Hitstat

16 June 2011

1 Korintus - Minggu 14 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 4:10-13


Ketika Paulus berkata, "Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian bahwa kamu telah menjadi raja," ia menunjukkan bahwa orang-orang Korintus sebenarnya tidak memerintah seperti raja. Sebaliknya, mereka dalam khayalan. Fakta bahwa mereka belum menjadi raja dibuktikan oleh perkataan Paulus tentang para rasul yang diberi tempat yang terakhir. Seolah-olah Paulus berkata, "Allah belum menjadikan kami raja pada zaman ini. Sebaliknya, Dia telah memperlakukan kami seperti kriminal-kriminal yang dijatuhi hukuman mati, untuk bertarung dengan binatang buas." Kiasan ini menyajikan satu lukisan yang hidup dari situasi para rasul. Jauh dari memerintah sebagai raja, mereka seperti kriminal-kriminal yang dijatuhi hukuman untuk bertarung dengan binatang buas untuk menghibur orang banyak. Ini adalah nasib kita hari ini dalam pandangan manusia. Akan tetapi, dalam pandangan Allah, nasib kita ialah menikmati Kristus. Kita yang menikmati Kristus telah menjadi kriminal dalam pandangan manusia untuk kenikmatan mereka. Tetapi dalam pandangan Allah, Kristuslah nasib kita bagi kenikmatan kita. Banyak yang mengejek dan mencemooh kita. Tetapi sementara mereka mencemooh kita untuk hiburan mereka, kita menikmati Kristus. Hal ini memperlihatkan bahwa kita memiliki dua nasib. Nasib kita dalam pandangan Allah adalah memiliki Kristus untuk kita nikmati. Nasib kita dalam pandangan manusia adalah dianggap sebagai kriminal yang dijatuhi hukuman mati untuk hiburan orang lain. Jika kita setia seperti Paulus, ini akan menjadi nasib kita di hadapan manusia. Kita akan diberi tempat yang terakhir, dan kita akan menjadi tontonan para malaikat dan manusia.

Para rasul rela menjadi bodoh karena Kristus dengan meninggalkan hikmat manusia mereka. Tetapi kaum beriman Korintus yang bersifat daging (karnal) menjadi manusia arif di dalam hikmat alamiah, meskipun mereka mengatakan bahwa mereka berada di dalam Kristus. Paulus tidak mengatakan bahwa mereka adalah filsuf-filsuf karena Kristus; ia menyatakan bahwa mereka bodoh karena Kristus. Di satu pihak, setiap orang beriman dalam Kristus harus menjadi orang bodoh. Banyak orang yang berhikmat di dunia ini menjadi bodoh karena Kristus. Meskipun para rasul telah menjadi bodoh karena Kristus, orang Korintus tetap mengejar kebijaksanaan.

Dalam ayat 13 Paulus berkata, "Kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini." "Sampah dunia" dan "kotoran" adalah sinonim. Sampah mengacu kepada apa yang dibuang ketika diadakan pembersihan; karena itu berarti barang tak berguna, kotoran. "Kotoran" mengacu kepada apa yang dihapuskan; karena itu berarti sampah, barang yang tak berguna. Kedua istilah ini digunakan secara kiasan, khususnya ditujukan kepada para kriminal kelas terendah yang telah dihakimi, yang dilemparkan ke dalam laut atau kepada binatang-binatang buas yang liar di gelanggang pertunjukan. Di sini Paulus menyamakan dirinya sendiri seperti para kriminal yang terendah, sampah, kotoran, limbah, barang yang dibuang.

Dibandingkan dengan teman-teman saya dahulu, saya juga adalah kotoran dan sampah. Mereka telah sangat sukses dan memperoleh banyak kekayaan. Mereka menganggap saya orang bodoh dan heran terhadap apa yang saya kerjakan dalam hidup ini. Kadang-kadang saya berjumpa dengan teman-teman lama. Ketika mereka menanyakan pekerjaan saya, saya ragu-ragu menjawabnya. Mereka telah menjadi sangat sukses, tetapi kita telah menjadi sampah dunia dan kotoran dari segala sesuatu. Kita hanya layak dibuang sebagai sampah. Inilah perkiraan Paulus tentang penilaian orang Yahudi dan orang kafir terhadap dirinya

Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 35

No comments: