Nya di tengah-tengah jemaah, yakni gereja. Jadi mazmur ini berakhir dengan munculnya kebangkitan Kristus laksana rusa di kala fajar. Kebangkitan jelas merupakan fajar, dan Kristus dalam kebangkitan-Nya itulah rusa di kala fajar. Dalam kehidupan gereja, kita harus memiliki pengalaman akan Kristus yang bangkit, Kristus yang menang atas maut. Kalau setiap kita dipenuhi dengan realitas kebangkitan, maka semua hal negatif di dalam kita akan tersingkir.

Mengucapkan Perkataan yang Indah
Kej. 49:21; Mat. 16-20; Kis. 32-36

Kejadian 49:21 juga mengatakan bahwa, “Ia akan melahirkan perkataan-perkataan yang indah-indah” (Ibrani). Rusa betina yang telah bangkit dalam Kejadian 49 adalah Kristus yang bangkit dalam Matius 28. Matius 28 pertama-tama mengungkapkan bahwa Kristus telah bangkit dan kemudian memberitahu kita bahwa ketika murid-murid-Nya sedang berkumpul bersama-sama dengan Dia, Ia berkata kepada mereka, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ..... ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat. 28:19-20). Inilah menuturkan kata-kata yang indah. Di dalam kebangkitan, kita mampu mengutarakan kata-kata yang indah – memberitakan Injil Kristus, menjadikan mereka murid-murid Tuhan, dan mengajarkan firman Tuhan kepada segala bangsa. Untuk dapat mengutarakan sesuatu yang indah tentang Kristus, kita harus berada di dalam realitas kebangkitan.
Ketika kita mengalami Kristus yang bangkit, niscaya kita akan diisi dan dipenuhi hingga meluap-luap dengan kata-kata yang indah. Bukan lagi gosip atau gunjingan yang keluar dari mulut kita, melainkan air hidup yang keluar melalui perkataan yang kita ucapkan. Ini berarti semua perkataan kita akan menjadi sungai yang mengalirkan Kristus kepada orang lain. Kata-kata yang limpah, kata-kata yang menyenangkan, kata-kata yang indah, kata-kata yang hidup dan menyedapkan—semuanya berasal dari pengalaman terhadap Kristus yang telah bangkit. Dalam Matius 28 dan Kisah Para Rasul pasal dua, kita nampak bahwa pengutaraan kalimat yang indah berhubungan erat sekali dengan Kristus yang telah bangkit. Setelah Kristus bangkit, Ia memberitahu murid-murid-Nya untuk datang kepada-Nya di suatu bukit. Di sanalah Tuhan menyuruh mereka pergi untuk memberitakan perkataan yang indah, perkataan tentang Kristus yang telah bangkit itu (Mat. 28:16, 18-20). Jadi, pada hari Pentakosta Petrus berdiri mengungkapkan perkataan yang indah (Kis. 2:32-36). Pemberitaan Petrus pada hari itu membuktikan bahwa ia telah mengalami Kristus yang telah bangkit itu.
Kata-kata yang limpah, kata-kata yang menyenangkan, kata-kata yang indah, kata-kata yang hidup dan menyenangkan—semuanya berasal dari pengalaman terhadap Kristus yang telah bangkit. Semakin kita mengalami Kristus sebagai Sang Kebangkitan, semakin banyak pula kita memiliki perkataan indah untuk diberitakan. Kita tak akan pernah dapat berdiam diri. Setiap orang yang mengalami Kristus sebagai Sang Kebangkitan akan meluap-luap dengan perkataan yang indah. Ini berarti: karena kita telah dipenuhi dengan Kristus, maka roh kita meluap-luap dan selalu ada perkataan tentang Kristus untuk disampaikan kepada orang lain. Ketika batin kita dipenuhi oleh Kristus, maka kita tidak bisa tidak untuk memberitakan Kristus.

Penerapan:
Mengapa kita begitu mudah membicarakan perkataan yang sia-sia, sebaliknya, begitu sulit untuk menyampaikan perkataan kesaksian tentang Kristus kepada orang lain? Ini adalah suatu indikasi dari kemerosotan rohani. Kita perlu berjuang dan melatih diri kita bersaksi bagi Tuhan di manapun kita berada, maka kita akan memiliki penyertaan Tuhan dan sukacita yang luar biasa.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih bahwa Engkau telah membawa serta kami dalam kebangkitan-Mu. Sekarang kiranya Engkau membawa kami memasuki realitas dalam kebangkitan-Mu, agar dalam perkataan dan tingkah laku kami boleh mengalirkan Diri-Mu bagi orang-orang di sekitar kami.

07 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 3 Kamis

Berkat dan Nubuat tentang Asyer
Kejadian 49:20
“Asyer, makanannya akan limpah mewah dan ia akan memberikan santapan raja-raja.”

Setelah pemulihan oleh Gad, kita menjumpai kecukupan bersama Asyer. Kejadian 49:20 mengatakan, “Asyer, makanannya akan limpah mewah dan ia akan memberikan santapan raja-raja.” Sejarah Asyer diawali dengan berkat yang melebihi serta kasih karunia yang melampaui. Ulangan 33:24 mencatat: “Diberkatilah Asyer di antara anak-anak lelaki; biarlah ia disukai oleh saudara-saudaranya.” Asyer menerima berkat yang melebihi dan kasih karunia yang paling utama. Dalam kemurtadan Dan, kita kehilangan semua berkat dan kasih karunia, tetapi dalam kemenangan Gad, berkat itu dipulihkan dan kasih karunia diraih kembali. Sekarang di atas diri Asyer kita melihat berkat yang berlebih dan kasih karunia yang melampaui.
Kapankala kita menikmati dan mengalami Kristus, membantu saudara-saudara kita mendapatkan Kristus sebagai bagian mereka, maka kita akan mempunyai suplaian rohani yang limpah dan mewah di dalam kehidupan gereja. Suplaian rohani yang kita nikmati dalam kehidupan gereja hari ini bukan sekedar makanan biasa, tetapi makanan raja. Kita adalah keluarga raja, dan santapan kitapun adalah santapan raja. Apa saja yang kita nikmati dalam ministri Perjanjian Baru adalah santapan raja-raja.
Ulangan 33:25 memberi tahu kita bahwa Asyer juga mempunyai cadangan hidup yang berlimpah untuk hidup, bertumbuh, berperang dan membangun. Bagian pertama ayat ini mengatakan, “Biarlah di bawah sandalmu ada besi dan tembaga” (Ibrani). Makanan yang berlimpah dan santapan raja-raja adalah untuk hidup dan pertumbuhan, sedangkan besi dan tembaga untuk berperang dan membangun. Di dalam Kristus dan kehidupan gereja, kita memiliki semua perbekalan ini.

Hidup dalam Kelimpahan
Gal. 5:25; Ul. 33:24-25; Flp. 1:19; 4:11-13; Mzm. 23:1

Untuk menempuh hidup setiap hari, kita memerlukan suplai yang berlimpah-limpah dari Roh itu (Gal. 5:25). Ulangan 33:24 mengatakan, “Biarlah ia mencelupkan kakinya ke dalam minyak.” Ini tentu merupakan bahasa kiasan. Makna rohani mencelupkan kaki ke dalam minyak berarti penuh dengan Roh. Dalam pelambangan, minyak ditujukan kepada Roh Allah. Asyer bukan sekadar memiliki sedikit minyak, justru cukup untuk mencelupkan kakinya ke dalamnya. Ini berarti di dalam Kristus, kita mempunyai suplai Roh yang amat berlimpah-limpah (Flp. 1:19). Kita patut bersyukur dan memuji Tuhan, bahwa sejak kita diselamatkan dan tinggal di dalam kehidupan gereja, kita mempunyai makanan yang limpah dan mewah, santapan raja-raja, dan suplai yang melimpah-limpah dari Roh itu.
Ulangan 33:25 mencatat tentang Asyer: “Sebagaimana hari-harimu, demikian juga akan menjadi perhentianmu” (bahasa Ibrani). Dalam bahasa Ibrani, kata yang diterjemahkan dengan “perhentian” di sini bukannya kata yang biasa untuk perhentian. Kata ini sangat sulit diterjemahkan. Kata ini berarti selamat, aman, kuat, damai, dan tenang. Jadi menunjukkan suatu kehidupan yang damai sejahtera, kehidupan yang berkecukupan, tidak ada kekuatiran atau sesuatu yang dicemaskan. Jadi Asyer mempunyai suatu kehidupan yang damai sejahtera, berkecukupan, tanpa kekuatiran, tanpa kecemasan. Kehidupannya aman dan terjamin, ditambah dengan suplaian yang serba cukup. Ini berarti bahwa sepanjang hidupnya ia tak akan kekurangan apa-apa. Ia akan mempunyai makanan yang berlimpah-limpah untuk perawatan, senjata untuk pertahanan, dan bahan-bahan untuk pembangunan. Tanpa kekurangan, melainkan berkecukupan, ada perhentian, damai dan sejahtera. Seumur hidupnya, Asyer akan terus menerus menikmati kehidupan yang demikian.
Kapankala kita mempunyai berkat yang melebihi dan kasih karunia yang melampaui, persediaan yang berlimpah, dan suplai Roh yang kaya-raya, pastilah kita mempunyai perhentian yang mutlak dengan kedamaian, kekuatan, keamanan dan kecukupan. Inilah pengalaman Rasul Paulus dalam Filipi 4:11-13. Ia selalu puas dalam situasi apa saja. Tuhan adalah Gembala, sehingga kita tidak kekurangan sesuatu pun (Mzm. 23:1). Bahkan sebagai gantinya, kita penuh dengan kecukupan. Kita mempunyai makanan yang limpah mewah, santapan raja-raja, minyak yang berlimpah, dan besi serta tembaga di bawah sandal kita. Di mana-mana ada persediaan. Karena itu, kita aman dan terjamin, dan mempunyai perhentian serta kekuatan. Kekuatan kita berlaku untuk seumur hidup kita. Sebagaimana hari-hari kita, demikian pula perhentian kita, jaminan keamanan kita, serta kecukupan kita. Inilah pengalaman Asyer.

Penerapan:
Di manakah kita dapat menemukan berkat rohani yang berlimpah dalam kehidupan kita hari ini? Hanya di dalam rumah Tuhan, gereja, kita dapat menikmati berkat yang berlimpah ini. Biarlah seumur hidup kita, tidak meninggalkan rumah Tuhan dan menjadikan gereja sebagai tempat di mana kita dapat menikmati suplai rohani yang berlimpah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih untuk setiap berkat rohani dan suplai hayat yang telah Kau berikan kepada kami dalam gereja. Biarlah kami terus dipenuhi dengan suplaian hayat-Mu, agar kami juga belajar menyuplai saudara-saudara di dalam rumah-Mu.

06 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 3 Rabu

Berkat dan Nubuat tentang Gad
Kejadian 49:19
“Gad, ia akan diserang oleh gerombolan, tetapi ia akan menyerang tumit mereka.”

Setelah menyampaikan nubuat tentang Dan, Yakub lalu berpaling kepada Gad. Yakub berkata, “Gad, ia akan diserang oleh gerombolan, tetapi ia akan menyerang tumit mereka” (Kej. 49:19). Di atas diri Dan kita melihat kekalahan, tetapi atas diri Gad kita nampak kemenangan. Suku Dan berakhir dengan kekalahan, kegagalan, tetapi Gad justru menyerang musuh dan membawa pulang kemenangan.
Dalam berkatnya kepada suku Gad, Musa berkata dalam Ulangan 33:20, “Terpujilah Dia yang memberi kelapangan kepada Gad.” Karena kemenangannya, Gad diberi kelapangan oleh Allah. Dalam pengalaman rohani kita, mungkin beberapa waktu yang lalu kita mengalami kegagalan, tapi oleh belaskasihan Allah, melalui doa-doa kaum beriman lain, Tuhan menyelamatkan kita kembali. Karenanya kita beroleh kemenangan kembali. Melalui kemenangan inilah, kapasitas rohani kita diperluas oleh Allah. Allah telah memberi kelapangan kepada kita.
Ulangan 33:20 menambahkan pula: “Seperti singa betina ia diam dan menerkam lengan, bahkan batu kepala.” Di sini kita nampak bahwa Gad itu seekor singa betina. Gad yang berdiam sebagai seekor singa betina yang mengoyak lengan, bahkan ujung kepala mangsanya. Puisi ini melukiskan pengoyakan habis-habisan yang dilakukan Gad terhadap tubuh musuhnya. Seperti halnya Gad, kita pun harus menumpas musuh Allah sampai berkeping-keping. Kita dapat mengalahkan si pendakwa itu dengan darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian kita, asal kita tidak mengasihi nyawa kita sampai ke dalam maut (Why. 12:11).

Gad Tidak Mementingkan Diri Sendiri
Ul. 33:21; Bil. 32:1-32; Rm. 12:1-2

Masih tentang Gad, Musa berkata, “Ia memilih bagian yang terutama untuk dirinya sendiri, sebab di sanalah tersimpan bagian panglima” (Ul. 33:21). Kemenangan selalu memberi kita perluasan wilayah. Karenanya ayat ini mengatakan bahwa Gad memilih bagian yang terutama bagi dirinya sendiri. Menurut Perjanjian Lama, bagian yang terutama ditujukan pada tanah yang terletak di sebelah timur sungai Yordan. Dalam perjalanan mereka, keduabelas suku pertama-tama memasuki wilayah ini, yaitu tanah yang terletak di sebelah timur Yordan. Karena mengingini tanah yang subur ini, Ruben, Gad dan separuh dari Manasye meminta kepada Musa untuk memberikan tanah ini kepada mereka. Meski Musa menyetujui, namun ia menuntut agar mereka tidak tinggal di sana sampai saudara-saudara mereka memperoleh bagian mereka. Jadi Musa menuntut mereka untuk turut berperang merebut bagian lain dari tanah Kanaan (Bil. 32:1-32).
Ulangan 33:21 mengatakan, “Ia datang kepada para kepala bangsa itu; dilakukannya kebenaran Tuhan serta penghukuman-penghukuman-Nya bersama-sama dengan orang Israel.” Kegagalan suku Dan ialah kecongkakannya. Ketika ia memperoleh lebih banyak tanah, ia menjadi sombong dan mendirikan pusat penyembahan sendiri. Ia tidak memelihara saudara-saudaranya. Kita perlu berhati-hati akan kecongkakan rohani. Jika kita demikian, kita pasti gagal. Bila kita telah mendapatkan Kristus sebagai bagian kita, kita harus bertanya apakah saudara-saudara kita juga sudah mendapatkannya. Kita harus turut berperang bagi semua saudara-saudara agar mereka pun boleh mendapatkan Kristus sebagai bagian mereka. Melakukan hal ini berarti melaksanakan keadilan Tuhan dan memelihara ketetapan-ketetapan-Nya terhadap umat Allah.
Aspek terbaik yang ada pada Gad bukan sekadar ia telah menghancurkan kepala musuhnya, tetapi juga karena ia tidak menikmati kemenangan bagi dirinya sendiri. Meskipun ia telah memperoleh tanah di sebelah timur sungai Yordan, ia tidak menikmatinya sampai suku-suku lainnya memperoleh bagian tanah mereka. Gad pergi dengan suku-suku lainnya berperang untuk memperoleh lebih banyak tanah sehingga semua suku itu dapat memiliki bagian masing-masing. Bagi kita, umat Perjanjian Baru Allah, ini berarti kita harus selalu merawat atau mengasuh saudara-saudara kita, anggota-anggota Tubuh Kristus. Menurut Roma 12:1-2, mempersembahkan diri akan membuat kita mengenal kehendak Allah. Apakah kehendak Allah? Allah menghendaki kita menempuh kehidupan korporat di dalam Tubuh Kristus, bukan individualitis. Dalam prakteknya, kita harus memperhatikan keperluan orang lain. Tidak ada sesuatu pun yang benar dan adil daripada menaruh perhatian kepada anggota-anggota Tubuh Kristus.

Penerapan:
Oleh karena belaskasihan Allah dan doa-doa kaum beriman lain kita bisa mendapatkan kemenangan atas peperangan rohani. Karena itu janganlah kita menjadi sombong atas kesuksesan kita, tetapi sebaliknya, biarlah kemenangan itu membuat kita lebih memperhatikan saudara-saudara kita, menyuplai mereka dengan kekayaan Kristus yang telah kita alami dan nikmati

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, seringkali aku lemah dan jatuh. Aku perlu Engkau untuk setiap perkara yang aku hadapi. Tambahkan diri-Mu lagar aku dapat menang dan memperhatikan keperluan dari saudara-saudara seiman di dalam gereja.

05 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 3 Selasa

Allah Menghendaki Hanya Satu Pusat Penyembahan
Kejadian 49:17-18
“Semoga Dan menjadi seperti ular di jalan, seperti ular beludak di denai yang memagut tumit kuda, sehingga penunggangnya jatuh ke belakang. Aku menanti-nantikan keselamatan yang dari pada-Mu, ya TUHAN.”

Menurut kitab Ulangan, di wilayah tanah permai, hanya terdapat satu tempat penyembahan yang unik bagi umat Allah (Ul. 12:11, 13-14, 21, 14:23-26). Hanya di tempat itulah terdapat nama Allah dan tempat tinggal Allah. Selama zaman Hakim-hakim, pusat penyembahan berada di Silo, di sanalah terdapat tabernakel Allah dan imam-imam. Dalam Ulangan pasal 12, 14, 15 dan 16, melalui Musa paling sedikit ada lima belas kali Allah telah berpesan pada bani Israel untuk tidak mempersembahkan kurban bakaran mereka di tempat-tempat menurut pilihan mereka sendiri. Kepada mereka diperintahkan agar pergi ke tempat satu-satunya yang telah dipilih Tuhan bagi nama-Nya dan kediaman-Nya. Ulangan 12:13-14 berbunyi: “Hati-hatilah, supaya jangan engkau mempersembahkan kurban-kurban bakaranmu di sembarang tempat yang kaulihat; tetapi di tempat yang akan dipilih Tuhan di daerah salah satu sukumu, di sanalah harus kaupersembahkan kurban bakaranmu, dan di sanalah harus kaulakukan segala yang kuperintahkan kepadamu.” Berulang-ulang Musa menyampaikan pesan ini kepada bani Israel dengan tujuan memelihara keesaan umat Allah.
Hakim-hakim 18:30 mencatat: “Bani Dan menegakkan bagi mereka sendiri patung pahatan itu.” Di sini kita nampak bahwa bani Dan melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri. Mereka tidak menghiraukan suku-suku lainnya. Kemurtadan ini diselubungi dengan kedok menyembah Allah. Begitulah pula prinsip hari ini. Banyak orang mendirikan pusat-pusat penyembahan lain untuk menyembah Allah. Nampaknya hal ini sangat positif, tetapi sebenarnya berdasarkan diri sendiri dan untuk diri sendiri. Kelihatannya baik, tetapi sangat dibenci oleh Allah!

Akibat Kemurtadan Suku Dan
1 Taw. 2:2; Why. 3:5

Dengan mendirikan pusat penyembahan yang berbeda, suku Dan menjadi murtad. Kita perlu memahami makna kemurtadan yang sebenarnya. Kemurtadan berarti menjauhi atau menyimpang dari jalan yang mengikuti Allah dengan tepat. Kemurtadan berarti menyembah Allah dengan cara Iblis. Kapankala seseorang menggunakan mantel menyembah Allah sambil menempuh jalan Iblis, berarti telah jatuh ke dalam kemurtadan. Apakah akibat dari perbuatan mereka? Dalam 1 Tawarikh pasal dua sampai pasal sembilan, suku Dan telah disingkirkan dari catatan ilahi terhadap kaum kudus Allah. Nama Dan disebut dalam 1 Tawarikh 2:2, tetapi dalam catatan selanjutnya suku ini tidak disebutkan lagi. Bahkan yang lebih mengherankan, pada catatan dalam Wahyu pasal tujuh pun, suku ini tidak disinggung. Hal ini pastilah merupakan kedaulatan Allah.
Perbuatan suku Dan di pandangan Allah begitu serius, sehingga mereka dikucilkan dari catatan Allah mengenai umat-Nya. Kita menemukan peringatan ini dalam Perjanjian Baru pada Wahyu 3:5. Kita diberitahu bahwa barangsiapa menang, namanya tidaklah akan dihapus dari kitab kehidupan. Secara tak langsung, ini menyatakan bahwa nama-nama kaum beriman yang kalah akan dihapus dari kitab kehidupan selama zaman kerajaan yang akan datang. Namun itu bukan berarti bahwa kaum beriman yang kalah akan binasa selamanya. Suku Dan tidak binasa. Tetapi karena Dan telah jatuh dan bersatu dengan seteru Allah, maka ia menjadilah ular serta membawa masuk batu sandungan bagi umat Allah, sehingga namanya dikucilkan dari catatan pada kitab 1 Tawarikh dan kitab Wahyu.
Kita perlu memperhatikan pelajaran ini dengan baik. Kita memerlukan rahmat Allah menjaga kita sehingga kita tidak mengulangi kesalahan Dan, tidak menjadi batu sandungan yang menjegal umat Allah. Kita tentu tidak ingin nama kita terhapus dari buku kehidupan selama zaman kerajaan yang akan datang. Janganlah kita sekali-kali membaca catatan perihal Dan ini sebagai cerita sejarah belaka. Kita wajib melihatnya sebagai bayang-bayang, gambar, pengalaman kita sebagai orang Kristen. Kita harus berhati-hati. Seringkali setelah kemenangan sesaat, kita lalu serta merta menjadi sombong dan memisahkan diri dari umat Allah, tidak mau patuh kepada wewenang Allah. Pada saat yang demikian kita mudah mendirikan pusat penyembahan yang lain, dan bersatu dengan Setan, seteru Allah itu. Ini akan sangat merugikan kita. Kita memang tidak akan binasa dalam lautan api, tetapi dapat dipastikan kita akan mengalami kerugian besar karena nama kita tidak tercantum pada buku kehidupan yang berisi catatan umat Allah dalam kerajaan yang akan datang.

Penerapan:
Melalui memelihara diri kita dalam keesaan, kita memiliki berkat yang diperintahkan Allah, yaitu hidup yang kekal. Tetapi jika kita terpecah-belah, kita akan kehilangan semua perkara atau berkat positif ini. Dan jika mereka memisahkan diri dari keesaan umat Allah, dengan sendirinya kita akan dipenuhi dengan perkara-perkara negatif seperti kesombongan, kebencian, kritik, bahkan dusta.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, selamatkanlah kami dari segala benih perpecahan yang terjadi diantara anak-anak-Mu. Kami sadar bahwa Engkau membenci perpecahan. Jagalah kami agar kami tidak mementingkan diri sendiri, tetapi memperhatikan Tubuh-Mu yang esa.

04 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 3 Senin

Perkataan Nubuat tentang Dan
Kejadian 49:16
“Adapun Dan, ia akan mengadili bangsanya sebagai salah satu suku Israel.”

Yakub menubuatkan bahwa Dan akan mengadili bangsanya sebagai salah satu suku dari Israel (Kej. 49:16). Perkataan ini khususnya terkabul atas Simson, yang berasal dari suku Dan (Hak. 13:2, 24, 15:20). Dalam bahasa Ibrani, kata “suku” ini terutama berarti “cabang”, kemudian “batang”, “tongkat” dan “lambang kekuasaan”. Karenanya, kata suku dalam bahasa Ibrani berarti tongkat. Setiap suku memiliki tongkat dan kekuasaan. Dua belas suku adalah dua belas tongkat, dua belas penguasa, dua belas kekuasaan. Selama zaman Simson, sudah pasti suku Dan menjadi tongkat. Inilah makna pemberkatan yang memberi nubuat mengenai Dan dalam Kejadian 49:16, dan nubuat ini telah digenapi.
Selanjutnya Yakub berkata, “Semoga Dan menjadi seperti ular di jalan, seperti ular beludak di denai yang memagut tumit kuda, sehingga penunggangnya jatuh ke belakang” (Kej. 49:17). Ular di sini lebih jahat daripada ular di Kejadian pasal tiga, karena yang di sini ular beludak. Pertama Dan ini berupa anak singa yang berperang untuk merebut tanah lebih banyak, berperang untuk merebut Kristus, guna beroleh Kristus lebih banyak (Ul. 33:22). Tetapi akhirnya Dan menjadi ular, bahkan ular beludak, mendirikan pusat-pusat penyembahan lain (Hak. 18:30-31; 17:9-10; 1 Raj. 12:26-31; 2 Raj. 10:29). Hari ini kita dapat menjumpai banyak pusat-pusat penyembahan dengan berhala-berhala rohani, yang disebut patung-patung rohani. Berhala dan pusat penyembahan yang terpisah ini menjadi rintangan terbesar bagi umat Allah. Dengan membawa masuk berhala, Dan benar-benar telah menjadi ular beludak yang memagut tumit kuda sehingga penunggangnya jatuh terlentang. Suku Dan benar-benar telah menjadi penghalang terbesar bagi umat Allah.

Yakub Menanti-nantikan Keselamatan dari TUHAN
Ul. 33:22, Yos. 19:47, Hak. 18:27-30; Kej. 49:18

Karena Dan berhasil dan menang (Ul. 33:22, Yos. 19:47, Hak. 18:27-29), maka ia menjadi congkak, menyendiri dan memisahkan diri dari umat Allah yang lain. Ia hanya mementingkan dirinya, tidak mau tahu orang lain. Seperti yang dikatakan dalam Hakim-hakim 18:30, “Bani Dan menegakkan bagi mereka sendiri patung pahatan itu.” Kemurtadan Dan yaitu mendirikan pusat penyembahan lain yang bersifat memecah-belah umat Allah. Dengan cara yang demikian, Dan mendirikan suatu pusat yang nampaknya seolah menyembah Allah. Hari inipun tidak sedikit orang yang menggunakan perkara penyembahan kepada Allah sebagai suatu selubung atau kedok untuk mendirikan pusat penyembahan yang terpisah. Menurut sejarah Perjanjian Lama, generasi demi generasi tidak ada sesuatu yang lebih berdosa atau lebih merugikan umat Allah daripada perbuatan Dan yang mendirikan pusat penyembahan yang memecah-belah umat Allah ini.
Karena itu, setelah Yakub selesai bernubuat tentang Dan, ia lalu berkata, “Aku menanti-nantikan keselamatan yang dari-Mu, ya Tuhan” (Kej. 49:18). Yakub seakan-akan berteriak kepada Tuhan untuk keselamatan. Jika kita meninjau situasi kekristenan hari ini, kitapun niscaya berteriak pula: “Ya, Tuhan, selamatkanlah hamba. Selamatkanlah hamba dari berhala-berhala, dan dari pusat-pusat penyembahan yang lain. Tuhan, selamatkanlah hamba dari ular dan dari ular beludak. Selamatkanlah hamba, ya Tuhan, dari pagutan ular.” Yakub bukan sekedar berdoa; iapun menyeru nama Tuhan. Yakub seolah-olah berkata: “Tuhan, terhadap situasi Dan ini, tak ada satupun jua yang dapat menolong kecuali keselamatan yang dari-Mu. Hanya keselamatan-Mu itulah yang mampu menyelamatkan kami dari luka dan kerusakan ini. Tuhan, hamba senantiasa menunggu keselamatan yang dari pada-Mu. Hamba telah menjerit kepada-Mu, ya Tuhan. Hamba telah menyeru nama-Mu. ya Tuhan, kami memerlukan penyelamatan-Mu.”
Sepanjang sejarah, telah muncul banyak orang yang mendirikan berhala-berhala sebagai pusat penyembahan sehingga merusak banyak pencari-pencari Tuhan. Dan telah jatuh ke dalam penyembahan berhala-berhala. Kapan saja penyembahan terhadap berhala-berhala didatangkan, di sanalah ada ular. Di balik setiap patung, terdapatlah roh jahat. Di belakang setiap berhala, adalah si licik yang menuntut penyembahan orang-orang. Jadi kapan patung itu didirikan, di sana ada ular. Karena Dan telah menjadi satu dengan berhala, maka ia menjadi bersifat setani. Setelah kejatuhan yang mengerikan ini, tibalah penyelamatan Allah. Terpujilah Tuhan bagi penyelamatan-Nya! Kita telah melihat kejatuhan dan kitapun telah melihat situasi di mana ular pernah menyelinap ke dalam kehidupan kita. Namun kitapun telah nampak keselamatan yang dari Tuhan. Haleluya, banyak orang telah diselamatkan!

Penerapan:
Karena ego dan ambisi, banyak orang mungkin mendirikan pusat penyembahan mereka sendiri. Kalau kita tidak hati-hati, kitapun dapat melakukan hal yang sama, yakni melayani Allah dengan cara atau kesukaan kita sendiri. Karena itu, yang kita perlukan hari ini adalah menjaga keesaan dengan saudara-saudara seiman dengan cara saling mengasihi dan memegang teguh kebenaran yang murni dari firman Tuhan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, selamatkanlah kami dari pelayanan yang bukan berasal dari Tuhan, lepaskanlah kami dari ego. Kami tidak mau melayani-Mu dengan cara dan kesukaan kami sendiri. Terangilah kami senantiasa.

02 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 2 Sabtu

Berkat dan Nubuat tentang Isakhar
Kejadian 49:14
“Isakhar adalah seperti keledai yang kuat tulangnya, yang meniarap diapit bebannya.”

Terhadap Isakhar, Yakub menubuatkan, “Isakhar adalah seperti keledai yang kuat tulangnya, yang meniarap diapit bebannya” (Kej. 49:14). Perkataan ini berkaitan dengan hasil panen yang berlimpah, begitu limpahnya sehingga keledai yang kuat bertiarap dan beristirahat sini. Isakhar tidak bekerja, melainkan bertiarap, yaitu merebah dan beristirahat di tengah-tengah kandang domba. Menurut gambar yang dilukiskan dalam ayat ini, Isakhar bertiarap di tengah-tengah kandang domba. Keledai yang kuat itu bertiarap sambil mengamat-amati domba yang tengah menghasilkan susu.
Kejadian 49:15 mengatakan, “Ketika dilihatnya bahwa perhentian itu baik dan negeri itu permai, maka disendengkannyalah bahunya untuk memikul, lalu menjadi budak rodi.” Isakhar telah nampak bahwa perhentian itu baik dan negeri itu menyenangkan. Isakhar, keledai yang kuat itu mengaso dan menikmati negeri yang menyenangkan dan kaya, yaitu Kristus. Pada saat itulah ia menyendengkan bahunya untuk memikul, lalu menjadi budak rodi. Ini berarti bahwa ia melayani agar dapat memiliki sesuatu yang dapat dipersembahkan kepada Tuhan. Dalam kehidupan gereja yang normal, kita tak perlu bekerja seperti keledai, melainkan menikmati perhentian sambil berbaring serta menikmati karya Kristus yang telah rampung dan kekayaan-Nya. Setelah menikmati ini, kita dengan sendirinya rela menyendengkan bahu seraya memikul beban berat, giat melayani untuk memperoleh upeti untuk dipersembahkan kepada Tuhan kita, Raja kita. Pelayanan kita yang sejati bukanlah bersumber pada kekuatan atau kegagahan kita, melainkan dari hasil kenikmatan kita atas kekayaan Kristus. Karena kita menikmati, maka kita melayani.

Menikmati Perhentian di dalam Kehidupan Gereja
Kej. 49:14-15; Yoh. 10:16

Isakhar diumpamakan sebagai keledai yang kuat, yang meniarap di antara kawanan domba (Kej. 49:14). Perhatikan bahwa keledai yang bertiarap ini bukan beristirahat dalam kandang domba; melainkan ia di antara kandang domba. Dalam Yohanes 10, Tuhan menjelaskan bahwa agama Yahudi itu sebuah kandang yang menahan domba-domba Allah. Kedatangan Tuhan justru bertujuan memimpin domba-domba ini keluar dari kandang. Dalam Yohanes 10:16 Tuhan bertutur: “Tetapi Aku juga mempunyai domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” Hari ini kita bukan beristirahat di dalam kandang agama; melainkan di antara kandang-kandang itu. Kendati tak terlalu jauh letaknya dari kandang-kandang itu, namun kita tidak lagi berada di dalam kandang. Dalam beberapa hal, kita semua adalah kawanan domba. Tetapi menurut manusia alamiah kita, kita semua adalah keledai-keledai. Menurut alamiah kita tak seorang jua di antara kita yang mirip domba. Kita lebih mirip keledai atau kuda, sapi atau kerbau. Akan tetapi bagaimanapun juga kita adalah orang-orang yang telah diubah. Melalui kelahiran kembali, kita sekarang adalah domba-domba Tuhan yang telah Ia pimpin keluar dari kandang agama yang mati.
Dalam Kejadian 49:15 juga dikatakan, “Maka disendengkannyalah bahunya untuk memikul, lalu menjadi budak rodi.” Ini benar-benar cocok dengan pengalaman kita. Begitu kita menikmati perhentian dalam kehidupan gereja, dengan sendirinya kita rela merendahkan bahu kita untuk melayani dan memikul tanggung jawab. Kerja rodi bukannya melakukan pekerjaan menurut pilihan kita, melainkan pekerjaan yang telah ditetapkan. Pekerjaan ini bukan pilihan kita, melainkan ditetapkan oleh Tuhan. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan rodi yang ditentukan Sang Kepala kepada kita sebagai anggota-anggota Tubuh. Apapun saja yang kita kerjakan sebagai bagian yang ditetapkan dari pelayanan dalam Tubuh Kristus itulah kerja rodi. Akhirnya kerja rodi ini menjadi suatu upeti dipersembahkan kepada Tuan kita. Setelah menghasilkan injil, kita memiliki penginjilan. Alhasil daripada penginjilan, terdapatlah kehidupan gereja. Dalam kehidupan gereja, kita ini adalah keledai-keledai yang meniarap di antara kandang-kandang perpecahan. Dalam kehidupan gereja, kita nampak akan perhentian yang baik dan menikmati Kristus sebagai bagian yang menyenangkan. Akhirnya, dengan sendirinya kita akan mengatakan: “Tuhan Yesus, hamba mengasihi Engkau. Hamba ingin memikul beban pekerjaan yang telah Kau tentukan bagiku. Hamba rela memikul beban di bawah pekerjaan rodi-Mu sehingga hamba bisa mempersembahkan sesuatu bagi kepuasan-Mu.” Inilah upeti yang kita persembahkan kepada Raja kita! Alangkah mengagumkan!

Penerapan:
Apakah sumber tenaga kita di dalam melayani Tuhan? Sumber kekuatan kita dalam melayani Tuhan adalah kenikmatan kita akan Dia. Semakin banyak kita datang menikmati Dia, semakin kita dipuaskan, semakin kita rela untuk melayani Dia. Pelayanan yang berasal dari kekuatan diri sendiri, pasti tidak akan bertahan lama.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, pulihkanlah kenikmatan kami atas diri-Mu. Janganlah pengetahuan kami menjadi sumber untuk melayani Engkau. Tuhan hari ini kami kembali mempersembahkan diri kami untuk tetap menikmati Engkau dalam kehidupan kami setiap hari.

01 March 2007

Kejadian Volume 12 - Minggu 2 Jumat

Bagaimana Injil Diberitakan
Kejadian 49:13
“Zebulon akan diam di tepi pantai laut, ia akan menjadi pangkalan kapal, dan batasnya akan bersisi dengan Sidon.”

Dalam Kisah Para Rasul 1:8 Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Menurut ayat di atas, cara yang tepat untuk mewartakan berita Injil bukanlah dengan “menunggangi keledai” yang mengandalkan kekuatannya sendiri. Melainkan dengan “kapal-kapal layar” yang didorong oleh kekuatan angin (Roh Kudus) dari atas. Dalam Kisah Para Rasul 1:8 Tuhan memberitahukan kepada penginjil-penginjil Galilea agar menunggu hingga mereka menerima kuasa yang dari atas, dan Kisah Para Rasul 2:2 mencatat, “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras.” Mulai dari saat itu dan seterusnya, “kapal-kapal” Injil mulai berlayar. Salah satu di antara kapal-kapal hidup ini bernama Petrus. Pada hari Pentakosta, Petrus bagaikan sebuah kapal yang berlayar dengan kekuatan yang berasal dari angin yang kencang dan keras.
Menurut makna rohani dalam keempat kitab Injil dan Kisah Para Rasul, penginjil-penginjil dari Galilea ini ialah kapal-kapal yang berlayar oleh dorongan kekuatan angin surgawi sehingga segala kelimpahan Injil Kristus boleh sampai kepada bangsa-bangsa. Kalau kita mau berbagian dalam pewartaan Injil Kristus, pertama-tama kita harus menyadari bahwa diri kita haruslah lebih dahulu dipenuhi oleh Roh Kudus hingga meluap. Kita memerlukan kekuatan angin surgawi yakni Roh Kudus untuk mendorong kita pergi kepada orang-orang dosa dan melayankan kekayaan Injil Kristus kepada mereka. Inilah cara yang tepat dalam memberitakan Injil.

Perluasan Injil Kristus
Kej. 49:13; Kis. 27:3, 28:14; Ul. 33:18

Kejadian 49:13 mencatat bahwa wilayah Zebulon akan berbatasan dengan Sidon. Sidon adalah sebuah kota kafir yang terletak di luar tanah Kanaan. Sidon terletak di tepi pantai, dan dari tempat inilah lalu lintas laut saat itu meluas sampai ke belahan dunia lain. Dalam Kejadian 49:13, kita mempunyai pelabuhan kapal dan batas wilayah kalangan orang kafir. Sejarah penginjilan dalam Kisah Para Rasul cocok sekali nubuatan ini. Dalam Kisah Para Rasul penginjil-penginjil zaman itu berlayar dari Yerusalem ke Asia Kecil dan kemudian menyeberang laut Aegean, terus ke Yunani, Roma dan Spanyol. Rasul Paulus bertolak dengan sebuah perahu dari Yerusalem, dan berlayar, pertama-tama ke Sidon, terakhir ke Roma (Kis. 27:3, 28:14). Jadi nubuat tentang Zebulon telah digenapi dalam sejarah penginjilan yang dicantumkan dalam Kisah Para Rasul.
Dalam terang Perjanjian Baru, kita melihat bahwa Zebulon termasuk di Galilea, di mana penginjil-penginjil Galilea diutus keluar. Menurut sejarah, Injil dihasilkan melalui Yehuda, kemudian penginjilan dilaksanakan oleh Zebulon. Dalam catatan mengenai Yehuda, kata “singa” itu sangat penting, sedangkan dalam catatan mengenai Zebulon, kata “perahu” atau “kapal” itu (dalam bentuk jamak) sangat penting. Jadi, hanya ada satu Kristus, tetapi banyak penginjil Galilea. Hanya ada satu Injil, tetapi banyak kapal. Sebagai gereja, kita haruslah menjadi “kapal-kapal di pelabuhan” yang telah dimuati Kristus dan siap untuk bertolak bagi pewartaan Injil.
Ratusan tahun setelah Yakub mengucapkan perkataan nubuat dalam Kejadian 49, kemudian Musa, yang membawa turun hukum taurat mengatakan: “Bersukacitalah, hai Zebulon, atas perjalanan-perjalananmu.” (Ul. 33:18). Perjalanan yang disebut dalam pasal ini ditujukan pelayaran perahu (Kej. 49:13). Jadi, perkataan Musa sangat sesuai dengan perkataan Yakub. Yakub menyamakan Zebulon dengan kapal-kapal, dan sudah tentu untuk pelayaran. Musa menganjuri Zebulon untuk bersukacita atas perjalanannya. Jika kita pergi demi penginjilan, niscayalah akan bersukacita. Orang-orang yang paling bersukacita dan paling bahagia adalah mereka yang pergi memberitakan Injil. Hari ini memberitakan Injil bukan lagi dimonopoli oleh mereka yang disebut sebagai “penginjil” saja, tetapi dilakukan oleh seluruh kaum beriman dalam gereja. Dalam gereja setiap saudara saudari adalah penginjil, harus melakukan pekerjaan pemberitaan Injil. Memang pengalaman pribadi kita harus diperdalam, tetapi setiap orang tetap perlu melakukan pekerjaan pemberitaan Injil. Bilamana kita ini sebuah kapal, berlayar dengan kekuatan angin surgawi (Roh Kudus), niscayalah kita akan bersukacita. Haleluya, kita mempunyai Yehuda sebagai keempat kitab Injil dan Zebulon sebagai kitab Kisah Para Rasul!

Penerapan:
Mengapa banyak anak-anak Allah telah kehilangan sukacita mereka? Salah satu sebab utama adalah karena mereka tidak keluar untuk memberitakan injil. Hari ini jika kita mau bersukacita, kita harus menggunakan waktu kita untuk pergi memberitakan injil. Orang yang paling sukacita adalah orang setiap hari memberitakan injil!

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, kiranya Engkau memenuhi aku dengan kekuatan angin surgawi-Mu yakni Roh Kudus, agar kami terus terdorong untuk memberitakan Injil-Mu dan membawa orang berdosa kepada-Mu.