Hitstat

25 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 2 Sabtu

Dua Belas Mutiara
Wahyu 21:21
“Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.”

Makna mutiara terkandung dalam proses pembentukannya. Mutiara dihasilkan oleh tiram dalam air (melambangkan kematian). Ketika tiram itu terluka oleh pasir, ia membungkus pasir itu dengan cairan hayatnya dan mengubahnya menjadi satu mutiara yang berharga. Ini melukiskan Kristus sebagai Sang Hidup, masuk ke dalam kematian, dilukai oleh kita. Setelah melukai-Nya, kita tetap tinggal dekat luka-Nya. Ini berarti kita bertobat, percaya kepada-Nya dan menerima-Nya. Pada saat kita tinggal dekat luka-Nya, Ia mengeluarkan sari hayat kebangkitan-Nya yang membungkus dan mengubah kita menjadi mutiara. Dengan tinggal pada luka Kristus, kita menerima hayat-Nya dan dilahirkan kembali. Dengan tinggal pada luka Kristus setelah dilahirkan kembali, kita pun diubah menjadi mutiara.
Bagaimana kita masuk ke dalam kota Yerusalem Baru? Dengan memanjat temboknya? Itu tidak mungkin, karena temboknya terlalu tinggi. Satu-satunya cara memasuki Yerusalem Baru adalah melalui pintu gerbang mutiara, melalui pintu gerbang yang terbentuk dari kebangkitan Kristus yang mengalahkan maut dan menyalurkan hayat. Puji Tuhan, kita semua telah masuk ke dalam Yerusalem Baru secara demikian! Kita mengaku dosa, kita bertobat, kita menghargai kematian-Nya, dan menikmati tinggal pada luka-Nya; segera kita menerima aliran hayat yang melahirkan kembali kita dan yang kini sedang mengubah kita. Melalui pengalaman kita atas kematian dan kebangkitan Kristus, kita melewati pintu gerbang mutiara dan berada di dalam kota itu. Haleluya!

Mengalami Kematian Dan Kebangkitan Tuhan
Why. 21:21; Gal. 2:20; 1 Tes. 5:17

Bila kita ingin mengalami pintu gerbang mutiara dalam hidup sehari-hari, maka kita perlu menerapkan pengalaman atas kematian dan kebangkitan Kristus. Kita mungkin tahu bahwa kita telah disalibkan bersama-sama dengan Kristus, tetapi kita perlu mengalaminya. Bila ada pasangan yang sedang bertengkar, apakah itu adalah sikap orang-orang yang telah disalibkan?
Kita perlu berdoa, “Tuhan, ampuni saya. Saya tahu bahwa saya telah disalibkan, tetapi saya tidak mempraktekkannya. Saya telah lama diselamatkan, tetapi masih saya yang hidup dan bukan Kristus.”
Kita tidak dapat melakukan hal ini di dalam dan oleh diri kita sendiri. Tidak ada seorang pun di antara kita yang dapat mempraktekkan hal yang demikian. Setiap orang senang berdebat. Perdebatan datang dari hayat alamiah kita, dari “aku”, bukan Kristus. Syair sebuah kidung mengatakan, “Tanpalah mati (bila tak ada maut), takkanlah hidup (tak ada hayat).” Hayat ini datang kepada kita bukan oleh hayat alamiah kita melainkan oleh kuat kuasa kebangkitan Kristus. Ya, kita telah disalibkan, tetapi bagaimana mungkin kita dapat mempertahankan diri kita senantiasa berada di atas salib? Oleh kuat kuasa kebangkitan Kristus! Sebuah syair kidung mengatakan, “Bila kenal kuasa bangkit, pasti cinta ‘kan salib.” Bagaimana kita dapat mengalami kebangkitan Kristus di dalam penghidupan sehari-hari kita? Yaitu oleh suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus.
Kematian Kristus dapat dialami oleh kita hanya melalui kebangkitan Kristus, dan kebangkitan Kristus dapat menjadi riil bagi kita hanya oleh suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus. Yesus Kristus telah menjadi Roh pemberi hayat, dan Dia ada di dalam kita. Bila kita kembali ke dalam roh kita, kita bertemu dengan Kristus sebagai Roh pemberi hayat, yang adalah realitas dari kebangkitan Kristus. Untuk menerapkan hal ini kita harus senantiasa berada di dalam roh kita. Inilah sebabnya mengapa Alkitab memberitahu kita untuk berdoa senantiasa (1 Tes. 5:17). Hanya melalui doalah kita dapat menjamah Kristus di dalam roh kita sebagai Roh pemberi hayat. Demikianlah, Roh itu akan membagikan lendir hayat Kristus untuk menghasilkan mutiara yang mustika.

Penerapan:
Ada sebuah lagu mengatakan, “Dengan harga tinggi, kutertebus balik, orang dosa seperti saya, bisa dapat selamat.” Marilah kita menyanyikan lagu-lagu semacam ini hingga kita tidak lagi melihat kesalahan atau kelemahan orang lain, tetapi tahu bahwa kita juga orang yang tidak layak tetapi Tuhan tetap mati dan bangkit bagi kita.

Pokok Doa:
Ya Tuhan, alangkah agung dan indahnya karya-Mu. Engkau bukan hanya menebus dan mengampuni dosa-dosaku, Engkau juga mengubahku menjadi mutiara hingga aku bisa menjadi bagian Yerusalem Baru. Tuhan Yesus, buatlah aku setiap hari menikmati diri-Mu, sang Roh Pemberi Hayat, di dalamku, hingga aku dapat dengan penuh sukacita menghadapi badai apa pun dalam hidupku untuk mengalami kematian dan kebangkitan-Mu.

24 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 2 Jumat

Dasar Kota (1)
Wahyu 21:19
“Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud.”

Sekarang kita sampai pada dasar kota. Ini sangat penting. Dalam Ibrani pasal sebelas ayat sepuluh yang menyinggung tentang Abraham dikatakan, “Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.” Kota yang berdasar ini, Yerusalem Baru, direncanakan dan dibangun oleh Allah.
Wahyu pasal dua puluh satu ayat sembilan belas mengatakan, “Dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata.” Ayat ini dan ayat berikutnya memuat urutan kedua belas batu permata, yang adalah kedua belas rasul Anak Domba itu (ay. 14). Setiap rasul dilambangkan dengan sebuah batu permata. Tidak ada seorang pun dari mereka yang bukan batu permata. Telah kita lihat bahwa batu permata bukanlah ciptaan, melainkan dihasilkan dari pengubahan benda ciptaan. Semua rasul diciptakan sebagai tanah liat, tetapi mereka telah dilahirkan kembali dan diubah menjadi batu-batu permata bagi pembangunan kekal Allah. Kita semua perlu dilahirkan kembali dan diubah seperti itu, agar dapat menjadi bagian dari Yerusalem Baru.
Kiranya lagu di bawah ini menjadi doa kita:
Ubah aku butuhkan, diri remuk tak sisa;
Tanah jadi permata, ganti corak mustika.

Dasar Kota (2)
Why. 21:19-20

Walaupun seluruh tembok adalah yaspis, kedua belas batu dasarnya adalah batu permata yang berbeda-beda dengan bermacam-macam warna. Setiap lapis berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa setiap rasul mempunyai ministri yang berbeda. Ministri Paulus berbeda dengan ministri Petrus, dan ministri Petrus berbeda dengan ministri Yohanes. Tetapi, kedua belas batu dasar ini bukan diletakkan bersebelahan, melainkan diletakkan bertumpukan. Lapisan yang teratas, lapisan yang berhubungan dengan tembok, adalah yaspis, warnanya sama seperti tembok. Demikianlah semua pekerjaan rasul-rasul ditampilkan dalam penampilan yang sama, yaspis. Kedua belas lapis terarah kepada dan mendukung kesaksian yang unik dalam ekspresi yang unik.
Ministri Petrus adalah ministri menjala manusia, ministri Paulus adalah ministri pembangunan, dan ministri Yohanes adalah ministri penambalan1). Setiap rasul berdiri di atas pekerjaan rasul yang lain. Paulus berdiri di atas pekerjaan Petrus, Yohanes berdiri di atas pekerjaan Paulus. Hasilnya, mereka menghasilkan sebuah bangunan, bukan tiga rumah yang berlainan. Pekerjaan setiap rasul membentuk lapisan demi lapisan dan semuanya mengarah kepada penampilan yang unik dari yaspis, yaitu penampilan Allah dalam Kristus.
Warna dari kedua belas batu permata itu, yang menyatakan kedua belas rasul, adalah sebagai berikut: pertama hijau, kedua dan ketiga biru, keempat hijau, kelima dan keenam merah, ketujuh kuning, kedelapan hijau kebiruan, kesembilan kuning, kesepuluh hijau apel, kesebelas dan kedua belas ungu. Kedua belas lapis batu dasar dengan warna-warna tersebut di atas tampak seperti pelangi, melambangkan bahwa kota itu dibangun dan dijaga oleh kesetiaan Allah dalam memegang perjanjian-Nya (Kej. 9:8-17), dan bahwa dasar kota itu dapat dipercaya dan disandari.
-------------------
1) Pada masa tua Yohanes, semua rasul yang lain telah meninggal. Saat itu gereja mengalami kemerosotan, banyak ajaran lain dicampurkan ke dalam firman Tuhan. Saat itulah Yohanes menulis Injil Yohanes, Surat Kiriman, dan Kitab Wahyu. Semua tulisan Yohanes ini berfungsi sebagai penambalan untuk mengatasi kemerosotan dalam gereja.

Penerapan:
Tanpa panas dan tekanan yang luar biasa besar, maka tidak mungkin dihasilkan batu permata. Karena itu, kita perlu menanggung segala ganjaran yang Tuhan berikan karena Ia mengganjar kita dengan maksud mengubah kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku memang adalah tanah liat. Tetapi, aku telah dilahirkan kembali. Ajarku terus menyangkal ego agar Engkau dapat meluas ke dalam pikiranku, memperbaruinya hingga aku hanya memikirkan hal-hal yang kekal. Meluaslah juga Tuhan, ke dalam emosiku hingga aku dapat membenci segala yang Kaubenci dan mengasihi apa yang Kaukasihi. Dapatkan juga tekadku Tuhan, agar aku tidak salah mengambil keputusan.

23 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 2 Kamis

Tembok Untuk Pemisahan dan Perlindungan
Wahyu 21:18
“Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni.”

Ayat 14 mengatakan, “Tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu.” Kedua belas rasul di sini mewakili anugerah Perjanjian Baru, menunjukkan bahwa Yerusalem Baru dibangun di atas anugerah Allah. Jalan masuk ke dalam kota kudus adalah berdasarkan hukum Allah, tetapi kota itu dibangun di atas anugerah Allah.
Karena nama kedua belas rasul itu tertera pada kedua belas batu dasar tembok kota, ini menunjukkan bahwa Yerusalem Baru tidak hanya tersusun dengan kaum saleh Perjanjian Lama yang diwakili oleh Israel, tetapi juga oleh kaum saleh Perjanjian Baru yang diwakili oleh para rasul. Kaum beriman Perjanjian Baru bukanlah untuk pintu gerbang, melainkan untuk tembok. Pintu gerbang adalah untuk penyebaran dan jalan masuk, tetapi tembok adalah untuk pemisahan dan perlindungan.
Tembok kota itu memisahkan kita dari segala sesuatu yang umum (Why. 21:27); melindungi dan menjaga kita dalam lingkungan penampilan Allah. Segala sesuatu yang dipisahkan pasti dipelihara dan dilindungi.
Dalam hidup gereja, bagaimanakah kita mengalami pemisahan ini? Kita harus mempunyai ekspresi Allah. Jika kita menempuh hidup yang mengekspresikan Allah, orang-orang dunia akan secara otomatis menghindari kita, demikianlah kita mengalami perlindungan dan pemeliharaan dalam kehidupan kita setiap hari.

Permata Yaspis
Why. 21:18

Yaspis adalah penampilan Allah (4:3). Jadi, tembok yaspis menyatakan bahwa seluruh kota itu, menyandang penampilan Allah (Why. 21:11). Saat itu, kita tidak akan mengekspresikan sifat Indonesia, sifat Cina, sifat Amerika, atau sifat insani yang lain. Sebaliknya, kita akan mengekspresikan sifat ilahi, yang merupakan penampilan Allah sendiri. Hari ini, gereja pun harus demikian. Gereja harus mengekspresikan Allah sendiri, tidak boleh mengekspresikan yang lain.
Yaspis adalah suatu substansi (zat) yang diciptakan oleh Allah, namun diubah melalui pemanasan dan penekanan hingga menjadi kristal yang murni. Tidak seorang pun dari kita yang diciptakan sebagai yaspis. Kita diciptakan sebagai tanah liat (Kej. 2:7). Tetapi, puji Tuhan, kita telah dilahirkan kembali dan kita sedang diubah! Hari demi hari, kita berada di bawah proses pengubahan. Pengubahan tidak ditentukan oleh kepandaian seseorang, berapa pengetahuan kebenaran yang dimilikinya, juga tidak ditentukan oleh usia baptisannya. Pengubahan ini diukur oleh kadar kelimpahan hayat yang kita miliki, kadar Allah di dalam kita. Itu sebabnya Alkitab mengatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Jika kita melewati masalah kita bersama Tuhan, melalui banyak berdoa dan mengaku dosa, maka kadar Allah akan bertambah di dalam kita (ditunjukkan oleh warna yaspis yang hijau tua – menyatakan kelimpahan hayat) dan kita makin diubah.
Gereja tidak dapat dibangun melalui usaha kita untuk menjadi ramah dan sabar terhadap yang lain. Membangun bukanlah perkara saya memberikan sedikit ruang kepada Anda dan sebaliknya. Itu adalah sikap etika, sesuatu yang seperti ajaran etika; bukan ajaran Alkitab. Pembangunan yang sejati adalah kita ditelan oleh sifat ilahi serta dipenuhi, diisi, dijenuhi, dan diresapi oleh sifat ilahi. Agar hal ini bisa terwujud, kita harus mengasihi Tuhan dan mempersembahkan diri kita kepada-Nya tanpa syarat. Kita berkata kepada-Nya, “Tuhan, aku tidak mau menyisakan diriku. Aku berikan seluruhnya kepada-Mu dan membiarkan Engkau mengambil alih seluruh hak atasku dan memenuhi aku sepenuhnya. Tuhan, isilah aku dengan diri-Mu sendiri.”

Penerapan:
Satu Korintus 15:33, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Saudara saudari, pergaulan kita pun harus mengalami pemisahan. Tanpa pemisahan, kita akan secara perlahan tetapi pasti, terseret oleh perkara-perkara dunia. Tanpa pemisahan, kita akan kehilangan perlindungan.

Pokok Doa:
Oh Tuhan Yesus, ampuni aku yang kurang mengekspresikan-Mu, ampuni aku yang tidak memiliki penampilan Allah. Oh Tuhan, aku mau mempunyai permulaan yang baru, menempuh hidup yang menampilkan-Mu. Bimbinglah aku, ya Tuhan, agar aku boleh mengalami pemisahan dan perlindungan ini.

22 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 2 Rabu

Tempat Maha Kudus
Wahyu 21:16
“Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.”

Yerusalem Baru berbentuk kubus. Tempat Maha Kudus dalam Kemah Pertemuan juga berbentuk kubus dengan ukuran 10 hasta pada tiap dimensinya (Kel. 26:2-8). Tempat Maha Kudus dalam Bait Suci juga berbentuk kubus berukuran 20 hasta di setiap sisinya (1 Raj. 6:20). Bentuk kubus ini menyatakan bahwa seluruh Yerusalem Baru adalah Tempat Maha Kudus yang sangat diperbesar.
Ini berarti pengalaman kita akan Tempat Maha Kudus juga harus terus diperbesar. Mula-mula, kita mempunyai Tempat Maha Kudus yang kecil dalam Kitab Keluaran, kemudian kita mempunyai Tempat Maha Kudus yang lebih besar dalam Kitab 1 Raja-raja, dan akhirnya kita mempunyai Tempat Maha Kudus yang paling besar dalam Kitab Wahyu, lebih dari 2176 km, panjang, lebar, dan tingginya.
Bagaimana mengalami Tempat Maha Kudus ini? Menurut Perjanjian Lama, hanya Imam Besar yang diizinkan masuk ke dalam Tempat Maha Kudus. Tetapi Kitab Ibrani mewahyukan bahwa melalui darah penebusan Kristus, Tempat Maha Kudus telah terbuka bagi semua yang percaya kepada-Nya (Ibr. 10:19-22). Kita boleh datang ke hadapan Allah, hidup di sana dan berdiam di sana, menikmati persekutuan dalam keesaan dengan Allah. Yerusalem Baru yang akan datang adalah tempat yang demikian. Setiap orang di dalamnya akan melihat Allah, menyentuh Allah, menyembah Allah, melayani Allah, bahkan hidup dan tinggal dalam hadirat Allah. Hidup gereja hari ini juga harus merupakan suatu Tempat Maha Kudus. Sifat gereja harus sepenuhnya kudus.

Di Dalam Kebangkitan
Why. 21:17

Telah kita bahas bahwa tembok itu diukur menurut ukuran manusia yang adalah juga ukuran malaikat. Ini berarti kita perlu melakukan segala sesuatu di dalam kebangkitan. Misalnya, ketika hampir marah, kita perlu segera datang kepada Tuhan, berdoa, menyeru nama-Nya, untuk menyalib-kan manusia alamiah (ego atau diri) kita. Begitu berbuat demikian, kita berada dalam kebangkitan. Kita harus berlatih sedemikian bukan hanya terhadap amarah kita, bahkan terhadap kasih kita. Jangan mengasihi orang lain secara alamiah. Kasihilah mereka dalam kebangkitan.
Pada tahun 1932, ketika sdr. Witness Lee (seorang hamba Tuhan) masuk dalam hidup gereja, ia mendapatkan pelajaran pertama dalam hal bagaimana bertindak dalam kebangkitan, bukan dalam hayat alamiah. Ia melihat seorang saudari yang selalu membantu yang lain, tetapi tidak punya cukup uang untuk membeli Alkitab yang baik bagi dirinya sendiri. Sdr. Lee mulai mengetahui keadaannya dan melihat bahwa saudari tersebut menggunakan sebuah Alkitab yang tua. Dengan spontan sdr. Lee berbeban untuk membelikannya sebuah Alkitab yang bagus, terbungkus kulit dan memberikan padanya tanpa sepengetahuan dia. Ketika membawa hal itu ke hadapan Tuhan, sdr. Lee berdoa, “Tuhan, saya akan membeli sebuah Alkitab untuk seorang saudari. Saya melakukan ini dalam hayat alamiah saya ataukah dalam hayat kebangkitan-Mu?” Dengan bertanya demikian kepada Tuhan, ia belajar banyak. Karena ia tidak yakin apakah ia melakukannya berdasarkan hayat kebangkitan, ia tidak bisa langsung membeli Alkitab. Ia menunggu sejangka waktu sampai yakin bahwa ia melakukannya bukan berdasarkan hayat alamiah, tetapi berdasarkan hayat kebangkitan Kristus.
Suatu hari sdr. Lee benar-benar membeli sebuah Alkitab untuk saudari itu dan memberikannya tanpa setahu dia. Melalui menerima Alkitab ini sebagai hadiah, iman saudari itu dikuatkan, dan ia bertumbuh dalam hal percaya Tuhan. Bila sdr. Lee memberikannya beberapa minggu sebelumnya, saudari itu mungkin tidak terbantu dalam hal ini. Pada waktu sdr. Lee yakin bahwa ia dapat memberinya sebuah Alkitab dalam kebangkitan, itulah hari yang tepat saudari itu perlu menerimanya.

Penerapan:
Pagi-pagi sekali, sebelum menangani urusan apa pun, marilah kita terlebih dulu datang menghampiri Tuhan, karena saat inilah saat yang terbaik. Janganlah hanya sekadar berdoa untuk memohon berkat dan perlindungan di hari itu, tetapi tinggallah di dalam hadirat Tuhan, bacalah firman-Nya, nikmatilah terang-Nya, wahyu-Nya, serta kehadiran-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau begitu dekat. Kami boleh tinggal dalam hadirat-Mu, menyentuh-Mu, menyembah-Mu, melihat-Mu, dan melayani-Mu. Oh Tuhan, buatlah aku setiap hari mengalami hal ini dan mengalaminya makin hari makin dalam, makin besar, sampai Yerusalem Baru.

21 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 2 Selasa

Buluh Pengukur Dari Emas
Wahyu 21:15
“Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat (buluh — TL.) pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya.”

Perhatikan bahwa alat pengukurnya di sini adalah sebuah buluh, bukan sebuah tongkat. Buluh adalah untuk mengukur; mengukur adalah untuk memiliki (Yeh. 40:5; Za. 2:1-2; Why. 11:1). Sebuah tongkat menyiratkan penghakiman, pendisiplinan, dan penghukuman. Ayat ini tidak menyiratkan penghakiman, pendisiplinan, atau penghukuman, karena dalam setiap hal Yerusalem Baru itu lengkap dan sempurna. Kota ini telah melewati setiap ujian (telah teruji).
Selain itu, buluh yang dipakai untuk mengukur Yerusalem Baru adalah buluh emas. Karena emas melambangkan sifat ilahi Allah, maka kota itu, pintu-pintu gerbangnya, dan temboknya diukur menurut sifat ilahi Allah. Apa saja yang tidak sesuai dengan sifat ilahi Allah bukanlah milik Yerusalem Baru. Allah tidak mau memiliki sesuatu yang tidak sesuai dengan sifat-Nya. Seluruh kota itu, dengan pintu-pintu gerbang dan temboknya dapat melewati pengukuran dan pengujian sifat Allah; karena itu, kota ini cocok untuk dimiliki Allah.
Hari ini, Allah mengukur gereja-gereja dengan tongkat (bukan buluh) dan dengan standar emas ini. Ketika mengukur kita, Allah tidak mempermasalahkan kecerdasan, kegiatan, atau kemampuan kita berbicara. Tetapi Ia sangat memperhatikan berapa banyak sifat-Nya telah tergarap ke dalam kita. Apakah kita sudah sepenuhnya disusun oleh emas? Allah akan terus mendisiplin kita hingga zaman ini berlalu dan tibalah langit baru dan bumi baru, saat itu kita tidak perlu lagi diukur dengan tongkat.

Bangunan Kota Itu
Why. 21:16-17

Dalam ayat 16-17 tertera ukuran bangunan kota itu. “Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan Ia mengukur kota itu dengan tongkat (buluh-TL.) itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.”
Ukuran-ukuran kota tersebut menunjukkan bahwa bangunan kota itu seperti sebuah kubus dengan panjang, lebar dan tinggi dua belas ribu stadia (dua belas ribu stadia adalah sekitar dua ribu seratus tujuh puluh enam kilometer). Sedangkan temboknya dari dasar sampai puncaknya seratus empat puluh empat hasta (sekitar enam puluh empat meter delapan puluh sentimeter).
Bentuk Yerusalem Baru yang adalah kubus menyatakan bahwa kota itu sempurna dan lengkap dalam segala hal, mutlak lurus, dan tidak miring sedikit pun. Panjang, lebar, dan tinggi Yerusalem Baru sama; tiap dimensi adalah dua belas ribu stadia. Dua belas ribu adalah seribu kali dua belas. Karena dua belas melambangkan kesempurnaan yang mutlak dan kelengkapan kekal dalam administrasi Allah, maka dua belas ribu melambangkan seribu kali keadaan seperti itu. Seratus empat puluh empat juga adalah dua belas kali dua belas. Betapa sempurna dan lengkapnya tembok kota suci dalam administrasi kekal Allah!
Mengapa tembok itu begitu sempurna? Ayat tujuh belas mengatakan bahwa tembok itu adalah ukuran manusia “yang adalah juga ukuran malaikat”. Dalam kebangkitan, manusia akan seperti malaikat (Mat. 22:30). Karena itu, “menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat” menunjukkan bahwa tembok kota itu bukanlah yang alamiah, melainkan dalam kebangkitan. Ini suatu hal yang sangat penting. Apa saja yang kita katakan, apa saja yang kita perbuat, dan segala sesuatu kita dalam hidup gereja hari ini harus di dalam kebangkitan.
Prinsip kebangkitan adalah hayat alamiah dibunuh dan hayat ilahi tumbuh menggantikannya. Inilah kebangkitan yang membuat tembok itu begitu sempurna. Marilah setiap hari kita hidup dalam prinsip kebangkitan.

Penerapan:
Walaupun kita harus rendah hati dan baik hati, tetapi kita perlu memeriksa kerendahan hati dan kebaikan kita itu, apakah sesuai dengan sifat Allah. Prinsip ini berlaku bagi setiap aspek keinsanian kita. Kita perlu diukur dengan tongkat emas; maksudnya, sifat ilahi harus tergarap ke dalam kita. Ingatlah bahwa pengukuran Allah atas gereja adalah berdasarkan sifat ilahi. Sifat emas Allah adalah satu-satunya standar.

Pokok Doa:
Terima kasih Tuhan, karena Engkau tidak pernah berhenti mengukur kami. Buatlah agar setiap hari sifat ilahi-Mu terus tergarap ke dalam diri kami. Oh Tuhan, kami damba agar kami makin susut dan Engkau makin berkembang di dalam kami.

20 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 2 Senin

Dua Belas Pintu Gerbang
Wahyu 21:12
“Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel.”

Pintu gerbang berfungsi sebagai alat penyebaran kota, juga sebagai jalan keluar masuk kota. Karena nama kedua belas suku Israel tertulis di atas pintu gerbang itu, maka ini berarti Injil, kabar sukacita, berasal dari bangsa Yahudi (Petrus, Yohanes, Paulus adalah orang Yahudi). Itulah sebabnya Tuhan berkata kepada perempuan Samaria bahwa keselamatan berasal dari orang Yahudi (Yoh. 4:22). Jadi, kaum saleh Perjanjian Lama, bani Israel, adalah pintu gerbang untuk pemberitaan dan perluasan, dan melalui pintu gerbang itu kekayaan Yerusalem Baru disuplaikan kepada umat manusia.
Suplai yang keluar dari pintu gerbang itu menimbulkan satu hasil, yaitu banyak orang dibawa masuk melalui pemberitaan Injil. Kita semua telah masuk ke dalam Yerusalem Baru melalui pintu gerbang orang Yahudi. Puji Tuhan untuk kaum saleh Perjanjian Lama yang adalah unsur penyusun kota itu.
Nama kedua belas suku Israel di sini juga mewakili hukum Taurat Perjanjian Lama. Hukum Taurat mengamati dan mengawasi untuk memastikan bahwa semua lalu lintas, yang keluar masuk dalam kota kudus itu, memenuhi tuntutan Hukum Taurat. Syukur kepada Tuhan, Kristus mati bagi dosa kita menurut Hukum Taurat, dan dalam arti yang sangat positif, Ia pun bangkit dari antara orang mati untuk menggenapkan Hukum Taurat. Karena itu, jalan masuk kita sepenuhnya sah dan sesuai dengan hukum, karena dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah sepenuhnya menggenapkan tuntutan Hukum Taurat.

Tiga Pintu Gerbang Di Setiap Sisi
Why. 21:13, 16; Kej. 2:10-14; Mat. 28:19

Wahyu 21:13 menunjukkan bahwa dalam Yerusalem Baru ada tiga pintu gerbang di sebelah timur, tiga pintu gerbang di sebelah utara, tiga pintu gerbang di sebelah selatan, dan tiga pintu gerbang di sebelah barat. Bukan satu pintu gerbang di tiga buah sisi, melainkan tiga pintu gerbang di setiap sisi. Pintu-pintu gerbang di satu sisi sama persis dengan pintu-pintu gerbang di ketiga sisi lainnya. Jadi kota itu berbentuk empat persegi (ay. 16). Pintu-pintu gerbang di keempat sisi itu menghadap ke empat penjuru bumi, menunjukkan bahwa pintu masuk ke dalam kota kudus itu tersedia bagi semua orang di bumi. (Bandingkan dengan keempat cabang sungai dalam Kejadian 2:10-14).
Ketiga pintu gerbang di setiap sisi juga melambangkan Allah Tritunggal — Bapa, Putra, dan Roh — yang bekerja sama untuk membawa orang masuk ke dalam kota kudus itu. Ini digambarkan dengan tiga perumpamaan dalam Lukas 15. Kisah gembala dengan domba yang hilang, mengacu kepada sang Putra yang mencari dan membawa kembali orang dosa; kisah seorang perempuan dengan dirham yang hilang, mengacu kepada sang Roh yang menerangi hati manusia, supaya mereka bertobat dan kembali; dan kisah seorang bapa dengan anaknya yang hilang, mengacu kepada sang Bapa yang menerima anak hilang yang bertobat tersebut. Jadi Allah Tritunggal adalah jalan masuk ke dalam Yerusalem Baru.
Karena pintu-pintu gerbang itu menghadap ke empat penjuru bumi, maka hal ini juga menunjukkan bahwa Allah Tritunggal mudah dimiliki oleh orang-orang dari keempat penjuru bumi. Bukan hanya demikian, ketiga pintu gerbang itu menunjukkan bahwa Allah Tritunggal telah datang untuk mencapai kita dan membawa kita ke dalam ekonomi (rencana) kekal-Nya.
Ketiga pintu gerbang di keempat sisi tersebut juga menghasilkan angka dua belas. Angka empat melambangkan makhluk ciptaan (4:6), dan angka tiga, tentu saja melambangkan Allah Tritunggal. Angka dua belas adalah hasil perkalian dari tiga dan empat. Haleluya! Ini berarti Allah Tritunggal membaurkan diri-Nya dengan ciptaan-Nya — manusia, untuk menghasilkan suatu susunan yang majemuk.

Penerapan:
Pintu gerbang juga adalah salah satu aspek Yerusalem Baru yang bisa kita alami. Untuk itu, kita perlu lebih giat mencari jiwa-jiwa agar mereka juga mengalami keajaiban pintu gerbang ini. Saudara saudari, kita perlu mempelajari apa saja tuntutan hukum Taurat itu hingga kita bisa mengapresiasi apa yang telah Tuhan rampungkan bagi kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, sebenarnya kami hanyalah terhitung sebagai anjing kafir, tetapi Engkau telah menebus kami dan membereskan semua masalah kami hingga kini kami sungguh penuh dengan pengharapan mulia. Oh Tuhan, wahyukanlah hal ini lebih dalam kepada kami hingga hati kami selalu penuh dengan syukur.

11 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 1 Sabtu

Jalan Untuk Melihat Yerusalem Baru: Di Dalam Roh
Wahyu 21:10
“Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.”

Untuk melihat visi Yerusalem Baru, kita harus di dalam roh. Banyak orang membaca dan mempelajari Kitab Wahyu, namun mereka tidak melihat apa pun, karena mereka tidak di dalam roh. Jangan memandang rendah roh kita, ia mampu melihat Yerusalem Baru.
Frase “di dalam roh” digunakan empat kali dalam Kitab Wahyu (1:10; 4:2; 17:3; 21:10). Di dalam roh, Yohanes melihat situasi gereja-gereja; di dalam roh, dia melihat nasib dunia; di dalam roh, dia melihat perihal Babilon besar; dan di dalam roh, dia melihat perihal Yerusalem Baru.
Kita perlu berlatih tinggal di dalam roh agar dapat melihat semua visi ini. Jika tidak, maka keempat visi ini akan lenyap dari pandangan kita. Semakin lama kita tinggal di dalam roh bersekutu dengan Tuhan, kita akan nampak semakin jelas. Mungkin kita tidak dapat mengerti keseluruhannya atau tidak dapat menerangkannya kepada orang lain, namun kita sendiri jelas telah melihatnya dan peka terhadapnya. Keperluan kita hari ini adalah visi, bukan pengertian. Apa gunanya mengerti kota Jakarta jika kita tidak pernah melihatnya?
Menurut Kitab Wahyu, Rasul Yohanes melihat banyak hal, termasuk Yerusalem Baru. Jadi, Kitab Wahyu yang ditulisnya ini bukan hanya sebuah ceramah atau khotbah, melainkan sebuah gambaran tentang apa yang telah dilihatnya. Jika kita melihat visi Yerusalem Baru dengan peka dan jelas, hidup kita pasti berbeda. Visi ini akan mempengaruhi penghidupan sehari-hari kita dan penghidupan gereja kita.

Melihat Yerusalem Baru Sebagai Tanda
Why. 21:11

Kita perlu melihat visi Yerusalem Baru dengan pikiran yang diperbarui dan diterangi, tidak menurut konsep alamiah kita. Ketika Alkitab mengatakan gereja adalah kaki pelita emas, maksud sebenarnya bukan mengatakan bahwa gereja benar-benar satu kaki pelita dengan tujuh pelita. Demikian juga gambaran Kristus sebagai Anak Domba, ini bukan berarti bahwa Tuhan kita benar-benar anak domba yang berkaki empat dan berekor.
Kota Yerusalem Baru juga adalah sebuah tanda. Yerusalem Baru bukan benar-benar sebuah kota fisik berbentuk kubus. Ia begitu rahasia, dan sukar dipahami, sehingga bahasa manusia tidak dapat melukiskannya dengan memuaskan. Sebab itu, dalam hikmat-Nya, Allah memakai gambar, tanda, untuk mewahyukannya kepada kita. Tidaklah masuk akal kalau Allah menghabiskan waktu selama beribu-ribu tahun hanya untuk memenuhi kota fisik dengan kemuliaan-Nya dan hanya sekadar membuat cahaya kota itu seperti permata indah. Bagaimana Allah bisa terekspresi dari kota fisik yang mati itu? O, kita perlu menyadari bahwa kitalah yang akan penuh dengan kemuliaan Allah. Melalui kitalah Allah diekpresikan. Kitalah Yerusalem Baru.
Ketika Yohanes melihat Yerusalem Baru yang adalah sebuah kota gunung, dia berada di dalam roh dan dibawa ke gunung yang besar dan tinggi. Apa yang dilihat Yohanes? Ayat 11 mengatakan, “Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah,....” Kemuliaan Allah adalah Allah yang terekspresikan. Saudara saudari, kitalah yang telah ditentukan untuk kemuliaan ini dan dipanggil kepada kemuliaan ini (1 Kor. 2:7; 1 Ptr. 5:10; 1 Tes. 2:12). Kini kita sedang diubah ke dalam kemuliaan ini (2 Kor. 3:18) dan kita akan dibawa ke dalam kemuliaan ini (Ibr. 2:10). Akhirnya kita akan dimuliakan bersama dengan Kristus (Rm. 8:17, 30) dan memikul kemuliaan Allah bagi ekspresi Allah di dalam Yerusalem Baru.
Yerusalem Baru juga adalah pengemban terang yang menyinarkan Allah sebagai terang ke atas bangsa-bangsa yang berada di sekitarnya (ay. 24). Hari ini, kita sebagai anak terang (Ef. 5:8) adalah terang dunia (Mat. 5:14), bersinar di tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini (Flp. 2:15).

Penerapan:
Perjalanan hidup sebagai seorang Kristen yang menuntut dan mengasihi Tuhan memang tidak mudah. Alkitab mengatakan bahwa jalan ini adalah jalan sempit (Mat. 7:14). Karena itu, kita perlu melihat visi agar dapat menempuh jalan ini dengan penuh ketabahan dan kekuatan. Marilah kita secara khusus mohon kepada Tuhan agar menunjukkan visi yang mulia itu kepada kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, buatlah aku melihat keelokkan dan kemuliaan-Mu seperti Abraham agar aku dapat menempuh jalan yang Kau pilihkan bagiku. Buatlah aku juga agar dapat melihat rencana kekal-Mu, maksud dari semua karya-Mu, agar aku dapat mempersembahkan seluruh hidupku dan keluargaku bagi rencana-Mu.

10 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 1 Jumat

Putra-Putra Allah Di Dalam Yerusalem Baru
Wahyu 21:7
“Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.”

Setelah segala sesuatu yang lama berlalu, langit baru dan bumi baru muncul, Yerusalem Baru turun dari sorga, Dia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” (ay. 5).
Setelah segala sesuatunya baru, tidak akan ada anak-anak Allah yang kalah. Lalu mengapa ayat 7 mengatakan, “Barangsiapa menang...”? Makna menang di sini berbeda dengan yang terdapat dalam pasal 2 dan 3 yang dipakai sebanyak tujuh kali. Di sini kata ini berarti menang karena percaya, seperti dalam 1 Yohanes 5:4-5 yang mengatakan bahwa kita menang karena kita lahir dari Allah, kita menang karena iman kita, percaya bahwa Yesus adalah Putra Allah.
Menang dalam pasal 2 dan 3 berarti bersyarat mendapat pahala khusus, sedangkan menang karena percaya, membuat kita semua bersyarat untuk berbagian dalam Yerusalem Baru beserta semua kenikmatannya. Betapa kita bersyukur pada Tuhan, karena kita telah mendengar Injil dan telah percaya pada-Nya.
Terhadap orang-orang yang menang ini, Allah berkata, “Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.” “Anak” dalam ayat ini adalah kaum beriman yang akan tinggal di dalam Yerusalem Baru. Kita adalah anak Allah yang telah dilahirkan kembali, menjadi komposisi hidup yang menyusun Yerusalem Baru, dan kita juga akan tinggal di dalam Yerusalem Baru.
Inilah berkat besar yang Allah sediakan bagi kita.

Kenikmatan Putra-Putra Allah
Why. 21:6, 8; 22:1, 3-5; 14:10-11

Anak-anak Allah akan berbagian dalam semua kenikmatan Yerusalem Baru, khususnya kenikmatan air hayat.
Wahyu 21:6 berkata, “Firman-Nya lagi kepadaku: “Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan”. Banyak orang Kristen memiliki anggapan bahwa kenikmatan bangsa-bangsa dengan kenikmatan kaum saleh dalam Wahyu pasal 21 adalah sama. Anggapan ini salah, sebab bangsa-bangsa hanya akan menikmati berkat yang umum, tetapi kaum saleh akan mempunyai satu kenikmatan yang khusus. Kenikmatan khusus kita adalah minum dari mata air hayat. Inilah yang utama. Kita akan menikmati suplai dari mata air hayat (Why. 22:1). Kenikmatan air hayat bukan hanya kita dapat di masa sekarang ini, tetapi juga di masa kekekalan dalam Yerusalem Baru. Kenikmatan air hayat ini tidak pernah berhenti.
Selanjutnya, di dalam Yerusalem Baru kita akan melayani Allah dan Anak Domba di dalam hadirat-Nya sampai kekal (Why. 22:3-4). Dan pada saat yang sama, kita akan memerintah sampai selamanya (Why. 22:5). Kita akan menjadi raja-raja tidak hanya selama seribu tahun; kita akan menjadi raja-raja sampai kekal.
Wahyu pasal dua puluh satu ayat delapan mengatakan, “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang; inilah kematian yang kedua.” Dalam langit lama dan bumi lama ada lautan air yang menampung akibat penghakiman Allah, sedangkan dalam langit baru dan bumi baru akan ada lautan api untuk menggantikan lautan air. Setelah dihakimi Allah, semua hal negatif dan cemar termasuk semua jenis orang yang tercantum dalam ayat delapan akan dibuang ke dalam lautan api, mengalami kematian kedua, menderita pembakaran api dan belerang sampai selama-lamanya (14:10-11).

Penerapan:
Allah kita adalah sumber berkat dan Ia juga senang memberkati kita. Kita harus bersyukur karena Ia-lah Allah kita dan kita adalah anak-Nya. Tanpa Allah yang demikian, kita pasti telah binasa. Karena itu, marilah kita terus menerus datang kepada-Nya, berdoa, membaca Firman, dan memuji Dia setiap waktu, dengan demikian kita akan menikmati segala berkat yang Dia sediakan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau-lah Allahku juga Bapaku. Terima kasih Tuhan, karena telah memilihku yang demikian buruk ini untuk menjadi anak-Mu. Tuhan Yesus, aku tidak mau menunggu hingga kelak dalam kekekalan baru menikmati segala berkat yang Engkau sediakan. Buatlah aku dalam hidupku sehari-hari selalu mengalami Engkau sebagai berkatku.

09 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 1 Kamis

Kemah Allah
Wahyu 21:3
“Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ‘Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.”

Dalam Perjanjian Lama dan Baru, Allah juga mengumpamakan umat pilihan-Nya sebagai tempat kediaman-Nya (Kel. 29:45-46; Bil. 5:3; Yeh. 43:7, 9; Mzm. 68:19; 1 Kor. 3:16-17; 6:19; 2 Kor. 6:16; 1 Tim. 3:15). Tempat kediaman adalah untuk perhentian Allah, agar Allah memiliki ekspresi. Kemah yang dibuat oleh Musa adalah lambang dari kemah ini (Kel. 25:8-9; Im. 26:11). Betapa Allah ingin tinggal bersama-sama manusia.
Lambang ini pertama-tama digenapi dalam Kristus sebagai kemah Allah di tengah-tengah manusia (Yoh. 1:14). Pada akhirnya, lambang ini sepenuhnya digenapkan dalam Yerusalem Baru. Yerusalem Baru adalah kemah Allah bersama manusia sampai kekal, sebagai tempat tinggal Allah. Itulah sebabnya dalam ayat 3 ini ada suara nyaring yang berseru, “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka.” Saudara saudari, Allah damba tinggal bersama-sama manusia.
Tempat tinggal seseorang mengekspresikan orang itu sendiri. Sebagaimana rumah kita mengekspresikan kita, maka Yerusalem Baru, kemah Allah, akan mengekspresikan Dia. Setiap aspeknya mengekspresikan Allah. Ia adalah tempat tinggal (kemah) Allah untuk mengekspresikan Dia.
Hari ini, gereja sebagai tempat tinggal Allah juga adalah ekspresi-Nya. Di dalam gereja, miniatur Yerusalem Baru yang akan datang, Allah harus diekspresikan. Untuk itu, Allah harus diekspresikan dalam hidup kita sehari-hari.

Firdaus Allah
Kej. 2:8; Luk. 23:43; Why. 2:7; 21:4, 7

Yerusalem Baru juga adalah Firdaus Allah. Alkitab tidak pernah menyebut Taman Eden (Kej. 2:8) sebagai Firdaus seperti anggapan banyak orang. Alkitab hanya mencatat Firdaus yang disebut oleh Tuhan Yesus (Luk. 23:43) dan Firdaus Yerusalem Baru. Firdaus yang disebut Tuhan Yesus dalam Lukas 23:43 adalah bagian yang menyenangkan dalam alam maut. Firdaus ini adalah tempat sementara roh-roh dan jiwa-jiwa yang tidak bertubuh dari orang-orang yang diselamatkan pada waktu sekarang ini sambil menunggu waktu kebangkitan. Namun Wahyu 2:7 mengatakan,” … Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah”. Ini menunjukkan adanya Firdaus yang lain sebagai pahala bagi para pemenang. Sebagai pahala, tentu saja Firdaus di ayat ini tidak mungkin berada dalam alam maut. Firdaus ini adalah Yerusalem Baru, yang kekal, jauh lebih unggul dari Firdaus dalam alam maut, yang hanya sebagai tempat sementara. Firdaus Yerusalem Baru adalah pahala bagi para pemenang di dalam zaman kerajaan dan satu bagian yang umum bagi seluruh umat tebusan Allah dalam kekekalan (21:7). Kelak, seluruh kaum saleh yang telah mati, yang berada dalam Firdaus alam maut, akan dibangkitkan untuk mengenakan satu tubuh kebangkitan dan akhirnya berbagian dalam Yerusalem Baru sebagai Firdaus mereka.
Mari kita melihat bangsa-bangsa di langit baru dan bumi baru, yang berada di luar atau di sekeliling Yerusalem Baru. Mereka akan menikmati berkat-berkat yang umum yang disebutkan dalam ayat 4, “Dan ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” Dalam langit baru dan bumi baru tidak ada lagi air mata, maut, perkabungan, ratap tangis, dan dukacita. Yang ada hanyalah kepuasan dan perhentian yang penuh. Maut akan sepenuhnya tertelan oleh hayat (1 Kor. 15:54) dan akan dilemparkan ke dalam lautan api (20:14), termasuk juga unsur-unsur maut — perkabungan, ratap tangis, dan dukacita — akan dilenyapkan. Berkat-berkat dalam ayat 4 ini adalah berkat bagi bangsa-bangsa bukan bagi kita, kaum beriman.

Penerapan:
Dua Korintus 6:16 mengatakan, “… kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini:‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.’” Banyak ayat di Alkitab menunjukkan betapa Allah senang tinggal bersama-sama kita. Kita perlu menyadari hal ini dan menikmati penyertaan-Nya setiap hari.

Pokok Doa:
Ya Tuhanku, terima kasih kepada-Mu karena Engkaulah sang Imanuel yang selalu menyertai kami. Tuhan Yesus, berkatilah kami dan berkati gereja-Mu, agar lewat kami Engkau dapat diekspresikan. Kami damba, semua orang dapat mengatakan bahwa Allah memang ada di tengah-tengah kami.

08 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 1 Rabu

Pengantin Perempuan
Wahyu 21:2
“Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”

Ayat dua mengatakan bahwa Yerusalem baru “berhias bagaikan (dipersiapkan menjadi) pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya”. Yerusalem Baru akan turun dari sorga bukan sebagai satu kota materi yang mati, melainkan satu persona korporat yang hidup, pengantin perempuan. Dan Pengantin ini telah berhias atau dengan kata lain telah siap sedia.
Selanjutnya, ayat 9 mengatakan, “Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai (istri) Anak Domba.” Dalam Perjanjian Lama dan Baru, Allah mengumpamakan umat pilihan-Nya sebagai seorang istri (Yes. 54:6; Yer. 3:1; Yeh. 16:8; Hos. 2:19; 2 Kor. 11:2; Ef. 5:31-32). Pengantin perempuan adalah untuk hari pernikahan, sedangkan istri adalah untuk seumur hidup. Yerusalem Baru akan menjadi pengantin perempuan dalam Kerajaan Seribu Tahun selama seribu tahun. Ini seperti satu hari pernikahan (bd. 2 Ptr. 3:8). Yerusalem Baru akan menjadi istri dalam langit baru dan bumi baru untuk selama-lamanya.
Pengantin perempuan dalam zaman kerajaan hanya mencakup para pemenang (3:12; 19:7-9), tetapi istri dalam kekekalan mencakup seluruh umat tebusan Allah (21:9). Jadi, dalam kekekalan, kita semua memang akan menjadi istri, tetapi jika kita tidak siap sedia pada hari ini, kita tidak akan berbagian sebagai pengantin dalam pesta pernikahan Anak Domba. Kita akan kehilangan kenikmatan pesta dalam Kerajaan Seribu Tahun. Ini adalah hal yang sangat serius!

Yerusalem Baru Akan Turun Ke Bumi Baru
Why. 21:2

Wahyu pasal dua puluh satu ayat dua juga mengatakan,”...Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah ...” Ayat sepuluh juga menegaskan bahwa Yerusalem Baru akan turun dari surga ke bumi yang baru. Ini menunjukkan bahwa setelah semua orang kudus tebusan Allah diangkat ke surga, mereka akan membentuk Yerusalem Baru, yang kemudian turun dari surga ke bumi baru. Maka, tempat kediaman kita yang kekal bukan di surga, karena Yerusalem Baru akan berada di bumi yang baru.
Allah tidaklah bermaksud memiliki sebuah tempat tinggal yang kekal di surga; Dia bermaksud tinggal di bumi (Why. 21: 3). Kita seringkali memegang konsep yang salah, yaitu kita yang menerima Tuhan Yesus akan “masuk surga” dan tinggal hingga kekal di sana. Konsep ini tidak sepenuhnya tepat. Kita bermimpi pergi ke surga, namun Allah bermaksud turun ke bumi. Hari ini pun, kediaman Allah yang terbaik bukanlah surga, melainkan gereja di bumi.
Allah memang berhuni di surga bersama dengan malaikat-malaikat-Nya, tetapi Dia juga berhuni di bumi bersama dengan anak-anak-Nya. Jika kita menjadi seorang bapa, manakah yang kita pilih, tinggal bersama dengan pelayan-pelayan atau tinggal bersama dengan anak-anak kita? Tentu saja, kita akan memilih tinggal bersama dengan anak-anak kita. Mereka pasti lebih mustika dan lebih menyenangkan dari pada pelayan-pelayan kita. Demikian juga dengan Allah kita. Betapa Dia senang berhuni di dalam gereja!
Meskipun hari ini penampilan gereja tidak mengagumkan atau megah, mungkin malah agak kacau, tetapi anak-anak Allah ada di sana, dan Allah merasa senang bersama mereka. Karena dalam pandangan Allah, bagaimana pun keadaan gereja hari ini di bumi lama, kelak ia akan menjadi Yerusalem Baru yang turun dari surga ke bumi yang baru.Karena itu apa pun kondisi gereja hari ini, Allah sedang bekerja menambahkan unsur-Nya, sehingga secara perlahan, namun pasti, gereja akan menjadi Yerusalem Baru. Haleluya untuk karya Allah ini.

Penerapan:
Kita perlu berhias, bukan dengan perbuatan baik, pekerjaan yang besar, ketenaran, atau pun berkat-berkat materi, tetapi kita perlu mempersiapkan manusia batiniah kita agar kaya dan limpah dengan hayat Kristus. Kita perlu memiliki pengalaman yang dalam atas segala aspek Kristus juga segala aspek Yerusalem Baru yang dibahas dalam buku ini.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, persiapkanlah aku agar dapat turut dalam kebahagiaan Tuanku (Mat. 25:21). Oh Tuhan, aku mau menjadi bagian dari pengantin perempuan dalam Kerajaan Seribu Tahun dan menikmati pesta itu selama seribu tahun, karena itu siapkanlah aku hari ini. Buatlah aku bertumbuh dan matang bersama-sama dengan saudara saudari di sekelilingku. Buatlah kami dalam segala hal dapat mengalami diri-Mu yang kaya limpah.

07 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 1 Selasa

Kota Kudus
Wahyu 21:2
“Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”

Sangat berbeda dengan Babel, kota besar itu (Wahyu pasal 17), yang dilihat oleh Rasul Yohanes dalam Wahyu pasal 21 adalah kota kudus, Yerusalem yang baru. Babel disebut sebagai ‘kota besar’, sedangkan Yerusalem Baru disebut sebagai ‘kota kudus’. Karakteristik dari Babel adalah kebesarannya, dan karakteristik dari Yerusalem Baru adalah kekudusannya. Orang Kristen yang memperhatikan kebesaran ada pada prinsip Babel, sedangkan yang memperhatikan kekudusan ada pada prinsip Yerusalem Baru.
Apakah arti kudus? Hanya Allah-lah yang kudus. Sebagai kota kudus, Yerusalem Baru sepenuhnya diresapi dan berbaur dengan Allah. Suatu kota fisik tidaklah mungkin diresapi oleh Allah.
Sebagai orang yang telah dilahirkan kembali, apabila kita terus membuka diri kepada Allah, maka kita dapat dijenuhi Allah, dengan demikian kitalah yang akan menyusun kota kudus itu. Itulah sebabnya dalam 1 Tesalonika 5:23 Paulus berdoa agar seluruh diri kita, roh, jiwa, dan tubuh, dikuduskan.
Kota kudus dalam ayat ini merupakan penggenapan dari Efesus 5:26-27 yaitu “… Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela”. Dari ayat ini, sekali lagi kita nampak bahwa kota kudus ini bukanlah kota fisik melainkan mengacu kepada gereja yang kudus, yang telah sepenuhnya terbangun sehingga dapat dipersembahkan kepada Tuhan.

Yerusalem Baru
Why. 21:2; Flp. 4:9; 1 Tes. 5:23; Yeh. 36:26; Ef. 4:22-24; 2 Kor. 5:17; Rm. 6:4; 7:6

Apa arti “Yerusalem Baru”? “Yerusalem” terdiri dari dua kata Ibrani, yaitu Yeru, berarti pondasi; dan Salem, berarti damai sejahtera. Jadi, Yerusalem berarti pondasi damai sejahtera; sesuatu yang bertumpu, berpondasi, dan dijaga dalam damai sejahtera. Perjanjian Baru juga mewahyukan Allah sebagai sumber damai sejahtera (Flp. 4:9; 1 Tes. 5:23). Allah di dalam kita adalah pondasi damai sejahtera itu sendiri. Ini bukan damai sejahtera luaran, tetapi damai sejahtera yang di dalam, yang di dalamnya kita dijaga. Dalam kekekalan, kita akan menikmati damai sejahtera selama-lamanya.
Yerusalem Baru itu disebut “baru” sebab memiliki sifat kebaharuan Allah. Kata “baru” mengandung makna bahwa diri Allah ada di dalamnya. Segala sesuatu yang tanpa Allah di dalamnya pasti “lama/usang”, namun segala sesuatu yang di dalamnya telah ditambahkan Allah pasti baru. Yehezkiel 36:26 mengatakan bahwa kaum beriman memiliki hati dan roh yang baru, ini berarti ada Allah di dalam hati dan roh mereka. Efesus 4:22-24 mengatakan bahwa kita diperbaharui dalam pikiran kita, itu berarti Allah ditambahkan ke dalam pikiran kita sehingga kita memiliki pikiran yang baru. Semua yang “baru” berarti ada Allah. Allah adalah kebaruan dan kebaruan adalah Allah. Ketika kita memiliki Allah, kita memiliki kebaruan dan kita menjadi baru (Rm. 6:4; 7:6). Akhirnya, Yerusalem Baru akan menjadi perampungan sepenuhnya alam kebaharuan seperti yang dikatakan dalam 2 Korintus 5:17 “... yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
Kita perlu mengalami Yerusalem Baru dalam kehidupan kita. Bukan hanya kita menikmati damai sejahtera Allah di dalam batin tetapi juga perlu selalu mengenakan unsur Allah yang baru dan menanggalkan unsur kita yang lama. Sama seperti tubuh kita, unsur yang tak berguna di dalam tubuh kita harus dibuang setiap hari, dan unsur yang baru ditambahkan setiap hari. Setiap hari kita harus dipenuhi Allah, agar selalu baru. Untuk itu kita harus tetap membina kebiasaan berkontak dengan Allah melalui doa, baca Alkitab, menyanyi, bersekutu agar unsur Allah terus ditambahkan ke dalam kita.

Penerapan:
Marilah kita menghindari pujian atau penghormatan dari manusia, karena semua itu hanya menjadikan kita besar dan bukan kudus. Sebaliknya, marilah kita menghadapi semua cemooh, kritik, atau celaan, dengan lapang dada, karena semua itu memang tidak bisa membuat kita menjadi besar, tetapi bisa membuat kita menjadi kudus.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, murnikanlah hatiku. Jangan biarkan aku ngotot dan giat melayani karena ingin menjadi besar. Oh Tuhan, bersihkan semua pekerjaan dan pelayananku dari segala motivasi yang tidak benar ini. Sebaliknya Tuhan, pakailah segala situasi, benda, dan orang, untuk mengkuduskanku.

06 March 2006

Wahyu Volume 8 - Minggu 1 Senin

Langit Baru Dan Bumi Baru
Wahyu 21:1a
“Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu.”
Dalam Yesaya 65:17 Allah berkata, “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.” Langit baru dan bumi baru akan tinggal tetap selamanya di hadapan Allah yang kekal (Yes. 66:22). Dua Petrus 3:13 mengatakan, “…sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” Ini berarti dalam langit yang baru dan bumi yang baru, segala sesuatunya tepat, wajar, dan cocok, tidak ada lagi perselisihan.
Dalam langit lama dan bumi lama, terdapat empat zaman, yaitu zaman nenek moyang (Rm. 5:14); zaman Hukum Taurat (Yoh. 1:17); zaman anugerah (Kis. 3:20-21); dan zaman kerajaan (Why. 11:15; 20:4, 6). Allah memakai keempat zaman ini untuk menyempurnakan umat pilihan-Nya demi menggenapkan tujuan-Nya. Allah memakai Iblis, Antikristus, nabi palsu, kelemahan, situasi, lingkungan, penyakit, berbagai kesukaran, dan lain-lain, untuk menyempurnakan umat-Nya. Jika kita belum menyelesaikan pelajaran kita di zaman anugerah sekarang ini, Tuhan akan sabar dan menunggu sampai di zaman kerajaan untuk menyempurnakan kita.
Setelah kita disempurnakan, Allah dapat berkata, “Hai, iblis, penyakit, penderitaan, dan air mata, pergilah ke lautan api. Aku tidak memerlukan kalian lagi.” Saat itulah tiba langit yang baru dan bumi yang baru.

Segala Yang Usang Tidak Ada Lagi
Why. 21:1; Ibr. 1:11-12; 2 Ptr. 3:10-13; 2 Kor. 5:17

Menurut Ibrani 1:11-12, langit dan bumi akan menjadi “usang seperti pakaian”, dan Tuhan akan “menggulungnya” untuk melenyapkannya. Tetapi 2 Petrus 3:10-13 menyatakan bahwa langit dan bumi akan dibakar. Jadi, suatu saat, langit lama dan bumi lama akan digulung dan dibakar untuk menjadi langit baru dan bumi baru.
Alam semesta akan diperbarui jika kita terlebih dahulu telah diperbarui menjadi ciptaan baru (2 Kor. 5:17). Sekarang, segala sesuatu sedang menunggu kita disempurnakan dan diperbarui. Kita harus bertekad disempurnakan sebelum mati. Sebaiknya kita berdoa meminta umur panjang agar memiliki waktu lebih lama untuk disempurnakan oleh Tuhan. Namun umur panjang saja tidak cukup, yang sangat penting adalah apakah kita mengijinkan Tuhan memiliki kebebasan penuh untuk menyempurnakan kita.
Hari ini, selain keluarga kita, hanya ada satu tempat yang memungkinkan kita disempurnakan dengan cepat, yaitu hidup gereja. Sekali kita benar-benar masuk ke dalam hidup gereja, tidak ada pintu keluar, tidak ada tangga darurat, tidak ada pintu belakang. Kita harus tinggal di sini dan dibakar serta ditanggulangi untuk penyempurnaan kita. Hidup gereja adalah “oven” yang terbaik untuk kita. Bersyukurlah kepada Tuhan untuk semua hal menyulitkan yang kita jumpai dalam hidup gereja.
Di langit dan bumi baru, semua hal yang usang dari langit pertama dan bumi pertama akan diakhiri, termasuk laut. Wahyu 21:1b mengatakan, “Dan laut pun tidak ada lagi.” Laut berasal dari air penghakiman yang digunakan Allah untuk menghakimi dunia sebelum zaman Adam. Makhluk-makhluk hidup dari dunia sebelum Adam telah mengikuti penghulu malaikat (sekarang menjadi Satan) untuk memberontak kepada Allah. Karena itu, Allah menghukum mereka dengan air hingga mereka menjadi penghuni-penghuni laut, roh-roh jahat. Setelah ditanggulangi oleh Kristus dan kaum beriman-Nya (Mat. 8:29-32; Luk. 10:17; Kis. 16:16-18; 19:12), laut menyerahkan mereka kepada penghakiman takhta putih besar (20:13), maka laut tidak diperlukan lagi. Ini berarti, Iblis dan semua pengikutnya yang jahat telah ditanggulangi dan tidak akan ditemukan lagi di langit baru dan bumi baru.

Penerapan:
Pandanglah berbagai situasi, orang, benda, dan perkara yang terjadi atas kita dengan kacamata Tuhan. Jangan mencari-cari “sebabnya” dan terus berputar-putar dalam “akibatnya”. Jangan menyalahkan siapa pun atau apa pun. Sebaliknya, kita harus berkata, “Tuhan, terima kasih atas situasi ini. Ini adalah alat-Mu dan sarana-Mu untuk menyempurnakan aku.

Pokok Doa:
O Tuhan, terima kasih untuk tujuan-Mu, Engkau sedang menolongku untuk disempurnakan. Tuhan, terima kasih atas pasanganku, dan anak-anakku, yang “meng-oven” diriku tiap hari. Terima kasih atas orang tua yang mendidik dengan keras, saudara saudari yang antik, aneh, dan menyulitkan. Terima kasih atas situasi pelayanan yang menekan. Semuanya menolongku untuk matang dan disempurnakan.