Hitstat

30 June 2011

1 Korintus - Minggu 16 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:15, 17, 19


Kita telah mengetahui, dalam pasal 6 Paulus mengungkapkan tiga hal yang sangat penting. Begitu pentingnya hal-hal ini sehingga kita perlu banyak-banyak melatih roh kita, untuk dapat mencerna hal-hal ini dengan memadai. Betapa menakjubkan, tubuh kita adalah anggota-anggota Kristus, kita menjadi satu roh dengan Tuhan, dan tubuh kita juga adalah bait Roh Kudus! Visi tentang hal ini menjadi demikian jelas sehingga ada kalanya saya sukar menahan diri. Beban terhadap visi ini demikian beratnya sehingga saya hampir-hampir tidak kuat memikulnya. Saya tidak tahan memikirkan bahwa beberapa gereja dan orang kudus yang terus saja mengikuti pola yang usang, melakukan pekerjaan kekristenan, tetapi mengabaikan visi sentral dari ministri perampungan Paulus. Melihat visi tentang tubuh kita adalah anggota Kristus, kita menjadi satu roh dengan Tuhan, dan tentang tubuh kita adalah bait dari Roh Kudus merupakan keperluan kita yang amat mendesak.

Karena visi dan beban, maka saya tidak berminat pada berita-berita yang hanya berisi doktrin. Ketiga hal penting yang diungkapkan dalam berita ini tidak seharusnya dijadikan doktrin semata. Saya prihatin karena di antara kita ada yang masih belum menjamah realitas hal-hal ini, karena itu tidak mempunyai realisasi pengalaman mengenai tubuh kita sebagai anggota-anggota Kristus dan bait Roh Kudus dan perihal menjadi satu roh dengan Tuhan. Jika saudara-saudara yang melayani gereja-gereja nampak visi ini, maka pembicaraan mereka akan berubah secara radikal. Mereka tidak lagi berbicara secara doktrinal kepada orang lain. Dengan spontan mereka akan memutuskan untuk tidak mengetahui yang lain kecuali Kristus dan Tubuh-Nya.

Beban saya dalam berita-berita ini bukanlah untuk mengajarkan doktrin. Empat puluh tahun yang lampau berita-berita saya kebanyakan membahas soal pahala, menderita kerugian, diselamatkan melalui api, dan berbagai kategori orang yang harus dikucilkan dari gereja. Namun beban saya sekarang bukan pada hal-hal itu lagi; melainkan agar orang-orang kudus menikmati Kristus sebagai hari raya Roti Tidak Beragi mereka. Beban saya terutama untuk mereka yang telah bertahun-tahun di dalam pemulihan, namun masih belum nampak visi inti. Yang mereka miliki bukannya gandum, melainkan sekam, dan sekam itulah yang mereka layankan. Orang-orang yang mereka latih tidak menerima rawatan dan suplai hayat apa pun; karena itu tidak ada pertumbuhan. Jika kita semua nampak visi ini, situasi kita akan mutlak berbeda. Kita akan bersaksi bahwa kita satu roh dengan Tuhan dan tubuh kita adalah anggota-anggota Kristus serta bait Roh Kudus. Namun, kita masih kekurangan pengalaman, masih sangat terbatas dalam kapasitas untuk menerima hal-hal ini dan memahaminya. Jadi, kita semua perlu merendahkan diri di hadapan Tuhan dan berkata, "Tuhan, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak tahu bagaimana harus bertobat, aku tidak tahu bagaimana mengaku dosa, dan aku tidak tahu bagaimana harus berdoa. Tuhan, aku hanya berada di hadapan-Mu. Belas kasihanilah aku. Aku perlu nampak visi yang jelas akan ekonomi-Mu. Tuhan, rahmatilah aku, biar aku bisa menjamah realitas visi ini dan bisa membantu orang lain untuk melakukan hal yang serupa." Marilah kita semua menengadah kepada Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya, agar kita bisa nampak visi yang ditunjukkan kepada Paulus. Dengan melihat visi inilah kita baru dapat terhindar dari penyalahgunaan kebebasan dalam hal makan dan tubuh.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 39

29 June 2011

1 Korintus - Minggu 16 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:13-20


Ayat 15 mengatakan, "Tidak tahukah kamu bahwa tubuh kamu semua adalah anggota Kristus?" Karena kita secara organik bersatu dengan Kristus (ayat 17), karena Kristus berhuni di dalam roh kita (2 Tim. 4:22), dan berumah di dalam hati kita (Ef. 3:17), maka seluruh diri kita, termasuk tubuh kita yang telah disucikan, menjadilah anggota-Nya. Karena itu, agar dengan riil menjadi anggota yang demikian, kita perlu mempersembahkan tubuh kita kepada-Nya (Rm. 12:1, 4-5).

Dalam ayat 17 Paulus berkata, "Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia." Kata mengikatkan dalam ayat ini mengacu kepada kesatuan yang organik antara kaum beriman dengan Tuhan melalui percaya ke dalam-Nya (Yoh. 3:15-16). Kesatuan ini diilustrasikan oleh kesatuan ranting-ranting dengan pokok anggur (Yoh. 15:4-5). Ini bukan hanya masalah hayat, tetapi juga dalam hayat (hayat Allah). Kesatuan yang demikian dengan Tuhan yang bangkit hanya dapat terjadi di dalam roh kita.

Ungkapan "satu roh" menunjukkan pembauran Tuhan sebagai Roh itu dengan roh kita. Roh kita telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah (Yoh. 3:6), yang sekarang ada di dalam kita (1 Kor. 6:19) dan bersatu dengan roh kita (Rm. 8:16). Inilah perwujudan Tuhan, yang menjadi Roh pemberi-hayat melalui kebangkitan (1 Kor. 15:45; 2 Kor. 3:17), dan yang sekarang bersama-sama dengan roh kita (2 Tim. 4:22). Roh pembauran ini sering disebut dalam surat-surat Paulus, seperti dalam Roma 8:4-6.

Dalam ayat 19 Paulus berkata, "Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuh kamu semua adalah bait Roh Kudus yang tinggal di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" Roh Kudus ada di dalam roh kita (Rm. 8:16) dan roh kita ada di dalam tubuh kita. Karena itu, tubuh kita menjadi bait, tempat kediaman Roh Kudus.

Dalam ayat 20 Paulus menarik kesimpulan, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" Harga yang dikatakan di sini mengacu kepada darah adi Kristus (Kis. 20:28; 1 Ptr. 1:18-19; Why. 5:9). Memuliakan Allah dengan tubuh kita berarti membiarkan Allah yang tinggal di dalam kita (1 Yoh. 4:13), memenuhi dan menjenuhi tubuh kita, dan mengekspresikan diri-Nya sendiri melalui tubuh kita sebagai bait-Nya, terutama dalam hal-hal tentang makan, minum, dan pernikahan, sesuai dengan konteks dari 6:13 hingga 11:1. Untuk ini kita perlu dengan serius dan ketat mengendalikan tubuh kita, membuatnya takluk (9:27), dan mempersembahkannya kepada Allah sebagai persembahan yang hidup (Rm. 12:1).

Ayat-ayat dalam 1 Korintus 6 merupakan satu-satunya ayat-ayat dalam Perjanjian Baru yang memberi tahu kita bahwa tubuh kita adalah anggota-anggota Kristus, kita dengan Tuhan adalah satu roh, dan tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Namun, ketika kita membaca ayat-ayat tersebut, kita menganggapnya biasa-biasa saja, tidak mengeluarkan waktu yang cukup untuk mempelajari perkara-perkara penting yang diwahyukan di dalamnya. Berapa banyak waktukah yang telah Anda keluarkan untuk ayat 15, ayat yang mengatakan bahwa tubuh kita adalah anggota Kristus? Sebelum Anda masuk ke dalam pemulihan Tuhan, pernahkah Anda mendengarkan berita tentang menjadi satunya roh kita dengan Tuhan? Pernahkah Anda mendengar berita tentang orang yang mengikatkan dirinya dengan Tuhan menjadi satu roh dengan Dia? Ketiga masalah tersebut perlu dipelajari dengan tuntas. Saya tidak bermaksud hanya mempelajarinya secara harfiah, hitam di atas putih, melainkan mempelajarinya dalam terang dari pengalaman.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 39

28 June 2011

1 Korintus - Minggu 16 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:12-18


Di satu pihak, Paulus berkata bahwa perut adalah untuk makanan; di pihak lain, ia memberi tahu kita bahwa tubuh bukanlah untuk percabulan (ay. 13). Kita boleh bebas memilih makanan untuk kita makan, tetapi kita tidak boleh melakukan percabulan. Akan tetapi, kalau kita makan berlebihan, hal itu dapat merusak tubuh kita. Jadi, meskipun kita mempunyai kebebasan untuk makan, kita harus makan dengan hati-hati, agar kesehatan kita terjaga dengan baik. Nafsu makan kita mudah menjadi liar, maka kita perlu mengekang dan membatasinya.

Walaupun Paulus mengatakan bahwa tubuh untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh, namun ia tidak mengatakan bahwa Allah itu untuk perut atau makanan. Allah akan membinasakan perut dan makanan, tetapi tidak demikian dengan tubuh kita. Tubuh kita adalah untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh kita.

Dalam ayat 14 Paulus berkata, "Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya." Allah telah membangkitkan tubuh Tuhan, dan telah menetapkan bahwa tubuh kita akan berbagian dalam tubuh Tuhan yang mulia di dalam kebangkitan (Flp. 3:21), dan akan dibangkitkan, menjadi yang tidak dapat binasa (1 Kor. 15:52). Inilah penebusan tubuh kita (Rm. 8:23). Bahkan sekarang Roh Kristus yang bangkit, yang berhuni di dalam kita, juga menyalurkan hayat kepada tubuh kita (Rm. 8:11), menjadikannya anggota Kristus (1 Kor. 6:15), menjadi bait Allah yang dihuni oleh Roh Kudus-Nya (ayat 19).

Dalam ayat 13 dan 14 kita memiliki janji ganda: pertama, Tuhan adalah untuk tubuh; kedua, Allah akan membangkitkan tubuh. Dari Roma 8:11 kita mengetahui bahwa pada hari ini pun tubuh kita yang fana bisa menerima suplai dari hayat kebangkitan dan ditopang olehnya. Kadang-kadang Ia menyembuhkan kita. Aspek pertama dari janji ganda atas tubuh kita ialah Tuhan adalah untuk tubuh kita dan menopang tubuh kita.

Walaupun aspek pertama dari janji ganda itu adalah untuk masa kini, namun aspek kedua adalah untuk masa mendatang. Tuhan adalah untuk tubuh kita hari ini, tetapi Allah akan membangkitkan tubuh kita di masa mendatang. Kebangkitan tubuh ini ditujukan kepada transfigurasi. Ketika tubuh kita dibangkitkan, tubuh kita akan ditransfigurasikan.

Tubuh jasmani kita bisa disamakan dengan sebutir benih yang ditaburkan ke tanah. Menurut 1 Korintus 15, kebangkitan sebenarnya adalah bertumbuhnya benih yang telah ditaburkan ke tanah itu. Ketika sebutir benih ditaburkan, ia hanyalah sebutir benih. Tetapi ketika benih itu bertumbuh dan berbunga, maka terjadilah suatu penampilan yang lain sama sekali. Hari ini tubuh kita adalah benih yang ditabur ke dalam Kristus. Tetapi pada suatu hari benih ini akan tumbuh melalui kebangkitan. Bila ia bertumbuh, maka akan timbul perubahan bentuk, sekali pun ia masih tetap tubuh kita. Ketika sebutir gandum ditaburkan ke tanah, ia tetap adalah gandum. Sewaktu benih ini bertumbuh, maka ia tetap adalah gandum sekalipun bentuknya berbeda sama sekali. Saat ini, tubuh jasmani kita belum mempunyai penampilan yang indah. Karena alasan inilah, kita tidak begitu menghargai tubuh kita. Akan tetapi, karena tubuh kita adalah anggota Kristus, maka tubuh kita berharga dan patut disayangi. Terakhir, dalam kebangkitan, tubuh ini akan menjadi persis sama seperti tubuh Kristus yang mulia, yang telah dibangkitkan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 38

27 June 2011

1 Korintus - Minggu 16 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:12-18


Makanan adalah untuk keberadaan manusia dan pernikahan adalah untuk perkembangbiakan manusia; keduanya perlu dan telah ditetapkan oleh Allah. Manusia berhak memanfaatkan keduanya. Akan tetapi, janganlah kita menyalahgunakannya, juga tidak seharusnya berada di bawah kuasa hal-hal itu, dikendalikan dan diperhamba oleh hal-hal itu. Sembarangan makan, seperti makan makanan persembahan berhala, menjadi sandungan bagi saudara-saudara yang lemah (8:9-13; 10:28-30, 32), dan makan berlebihan merusak tubuh kita. Makanan dan juga perut kita akan dibinasakan; Allah akan membinasakan keduanya (6:13). Penyalahgunaan sex merupakan percabulan. Hal ini tidak saja dipersalahkan Allah, juga membinasakan tubuh kita (ayat 18) yang sebenarnya adalah bagi Tuhan.

Baik makanan maupun pernikahan telah ditetapkan oleh Allah, dan perlu untuk keberadaan manusia. Jika umat manusia mau hidup secara berkesinambungan di bumi bagi penggenapan kehendak Allah, maka manusia perlu makan dan menikah. Makanan tidak saja diciptakan oleh Allah, tetapi juga telah ditetapkan oleh-Nya untuk keberadaan kita. Pernikahan adalah untuk perkembangbiakan umat manusia. Karena hal makan dan pernikahan telah ditetapkan oleh Allah, maka keduanya sah. Dalam setiap kasus kita memiliki kebebasan, kebebasan untuk makan dan kebebasan untuk menikah. Akan tetapi, manusia yang telah jatuh menyalahgunakan kebebasannya dalam hal-hal ini. Karena alasan inilah, maka setelah menanggulangi berbagai keinginan jiwani, nafsu daging, dan penuntutan hak-hak, Paulus beralih kepada masalah penyalahgunaan kebebasan.

Paulus mengawali bagian ini dengan kata-kata ini: "'Segala sesuatu halal bagiku,' tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak mau membiarkan diriku diperhamba oleh apa pun." Di sini pemikiran Paulus boleh jadi demikian: segala sesuatu halal, tetapi tidak semua hal itu membantu kita dalam memikul salib atau menguntungkan kita dalam mengalami Kristus.

Jika kita ingin memahami penggunaan kata "berguna" yang dipakai oleh Paulus di sini, kita perlu memiliki pemahaman yang tepat mengenai kitab Korintus ini secara keseluruhan. Semua perkara halal, tetapi tidak semua perkara membantu kita memperoleh keuntungan yang terwahyu dalam Surat Kiriman ini. Tidak semua hal membantu kita menempuh kehidupan Tubuh. Ya, Anda bebas melakukan berbagai hal, tetapi hal-hal itu tidak akan membantu Anda dalam kehidupan gereja, dan tidak akan memperkuat kehidupan doa Anda. Jika kita menerapkan apa yang dikatakan Paulus dalam 6:12 menurut konteks keseluruhan Surat 1 Korintus, kita akan melihat bahwa perkataan Paulus di sini bersifat almuhit. Dalam 6:12 Paulus seolah-olah berkata, "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya baik, menguntungkan, sesuai, atau ekonomis bagiku untuk menempuh kehidupan orang Kristen, kehidupan gereja, dan kehidupan Tubuh. Tidak semua bisa membantuku menikmati Kristus atau memelihara hari raya Roti Tidak Beragi."


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 38

25 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:9-11


Tidaklah mudah memahami bagaimana kita bisa disucikan dalam nama Tuhan (ay. 11). Jika Paulus berkata bahwa kita disucikan, dikuduskan, dan dibenarkan dalam darah adi Kristus, hal ini jauh lebih mudah dipahami. Tetapi apakah makna disucikan dalam nama Tuhan dan juga dalam Roh itu? Lagi pula, Paulus menggunakan bentuk kata kerja kala lampau dan berkata bahwa orang-orang Korintus telah disucikan, dikuduskan, dan dibenarkan. Sulit dipercaya, kaum beriman tertentu di Korintus benar-benar telah disucikan, dikuduskan, dan dibenarkan.

Pada saat seseorang percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima-Nya, ia disucikan dalam darah dan juga dikuduskan dan dibenarkan oleh darah. Akan tetapi, penyucian, pengudusan, dan pembenaran ini, semuanya bersifat obyektif; bukan subyektif. Kita juga perlu mengalami penyucian, pengudusan, dan pembenaran secara subyektif. Kita memang mengalami hal-hal ini segera setelah kita beroleh selamat, tetapi hanya dalam waktu yang singkat. Untuk beberapa hari, kita menempuh hidup yang bersih, murni, kudus, dan benar. Penyucian, pengudusan, dan pembenaran yang obyektif semuanya ada di dalam darah Kristus. Tetapi ketika kita menempuh hidup yang bersih, kudus, dan benar, kita mengalami sesuatu yang subyektif mengenai hal-hal ini. Pengalaman yang subyektif ini bukanlah dalam darah, melainkan dalam nama Tuhan Yesus dan dalam Roh itu.

Dalam Perjanjian Baru, perkataan "dalam nama Tuhan" sebenarnya berarti dalam Tuhan itu sendiri, karena nama menyatakan Personanya. Jika ada nama seseorang tanpa ada orang tersebut, maka nama itu adalah suatu kesia-siaan, sesuatu yang kosong. Tetapi bila kita memanggil nama seseorang yang hidup, maka orang itu akan memberikan respon. Demikian pula, ketika kita berseru, "Tuhan Yesus," kita mengalami Persona Tuhan. Tuhan adalah Persona yang hidup, bukan sekadar nama. Karena itu, kapankala kita menyeru nama Tuhan Yesus, berarti kita menyeru Persona Tuhan. Ia itu riil, hidup, hadir, dan tersedia. Kapan saja kita berseru kepada-Nya, Ia menjawab. Kita bisa bersaksi bahwa Tuhan Yesus itu riil, hidup, dan hadir. Kapan saja kita berseru kepada-Nya, Ia datang kepada kita.

Menurut ayat 11, kita telah disucikan, dikuduskan, dan dibenarkan bukan hanya dalam nama Tuhan Yesus Kristus, tetapi juga dalam Roh Allah kita. Nama adalah Persona, dan Persona adalah Roh itu. Kita tidak bisa memisahkan nama Tuhan dari Roh-Nya, karena Roh itu adalah Persona-Nya. Menurut pasal 14, 15, dan 16 dari Injil Yohanes, nama tidak bisa terpisah dari Roh itu. Alasannya adalah karena nama adalah Persona, dan Persona adalah Roh itu. Ketika kita berseru, "O, Tuhan Yesus," Tuhan datang. Tetapi sewaktu Ia datang kepada kita, Ia adalah Roh itu. Paulus pasti sudah mengalami hal ini. Ia mengetahui, ketika ia menyeru nama Tuhan, Tuhan datang kepadanya sebagal Roh itu. Dalam nama dan dalam Roh itu ia mengalami penyucian, pengudusan, dan pembenaran secara subyektif. Ini juga menjadi pengalaman kita ketika kita menyeru nama Tuhan dan mengontak Roh itu, yang adalah Persona yang ditunjukkan oleh nama ini.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 37

24 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:4-10


Sekali lagi hendak saya ungkapkan bahwa yang ditanggulangi dalam pasal 6 ini berkaitan dengan penuntutan terhadap hak-hak kita. Penuntutan atas hak-hak terbit dari nafsu daging dan nafsu daging berasal dari hidup dalam jiwa. Jadi, bila kita hidup dalam jiwa, nafsu daging akan masuk, dan bila nafsu masuk, kita akan menuntut hak-hak kita. Tidak diragukan, Paulus dengan teliti menanggulangi ketiga problem yang pertama dengan urutan yang khusus. Pertama-tama, ia menanggulangi perpecahan yang berasal dari hayat jiwani. Kedua, ia menanggulangi dosa yang kotor yang berasal dari nafsu daging. Yang ketiga, ia menanggulangi hal penuntutan hak-hak.

Baik di dalam kehidupan gereja maupun dalam kehidupan keluarga, kita mempunyai problem penuntutan hak-hak diri sendiri ini. Dua orang saudara boleh jadi mempunyai problem satu dengan yang lain dan masing-masing menuntut hak-haknya dalam masalah ini. Dalam pasal 6:1-11 Paulus dibebani oleh penuntutan atas hak-hak pribadi ini. Perihal ini tersembunyi di dalam kita masing-masing. Kita masing-masing cenderung menuntut hak-hak kita dalam hal-hal tertentu. Boleh jadi ada sebagian orang menyangkal bahwa mereka tidak pernah membawa siapa pun ke pengadilan atau kepada penatua-penatua gereja. Walaupun mereka tidak berbuat demikian, di dalam mereka ada maksud untuk menuntut hak-hak mereka. Sebagai contoh, dalam batin mereka berkata, "Mengapa saudara ini memperlakukan aku demikian?" Berkata demikian membuktikan adanya penuntutan hak-hak diri sendiri. Dalam pandangan Allah, menuntut hak dalam hati sama dengan membawa seorang saudara ke pengadilan. Penuntutan atas hak perlu dicabut dan ditanggulangi secara tuntas. Inilah tujuan Paulus menulis ayat-ayat ini.

Sewaktu Paulus membicarakan tentang orang-orang yang tidak benar (ay. 9), siapakah yang ia maksudkan -- orang yang menyalahi orang lain atau orang yang disalahi? Menurut saya, yang ia maksudkan adalah orang yang menyalahi orang lain. Jika kita menyalahi seorang saudara, kita tidak benar. Kaum beriman yang tidak benar tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. Menurut perkataan Tuhan dalam Injil Matius, kita harus mutlak benar jika kita ingin mewarisi Kerajaan Allah yang akan datang sebagai pahala kita. Bahkan Tuhan juga mengatakan bahwa kebenaran kita haruslah melebihi kebenaran orang-orang Farisi. Karena Kerajaan Allah dibangun di atas kebenaran, maka kita harus benar untuk bisa mewarisinya. Sebab itu, janganlah kita menyalahi atau menipu saudara kita. Jika kita tidak benar, kita akan kehilangan warisan Kerajaan.

Sangat bermakna, dalam ayat 9 Paulus berbicara mengenai mewarisi Kerajaan. Kata mewarisi menyiratkan kenikmatan. Mewarisi sesuatu berarti menikmati sesuatu. Jadi, mewarisi Kerajaan yang akan datang berarti menikmati Kerajaan itu. Kerajaan yang akan datang akan menjadi satu warisan yang menyenangkan bagi para pemenang. Menurut Matius, penyataan Kerajaan akan menjadi pahala bagi orang kudus pemenang sebagai kenikmatan mereka bersama Tuhan. Mewarisi Kerajaan bukan hanya masuk Kerajaan; tetapi juga menerima Kerajaan sebagai pahala bagi kenikmatan kita. Hal ini akan menjadi perangsang bagi kita untuk menempuh hidup yang menang, hidup yang tidak berdosa dan hidup yang benar. Jika kita ingin menempuh hidup yang demikian ini, kita perlu mengadakan hari raya Roti Tidak Beragi. Kemudian kita semua akan memiliki hidup tanpa ragi, hidup tanpa dosa. Dengan menempuh hidup yang benar, kita akan layak mewarisi Kerajaan yang akan datang.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 37

23 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 6:1-3


Beban Paulus dalam menulis Surat Kiriman ini adalah menanggulangi hal-hal yang menggantikan Kristus. Kaum beriman di Korintus menggantikan Kristus dengan kebudayaan Yunani, filsafat Yunani, dan hikmat Yunani; semuanya ini adalah hal-hal yang baik, hasil-hasil utama dari masyarakat. Bila tidak memiliki kebudayaan, kita akan menjadi tidak terkendali. Tanpa filsafat dan hikmat, kita akan menjadi tolol. Setiap manusia memerlukan kebudayaan, hikmat, dan filsafat. Problem di antara kaum beriman di Korintus adalah: hal-hal yang baik ini menggantikan Kristus. Karena itu, beban dalam roh Paulus adalah membawa kaum beriman kembali kepada Kristus, inti unik Allah.

Maksud Allah ialah menggarapkan Kristus ke dalam umat pilihan-Nya, sehingga Kristus bisa menjadi hayat mereka dan segala sesuatu mereka, dan mereka bisa memperhidupkan Kristus dan dalam pengalaman mereka menjadi anggota-anggota Kristus. Dengan cara inilah Kristus akan memiliki Tubuh, gereja. Sewaktu menulis 1 Korintus, visi inilah yang ada dalam roh Paulus. Dalam Surat Kiriman ini, pertama-tama Paulus menanggulangi problem perpecahan. Perpecahan bersumber dari dalam jiwa, khususnya dalam pikiran. Dengan alasan inilah Paulus menanggulangi pikiran filosofis kaum beriman di Korintus. Kemudian ia maju lagi untuk menanggulangi suatu dosa kotor. Urutan ini menunjukkan bahwa jika orang-orang Kristen hidup oleh jiwa dan kebudayaan, dan bukannya hidup oleh Kristus, pintu akan terbuka bagi nafsu daging.

Setelah menanggulangi jiwa dan daging yang penuh nafsu, Paulus beralih kepada masalah mencari keadilan di antara kaum beriman. Ini adalah masalah menuntut hak dan ketidakrelaan menderita kerugian. Bila kita jiwani dan bersifat daging, kita selalu menuntut hak-hak kita. Kita tidak sudi dipersalahkan oleh siapa pun. Karena alasan inilah Paulus menuliskan penanggulangan ketiga dalam Surat Kirimannya, yakni mengenai penuntutan hak-hak pribadi seseorang. Problem ini terdapat di antara kaum beriman di Korintus.

Problem menuntut hak-hak diri sendiri tidak hanya terdapat dalam masyarakat dan dalam gereja, tetapi juga dalam kehidupan pernikahan. Jika sepasang suami istri hidup dalam jiwa mereka dan menurut hawa nafsu mereka, keduanya akan menuntut hak-hak mereka. Tidak seorang pun dari mereka yang sudi mengalah kepada yang lain. Bila kita hidup di dalam roh, barulah kita rela mengalah dan tidak mempertahankan hak-hak kita. Jika kita memiliki hayat yang berasal dari roh perbauran, kita tidak akan menuntut hak apa pun bagi diri kita sendiri. Seolah-olah kita tidak mempunyai hak apa pun untuk dituntut. Sebab musabab kita menuntut hak-hak kita adalah karena kita tidak hidup oleh roh perbauran, melainkan hidup di dalam jiwa dan di dalam daging. Karena hayat jiwani yang berperan dan karena pintu terbuka bagi hawa nafsu daging, maka ada tuntutan-tuntutan di antara kaum beriman Korintus. Jadi urutannya: pertama-tama memiliki kehidupan jiwani, lalu nafsu daging, dan kemudian penuntutan atas hak-hak diri sendiri.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 37

22 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 5:7-13


Dalam Surat 1 Korintus Paulus membandingkan kaum beriman di Korintus, dan juga dirinya sendiri, dengan bani Israel. Ia mengambil sejarah bani Israel sebagai latar belakang Surat Kiriman ini. Hal ini memberikan satu tumpuan kepada kita untuk mengatakan bahwa sejarah bani Israel merupakan suatu lambang yang lengkap dari hidup kristiani kita dalam gereja. Dalam ayat 7 Paulus berbicara tentang "Paskah kita, yaitu Kristus." Jika Kristus adalah Paskah Paulus, sudah tentu Dia juga menjadi Paskah setiap orang beriman. Bani Israel tidak hidup secara individualistis; sebaliknya, mereka hidup, berkemah, berjalan, dan berperang bersama-sama. Kehidupan korporat mereka melambangkan kehidupan kita di dalam gereja. Karena itu, ketika membaca sejarah bani Israel, kita harus menyadari bahwa kita sedang membaca sejarah kita sendiri. Apa yang menimpa mereka merupakan lambang dari pengalaman kita hari ini. Mereka makan manna di padang gurun; kita juga makan manna. Mereka minum air hidup; kita juga minum air hidup. Mereka mempunyai batu karang yang mengikuti mereka; kita juga mempunyai batu karang. Mereka mengalami Paskah; kita juga mempunyai Paskah, Paskah yang adalah Kristus itu sendiri. Selain itu, setelah Paskah, mereka mengadakan hari raya roti tidak beragi. Ini menunjukkan bahwa kita juga harus merayakan hari raya ini. Kehidupan gereja adalah hari raya roti tidak beragi. Karena alasan inilah, setiap ragi yang ada harus dibersihkan dari gereja.

Roti tidak beragi menunjukkan hidup yang tanpa dosa, tanpa ragi. Di dalam diri sendiri, kita tidak dapat memiliki kehidupan semacam ini. Akan tetapi, dalam Kristus, kita dapat menempuh satu kehidupan yang tanpa dosa. Kita telah diletakkan ke dalam Kristus, dan kini kita harus belajar hidup di dalam Kristus dan oleh Kristus. Kemudian Dia akan menjadi suplai hayat yang tidak beragi bagi kita. Dia akan menjadi sumber, pancaran dari hayat dan kehidupan yang tanpa dosa. Karena kita memiliki sumber dan suplai yang sedemikian ini, tidaklah mustahil bagi kita untuk menempuh satu kehidupan tanpa dosa.

Jika kita mau menempuh satu kehidupan tanpa dosa, maka setiap hari kita harus makan Kristus sebagai roti yang tidak beragi. Para ahli gizi mengatakan bahwa kita akan menjadi seperti apa yang kita makan. Jika kita makan roti tidak beragi, akhirnya kita akan tersusun dari roti yang tidak beragi. Kemudian kita akan menempuh satu kehidupan yang tanpa ragi. Meskipun di dalam diri sendiri kita tidak mungkin tidak berdosa, namun di dalam Kristus kita dapat menjadi tanpa dosa melalui makan Dia sebagai sumber dan suplai dari hayat yang tanpa dosa. Karena Kristus, sumber kita, tidak beragi, maka jika kita berpesta dengan Dia setiap hari, kita dapat memiliki satu kehidupan gereja yang tanpa ragi.

Dalam pasal ini kita mempunyai beberapa butir yang penting. Pertama, gereja harus murni, tidak beragi, dan tidak boleh mentolerir orang yang berdosa. Kedua, kita harus belajar melatih roh kita dan menggunakan roh kita dalam setiap situasi. Ketiga, kita perlu nampak bahwa sebagai orang yang telah mengalami Paskah, kini kita harus menikmati hari raya roti tidak beragi terus-menerus. Akhirnya, jika seseorang benar-benar menjadi jahat dan menolak bertobat, dia harus disingkirkan dari kehidupan gereja. Akan tetapi, jika orang semacam ini akhirnya bertobat dan menghasilkan buah-buah pertobatan, gereja akan mengampuni dia serta menerimanya kembali ke dalam persekutuan. Jika kita merenungkan semua hal ini, kita akan mendapatkan satu pemahaman yang jelas tentang bagaimana menanggulangi orang yang jahat dalam kehidupan gereja.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 36

21 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 5:6-8


Kata-kata "anak domba Paskah" (ay. 7) dalam bahasa aslinya adalah "Paskah" (tanpa kata-kata anak domba). Mengatakan Kristus adalah Paskah kita, menunjukkan bahwa Paulus menganggap kaum beriman adalah umat pilihan Allah, yang telah melewati mereka, sebagaimana dilambangkan oleh Paskah dalam Keluaran 12. Dalam Paskah ini, Kristus tidak hanya Domba Paskah, lebih-lebih adalah seluruh Paskah. Untuk menjadi Paskah kita, Dia disembelih dan dipersembahkan di atas salib, menebus kita, agar kita didamaikan dengan Allah. Itulah sebabnya, kita dapat menikmati Dia sebagai perayaan di hadapan Allah. Dalam perayaan ini tidak boleh ada ragi, karena dosa dan Kristus Sang Penebus tidak dapat tinggal berdampingan.

Paulus juga berkata bahwa kaum beriman Korintus tidak beragi. Tidakkah ini sulit dipercaya? Bagaimana kaum beriman di Korintus dapat tidak beragi? Pada keempat pasal yang pertama dari Surat Kiriman ini, mereka ditegur oleh Paulus karena perpecahan. Apakah perpecahan bukan ragi? Apakah iri hati, cemburu, perselisihan, dan kesombongan bukan perkara-perkara yang berdosa? Lalu, bagaimana Paulus dapat mengatakan bahwa kaum beriman di sana tidak beragi? Kelihatannya ini adalah suatu kontradiksi. Sebenarnya, di sini sama sekali tidak ada kontradiksi. Alkitab selalu menyajikan satu pemandangan yang lengkap dari suatu masalah, khususnya dari sejarah kita sebagai kaum beriman. Maksudnya, Alkitab mewahyukan dua sisi dari suatu masalah. Pada satu sisi, kita memiliki Kristus; pada sisi lain, kita memiliki hakiki kita dalam sifat kita yang telah jatuh. Menurut sisi yang satu, sisi Kristus, kita adalah kudus. Kita adalah orang kudus dalam Kristus. Dalam 1:2 Paulus menunjukkan bahwa kita "dikuduskan dalam Kristus Yesus, orang-orang kudus yang terpanggil." Jadi, dalam Kristus kita tidak beragi. Tetapi dari sisi lain, sisi alamiah kita, kita penuh dengan ragi. Masalahnya, apakah kita makan roti yang tidak beragi atau yang beragi. Dengan kata lain, kita memperhidupkan Kristus atau diri kita sendiri? Jika kita memperhidupkan Kristus, kita makan roti yang tidak beragi. Tetapi bila kita memperhidupkan diri kita sendiri, kita makan roti yang beragi.

Pesta dalam ayat 8 mengacu kepada Hari Raya Roti Tidak Beragi sebagai kelanjutan Paskah (Kel. 12:15-20). Hari Raya ini berlangsung selama tujuh hari, jangka waktu yang lengkap, menandakan seluruh waktu hidup kristiani kita, dari hari pertobatan kita sampai pada hari keterangkatan kita. Ini adalah masa perayaan yang panjang. Kita tidak boleh merayakannya dengan ragi yang lama, yaitu dosa dari sifat kita yang usang, tetapi dengan roti tidak beragi, yaitu Kristus dari sifat kita yang baru sebagai rawatan dan kenikmatan kita. Hanya Dialah suplai hayat yang sejati dan riil, mutlak murni, tanpa campuran, bahkan penuh realitas. Perayaan adalah waktu untuk menikmati pesta. Seluruh kehidupan orang Kristen seharusnya merupakan pesta yang demikian, menikmati Kristus sebagai pesta kita, sebagai suplai hayat yang limpah bagi kita.

Dari ayat 7 dan 8 kita mengetahui bahwa di sini kita memiliki dua pesta. Ketika beroleh selamat, kita menikmati hari raya Paskah. Tetapi kini, sepanjang hidup kristiani kita, kita harus menikmati hari raya roti tidak beragi. Dalam perlambangan, tujuh hari dari hari raya roti tidak beragi menandakan seluruh hidup kristiani kita. Tanpa 1 Korintus 5, kita tidak akan mengira hidup kristiani kita merupakan satu hari raya sedemikian. Tetapi menurut ayat 8, kita nampak bahwa kehidupan kristiani adalah suatu hari raya roti tidak beragi, yaitu suatu pesta untuk menikmati Kristus sebagai suplai hayat tanpa ragi.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 36

20 June 2011

1 Korintus - Minggu 15 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 5:1-5


Dalam 5:1-13 Paulus beralih kepada masalah menanggulangi saudara yang jahat. Problem pertama, yang ditanggulangi dalam pasal 1 hingga 4, adalah masalah perpecahan, yang pada pokoknya berkaitan dengan hayat alamiah jiwa. Problem kedua, yang ditanggulangi dalam pasal 5 hingga bagian kedua dari kitab ini, adalah dosa perzinaan, yang berkaitan dengan nafsu daging. Masalah ini, perzinaan antara seorang saudara dengan istri ayahnya, secara moral lebih kotor daripada problem pertama, perpecahan. Problem pertama menyinggung perselisihan yang timbul dari kesombongan. Problem kedua adalah dosa kotor yang terbit dari nafsu.

Surat 1 Korintus 5 mempunyai ciri tersendiri. Pertama, pasal ini menunjukkan bahwa seorang beriman yang sejati pun dapat melakukan dosa yang kotor. Banyak orang yang membaca Perjanjian Baru beranggapan bahwa karena kasih karunia Allah, kaum beriman tidak dapat berbuat hal-hal yang jahat, khususnya hal-hal jahat tertentu yang tercatat dalam Perjanjian Lama. Tetapi dalam pasal ini kita membaca tentang seorang saudara dalam gereja di Korintus yang melakukan dosa perzinaan dengan istri ayahnya. Tentunya, Paulus bermaksud membantu gereja untuk menanggulangi saudara yang jahat ini. Melalui membaca pasal ini kita nampak, bahwa tidak mustahil seorang yang telah benar-benar beroleh selamat, seorang saudara sejati dalam Tuhan, melakukan dosa semacam itu. Kalau ini tidak tercatat dalam Perjanjian Baru, mungkin kita sulit mempercayai bahwa seorang yang telah beroleh selamat dapat melakukan dosa semacam ini. Sebaliknya, boleh jadi kita berpendapat bahwa setelah beroleh selamat, seseorang tidak mungkin berdosa seperti itu.

Pasal ini juga memperlihatkan kepada kita bahwa begitu gereja menyimpang dari visi inti ekonomi Allah dan masuk ke dalam jiwa, terbukalah pintu bagi nafsu daging. Ini tidak saja membuka jalan bagi cemburu dan perselisihan, bahkan juga bagi dosa-dosa kotor. Itulah sebabnya, bahaya sekali jika kita tinggal di dalam jiwa. Dalam Surat Kiriman ini, pertama-tama Paulus menanggulangi jiwa dan kemudian nafsu daging. Menanggulangi jiwa terutama adalah menanggulangi perpecahan. Keempat pasal pertama dari kitab ini menanggulangi problem perpecahan yang berasal dari jiwa, terutama masalah pikiran. Ini adalah hasil dari opini, dan opini berasal dari pikiran. Hal ini dengan jelas ditunjukkan dalam keempat pasal yang pertama. Melalui membaca pasal-pasal ini kita melihat adanya perpecahan di antara orang-orang Korintus disebabkan mereka sangat kuat dalam pikiran alamiahnya. Mereka beralih dari roh dan memakai jiwa. Mereka meninggalkan visi inti, dan hal ini membuka pintu bagi nafsu daging untuk masuk.

Kita semua harus belajar dari Paulus untuk mengerjakan segala sesuatu dengan roh kita. Banyak hal yang tidak kita kerjakan dengan roh. Akan tetapi, Paulus menanggulangi situasi yang dilukiskan dalam pasal 5 sepenuhnya dengan rohnya. Dengan rohnya ia menghukum dan dengan rohnya ia menyerahkan orang jahat itu kepada Iblis.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 36

18 June 2011

1 Korintus - Minggu 14 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 4:14-21


Paulus adalah seorang yang dapat marah dalam sekejap kemudian bergembira. Hal ini menunjukkan bahwa ia benar-benar seorang manusia rohani. Jadi, benarlah mengatakan bahwa dalam pasal ini Paulus marah kepada orang Korintus, juga lemah lembut terhadap mereka.

Dalam 1 Korintus 4 kita melihat bahwa Paulus sungguh-sungguh tidak gembira terhadap kaum beriman Yunani di Korintus. Akan tetapi, perasaan tidak gembira itu dapat seketika lenyap. Ia dapat bertanya dalam ayat 21, apakah mereka menginginkan ia datang dengan cambuk, atau dalam kasih dan roh yang lemah lembut. Apakah ini perkataan marah atau lemah lembut? Sulit dikatakan, sebab Paulus sebenarnya marah dan lemah lembut pada saat yang bersamaan.

Saya sangat mengapresiasi 1 Korintus 4. Dalam pasal ini kita dapat melihat satu keinsanian yang sangat sejati, keinsanian tanpa kepura-puraan. Tetapi, keinsanian ini penuh dengan hayat. Jika kita membaca perkataan Paulus berulang-ulang, khususnya jika kita mendoabacakannya, kita akan menjamah hayat. Meskipun ayat 21 mungkin kedengarannya tidak terlalu Alkitabiah, tetapi ayat itu adalah ayat yang penuh dengan bobot hayat. Sebaliknya pengucapan kata-kata tertentu yang diakhiri dengan, "Demikianlah firman Tuhan," boleh jadi kekurangan hayat sama sekali. Perkataan Paulus dalam 1 Korintus 4 penuh dengan bobot hayat.

Kita semua perlu belajar dari Paulus untuk memiliki kerohanian yang sejati. Jika kita benar-benar rohani, kita tidak akan menyembunyikan amarah, tidak berpura-pura, dan tidak akan berpolitik. Sebaliknya, kita akan mempunyai keinsanian yang sejati dan hanya mempertahankan hakiki kita di dalam Kristus. Inilah jenis hayat yang dapat menyalurkan kekayaan Kristus yang tidak terduga ke dalam kaum beriman. Orang yang mempunyai keinsanian semacam ini memenuhi syarat untuk menjadi pengurus rumah tangga dalam keluarga Allah.

Di satu pihak, kita perlu menjadi seperti sampah dan kotoran; di pihak lain kita perlu menjadi bapa yang melahirkan. Jika kita bukan sampah, kotoran, dan juga bukan bapa yang melahirkan, pekerjaan kita hanya mempunyai sedikit pengaruh. Boleh jadi kita memberitakan hal-hal yang benar secara doktrinal, tetapi hasilnya sedikit. Seorang bapa yang melahirkan, seorang yang membagikan hayat kepada orang lain, harus menjadi seperti kriminal yang dijatuhi hukuman mati di hadapan manusia. Dia harus dianggap tidak berguna, sebagai orang bodoh, sebagai sampah dan kotoran. Jika kita menempuh kehidupan semacam ini di hadapan manusia, kita akan menjadi bapa-bapa yang mampu melahirkan banyak anak. Artinya, jika kita mau membagikan hayat kepada orang lain, kita harus direndahkan dalam pandangan manusia. Dalam pemulihan Tuhan hari ini lebih-lebih demikian. Untuk menjadi penyalur hayat, Anda harus dihina oleh agama. Orang Kristen duniawi akan berkata bahwa Anda adalah sampah, kotoran. Maka Anda akan menjadi penyalur hayat dan bapa yang melahirkan.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 35

17 June 2011

1 Korintus - Minggu 14 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 4:14-21


Ayat 14-21 adalah bagian yang paling akrab dari pasal ini. Di sini kita nampak bahwa Paulus adalah seorang bapa yang melahirkan. Seolah-olah ia berkata kepada orang-orang Korintus, "Memang, aku adalah sampah dan kotoran. Tetapi aku adalah seorang bapa yang telah melahirkan banyak anak. Dalam Kristus Yesus aku telah melahirkan kalian melalui Injil."

Jika saya adalah orang beriman yang menerima surat ini di Korintus, saya akan menjadi malu sekali setelah membaca ketiga belas ayat yang pertama dari pasal ini. Saya akan berkata sendiri, "Bapa rohaniku berkata bahwa aku menyanjung diri sendiri, tetapi ia menganggap diri sendiri adalah sampah dan kotoran. Hal ini memalukan aku." Akan tetapi, Paulus berkata bahwa ia menulis hal ini bukan untuk mempermalukan mereka, namun untuk menegur mereka sebagai anak-anak yang dikasihi.

Dalam menasihati orang-orang Korintus untuk menuruti teladannya, Paulus seolah-olah berkata, "Anak-anakku, janganlah menjadi raja, tetapi relakanlah dirimu direndahkan sebagai para kriminal dalam pemandangan manusia. Janganlah menjadi filsuf-filsuf, tetapi jadilah sampah dan kotoran. Berpalinglah dari hakikimu pada masa lampau dan ikutilah teladanku. Hari ini kami, para rasul, direndahkan di hadapan manusia demi Kristus. Kami telah menjadi bodoh karena Kristus. Kami telah dijadikan tontonan malaikat-malaikat dan manusia, kami adalah para kriminal yang divonis hukuman mati, dan kamilah sampah dan kotoran. Tetapi bagi kamu, aku adalah bapa yang melahirkan kamu."

Beberapa orang dari mereka menjadi sombong, karena menyangka ia tidak akan mengunjungi mereka (ay. 18). Tetapi Paulus berkata bahwa jika Tuhan menghendaki, tidak lama lagi ia akan berkunjung ke Korintus (ay. 19). Jika menurut kemauannya sendiri, ia pasti datang. Tetapi menurut cara pembicaraan Perjanjian Baru, Paulus menyisipkan perkataan "kalau Tuhan menghendaki" untuk menunjukkan bahwa mungkin Tuhan tidak mengirim ia ke sana. Jadi jika Tuhan menghendaki, ia akan datang. Tetapi jika Tuhan tidak menghendakinya mengunjungi Korintus, Paulus tidak dapat berbuat apa-apa.

Ayat 21 adalah kesimpulan dari pasal ini: "Apa yang kamu kehendaki? Haruskah aku datang kepadamu dengan cambuk atau dengan kasih dan dengan (roh yang) lemah lembut?" Perkataan ini dikatakan kepada kaum beriman Korintus berdasarkan bahwa rasul adalah bapa rohani mereka. Dengan demikian, Paulus memiliki kedudukan dan tanggung jawab untuk mendisiplin anak-anaknya.

Menurut perkataan Paulus dalam ayat 21, ia gembira atau tidak, marah atau lemah lembut? Saya katakan dalam pasal ini ia bergembira juga tidak bergembira, marah dan juga lemah lembut. Namun, hal ini bukan berarti Paulus bermuka dua. Sebaliknya, ini mewahyukan bahwa manusia rohani yang sejati itu dapat lemah lembut kemudian seketika itu juga ia bisa menjadi marah. Sebenarnya, seorang manusia rohani dapat lemah lembut sementara ia sedang marah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 35

16 June 2011

1 Korintus - Minggu 14 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 4:10-13


Ketika Paulus berkata, "Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian bahwa kamu telah menjadi raja," ia menunjukkan bahwa orang-orang Korintus sebenarnya tidak memerintah seperti raja. Sebaliknya, mereka dalam khayalan. Fakta bahwa mereka belum menjadi raja dibuktikan oleh perkataan Paulus tentang para rasul yang diberi tempat yang terakhir. Seolah-olah Paulus berkata, "Allah belum menjadikan kami raja pada zaman ini. Sebaliknya, Dia telah memperlakukan kami seperti kriminal-kriminal yang dijatuhi hukuman mati, untuk bertarung dengan binatang buas." Kiasan ini menyajikan satu lukisan yang hidup dari situasi para rasul. Jauh dari memerintah sebagai raja, mereka seperti kriminal-kriminal yang dijatuhi hukuman untuk bertarung dengan binatang buas untuk menghibur orang banyak. Ini adalah nasib kita hari ini dalam pandangan manusia. Akan tetapi, dalam pandangan Allah, nasib kita ialah menikmati Kristus. Kita yang menikmati Kristus telah menjadi kriminal dalam pandangan manusia untuk kenikmatan mereka. Tetapi dalam pandangan Allah, Kristuslah nasib kita bagi kenikmatan kita. Banyak yang mengejek dan mencemooh kita. Tetapi sementara mereka mencemooh kita untuk hiburan mereka, kita menikmati Kristus. Hal ini memperlihatkan bahwa kita memiliki dua nasib. Nasib kita dalam pandangan Allah adalah memiliki Kristus untuk kita nikmati. Nasib kita dalam pandangan manusia adalah dianggap sebagai kriminal yang dijatuhi hukuman mati untuk hiburan orang lain. Jika kita setia seperti Paulus, ini akan menjadi nasib kita di hadapan manusia. Kita akan diberi tempat yang terakhir, dan kita akan menjadi tontonan para malaikat dan manusia.

Para rasul rela menjadi bodoh karena Kristus dengan meninggalkan hikmat manusia mereka. Tetapi kaum beriman Korintus yang bersifat daging (karnal) menjadi manusia arif di dalam hikmat alamiah, meskipun mereka mengatakan bahwa mereka berada di dalam Kristus. Paulus tidak mengatakan bahwa mereka adalah filsuf-filsuf karena Kristus; ia menyatakan bahwa mereka bodoh karena Kristus. Di satu pihak, setiap orang beriman dalam Kristus harus menjadi orang bodoh. Banyak orang yang berhikmat di dunia ini menjadi bodoh karena Kristus. Meskipun para rasul telah menjadi bodoh karena Kristus, orang Korintus tetap mengejar kebijaksanaan.

Dalam ayat 13 Paulus berkata, "Kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini." "Sampah dunia" dan "kotoran" adalah sinonim. Sampah mengacu kepada apa yang dibuang ketika diadakan pembersihan; karena itu berarti barang tak berguna, kotoran. "Kotoran" mengacu kepada apa yang dihapuskan; karena itu berarti sampah, barang yang tak berguna. Kedua istilah ini digunakan secara kiasan, khususnya ditujukan kepada para kriminal kelas terendah yang telah dihakimi, yang dilemparkan ke dalam laut atau kepada binatang-binatang buas yang liar di gelanggang pertunjukan. Di sini Paulus menyamakan dirinya sendiri seperti para kriminal yang terendah, sampah, kotoran, limbah, barang yang dibuang.

Dibandingkan dengan teman-teman saya dahulu, saya juga adalah kotoran dan sampah. Mereka telah sangat sukses dan memperoleh banyak kekayaan. Mereka menganggap saya orang bodoh dan heran terhadap apa yang saya kerjakan dalam hidup ini. Kadang-kadang saya berjumpa dengan teman-teman lama. Ketika mereka menanyakan pekerjaan saya, saya ragu-ragu menjawabnya. Mereka telah menjadi sangat sukses, tetapi kita telah menjadi sampah dunia dan kotoran dari segala sesuatu. Kita hanya layak dibuang sebagai sampah. Inilah perkiraan Paulus tentang penilaian orang Yahudi dan orang kafir terhadap dirinya

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 35

15 June 2011

1 Korintus - Minggu 14 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 4:6-9


Hal-hal yang ditulis oleh Paulus di dalam pasal 1 -- 3, dapat diterapkan pada semua orang yang melayani Tuhan, terutama kepada orang-orang Korintus yang congkak dan terpecah-belah. Tetapi karena mereka, yang menurut keadaan mereka dan bagi kebaikan mereka, Paulus mengenakan hal-hal itu pada dirinya sendiri dan pada Apolos, sebagai perumpamaan; (seperti yang telah dikatakannya dalam 3:5-8), dengan harapan supaya orang-orang Korintus yang sombong memahami dan menerapkan perbandingan yang mereka buat ke atas diri mereka sendiri.

Ayat 7 melanjutkan, "Sebab siapa yang menganggap engkau begitu penting? Apa yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Jika engkau memang menerimanya, mengapa engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?" Allahlah yang membedakan kita dari yang lainnya. Semua yang kita miliki, kita terima dari Allah. Maka, semua kemuliaan seharusnya diberikan kepada Allah, dan kita seharusnya bermegah di dalam Allah, bukan di dalam diri kita sendiri atau di dalam hamba mana pun, yang dipakai Allah, seperti Paulus atau Apolos.

Pada zaman Paulus, ketika para kriminal diadu dengan binatang buas di gelanggang pertunjukan untuk menghibur khalayak ramai, kriminal itu dipertunjukkan sebagai tontonan yang terakhir. Kriminal itu tidak dianggap apa-apa, karena mereka adalah manusia yang paling rendah, yang telah terlibat dalam kejahatan dan menunggu hukuman mati. Pemerintah Romawi sering memaksa mereka bertarung melawan binatang buas di gelanggang pertunjukan sebagai tontonan. Ketika ada tontonan semacam ini, para kriminal itu tampil pada pertunjukan yang terakhir. Paulus menggunakan ini sebagai kiasan untuk menggambarkan bahwa para rasul telah ditentukan Allah menjadi pertunjukan terakhir, tontonan terakhir. Orang-orang Korintus bukanlah yang terakhir; para rasullah yang terakhir. Para rasul menganggap diri mereka sendiri sebagai kriminal yang dijatuhi hukuman mati di hadapan dunia, tidak seperti orang-orang Korintus yang menganggap diri mereka ditakdirkan menjadi raja-raja yang memerintah.

Dengan menggunakan kiasan ini Paulus memberi tahu kaum beriman di Korintus supaya mereka tidak berperilaku seolah-olah mereka adalah raja atau seolah-olah mereka kaya dan memiliki segala sesuatu. Seolah-olah Paulus berkata, "Jangan berperilaku seperti raja. Allah telah membuat kami, para rasul, yang terakhir dalam pameran ilahi. Kami seperti penjahat-penjahat yang dijatuhi hukuman mati. Inilah nasib kami. Tetapi kamu seolah-olah menikmati nasib yang lain. Kamu kaya, kamu kenyang, dan kamu memerintah. Akan tetapi, kami adalah suatu tontonan."

Perkataan Paulus kepada orang-orang Korintus berlaku juga bagi kita dalam pemulihan Tuhan hari ini. Kita juga harus menjadi seperti para rasul dalam ayat 9 -- bagaikan penjahat-penjahat yang dijatuhi hukuman mati dan tontonan bagi manusia dan malaikat-malaikat. Janganlah kita menganggap diri kita kenyang, kaya, dan kuat. Sikap semacam itu salah sama sekali. Dalam pemulihan Tuhan, kita harus memberi kesan kepada orang lain bahwa kita adalah tahanan yang dijatuhi hukuman mati dan tontonan bagi alam semesta.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 34

14 June 2011

1 Korintus - Minggu 14 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 4:3-5


Dalam ayat ini ada dua perkara mendasar yang perlu kita pelajari. Pertama, jangan pedulikan kritik atau penghakiman orang lain. Sebagian besar orang Kristen tidak tahan dikritik atau dihakimi. Bila mengetahui dirinya dikritik orang, saudari tertentu tidak dapat tidur nyenyak dalam jangka waktu yang lama. Demikian pula saudara-saudara. Andaikata seorang saudara yang adalah penatua mengetahui seseorang telah mengkritik dirinya, ia tidak dapat tidur nyenyak semalam-malaman, sebab mungkin ia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku adalah penatua di gereja, namun seseorang mengkritik aku." Jika kita terganggu oleh kritikan, itu menunjukkan bahwa dihakimi oleh orang lain adalah perkara yang besar, bukan perkara kecil bagi kita, sehingga kita tidak dapat berkata bersama Paulus, "Bagiku tidak begitu penting (hal yang sangat kecil) entahkah aku dihakimi oleh kamu."

Kita dapat membandingkan kritikan dengan lada yang pedas; mula-mula lada yang pedas tidak mudah untuk dimakan, tetapi akhirnya seseorang akan terbiasa olehnya. Banyak penatua telah menjadi cukup terampil dalam makan dan mencerna lada pedas kritikan orang-orang kudus. Mereka telah belajar bersama Paulus bahwa dikritik orang lain adalah perkara kecil.

Hal kedua yang perlu kita pelajari dari ayat-ayat ini adalah jangan mengkritik diri sendiri atau menghakimi diri sendiri. Pada permulaan ministri saya, saya menghakimi diri sendiri setiap kali menyampaikan berita. Saya menghabiskan banyak waktu untuk melihat bagaimana reaksi orang lain terhadap berita itu. Sering kali perlu waktu berhari-hari agar saya dapat benar-benar tenang setelah saya menyampaikan berita. Kemudian tiba waktunya untuk menyampaikan berita lain. Hari ini saya tidak menghakimi diri sendiri seperti itu. Saya telah tahu bahwa menghakimi diri sendiri seperti itu bukanlah praktek yang sehat. Kita tidak cukup layak untuk menghakimi semacam ini. Lagi pula, jika kita tidak menghakimi diri sendiri, kita akan merasa baik; jika kita menghakimi diri sendiri, kita akan menjadi sangat kecewa. Jika semua penatua menghakimi diri sendiri sedemikian, mereka akan merasa diri mereka tidak memenuhi syarat untuk menjadi penatua dan tentu akan berusaha untuk mundur. Paulus dapat berkata bahwa ia tidak menghakimi diri sendiri, dan kita perlu belajar dari dia dalam hal ini.

Perkataan Paulus dalam ayat 2 sampai 5 menunjukkan bahwa ia adalah seorang pengurus rumah tangga yang setia. Ia tidak mempedulikan kritikan orang lain, dan ia tidak mengkritik diri sendiri. Ia menyerahkan seluruh situasinya kepada Tuhan. Hal ini menunjukkan kesetiaannya.

Jika kita memperhatikan kritikan orang lain yang ditujukan kepada kita atau jika kita mengamati diri sendiri, berarti kita tidak setia. Sebaliknya, kita mungkin agak politis dan berusaha menghindari kritikan supaya merasa lebih baik. Kita perlu berpaling dari hal itu dan menyerahkan penghakiman kepada Tuhan. Demikian, kita akan setia.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 34

13 June 2011

1 Korintus - Minggu 14 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:9, 24, 30; 2:11


Dalam ekonomi Allah yang diwahyukan dalam Perjanjian Baru, terutama ada dua rahasia. Rahasia pertama adalah Kristus sebagai rahasia Allah (Kol. 2:2). Dalam diri-Nya sendiri Allah adalah rahasia. Dia itu benar, hidup, dan mahakuasa, akan tetapi Dia tidak tertampak. Karena tidak seorang pun pernah melihat Allah, Dia adalah rahasia. Allah yang rahasia ini diwujudkan di dalam Kristus. Sebab itu, Kristus adalah rahasia Allah. Kristus bukan saja Allah, tetapi Dialah Allah yang terwujud, Allah yang didefinisikan, Allah yang dijelaskan, dan Allah yang ditampilkan. Karena itu, Kristus adalah Allah yang diperlihatkan. Rahasia pertama dalam ekonomi Allah adalah Kristus, Allah yang terekspresi, sebagai rahasia Allah.

Rahasia kedua adalah gereja sebagai rahasia Kristus (Ef. 3:4; Kol. 1:27) Sebagai kaum beriman, kita memiliki Kristus yang berhuni di dalam kita. Tetapi Kristus yang kita miliki adalah suatu rahasia. Walaupun Kristus hidup di dalam kita, orang-orang duniawi tidak menyadari bahwa Dia ada di dalam kita. Bagi mereka, ini adalah satu rahasia. Meskipun Kristus itu rahasia, namun gereja adalah penyataan Kristus. Sebagai Tubuh Kristus, gereja adalah ekspresi Kristus. Ketika kita melihat gereja, kita melihat Kristus. Ketika kita berkontak dengan gereja, kita berkontak dengan Kristus. Ketika kita datang ke dalam gereja, kita datang ke dalam Kristus. Gereja benar-benar rahasia Kristus.

Ketika menyinggung tentang rahasia Allah dalam 4:1, yang Paulus maksudkan ialah Kristus sebagai rahasia Allah dan gereja sebagai rahasia Kristus. Paulus dan rasul-rasul lain adalah pelayan rahasia ini.

Posisi seorang pelayan dalam keluarga Allah dapat dilukiskan dengan fungsi seorang kepala rumah tangga di dalam keluarga yang kaya pada zaman dulu. Seorang kepala rumah tangga dalam keluarga semacam itu bertanggung jawab atas pengaturan pembagian kebutuhan hidup sehari-hari -- makanan, pakaian, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya -- kepada anggota-anggota keluarga. Dengan menggunakan kiasan ini, Paulus menyebut dirinya sendiri sebagai seorang pelayan (pengurus rumah tangga) dalam keluarga Allah. Allah sangat kaya; Dia memiliki satu gudang yang sangat besar, berisi barang-barang yang akan disalurkan kepada anak-anak-Nya. Tetapi penyaluran ini memerlukan seorang pengurus rumah tangga. Jadi, seorang pengurus rumah tangga adalah seorang penyalur, seorang yang menyalurkan suplai hayat ilahi kepada anak-anak Allah.

Sebagai seorang penyalur, Paulus menyalurkan Kristus kepada kaum beriman. Dengan menerima penyaluran tersebut melalui Paulus, kaum beriman dapat bertumbuh dengan suplai yang telah mereka terima. Dengan demikian kita nampak bahwa ministri Paulus adalah ministri penyaluran, satu ministri penyaluran kekayaan Kristus yang tidak terduga kepada kita supaya kita boleh bertumbuh dan menjadi gereja. Paulus menyalurkan kekayaan Kristus bukan saja kepada orang kudus secara individual, tetapi juga kepada Tubuh secara korporat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 34

11 June 2011

1 Korintus - Minggu 13 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:21-23


Menurut 3:21-22, bukan saja tokoh-tokoh rohani adalah bagi kita, bahkan segala sesuatu, termasuk hal-hal negatif seperti dunia dan kematian, adalah milik kita. Artinya, dunia dan kematian pun dapat bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Sudahkah Anda paham bahwa keadaan negatif dari gereja di tempat Anda adalah milik Anda dan mendatangkan kebaikan untuk Anda? Beberapa orang kudus mungkin berkata, "Situasi di gereja lokalku tidak baik. Aku ingin bermaksud pindah ke suatu tempat yang keadaan gerejanya lebih baik." Akan tetapi, mereka yang tidak merasa puas di satu tempat dan pindah ke tempat lain, tidak mengalami pertumbuhan hayat. Kita semua harus nampak bahwa keadaan gereja di tempat kita seperti mati, adalah milik kita, dan bagi kita. Sungguh, segala sesuatu adalah bagi kita.

Allah mempergunakan segala sesuatu untuk menyempurnakan kita. Karena itu, segala sesuatu adalah bagi kita, kita bagi Kristus, dan Kristus bagi Allah. Allah mempergunakan segala sesuatu untuk menyempurnakan kita supaya kita dapat menjadi Tubuh Kristus yang hidup. Maka, kita adalah Tubuh bagi Kristus, dan Kristus adalah ekspresi Allah. Jadi Kristus adalah bagi Allah. Allah diekspresikan melalui Kristus, Kristus diekspresikan melalui kita, dan kita disempurnakan melalui segala sesuatu. Jika kita nampak hal ini, kita tidak akan mengeluh atau memiliki pilihan, kesukaan, atau seleksi. Lagi pula, kita akan puas menerima semua yang Allah tetapkan bagi kita. Jika Allah menetapkan satu kehidupan gereja yang tidak enak bagi Anda, Anda harus menerimanya, dan memuji Tuhan untuk itu. Mungkin Allah menetapkan seorang suami atau istri yang merepotkan bagi Anda. Bahkan mungkin Dia menakdirkan kematian. Tetapi pasangan yang merepotkan atau kematian itu pun adalah bagi kita dan dipergunakan untuk menyempurnakan kita. Karena itu, kita harus menerima apa yang Allah tetapkan bagi kita dan mengenal bahwa hal-hal itu dipergunakan-Nya untuk menyempurnakan kita.

Dalam terang perkataan ini, janganlah kita mengagungkan seseorang, dan janganlah kita mempunyai pilihan atau kesukaan sehubungan dengan orang-orang, hal-hal, atau benda-benda. Sebaliknya, kita harus melihat bahwa segala sesuatu, buruk atau baik, adalah untuk menyempurnakan kita sehingga kita bisa menjadi Tubuh Kristus, yang adalah ekspresi Allah. Inilah pemahaman yang tepat dari perkataan Paulus bahwa segala sesuatu adalah milik kita, kita adalah milik Kristus, dan Kristus adalah milik Allah.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 32

10 June 2011

1 Korintus - Minggu 13 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:13-22


Menurut ayat 13-15, pekerjaan pembangunan kita akan diuji dengan api. Jikalau pekerjaan kita tahan uji, kita akan mendapat pahala. Tetapi jika pekerjaan kita terbakar api, kita akan menderita kerugian. Saya tidak dapat memastikan apa itu api penghakiman. Akan tetapi, baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru, api berasal dari Allah sebagai penghakiman. Pekerjaan yang tersusun dari emas, perak, dan batu permata akan tahan uji. Sebenarnya semakin panas api itu, bahan-bahan itu semakin murni. Tetapi bahan-bahan dari kayu, rumput kering, dan jerami akan terbakar api. Apa pun yang dikerjakan menurut alamiah kita, hakiki kita, dan perbuatan-perbuatan alamiah kita, akan hangus oleh api.

Penghakiman Tuhan paling sedikit memiliki dua aspek: kegelapan dan pembakaran. Kita sendiri mungkin berada dalam kegelapan, dan pekerjaan kita bisa hangus menjadi abu. Sering kali saya merasa takut dan gentar di hadapan Tuhan, ingin tahu apakah pekerjaan saya akan tahan uji. Berkali-kali saya bertanya kepada diri sendiri, apakah pekerjaan saya akan tahan uji api penghakiman Tuhan. Kita semua harus bertanya apakah pekerjaan kita membawa kita ke dalam terang atau menahan kita dalam kegelapan.

Membanggakan tokoh-tokoh rohani juga membinasakan bait Allah, gereja. Berbuat demikian adalah berada dalam daging dan berjalan menurut manusia (3:3-4). Jadi, kita harus berhati-hati, jangan pilih-pilih terhadap penatua, rekan sekerja, atau saudara saudari. Sambil belajar tidak membawa alamiah, hakiki, dan perbuatan kita ke dalam gereja, kita juga harus belajar tidak memiliki pilihan terhadap siapa pun. Jika kita mengagungkan orang-orang tertentu, kita akan mencemari, merusak, membinasakan bait Allah, dan akan menderita hukuman Allah.

Dalam ayat 18 Paulus menasihati orang yang menyangka dirinya berhikmat dalam zaman ini, untuk menjadi bodoh, supaya ia menjadi berhikmat. Menjadi bodoh di sini berarti menolak hikmat filsafat dan menerima perkataan yang sederhana mengenai Kristus dan salib-Nya (1:21, 23). Menjadi berhikmat berarti menerima hikmat Allah, menjadikan Kristus sebagai segala sesuatu kita (1:24, 30; 2:6-8).

Dalam kehidupan gereja kita perlu belajar menjadi bodoh supaya kita beroleh hikmat Allah. Kemudian wahyu Allah akan terbuka bagi kita. Mereka yang menerima wahyu paling banyak dari Allah adalah mereka yang telah belajar menjadi bodoh. Akibatnya, mereka mendapatkan hikmat Allah.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 33

09 June 2011

1 Korintus - Minggu 13 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:12, 15, 17


Membinasakan bait Allah adalah memusnahkan, merusak, atau menajiskan, mencelakakannya. Membinasakan bait Allah berarti membangun dengan bahan-bahan yang tidak berharga seperti kayu, rumput kering, dan jerami, yang dijelaskan dalam ayat 12. Ini mengacu kepada beberapa orang beriman Yahudi yang mencoba membangun gereja dengan unsur-unsur agama Yahudi, dan mengacu kepada beberapa orang beriman Yunani yang berusaha memasukkan unsur-unsur filsafat ke dalam pembangunan gereja. Semua itu bisa merusak, memusnahkan, menajiskan, dan mencelakakan bait Allah, juga berarti membinasakan bait Allah. Menggunakan doktrin apa pun yang berbeda dari pengajaran dasar para rasul (Kis. 2:42), atau cara atau usaha apa pun yang bertentangan dengan sifat Allah, pekerjaan penebusan Kristus, dan pekerjaan pengubahan Roh itu berarti merusak, memusnahkan, menajiskan, mencelakakan, dan membinasakan gereja Allah.

Kata "membinasakan" dalam ayat 17 sedikitnya menyiratkan hukuman yang diungkapkan dalam ayat 15. Setiap orang yang merusak, memusnahkan, menajiskan, dan mencelakakan gereja Allah dengan doktrin bidah, pengajaran yang memecah-belah, cara-cara duniawi, dan usaha-usaha alamiah dalam pembangunan, akan menerima penghukuman dari Allah.

Dalam ayat ini Paulus mengungkapkan bahwa bait Allah itu kudus. Karena bait Allah, gereja, adalah kudus, maka bahan-bahan, cara-cara, dan usaha-usaha yang kita pakai untuk membangun bait Allah juga harus kudus, sesuai dengan sifat Allah, penebusan Kristus, dan pengubahan Roh itu.

Membangun gereja dengan hal-hal yang bersifat alamiah adalah membinasakan bait Allah. Bertahun-tahun yang silam saya mengira bahwa membinasakan bait Allah adalah menganiaya gereja. Saya tidak menyadari bahwa menurut konteks di sini, membinasakan gereja adalah membangun dengan hal-hal yang bersifat alamiah. Misalnya, tidakkah membawa masuk rumput kering atau jerami itu mencemari Yerusalem Baru? Demikian pula, menginjeksikan susunan alamiah kita, hakiki kita, atau perbuatan kita ke dalam gereja akan merusak gereja. Mungkin Anda belum menyadari bahwa ketika Anda membawa sifat baik Anda, hakiki baik Anda, bahkan perbuatan-perbuatan baik alamiah Anda ke dalam kehidupan gereja, itu berarti Anda merusak dan mencemari gereja. Sudah tentu, bila ada iri hati atau perselisihan di antara kita, itu pun mencemari dan mengotori kehidupan gereja.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 33

08 June 2011

1 Korintus - Minggu 13 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:14-17


Di dalam 3:16-17 Paulus menasihati kita untuk tidak membinasakan bait Allah. Ketika saya baru beroleh selamat, saya menyangka bahwa bait dalam ayat 16 dan 17 mengacu hanya pada gereja dalam arti yang luas dan umum. Kemudian, melalui banyak belajar dan banyak pengalaman, saya menjadi nampak bahwa dalam ayat 17, bait mengacu kepada orang beriman secara universal, dan dalam ayat 16, bait mengacu kepada kaum beriman secara kolektif di satu tempat, seperti Korintus. Bait Allah rohani yang unik di alam semesta memiliki ekspresinya di banyak tempat di bumi. Setiap ekspresi adalah bait Allah di tempat itu. Jadi, bait pasti berarti gereja yang telah terbangun di satu tempat. Bait dibangun dengan kaum beriman secara riil. Mengenai bangunan, mula-mula kita harus mengumpulkan bahan-bahan, kemudian bahan-bahan itu menjadi bagian dari bangunan.

Dalam pasal 3 Paulus memperingatkan orang-orang Korintus untuk memperhatikan cara mereka membangun. Di pihak positif, ia menunjukkan bahwa mereka harus membangun di atas dasar dengan emas, perak, dan batu permata. Di pihak negatif, ia memperingatkan mereka tentang membinasakan bait Allah. Perkataan "membinasakan" di sini dalam bahasa aslinya juga berarti memusnahkan, merusak, menajiskan, mencelakakan. Membangun dengan rumput, kayu, dan jerami berarti meruntuhkan, mencemari bangunan Allah. Menurut konteks pasal 3, kita dapat membinasakan bait dengan meletakkan dasar lain selain Kristus, atau dengan membangun dengan mempergunakan kayu, rumput, dan jerami. Bagi orang-orang Korintus, mengatakan bahwa mereka dari Paulus, Apolos, atau Kefas adalah meletakkan dasar lain dan mencemari bait. Di samping itu, membangun dengan hal-hal yang alamiah juga meruntuhkan bait Allah.

Jika kita merenungkan ayat-ayat terakhir dari pasal 3 menurut konteks ketiga pasal yang pertama dari Surat ini, kita akan melihat bahwa konsepsi Paulus adalah: mengatakan bahwa kita dari seseorang berarti membinasakan gereja. Di sini Paulus seolah-olah berkata, "Gereja sedang dalam proses terbangun. Beberapa bagian telah tersusun. Janganlah membinasakan gereja. Janganlah mencemari, merusak, atau meruntuhkannya. Bila Anda membangun gereja dengan alamiah Anda atau susunan alamiah Anda, Anda merusak gereja. Anda juga merusak gereja bila Anda berkata bahwa Anda dari Apolos, Kefas, atau Paulus. Jika Anda membinasakan gereja dengan cara demikian, Allah akan membinasakan Anda." Di satu pihak, dibinasakan Allah ialah tercabut dari berkat, berarti kekurangan perawatan, minum, makan, penanaman, penyiraman, dan pertumbuhan; juga berarti kehilangan kesempatan memperoleh emas, perak, dan batu permata. Di pihak lain, dibinasakan adalah dihakimi dengan api dan pekerjaannya termakan api. Akan tetapi, kalau kita membangun dengan emas, perak, dan batu permata, pekerjaan kita akan tahan, dan kita akan menerima pahala (ayat 14).

Doa-bacakanlah ayat-ayat ini dalam terang tentang yang telah kita bahas dalam berita ini. Jika demikian, Anda akan terawat dan terinfus dengan unsur ilahi. Kemudian Anda akan mengalami lebih banyak pengubahan, dan gereja akan lebih terbangun.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 32

07 June 2011

1 Korintus - Minggu 13 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:12; 4:11-13


Kita dalam pemulihan Tuhan, tidak perlu takut akan proses pengubahan. Jangan berbalik dari jalan pemulihan dan mencari jalan yang lebih mudah, yaitu bergabung dengan kelompok agamawi, yang membuat kita terhibur secara kejiwaan. Puji Tuhan, kita menerima perawatan Tuhan dan juga sedang dalam proses pengubahan. Kita menerima lebih banyak emas ilahi ke dalam diri kita. Saya dapat bersaksi dengan tegas bahwa saya tidak menyesal menempuh jalan pemulihan Tuhan. Ya, saya telah kehilangan banyak, namun saya telah menerima lebih banyak. Jika kita tidak kehilangan, kita tidak akan menerima. Saya telah kehilangan harta benda, tetapi saya telah memperoleh sifat Allah Bapa. Saya telah menerima emas dari sifat ilahi, sesuatu yang tidak berubah atau rusak. Haleluya, atas sifat ilahi yang telah ditambahkan kepada kita! Kita juga memuji Tuhan atas penebusan ajaib, yang kita alami dari hari ke hari, agar kita diakhiri, dibawa kembali kepada Allah, dan digantikan oleh Kristus sendiri. Kita juga bersyukur untuk panas dan tekanan yang mengubah kita dari tanah liat menjadi batu permata.

Ketika kita menjadi emas, perak, dan batu permata, kita pun terbangun. Pembangunan adalah masalah pertumbuhan dan pengubahan. Semakin kita bertumbuh, kita makin diselamatkan dari alamiah kita. Kemudian di mana pun kita berada, dengan mudah kita dapat menjadi satu dengan orang-orang kudus. Inilah pembangunan.

Jika kita sungguh-sungguh telah terbangun, tidak akan ada opini, perselisihan, pertengkaran, membanding-bandingkan, pilih-pilih, atau kesukaan. Kita akan hanya bagi Tubuh Tuhan dan mendambakan menjadi bagian dari Tubuh. Tidak peduli ke mana kita pergi, kita akan menjadi satu dengan setiap orang kudus. Inilah yang dimaksud terbangun dengan emas, perak, dan batu permata.

Jangan berharap pekerjaan pengubahan dan pembangunan akan terlaksana dalam skala besar yang melibatkan sejumlah besar orang Kristen. Sebaliknya, hal itu akan tergenap di antara sejumlah kecil orang menurut prinsip para pemenang. Tuhan mengalamatkan ketujuh surat dalam kitab Wahyu kepada semua gereja, dan kepada semua orang kudus di gereja-gereja. Akan tetapi, Dia tidak terlalu mengharapkan setiap orang kudus di gereja akan menjadi seperti Dia. Karena alasan ini, pada akhir setiap surat Dia berkata sepatah kata tentang orang yang menang. Akhirnya, Tuhan akan mendapatkan sejumlah kecil orang beriman, para pemenang, untuk memuaskan kerinduan hati-Nya dan merampungkan kehendak kekal-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 32

06 June 2011

1 Korintus - Minggu 13 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:10-12


Kita telah nampak bahwa emas, perak, dan batu permata mengacu kepada Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh. Kini kita harus maju selangkah untuk melihat apa makna membangun dengan bahan-bahan ini. Untuk membangun dengan bahan-bahan ini kita sendiri harus tersusun dari bahan-bahan ini. Kita harus tersusun dari sifat Bapa, penebusan Putra, dan pengubahan Roh. Maksudnya kita harus tersusun dari Allah Tritunggal. Ketika kita menerima Dia, ketika kita menghirup Dia dengan jalan makan dan minum Dia, ketika kita ditransfusi dengan Dia dan oleh Dia, Allah Tritunggal -- Bapa, Putra, dan Roh -- masuk ke dalam kita menjadi unsur dan substansi kita. Hal ini menyebabkan terjadinya proses metabolis di dalam kita yang membuat bertambahnya unsur yang baru dan tertanggalkannya unsur yang lama. Istilah lain dari proses ini ialah pengubahan.

Pengubahan bukanlah pekerjaan yang selesai dalam semalam. Sebaliknya, pengubahan merupakan pekerjaan yang berlangsung secara berkesinambungan dari hari ke hari. Ketika menyeru nama Tuhan Yesus, memuji Bapa, membaca dan mendoa-bacakan firman, berdoa, berkidung, menyembah, menghadiri sidang-sidang gereja, dan bersekutu dengan orang-orang kudus, kita menghirup masuk Allah Tritunggal ke dalam kita. Semakin kita menerima Dia, semakin banyak unsur-Nya mengubah kita secara metabolis dan membuat kita tersusun dari diri-Nya sendiri. Maka kita memiliki emas, perak, dan batu permata.

Mempunyai emas adalah memiliki sifat Bapa yang tidak bisa rusak. Ditebus adalah diakhiri, digantikan, dan dibawa kembali kepada Allah melalui Kristus. Walaupun telah diselamatkan, dalam banyak hal kita masih sangat jauh dari Allah Tritunggal. Ketika Kristus menjadi penebusan kita, Dia membawa kita kembali kepada Allah, mengakhiri hayat alamiah kita, dan menggantikan kita dengan diri-Nya sendiri. Inilah mengalami perak. Setelah itu, yang ketiga dari Allah Tritunggal, Roh, bekerja di dalam kita dan dalam lingkungan kita untuk mengubah kita menjadi batu-batu permata.

Pengubahan meliputi pekerjaan Roh itu, baik di dalam maupun di luar. Roh itu bekerja secara luaran dalam lingkungan kita demi pekerjaan-Nya yang di dalam. Misalnya, Roh itu mungkin menggunakan anak-anak kita untuk membantu mengubah kita. Mungkin kita berharap anak-anak kita akan menjadi patuh dan penurut. Tetapi beberapa anak sangat keras kepala bahkan suka berontak. Anak semacam ini dapat menekan kita untuk mengubah kita. Tanah liat ini memerlukan tekanan dan panas yang sangat hebat supaya berubah menjadi batu permata. Menurut Roma 8:28, Allah membuat semua perkara bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Kita memerlukan segala sesuatu bekerja sama bagi kita. Karena itu, janganlah kaget bila anak-anak kita dipergunakan untuk menekan dan membakar kita sehingga kita dapat menjadi batu-batu permata.

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 32

04 June 2011

1 Korintus - Minggu 12 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:12; 2 Kor. 3:18


Dalam membangun gereja, kita sendirilah yang digunakan sebagai bahan. Karena kita adalah bahan bangunan, kita perlu bertanya bahan jenis apakah kita. Kita ini kayu atau emas, rumput atau perak, jerami atau batu permata? Banyak di antara kita mungkin menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan bahwa kita berada dalam proses pengubahan. Karena itu, dalam satu aspek kita adalah kayu dan emas, rumput dan perak, jerami dan batu permata. Kita dapat mengumpamakan diri kita sebagai seekor ulat dalam kepompong, dalam proses menjadi seekor kupu-kupu. Di satu pihak kita masih seekor ulat; di pihak lain, ada tanda-tanda kita sedang menjadi seekor kupu-kupu. Proses pengubahan telah dimulai, tetapi belum sempurna. Kita semua berada pada tahap pengubahan; kita sedang dalam proses diubah.

Dalam 2 Korintus 3:18 Paulus berkata, "Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar." Untuk memandang Tuhan dan diubah, kita perlu muka yang tidak berselubung. Tidak boleh ada selubung antara kita dengan Tuhan. Dalam pengalaman, selubung mengacu kepada semacam penyekat. Tidak peduli betapa dekatnya kita dengan Tuhan, bila kita tersekat oleh selubung, Dia tidak dapat menginfuskan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Isolasi adalah sebuah istilah yang sering digunakan sehubungan dengan listrik. Mengisolasikan sesuatu adalah membungkusnya sehingga tidak dapat menerima arus listrik. Sepotong kertas yang tipis pun dapat menjadi isolator. Mungkin instalasinya baik dan alat listriknya masih bagus, tetapi arus listrik tidak dapat dialirkan ke dalam alat listrik bila ada isolasi yang menyekat hubungan langsung.

Makan Tuhan erat kaitannya dengan ditransfusi oleh Dia. Sebenarnya makan Tuhan Yesus adalah membiarkan Dia masuk ke dalam kita dengan cara transfusi. Hal ini dengan jelas diwahyukan dalam Perjanjian Baru. Makan Tuhan Yesus adalah menerima Dia ke dalam kita dan membiarkan Dia menambahkan diri-Nya sendiri kepada kita.

Makan bukanlah satu perkara yang satu kali untuk selamanya, melainkan haruslah diulang-ulang dari hari ke hari. Kita telah menikmati berbagai ragam makanan selama bertahun-tahun, namun sampai hari ini kita masih perlu makan. Setiap kali kita makan, proses transfusi terjadi di dalam kita. Dengan makan dan dengan transfusi, Kristus ditambahkan ke dalam kita.

Makan berkaitan dengan pengubahan. Ketika makanan dimakan, dicerna, dan diasimilasikan, satu unsur baru ditambahkan ke dalam diri kita untuk menggantikan dan membuang unsur yang lama. Inilah proses metabolis dari pengubahan. Makna makan adalah menambahkan unsur baru ke dalam kita untuk menggantikan unsur lama agar menghasilkan pengubahan yang metabolis. Masalah yang penting ini sangat diabaikan oleh orang Kristen hari ini.

Pengubahan dan transfusi membuat kita menjadi bahan-bahan hidup bagi bangunan Allah. Sebagai bahan-bahan yang hidup, kita bertumbuh dan berubah. Saya dapat melihat suatu pengubahan dalam kehidupan banyak orang kudus, khususnya dalam kehidupan mereka yang telah sejangka waktu tidak bertemu dengan saya. Puji Tuhan, kita sedang diubah! Kita menjadi emas, perak, dan batu permata bagi bangunan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 31

03 June 2011

1 Korintus - Minggu 12 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:2, 9-11


Kelihatannya ladang tidak ada hubungan dengan bangunan. Menurut konsepsi alamiah kita, ladang adalah masalah hayat, sedangkan bangunan adalah suatu paduan dari bahan-bahan yang tanpa hayat. Jadi, seolah-olah tidak ada kaitan yang cocok antara penyataan ladang Allah dan bangunan Allah. Akan tetapi, bila kita menyadari bahwa bangunan di sini adalah satu bangunan yang hidup, satu bangunan dalam hayat, kita akan melihat bahwa ada satu kaitan langsung, satu kelanjutan yang indah, antara ladang dan bangunan. Apa pun yang dihasilkan di ladang bukanlah bagi ladang itu sendiri, melainkan bagi bangunan. Hasil yang dipertumbuhkan di ladang adalah bagi pembangunan.

Agar makanan yang kita makan menjadi bagian-bagian kita, haruslah ada proses metabolis. Proses ini dalam Alkitab disebut pengubahan. Pengubahan mencakup perubahan metabolis. Karena itu, pengubahan adalah proses metabolis semata. Mula-mula kita makan sesuatu. Sejenak kemudian, makanan itu dicerna dan diasimilasi. Akhirnya makanan yang dicerna dan diasimilasi itu menjadi jaringan tubuh kita. Inilah metabolisme, pengubahan.

Gereja adalah ladang untuk menumbuhkan Kristus. Setiap hal yang dihasilkan di ladang adalah Kristus. Hasil ladang ini mencakup berbagai aspek Kristus. Kristuslah susu, sayur-mayur, dan daging. Gereja menumbuhkan Kristus dan semua orang kudus makan Kristus. Akhirnya melalui pencernaan, asimilasi, dan metabolisme, Kristus menjadi kita, dan kita menjadi Dia. Maka, kita adalah bahan-bahan yang tepat untuk pembangunan.

Dalam ayat 10 dan 11 Paulus berbicara secara langsung dan tegas tentang Kristus sebagai dasar. Di alam semesta ini hanya ada satu dasar, dan kita tidak boleh meletakkan dasar yang lain. Janganlah kita mengatakan bahwa kita dari golongan orang tertentu, atau perkara tertentu, atau kita menyukai hal-hal tertentu, atau kita memilih satu tempat tertentu bagi kehidupan gereja. Berkata demikian adalah meletakkan dasar yang lain selain Kristus. Kita tidak boleh meletakkan dasar yang lain, kita harus membangun di atas dasar yang telah diletakkan.

Kekristenan hari ini mempunyai banyak dasar yang lain, tetapi tidak terdapat pembangunan yang nyata di atas dasar yang telah diletakkan. Pemulihan Tuhan haruslah berbeda dengan mereka. Dalam pemulihan kita tidak boleh meletakkan dasar yang lain; kita seharusnya hanya membangun di atas dasar yang telah diletakkan lebih dari 1.900 tahun yang silam. Puji syukur kepada Tuhan bahwa dalam belas kasihan-Nya, Dia telah memulihkan satu-satunya dasar ini. Bertahun-tahun yang lalu, di China kami berdiri tegap bagi Kristus yang adalah satu-satunya dasar. Kami harus mengikrarkan kepada mereka yang di denominasi bahwa kami tidak dapat memiliki dasar yang lain selain Kristus sendiri. Akibatnya banyak hal harus dikesampingkan sehingga hanya Kristus yang ditinggikan. Kini satu-satunya dasar ini telah diletakkan, dan kita harus membangun di atasnya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 31

02 June 2011

1 Korintus - Minggu 12 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:4-11


Sejak zaman para rasul, banyak pemimpin dan guru-guru Kristen telah meletakkan dasar-dasar khusus. Dasar-dasar itu menjadi faktor pemecah belah. Orang-orang Kristen hari ini terpecah-pecah oleh berbagai macam dasar. Meskipun kita dalam pemulihan Tuhan secara luaran tidak meletakkan dasar-dasar lain, namun mungkin kita masih bersikap pilih-pilih. Misalnya, seseorang boleh jadi berkata kepada dirinya sendiri, "Aku menyukai penatua tertentu di gereja lokalku. Kapan kala aku perlu membicarakan sesuatu kepada penatua, aku lebih suka datang kepadanya. Penatua inilah pilihanku, kesukaanku. Aku tidak suka berbicara dengan penatua lainnya." Perkataan demikian sebenarnya berarti, "Aku dari golongan penatua ini." Seperti telah kita tunjukkan, ini berarti meletakkan dasar lain selain Kristus. Meletakkan dasar selain Kristus sendiri adalah menghancurkan kehidupan Tubuh dan bangunan Allah. Dengan kata lain, hal ini bukanlah membangun gereja, tetapi merubuhkan gereja.

Bahkan mengkritik gereja di lokal Anda adalah meletakkan dasar yang lain. Mengkritik adalah memecah-belah dan mendatangkan keruntuhan, merobohkan pembangunan. Beberapa orang kudus yang mendengar perkataan ini mungkin akan berkata, "Tidak adil. Anda tidak mengetahui betapa kasihan gereja di lokalku. Jika Anda mengunjungi gereja ini, Anda akan setuju dengan pendapatku." Tidak, saya tidak akan mengkritik gereja di lokal Anda. Sebaliknya, jika saya harus berada di lokal itu, saya akan memeluk dengan mesra gereja di sana.

Misalkan Anda berada dalam satu keluarga besar yang terdiri atas lima saudara dan enam saudari. Beberapa saudara dan saudari Anda bijaksana dan lainnya bodoh. Beberapa baik hati, tetapi yang lainnya tidak. Apakah Anda akan menolak yang bodoh dan yang tidak baik hati dan hanya memperhatikan yang bijaksana dan yang baik? Tidak, Anda harus menyayangi dan menerima semua saudara dan saudari Anda. Mereka semua berasal dari orang tua Anda. Seprinsip dengan ini, semua saudara dan saudari dalam kehidupan gereja adalah anak-anak Allah Bapa. Kita tidak boleh mencari-cari kesalahan mereka atau mengkritik mereka, karena mereka telah dilahirkan dari Allah. Lagi pula, kita tidak boleh pilih-pilih di antara mereka. Sebagaimana keluarga kita adalah unik, demikian pula gereja adalah unik. Karena itu kita tidak boleh pilih-pilih.

Dalam 3:10 Paulus memperingatkan kita untuk memperhatikan bagaimana kita membangun di atas dasar yang telah diletakkan. Janganlah membangun dengan kayu, rumput, atau jerami, tetapi membangunlah dengan emas, perak, dan batu permata. Bahan-bahan ini melibatkan pengubahan. Apa yang dipertumbuhkan oleh ladang adalah tumbuh-tumbuhan, tetapi yang diperlukan bagi pembangunan bukanlah tumbuh-tumbuhan, melainkan mineral. Hanya mineral yang dapat dipakai bagi bangunan Allah. Untuk mendapat mineral, harus ada pengubahan. Hayat tumbuh-tumbuhan harus diubah menjadi mineral. Jadi, dalam pasal 3 kita mempunyai konsepsi ladang, pembangunan, dan pengubahan. Dalam ayat 17 kita juga mempunyai konsepsi bait Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 30

01 June 2011

1 Korintus - Minggu 12 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:9-11


Setelah menunjukkan tentang merawat, minum, makan, menanam, menyiram, dan bertumbuh, dalam 3:9 Paulus berkata, "Kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah." Secara harfiah, ladang berarti tanah pertanian. Kaum beriman yang telah dilahirkan kembali di dalam Kristus dengan hayat Allah adalah ladang Allah, tanah pertanian dalam ciptaan baru Allah, yang menumbuhkan Kristus. Sebagai orang-orang yang telah percaya kepada Kristus dan menerima-Nya, kita bukan lagi seperti tanah yang masih mentah atau liar. Kita bukanlah orang-orang yang belum dijamah oleh Allah. Sebaliknya, Allah telah menaburkan sesuatu ke dalam kita, dan kita telah dijamah serta digarap oleh-Nya. Kini kita adalah ladang Allah yang menumbuhkan Kristus.

Kita adalah ladang Allah dan bangunan Allah. Seolah-olah tidak ada hubungan yang logis antara ladang dengan bangunan. Apakah hubungan ladang dengan bangunan? Tidak seorang pun pernah melihat sebuah bangunan yang terbentuk dari buah-buahan dan sayur-mayur yang tumbuh di ladang. Namun gereja sebagai ladang Allah menghasilkan bahan-bahan untuk bangunan-Nya.

Sebagai orang Kristen, kita menumbuhkan Kristus. Kini kita harus bertanya kepada diri sendiri: Sudahkah kita dibangun, atau belum? Banyak di antara kita merasa ragu-ragu mengatakan bahwa kita telah benar-benar dibangun menjadi bangunan Allah. Jika orang kudus dihadapkan pada pertanyaan ini, hampir semua menjawab bahwa kita telah dibangun sampai ke suatu tahap. Sebenarnya, inilah jawaban yang benar. Dikatakan dari segi pembangunan rohani, pembangunan dalam hayat, pembangunan yang sebenarnya adalah pertumbuhan dalam hayat. Tahap yang kita capai dalam pembangunan adalah tahap yang kita capai dalam pertumbuhan kita.

Sebuah bangunan membutuhkan dasar. Karena itu, dalam 3:10 dan 11 Paulus berbicara mengenai dasar bangunan Allah, yaitu Kristus. Kristus, satu-satunya dasar telah diletakkan. Dasar ini telah dibangun bukan saja untuk zaman para rasul, tetapi untuk selamanya. Akan tetapi, selama sembilan belas abad yang lalu, banyak pekerja Kristen berusaha meletakkan dasar-dasar yang lain. Setiap denominasi dan kelompok memiliki dasar khususnya tersendiri. Di antara orang Kristen hari ini terdapat beribu-ribu dasar.

Kita perlu memahami perkataan Paulus tentang Kristus sebagai dasar menurut konteks dari ketiga pasal yang pertama dari 1 Korintus. Dalam pasal-pasal ini seolah-olah Paulus berkata, "Kalian, orang-orang di Korintus, menyatakan bahwa kalian dari golongan Apolos, Kefas, atau Paulus, itu berarti kalian meletakkan dasar yang lain. Setiap kali kalian mengatakan bahwa kalian dari seseorang atau dari sesuatu, kalian meletakkan suatu dasar." Berbagai pilihan dan kesukaan sebenarnya adalah dasar-dasar. Suatu perpecahan selalu disebabkan oleh karena meletakkan dasar lain selain Kristus sendiri. Bahkan kita sendiri mungkin meletakkan dasar yang lain oleh karena memilih-milih gereja lokal. Seseorang mungkin berkata bahwa ia tidak menyukai gereja di lokalnya dan ingin pindah ke tempat lain. Ini pun meletakkan suatu dasar. Menurut konsepsi kita, kita mempunyai kebebasan memilih sebuah gereja lokal yang sesuai dengan pilihan kita. Mungkin kita memilih gereja tertentu karena gereja itu memenuhi selera kita. Bersikap pilih-pilih terhadap gereja-gereja adalah meletakkan dasar yang lain. Ini adalah penjelasan akurat terhadap perkataan Paulus dalam 3:10-11.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 30