Hitstat

31 January 2012

2 Korintus - Minggu 19 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 5:17-21


Kita harus ingat bahwa ministri dari perjanjian yang baru adalah ministri Roh itu dan kebenaran. Ministri ini menyalurkan Roh hayat ke dalam kaum beriman. Ini menghasilkan satu keadaan, satu kondisi, yang disebut kebenaran. Sebelum kita diselamatkan, kita berada di dalam satu kondisi yang mutlak dihukum oleh Allah. Tidak ada satu pun yang benar, dan Allah tidak dapat membenarkan kondisi di mana kita berada itu. Tetapi setelah kita diselamatkan, kita dibawa masuk ke dalam satu keadaan di mana kita dapat dibenarkan oleh Allah. Inilah kebenaran. Namun, jika kita jujur, kita akan mengakui bahwa di satu pihak, kita memang berada di dalam satu kondisi yang benar, tetapi di pihak lain, ada hal-hal tertentu yang tidak benar yang berhubungan dengan kehidupan kita. Hal-hal ini mungkin tidak dapat dibandingkan dengan dosa yang kotor yang mungkin ada di dalam kehidupan kita sebelum kita beroleh selamat. Meskipun demikian, ada hal-hal yang tidak benar. Terutama, masih ada yang memisahkan kita dengan Allah, yaitu manusia alamiah kita, ego kita. Ini adalah dosa.

Dalam 2 Korintus 5:17-21 kita nampak tiga hal: ciptaan baru, pendamaian yang penuh, dan kebenaran Allah. Mengapa kita mengatakan bahwa kebenaran ini adalah perampungan akhir dari keselamatan Allah? Pernyataan ini berdasar pada 2 Petrus 3:13, yang mengatakan bahwa kebenaran akan terdapat di dalam langit baru dan bumi baru. Fakta bahwa kebenaran akan bersemayam di langit baru dan bumi baru menunjukkan bahwa segala sesuatu akan dibawa kembali sepenuhnya kepada Allah. Segala sesuatu akan dikepalai dan berada dalam susunan yang baik. Tidak ada satu pun yang salah, dan tidak ada satu pun yang tidak teratur. Segala sesuatu di dalam langit baru dan bumi baru itu akan menjadi benar dan memuaskan Allah. Allah akan dapat mengawasi alam semesta ini dan membenarkan segala sesuatu.

Sudahkah Anda diselamatkan dan dibawa ke dalam Kristus? Apakah Anda sekarang berada di dalam Kristus? Jika Anda dapat memenuhi syarat-syarat ini, Anda adalah ciptaan baru. Tetapi sekalipun Anda mungkin memiliki jaminan untuk mengatakan bahwa Anda adalah ciptaan baru dalam Kristus, Anda mungkin tidak memiliki keberanian untuk menyatakan bahwa Anda adalah kebenaran Allah. Alasan Anda kekurangan keberanian ini adalah karena Anda seperti seekor kupu-kupu yang belum sepenuhnya keluar dari kepompongnya. Bila "kepompong" kita telah sepenuhnya disingkirkan, barulah kita dapat mengatakan bahwa kita adalah kebenaran Allah. Sekarang ini, kita hanya dapat mengatakan bahwa kita adalah sebagian kebenaran Allah. Kita perlu salib untuk melakukan pekerjaan yang lebih lanjut atas diri kita, supaya sisa kepompong kita ini dapat dihabisi. Akhirnya, yaitu yang paling akhir di dalam Yerusalem Baru, kita akan sepenuhnya menjadi kebenaran Allah. Maka Allah dapat bermegah atas musuh-Nya, Satan, bahwa segala sesuatu di dalam Yerusalem Baru adalah kebenaran, dan tidak ada satu pun yang salah atau cemar, segala sesuatunya akan memuaskan Allah. Karena itu, Allah akan dapat membenarkan segala sesuatu di dalam Yerusalem Baru. Inilah kebenaran yang adalah perampungan dari ministri dari perjanjian yang baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 37

30 January 2012

2 Korintus - Minggu 19 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 5:17-20


Dalam 5:18-20 Paulus membicarakan tentang ministri pendamaian. Kita perlu membaca ayat-ayat ini dengan sangat teliti. Kata "jadi" dalam ayat 20 merupakan satu kata penghubung yang menghubungkan ayat 20 dengan ayat-ayat sebelumnya. Menurut ayat 20 utusan-utusan Kristus adalah satu dengan Allah; mereka seperti Allah, bahkan menasihati seperti Allah. Perkataan mereka adalah perkataan Allah, dan apa yang mereka perbuat adalah perbuatan Allah. Selain itu, kata-kata "dalam nama Kristus" berarti mewakili Kristus. Sebagai orang-orang yang mewakili Kristus, para rasul adalah utusan-utusan Kristus. Hari ini seorang utusan adalah orang yang berkuasa untuk mewakili pengutusnya. Demikian juga, para rasul diberi kuasa oleh Kristus untuk mewakili Dia melaksanakan pekerjaan pendamaian ini.

Perkataan Paulus dalam ayat 20 tentang didamaikan dengan Allah ini bukan ditujukan kepada orang-orang dosa, melainkan ditujukan kepada kaum beriman di Korintus. Kaum beriman ini telah didamaikan dengan Allah sebagian, tetapi, mereka belum sepenuhnya didamaikan dengan Dia. Dalam 1 Korintus 1 Paulus menyebut mereka sebagai orang-orang kudus, sebagai orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah ke dalam persekutuan dengan Anak-Nya. Karena itu, mereka benar-benar telah didamaikan dengan Allah sampai tingkat tertentu. Mungkin mereka telah didamaikan setengah jalan dengan Dia.

Dalam ayat 19 orang dunia didamaikan dengan Allah; dalam ayat 20 kaum beriman yang telah didamaikan dengan Allah didamaikan lebih lanjut dengan Allah. Ini jelas menunjukkan bahwa dua langkah diperlukan manusia untuk sepenuhnya didamaikan dengan Allah. Langkah pertama adalah orang dosa terlepas dari dosa dan berdamai dengan Allah dari dosa. Untuk tujuan ini, Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita (1 Kor. 15:3), supaya dosa-dosa kita diampuni Allah. Ini adalah aspek obyektif dari kematian Kristus. Dalam aspek ini, Dia memikul dosa-dosa kita di atas salib, menggantikan kita menerima penghakiman Allah. Langkah yang kedua adalah sebagai kaum beriman yang hidup dalam hayat alamiah terlepas dari daging dan berdamai dengan Allah. Untuk tujuan ini, Kristus telah mati bagi kita, manusia, supaya kita dapat hidup kepada-Nya dalam hayat kebangkitan (2 Kor. 5:14-15). Ini adalah aspek subyektif dari kematian Kristus. Dalam aspek ini, Dia dijadikan dosa bagi kita, dihakimi dan diakhiri Allah, supaya kita bisa menjadi kebenaran Allah di dalam-Nya. Kelalui kedua aspek kematian-Nya ini, Dia telah sepenuhnya mendamaikan umat pilihan Allah kepada Allah.

Kedua langkah pendamaian ini secara jelas digambarkan oleh kedua tabir dalam tabernakel. Tabir yang pertama disebut tirai (Kel. 26:36). Melalui pendamaian darah penebusan dosa, orang dosa dibawa kepada Allah, masuk ke dalam tempat kudus melalui tirai ini. Ini melambangkan langkah pertama pendamaian. Namun masih ada tirai yang kedua (Kel. 26:31-35; Ibr. 9:3) yang memisahkan dia dari Allah yang ada di tempat maha kudus. Tirai ini perlu dikoyakkan sehingga orang dosa bisa dibawa kepada Allah di dalam tempat maha kudus. Ini adalah langkah kedua pendamaian. Kaum beriman Korintus telah didamaikan kepada Allah, telah melalui tirai yang pertama dan masuk ke dalam tempat kudus. Tetapi mereka masih hidup dalam daging, mereka perlu melalui tirai kedua yang sudah dikoyakkan (Mat. 27:51; Ibr. 10:20) untuk masuk ke dalam tempat maha kudus, hidup bersama Allah di dalam roh mereka (1 Kor. 6:17). Tujuan surat ini adalah membawa mereka ke sana, supaya mereka bisa menjadi orang-orang yang di dalam roh (1 Kor. 2:15), di dalam tempat maha kudus. Inilah yang dimaksud rasul ketika ia berkata, "Berilah dirimu didamaikan dengan Allah."


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 37

28 January 2012

2 Korintus - Minggu 18 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 5:1-21


Jika kita melihat konteksnya, kita akan nampak bahwa hidup kepada Tuhan (ay. 15) berarti menempuh kehidupan yang ditempuh oleh Tuhan Yesus. Dalam pasal 4 kita melihat bahwa para rasul mengalami membawa kematian Yesus. Ketika kita membawa kematian Yesus, kita dapat menempuh kehidupan yang ditempuh oleh Yesus. Inilah hidup kepada Tuhan.

Hidup kepada Tuhan berarti menempuh kehidupan yang tersalib. Ini adalah hidup sedemikian rupa sehingga manusia lahiriah kita selalu diletakkan pada kematian. Tuhan Yesus menempuh kehidupan semacam ini, dan orang-orang yang menempuh kehidupan yang demikian pada hari ini adalah orang-orang yang hidup kepada Tuhan. Pemahaman tentang hidup kepada Tuhan ini sesuai dengan konsepsi yang disampaikan dalam pasal 4.

Apa yang Tuhan kehendaki bukanlah agar kita begitu aktif bagi-Nya. Dia menghendaki kita mengalami membawa kematian Yesus supaya manusia alamiah kita dan diri kita yang aktif dapat diakhiri. Banyak orang yang aktif dan agresif bagi Tuhan dengan cara alamiah. Mereka melakukan hal-hal bagi Dia dengan keagresifan alamiah mereka. Hal ini melukai hati Tuhan, dan mengalihkan kita dari menikmati Dia. Karena itu, apa yang kita perlukan adalah dikuasai oleh kasih Tuhan untuk hidup kepada Dia.

Jika kita ingin hidup kepada Tuhan, kita harus menyangkal manusia lahiriah kita. Manusia lahiriah ini adalah daging. Bila kita hidup kepada Kristus, kita tidak akan hidup berdasarkan manusia lahiriah kita, yaitu berdasarkan daging kita. Ini berarti hidup kepada Kristus menuntut agar kita hidup berdasarkan manusia batiniah, yaitu berdasarkan roh kita yang telah dilahirkan kembali.

Dalam ayat 16, Paulus berkata, "Sebab itu, kami tidak lagi menilai seorang pun juga menurut ukuran manusia. Jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian." Tidak menilai orang menurut ukuran daging itu berarti kita tidak menilainya menurut manusia lahiriah. Dalam gereja kita harus menilai orang menurut manusia batiniah, yaitu menurut roh.

Sebagai kelanjutan dari ayat 16, ayat 17 mengatakan, "Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru: Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." Apakah ciptaan baru itu? Ciptaan baru adalah orang yang telah dilahirkan kembali dan memiliki hayat Allah, hidup dalam manusia batiniah, bukan dalam manusia lahiriah. Seorang yang hidup dalam manusia lahiriah berada di dalam daging, yaitu dalam ciptaan lama. Karena itu, ia usang. Tetapi orang yang hidup kepada Tuhan dalam manusia batiniah berada dalam ciptaan baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 36

27 January 2012

2 Korintus - Minggu 18 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 5:1-21


Allah ingin supaya kita mengenakan tubuh kebangkitan. Tetapi jika kita ingin mengenakan tubuh yang telah ditransfigurasi, kita perlu memenuhi syarat-syarat tertentu. Orang dosa tidak layak mengenakan tubuh yang telah ditransfigurasi ini. Ia tidak cocok untuk tubuh yang demikian. Namun, Allah telah mempersiapkan, membentuk, bahkan dengan khusus merancang kita untuk hal ini. Sama seperti penjahit membentuk sebuah jaket yang sesuai dengan tubuh kita, demikian juga Allah sedang membentuk kita supaya kita dapat mengenakan tubuh kebangkitan. Allah bukan sedang membentuk tubuh kita; Dia sedang membentuk kita. Ketika Anda membeli sepatu yang baru, Anda akan memilih sepatu yang cocok dengan bentuk kaki Anda. Cara Allah berlawanan dengan ini: Dia akan membentuk kaki kita untuk disesuaikan dengan sepatunya. Dia membentuk kita, mempersiapkan kita, supaya cocok dengan tubuh yang bangkit.

Dalam hubungannya dengan pembentukan Allah, Paulus mengatakan bahwa Allah telah memberikan jaminan dari Roh itu kepada kita. Ini menunjukkan bahwa faktor utama dari pembentukan Allah ini adalah Dia sendiri sebagai Roh pemberi-hayat ditaruh ke dalam kita untuk menjadi satu jaminan. Ini berarti Allah telah membuat diri-Nya sendiri menjadi jaminan bagi kita untuk menggenapkan hal ini bagi kita. Dia telah menaruh diri-Nya sendiri sebagai Roh pemberi-hayat ke dalam roh kita untuk menjamin bahwa pada suatu hari Dia akan mengenakan satu tubuh kebangkitan kepada kita. Kita memiliki satu jaminan bahwa kita telah dilayakkan untuk tujuan ini. Hal ini juga tercakup dalam ministri dari perjanjian yang baru. Melalui ministri dari perjanjian yang baru ini kita dibentuk, dilayakkan, dan dipersiapkan untuk mengenakan tubuh kebangkitan. Kita semua sedang menunggu hal ini terjadi.

Dalam ayat 14 Paulus selanjutnya berkata, "Sebab kasih Kristus menguasai kami." Sekali lagi kata "sebab" menunjukkan satu hubungan, lanjutan. Kita berambisi untuk mencari perkenan Tuhan, karena kasih-Nya menguasai kita. Kasih Kristus dalam ayat 14 adalah kasih yang dinyatakan di atas salib melalui kematian-Nya bagi kita.

Kita telah melihat bahwa dikuasai berarti ditekan dari semua sisi dan dibatasi untuk sasaran tertentu. Ketika kita dikuasai, kita dibatasi, seperti berjalan pada jalan yang sempit, yang bertembok, dan dipaksa untuk pergi ke satu arah tertentu. Meskipun kita mengasihi Tuhan, kita tidak selalu rela untuk menempuh jalan-Nya. Tanpa dibendung oleh-Nya, kita mungkin akan melarikan diri dari Kristus dan gereja. Tetapi kasih Kristus menguasai kita; menekan kita dari setiap sisi dan membatasi kita kepada satu sasaran. Kita tidak memiliki jalan lain. Tidak ada jalan lain untuk kita tempuh. Sebenarnya, ini bukanlah pilihan kita. Jika pilihan ini adalah pilihan kita, pada hari ini mungkin kita semua entah berada di mana. Tidak, menentukan pilihan ini bukanlah tergantung kepada kita, melainkan kasih Kristuslah yang menguasai kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 36

26 January 2012

2 Korintus - Minggu 18 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 5:1-21


Dalam 2 Korintus 5 Paulus menyinggung sejumlah butir penting. Sekarang marilah kita dengan singkat menyebutkan satu demi satu butir-butir ini dan kemudian melanjutkan untuk melihat butir-butir itu.

Pertama-tama dalam pasal ini Paulus menyinggung kerinduannya untuk mengenakan satu tubuh yang sudah diubah (ditransfigurasi) (5:1-8). Ini berhubungan dengan penebusan tubuh. Dalam ayat 1-2 ia berkata, "Karena kami tahu bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di surga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman surgawi."

Perkara yang kedua yang disinggung oleh Paulus dalam pasal ini adalah ambisi untuk mencari perkenan Tuhan: "Sebab itu juga kami berusaha, supaya kami berkenan kepada-Nya, baik kami tinggal di dalam tubuh ini, maupun kami tinggal di luarnya" (ayat 9). Di sini berusaha mengacu kepada bergairah untuk sasaran yang besar, berusaha sekuat tenaga untuk mencari perkenan Tuhan.

Butir yang ketiga adalah dikuasai untuk hidup kepada Tuhan. Dalam ayat 14-15 Paulus berkata, "Sebab kasih Kristus menguasai kami, karena kami telah mengerti bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk (kepada) Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." Dalam ayat-ayat ini Paulus membicarakan tentang dikuasai untuk hidup bukan bagi Tuhan, melainkan kepada Tuhan.

Dalam ayat 16-17 Paulus selanjutnya menyinggung perkara yang keempat, yaitu ciptaan baru: "Sebab itu, kami tidak lagi menilai seorang pun juga menurut ukuran manusia. Jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."

Kelima, dalam ayat 18-20 Paulus membicarakan mengenai ministri pendamaian. Dalam ayat 18 ia berkata, "Semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami." Dalam ayat 19 ia membicarakan tentang "berita pendamaian", dan dalam ayat 20 ia meminta supaya orang-orang kudus diperdamaikan dengan Allah demi Kristus.

Akhirnya, dalam ayat 21 kita memiliki perkara yang penting tentang kebenaran Allah: "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita menjadi kebenaran Allah" (Tl.).

Kelihatannya, keenam perkara ini berada dalam kategori yang berbeda-beda dan tidak berhubungan satu sama lain. Jadi, mungkin saja kita membaca pasal ini tanpa melihat kelanjutan apa pun di antara satu butir dengan butir lainnya. Sebenarnya, setiap butir ini saling berhubungan, dan tidak sulit untuk melihatnya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 36

25 January 2012

2 Korintus - Minggu 18 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:10-18


Dalam berita-berita sebelumnya dan dalam berita ini banyak hal yang harus dikatakan mengenai membawa kematian Yesus. Saya sangat prihatin karena ada beberapa orang kudus yang memiliki pemahaman yang salah mengenai perkara ini. Karena itu, untuk menghindari salah paham ini, saya ingin menunjukkan bahwa tidak semua penderitaan yang dialami setiap orang Kristen itu berada pada kategori yang sama. Sebenarnya sedikitnya ada tiga macam penderitaan yang mungkin dialami orang Kristen. Sekarang marilah kita melihat ketiga macam penderitaan ini.

Penderitaan macam pertama adalah yang umum bagi semua manusia. Tentunya, orang Kristen bukanlah satu-satunya orang yang menderita. Setiap orang mengalami penderitaan. Penderitaan itu universal karena kejatuhan manusia. Karena kejatuhan, ciptaan telah menjadi usang. Ini adalah satu kondisi yang sangat negatif, karena keusangan dalam ciptaan itu menunjukkan bahwa ciptaan itu telah jatuh, bobrok, dan merosot. Pada ciptaan lama dan manusia yang telah jatuh ini, ada sejumlah besar malapetaka dan penyakit. Karena kita hidup dalam ciptaan lama yang telah jatuh ini, maka kita tidak bisa menghindar dari penyakit. Kaum beriman dan orang-orang yang tidak percaya adalah manusia, dan sebagai manusia kita tidak dapat menghindar dari malapetaka-malapetaka.

Penderitaan semacam ini tentunya bukanlah apa yang dimaksud Paulus dengan membawa kematian Yesus. Jangan menerapkan penderitaan yang disebabkan oleh malapetaka-malapetaka dalam ciptaan lama kepada perkara membawa kematian Yesus dalam 2 Korintus 4. Jika Anda menerapkan perkara membawa kematian Yesus secara demikian, semua orang yang tidak percaya akan dapat mengalami membawa kematian Yesus, karena mereka juga menderita penyakit dan malapetaka. Memahami perihal membawa kematian Yesus sebagai penderitaan yang umum bagi setiap orang karena malapetaka dalam ciptaan lama adalah satu kesalahan yang serius.

Penderitaan jenis kedua yang dialami orang Kristen adalah penderitaan yang berasal dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan. Jika kita ceroboh atau bodoh dalam melaksanakan kewajiban kita, kita akan menderita semacam kerugian. Misalnya, seorang saudara memiliki sebuah pekerjaan yang menuntutnya bekerja pada waktu-waktu tertentu. Namun, ia mungkin selalu terlambat datang. Akibatnya, ia diberhentikan dari pekerjaannya. Itu dapat dianggap sebagai satu penderitaan. Tetapi itu adalah penderitaan akibat kecerobohannya. Penderitaan itu sama sekali tidak berhubungan dengan membawa kematian Yesus. Penderitaan itu berasal dari kegagalan untuk memenuhi kewajiban seseorang.

Macam yang ketiga dari penderitaan yang dialami oleh orang Kristen adalah membawa kematian Yesus. Paulus mengalami penderitaan ini bukan karena ia salah. Sebaliknya, ia benar dalam segala hal. Meskipun demikian, ia ditindas, kehabisan akal, dianiaya, dan dihempaskan. Tetapi semuanya itu adalah demi Yesus, demi Tubuh, dan demi ministri dari perjanjian yang baru.

Paulus dan para rasul lainnya tidak salah, dan penderitaan-penderitaan itu tidak berhubungan dengan kesalahan-kesalahan mereka. Tetapi mereka masih memiliki manusia lahiriah, dan manusia lahiriah itu perlu dihabisi.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 35

24 January 2012

2 Korintus - Minggu 18 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:10-18


Manusia lahiriah ini tidak layak dibina, dikuatkan, ditinggikan, atau disanjung. Ketika Tuhan Yesus di bumi, Dia tidak merasa manusia lahiriah-Nya perlu disanjung. Sebaliknya, yang Dia perlukan adalah manusia lahiriah ini diletakkan pada kematian. Karena kita semua memiliki manusia lahiriah yang kuat, kita perlu mengalami membawa kematian Yesus.

Dalam kehidupan gereja saya telah menemukan bahwa manusia lahiriah para saudari bahkan lebih kuat daripada manusia lahiriah saudara. Karena alasan ini, maka saudari biasanya jauh lebih sulit disalibkan daripada saudara. Manusia lahiriah saudara dapat dibandingkan dengan gelas, sedangkan manusia lahiriah saudari dapat dibandingkan dengan karet. Gelas itu lebih mudah pecah daripada karet. Tetapi entah manusia lahiriah kita gelas atau karet, sesungguhnya tidak ada seorang pun dari antara kita yang mudah dipecahkan. Ada orang-orang kudus yang memerlukan penyaliban yang kekal, karena manusia lahiriah mereka itu begitu alot. Mereka tidak ingin diremukkan. Sepertinya mereka selalu mampu menghindar dari diletakkan pada salib.

Semakin kita mengalami manusia lahiriah kita dihabisi dan diletakkan pada kematian, manusia batiniah kita akan semakin diperbarui. Roh kita yang telah dilahirkan kembali dengan pikiran, emosi, dan tekad kita yang telah diperbarui perlu dibangkitkan, dikembangkan, diperbesar, dan disegarkan. Karena itu, sewaktu manusia lahiriah ini dihabisi, manusia batiniah akan dibangkitkan, diperbarui, dan dikembangkan.

Kehidupan yang dapat merampungkan ministri dari perjanjian yang baru adalah kehidupan yang manusia lahiriahnya diletakkan pada kematian dan manusia batiniahnya diperbarui dan dibangkitkan. Sebenarnya kehidupan semacam ini adalah ministri dari perjanjian yang baru. Kehidupan dan ministri ini diperlukan bagi pemulihan Tuhan pada hari ini. Hanya ministri semacam inilah yang dapat menyalurkan hayat kepada orang lain, dan dapat menyuplaikan Kristus sebagai Roh pemberi-hayat dan sebagai kebenaran kepada orang lain. Karunia-karunia, kekuatan, kegiatan yang energik, dan pekerjaan yang rajin tidaklah berkhasiat. Satu-satunya hal yang diperlukan adalah satu kehidupan yang tersalib, yaitu kehidupan yang manusia lahiriahnya terus-menerus mengalami kematian Yesus supaya bagian-bagian dalam diri kita dapat dibangkitkan, disegarkan, dan dikembangkan.

Saya harap kita semua terkesan dengan fakta bahwa ministri dari perjanjian yang baru ini bukanlah perkara talenta atau kekuatan. Ministri ini mutlak adalah perkara kehidupan. Dalam kehidupan yang semacam ini, apa adanya alamiah harus dimatikan, supaya apa adanya rohaniah dapat dibangkitkan, diperbarui, dan dikembangkan. Kehidupan semacam ini sangat diperlukan bagi pemulihan Tuhan pada hari ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 35

23 January 2012

2 Korintus - Minggu 18 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:10-18


Dalam 2 Korintus 4:10 Paulus berkata, "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya hayat Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami." Dalam ayat 16 Paulus selanjutnya berkata, "Sebab itu, kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami merosot, namun manusia batiniah kami diperbarui dari hari ke hari." Pengalaman terhadap membawa kematian Yesus ini akan menghasilkan pembaruan manusia batiniah.

Manusia batiniah dalam ayat ini pasti mengacu kepada roh kita yang telah dilahirkan kembali, seperti yang ditunjukkan dalam ayat 13, di mana Paulus memakai ungkapan "roh iman yang sama". Seperti yang telah kita tunjukkan, di sini roh ini adalah roh perbauran, yaitu roh insani yang telah dilahirkan kembali berbaur dengan Roh Kudus. Tubuh akan dihabisi, tetapi roh yang telah dilahirkan kembali akan diperbarui dari hari ke hari. Menurut konteksnya, manusia lahiriah ini terutama adalah tubuh, dan manusia batiniah adalah roh yang telah dilahirkan kembali.

Manusia lahiriah meliputi tubuh kita dan jiwa kita, dengan tubuh sebagai organnya, serta jiwa sebagai hayat dan pribadinya. Manusia batiniah meliputi roh kita yang telah dilahirkan kembali dan jiwa kita yang telah diperbarui, dengan jiwa yang telah diperbarui sebagai organnya, serta roh yang telah dilahirkan kembali sebagai hayat dan pribadinya. Hayat jiwa harus disangkal (Mat. 16:24-25), tetapi fungsi jiwa, pikiran, tekad, dan emosi, harus diperbarui dan dipertinggi melalui ditaklukkan (2 Kor. 10:4-5) supaya dapat digunakan oleh roh, yang adalah pribadi dari manusia batiniah.

Menurut perkataan Paulus dalam ayat 16, manusia lahiriah akan dihabisi, diauskan, dan dikikis. Melalui pembunuhan yang terus-menerus, yaitu pekerjaan kematian, maka manusia lahiriah kita, yaitu tubuh jasmani kita dengan jiwa yang menghidupkannya (1 Kor. 15:44), akan dihabisi dan dikikis. Manusia lahiriah yang dengan tubuh sebagai organnya dan dengan hayat jiwa sebagai hayat dan pribadinya, harus dihabisi.

Dalam ayat 16 Paulus juga mengatakan bahwa manusia batiniah kita akan diperbarui hari demi hari. Pembaruan manusia batiniah ini terjadi sewaktu manusia batiniah ini mendapatkan rawatan dengan suplai hayat kebangkitan yang segar. Ketika tubuh kita yang fana, manusia lahiriah kita, dihabisi oleh pekerjaan maut yang membunuh, manusia batiniah kita, yaitu roh kita yang telah dilahirkan kembali dengan bagian-bagian batiniah diri kita (Yer. 31:33; Ibr. 8:10; Rm. 7:22, 25), sedang diperbarui secara metabolis dari hari ke hari oleh suplai hayat kebangkitan. Sewaktu manusia batiniah ini diperbarui, maka fungsi jiwa --pikiran, emosi, dan tekad -- juga diperbarui.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 35

21 January 2012

2 Korintus - Minggu 17 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:13-14


Ada orang setelah mendengar perkataan mengenai diletakkan pada kematian Yesus ini, mungkin berkata, "Oh betapa mengerikannya nasib kita dalam pemulihan Tuhan! Kita akan disalibkan, dihabisi, dan diletakkan pada kematian." Diletakkan pada kematian Yesus mungkin menjadi nasib kita, tetapi itu bukanlah tujuan kita. Tujuan kita adalah kebangkitan. Orang-orang yang tidak rela disalibkan akan menderita. Tetapi orang-orang yang rela disalibkan akan mengalami sukacita. Mereka akan bersukacita dalam kebangkitan.

Dalam 2 Korintus 4:14 Paulus menjelaskan bahwa tujuan kita adalah kebangkitan: "Karena kami tahu bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Ia juga akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya." Di sini Paulus tidak mengatakan dikubur bersama Yesus atau disalibkan bersama Yesus, melainkan dibangkitkan bersama Yesus. Ini adalah satu deklarasi kemenangan. Ini menunjukkan bahwa tujuan kita adalah kebangkitan.

Kehidupan gereja dalam pemulihan Tuhan kelihatannya merupakan satu mezbah, satu tempat pembunuhan. Sebenarnya kehidupan gereja adalah satu kenikmatan dalam kebangkitan. Pada saat Anda rela disalibkan, Anda dapat memiliki sukacita dalam kebangkitan. Kemudian Anda mungkin akan menyesali fakta bahwa dulu Anda menolak untuk dipakukan ke salib. Anda mungkin berkata kepada diri Anda sendiri, "Jika aku rela menerima lebih banyak penyaliban, betapa sukacitanya aku pada hari ini!" Karena tujuan kita adalah kebangkitan, kita tidak boleh menangis karena kita diletakkan pada kematian. Sebaliknya, kita harus dengan roh yang kuat bersorak-sorai dalam kebangkitan.

Dua Korintus 4:13 mengatakan, "Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: 'Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata', maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata." Roh di sini adalah roh perbauran, yaitu Roh ilahi berbaur dengan roh insani yang telah dilahirkan kembali.

Hari ini kita memiliki satu pengungkapan yang lebih jelas dan tegas. Kita tidak perlu memakai kata watak atau indra untuk menggambarkan roh iman dalam 2 Korintus 4:13 ini, karena kita tahu bahwa roh ini adalah roh kita berbaur dengan Roh Kudus. Kita harus melatih roh ini untuk percaya dan membicarakan hal-hal yang telah kita alami tentang Tuhan, seperti yang dilakukan pemazmur (Mzm. 116:10), terutama tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Iman berada di dalam roh kita yang berbaur dengan Roh Kudus, bukan berada di dalam pikiran kita. Keragu-raguan ada di dalam pikiran kita. Roh di sini menunjukkan bahwa oleh roh perbauran inilah para rasul menempuh satu kehidupan yang tersalib di dalam kebangkitan untuk menggenapkan ministri mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 34

20 January 2012

2 Korintus - Minggu 17 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:31


Para rasul ditunjuk oleh Tuhan untuk menjadi pengikut-pengikut-Nya. Mereka ditunjuk oleh Tuhan bukan untuk melakukan satu pekerjaan yang besar, melainkan untuk menempuh satu kehidupan tertentu. Karena itu, mereka bukan untuk menggenapkan pekerjaan dengan mengikuti Kristus yang besar secara luaran. Mereka mengikuti manusia Yesus untuk menempuh kehidupan dari manusia yang kecil ini. Ini bukanlah satu kehidupan yang disambut, melainkan satu kehidupan yang ditolak, satu kehidupan yang selalu disalibkan, dan selalu diletakkan pada kematian. Yesus menempuh kehidupan semacam ini, dan para pengikut-Nya, yaitu para rasul, juga melakukan demikian. Inilah alasan Paulus mengatakan bahwa mereka selalu membawa kematian Yesus di dalam tubuh mereka.

Mengikut Yesus dari Nazaret itu berarti dibunuh, bukan menggenapkan satu pekerjaan yang besar. Lagi pula, mati martir dengan seketika itu agak mudah. Tetapi untuk dibunuh secara perlahan-lahan, lambat, dan terus-menerus itu sangat sulit. Mati secara perlahan-lahan itu melibatkan lebih banyak penderitaan daripada mati martir seketika. Sedikitnya selama tiga setengah tahun Tuhan Yesus diletakkan pada kematian secara perlahan-lahan. Ini juga adalah pengalaman Paulus untuk jangka waktu yang panjang. Ke mana saja ia pergi, ia membawa kematian Yesus di dalam tubuhnya. Mengenai hal ini, dalam 1 Korintus 15:31 ia berkata, "Tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut." Di sini maksud Paulus ialah, "Bukannya hidup, hari demi hari sebenarnya aku malahan mati. Aku sedang menjalani pembunuhan yang lambat, perlahan-lahan, dan terus-menerus." Pembunuhan yang terus-menerus ini adalah apa yang dimaksud Paulus dengan membawa kematian Yesus.

Membawa kematian Yesus adalah untuk mengikis atau menghabisi ciptaan lama di dalam kita. Ketika Yesus, Putra Allah, menjadi seorang manusia, Dia memiliki bagian lahiriah yang melambangkan ciptaan lama dan bagian batiniah yang melambangkan Allah yang kekal. Bagian lahiriah itu dihabisi, dan diletakkan pada kematian, sedangkan bagian batiniahnya dibangunkan, dibangkitkan. Ini terjadi di atas diri Tuhan Yesus, terjadi di atas diri para rasul, dan juga terjadi di atas semua orang beriman.

Melalui kelahiran alamiah kita, kita menjadi orang-orang ciptaan lama, dan melalui kelahiran kembali, kita menjadi orang-orang ciptaan baru. Sebagai orang-orang yang telah dilahirkan kembali, kita masih memiliki bagian lahiriah yang melambangkan ciptaan lama. Bagian ini perlu dihabisi, disingkirkan, dan dikikis. Tetapi pada waktu yang sama kita memiliki satu bagian batiniah yang melambangkan Allah yang kekal. Bagian ini harus dikembangkan, dibangkitkan, dan diperbarui.

Membawa kematian Yesus berhubungan dengan manusia lahiriah, yang perlu dihabisi. Sebagai kaum beriman yang sejati, kita semua memiliki satu bagian dari diri kita yang digambarkan oleh Paulus sebagai manusia lahiriah. Manusia lahiriah ini akan merosot, akan dihabisi, terkikis, dan akan aus. Pengikisan manusia lahiriah kita ini berarti kita membawa kematian Yesus. Jadi, membawa kematian Yesus sebenarnya sinonim dengan pengikisan manusia lahiriah. Di dalam pemulihan Tuhan kita akan mengalami membawa kematian Yesus untuk menghabisi manusia lahiriah. Kita sedang menjalani proses pembunuhan, yaitu proses meletakkan manusia lahiriah pada kematian.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 34

19 January 2012

2 Korintus - Minggu 17 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:10-18


Asal mula dan sumber dari manusia Yesus ini adalah Allah. Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, Allah yang dikandung di dalam rahim seorang dara. Secara lahiriah, Yesus adalah seorang manusia, tetapi secara batiniah, Dia adalah Allah. Jadi, Yesus itu tidak sederhana. Orang Nazaret ini adalah satu persona yang ajaib. Ketika Dia di bumi, secara lahiriah Dia itu rendah dalam setiap hal. Dia lahir di palungan, dan Dia dibesarkan di rumah seorang tukang kayu yang miskin di kota Nazaret yang hina. Meskipun demikian, secara batiniah Yesus ini mulia, karena Allah yang mahatinggi ada di dalam Dia. Secara lahiriah Yesus adalah manusia yang hina; tetapi secara batiniah Dia adalah Allah yang mahatinggi. Yesus ini benar-benar ajaib.

Sekarang kita harus melanjutkan untuk melihat tentang kematian Yesus. Ketika orang-orang Kristen menyinggung tentang kematian Yesus, pemahaman mereka terbatas pada penebusan. Menurut konsepsi mereka, kematian Yesus hanyalah untuk penebusan. Mereka sering mengutip ayat yang mengatakan, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia!" (Yoh. 1:29). Memang benar bahwa kematian Kristus adalah bagi penebusan. Kita percaya kepada hal ini sedikitnya sama seperti orang Kristen lainnya. Namun, penebusan hanyalah satu aspek dari kematian Kristus. Kematian-Nya masih memiliki banyak aspek lainnya.

Meskipun manusia Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, yaitu Allah yang menjadi manusia, tetapi manusia lahiriah-Nya pun perlu dihabisi. Menurut keadaan lahiriah, Tuhan Yesus itu rendah. Tetapi dalam hal rohani, Tuhan Yesus bukanlah seorang manusia yang tidak berarti. Sebaliknya, Yesus sama dengan seluruh ciptaan lama. Ketika Dia disalibkan, yang mati di atas salib itu bukan hanya seorang manusia dari Nazaret. Ketika Yesus disalibkan, seluruh ciptaan lama, termasuk kita semua, disalibkan juga. Tuhan Yesus mati bagi penggenapan tujuan kekal Allah, bukan hanya bagi penggenapan penebusan.

Sasaran yang pertama dalam tujuan kekal Allah adalah mengakhiri ciptaan lama. Tuhan Yesus, sebagai Allah yang menjadi manusia, adalah bagian dari ciptaan lama. Dia menjadi seorang manusia dalam ciptaan baru itu bukanlah melalui inkarnasi. Sebaliknya, melalui inkarnasi Dia menjadi seorang manusia dalam ciptaan lama, seorang manusia yang perlu dihabisi.

Sebenarnya, selama tiga setengah tahun dari ministri-Nya, Tuhan Yesus tidak hidup; sebaliknya Dia sedang mati. Dia menempuh kehidupan yang tersalib. Inilah yang dimaksud Paulus dengan membawa kematian Yesus. Ini adalah satu penyaliban yang lambat, perlahan-lahan, dan terus-menerus.

Sekarang kita dapat memahami bahwa Tuhan Yesus disalibkan bukan hanya selama enam jam saat berada di atas salib material. Sedikitnya selama tiga setengah tahun, Dia disalibkan secara terus-menerus, perlahan-lahan, dan lambat. Dalam perkataan Paulus, penyaliban yang perlahan-lahan ini adalah membawa kematian Yesus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 34

18 January 2012

2 Korintus - Minggu 17 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:8-12


Paulus tidak membicarakan pekerjaan dan apa yang dirampungkannya, sebaliknya malah membicarakan tentang penindasan. Dalam ayat 8 ia berkata, "Dalam segala hal kami ditindas." Jika kita menjadi Paulus, kita mungkin akan berkata, "Hai orang-orang Korintus, kami diberkati dalam segala hal. Tidakkah kalian tahu bahwa pekerjaan kami diberkati oleh Tuhan? Berkat atas pekerjaan kami ini membuktikan bahwa ministri kami berasal dari Tuhan dan bahwa pekerjaan kami berasal dari Dia."

Paulus memberi tahu orang-orang Korintus bahwa ia dan para sekerjanya ditindas dalam segala hal. Orang-orang dunia menganggap ini sebagai satu tanda kutukan, bukan tanda diberkati. Mereka akan bertanya, "Bagaimana mungkin kamu diberkati oleh Allah, jika kamu ditindas? Mengapa kamu sampai ditindas dalam segala aspek?" Tetapi Paulus selanjutnya mengatakan tentang kehabisan akal, dianiaya, dan dihempaskan. Ada yang memberikan nilai tambah kepada Paulus karena ia dianiaya, sebab hal itu mungkin menunjukkan bahwa ia sedang melakukan pekerjaan yang baik. Tetapi mereka tidak akan memberikan nilai tambah kepadanya atas perkara penindasan, kehabisan akal, dan dihempaskan.

Dalam ayat 11 Paulus selanjutnya berkata, "Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hayat Yesus menjadi nyata di dalam daging kami yang fana ini" (Tl.). Mungkin kita berharap Paulus akan berkata, "diselamatkan dari maut," bukannya "diserahkan kepada maut". Namun, Paulus selalu diserahkan kepada maut supaya hayat Yesus dapat dimanifestasikan di dalam dagingnya yang fana.

Perhatikanlah bahwa di sini Paulus tidak mengatakan "tubuh" fana, melainkan "daging" yang fana (Tl.). Kata tubuh itu positif, sedangkan kata daging adalah negatif. Fana menunjukkan bahwa daging itu sedang sekarat. Saya kira kita tidak akan senang bila seseorang menyebut tubuh kita sebagai daging yang fana. Meskipun demikian, Paulus mengambil ungkapan yang demikian dalam membicarakan dirinya sendiri.

Paulus tidak suka memegahkan diri. Ia lebih suka menjadi kecil dan tetap berada dalam keadaan yang rendah. Kenyataannya, nama Paulus itu berarti kecil. Dalam ayat-ayat ini, maksud Paulus ialah, "Aku lebih suka tinggal dalam kekecilanku. Hayat yang dimanifestasikan atas diriku adalah hayat seorang Nazaret, bukan hayat seorang tokoh yang besar di dunia ini. Selain itu, hayat Yesus ini dimanifestasikan di dalam dagingku yang fana. Aku bukanlah seorang tokoh besar yang memanifestasikan sesuatu yang menakjubkan di atas tubuh yang hebat. Tidak, aku adalah orang yang kecil yang memanifestasikan hayat Yesus, orang dari Nazaret, di dalam dagingku yang fana ini."


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 33

17 January 2012

2 Korintus - Minggu 17 Selasa

Pembacaan Alkitab: Yoh. 6:14-15


Ada sejumlah petunjuk dalam kitab-kitab Injil bahwa Tuhan Yesus tidak bermaksud melakukan satu pekerjaan yang besar. Kita tahu bahwa selama menunaikan ministri-Nya, Tuhan mengadakan banyak mujizat. Salah satunya adalah memberi makan lebih dari lima ribu orang dengan lima ketul roti dan dua ekor ikan. Bukankah ini satu mujizat, Tuhan Yesus memberi makan demikian banyak orang dengan lima roti dan dua ikan? Ini benar-benar satu mujizat yang besar. Yohanes 6:14 menggambarkan tanggapan orang-orang terhadap mujizat ini: "Ketika orang-orang itu melihat tanda mujizat yang telah diperbuat-Nya, mereka berkata, 'Dia ini benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.'" Namun Tuhan Yesus tidak bermaksud mencari banyak pengikut. Bukannya memperhatikan orang banyak, Dia malah pergi. Tetapi jika kita berada di sana bersama Tuhan, kita mungkin akan gembira melihat banyak orang yang mengikuti Dia. Kita mungkin memuji Allah karena berkat-Nya atas pekerjaan ini, bersyukur kepada-Nya untuk pengikut yang banyak. Namun, Tuhan Yesus, tidak gembira. Tuhan tidak membiarkan orang-orang menjadikan Dia sebagai raja mereka. Tuhan meninggalkan orang banyak itu dan pergi ke gunung untuk berdoa.

Dia yang pergi ke salib untuk menggenapkan penebusan bagi perampungan tujuan kekal Allah bukanlah seorang pekerja besar. Bukan pekerjaan yang luar biasa yang melayakkan Tuhan Yesus menjadi Penebus. Yang melayakkan Dia adalah kehidupan yang ditempuh-Nya. Kita tahu dari kitab-kitab Injil bahwa Yesus bukan seorang terkenal yang hidup di sebuah rumah besar di kota besar. Tidak, Dia adalah seorang manusia yang dibesarkan di rumah seorang tukang kayu dari Nazaret, sebuah kota yang hina dari daerah Galilea yang diremehkan. Tetapi kehidupan yang ditempuh-Nya melayakkan Dia untuk menjadi Penebus bagi penggenapan tujuan kekal Allah.

Kita perlu melihat bahwa Tuhan Yesus dilayakkan oleh kehidupan, bukan oleh pekerjaan. Perkara mengutamakan kehidupan melebihi pekerjaan ini adalah satu aspek yang sangat penting dari pemulihan Tuhan pada hari ini. Tuhan ingin memulihkan satu kehidupan; Dia bukan berusaha menggenapkan satu pekerjaan kebangunan.

Saya perlu menunjukkan kepada kaum saleh dalam pemulihan Tuhan bahwa banyak dari antara kita, baik yang tua maupun yang muda, masih memperhatikan pekerjaan. Dalam lubuk hati atau secara tidak sadar kepentingan kita itu berhubungan dengan pekerjaan bagi Tuhan. Misalnya, ada yang bercita-cita untuk menjadi penginjil yang besar. Pemikiran untuk melaksanakan satu pekerjaan yang besar mungkin masih ada di dalam hati Anda, di alam bawah sadar Anda. Saya mendorong Anda untuk mengesampingkan pemikiran itu. Allah tidak menghargai pekerjaan apa pun. Kebanyakan kerusakan di antara orang-orang Kristen adalah akibat dari pekerjaan manusia. Semakin kita berusaha untuk bekerja bagi Tuhan, semakin banyak kesulitan yang akan kita ciptakan dan semakin banyak kerusakan yang akan kita buat. Saya percaya inilah alasan Paulus memakai nama Yesus, ketika menyajikan penegasan dari ministrinya itu. Ia tidak berkata, "Tuhan Yesus Kristus, Raja di atas segala raja, Tuan di atas segala tuan." Sebaliknya, ia hanya dengan sederhana berkata tentang Yesus; membawa kematian Yesus, hayat Yesus, dan demi Yesus. Hayat yang dimanifestasikan di dalam tubuh Paulus bukanlah hayat seorang tokoh yang besar, melainkan hayat Yesus, seorang manusia kecil dari sebuah daerah yang diremehkan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 33

16 January 2012

2 Korintus - Minggu 17 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:10-14


Kita telah menunjukkan bahwa dalam pasal 4 Paulus menggambarkan kehidupan yang ia dan para sekerjanya tempuh. Ini adalah kehidupan yang membuat mereka bersatu dengan ministri mereka. Kehidupan ini berlawanan dengan pekerjaan yang ditekankan di antara orang-orang Kristen pada hari ini.

Kekristenan telah menjadi satu agama. Setiap agama bergantung pada pekerjaan-pekerjaan tertentu, karena tanpa pekerjaan-pekerjaan itu, agama tersebut tidak akan dapat bertahan. Suatu agama tidak mungkin ada jika penganut-penganutnya tidak melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Hasilnya, dalam agama kita memiliki pekerjaan yang bermacam-macam. Dalam agama kita mudah menunjukkan pekerjaan-pekerjaan, tetapi sulit sekali menemukan sesuatu yang berasal dari hayat. Jadi, prinsip dasar agama adalah agama itu penuh dengan pekerjaan, tetapi kekurangan dalam hayat. Ini berlaku bukan hanya bagi agama Kristen, melainkan juga dengan yang lain. Setiap agama penuh dengan pekerjaan, kegiatan, dan perbuatan-perbuatan. Tetapi dalam agama tidak ada hayat.

Dengan memiliki pemahaman tentang agama ini, sekarang marilah kita sekali lagi melihat sejarah Yesus. Bila kita melihat catatan kehidupan Tuhan di bumi, kita akan melihat bahwa penekanannya bukan pada pekerjaan-pekerjaan. Keempat kitab Injil tidak menekankan apa yang Tuhan lakukan, dan tidak menekankan pekerjaan-pekerjaan apakah yang telah digenapkan-Nya. Catatan mengenai Tuhan Yesus dalam kitab-kitab Injil terutama mengenai kehidupan-Nya. Dalam kitab-kitab Injil penekanannya adalah pada kehidupan, bukan pada pekerjaan atau kegiatan. Kitab-kitab Injil adalah biografi yang menyajikan seseorang yang hidup secara khusus. Karena itu, kitab-kitab Injil terutama bukanlah catatan tentang pekerjaan Tuhan yang ajaib; kitab-kitab Injil adalah satu gambaran dari kehidupan Tuhan Yesus di bumi. Inilah salah satu alasan mengapa Paulus dalam 2 Korintus 4 sering kali memakai nama Yesus. Pemakaian nama ini dalam pasal 4 membawa kita kembali kepada Tuhan sebagai seorang manusia yang kehidupan-Nya bersatu dengan ministri-Nya. Tuhan hidup sedemikian rupa sehingga persona-Nya bersatu dengan ministri-Nya. Tegasnya, Tuhan tidak menggenapkan satu pekerjaan; sebaliknya, Dia hanya menempuh satu kehidupan tertentu.

Ada orang, mendengar bahwa kitab-kitab Injil menekankan kehidupan Tuhan bukan menekankan pekerjaan-pekejaan-Nya, mereka mungkin akan berdebat, "Saudara Lee, bukankah kitab-kitab Injil juga memberikan catatan tentang pekerjaan-pekerjaan Tuhan Yesus?" Ya, memang demikian. Saya tidak menyangkal bahwa kitab-kitab Injil mengisahkan pekerjaan Tuhan. Namun, jika Anda membaca kitab-kitab Injil dengan teliti, Anda akan melihat bahwa gambaran yang ada di dalamnya itu bukanlah melukiskan catatan pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Sebaliknya, gambaran dalam kitab-kitab Injil itu dilukiskan sedemikian rupa untuk memperlihatkan kehidupan Tuhan. Sedikitnya, dalam gambaran itu kehidupan Tuhan Yesus lebih ditekankan daripada pekerjaan-Nya. Kitab-kitab Injil memperlihatkan kepada kita lebih banyak kehidupan Tuhan daripada pekerjaan-Nya. Ya, kitab-kitab Injil memang menggambarkan pekerjaan-pekerjaan Tuhan, tetapi lebih banyak memperlihatkan kehidupan yang ditempuh Yesus dan memperlihatkan kepada kita bagaimana Dia hidup.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 33

14 January 2012

2 Korintus - Minggu 16 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:16


Saudara-saudara, saya menjamin Anda bahwa Tuhan akan memberikan istri yang paling cocok bagi Anda yang akan menindas dan bahkan menyerang Anda supaya manusia lahiriah Anda dapat dihabisi. Setiap istri tahu waktu yang tepat untuk menyerang suaminya. Sesungguhnya ini adalah kedaulatan Tuhan. Kadang-kadang ketika Anda membuat kesalahan, istri Anda akan sangat ramah kepada Anda dan memberi tahu Anda untuk tidak prihatin tentang hal itu. Tetapi ketika Anda tidak salah, dia mungkin akan menyerang Anda dengan keras tanpa alasan. Sebenarnya, ada satu alasannya: Allah dalam kedaulatan-Nya membiarkan dia berbuat demikian supaya Anda, sebagai pohon, dapat menjatuhkan daun-daun Anda.

Di satu pihak, sebuah pohon menjatuhkan daun-daunnya sendiri; di pihak lain, musim dan lingkungan memaksa pohon itu untuk melakukan hal itu. Bila musim gugur tiba, sebuah pohon harus menjatuhkan daun-daunnya, tidak peduli betapa hijaunya dan baiknya daun itu selama musim panas. Demikian juga, bila musim gugur dan musim dingin tiba dalam kehidupan kristiani kita, kita mungkin akan ditindas oleh anggota-anggota keluarga kita. Selama masa yang sangat dingin itu, kita akan dipaksa untuk menjatuhkan daun-daun kita. Ini berarti, di satu pihak, manusia lahiriah kita akan merosot dan di pihak lain, manusia lahiriah kita akan dihabisi.

Ketika kita mengalami kemerosotan manusia lahiriah kita, kita mungkin memberi tahu Tuhan bahwa kita tidak tahan lagi. Namun, Tuhan mungkin menunjukkan bahwa kita harus menanggungnya lebih lama lagi, karena nasib kita adalah manusia lahiriah kita dihabisi. Inilah pemahaman saya tentang hal ini menurut pengalaman saya.

Dalam 2 Korintus 3 Paulus membicarakan tentang transformasi. Dalam proses transformasi ini ada satu unsur ilahi yang ditambahkan ke dalam diri kita, dan kita akan disusun dengan unsur ini. Penyusunan ini menghasilkan transformasi. Seperti yang telah kita lihat dalam 2 Korintus 4, transformasi ini menjadi pembaruan. Pembaruan ini bukan hanya berhubungan dengan penambahan unsur ilahi ke dalam diri kita. Sifat usang kita, manusia lahiriah kita, juga akan dengan riil disingkirkan supaya hayat di dalam kita, yaitu Roh hayat, memiliki kesempatan untuk berkembang. Perkembangan hayat yang di dalam ini adalah pembaruan. Sekali lagi kita dapat memakai pohon-pohon sebagai satu ilustrasi. Selama musim dingin pohon-pohon itu tidur, tetapi pada musim semi kita dapat melihat perkembangan hayat batiniahnya. Ini bukan hanya transformasi, tetapi juga pembaruan.

Transformasi adalah perkara penyusunan; pembaruan mencakup penggantian. Diperbarui berarti manusia lahiriah ini dihabisi. Seperti sebuah pohon rontok daun-daunnya, demikian juga unsur lama dari manusia lahiriah kita akan merosot. Hasilnya, hayat batiniah akan berkembang dengan segar. Bila musim semi tiba, pohon-pohon itu akan menjadi hidup, segar, dan kuat. Daun-daun yang baru akan muncul, dan akhirnya pohon-pohon itu berbunga dan menghasilkan buah. Ini adalah satu gambaran dari pembaruan manusia batiniah kita. Dengan mengalami pembaruan ini, kita beranjak dari kemuliaan ke kemuliaan. Kemuliaan ini ditingkatkan dari satu tingkat ke tingkat lainnya, dari kemuliaan yang sekarang ini ke kemuliaan yang kekal.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 32

13 January 2012

2 Korintus - Minggu 16 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:16


Kehidupan gereja adalah satu kehidupan kebenaran. Dalam kehidupan gereja segala sesuatunya seharusnya tenang, penuh damai sejahtera, dan teratur. Masa milenium, yaitu Kerajaan Seribu Tahun, akan penuh dengan kebenaran. Karena ada kebenaran di dalam kerajaan, maka akan ada damai sejahtera. Kerajaan tidak lain satu alam kebenaran dengan damai sejahtera. Kebenaran ini adalah hasil dari hayat.

Menurut Alkitab, dalam Kerajaan Seribu Tahun, maut akan dikurangi dan dibatasi secara besar-besaran (Yes. 65:20). Sebaliknya akan ada kelimpahan hayat. Akibatnya, lingkungan di dalam Kerajaan Seribu Tahun itu akan penuh damai sejahtera. Alkitab memakai istilah kebenaran untuk menyatakan keadaan dan kondisi yang penuh damai sejahtera itu.

Setelah Kerajaan Seribu Tahun, akan ada langit baru dan bumi baru dengan Yerusalem Baru. Di dalam Yerusalem Baru, tidak akan ada maut, dan hayat akan mengalir untuk mempertahankan keadaan yang penuh damai sejahtera (Why. 21:4; 22:1). Ini akan menjadi satu kebenaran yang kekal. Kemudian kita semua akan memperhidupkan hayat ilahi dalam satu tingkat kebenaran. Kehidupan gereja pada hari ini harus menjadi miniatur dari keadaan semacam ini. Begitu pula seharusnya dengan kehidupan keluarga kita. Oleh belas kasihan dan kasih karunia Tuhan, kehidupan gereja dan kehidupan keluarga kita dapat penuh dengan hayat dan kebenaran.

Kehidupan yang penuh dengan hayat dan kebenaran merupakan satu penegasan ministri dari perjanjian yang baru. Menurut perkataan Paulus dalam 2 Korintus 3, ministri dari perjanjian yang baru adalah ministri Roh itu dan kebenaran. Ministri ini menyuplaikan Kristus sebagai Roh itu dan kebenaran kepada orang. Dalam 2 Korintus 4 Paulus membentangkan pengalamannya terhadap Roh itu dan kebenaran. Ketika kita mengalami Roh itu, hayat akan dimanifestasikan. Ketika hayat dimanifestasikan, kita dibawa masuk ke dalam satu keadaan damai sejahtera, di mana tidak ada satu pun yang salah atau tidak teratur. Inilah kebenaran, satu keadaan di mana segala sesuatunya hidup, benar, dan teratur. Dalam pandangan Allah, ini adalah kebenaran. Para rasul mengalami Roh itu, memanifestasikan hayat, dan hidup dalam keadaan kebenaran. Sekali lagi kita melihat bahwa kehidupan mereka dan ministri mereka adalah satu.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 32

12 January 2012

2 Korintus - Minggu 16 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Ptr. 3:13


Kebenaran mengacu kepada satu keadaan, satu kondisi, di mana segala sesuatunya berada dalam keadaan teratur. Di mana ada kebenaran, di sana tidak ada gangguan, kekacauan, atau percampuran. Misalnya, di dalam satu sidang gereja kita sering kali dapat melihat kebenaran, karena di dalam sidang itu segala sesuatunya benar dan berada dalam keadaan teratur. Akibatnya, sidang itu berada dalam kondisi, keadaan kebenaran. Tetapi umpamanya para saudara berdebat, dan para saudari marah-marah, dan anak-anak lari-lari di dalam balai sidang. Betapa kacaunya itu! Di dalam situasi yang demikian, keadaan yang kacau, tidak akan ada kebenaran apa pun. Kebenaran mengacu kepada satu keadaan di mana segala sesuatu berada dalam keadaan yang teratur.

Dua Petrus 3:13 mengatakan, "Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran." Kebenaran yang tinggal di langit yang baru dan bumi yang baru ini menunjukkan bahwa segala sesuatunya berada dalam keadaan teratur, dan tidak ada satu pun yang akan salah, marah-marah, atau berada dalam kekacauan. Tidak ada kekacauan dan kebingungan, hanya ada damai sejahtera dan keteraturan. Dalam pandangan Allah, keadaan yang demikian adalah kebenaran. Seluruh keadaan di langit baru dan bumi baru adalah kebenaran. Tidak ada satu pun yang tidak teratur; sebaliknya, segala sesuatunya akan berada dalam keadaan teratur. Keadaan yang teratur ini adalah kebenaran.

Dalam 2 Korintus 4:8 Paulus membicarakan tentang ditindas dalam segala hal, atau diserang dari setiap aspek. Tetapi tidak peduli berapa banyak ia ditindas atau diserang, padanya tidak ada kekacauan. Sebaliknya, ada manifestasi hayat. Manifestasi hayat ini menghasilkan satu keadaan yang damai sejahtera dan tenang.

Dalam 2 Korintus 4:8 dan 9 Paulus membicarakan tentang ditindas, kehabisan akal, dianiaya, dan dihempaskan. Kita tentu mengira situasi yang demikian itu akan menghasilkan kekacauan. Tetapi jika Anda berada di dalam situasi itu namun segala sesuatunya menjadi tenang dan teratur, itu adalah manifestasi hayat. Selain itu, keadaan yang teratur itu adalah keadaan kebenaran.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 32

11 January 2012

2 Korintus - Minggu 16 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:8-9


Dalam 2 Korintus 4:8-9 Paulus menunjukkan situasi yang sulit di mana ia berada. Ia berkata, "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak hancur terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." Dalam ayat-ayat ini Paulus menyinggung empat hal. Pertama, ia mengatakan bahwa mereka ditindas dalam segala hal, tetapi tidak hancur terjepit. Diserang dalam segala hal di sini berarti diserang dari empat sudut; depan, belakang, kanan, dan kiri. Meskipun demikian, mereka tidak hancur terjepit. Ini menunjukkan hayat. Tidak hancur terjepit dalam situasi yang demikian itu adalah memiliki manifestasi hayat.

Kedua, Paulus mengatakan bahwa mereka habis akal, tidak menemukan jalan keluar, tetapi tidak putus asa. Para rasul terkurung, tidak memiliki jalan keluar; tetapi tidak berarti mereka sama sekali tidak memiliki jalan keluar. Bagian dari ayat 8 ini dalam bahasa Yunaninya mengandung permainan kata. Pertama-tama Paulus mengatakan bahwa mereka telah kehabisan akal, kemudian ia mengatakan bukan sama sekali tidak dapat menemukan jalan keluar. Sekali lagi, ini adalah hayat. Kelihatannya mereka kehabisan akal, tetapi karena Roh itu ada di dalam mereka sebagai hayat, mereka bukan sama sekali tidak menemukan jalan keluar.

Ketiga, Paulus mengatakan bahwa mereka dianiaya, tetapi tidak ditinggalkan sendirian. Ini berarti mereka dikejar-kejar musuh, tetapi mereka tidak ditolak, ditinggalkan; yaitu mereka tidak ditinggalkan dalam keadaan yang mengenaskan.

Akhirnya, dalam ayat 9 Paulus mengatakan bahwa mereka dihempaskan, tetapi tidak binasa. Meskipun mereka dijatuhkan, tetapi mereka tidak binasa.

Paulus ditindas, kehabisan akal, dianiaya, dan dihempaskan. Semuanya itu memberikan satu kesempatan bagi hayat untuk dimanifestasikan. Hayat mengatasi semua hal itu. Meskipun ia mengalami penindasan, kehabisan akal, penganiayaan, dan dihempaskan, tetapi Paulus tetap sangat energik. Dia tidak hancur atau putus asa, dan ia tidak ditinggalkan atau binasa. Hayat benar-benar menjadi nyata di atas dirinya.

Dengan membentangkan pengalamannya sendiri sebagai satu penegasan dari ministrinya, Paulus menunjukkan bahwa ia dan ministrinya adalah satu. Apa adanya Paulus dan kehidupan yang ditempuhnya adalah ministrinya. Ministri ini adalah apa adanya Paulus bukan hanya apa yang dia lakukan atau pekerjaan yang digenapkannya. Paulus hidup sedemikian rupa sehingga kehidupannya merupakan satu penegasan atas ministrinya. Ministri Paulus adalah ministri Roh itu, dan kehidupannya penuh dengan hayat. Ini berarti kehidupannya adalah manifestasi dari Roh itu yang telah melalui proses, yaitu Roh itu yang telah dimasak. Paulus hidup berdasarkan Roh itu, maka hayat pun tertampil dari dirinya. Hayat ini dimanifestasikan kepada orang-orang Korintus dan diministrikan kepada mereka. Ketika hayat ini masuk ke dalam mereka, hayat ini segera menjadi Roh itu. Kemudian ketika mereka memperhidupkan Roh itu, Roh itu menjadi hayat bagi orang lain. Inilah penegasan dari ministri perjanjian yang baru oleh Paulus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 31

10 January 2012

2 Korintus - Minggu 16 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:8; 4:1


Hal apakah dalam pasal 4 yang bersesuaian dengan Roh itu dalam pasal 3? Perkara dalam pasal 4 yang bersesuaian dengan Roh itu adalah hayat. Hayat dalam pasal ini sinonim dengan Roh itu. Dalam pasal mengenai doktrin, Paulus membicarakan tentang Roh itu; sedangkan dalam pasal mengenai pengalaman, ia membicarakan tentang hayat. Hayat dalam doktrin adalah Roh itu, dan Roh itu dalam pengalaman adalah hayat.

Apa yang bersesuaian dengan transformasi? Sebagaimana hayat itu sinonim dengan Roh itu, demikian juga diperbarui sinonim dengan ditransformasi. Paulus membicarakan pembaruan dalam ayat 16 ketika ia mengatakan bahwa "manusia batiniah kita diperbarui dari sehari ke sehari." Meskipun transformasi dan pembaruan itu sinonim, tetapi tetap ada perbedaan di antara keduanya. Transformasi mencakup suatu proses. Ketika proses transformasi ini terjadi, hal itu menjadi pembaruan.

Kata apa dalam pasal 4 yang sinonim dengan kemuliaan dalam pasal 3? Dalam pasal 3 dan 4 Paulus membicarakan tentang kemuliaan. Namun, kemuliaan dalam pasal 3 tidak sebobot dengan kemuliaan dalam pasal 4. Dalam 2 Korintus 4:17 Paulus mengatakan "kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya." Kemuliaan dalam pasal 3 mengandung bobot yang bersifat zaman (sezaman) zaman ini, tetapi kemuliaan dalam pasal 4 itu berbobot sampai selama-lamanya. Kita harus ingat bahwa 2 Korintus 3:18 membicarakan tentang dari satu tingkat kemuliaan ke tingkat kemuliaan lainnya. Tidak diragukan lagi, kemuliaan dalam pasal 4 adalah tingkat yang paling tinggi. Sedikitnya, tingkatnya lebih tinggi daripada kemuliaan dalam pasal 3.

Manifestasi hayat sama dengan manifestasi Roh itu. Dalam 2 Korintus 3:8 Paulus mengatakan bahwa ministrinya, yaitu ministri dari perjanjian yang baru, adalah ministri Roh. Dalam pasal 4 ia menyajikan satu pengalaman yang menegaskan hal ini. Maksud Paulus dalam pasal 4 ialah, "Izinkan aku menegaskan kepada kalian bahwa ministriku adalah ministri Roh itu. Ketika aku datang kepada kalian, tidakkah kalian melihat sesuatu atas diriku? Apakah yang kalian lihat? Agama Yahudi? Praktek, kebiasaan, dan adat istiadat Yahudi? Tidak, kalian tidak melihat hal-hal itu. Kalian, orang-orang Korintus, harus mengakui bahwa apa yang kalian lihat atas diriku adalah manifestasi hayat, bukan manifestasi agama Yahudi, filsafat, adat istiadat, atau praktek Yahudi." Hayat yang dimanifestasikan di atas diri Paulus adalah Roh itu yang dialaminya, yaitu Roh itu yang telah melalui proses, Roh itu yang telah dimasak.

Hayat dapat dimanifestasikan di atas diri Paulus karena ia mengalami pembunuhan salib. Andaikata Paulus tidak menghadapi permasalahan, kesulitan, penentangan, atau penganiayaan; andaikata ia juga kuat secara jasmani dan tidak pernah ada masalah dengan kesehatannya; jika demikian, kemungkinan tidak akan ada manifestasi hayat di atas diri Paulus. Tetapi ketika Paulus bersama orang-orang Korintus, ia benar-benar menghadapi banyak persoalan dan kesulitan, ia pun sungguh-sungguh menghadapi penentangan dan penganiayaan. Bahkan kadang-kadang kaum saleh di Korintus menyulitkan dirinya. Paulus tahu bahwa jika segala sesuatunya mudah dan menyenangkan, ia tidak mungkin memiliki manifestasi hayat yang sama.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 31

09 January 2012

2 Korintus - Minggu 16 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:1-18


Dua Korintus 3 dan 4 berbeda dalam sifatnya. Sebenarnya pasal 3 adalah pasal tentang doktrin. Tentunya, menurut prinsipnya, doktrin harus mencakup pengalaman. Demikian juga, pengalaman rohani yang sejati manapun akan mencakup doktrin. Karena itu, kita dapat mengatakan bahwa 2 Korintus 3 adalah satu pasal tentang doktrin dengan beberapa pengalaman.

Jika secara mendasar 2 Korintus 3 ini adalah pasal tentang doktrin, apakah sifat pasal 4? Dua Korintus 4 adalah satu pasal tentang pengalaman. Bagaimana kita tahu hal ini? Ayat 1 memberikan satu petunjuk kepada kita bahwa pasal ini berhubungan dengan pengalaman: "Oleh rahmat Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu, kami tidak tawar hati." Di sini Paulus menunjukkan "telah menerima pelayanan ini", ini juga berhubungan dengan doktrin dan pengalaman. Tetapi "tidak tawar hati" mutlak adalah perkara pengalaman.

Pengalaman yang bagaimana yang kita temukan dalam pasal 4? Ini bukanlah pengalaman terhadap keselamatan, pembenaran, atau pengampunan. Mungkin ada yang mengatakan bahwa dalam pasal ini kita memiliki pengalaman akan salib. Namun, membicarakan pengalaman dalam pasal 4 secara demikian itu terlalu negatif. Yang kita temukan di sini adalah manifestasi hayat. Pasal ini adalah tentang pengalaman terhadap manifestasi hayat.

Orang-orang Kristen mungkin membaca 2 Korintus 4 tanpa menyadari bahwa pasal ini adalah pasal tentang manifestasi hayat. Ayat 10-11 mengatakan, "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan (hayat) Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini." Dalam ayat-ayat ini Paulus tidak memakai kata sifat "nyata", melainkan memakai kata kerja "menjadi nyata". Ada perbedaan antara sesuatu yang nyata dengan sesuatu yang menjadi nyata. Kata "nyata" tidak mencakup pengalaman atau proses; tetapi "menjadi nyata" mencakup suatu proses, suatu prosedur. Dalam ayat-ayat ini Paulus tidak mengatakan bahwa hayat Yesus adalah nyata. Jika ia mengatakan demikian, tidak ada proses atau prosedur yang tercakup di dalamnya. Maka kita tidak perlu melalui sesuatu dalam pengalaman kita. Tetapi ketika Paulus mengatakan bahwa hayat Yesus menjadi nyata di dalam kita, hal itu mencakup suatu proses. Agar hayat Yesus dapat menjadi nyata diperlukan satu proses, satu prosedur. Dalam 2 Korintus 4:10-12 kita dapat melihat dengan jelas manifestasi hayat ini. Ini menunjukkan bahwa pasal ini berkenaan dengan pengalaman terhadap manifestasi hayat.

Manifestasi hayat ini datang melalui pembunuhan salib. Memang, dalam pasal 4 kita tidak dapat menemukan kata salib. Meskipun demikian, konsepsi tentang salib tersirat di sini. Misalnya, kata "membawa kematian Yesus" dalam ayat 10 itu tentunya menyiratkan salib. Kematian Yesus tidak sama dengan membawa kematian Yesus. Kita tidak boleh berpikir bahwa membawa kematian itu sama dengan kematian. Tidak, sedikitnya ada beberapa perbedaan di antara keduanya. Pengalaman terhadap manifestasi hayat ini berhubungan dengan membawa kematian Yesus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 31

07 January 2012

2 Korintus - Minggu 15 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:7


Dalam 2 Korintus 4:6 Paulus berkata, "Sebab Allah yang telah berfirman, 'Dari dalam gelap akan terbit terang!' Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus." Allah yang telah berfirman "dari dalam gelap akan terbit terang" telah bercahaya (bersinar) di dalam hati para minister dari perjanjian yang baru. Terang-Nya di dalam alam semesta ini menghasilkan ciptaan lama. Sekarang terang-Nya di dalam hati para minister dari perjanjian yang baru ini membuat mereka menjadi ciptaan baru. Karena itu, mereka dapat meninggikan Kristus sebagai Tuhan di dalam pemberitaan mereka dan berperilaku sebagai hamba-hamba bagi kaum beriman di dalam pelayanan mereka (ayat 5). Apa yang mereka lakukan bagi Kristus dan apa adanya mereka bagi kaum beriman keduanya dihasilkan dari terang Allah. Terang Allah menghasilkan para minister dari perjanjian yang baru dan menghasilkan ministri mereka.

Dalam ciptaan lama, terang Allah itu bersifat lahiriah. Tetapi bagi kita dalam ciptaan baru, terang Allah itu bersifat batiniah. Allah telah bercahaya di dalam hati kita. Sekarang, terang, kemuliaan, dan cahaya itu ada di dalam kita.

Ministri dari perjanjian yang baru mutlak berada di dalam Roh itu. Ministri ini tidak berhubungan dengan hal-hal yang dapat dilihat atau yang jasmani. Ministri dari perjanjian yang baru ini tidak kelihatan, walaupun demikian ministri ini merupakan sesuatu yang dapat kita pegang (pertahankan). Ini adalah sesuatu yang riil yang dapat dirasakan, direalisasikan, dialami, dan dinikmati. Inilah kemuliaan, terang, realitas, kekuatan, dan tenaga ministri dari perjanjian yang baru.

Dalam 2 Korintus 4:7 Paulus selanjutnya berkata, "Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." Penyorotan Allah dalam hati kita membawakan harta ke dalam kita, yaitu Kristus yang mulia, sebagai perwujudan Allah, untuk menjadi hayat dan segala kita. Tetapi kita yang berisikan harta ini adalah bejana-bejana tanah liat, yang tidak berharga dan getas. Harta tak ternilai ini tersimpan dalam bejana-bejana tak berharga. Ini membuat bejana-bejana tak berharga itu menjadi para minister dari perjanjian yang baru dengan ministri yang tak ternilai. Ini digenapkan oleh kekuatan ilahi di dalam kebangkitan. Kekuatan yang berlimpah-limpah ini pasti berasal dari Allah, bukan dari diri kita. Harta ini, yaitu Kristus yang berhuni di dalam kita, bejana tanah liat, adalah sumber suplai ilahi bagi kehidupan orang Kristen. Oleh kekuatan yang unggul dari harta inilah para rasul sebagai para minister dari perjanjian yang baru dapat menempuh satu kehidupan yang tersalib, sehingga hayat kebangkitan Kristus dapat dinyatakan.

Realitas Kristus yang bercahaya ini adalah harta di dalam kita, bejana-bejana tanah liat. Secara lahiriah kita adalah bejana tanah liat, tetapi secara batiniah kita memiliki harta yang tak ternilai. Harta ini adalah Kristus sebagai perwujudan Allah Tritunggal yang telah melalui proses untuk menjadi Roh pemberi-hayat yang almuhit di dalam kita. Harta ini memiliki satu kekuatan, dan kekuatan ini adalah kekuatan yang unggul. Kristus sebagai Roh pemberi-hayat di dalam kita adalah Dia yang bersinar dan bekerja. Inilah harta yang kita miliki di dalam kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 30

06 January 2012

2 Korintus - Minggu 15 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 4:6


Fakta bahwa para minister dan ministri adalah satu, sepenuhnya dibuktikan dalam 2 Korintus 4. Dalam pasal ini Paulus memberikan satu petunjuk yang kuat kepada kita bahwa ministri itu adalah apa adanya para minister dari perjanjian yang baru. Sebenarnya, para minister dalam pasal 4 itu tidak bekerja, mereka hanya hidup. Jadi, kehidupan mereka adalah pekerjaan mereka. Di luar kehidupan mereka, mereka tidak perlu melakukan pekerjaan apa pun, karena kehidupan mereka adalah pekerjaan mereka, ministri mereka. Manusia batiniah mereka sebenarnya adalah ministri mereka. Apa yang terhitung di dalam ministri dari perjanjian yang baru adalah apa adanya para minister dari perjanjian yang baru dalam kehidupan mereka dan dalam segenap diri mereka.

Keadaan para minister dari perjanjian yang baru sangat berbeda dengan kebanyakan pengkhotbah Kristen pada hari ini. Para pelayan dan pengkhotbah umumnya bekerja dalam satu cara, tetapi hidup dalam cara lainnya. Ini berarti apa yang dikerjakan mereka adalah satu hal, dan apa adanya mereka adalah hal lain lagi. Mereka mungkin mengajar orang-orang agar menurut satu standar yang tinggi, tetapi mereka sendiri tidak hidup menurut standar itu. Jadi, ada suatu ketidakcocokan di antara pekerjaan mereka dengan apa adanya mereka. Tetapi para minister dari perjanjian yang baru bersatu dengan ministri mereka. Apa yang mereka lakukan adalah apa adanya mereka. Cara mereka bekerja adalah cara hidup mereka. Kehidupan mereka, apa adanya mereka, adalah ministri mereka. Hasilnya, kemuliaan ministri mereka adalah kemuliaan mereka, dan kemuliaan mereka adalah kemuliaan ministri mereka.

Kemuliaan para minister dari perjanjian yang baru bukanlah sesuatu yang kelihatan atau yang lahiriah. Kemuliaan ini adalah yang batiniah, yang tidak kelihatan; ini adalah perkara Kristus tertampak oleh orang lain dalam kehidupan kita. Misalnya, ketika Anda mengunjungi rumah seorang saudara, Anda mungkin melihat dalam kehidupan keluarganya ada satu kondisi, keadaan kemuliaan. Kemuliaan ini bukanlah Kristus (secara jasmani) terlihat oleh orang lain, melainkan Kristus tertampak oleh mereka ketika mereka mengamati kehidupan sehari-hari dari keluarga ini. Orang lain merasakan bahwa di dalam kehidupan keluarga ini ada sesuatu yang mulia. Inilah kemuliaan para minister dari perjanjian yang baru dan ministri mereka.

Ketika Musa turun dari gunung, kemuliaan bersinar dari wajahnya dan kasat mata. Tetapi tidak ada sinar kemuliaan yang demikian pada wajah Paulus. Pada Musa, kemuliaan itu ada secara lahiriah dan kasat mata. Namun, sinar kemuliaan itu, tidak tahan lama. Pada diri Paulus tidak ada sinar kemuliaan yang lahiriah dan kasat mata. Namun, padanya ada sinar kemuliaan yang rohani dan batini. Siapa saja yang tinggal bersama Paulus untuk sejangka waktu akan menyadari bahwa padanya ada satu sinar yang tidak kelihatan. Meskipun sinar ini tidak kasat mata, tetapi sinar ini dapat dirasakan, direalisasikan. Inilah sinar kemuliaan yang batiniah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 30

05 January 2012

2 Korintus - Minggu 15 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:6, 10, 20


Jika kita membaca 2 Korintus 3:8-9 dan 16-18, kita dapat nampak dengan jelas bahwa pada akhirnya para minister dari perjanjian yang baru akan menjadi satu dengan ministri mereka. Ini berarti para minister adalah ministri itu. Ministri mereka adalah apa adanya mereka, bukan hanya apa yang mereka lakukan atau pekerjaan yang mereka genapkan. Apa adanya para minister dari perjanjian yang baru justru adalah ministri mereka. Karena itu, kita dapat mengatakan bahwa para minister dan ministri itu menjadi satu.

Dua Korintus 3:8-9 mengatakan, "Betapa lebih besar lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh! Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada kebenaran." Perhatikanlah ayat 8 mengatakan bahwa ministri dari perjanjian yang baru berada dalam kemuliaan, dan ayat 9 mengatakan bahwa ministri ini berlebih (limpah) dalam kemuliaan. Di sini kita melihat dua tahap dari ministri dari perjanjian yang baru. Tahap yang pertama adalah ministri Roh itu, tahap yang kedua adalah ministri kebenaran. Ketika ministri hanya sekadar ministri Roh itu, ministri ini ada dalam tahap pertama. Ini adalah ministri dalam kemuliaan. Ketika ministri ini adalah ministri kebenaran, ministri ini ada dalam tahap kedua. Dalam tahap ini, ministri dari perjanjian yang baru bukan hanya berada dalam kemuliaan, lebih-lebih berlimpah dalam kemuliaan. Alasan ministri ini berlimpah-limpah dalam kemuliaan adalah karena kebenaran itu ditampilkan.

Dalam tahap yang pertama, yaitu tahap ministri Roh itu, ministri dari perjanjian yang baru ini berada dalam kemuliaan. Tetapi bila ministri ini menjadi ministri kebenaran, maka ministri ini berlimpah dalam kemuliaan. Ketika ministri Roh itu diperhidupkan di dalam kita dengan ekspresi kebenaran, ministri ini berlimpah dalam kemuliaan.

"Dalam kemuliaan" dan "berlimpah dalam kemuliaan" dalam 3:8-9 keduanya berhubungan dengan ministri itu. Tetapi kemuliaan dalam ayat 16-18 tidak berhubungan dengan ministri, melainkan berhubungan dengan para minister. Dalam ayat 18 Paulus berkata, "Kita semua seperti cermin memandang dan memantulkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan ini datangnya dari Tuhan Roh, maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dari kemuliaan ke kemuliaan" (Tl.). Dalam ayat ini kata "kita" mengacu kepada para rasul, yang adalah para minister Kristus sebagai teladan dan wakil dari semua orang beriman. Jadi, kemuliaan dalam ayat 8-9 berhubungan dengan ministri itu, sedangkan dalam ayat 18 berhubungan dengan para minister.

Meskipun kemuliaan dalam ayat 8-9 berhubungan dengan ministri itu, dan kemuliaan dalam ayat 18 berhubungan dengan para minister, tetapi bukan berarti ada dua macam kemuliaan. Bukan berarti ada satu kemuliaan yang berkaitan dengan ministri itu dan ada satu kemuliaan lagi berhubungan dengan para minister. Tidak, hanya ada satu macam kemuliaan. Ini membuktikan bahwa pada akhirnya semua minister dari perjanjian yang baru akan menjadi satu dengan ministri mereka. Seluruh diri mereka, apa adanya diri mereka, adalah ministri mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 30

04 January 2012

2 Korintus - Minggu 15 Rabu

Pembacaan Alkitab: Why. 19:7-8; 2 Ptr. 3:13


Wahyu 19:7-8 mengatakan, "Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan putih bersih! [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]" Pengantin perempuan di sini mengacu kepada manusia yang telah ditebus dan ditransformasi. Pengantin perempuan ini akan memakai kain lenan halus yang adalah kebenaran orang-orang kudus.

Jika kita ingin berbagian dalam pengantin perempuan, yang didandani dengan kebenaran yang berkilau-kilauan dan putih bersih, kita perlu mendandani diri kita dengan kebenaran. Hari demi hari kita perlu mempersiapkan pakaian lenan halus yang berkilau-kilauan untuk menutupi diri kita. Ini adalah kebenaran kita setiap hari.

Bagaimana kita dapat menghasilkan pakaian kebenaran yang demikian? Kita dapat menghasilkannya dengan setiap hari bertindak menurut Roh hayat dan dengan menempuh satu kehidupan yang berasal dari Roh. Jika kita mempersiapkan pakaian pernikahan kita hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun dengan menempuh satu kehidupan yang demikian di dalam Roh, kita tidak akan kedapatan telanjang pada waktu Tuhan datang kembali. Sebaliknya, pada waktu kedatangan-Nya kita akan memakai pakaian pernikahan yang berkilau-kilauan dan putih bersih.

Akhirnya, pengantin perempuan dalam Wahyu 19 ini akan menjadi Yerusalem Baru dalam Wahyu 21 dan 22. Kota Yerusalem Baru akan mengemban penampilan yaspis. Berbicara tentang Yerusalem Baru, Wahyu 21:11 mengatakan, "Cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal." Menurut Wahyu 21:18, "Tembok itu terbuat dari permata yaspis." Pondasi yang pertama dari Yerusalem Baru juga adalah yaspis (Why. 21:19). Karena itu, penampilan kota itu adalah yaspis. Wahyu 4 menunjukkan bahwa Allah yang duduk di takhta di surga itu juga memiliki penampilan yaspis. Jadi, yaspis menunjukkan gambar Allah, yaitu ekspresi-Nya. Fakta bahwa yaspis adalah penampilan Allah dan Yerusalem Baru, itu menunjukkan bahwa kota kudus ini akan mengemban penampilan yang sama dengan Allah. Seluruh kota itu akan mengekspresikan Allah.

Yaspis Yerusalem Baru sama dengan kebenaran pengantin perempuan. Hari ini kita sedang mempersiapkan gaun pengantin kita, gaun yang akan memiliki penampilan kebenaran, yang adalah ekspresi Allah. Akhirnya, di dalam Yerusalem Baru, kebenaran ini akan menjadi penampilan yaspis.

Dua Petrus 3:13 mengatakan, "Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran." Kata kebenaran yang dipakai dalam ayat ini kaya maknanya. Mengatakan bahwa kebenaran akan tinggal di langit baru dan bumi baru berarti segala sesuatunya akan menjadi teratur, berada di bawah satu kepala, dan rapi. Segala sesuatu akan dikendalikan, dikontrol, dan berada di bawah pemerintahan yang tepat, karena takhta Allah, kerajaan, dan pemerintahan ilahi ada di sana. Hasilnya akan ada damai sejahtera dan sukacita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 29

03 January 2012

2 Korintus - Minggu 15 Selasa

Pembacaan Alkitab: Rm. 8:1-2, 4; 14:17; Ibr. 1:8-9


Ketika tuntutan keadilan hukum Taurat itu telah terpenuhi di dalam kita karena kita bertindak menurut Roh, kita akan memiliki kebenaran. Kebenaran ini, seperti yang telah kita tunjukkan dalam berita sebelumnya, menandakan ekspresi Allah, yaitu gambar-Nya. Ketika kita memiliki kebenaran, kita memiliki ekspresi Allah yang kita layani dan yang kita sembah. Karena kita memiliki ekspresi ini sebagai kebenaran yang spontan yang kita perhidupkan oleh Roh hayat, orang lain dapat diyakinkan dan ditundukkan. Karena alasan ini, orang-orang yang menentang kita pada akhirnya dapat diyakinkan melalui melihat ekspresi Allah yang diperhidupkan dari diri kita.

Kita mungkin bingung bagaimana kita dapat diserupakan dengan gambar Putra Allah. Jalan untuk diserupakan dengan gambar-Nya adalah bertindak menurut Roh hayat supaya tuntutan keadilan hukum Taurat dapat digenapi di dalam kita. Kemudian kita akan memiliki kebenaran, dan kebenaran ini adalah gambar Putra Allah. Karena itu, Roh itu menghasilkan kebenaran, dan kebenaran adalah gambar.

Roma 14:17 mengatakan, "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus." Dalam ayat ini Paulus memberikan aspek lainnya dari kebenaran kepada kita. Dalam Roma 8 kita memiliki kebenaran yang berhubungan dengan Roh hayat dan menghasilkan gambar Putra Allah. Tetapi dalam Roma 14:17 kebenaran ini berhubungan dengan Kerajaan Allah. Dalam pasal ini Kerajaan Allah menunjukkan kehidupan gereja. Sidang-sidang gereja adalah satu pameran dari Kerajaan Allah. Dalam kehidupan gereja ini kita memiliki satu keadaan dan situasi yang memperlihatkan kepada orang lain apakah Kerajaan Allah itu. Kehidupan gereja adalah Kerajaan Allah, dan Kerajaan Allah adalah kebenaran.

Kebenaran pertama-tama menghasilkan gambar Allah. Kemudian kebenaran ini mendirikan Kerajaan Allah. Dalam Roma 8 kita memiliki kebenaran dan gambar Allah, dan dalam Roma 14 kita memiliki kebenaran dan Kerajaan Allah. Gambar dan kerajaan bertumpu pada kebenaran.

Sasaran ministri dari perjanjian yang baru adalah meministrikan Roh yang almuhit dari Allah Tritunggal yang telah melalui proses ke dalam orang lain untuk menjadi suplai mereka. Secara bersamaan, ministri ini juga menyalurkan Kristus ke dalam kaum beriman sebagai kebenaran mereka. Kemudian, ketika kaum beriman ini hidup dan bertindak menurut Roh, mereka akan berada di dalam keadaan yang mengekspresikan Allah dan memberikan kesan Putra Allah kepada orang. Selain itu, mereka benar-benar akan menjadi Kerajaan Allah yang didirikan di atas kebenaran, dibangun secara teratur, dan dikepalai dengan tepat. Mereka juga akan memiliki damai sejahtera dan sukacita di dalam Roh Kudus. Inilah hasil ministri dari perjanjian yang baru. Berbeda dengan hasil dari ministri-ministri yang bermacam-macam pada hari ini yang menghasilkan perbedaan opini, perpecahan, dan keadaan yang tidak teratur.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 29

02 January 2012

2 Korintus - Minggu 15 Senin

Pembacaan Alkitab: Rm. 8:2, 4; 2 Kor. 3:3


Dalam Roma 8:2 Paulus mengatakan bahwa hukum Roh hayat memerdekakan kita dari hukum dosa dan maut. Frase kunci dalam ayat ini adalah "Roh hayat". Dalam Roma 8:4 Paulus selanjutnya membicarakan tentang bertindak menurut roh. Hal ini melibatkan bertindak menurut Roh hayat yang disinggung dalam ayat 2. Kita harus bertindak menurut Roh hayat supaya tuntutan keadilan hukum Taurat dapat digenapkan di dalam kita. Ini bukan berarti kita harus berusaha memelihara hukum Taurat, melainkan berarti bahwa hukum Taurat itu dengan spontan dan tanpa kita sadari dapat digenapkan di dalam kita saat kita bertindak menurut Roh.

Sekarang marilah kita melihat lebih rinci tentang bagaimana hukum Allah ini, Sepuluh Perintah, digenapkan di dalam kita ketika kita bertindak menurut Roh hayat. Bila kita hidup dan bertindak di dalam Roh, kita pasti memiliki hanya satu Allah. Kita tidak mungkin memiliki Allah lain selain Allah kita. Ini berarti kita dengan spontan dapat menggenapkan perintah yang pertama.

Selain itu, kita tidak mungkin membuat berhala seperti patung untuk disembah. Kita tidak akan membuat gambar yang kelihatan atau pun yang tidak kelihatan. Kadang-kadang kita membuat gambar yang tidak kelihatan di dalam imajinasi kita atau di dalam khayalan kita. Misalnya, seseorang mungkin berpikir bahwa di masa yang akan datang ia akan menjadi seorang dokter yang kaya raya, seorang milyuner yang memiliki lahan yang luas. Khayalan ini akan membuat orang itu membuat satu berhala yang tidak kelihatan, gambar yang tidak kelihatan. Kemudian ia akan berusaha sekuatnya untuk memenuhi impian itu. Ini adalah menyembah gambar yang tidak kelihatan.

Sama halnya dengan perintah yang ketiga, perintah tentang tidak menyebut nama Tuhan dengan sia-sia. Jika kita hidup dan bertindak di dalam Roh hayat, kita tidak mungkin menyebut nama ilahi, yaitu nama yang kudus ini dengan sia-sia. Sebaliknya kita akan selalu menyebut nama Tuhan dalam realitas dan dengan satu tujuan yang pasti. Juga dengan spontan kita akan memelihara hari peringatan terhadap Tuhan, dan dengan demikian kita akan menggenapkan perintah yang keempat. Jadi, bila kita bertindak menurut Roh hayat, maka keempat perintah yang pertama ini akan digenapkan di dalam kita.

Bagaimana keempat perintah yang pertama, demikian pulalah keenam perintah yang terakhir. Bila kita hidup dan bertindak menurut Roh, keenam perintah yang terakhir, yaitu yang berkenaan dengan hubungan kita dengan orang lain, akan digenapkan dengan spontan. Perintah yang kelima menuntut agar kita menghormati orang tua kita. Jika kita bertindak menurut Roh, secara otomatis kita akan menghormati orang tua kita. Kita tidak perlu memutuskan untuk menghormati mereka atau berusaha untuk melakukan hal ini. Seorang muda tidak perlu berkata kepada dirinya sendiri, "Dulu aku tidak memiliki satu sikap yang tepat terhadap ibu dan ayahku. Sekarang karena aku adalah orang Kristen, maka aku harus memiliki sikap yang benar. Aku akan berperilaku dengan tepat, dan aku akan menjadi teladan yang baik bagi adik-adik laki-laki dan perempuanku." Siapa saja yang memutuskan untuk menghormati orang tuanya secara demikian tidak akan berhasil. Tetapi jika kita memperhidupkan Kristus, jika kita hidup dan bertindak di dalam Roh hayat, dengan spontan dan tanpa kita sadari, kita akan menghormati orang tua kita. Bila orang tua kita melihat hal ini, mereka mungkin akan sangat terkejut dan heran akan apa yang telah terjadi pada kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 2, Berita 29