Hitstat

07 April 2012

2 Korintus - Minggu 28 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:1-10


Ayat 10 menunjukkan bahwa Paulus tidak bertindak keras menurut kuasa. Ia bahkan tidak mengakui bahwa ia mempertahankan dirinya atau membela dirinya. Memang, ada petunjuk dalam pasal-pasal ini bahwa Paulus adalah seorang rasul. Namun, ia tidak mengukuhi kerasulannya dalam hubungannya dengan orang-orang Korintus. Lalu, apa yang telah dilakukannya dalam pasal 10 sampai pasal 13 ini? Ia telah berusaha menyempurnakan kaum beriman dan membangun mereka. Dalam pasal-pasal ini Paulus tidak membela dirinya; sebaliknya ia menyempurnakan kaum saleh. Ia tidak membela pendiriannya sebagai seorang rasul atau pun membela kuasa kerasulannya; sebaliknya ia menyempurnakan kaum saleh. Dengan kata lain, menurut ministri Paulus yang sebenarnya, di sini ia sedang bekerja untuk sepenuhnya mendamaikan kaum beriman Korintus yang telah diselewengkan kembali kepada Allah. Selama hubungan mereka dengan orang-orang yang meministrikan Kristus ke dalam mereka belum dibenahi atau dibetulkan, maka orang-orang Korintus itu tetap jauh dari Allah. Mereka tetap berada dalam keadaan yang terpisah dari kenikmatan yang penuh akan Allah. Apa yang Paulus lakukan di sini adalah berusaha menyingkirkan pemisah yang terakhir di antara kaum beriman dengan Allah dan membawa mereka sepenuhnya kembali ke dalam Allah, supaya mereka dapat memiliki kenikmatan yang penuh akan Dia.

Kita telah melihat bahwa Rasul Paulus adalah teladan kaum beriman. Dalam pasal 12 ia memberi tahu kita bagaimana ia menikmati Kristus sampai pada puncaknya sebagai kasih karunianya yang cukup, sebagai kuasanya, dan sebagai kemah yang menaunginya. Ketika Paulus menulis Surat Kiriman ini kepada orang-orang Korintus, kebanyakan dari mereka itu belum masuk ke dalam kenikmatan akan Kristus yang sedemikian. Maka, dalam bagian yang terakhir dari pasal 12 dan bagian yang pertama dari pasal 13, Paulus berusaha membawa kaum beriman masuk ke dalam kenikmatan akan Kristus sebagai kasih karunia mereka yang cukup, sebagai kekuatan mereka setiap hari, dan sebagai tempat kediaman yang menaungi mereka. Paulus tidak bermaksud menyatakan kuasa kerasulannya, menggunakan kuasa kerasulannya, atau membela pendirian kerasulannya.

Ketika Paulus memakai istilah rasul, ia mengartikan istilah ini pada satu hal, tetapi ketika orang-orang Kristen pada hari ini memakai istilah ini, pengertian mereka lain lagi. Istilahnya sama, tetapi kamusnya atau kosa katanya berbeda. Ketika Paulus menyebut dirinya sebagai seorang rasul, ia mengartikannya sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk menyuplaikan Kristus ke dalam orang-orang dosa, supaya mereka dapat menjadi putra-putra Allah dan menjadi anggota-anggota Kristus, kemudian dididik supaya bertumbuh dan menjadi Tubuh Kristus. Inilah pemahaman Paulus tentang hakiki seorang rasul. Paulus tidak memakai kata ini dengan satu arti bahwa rasul adalah orang yang berkuasa dan diberi wewenang oleh Kristus untuk mengendalikan dan mengatur. Tidak, dalam diri Paulus tidak ada konsepsi kerasulan semacam itu. Konsepsi semacam itu benar-benar tercela. Namun, hari ini ketika orang-orang memakai kata rasul, dalam pemikiran mereka orang ini seperti paus atau sedikitnya uskup agung. Bahkan ada yang memiliki konsepsi bahwa kata rasul sama dengan kata penatua. Maka, mereka memberikan arti lain yang tidak menyenangkan dan yang menjemukan terhadap kata-kata rasul dan penatua. Pemahaman kita terhadap istilah-istilah ini haruslah alkitabiah, yaitu, menurut firman Allah yang murni, bukan menurut tradisi agama.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 57

No comments: