Hitstat

30 April 2012

Galatia - Minggu 3 Senin

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:15-24; 1 Ti. 1:16 Dalam 1:15-24 kita nampak pembentukan jabatan kerasulan Paulus. Bila kita merenungkan ayat-ayat ini, kita tidak saja harus nampak bagaimana jabatan kerasulan Paulus itu terbentuk, tetapi juga bagaimana kita dapat terbentuk menjadi rasul hari ini, yakni menjadi orang-orang yang diutus Allah hari ini. Dalam Pelajaran-Hayat Surat Efesus telah kita tunjukkan bahwa semua orang beriman dalam Kristus dapat menjadi rasul, yaitu orang-orang yang diutus Tuhan untuk menggenapkan kehendakNya dan melaksanakan rencana-Nya. Kita tidak boleh berpegang pada konsepsi bahwa kita tidak dapat menjadi rasul seperti Paulus. Para rasul adalah contoh semua orang beriman. Paulus bukan orang yang luar biasa, dan ia tidak dapat mencapai satu keadaan yang tidak mungkin dicapai oleh orang lain. Konsepsi bahwa rasul-rasul itu unik adalah tradisi Roma Katolik. Tradisi ini berkaitan dengan konsepsi bahwa Petrus adalah satu-satunya penerus Kristus, dan karenanya disebut Paus yang pertama. Betapa menyesatkan konsepsi ini! Petrus sama sekali tidak unik, ia adalah satu contoh dari orang yang mengikuti Tuhan. Khususnya ia adalah satu contoh bagi kaum beriman Yahudi dalam Kristus. Paulus adalah contoh, khususnya bagi kaum beriman kafir. Dalam 1 Timotius 1:16 Ia berkata, "Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian, aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal." Karena Paulus adalah contoh kita, maka tidak seorang pun dari kita yang boleh berkata bahwa kita tidak dapat menjadi seperti dia. Kita semua yang ada dalam pemulihan Tuhan wajib menjadi orang-orang yang diutus. Setidak-tidaknya, seorang saudari remaja dapat diutus Tuhan kepada orang tuanya untuk bersaksi tentang Tuhan Yesus kepada mereka. Siapkah Anda untuk diutus oleh Tuhan? Kita semua harus siap untuk diutus oleh-Nya. Mengenai jabatan kerasulan ini, pikiran kita harus diperbarui. Karenanya, ketika kita meninjau berbagai butir dalam berita ini, kita harus nampak bagaimana kita dapat mengikuti contoh Paulus dan dibentuk menjadi para rasul. Semua butir yang akan kita bahas adalah persyaratan bagi pembentukan jabatan kerasulan kita. Ketika kita membaca tentang dipisahkannya Paulus sejak dari kandungan ibunya, mungkin kita mempunyai konsepsi bahwa hal ini hanya berlaku bagi dia, tetapi tidak berlaku bagi kita. Inilah titik pandang saya tatkala saya membaca ayat-ayat ini beberapa tahun yang lalu. Menurut konsepsi saya, Paulus memang seorang yang dipisahkan, tetapi saya tidak. Namun, konsepsi yang demikian adalah salah. Kita telah dipilih, diseleksi sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4). Tentu saja, dipilih sebelum dunia dijadikan lebih penting daripada dipisahkan dari rahim ibu kita. Karena Anda telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tidakkah Anda percaya bahwa Anda juga telah dipisahkan sejak dari rahim ibu Anda? Sudah tentu demikian. Kita akan nampak bahwa hal ini ditujukan kepada pelaksanaan pemilihan Allah yang kekal dalam waktu. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 5

28 April 2012

Galatia - Minggu 2 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Ef. 1:17; 3:5 Dalam 1:15 dan 16 Paulus berkata bahwa Allah berkenan mewahyukan Putra-Nya di dalam dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa mewahyukan Putra Allah mendatangkan perkenan Allah sendiri. Tidak ada suatu perkara yang lebih berkenan kepada Allah selain pengungkapan, pewahyuan Persona hidup dari Putra Allah itu. Selain itu, wahyu ini ialah wahyu batiniah. Walaupun saya tidak pernah melihat Tuhan Yesus dari luar secara jasmaniah, namun saya telah melihat Dia secara batiniah. Saya telah menerima suatu wahyu batiniah dari Persona yang hidup ini. Wahyu batiniah ini terdapat di dalam roh kita melalui pikiran kita yang telah diterangi. Karena pikiran memainkan peranan penting, maka kita perlu membuang konsepsi-konsepsi kita, sebab semuanya itu berada di dalam pikiran. Jika kita mempertahankan konsepsi-konsepsi dalam pikiran kita, mungkin wahyu itu berada di dalam roh kita, tetapi wahyu itu tidak dapat masuk ke dalam otak kita yang terselubung. Kita perlu membuang semua konsepsi kita, agar pikiran kita dapat dibebaskan dan menjadi transparan. Kemudian, bila Roh menyoroti roh kita, maka sorotan ini akan masuk ke dalam pikiran kita yang transparan itu. Dengan demikian kita akan menerima wahyu batiniah. Wahyu yang subyektif ini diberikan di dalam roh kita melalui Roh itu (Ef.1:17; 3:5). Roh kita dan Roh Allah adalah realitas. Kita tidak dapat menyangkal bahwa dalam batin kita ada satu roh manusia, kita pun tidak dapat menyangkal adanya Roh Kudus di dalam roh kita. Untuk menerima wahyu Putra Allah, pertama-tama kita harus membuang konsepsi-konsepsi kita. Kedua, kita harus memalingkan hati kita kepada Tuhan dan tidak menyembah yang lain kecuali Dia. Ketiga, kita harus memperhatikan lubuk batin kita, yakni roh kita. Di dalam roh kita inilah Roh itu bercahaya, mewahyukan Kristus ke dalam kita, dan berbicara kepada kita mengenai Kristus. Membacadoakan firman juga sangat membantu, terutama ayat-ayat dari Surat-surat Kiriman Paulus. Hal ini akan memungkinkan kita nampak Kristus dan menerima wahyu yang subyektif dari Persona yang hidup ini. Wahyu subyektif yang sedang kita bicarakan di sini hanya berhubungan dengan Persona yang hidup dari Putra Allah. Untuk menerima wahyu yang demikian ini, kita semua perlu belajar membuang konsepsi-konsepsi kita, memalingkan hati kita kepada Tuhan, memperhatikan roh kita, dan mendoakan ayat-ayat dari tulisan Paulus. Maka Roh itu akan menyoroti kita dan membicarakan Kristus kepada kita. Akibatnya, kita akan menerima wahyu yang subyektif tentang Anak Allah. Semakin kita menerima wahyu Putra Allah, Ia akan semakin hidup di dalam kita. Semakin Ia hidup di dalam kita, Ia semakin menjadi berkat unik dan sentral dari Injil yang Allah janjikan kepada Abraham. Ini berarti Dia akan menjadi tanah yang almuhit bagi kita yang direalisasikan sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit dan yang telah melalui proses itu. Hal ini jangan sekali-kali hanya menjadi sebuah doktrin bagi kita. Jika kita membuang konsepsikonsepsi kita, memalingkan hati kita kepada Tuhan, memperhatikan roh, dan menggunakan waktu untuk membacadoakan firman, Kristus akan diwahyukan di dalam kita. Dia akan hidup di dalam kita, dan Dia akan terbentuk di dalam kita. Hari demi hari, Dia akan lebih banyak menjadi kenikmatan kita. Akibatnya, Persona yang hidup ini akan menjadikan kita suatu ciptaan baru secara riil. Kitab Galatia akhirnya membawa kita kepada ciptaan baru melalui wahyu batiniah dari Persona hidup Anak Allah. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 4

27 April 2012

Galatia - Minggu 2 Jumat

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:15-16 Dalam 2 Korintus 4 Paulus memaparkan hal yang umum. Dalam ayat 4 ia berkata bahwa ilah zaman ini telah membutakan pikiran orang-orang yang tidak percaya. Ilah zaman ini tidak lain ialah Iblis. Mereka yang dibutakan atau diselubungi mengira dirinya tidak menyembah apa-apa. Padahal ilah mereka adalah Iblis. Kaum ateis menyembah Iblis tanpa mengetahui apa yang mereka lakukan. Seluruh manusia pada hari ini, entah yang primitif atau yang berbudaya tinggi, semua telah dibutakan oleh ilah zaman ini. Perhatikanlah semua orang yang Anda lihat di jalan-jalan atau di pasar swalayan, jarang sekali di antara mereka yang mengenal Allah! Demikian pula di antara sejumlah besar orang yang pergi ke kapel-kapel, katedral-katedral, atau gedung-gedung kebaktian denominasi. Mereka jarang nampak wahyu Putra Allah, yang ada hanyalah selubung-selubung yang membuat orang tidak dapat mengenal Kristus. Karena kebutaan mereka, banyak yang malahan menuduh orang yang telah nampak visi Persona hidup Putra Allah. Jika kita ingin menerima wahyu Putra Allah, perlulah kita membuang konsepsi-konsepsi kita. Setiap konsepsi, entah yang rohani atau yang karnal, semua merupakan suatu selubung. Saya telah bertahun-tahun meraba-raba dalam tuntutan saya untuk belajar bagaimana memperoleh wahyu. Pada akhirnya saya menemukan bahwa untuk memiliki wahyu, kita perlu membuang konsepsi-konsepsi kita. Dalam hal menerima wahyu, tidak ada masalah pada pihak Allah, pada pihak-Nya segalanya telah siap. Masalahnya sepenuhnya ada di pihak kita. Kita perlu membuang selubung-selubung itu, yakni konsepsi-konsepsi kita. Kita perlu berdoa, "Tuhan tolonglah aku membuang setiap perkara yang menjadi selubungku." Jika Anda mempertahankan konsepsi Anda ketika membaca Alkitab, Anda akan mirip orang-orang Yahudi zaman dulu yang terselubung dalam pikiran mereka ketika mereka membaca Alkitab. Tetapi, jika Anda membuang konsepsi-konsepsi Anda ketika Anda membaca Alkitab, Anda akan membacanya dengan wajah yang tidak berselubung. Maka, terang akan masuk ke dalam Anda secara subyektif. Hari ini banyak di antara kita yang benar-benar damba memperhidupkan Kristus. Tetapi untuk memperhidupkan Kristus kita memerlukan wahyu. Seperti telah kita tunjukkan, satu-satunya cara supaya wahyu datang kepada kita ialah kita membuang konsepsi-konsepsi kita. Kita juga perlu berdoa, "Tuhan, aku bersandar kepada-Mu untuk mengalahkan ilah zaman ini. Aku tidak menyembah apa pun di luar Engkau. Tuhan, aku palingkan hatiku kepada-Mu, dan aku membuang semua konsepsiku. Aku tidak mau menyembah siapa pun selain Engkau." Jika Anda berdoa demikian, terang itu akan bersinar, dan Anda akan menerima wahyu. Jika Anda membuang konsepsi-konsepsi Anda dan memalingkan hati Anda kepada Tuhan, selubung-selubung itu akan disingkirkan dan ilah zaman ini tidak akan mempunyai kedudukan di dalam Anda. Terang ada di sini dan ia sedang bersinar. Persoalannya ialah hati kita berpaling kepada banyak perkara lainnya sehingga kita terselubung oleh selubung yang berlapis-lapis. Hal inilah yang memungkinkan ilah zaman ini mempunyai kedudukan di dalam kita. Akibatnya, pikiran kita digelapkan, dibutakan, dan ditegarkan, sehingga kita tidak dapat menerima wahyu, sekali pun kita telah membaca Alkitab dan mendengarkan berita-berita. Oh, betapa kita memerlukan wahyu! Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 4

26 April 2012

Galatia - Minggu 2 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 3:15 Orang-orang Kristen boleh jadi membaca Alkitab dan mempelajarinya dengan seksama, namun sangat sedikit nampak Kristus. Keadaan kita mungkin juga demikian, sekalipun kita berada di dalam pemulihan Tuhan. Dan awal hingga akhir Alkitab, teristimewa dalam Perjanjian Baru, Kristus menduduki tempat yang inti. Wahyu Allah dalam seluruh Alkitab terpusat pada Kristus. Namun demikian, ketika kita meninjau kembali pengalaman kita yang lampau, kita harus mengaku bahwa dalam pembacaan Alkitab kita, kita jarang sekali nampak Kristus. Mengenai pewahyuan Putra Allah di dalam kita, Paulus membicarakan dua hal dalam 2 Korintus 3 dan 4, yakni hal orang-orang Yahudi pada khususnya, dan hal orang-orang yang tidak percaya pada umumnya. Ketika orang-orang Yahudi membaca Perjanjian Lama, mereka membacanya dengan pengertian yang berselubung. Dalam 2 Korintus 3:15, Paulus berkata, "Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka." Tahukah Anda apa selubung itu? Itu adalah agama Yahudi. Jika Anda berkontak dengan orang Yahudi ortodoks hari ini dan berbicara tentang Kristus dengan mereka, Anda akan menemukan betapa mereka masih tertutup dengan sebuah selubung yang tebal dan kuat. Demikian pula keadaan kebanyakan orang "beragama" lainnya; bahkan banyak orang Kristen juga demikian. Sebagai contoh, banyak orang di kalangan kekristenan tertentu yang benar-benar telah percaya kepada Kristus, namun tertutup oleh berlapis-lapis selubung, mungkin lusinan lapis selubung. Salah satu selubung itu adalah ketakhayulan bahwa Maria adalah ibu dari Allah. Orang-orang itu bersikeras mengatakan bahwa mereka harus terus berdoa kepada Maria, yakni yang mereka sebut bunda Allah. Sebab mereka mengira pengalaman mereka membuktikan bahwa doa-doa mereka kepada apa yang disebut bunda suci itu telah diterima dan dikabulkan. Itu benar-benar sebuah selubung! Walaupun Kristus itu rohani dan rahasia, namun Allah telah menciptakan suatu organ dalam batin kita yang olehnya kita dapat mengenal Kristus. Organ ini ialah roh manusia. Dengan liciknya Iblis membutakan manusia terhadap fakta bahwa mereka memiliki roh, atau membuat manusia tidak mau menggunakan roh. Sebaliknya, Iblis membujuk manusia untuk menggunakan mentalitas mereka yang telah jatuh, buta, gelap, dan keras. Dalam 2 Korintus 3:14, Paulus berkata bahwa para agamawan Yahudi telah tumpul dalam pikiran mereka. Tumpul atau tegar sedemikian itu juga berarti buta dan gelap, sebab mereka terselubung oleh banyak selubung. Selubung-selubung itu tidak hanya menggagalkan mereka dalam mengenal Kristus, tetapi juga sering membuat mereka tidak mengenal orang-orang gereja sebagai orang-orang Kristen sejati. Ada orang malah mengatakan kita sebagai bidah. Kita perlu menerapkan kata-kata tentang selubung ini pada diri kita sendiri yang penting ialah kita wajib waspada, sebab apa saja yang bukan Kristus itu sendiri bisa saja diperalat si licik sebagai selubung. Iblis bahkan bisa memakai Alkitab atau hukum Taurat yang dikaruniakan Allah sebagai selubung. Dalam Roma 7 Paulus berkata bahwa hukum Taurat itu memang baik, kudus, dan rohani. Tetapi bahkan yang baik, kudus, dan rohani itu dalam tangan Iblis dapat menjadi selubung. Ini menunjukkan bahwa Iblis bahkan bisa menggunakan karunia-karunia rohani yang tertinggi untuk menyelubungi pengertian kita. Jadi, tidaklah mustahil apa saja yang bukan Kristus itu sendiri menjadi suatu selubung. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 4

25 April 2012

Galatia - Minggu 2 Rabu

Pembacaan Alkitab: Yoh. 1:14; 14:6 Hati Allah sepenuhnya diduduki oleh Persona hidup dari Putra-Nya ini. Oleh karena kehendak-Nya berfokus pada Persona hidup ini, maka Allah tidak tertarik untuk memberi kita perkara-perkara seperti: baptisan selam, bahasa lidah, kesembuhan, sunat, hari Sabat, penudungan kepala, atau doktrin-doktrin tentang nubuat. Kehendak Allah yang unik ialah memberikan Putra-Nya sebagai Persona yang hidup kepada kita. Kita telah menunjukkan bahwa Surat-surat Kiriman Paulus ditulis menurut wahyu Allah. Tetapi kita pun perlu nampak perlunya suatu hikmat yang sangat tinggi untuk menafsirkan wahyu ini dan mengungkapkannya dengan kata-kata. Boleh jadi ada orang yang lain yang telah menerima wahyu demikian, tetapi tidak seperti Paulus, mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memahami dan menyampaikannya dengan kata-kata. Kita telah nampak bahwa Paulus, orang yang berpendidikan tinggi, pernah menjadi tokoh agama. Menurut mentalitasnya yang gelap, tidak ada sesuatu yang dapat dibandingkan dengan agama Yahudi berikut hukum Tauratnya, kitab sucinya, pelayanan imamatnya, dan adat istiadatnya. Sebagai orang yang selalu menuntut apa yang ia anggap, terbaik, ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada hal-hal tersebut. Ia menghina pengikut-pengikut Yesus; ia menganggap mereka hanya mengikuti orang Nazaret yang tidak berarti, sedangkan ia sendiri sangat bergairah bagi tradisi nenek moyangnya. Tetapi, pada suatu hari, ketika Allah Bapa berkenan, maka Persona yang hidup, dari Putra Allah ini diwahyukan di dalam dirinya. Tatkala Persona ini menyatakan diri kepadanya, ia tersungkur dan berseru dengan spontan, "Siapa Engkau, Tuan" (Kis.9:5). Tuhan segera menjawab, "Akulah Yesus yang kauaniaya itu." Berdasarkan pengertian Saulus orang Tarsus yang gelap itu, Yesus telah terkubur di dalam makam, dan murid-murid-Nya telah mencuri jenazahNya, lalu menyembunyikannya entah di mana. Tetapi sekarang Saulus terkejut karena mengetahui Yesus masih hidup, masih berbicara dari surga dan mewahyukan diri-Nya kepadanya. Sejak Persona hidup ini terwahyu di dalam Saulus, maka selubungnya telah tersingkir dan pikiran Saulus yang tajam telah menjadi terang terhadap Putra Allah. Sejak sa-at itu dan seterusnya, ia hanya memperlihatkan Persona ini dan tidak lagi memperhatikan agama atau tradisi-tradisi. Berdoalah agar Anda dapat nampak visi Persona yang hidup dari Putra Allah yang sedemikian ini. Doakan pula agar orang lain pun nampak visi ini. Berdoalah agar mereka nampak Persona hidup, ini dan memperhatikan Dia, bukan memperhatikan perkara-perkara seperti hari Sabat, penudungan kepala, kesembuhan, dan karunia-karunia rohani. Kita perlu berdoa, agar kita dapat lebih banyak memperhatikan Persona yang hidup ini daripada perkaraperkara yang lain, bahkan daripada kehidupan gereja. Tan-pa Persona yang hidup ini sebagai realitas dan isi kehidupan gereja, kehidupan gereja pun akan menjadi suatu tradisi. Oh, alangkah pentingnya kita nampak Persona yang hidup ini! Karena Persona yang hidup ini adalah segala sesuatu kita, maka kita tidak perlu menuntut kekudusan, kerohanian, kemenangan, kasih, atau ketaatan semata-mata. Sebagai perwujudan Allah Tritunggal yang direalisasikan sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit, Ia sekarang berada di batin kita, menjadi segala sesuatu yang kita perlukan. Dalam berita yang akan datang kita akan melihat bahwa Persona ini kini hidup di dalam kita. Apa yang menjadi kekurangan kita sebenarnya bukanlah kekudusan atau kemenangan, melainkan Persona yang hidup ini. Ia berlawanan dengan segala sesuatu. Tanpa Dia, segala sesuatu adalah tradisi buatan orang lain atau buatan kita sendiri. Semoga kita semua nampak bahwa hari ini Persona yang hidup ini berlawanan dengan segala sesuatu. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 3

24 April 2012

Galatia - Minggu 2 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:13 Pusat perhatian Alkitab bukanlah praktek-praktek, doktrin-doktrin atau peraturan-peraturan, melainkan Putra Allah Persona yang hidup. Dalam 1:15-16 Paulus berkata bahwa Allah berkenan mewahyukan Putra-Nya di dalam dia. Mengenai Putra Allah, banyak orang yang masih dipengaruhi oleh ajaran-ajaran kekristenan yang tradisional yang berhubungan dengan Trinitas. Perjanjian Baru mewahyukan bahwa Allah Bapa mengasihi dunia dan mengaruniakan Putra-Nya kepada kita (Yoh.3:16). Namun, persoalannya ialah, bagaimanakah kita memahami hal ini. Dengan cara apakah Bapa mengutus Putra-Nya? Pada suatu hari Filipus berkata kepada Tuhan Yesus, "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami" (Yoh. 14:8). Tuhan heran atas permintaan yang demikian, lalu berkata, "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Siapa saja yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami" (ayat 9). Kemudian Tuhan berkata, "Tidak percayakah engkau bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?" (ayat 10). Akan tetapi, dalam ayat 16 Tuhan Yesus berkata, "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya." Kalau saya Filipus, saya akan segera berkata, "Tuhan, kalau melihat Engkau berarti melihat Bapa, mengapa Engkau sekarang berkata bahwa Engkau akan meminta kepada Bapa? Bukankah perkataan-Mu saling bertentangan? Namun, Tuhan Yesus berkata bahwa Ia akan minta kepada Bapa dan Bapa akan memberi murid-murid Penolong yang lain untuk menyertai mereka selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran (ayat 17). Ia akan tinggal bersama murid-murid dan akan tinggal di dalam mereka. Tetapi dalam ayat 18 Ia berkata, "Aku datang kembali kepadamu." Ini menunjukkan bahwa Dia, yang adalah Roh Kebenaran dalam ayat 17, akan menjadi Aku yang adalah Tuhan itu sendiri dalam ayat 18. Ini memperlihatkan bahwa setelah kebangkitan-Nya, Tuhan akan menjadi Roh Kebenaran. Sungguh bermakna bahwa dalam Galatia 1:15-16 Paulus tidak mengatakan bahwa Allah mewahyukan Kristus di dalam dirinya, melainkan bahwa Ia mewahyukan Putra -Nya di dalam dirinya. Mengatakan Kristus tidaklah menimbulkan keterlibatan yang sama dengan mengatakan Putra. Alasan perbedaan ini ialah, bila kita mengatakan Putra Allah, kita akan segera terlibat dengan Bapa dan Roh. Berdasarkan tulisan-tulisan Paulus, memiliki Putra berarti memiliki Bapa dan Roh. Seperti telah kita tunjukkan berulang-ulang, Putra adalah perwujudan Allah Tritunggal yang direalisasikan sebagai Roh untuk kenikmatan kita. Karena itu, tatkala Paulus mengatakan Allah berkenan mewahyukan Putra-Nya di dalam dirinya, ini berarti Persona yang diwahyukan di dalam dirinya adalah perwujudan Allah Tritunggal yang direalisasikan sebagai Roh almuhit yang telah diproses itu. Beban yang telah saya terima dari Tuhan adalah melayankan hal ini kepada umat pilihan Allah. Walaupun saya telah bertahun-tahun melayankan hal ini, saya dapat bersaksi bahwa hari ini beban ini lebih berat daripada hari-hari sebelumnya. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 3

23 April 2012

Galatia - Minggu 2 Senin

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:13-16 Dalam Galatia 1: 15-16 Paulus berkata, "Tetapi sewaktu Allah...berkenan menyatakan (mewahyukan) Anak-Nya (Putra-Nya) di dalam aku ..." Pada waktu yang ditetapkan Allah, ketika Saulus bergairah dalam agamanya dan menganiaya gereja, Putra Allah diwahyukan kepadanya. Allah dapat membiarkan kegairahan Saulus bagi tradisi nenek moyangnya, sebab hal itu menghasilkan satu latar belakang gelap guna mewahyukan Kristus yang berlawanan dengannya. Pada waktu yang diperkenan Allah, Allah mewahyukan Putra-Nya dalam diri Saulus, orang Tarsus. Allah berkenan mewahyukan kepadanya Persona yang hidup dari Putra Allah. Mewahyukan Putra-Nya di dalam kita juga merupakan perkenan-Nya. Yang selalu menjadi perkenan Allah Bapa adalah Kristus, Putra Allah, bukan hukum Taurat (Mat. 3:17; 12:18; 17:5). Putra Allah, sebagai perwujudan dan ekspresi Allah Bapa (Yoh.1:18; 14:9-11; Ibr.1:3) adalah hayat kita. (Yoh.10:10; 1Yoh.5:12; Kol.3:4). Hasrat hati Allah adalah mewahyukan Putra-Nya dalam kita, supaya kita dapat mengenal Dia, menerima Dia sebagai hayat kita (Yoh.17:3, 3:16), sehingga kita menjadi anak-anak Allah (Yoh.1:12; Gal. 4:5-6). Sebagai Putra Allah yang hidup (Mat.16:16), Kristus jauh melampaui Yudaisme dan tradisinya (Gal.1: 13-14). Penganut Yudaisme telah memperdaya orang-orang Galatia sehingga mereka menganggap aturan-aturan hukum Taurat itu melebihi Putra Allah yang hidup. Karena itu, dalam pembukaan Surat ini rasul bersaksi bahwa ia sudah terlibat sangat dalam dan jauh lebih maju dalam alam Yudaisme. Tetapi Allah telah menyelamatkan dia dari arus dunia yang jahat di pandangan Allah itu dengan mewahyukan Putra-Nya di dalamnya. Dalam pengalamannya, ia menyadari bahwa Putra Allah yang hidup tidak dapat dibandingkan dengan Yudaisme beserta tradisinya yang mati, yang diturunkan dari nenek moyangnya. Dalam Galatia 1:16 Paulus menekankan fakta bahwa Putra Allah telah diwahyukan di dalam dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa Allah mewahyukan Putra-Nya kepada kita di dalam kita; ini bukan yang lahiriah, tetapi yang batiniah; bukan dengan visi lahiriah, tetapi dengan penglihatan batiniah; bukan wahyu yang obyektif, tetapi yang subyektif. Allah menjadikan rasul Paulus minister Kristus dengan memisahkan dia, memanggil dia, dan mewahyukan Putra-Nya di dalam dia. Karena itu, rasul Paulus tidak memberitakan hukum Taurat, melainkan Kristus, Putra Allah sebagai Injil; ia tidak hanya memberitakan doktrin tentang Kristus, tetapi memberitakan Kristus, Persona yang hidup. Butir utama dalam berita ini ialah bahwa Persona yang hidup, Putra Allah ini berlawanan dengan agama manusia. Pada masa Saulus dari Tarsus sudah begitu, demikian juga selama berabad-abad ini, dan demikian pula pada hari ini. Manusia tidak memusatkan perhatiannya atas Persona yang hidup ini, tetapi mempunyai suatu kecenderungan alami untuk mengarahkan perhatiannya ke atas agama berikut tradisinya. Namun, dari Kejadian 1 hingga Wahyu 22, Alkitab selalu mewahyukan Persona yang hidup ini. Allah hanya memperhatikan Persona hidup ini, tidak memperhatikan yang lain. Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 3

21 April 2012

Galatia - Minggu 1 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:6-12


Injil Paulus adalah Injil anugerah (1:6). Anugerah adalah Allah Tritunggal (Bapa, Putra, dan Roh) yang telah melalui proses, menjadi kenikmatan kita. Menurut 1:6, kita dipanggil dalam anugerah Kristus. Melalui Kristus kita menikmati Allah Tritunggal yang almuhit yang telah melalui proses itu. Injil anugerah ini berlawanan dengan hukum Musa. Yohanes 1:17 mengatakan, "Sebab hukum Taurat diberikan melalui Musa, tetapi anugerah dan kebenaran datang melalui Yesus Kristus." Dalam Yohanes 1:16 dikatakan kepada kita bahwa "Dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah." Menerima anugerah demi anugerah berarti menerima Allah Tritunggal yang telah melalui proses bagi kenikmatan kita secara berkesinambungan.

Dalam pasal 1:11 Paulus berkata, "Sebab aku menegaskan kepadamu, Saudara-saudaraku bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil yang berasal dari (menurut) manusia." Paulus menerima wahyu Injil yang menakjubkan langsung dari Tuhan sendiri. Karena itu, Injil yang ia beritakan bukanlah menurut manusia.

Dalam ayat 12 Paulus menyambung, "Karena aku tidak menerimanya dari manusia." Atas perkara Injil, Paulus bukan menerima sesuatu dari Petrus, Yohanes, atau Yakobus. Dalam ayat 12 Paulus juga berkata bahwa bukan manusia yang mengajarkan Injil kepadanya. Ia berulang-ulang menekankan satu fakta, yakni Injilnya bukan bersumber dari manusia. Ia bukan menerima Injil dari ajaran manusia.

Paulus menyimpulkan ayat 12 dengan perkataan, "Tetapi aku menerimanya melalui penyataan (wahyu) Yesus Kristus." Ini ditujukan kepada wahyu yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada rasul Paulus mengenai Injil. Kita tidak mengetahui dengan cara apa Injil itu diwahyukan kepada Paulus, boleh jadi Paulus menerima wahyu ini tatkala ia tinggal di Arab.

Tulisan-tulisan Paulus mempersaksikan fakta bahwa wahyu ini ia terima langsung dari Kristus. Dalam Surat-surat Kirimannya terdapat banyak ungkapan yang menakjubkan yang tidak dapat diucapkan manusia di luar wahyu ilahi. Para filsuf kuno, seperti Konghucu, memang telah menyusun beberapa karya tulis yang dianggap orang sangat penting, namun karya tulis yang terbaik itu tak se-banding dengan tulisan-tulisan rasul Paulus. Saya cukup mengenal karya tulis Konghucu, dan saya dapat bersaksi bahwa perbandingan antara tulisan-tulisannya dengan Surat Kiriman Paulus seperti tanah lempung dengan emas. Jika Paulus tidak menerima wahyu dari Kristus, mana mungkin ia dapat menulis sesuatu seperti yang telah ia lakukan? Hal ini mustahil. Tulisan-tulisannya membuktikan bahwa Injilnya bukan menurut manusia, bukan diterimanya dari manusia, dan bukan diajarkan oleh manusia, melainkan diterima melalui wahyu Yesus Kristus. Ungkapanungkapan yang digunakan Paulus sangat ajaib dan indah, selain dari wahyu yang langsung dari Tuhan Yesus Kristus, tidak mungkin ada sumber yang lain.

Dalam ayat 10 Paulus bertanya, "Jadi bagaimana sekarang: Apakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Ataukah kucoba menyenangkan manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba menyenangkan manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." Paulus tidak mencari persetujuan manusia, Ia pun tidak berusaha menyenangkan manusia atau memuaskan mereka. Selaku hamba Kristus, ia memberitakan Injil sesuai dengan wahyu yang ia terima, bukan untuk menyenangkan manusia, melainkan untuk menyenangkan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 2

20 April 2012

Galatia - Minggu 1 Jumat

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:6-12


Penting sekali kita nampak bahwa ministri Paulus adalah ministri kelengkapan, suatu ministri yang melengkapi wahyu ilahi. Injil Paulus adalah Injil kelengkapan. Karena itu, jika kita tidak memiliki tulisan-tulisan Paulus, kita akan kekurangan bagian yang vital dari wahyu Allah. Surat-surat Kiriman Paulus tidak hanya melengkapi wahyu ilahi, tetapi juga merupakan jantung wahyu Allah dalam Perjanjian Baru. Jadi, Injil Paulus bukan cuma Injil kelengkapan, tetapi juga inti wahyu Perjanjian Baru. Karena alasan inilah, Injil Paulus adalah Injil yang mendasar.

Kita yang berada dalam pemulihan Tuhan perlu memiliki satu pandangan yang jelas terhadap Injil yang diberitakan Paulus. Pusat perhatian Injil Paulus adalah Putra Allah, Sang Terurap Allah yang telah masuk ke dalam diri kita untuk menjadi hayat kita pada hari ini dan menjadi kemuliaan kita di kemudian hari, agar kita dapat menjadi anggota-anggota Tubuh-Nya. Tubuh ini, kepenuhan dari Dia yang memenuhi segala sesuatu di dalam segala sesuatu, adalah manusia baru, keluarga Allah, keluarga iman, dan Israel sejati milik Allah. Dalam Injil Paulus terdapat banyak perkara yang rahasia yang tidak dibicarakan oleh Matius, Markus, Lukas, atau Yohanes. Da-lam keempat kitab Injil tidak dikatakan bahwa Kristus adalah rahasia Allah (Kol.2:2) dan segala kepenuhan ke-Allahan berdiam secara jasmaniah di dalam Dia (Kol.2:9). Pada hakekatnya, keempat Injil bahkan tidak memuat perkataan yang tegas tentang dibenarkan oleh iman. Masalah dibenarkan oleh iman dibicarakan dengan jelas dalam Kitab Roma dan Galatia.

Sudah tentu Injil Matius membicarakan tentang kerajaan dengan jelas dan tegas, yang merupakan satu perkara pemerintahan. Namun, berdasarkan wahyu yang diberikan kepada Paulus, Injil tidak dipusatkan pada pemerintahan Allah, melainkan pada Allah Tritunggal yang menjadi hayat kita, supaya menjadi satu dengan kita dan kita menjadi satu dengan Dia, sehingga kita boleh menjadi Tubuh Kristus untuk mengekspresikan Allah secara korporat. Pusat perhatian Injil bukanlah pemerintahan Allah, melainkan Allah itu sendiri dalam Trinitas-Nya menjadi Roh almuhit (meliputi segala sesuatu, all-Inclusive) yang telah melalui proses, menjadi hayat dan segala sesuatu kita untuk kenikmatan kita, supaya Dia dan kita boleh menjadi satu demi mengekspresikan Dia sampai selama-lamanya. Pemikiran yang demikian dalam dan rahasia ini tidak mungkin ditemukan dalam keempat kitab Injil. Saya tidak yakin apakah Markus jelas tentang wahyu ekonomi Allah yang sedemikian ini ketika ia menulis kitab Injilnya.

Aspek-aspek penting dari Injil Paulus terdapat dalam Galatia. Kita telah nampak dalam Galatia 1:15-16 Paulus mengatakan bahwa Allah berkenan mewahyukan Putra-Nya di dalam dirinya. Perkataan ini sangat indah! Namun, jutaan orang Kristen tidak mengenal bahwa Kristus berada di dalam mereka. Dalam 2:20 Paulus selanjutnya mengatakan tentang Kristus hidup di dalam kita, dan dalam 4:19 Kristus terbentuk di dalam kita. Dalam pasal 6 ia mengetengahkan 14 butir yang penting: roh manusia (ayat 1, 18), hukum Kristus (hukum hayat, ayat 2), Roh itu (ayat 8), hayat kekal (ayat 8), kawan-kawan seiman (ayat 10), iman (ayat 10), salib Kristus (ayat 14), dunia agama yang telah tersalib bagi Paulus dan yang menyalibkan Paulus (ayat 14), ciptaan baru (ayat 15), damai sejahtera (ayat 16), rahmat (ayat 16), Israel milik Allah (ayat 16), tanda-tanda milik Yesus (ayat 17), dan anugerah (kasih karunia) Kristus (ayat 18). Butir-butir ini hanya terdapat dalam tulisan Paulus, tidak terdapat dalam keempat Injil yang mana pun.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 2

19 April 2012

Galatia - Minggu 1 Kamis

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:6-12


Sekarang marilah kita meninjau berbagai aspek dari kelima kitab Injil dalam Perjanjian Baru ini. Injil Matius mewahyukan bahwa Kristus, Anak Daud, datang ke bumi sebagai Raja untuk mendirikan Kerajaan Surga di bumi. Karena itu, dalam Injil Matius telah dipakai ungkapan "Injil kerajaan". Jadi, aspek Injil yang dititikberatkan dalam Injil Matius adalah tentang kerajaan. Tujuan dari aspek Injil ini ialah membawa orang memasuki kerajaan.

Injil Yohanes menekankan hayat yang kekal. Dalam Injil ini kita nampak bahwa Kristus dari kekekalan adalah Firman Allah, bahkan Allah itu sendiri. Pada suatu hari, Firman telah berinkarnasi (1:14). Lagi pula, Ia telah mati di atas salib bukan hanya untuk menebus kita terlepas dari dosa, tetapi juga untuk membebaskan hayat ilahi, agar Ia dapat menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita sebagai hayat yang kekal. Dalam Injil ini Yohanes membawa kita kepada suatu pengertian penuh terhadap hayat yang ilahi. Karena alasan ini, maka Injil Yohanes dapat disebut Injil hayat.

Aspek Injil yang ditekankan dalam Injil Lukas ialah pengampunan dosa. Di sini terdapat suatu catatan tentang bagaimana Kristus datang sebagai seorang manusia dan menjadi Juruselamat kita, dan bagaimana Ia mati di atas salib untuk menggenapkan penebusan dan membereskan problem dosa sehingga kita bisa diampuni. Menurut Lukas 24:47, pertobatan dan pengampunan dosa seharusnya diberitakan dalam nama Kristus kepada segala bangsa.

Kita telah menunjukkan bahwa Injil Matius adalah Injil kerajaan. Injil Yohanes adalah Injil hayat, dan Injil Lukas adalah Injil pengampunan. Tetapi aspek apakah yang ditekankan dalam Injil Markus? Injil Markus adalah Injil pelayanan. Menurut Injil ini, Kristus datang sebagai seorang hamba untuk melayani Allah melalui mengasuh umat Allah. Kristus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Luk.10:45). Kedatangan-Nya tidak hanya sebagai Raja untuk mendirikan kerajaan, sebagai Sang Kekal untuk menyalurkan hayat, dan sebagai Juruselamat untuk mengampuni dosa orang yang percaya kepada-Nya. Ia juga datang sebagai seorang hamba untuk melayani Allah melalui melayani umat tebusan-Nya. Jadi, Markus menekankan pelayanan.

Injil Paulus mencakup semua aspek dalam keempat kitab Injil tersebut. Dalam tulisan-tulisannya, Paulus membicarakan kerajaan, hayat, pengampunan, dan pelayanan. Namun, Surat-surat Kirimannya mencakup jauh lebih banyak. Dalam Kolose 1:25 Paulus berkata bahwa ia menjadi seorang pelayan sesuai dengan kepengurusan rumah tangga (ekonomi) Allah untuk melengkapi firman Allah. Karena itu, Injil Paulus merupakan Injil kelengkapan. Tanpa Injil Paulus, wahyu Injil dalam Perjanjian Baru tidak akan lengkap.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 2

18 April 2012

Galatia - Minggu 1 Rabu

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:1-5


Menurut konteks kitab ini, zaman jahat yang sekarang ini mengacu kepada dunia religius, arus religius dunia, agama orang Yahudi. Di sini rasul menekankan bahwa tujuan Kristus menyerahkan diri-Nya sendiri karena dosa-dosa kita adalah untuk menyelamatkan kita, untuk menarik kita keluar dari agama Yahudi, zaman jahat sekarang ini. Ini berarti menurut kehendak Allah melepaskan umat pilihan-Nya dari pemeliharaan hukum Taurat (3:23), membawa mereka keluar dari kandang domba (Yoh. 10:1, 3). Karena itu, dalam kata-kata pembukaannya, Paulus menunjukkan apa yang akan ditanggulanginya. Ia ingin menyelamatkan gereja-gereja yang diselewengkan oleh Yudaisme dengan hukum Tauratnya, dan membawa mereka kembali kepada anugerah Injil.

Dalam Galatia 1:4 Paulus menunjukkan bahwa untuk menyelamatkan kita dari zaman religius yang jahat yang sekarang ini, Kristus telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita. Hal ini menunjukkan bahwa Kristus mati untuk menyelamatkan kita dari agama Yahudi. Dalam Yohanes 10 kita melihat Kristus sebagai Gembala yang baik masuk ke dalam kandang untuk mengeluarkan dombadomba-Nya dari kandang ke padang rumput. Kandang dalam Yohanes 10 mengiaskan hukum Taurat atau agama Yahudi, yang di dalamnya umat pilihan Allah terkungkung dan terkekang dalam pengawalan hingga kedatangan Kristus. Sebelum kedatangan Kristus, Allah menggunakan agama Yahudi sebagai kandang untuk menjaga domba- domba-Nya. Tetapi Kristus telah datang sebagai Gembala untuk mengeluarkan domba-domba itu dari kandang ke padang rumput di mana mereka dapat menikmati kelimpahan-Nya. Walaupun Kristus datang untuk melepaskan domba itu dari kandang, para penganut agama Yahudi justru menyalibkan Gembala yang baik ini. Kematian-Nya di atas salib tidak saja untuk dosa-dosa domba-domba itu, tetapi juga untuk mengeluarkan mereka dari kandang.

Kita harus menerapkan Galatia 1:4 tidak saja kepada kaum beriman Galatia, tetapi juga kepada kaum beriman dalam Kristus hari ini. Kebanyakan orang Kristen telah terkungkung dalam suatu kandang agama. Istilah "kandang" dalam Perjanjian Baru tidaklah positif, tetapi ada beberapa lagu Kristen yang mengatakan tentang dibawa ke kandang dengan pengertian yang positif. Kita telah menunjukkan bahwa kandang dalam Yohanes 10 ditujukan kepada agama Yahudi. Pada prinsipnya, berbagai aliran agama Kristen dan denominasi-denominasi adalah kandang. Hanya gereja adalah kawanan domba. Kristus telah membawa kita kembali kepada kawanan domba bukan kepada kandang. Banyak di antara kita dapat bersaksi bahwa kita telah diselamatkan dari kandang dan dikembalikan kepada kawanan domba Allah.

Hari ini Tuhan tetap berupaya untuk mengeluarkan domba-domba-Nya dari kandang. Karena alasan inilah terjadi suatu peperangan antara agama dengan pemulihan Tuhan. Tuhan Yesus datang bukan untuk mencuri domba, melainkan untuk memimpin domba keluar dari kandang. Tetapi para penganut agama Yahudi menganggap Dia sebagai pencuri domba. Demikian pula halnya, kita dalam pemulihan Tuhan telah dituduh sebagai orang-orang murtad dan pencuri-pencuri domba. Kita bukan orang-orang yang murtad, kita, benar-benar menginginkan domba-domba Tuhan dikeluarkan dari kandang dan masuk ke dalam kawanan domba.

Tuhan Yesus datang ke dalam kandang, membuka pintu, dan membawa domba-domba keluar dari kandang, tetapi para penganut agama Yahudi menyalibkan Dia. Namun melalui kematian-Nya di atas salib, Tuhan menyerahkan diri-Nya sendiri karena dosa-dosa kita, untuk menyelamatkan kita dari kandang agamawi. Orang beriman pada masa Paulus dengan kita hari ini pada prinsipnya adalah sama.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 1

17 April 2012

Galatia - Minggu 1 Selasa

Pembacaan Alkitab: Gal. 5:4


Dalam ayat 2 Paulus berkata tentang "gereja-gereja di Galatia", sebuah propinsi dalam Kekaisaran Romawi kuno. Melalui ministri pemberitaan Paulus, gereja-gereja didirikan di sejumlah kota dalam propinsi itu. Karena itu, ketika rasul menyebut gereja-gereja di Galatia secara kolektif, dia memakai istilah "gereja-gereja", bukan "gereja".

Gereja-gereja di Galatia telah terpesona (terpedaya) oleh para penganut agama Yahudi (3:1). Mereka telah diselewengkan dari Kristus kepada agama Yahudi. Sejumlah besar orang beriman Perjanjian Baru dalam gereja-gereja di Galatia telah beralih kembali kepada agama Yahudi yang usang dan giat memelihara hukum Taurat berikut peraturan tentang sunat. Inilah latar belakang yang memberikan kesempatan kepada Paulus untuk menulis kitab yang indah ini.

Dalam 1:6-7 Paulus berkata, "Aku heran bahwa kamu begitu lekas berbalik dari Dia yang dalam anugerah Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus." Di sini Paulus sampai pada pokok pembicaraannya. Karena gereja-gereja di Galatia meninggalkan anugerah (kasih karunia) Kristus dan kembali memelihara hukum Taurat, Paulus berbeban menulis Surat ini. "Injil yang lain" yang disebut dalam ayat 6 menunjukkan pemeliharaan hukum Taurat dari agama Yahudi. Anugerah Kristus adalah Allah Tritunggal - Bapa, Putra, dan Roh - yang telah melalui proses, menjadi kenikmatan kita. Anugerah ini berlawanan dengan hukum Musa (Yoh. 1:17 dan catatan 1). Para penganut agama Yahudi meresahkan gereja-gereja dengan memutarbalikkan Injil Kristus, atau mengubahnya. Dengan demikian mereka menyesatkan kaum beriman dan membawa mereka kembali kepada hukum Musa. Namun, pemeliharaan hukum Taurat itu tidak dapat menjadi Injil yang membebaskan orang-orang berdosa dari belenggunya dan membawa mereka ke dalam kenikmatan atas Allah. Ia hanya menahan mereka sebagai budak di bawah belenggunya (Gal. 5:1).

Karena mereka telah diselewengkan dari Kristus kepada hukum Taurat, maka orang-orang Galatia telah lepas dari Kristus (5:4). Lepas dari Kristus berarti tidak memiliki apa-apa, terpisah dari Kristus. Dalam keselamatan-Nya, Allah telah membawa kita ke dalam Kristus dan menjadikan Kristus sebagai keuntungan kita dalam segala hal. Penebusan Allah telah menaruh kita ke dalam Putra-Nya, yang sekarang menjadi segala sesuatu bagi kita. Namun, para penganut agama Yahudi telah menyelewengkan kaum beriman Galatia dari Kristus kepada hukum Taurat. Dengan beralih dari Kristus kepada hukum Taurat, maka orang-orang Galatia telah tidak memiliki apa-apa, terpisah dari Kristus. Menurut Alkitab versi King James, Paulus berkata kepada orang-orang Galatia, "Kristus menjadi tidak berguna bagi kamu." Orang-orang Galatia berada dalam suatu situasi di mana kefaedahan Kristus menjadi tidak berguna bagi mereka. Sebagai akibatnya, mereka telah dicabut dari semua keuntungan yang ada di dalam Kristus dan terlepas dari Dia. Seperti yang dikatakan dalam Alkitab versi American Standard, mereka telah "terkerat dari Kristus."


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 1

16 April 2012

Galatia - Minggu 1 Senin

Pembacaan Alkitab: Gal. 1:1-5

Kitab Galatia, Efesus, Filipi, dan Kolose merupakan sekelompok surat yang membentuk jantung wahyu ilahi dalam Perjanjian Baru. Karena itu, kitab-kitab ini sangatlah penting. Kitab Efesus membahas gereja sebagai Tubuh Kristus. Kitab Kolose membahas Kristus sebagai Kepala Tubuh. Kitab Galatia berkaitan dengan Kristus, dan Kitab Filipi berkaitan dengan pengalaman atas Kristus. Dalam Kitab Kolose dan Efesus kita menerima satu visi yang jelas tentang Kepala dan Tubuh. Dalam Kitab Galatia dan Filipi, kita nampak Kristus dan pengalaman atas Kristus.

Untuk mempelajari Kitab Galatia dengan tepat, kita perlu mengenal latar belakang dan pokok dari kitab ini. Semua kitab dalam Perjanjian Baru mempunyai latar belakang khusus tersendiri. Kita bersyukur kepada Tuhan atas latar belakang itu. Walaupun sebagian besar dari latar belakang itu tidak begitu positif, tetapi Tuhan memakai latar belakang yang negatif itu sebagai dasar untuk melepaskan wahyu ilahi. Semakin negatif suatu latar belakang, semakin besar pula kesempatan Tuhan untuk menyatakan wahyu-Nya. Semakin buruk latar belakangnya, semakin besarlah keperluan terhadap wahyu Allah. Jika kita nampak hal ini, kita akan bersyukur kepada Tuhan atas semua latar belakang yang negatif itu, sebab semua itu diperlukan demi tertulisnya kitab-kitab dalam Perjanjian Baru ini.

Injil Yohanes adalah satu contoh yang baik dari Perjanjian Baru, Injil ini ditulis untuk menentang suatu latar belakang yang negatif. Injil ini ditulis pada sepuluh tahun terakhir dari abad pertama. Pada masa itu ada suatu kecenderungan, bahkan di kalangan orang Kristen sendiri, untuk menyangkal ke-Allahan Kristus. Ada sebagian orang yang meragukan ke-Allahan Kristus, dan sebagian lainnya bahkan menyangkal kebenaran tersebut. Dengan latar belakang kecenderungan sedemikian inilah Injil ini ditulis oleh rasul Yohanes. Tanpa Injil ini, tak dapatlah kita memiliki suatu pengertian yang memadai terhadap ke-Allahan Kristus serta keberadaan-Nya yang kekal. Kita pun tidak mungkin memahami bagaimana Kristus bisa menjadi hayat kita. Tetapi, melalui Injil Yohanes, kita nampak dengan jelas bahwa ke-Allahan Kristus merupakan hal yang kekal dan mutlak. Dalam Injil ini kita juga memiliki pemandangan yang jelas tentang hayat kekal dan bagaimana Kristus bisa menjadi hayat kita. Jika pada akhir abad pertama, tidak ada latar belakang yang segelap itu, Injil yang ajaib ini mungkin tidak akan pernah ditulis.

Sekarang kita tinjau latar belakang Kitab Galatia. Kitab ini ditulis sebelum tahun 60 Masehi, lebih dini daripada Kitab Efesus atau Kolose. Kitab Galatia ditulis pada awal ministri Paulus, yakni sebelum ia dipenjara.

Untuk memiliki pengalaman yang wajar atas gereja sebagai Tubuh Kristus, kita perlu memiliki Kitab Galatia. Kita perlu suatu pengalaman dan pengertian yang memadai dari semua yang disampaikan kepada kita dalam kitab ini. Jika hari ini kita ingin mempraktekkan kehidupan gereja, kita perlu mengenal Kristus yang diwahyukan dalam Kitab Galatia.

Kitab Galatia mewahyukan bahwa Kristus berlawanan dengan agama berikut hukum Tauratnya. Hukum Taurat yang Allah berikan melalui Musa adalah dasar agama Yahudi. Agama Yahudi didirikan di atas hukum Taurat. Kitab Galatia mewahyukan bahwa Kristus yang kita perlukan untuk kehidupan gereja berlawanan dengan hukum Taurat dan agama.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 1

14 April 2012

2 Korintus - Minggu 29 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:11-13


Seluruh wahyu ilahi dalam Kitab Efesus mengenai kelahiran, keberadaan, pertumbuhan, pembangunan, dan peperangan gereja sebagai Tubuh Kristus, semuanya tersusun sebagai ekonomi ilahi, yaitu penyaluran Allah Tritunggal ke dalam anggota-anggota Tubuh Kristus. Pasal 1 menyingkapkan bagaimana Allah Bapa memilih dan menentukan anggota-anggota ini dalam kekekalan, bagaimana Allah Putra menebus mereka, bagaimana Allah Roh sebagai jaminan, memeterai mereka, dengan demikian menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kaum beriman untuk pembentukan gereja, yang adalah Tubuh Kristus, kepenuhan yang memenuhi semua dan di dalam segala sesuatu. Pasal 2 menunjukkan kepada kita bahwa di dalam Trinitas Ilahi seluruh kaum beriman, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, memiliki jalan masuk kepada Allah Bapa, melalui Allah Putra, di dalam Allah Roh. Ini juga menunjukkan bahwa ketiga-Nya tetap serentak ada dan saling huni secara berkesinambungan. Dalam pasal 3 rasul berdoa supaya Allah Bapa melalui Allah Roh menguatkan kaum beriman ke dalam manusia batiniah mereka, supaya Kristus, Allah Putra, dapat membuat rumah-Nya di dalam hati mereka, yaitu menduduki seluruh diri mereka, sehingga mereka dipenuhi sampai kepada seluruh kepenuhan Allah. Pasal 4 menggambarkan bagaimana Allah yang telah melalui proses, sebagai Roh, Tuhan, dan Bapa berbaur dengan Tubuh Kristus supaya semua anggota Tubuh dapat mengalami Trinitas Ilahi. Pasal 5 menasihati kaum beriman untuk memuji Tuhan (Allah Putra) dengan nyanyian-nyanyian Allah Roh, dan bersyukur dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus (Allah Putra) kepada Allah Bapa. Ini adalah memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah melalui proses dalam Trinitas Ilahi-Nya bagi kenikmatan kita akan Allah Tritunggal. Pasal 6 menginstruksi kita untuk berjuang dalam perjuangan rohani dengan dikuatkan di dalam Tuhan (Allah Putra), sambil mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah Bapa, dan menggunakan pedang Roh Allah. Inilah pengalaman dan kenikmatan kaum beriman akan Allah Tritunggal, bahkan dalam peperangan rohani.

Dalam tulisannya, Rasul Petrus juga memastikan bahwa Allah adalah tritunggal untuk kenikmatan kaum beriman, dengan mengatakan tentang pemilihan Allah Bapa, pengudusan Allah Roh, dan penebusan Yesus Kristus (Allah Putra) yang digenapkan oleh darah-Nya (1 Ptr. 1:2). Rasul Yohanes juga memperkuat wahyu Trinitas Ilahi agar kaum beriman mengambil bagian dalam Allah Tritunggal yang telah melalui proses. Dalam Kitab Wahyu dia memberkati gereja-gereja lokal dengan kasih karunia dan damai sejahtera dari Dia yang sekarang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang (Allah Bapa), dan dari tujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya (Allah Roh), dan dari Yesus Kristus (Allah Putra), Saksi yang setia, Yang pertama bangkit dari antara orang mati, dan dari Penguasa raja-raja di bumi (Why. 1:4-5). Berkat Yohanes yang diberikan kepada gereja-gereja juga menunjukkan bahwa Allah Tritunggal yang telah melalui proses, di dalam segala apa adanya Dia sebagai Bapa yang kekal, di dalam segala apa yang dapat Dia lakukan sebagai Roh yang diperkuat tujuh ganda, dan di dalam segala yang telah Dia capai dan dapatkan sebagai Putra yang diurapi, semuanya bagi kenikmatan kaum beriman, supaya mereka dapat menjadi kesaksian-Nya yang korporat, menjadi kaki pelita emas (Why. 1:9, 11, 20).

Jadi, jelaslah bahwa wahyu ilahi tentang Trinitas ke-Allahan dalam Firman kudusbukanlah untuk penyelidikan secara teologis, melainkan supaya kita paham bagaimana Allah di dalam ketrinitasan-Nya yang misterius dan ajaib menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam umat pilihan-Nya, supaya kita bisa seperti yang ditunjukkan dalam berkat rasul kepada kaum beriman Korintus, berbagian, mengalami, menikmati, dan mendapatkan Allah Tritunggal yang telah melalui proses. Amin.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 59

13 April 2012

2 Korintus - Minggu 29 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:11-13


Dalam alinea sebelumnya kita telah memakai hypostases. Kata ini adalah bentuk ungkapan dari bahasa Yunani. Kata ini tersusun dari dua kata Yunani: hupo, kata depan yang berarti di bawah, dan stasis, kata yang berarti penunjang atau penyangga. Kata Yunani hypostasis dipakai dalam 2 Korintus 9:4 dan 11:17. Kata ini berarti pekerjaan dasar yang di atasnya didirikan bangunan; karena itu, ini adalah pondasi, kedudukan; jadi mengandung arti keyakinan seperti dalam 2 Korintus 9:4 dan 11:17. Jika kita memiliki dasar pekerjaan yang tepat atau penunjang di bawah yang tepat, maka kita dapat memiliki keyakinan.

Beberapa kamus menghubungkan kata hypostasis ini dengan tiga Persona Trinitas. Kata hypostasis itu bukan berarti persona. Tetapi para ahli teologi telah memakainya untuk menyebut tiga Persona dari Ke-Allahan, yaitu Bapa, Putra, dan Roh. Sebenarnya, Bapa, Putra, dan Roh itu adalah tiga hypostasis, yakni, substansi penunjang Ke-Allahan. Dengan kata lain, Ke-Allahan itu tersusun dari substansi-substansi yang menopang dari Bapa, Putra, dan Roh. Ini berarti jika tiga hypostasis ini diambil, maka Ke-Allahan itu akan kehilangan substansinya.

Dua Korintus 13:13 adalah bukti yang kuat bahwa Trinitas Ke-Allahan bukanlah teologi sistematis untuk pemahaman doktrin tetapi untuk penyaluran Allah sendiri dalam ketrinitasan-Nya ke dalam umat pilihan dan tebusan-Nya. Dalam Alkitab, ketrinitasan ilahi tidak pernah diwahyukan sekadar sebagai doktrin, tetapi selalu diwahyukan atau disinggung berkaitan dengan hubungan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya, terutama dengan manusia yang diciptakan oleh-Nya, dan lebih khusus lagi dengan umat-Nya yang dipilih dan ditebus. Sebutan ilahi pertama yang digunakan dalam wahyu ilahi, yaitu Elohim dalam bahasa Ibrani (berbentuk jamak), suatu sebutan yang digunakan berkaitan dengan ciptaan Allah (Kej. 1:1), menyiratkan bahwa Allah ini, Pencipta langit dan bumi bagi manusia, adalah tritunggal. Mengenai ciptaan Allah terhadap manusia sesuai dengan gambar dan rupa-Nya, Dia menggunakan kata ganti jamak "Kita", yang mengacu kepada ketrinitasan-Nya (Kej. 1:26) dan menyiratkan bahwa Dia akan bersatu dengan manusia, bahkan mengekspresikan diri-Nya melalui manusia dalam ketrinitasan-Nya. Dalam Kejadian 3:22, 11:7, dan Yesaya 6:8, ketika Dia menyinggung hubungan-Nya dengan manusia dan dengan umat pilihan-Nya, berulang-ulang Dia menyebut diri-Nya sendiri sebagai "Kita".

Untuk menebus manusia yang jatuh agar Ia tetap dapat memiliki kedudukan untuk bersatu dengan manusia, Dia berinkarnasi (Yoh. 1:1, 14) di dalam Putra dan melalui Roh (Luk. 1:31-35) menjadi manusia, dan menempuh hidup insani di bumi, juga di dalam Putra (Luk. 2:49) dan oleh Roh (Luk. 4:1; Mat. 12:28). Pada awal ministri-Nya di bumi, Bapa mengurapi Putra dengan Roh (Mat. 3:16-17; Luk. 4:18) supaya Dia dapat mencapai manusia dan membawa manusia kembali kepada-Nya. Sebelum disalibkan dalam daging dan bangkit menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45), Dia menyingkapkan misteri ketrinitasan-Nya kepada murid-murid-Nya dalam kata-kata yang jelas (Yoh. 14-17), menyatakan bahwa Roh ada di dalam Bapa, Bapa ada di dalam Putra (Yoh. 14:9-11), Roh adalah perwujudan Putra (Yoh. 14:16-20), bahwa ketiganya, secara berkesinambungan serentak ada dan saling huni, tinggal bersama kaum beriman bagi kenikmatan mereka (Yoh. 14:23; 17:21-23); juga mengatakan semua yang Bapa miliki adalah milik Putra dan semua yang Putra miliki diterima oleh Roh untuk dinyatakan kepada kaum beriman (Yoh. 16:13-15). Trinitas ini seluruhnya berhubungan dengan penyaluran Allah yang telah melalui proses ke dalam kaum beriman-Nya (Yoh. 14:17, 20; 15:4-5) supaya mereka boleh menjadi satu di dalam dan dengan Allah Tritunggal (Yoh. 17:21-23).


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 59

12 April 2012

2 Korintus - Minggu 29 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:11-13


Dalam 2 Korintus 13:13 kita memiliki berkat tiga ganda: "Anugerah Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian." Berkat tiga ganda ini melibatkan Allah Tritunggal, karena di sini kita memiliki kasih karunia (anugerah) Kristus Putra, kasih Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus.

Membicarakan kasih Allah, kasih karunia Kristus, dan persekutuan Roh Kudus itu sebenarnya membicarakan bahwa kasih itu adalah Allah, kasih karunia adalah Kristus, dan persekutuan adalah Roh Kudus. Jadi, kita memiliki Allah Bapa sebagai kasih, kita memiliki Allah Putra sebagai kasih karunia, dan kita memiliki Allah Roh sebagai persekutuan. Ini berarti kita memiliki Allah Tritunggal secara langsung sebagai kenikmatan kita. Yang kita miliki itu bukan hanya satu berkat dari Dia atau oleh Dia saja.

Berkat yang sesungguhnya dalam Perjanjian Baru adalah Allah Tritunggal itu sendiri. Seperti yang telah kita tunjukkan, berkat ini merupakan satu berkat tiga ganda dari kasih, kasih karunia, dan persekutuan. Dengan kasih sebagai sumbernya, kasih karunia sebagai alirannya, dan dengan persekutuan sebagai transmisinya, Allah Tritunggal mencapai kita untuk menjadi hayat kita, suplai hayat kita, dan kenikmatan kita. Sekarang kita dapat menikmati Allah Tritunggal sepanjang hari dengan riil. Inilah berkat kita yang unik dalam Perjanjian Baru.

Kasih karunia Tuhan adalah Tuhan sendiri sebagai hayat kita untuk kenikmatan kita (Yoh. 1:17; 1 Kor. 15:10); kasih Allah adalah Allah sendiri (1 Yoh 4:8, 16) sebagai sumber kasih karunia Tuhan; dan persekutuan Roh itu adalah Roh itu sendiri sebagai transmisi dari kasih karunia Tuhan dengan kasih Allah untuk partisipasi kita. Ini bukan tiga perkara yang terpisah, tetapi tiga aspek dari satu hal, sama seperti Tuhan, Allah, dan Roh Kudus bukan tiga Allah yang terpisah, tetapi tiga "substansi (hypostases) dari satu Allah yang sama, tidak terpisah, dan tidak tercerai" (Philip Schaff). Kasih Allah adalah sumber, karena Allah adalah asal mulanya; kasih karunia Tuhan adalah aliran kasih Allah, karena Tuhan adalah ekspresi Allah; persekutuan Roh adalah penyaluran kasih karunia Tuhan beserta kasih Allah, karena Roh adalah transmisi Tuhan beserta Allah, bagi pengalaman dan kenikmatan kita akan Allah Tritunggal -- Bapa, Putra, dan Roh Kudus beserta kebajikan-kebajikan ilahi Mereka. Di sini kasih karunia Tuhan disebutkan lebih dulu karena kitab ini menekankan kasih karunia Kristus (2 Kor. 1:12; 4:15; 6:1; 8:1, 9; 9:8, 14; 12:9). Kaum beriman Korintus yang diselewengkan dan ditipu tetapi yang kemudian dihibur dan dipulihkan, memerlukan atribut-atribut ilahi dari ketiga kebajikan ini: kasih, kasih karunia, dan persekutuan; juga memerlukan Allah Tritunggal dari ketiga substansi ilahi ini: Bapa, Putra, dan Roh itu. Karena itu, rasul menggunakan semua hal yang ilahi dan berharga ini dalam satu kalimat untuk menutup suratnya yang manis dan akrab.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 59

11 April 2012

2 Korintus - Minggu 29 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:11-13


Di antara keenam puluh enam kitab dalam Alkitab, 2 Korintus adalah kitab yang sangat khusus, yakni ditutup dengan satu berkat: "Anugerah Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian." Berkat ini tersusun dari atribut-atribut Allah Tritunggal: kasih karunia (anugerah), kasih, dan persekutuan. Kasih Allah Bapa adalah sumbernya, mata airnya, dan kasih karunia adalah aliran, ekspresi dari kasih. Dengan kasih sebagai sumbernya, kita dapat melakukan sesuatu bagi orang lain atau memberikan sesuatu kepada mereka. Ini adalah kasih karunia sebagai aliran dan ekspresi kasih. Misalnya, saya ingin memberikan sebuah jam tangan kepada seorang saudara. Pemberian jam tangan itu adalah satu ekspresi kasih saya terhadapnya. Kasih di dalam saya ini diekspresikan dengan saya memberinya sebuah jam tangan. Kita dapat memakai hal ini untuk menggambarkan kasih Allah dan kasih karunia Kristus. Kasih adalah dengan Bapa sebagai sumbernya, dan kasih karunia adalah dengan Putra sebagai jalur, aliran, dan ekspresinya.

Persekutuan Roh Kudus adalah perkara komunikasi, transportasi, dan transmisi. Karena itu, kasih adalah sumbernya, kasih karunia adalah alirannya, dan persekutuan adalah transmisi dari aliran dengan sumbernya itu. Dengan cara inilah kita memiliki kasih, kasih karunia, dan persekutuan sebagai kenikmatan kita, dan kita mengambil bagian di dalamnya.

Dua Korintus 13:13 dengan jelas mengatakan bahwa kasih karunia berasal dari Kristus, kasih berasal dari Allah, dan persekutuan berasal dari Roh Kudus. Karena Kitab 2 Korintus menekankan kasih karunia, maka kasih karunia ini disebutkan lebih dulu dalam 13:13. Di tempat lainnya dalam kitab ini Paulus membicarakan tentang kasih karunia ini dengan tegas. Misalnya, dalam 2 Korintus 1:12 ia berkata, "Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan anugerah Allah." Kemudian dalam 2 Korintus 8:1-15 kita melihat kasih karunia dari empat kelompok, terutama, kasih karunia Kristus. Dalam 2 Korintus 8:9 Paulus berkata, "Karena kamu telah mengenal anugerah Tuhan kita Yesus Kristus bahwa sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." Kemudian dalam 2 Korintus 12:9 kita memiliki satu ayat yang paling terkenal tentang kasih karunia dalam seluruh Alkitab: "Tetapi jawab Tuhan kepadaku, 'Cukuplah anugerah-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.'"

Kasih karunia yang disajikan dalam 2 Korintus sebenarnya adalah Allah Tritunggal yang terwujud dalam Putra dan ditransmisikan ke dalam diri kita melalui Roh itu bagi kenikmatan kita. Maka, kasih karunia adalah Allah Tritunggal sebagai hayat, suplai hayat, dan kenikmatan kita. Kasih karunia ini adalah hasil dari kasih Bapa dan ditransmisikan ke dalam diri kita oleh Roh itu. Karena itu, kita memiliki kasih karunia Kristus, kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus -- yaitu kenikmatan yang penuh akan Allah Tritunggal.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 58

10 April 2012

2 Korintus - Minggu 29 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:11-13


Dalam ayat 11 Paulus juga menasihati orang-orang Korintus untuk sehati sepikir. Sehati sepikir haruslah menjadi faktor utama bagi orang-orang Korintus yang telah dipalingkan dan diselewengkan supaya mereka dapat disempurnakan, dibetulkan, diatur, dan dipulihkan. Dalam Surat Kirimannya yang pertama (1 Kor. 1:10), Paulus telah menasihati mereka supaya mereka sehati sepikir. Kaum beriman di Korintus telah terpecah-belah, terbagi-bagi secara keseluruhan. Mereka memerlukan perbaikan, agar dengan indah sempurna bersatu kembali, sehingga di dalam keharmonisan memiliki satu pikiran, dan satu opini.

Dalam 2 Korintus 13:11 Paulus juga menasihati orang-orang Korintus agar mereka hidup dalam damai sejahtera. Ini berarti berada dalam damai sejahtera satu dengan yang lain, dan mungkin juga dengan Allah. Paulus tahu bahwa ada perselisihan dan persaingan di antara orang-orang Korintus. Ini menunjukkan bahwa di antara kaum beriman di Korintus tidak ada damai sejahtera. Di sini dalam 2 Korintus 13:11 Paulus mendorong mereka agar mereka berada dalam damai sejahtera.

Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang bersukacita dan juga kehidupan damai sejahtera. Maka, berselisih dengan orang lain atau bersaing dengan mereka itu bertentangan dengan prinsip dasar kehidupan orang Kristen. Perselisihan dan persaingan adalah ciri-ciri dari kehidupan manusia yang telah jatuh. Dunia pada hari ini penuh dengan perselisihan dan persaingan. Dalam setiap aspek dari masyarakat manusia, persaingan dan peperangan itu sudah biasa. Kehidupan orang Kristen mutlak berbeda dengan hal ini. Sebagai umat surgawi, kita harus selalu berada dalam damai sejahtera satu sama lain.

Menurut perkataan Paulus dalam ayat 11, jika kita bersukacita, disempurnakan, dihibur, sehati sepikir, dan berada dalam damai sejahtera, maka Allah sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kita. Orang-orang Korintus kekurangan kasih (1 Kor. 8:1; 13:1-3, 13; 14:1) dan damai sejahtera karena mereka diganggu oleh pengajaran-pengajaran yang menyesatkan dan konsep-konsep yang menipu. Karena itu, rasul berharap agar Allah sumber kasih dan damai sejahtera menyertai mereka sehingga mereka dibetulkan dan disempurnakan. Mereka perlu dipenuhi dengan kasih dan damai sejahtera dari Allah, sehingga mereka dapat hidup menurut kasih (Rm. 14:15; Ef. 5:2) dan memiliki damai satu dengan yang lain (Rm. 14:19; Ibr. 12:14).

Sebenarnya, kasih adalah faktor pendorong bersukacita. Jika kita kekurangan kasih, maka kita tidak akan memiliki kegembiraan apa pun, dan kita tidak akan dapat bersukacita. Anda mungkin berusaha bersukacita ketika ada kebencian dalam hati Anda, tetapi hal itu tidak akan berhasil. Demikian juga, kita tidak dapat bersukacita bila kita penuh dengan iri hati. Seorang yang bersukacita adalah seorang yang penuh dengan kasih, kebaikan, dan damai sejahtera.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 58

09 April 2012

2 Korintus - Minggu 29 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:11-13


Menurut Perjanjian Baru, kehidupan orang Kristen haruslah menjadi kehidupan yang bersukacita. Jika kehidupan Anda bukan kehidupan yang bersukacita, maka kehidupan kristiani Anda itu tidak normal. Bersukacita itu lebih daripada sekadar gembira. Mungkin saja kita bergembira tetapi tidak bersukacita. Kegembiraan adalah sesuatu yang di dalam, sedangkan sukacita berarti kegembiraan yang di dalam kita itu meluap keluar. Saya percaya Paulus akan mengatakan bahwa untuk bersukacita kita harus bersuara; yaitu, kita perlu memperdengarkan kegembiraan kita dengan mengeluarkan suara. Maka, memperdengarkan kegembiraan kita adalah bersukacita. Kita harus bersukacita baik dengan menyanyi, memuji, bersorak, atau berseru kepada Tuhan. Karena itu, bersukacita adalah memperdengarkan kegembiraan di dalam batin kita, yaitu menyuarakannya. Sukacita ini adalah satu ciri penting dari kehidupan kristiani kita. Jika kehidupan kristiani kita normal, kehidupan ini akan menjadi satu kehidupan yang bersukacita.

Disempurnakan berarti dipulihkan, ditambal, diperbaiki, dan dibetulkan. Ini berarti dibawa kembali kepada posisi yang benar dan dipulihkan kepada rel yang benar supaya kita dapat dibangun bersama orang lain dalam Tubuh. Kitab 1 dan 2 Korintus adalah kitab-kitab penyempurnaan. Sasaran unik dari kedua Surat Kiriman ini adalah menyempurnakan kaum saleh di Korintus yang telah dirusak, diselewengkan, dan yang telah terpecah belah. Kaum beriman di sana telah rusak dan situasi di antara mereka tidak sehat. Karena itu, kedua kitab ini ditulis untuk melaksanakan tugas yang diperlukan guna menyempurnakan kaum beriman, membawa mereka kembali kepada satu keadaan yang sehat yang penuh dengan hayat, membina mereka, dan memperlengkapi mereka bagi pembangunan Tubuh. Semua itu tercakup dalam nasihat Paulus "usahakanlah dirimu supaya sempurna".

Allah sedang menunggu untuk menyempurnakan kita, namun kita harus mengambil inisiatif untuk disempurnakan. Selain itu, rasul juga dipakai untuk menyempurnakan orang-orang Korintus. Ini berarti pekerjaan menyempurnakan ini sedang dilaksanakan. Tetapi orang-orang Korintus masih perlu disempurnakan. Kita boleh menyamakan Paulus dengan seorang dokter dan bahwa ia siap memberikan obat kepada kaum beriman, tetapi kaum beriman perlu mengambil inisiatif untuk menerima obat itu. Dokternya sudah ada dan obatnya telah siap, tetapi kunci yang penting adalah ini: Apakah orang-orang Korintus mau mengambil obat itu dan disembuhkan? Inilah sebabnya Paulus mendorong mereka untuk disempurnakan.

Jika kita mempelajari seluruh Kitab 2 Korintus, kita akan memahami bahwa dalam Surat Kiriman ini, penghiburan adalah satu perkara yang penting. Karena alasan ini, maka perkataan Paulus "terhiburlah" dalam 13:11 ini sangatlah bermakna. Terhibur itu berarti pertama-tama kita dihibur, lalu tenang, dan kemudian dipuaskan, dikuatkan, dan diteguhkan. Hasil dari semuanya ini adalah kita terhibur. Kita tidak tawar hati dan tidak patah semangat. Di sini Paulus seolah-olah berkata, "Kaum beriman di Korintus, pekerjaan penyempurnaan yang telah kulakukan kepadamu itu tidak seharusnya membuat kamu sedih. Sebaliknya kamu harus senang dan gembira, bahkan bersorak bersukacita. Selain itu, kamu perlu dihibur. Orang-orang Korintus, janganlah tawar hati."


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 58

07 April 2012

2 Korintus - Minggu 28 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:1-10


Ayat 10 menunjukkan bahwa Paulus tidak bertindak keras menurut kuasa. Ia bahkan tidak mengakui bahwa ia mempertahankan dirinya atau membela dirinya. Memang, ada petunjuk dalam pasal-pasal ini bahwa Paulus adalah seorang rasul. Namun, ia tidak mengukuhi kerasulannya dalam hubungannya dengan orang-orang Korintus. Lalu, apa yang telah dilakukannya dalam pasal 10 sampai pasal 13 ini? Ia telah berusaha menyempurnakan kaum beriman dan membangun mereka. Dalam pasal-pasal ini Paulus tidak membela dirinya; sebaliknya ia menyempurnakan kaum saleh. Ia tidak membela pendiriannya sebagai seorang rasul atau pun membela kuasa kerasulannya; sebaliknya ia menyempurnakan kaum saleh. Dengan kata lain, menurut ministri Paulus yang sebenarnya, di sini ia sedang bekerja untuk sepenuhnya mendamaikan kaum beriman Korintus yang telah diselewengkan kembali kepada Allah. Selama hubungan mereka dengan orang-orang yang meministrikan Kristus ke dalam mereka belum dibenahi atau dibetulkan, maka orang-orang Korintus itu tetap jauh dari Allah. Mereka tetap berada dalam keadaan yang terpisah dari kenikmatan yang penuh akan Allah. Apa yang Paulus lakukan di sini adalah berusaha menyingkirkan pemisah yang terakhir di antara kaum beriman dengan Allah dan membawa mereka sepenuhnya kembali ke dalam Allah, supaya mereka dapat memiliki kenikmatan yang penuh akan Dia.

Kita telah melihat bahwa Rasul Paulus adalah teladan kaum beriman. Dalam pasal 12 ia memberi tahu kita bagaimana ia menikmati Kristus sampai pada puncaknya sebagai kasih karunianya yang cukup, sebagai kuasanya, dan sebagai kemah yang menaunginya. Ketika Paulus menulis Surat Kiriman ini kepada orang-orang Korintus, kebanyakan dari mereka itu belum masuk ke dalam kenikmatan akan Kristus yang sedemikian. Maka, dalam bagian yang terakhir dari pasal 12 dan bagian yang pertama dari pasal 13, Paulus berusaha membawa kaum beriman masuk ke dalam kenikmatan akan Kristus sebagai kasih karunia mereka yang cukup, sebagai kekuatan mereka setiap hari, dan sebagai tempat kediaman yang menaungi mereka. Paulus tidak bermaksud menyatakan kuasa kerasulannya, menggunakan kuasa kerasulannya, atau membela pendirian kerasulannya.

Ketika Paulus memakai istilah rasul, ia mengartikan istilah ini pada satu hal, tetapi ketika orang-orang Kristen pada hari ini memakai istilah ini, pengertian mereka lain lagi. Istilahnya sama, tetapi kamusnya atau kosa katanya berbeda. Ketika Paulus menyebut dirinya sebagai seorang rasul, ia mengartikannya sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk menyuplaikan Kristus ke dalam orang-orang dosa, supaya mereka dapat menjadi putra-putra Allah dan menjadi anggota-anggota Kristus, kemudian dididik supaya bertumbuh dan menjadi Tubuh Kristus. Inilah pemahaman Paulus tentang hakiki seorang rasul. Paulus tidak memakai kata ini dengan satu arti bahwa rasul adalah orang yang berkuasa dan diberi wewenang oleh Kristus untuk mengendalikan dan mengatur. Tidak, dalam diri Paulus tidak ada konsepsi kerasulan semacam itu. Konsepsi semacam itu benar-benar tercela. Namun, hari ini ketika orang-orang memakai kata rasul, dalam pemikiran mereka orang ini seperti paus atau sedikitnya uskup agung. Bahkan ada yang memiliki konsepsi bahwa kata rasul sama dengan kata penatua. Maka, mereka memberikan arti lain yang tidak menyenangkan dan yang menjemukan terhadap kata-kata rasul dan penatua. Pemahaman kita terhadap istilah-istilah ini haruslah alkitabiah, yaitu, menurut firman Allah yang murni, bukan menurut tradisi agama.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 57

06 April 2012

2 Korintus - Minggu 28 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:1-4


Dalam ayat 4 Paulus berkata, "Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah. Memang kami lemah di dalam Dia, tetapi kami akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah." Kelemahan dalam ayat ini adalah kelemahan-kelemahan tubuh, sama seperti dalam 2 Korintus 10:10. Bagi diri-Nya sendiri, Kristus sama sekali tidak perlu lemah, tetapi untuk merampungkan penebusan bagi kita, Dia rela menjadi lemah di dalam tubuh-Nya supaya Dia dapat disalibkan. Namun, setelah bangkit, Dia sekarang hidup berdasarkan kuasa Allah. Dalam ayat 4 Paulus mengatakan bahwa para rasul lemah di dalam Kristus, tetapi hidup bersama Dia untuk kaum beriman karena kuasa Allah. Para rasul mengikuti teladan Kristus, rela menjadi lemah di dalam kesatuan yang organik dengan-Nya, supaya mereka dapat menempuh hidup tersalib bersama Dia. Karena itu, mereka pasti hidup bersama Kristus berdasarkan kuasa Allah terhadap kaum beriman. Kelihatannya, mereka lemah terhadap kaum beriman, sebenarnya mereka penuh kuasa.

Jika Kristus tidak lemah, Dia tidak akan dapat ditangkap, apalagi dipaku di atas salib. Hanya orang yang lemah yang dapat disalibkan. Bagi penggenapan penebusan, Kristus sengaja menjadi lemah, begitu lemahnya sehingga Ia dapat ditangkap dan disalibkan. Tetapi sekarang penebusan itu telah digenapkan dan Kristus telah bangkit, maka Dia tidak lemah lagi.

Dalam ayat 4 Paulus menunjukkan kepada orang-orang Korintus bahwa para rasul lemah di dalam Kristus. Mereka menjadi lemah melalui kesatuan yang organik, yaitu menjadi satu dengan Kristus. Tujuan kelemahan mereka yang demikian adalah untuk membangun gereja. Ketika para rasul datang ke Korintus, mereka tidak datang dengan penuh kekuatan, melainkan dengan kelemahan, untuk menyalurkan Kristus ke dalam orang-orang Korintus dan untuk membina mereka, memperlengkapi mereka, supaya mereka dapat dibangunkan menjadi Tubuh Kristus. Sebenarnya, para rasul itu tidak lemah. Tetapi mereka rela menjadi lemah dan, menurut ayat 4 ini, mereka senantiasa lemah di dalam Kristus.

Frase "di dalam Dia" dalam ayat 4 ini sangat penting. Mungkin Anda belum pernah mendengar bahwa kita dapat menjadi lemah di dalam Kristus. Konsepsi kita adalah bahwa berada di dalam Kristus itu pasti kuat, bukan lemah. Meskipun demikian, dalam ayat ini Paulus mengatakan bahwa kita lemah di dalam Dia. Mengapa kita lemah di dalam Dia? Kita lemah di dalam Dia adalah untuk menempuh kehidupan yang tersalib.

Dalam ayat 4 ini Paulus bukan hanya mengatakan bahwa para rasul itu lemah di dalam Kristus, tetapi juga mengatakan bahwa mereka hidup bersama Kristus oleh kuasa Allah terhadap kaum beriman. Kita tidak dapat memahami sepenuhnya apa yang Paulus maksudkan. Pemahaman saya adalah bahwa sewaktu akan datang ke Korintus untuk kali ketiga, Paulus memberi tahu mereka bahwa ia tidak akan bersikap lunak lagi terhadap mereka. Sebaliknya, ia akan menanggulangi dengan penuh kuasa.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 57

05 April 2012

2 Korintus - Minggu 28 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 12:19—13:10


Ayat 20 mengatakan, "Sebab aku khawatir bahwa apabila aku datang aku mendapati kamu tidak seperti yang kuinginkan dan kamu mendapati aku tidak seperti yang kamu inginkan. Aku khawatir akan adanya perselisihan, iri hati, kemarahan, kepentingan diri sendiri, fitnah, pergunjingan, keangkuhan, dan kerusuhan." Kedambaan Paulus terhadap orang-orang Korintus adalah supaya mereka dapat berada di dalam Kristus, memperhidupkan Kristus, dan dibangunkan menjadi Tubuh. Namun, Paulus takut apabila ia datang kepada mereka, ia mendapati mereka tidak seperti yang diinginkannya. Selain itu, ia menyadari bahwa orang-orang Korintus mungkin akan mendapatinya tidak seperti yang mereka inginkan, karena itu Paulus perlu berani terhadap mereka dan mendisiplin mereka. Maka, seolah-olah Paulus itu tidak lembut, tidak mengasihi mereka.

Dalam ayat ini maksud perkataan Paulus kepada orang-orang Korintus ialah: "Jika kamu adalah orang-orang yang demikian, aku akan merasa berhutang saat aku datang kepada kamu lagi. Aku telah melayani kamu, menyuplai kamu, aku juga telah menulis satu Surat Kiriman kepadamu. Jika aku menemukan bahwa kamu penuh dengan perselisihan, iri hati, kemarahan, kepentingan diri sendiri, fitnah, pergunjingan, keangkuhan, dan kerusuhan, maka aku akan dipermalukan. Allah akan merendahkan aku, dan aku harus memohon belas kasihan-Nya karena hasil dari ministriku yang kasihan ini. Sungguh satu hal yang memalukan bagiku jika hal-hal ini masih ada di antara kamu apabila aku datang."

Dalam ayat 20 dan 21 Paulus menyinggung 11 hal negatif: perselisihan, iri hati, kemarahan, kepentingan diri sendiri, fitnah, pergunjingan, keangkuhan, kerusuhan, kecemaran, percabulan, dan hal-hal yang tidak senonoh. Beberapa orang mungkin membayangkan bagaimana mungkin hal-hal itu ada dalam kehidupan gereja. Oh, kita perlu bangun dan tidak bermimpi mengenai perkara-perkara ini. Selain itu, kita perlu melihat situasi kita sendiri. Tidak pernahkah Anda memfitnah atau mengkritik? Mungkin ketika seseorang berdiri dalam sidang, Anda diam-diam berkata kepada diri Anda sendiri, "Wah dia lagi." Bukankah ini juga merupakan satu pergunjingan? Apakah Anda memiliki perselisihan, iri hati, kemarahan, atau persaingan? Dapatkah Anda mengatakan bahwa dalam kehidupan gereja Anda tidak bersaing dengan orang lain? Butir-butir yang disinggung dalam ayat 20 ini mungkin merupakan dosa-dosa yang agak sopan, tidak seperti dosa-dosa yang kotor. Orang-orang yang lebih berbudaya akan mengkritik orang lain di belakang mereka. Orang-orang yang berbudaya dan berbudi luhur tidak akan mengkritik orang lain dengan kasar. Sebaliknya, mereka mungkin akan bergunjing tentang orang lain dan mengatakan fitnah. Selain itu, kita perlu memeriksa apakah kita angkuh atau tidak. Di dalam kita, mungkin ada satu roh yang angkuh, dan kita mungkin memamerkan hal ini secara lahiriah dalam sikap kita. Sekalipun Anda mungkin terdidik, berbudi luhur, dan berbudaya, Anda tidak dapat menyembunyikan sikap Anda yang sombong. Selain dosa-dosa yang lebih halus dalam ayat 20 ini, Paulus menyebutkan tiga dosa yang kotor dalam ayat 21. Semua dosa yang demikian ini mungkin saja menyusup masuk ke dalam kehidupan gereja. Inilah asalan Paulus mengatakan bahwa ia khawatir datang ke Korintus dan melihat hal-hal itu masih ada di antara kaum beriman. Itu akan menjadi satu hal yang memalukan bagi Paulus dan bagi ministrinya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 57

04 April 2012

2 Korintus - Minggu 28 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 12:11-18


Ayat 14 mengatakan, "Sesungguhnya sekarang sudah untuk ketiga kalinya aku siap untuk mengunjungi kamu, dan aku tidak akan merupakan suatu beban bagi kamu. Sebab bukan hartamu yang kucari, melainkan kamu sendiri. Karena bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta untuk orang tuanya, melainkan orang tualah untuk anak-anaknya." Kita semua perlu sangat terkesan dengan perkataan ini dan mengingatnya. Bila kita bekerja bagi Tuhan, kita tidak boleh mencari harta orang -- kita harus mencari orang itu. Ini berarti kita tidak mencari uang orang atau menginginkan uang mereka. Paulus dapat dengan berani mengatakan kepada orang-orang Korintus, "Aku mencari kamu sendiri dan aku menginginkan kamu. Aku tidak mencari hartamu -- kekayaanmu, harta bendamu, dan materimu. Aku mencari kamu."

Dalam ayat-ayat ini kita tidak memiliki doktrin, tetapi kita memiliki beberapa perkara yang sangat riil. Dalam ayat 14 Paulus mengatakan bahwa bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta untuk orang tuanya, melainkan orang tualah yang mengumpulkan untuk anak-anaknya. Di sini kita sekali lagi melihat bahwa Paulus itu terus terang dan jujur. Ia tidak akan mengabaikan pendiriannya dalam hubungannya dengan orang-orang Korintus. Dalam ayat ini Paulus seolah-olah memberi tahu mereka, "Hai orang-orang Korintus, kamu tidak dapat menyangkal bahwa aku adalah bapa rohanimu. Aku melahirkan kamu dalam Kristus melalui Injil, dan aku telah membesarkan kamu sebagai anak-anakku. Sebagai orang tuamu, aku tidak mencari hartamu. Sungguh memalukan bila orang tua menuntut uang dari anak-anaknya. Bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta bagi orang tuanya, melainkan orang tualah yang mengumpulkan bagi anak-anaknya. Orang-orang Korintus, aku tidak ingin menerima apa-apa dari kamu -- aku ingin memberi kamu."

Dalam ayat 15 Paulus mengatakan bahwa ia rela berkorban, sekalipun dengan sangat mengasihi kaum beriman sedang ia sendiri kurang dikasihi. Paulus tetap rela berkorban bagi orang-orang Korintus sekalipun ia sangat mengasihi mereka tetapi mereka kurang mengasihinya. Paulus tidak mempedulikan keadaan mereka. Keadaan mereka tidak dapat mengubah sikapnya terhadap mereka. Di sini Paulus seolah-olah berkata, "Tidak peduli bagaimana sikapmu terhadapku, aku tetap mengasihi kamu, dan aku suka mengorbankan apa yang kumiliki dan apa adanya aku bagimu."

Kita dapat belajar dari pengalaman Paulus bahwa sekalipun kaum saleh itu mungkin saja jujur, tetapi Iblis sedang mengendap-endap di antara mereka. Iblis memakai uang untuk merusak hubungan di antara orang-orang yang meministrikan dengan kaum saleh. Di antara orang-orang Korintus yang diselewengkan itu, ada beberapa orang yang mengkritik Paulus, menganggapnya licik dalam perkara keuangan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 56

03 April 2012

2 Korintus - Minggu 28 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 12:11-18


Dalam ayat 12 Paulus selanjutnya mengatakan, "Tanda-tanda seorang rasul telah diperlihatkan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran melalui tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa." Tanda-tanda ini adalah mujizat-mujizat yang terbukti, yang menjadi jaminan terhadap kerasulan. Mujizat-mujizat adalah perbuatan ajaib yang mengherankan dan menggugah orang, dan kuasa-kuasa adalah mujizat-mujizat yang menampilkan kuasa Allah.

Mengenai tanda-tanda rasul ini, hal pertama yang disinggung oleh Paulus adalah "segala kesabaran". Ini menunjukkan bahwa kesabaran adalah tanda yang pertama dari seorang rasul. Dalam hubungannya dengan orang-orang Korintus, Paulus sabar terhadap segala fitnahan. Beberapa orang dari antara mereka dengan keterlaluan mengatakan bahwa Paulus licik dan menjerat mereka dengan tipu daya untuk mengambil keuntungan. Paulus memakai kata "tipu daya" dalam ayat 16. Dalam satu catatan tentang ayat ini dalam New Translation-nya, Darby mengatakan, "Rasul tidak mengatakan bahwa ia melakukan tipu daya; tetapi menjawab tuduhan bahwa ia berpura-pura tidak mengambil apa-apa, tetapi tahu cara menutupi dirinya dengan memakai Titus untuk menerima uang dari mereka. Tuduhan itu keliru, seperti yang ditunjukkannya lebih lanjut." Orang-orang Korintus mengatakan bahwa Paulus tidak mau datang sendiri ke Korintus untuk mengumpulkan uang. Karena itu, ia mengutus Titus untuk melakukan hal ini baginya dan memakai Titus untuk menutupi dirinya sendiri. Sulit dipercaya bahwa orang-orang Korintus tertentu akan memfitnah Paulus sampai sedemikian rupa. Sekarang kita dapat memahami mengapa Paulus menekankan perkara kesabaran ini.

Dalam ayat 13 Paulus melanjutkan, "Sebab dalam hal mana kamu dibelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi beban kepada kamu? Maafkanlah ketidakadilanku ini!" Dalam ayat ini Paulus seolah-olah berkata, "Dalam perkara menerima karunia-karunia, kasih karunia, dan berkat Allah, kamu orang-orang Korintus, tidak lebih rendah daripada gereja-gereja lainnya. Aku tidak melahirkan kamu dalam Kristus, dan aku berusaha sebisanya untuk membesarkan kamu sebagai satu gereja yang tidak kekurangan apa pun. Aku tidak membelakangkan kamu daripada gereja lainnya. Aku berusaha sebisanya melahirkan kamu dalam Kristus, membesarkan kamu sebagai satu gereja, dan membangun kamu. Mengenai keselamatan dan berkat Allah, kasih karunia ilahi, dan karunia-karunia rohani, kamu tidak lebih rendah daripada gereja lainnya. Lalu, dengan cara bagaimanakah, kamu diperlakukan lebih rendah? Hanya dalam hal aku tidak menjadi satu beban bagi kamu. Aku tidak membebani kamu. Maafkanlah ketidakadilanku ini!" Kalau Paulus terpaksa berbicara seperti ini, orang-orang Korintus seharusnya merasa malu. Satu-satunya kegagalan Paulus terhadap mereka adalah membuat dirinya menjadi beban bagi mereka. Di tempat lainnya Paulus bahkan mengatakan bahwa ia menerima tunjangan dari gereja-gereja lainnya untuk bekerja di antara orang-orang Korintus. Meskipun Paulus bekerja bagi orang-orang Korintus, tetapi mereka tidak memberikan apa-apa kepadanya. Maka, satu-satunya ketidakadilan Paulus terhadap mereka adalah tidak menaruh beban apa pun atas mereka. Ayat 13 ini adalah perkataan yang tidak menyenangkan, tetapi Paulus berani mengatakannya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 56

02 April 2012

2 Korintus - Minggu 28 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 12:11-18


Apa yang telah dikatakan Paulus dalam 2 Korintus 12:11-18 telah diabaikan oleh kebanyakan pekerja Kristen pada hari ini. Semua orang saleh dalam pemulihan Tuhan perlu memahami apa yang diwahyukan ayat-ayat ini, karena ayat-ayat ini diterapkan kepada kita semua, bukan hanya kepada penatua atau sekerja. Kita tidak boleh mengira bahwa apa yang dibicarakan Paulus di sini tidak ada hubungannya dengan kita. Apa adanya Paulus, apa yang dilakukannya, dan bagaimana ia bertindak itu adalah teladan bagi semua orang beriman, bukan hanya teladan bagi orang-orang yang memimpin. Perjanjian Baru mewahyukan bahwa semua orang beriman dalam Kristus harus seperti Paulus, yang menempuh satu kehidupan bagi pembangunan Tubuh Kristus. Hal ini diwahyukan dengan penekanan, tegas, dan mutlak dalam kitab Efesus. Menurut Efesus, setiap bagian Tubuh harus menempuh satu kehidupan bagi pembangunan Tubuh itu.

Dalam ayat 11 Paulus mengatakan, "Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikit pun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu." Di sini Paulus mengatakan bahwa orang-orang Korintus memaksa Paulus menjadi bodoh. Mereka harus bertanggung jawab atas hal ini. Mereka seharusnya memuji Paulus, tetapi mereka telah diselewengkan, tidak memuji Paulus. Sikap membisu mereka itu salah. Mereka seharusnya melakukan sesuatu untuk memuji Paulus, karena tidaklah tepat jika Paulus berbicara mengenai dirinya sendiri.

Kita harus belajar dari ayat ini bahwa ada saatnya di mana kita perlu mengatakan sesuatu untuk para penatua atau orang-orang dalam ministri ini. Jika seorang saudara menjadi sasaran penyerangan atau penentangan, mungkin ia tidak dapat mengatakan sesuatu untuk membela dirinya sendiri. Dalam situasi yang demikian, kita perlu angkat suara dan memuji dia. Misalnya, bertahun-tahun yang lalu ketika Saudara Watchman Nee menjadi sasaran, saya melakukan sesuatu untuk membelanya. Orang-orang muda khususnya perlu belajar memuji seseorang dalam situasi seperti itu. Mereka harus berani berbicara. Mereka tidak boleh diam saja, dan mereka juga tidak boleh bersembunyi.

Dalam ayat 11 Paulus dipaksa untuk menunjukkan kepada orang-orang Korintus bahwa ia tidak kalah dengan rasul-rasul yang luar biasa itu. Sungguh tidak menyenangkan bagi Paulus untuk mengatakan hal ini untuk dirinya sendiri. Karena ia adalah sasaran penentangan itu, maka perkataan semacam ini tidak perlu diucapkan olehnya. Orang-orang di Korintuslah yang seharusnya mengatakannya bagi Paulus. Mereka seharusnya menyatakan, "Kalian penganut agama Yahudi harus sadar bahwa Paulus tidak lebih rendah daripada kalian dalam hal apa pun."

Dalam ayat 11 Paulus mengatakan bahwa ia tidak kalah dengan rasul-rasul yang luar biasa itu, sekalipun ia bukan apa-apa. Tentu saja, tidak benar bahwa Paulus itu bukan apa-apa. Ia benar-benar memiliki sesuatu. Namun, ia tidak dapat berkata demikian tentang dirinya. Maka, ia terpaksa mengatakan bahwa sekalipun ia bukan apa-apa, ia tidak kalah dengan para penganut agama Yahudi itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 56