Hitstat

29 April 2017

Wahyu - Minggu 12 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Why. 8:1-12
Doa baca: Why. 8:3
Seorang malaikat lain datang, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Kepadanya diberikan banyak dupa untuk dipersembahkan bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.


Ketika Anak Domba itu "membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di surga, kira-kira setengah jam lamanya" (8:1). Sunyi senyaplah di surga menyatakan bahwa inilah saat yang serius. Ketika membuka meterai ketujuh, surga menjadi sunyi senyap, sebab zaman akan segera beralih. Periode sebelum meterai ketujuh dibuka adalah zaman toleransi Allah. Tetapi, ketika meterai ketujuh dibuka, zaman toleransi ini berakhir, dan datanglah zaman yang lain, yaitu zaman murka Allah. Sekarang Allah sedang menanggulangi suasana yang penuh pemberontakan dan dosa di bumi ini. Karena kejadian ini demikian serius, surga menjadi hening, satu bukti bahwa sesuatu yang serius akan segera berlangsung.

Di tengah suasana yang khidmat ini, datanglah seorang Malaikat lain (ayat 3). Malaikat ini adalah Kristus. Ketika melaksanakan penghakiman Allah atas bumi, Kristus adalah Malaikat yang berdiri pada posisi yang diutus oleh Allah. Ia bukanlah malaikat yang biasa atau malaikat pada umumnya, melainkan Malaikat khusus. Kristus terlihat sebagai Malaikat lain yang melaksanakan administrasi Allah atas bumi dengan cara melayani Allah sebagai Imam Besar dengan membawa doa-doa kaum saleh-Nya. Ketika Ia mempersembahkan doa-doa kaum saleh-Nya ke hadapan Allah, Ia menambahkan dupa-Nya ke dalam doa-doa itu. Asap dupa itu menyatakan bahwa dupa tersebut terbakar bersama doa orang-orang kudus dan membumbung ke hadapan Allah. Ini menyiratkan bahwa melalui ukupan, dupa yang ditambahkan kepada mereka, doa orang kudus berkhasiat dan diperkenan Allah.

Ayat 5 menunjukkan jawaban terhadap doa orang-orang kudus, terutama doa yang tercantum dalam 6:9-11 pada waktu meterai kelima, dan doa yang tercantum dalam Lukas 18:7-8. Jawaban terhadap doa orang-orang kudus ini adalah pelaksanaan penghakiman Allah terhadap bumi ini melalui ketujuh sangkakala yang akan ditiup kemudian. Melemparkan api ke bumi adalah melaksanakan penghakiman Allah terhadap bumi. Sebab itu, datangnya guruh, suara, halilintar, dan gempa bumi adalah tanda penghakiman Allah.

Ayat 6 mengatakan, "Kemudian ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu bersiap-siap untuk meniup sangkakala." Tujuh sangkakala sudah diberikan kepada tujuh malaikat (ayat 2). Tetapi setelah doa orang-orang kudus mendapat jawaban (ayat 3-5), barulah tujuh malaikat bersiap-siap meniup sangkakala. Agar kehendak Allah di surga terlaksana di bumi, orang-orang kudus perlu berdoa. Persembahan doa-doa kaum saleh kepada Allah oleh Kristus mendatangkan ketujuh sangkakala.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 2, Berita 23

28 April 2017

Wahyu - Minggu 12 Jumat



Pembacaan Alkitab: Why. 8:1-12
Doa baca: Why. 8:3
Seorang malaikat lain datang, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Kepadanya diberikan banyak dupa untuk dipersembahkan bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.


Ketika Anak Domba itu "membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di surga, kira-kira setengah jam lamanya" (8:1). Sunyi senyaplah di surga menyatakan bahwa inilah saat yang serius. Ketika membuka meterai ketujuh, surga menjadi sunyi senyap, sebab zaman akan segera beralih. Periode sebelum meterai ketujuh dibuka adalah zaman toleransi Allah. Tetapi, ketika meterai ketujuh dibuka, zaman toleransi ini berakhir, dan datanglah zaman yang lain, yaitu zaman murka Allah. Sekarang Allah sedang menanggulangi suasana yang penuh pemberontakan dan dosa di bumi ini. Karena kejadian ini demikian serius, surga menjadi hening, satu bukti bahwa sesuatu yang serius akan segera berlangsung.

Di tengah suasana yang khidmat ini, datanglah seorang Malaikat lain (ayat 3). Malaikat ini adalah Kristus. Ketika melaksanakan penghakiman Allah atas bumi, Kristus adalah Malaikat yang berdiri pada posisi yang diutus oleh Allah. Ia bukanlah malaikat yang biasa atau malaikat pada umumnya, melainkan Malaikat khusus. Kristus terlihat sebagai Malaikat lain yang melaksanakan administrasi Allah atas bumi dengan cara melayani Allah sebagai Imam Besar dengan membawa doa-doa kaum saleh-Nya. Ketika Ia mempersembahkan doa-doa kaum saleh-Nya ke hadapan Allah, Ia menambahkan dupa-Nya ke dalam doa-doa itu. Asap dupa itu menyatakan bahwa dupa tersebut terbakar bersama doa orang-orang kudus dan membumbung ke hadapan Allah. Ini menyiratkan bahwa melalui ukupan, dupa yang ditambahkan kepada mereka, doa orang kudus berkhasiat dan diperkenan Allah.

Ayat 5 menunjukkan jawaban terhadap doa orang-orang kudus, terutama doa yang tercantum dalam 6:9-11 pada waktu meterai kelima, dan doa yang tercantum dalam Lukas 18:7-8. Jawaban terhadap doa orang-orang kudus ini adalah pelaksanaan penghakiman Allah terhadap bumi ini melalui ketujuh sangkakala yang akan ditiup kemudian. Melemparkan api ke bumi adalah melaksanakan penghakiman Allah terhadap bumi. Sebab itu, datangnya guruh, suara, halilintar, dan gempa bumi adalah tanda penghakiman Allah.

Ayat 6 mengatakan, "Kemudian ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu bersiap-siap untuk meniup sangkakala." Tujuh sangkakala sudah diberikan kepada tujuh malaikat (ayat 2). Tetapi setelah doa orang-orang kudus mendapat jawaban (ayat 3-5), barulah tujuh malaikat bersiap-siap meniup sangkakala. Agar kehendak Allah di surga terlaksana di bumi, orang-orang kudus perlu berdoa. Persembahan doa-doa kaum saleh kepada Allah oleh Kristus mendatangkan ketujuh sangkakala.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 2, Berita 23

27 April 2017

Wahyu - Minggu 12 Kamis



Pembacaan Alkitab: Why. 8:1-12
Doa baca: Why. 8:1
Ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di surga, kira-kira setengah jam lamanya.


Meterai ketujuh, yang akan dimulai sebelum kesusahan besar, terdiri dari tujuh sangkakala, karena ketujuh sangkakala adalah isi dari meterai ketujuh. Jika kita ingin memahami nubuat kitab ini, kita harus memahami bahwa rahasia ekonomi Allah dimeterai dengan tujuh meterai. Telah kita tunjukkan, gulungan kitab dalam pasal 5 adalah perjanjian baru yang disahkan oleh Kristus dengan darah adi-Nya. Perjanjian baru itu adalah gulungan kitab tentang ekonomi Allah dan dimeteraikan dengan tujuh meterai yang merupakan isi gulungan kitab itu. Kita telah nampak bahwa keempat meterai pertama tidak terjadi secara berurutan, tetapi secara serempak, sedang meterai kelima dan keenam terjadi secara berurutan. Meterai ketujuh meliputi segala peristiwa yang terjadi setelah meterai keenam sampai kekekalan yang akan datang. Jadi, meterai ketujuh yang terdiri dari tujuh sangkakala, bersifat almuhit. Nanti akan kita lihat, ketujuh cawan merupakan bagian dari sangkakala ketujuh. Meterai ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala, dan sangkakala ketujuh, sebagian terdiri dari tujuh cawan. Baik meterai ketujuh maupun ketujuh sangkakala akan berlangsung sampai kekal. Sangkakala ketujuh akan mengakhiri zaman ini dan mendatangkan kerajaan, langit baru, dan bumi baru.

Seperti keempat meterai pertama, keempat sangkakala pertama yang belum secara langsung menghakimi manusia, membentuk satu kelompok. Sangkakala pertama menghakimi bumi, termasuk pepohonan dan rerumputan; sangkakala kedua menghakimi laut dan makhluk hidup yang ada di dalamnya, beserta kapal-kapal; sangkakala ketiga menghakimi sungai-sungai dan mata-mata air; sangkakala keempat menghakimi matahari, bulan, dan bintang-bintang, sehingga semuanya gelap. Karena penghakiman dari keempat sangkakala ini, sepertiga bagian dari bumi, laut, sungai, dan benda-benda langit dirusak, sebab itu semuanya tidak cocok lagi untuk kehidupan manusia. Sebelum sangkakala ketujuh, yaitu pada saat meterai keenam, sudah ada penghakiman atas bumi dan benda-benda langit (6:12-14), tetapi ruang lingkup kerusakannya tidak separah kerusakan dalam empat sangkakala pertama. Pada sangkakala kelima, Iblis dan Antikristus akan bekerja sama untuk menyiksa manusia; pada sangkakala keenam akan terjadi penghakiman lanjutan terhadap manusia karena saat itu dua ratus juta pasukan berkuda membunuh sepertiga dari umat manusia. Pada sangkakala ketujuh, akan terjadi banyak perkara, seperti kerajaan kekal Kristus, celaka ketiga yang terdiri dari ketujuh cawan, penghakiman atas orang mati, pemberian pahala kepada nabi-nabi, kaum saleh, dan orang-orang yang takut akan Allah, serta pembinasaan para perusak bumi. Saat sangkakala ketujuh ditiup, dilanjutkan dengan ketujuh cawan, ada penghakiman yang lebih lanjut atas bumi, laut, sungai, dan matahari (16:1-21). Itulah penghakiman Allah yang paling hebat atas langit dan bumi.

Ketujuh sangkakala merupakan isi dari meterai ketujuh, dan ketujuh cawan merupakan bagian dari sangkakala ketujuh. Inilah kunci untuk memahami nubuat kitab ini. Hanya Allah yang bisa menulis Kitab Wahyu, karena hanya Dialah yang memiliki hikmat untuk menyusunnya secara menakjubkan. Siapakah yang mempunyai hikmat untuk menulis sebuah buku dengan tanda-tanda dan lambang-lambang seperti keempat kuda yang mengungkapkan sepenuhnya sejarah dua puluh abad yang lampau? Ketujuh meterai, ketujuh sangkakala, dan ketujuh cawan tidak terjadi secara berurutan. Hal itu mengungkapkan hikmat Allah sewaktu menulis kitab ini. Jika kita tidak mempunyai terang untuk melihat susunan ini, sekalipun kita membaca Kitab Wahyu ini berkali-kali, kita akan tetap bingung.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 2, Berita 23