Hitstat

31 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 3 Senin

Injil Allah dalam Roma
Roma 1:1
Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 1:1; 2:16; 1:15;16:25

Dalam Roma 1:1 Paulus mengatakan bahwa sebagai hamba Kristus dan rasul yang terpanggil, ia “dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.” Injil Allah yang dimaksud Paulus di dalam kitab ini adalah adalah subyek dari surat kiriman ini. Seluruh kitab ini mewahyukan Injil Allah, kabar gembira Allah, dengan cara yang sangat menyeluruh. Inti berita dari kitab Roma ini adalah orang-orang yang penuh dosa, dan bersifat daging dijadikan putra-putra Allah dan diserupakan dengan gambar Putra Allah. Dengan cara inilah Kristus menjadi Putra Sulung di antara banyak saudara.
Jadi, butir inti Injil ini bukanlah pengampunan dosa. Intinya adalah menghasilkan putra-putra Allah, yaitu banyak saudara dari Putra Allah. Seseorang mungkin ramah dan rendah hati, namun tidak diserupakan dengan gambar Kristus. Orang lain dapat melihat keramahannya, tetapi bukan gambar Putra Allah. Injil yang Paulus proklamirkan di dalam Roma ini juga bukan hanya untuk orang-orang yang tidak percaya, melainkan juga untuk kaum beriman di dalam Tuhan (Rm. 1:15). Lebih jauh lagi, Paulus percaya bahwa Allah akan menguatkan orang-orang kudus-Nya menurut Injil-Nya: “bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan penyataan rahasia yang didiamkan berabad-abad lamanya” (Rm. 16:25). Bagi Paulus, pemberitaan Injil adalah satu ministri imamat, satu pelayanan imamat. Sebagai imam, kita semua harus melayani Allah di dalam Injil Putra-Nya.
Di Malaysia Timur, dahulu terdapat suku kanibal namun hari ini mereka dikuduskan, dijenuhi dan dipersembahkan kepada Allah. Tuhan ingin kita mengontaki semua jenis orang, entah mereka bertato, menindik tubuh, atau memiliki potongan rambut yang aneh. Kita memiliki Injil Allah yang penuh kuat kuasa (Rm. 1:16), kita tidak boleh berhenti setengah jalan dalam melayani mereka. Kita harus melayani dalam Injil Allah yang lengkap, sampai mereka menjadi bagian dalam Kristus yang korporat. Kita bisa mempersembahkan mereka sebagai satu korban yang hidup kepada Allah. Betapa ini ministri yang luar biasa!

Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma (Rm. 1:15)

30 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 2 Minggu

Pujian Penutup: Kemuliaan Bagi Dia!
Roma 16:25a, 27
Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu … bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, melalui Yesus Kristus: Segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.

Ayat Bacaan: Kol. 1:26-27; 2:2; Ef. 1:22-23; 3:4-6; 5:32

Dalam pasal 16, keperluan kita bukan lagi diselamatkan atau dikuduskan, melainkan dikuatkan. Karena segala sesuatu sudah dirampungkan, maka kita hanya perlu dikuatkan. Kaum beriman dewasa ini benar-benar perlu dibebaskan dari ajaran-ajaran dan praktek-praktek yang memecah belah, dan dikuatkan melalui Injil yang murni dan sempurna, melalui memberitakan dan melayankan Kristus yang hidup dan almuhit, dan melalui wahyu dari rahasia Allah. Rahasia yang tersembunyi berabad-abad lamanya ini ada dua aspek: yang kesatu, ialah rahasia Allah (Kol. 2:2) yaitu Kristus, yang ada di dalam kaum beriman (Kol. 1:26, 27), menjadi hayat dan segala sesuatu mereka, hingga mereka menjadi anggota Tubuh Kristus. Yang kedua, ialah rahasia Kristus (Ef. 3:4-6) yakni gereja, Tubuh-Nya yang mengekspresikan kelimpahan-Nya (Ef. 1:22-23). Karena itu, Kristus dan gereja adalah rahasia besar (Ef. 5:32). Hanya Injil yang murni, Kristus yang hidup, dan rahasia Allah yang diwahyukan, yang dapat menguatkan kita dan memelihara kita dalam keesaan bagi hidup gereja.
Dalam penutupnya, kitab ini memberikan kemuliaan kepada Allah yang penuh hikmat. Semua perkara yang dibahas dalam kitab ini, seperti bagaimana Allah memilih kita, membuat kita, orang-orang dosa menjadi anak-anak ilahi-Nya, menguduskan dan mengubah kita di dalam Kristus, membuat kita menjadi gereja-gereja lokal yang terwujud di berbagai tempat sebagai ekspresi Tubuh Kristus di bumi dalam zaman ini - semua perkara ini direncanakan, dikelola, dan dirampungkan dengan hikmat Allah, agar Dia, Allah Tritunggal yang kaya tak terbatas, dapat dimuliakan dengan sepenuhnya dan seutuhnya dan diekspresikan melalui kita yang sudah disempurnakan secara kekal oleh-Nya dan yang sudah menjadi Tubuh-Nya dan telah menjadi satu dengan Dia. Inilah yang patut kita hargai dan sembah! Betapa diberkati dan betapa mulianya, kita dapat mengambil bagian dalam hal ini! Hal ini patut kita nyanyikan dan puji selama-lamanya! Hal ini seharusnya menjadi pusat dan sasaran kehidupan kristiani kita dan kehidupan gereja kita. Semoga Allah memberkati secara demikian, setiap orang yang sudah dipilih dan disempurnakan oleh-Nya.

Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin. (Ef. 3:21)

29 January 2011

Roma Volume 6 - MInggu 2 Sabtu

Allah Menghancurkan Iblis
Roma 16:20
Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Anugerah Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!

Ayat Bacaan: Rm. 16:20

Penghancuran Iblis oleh Allah berhubungan dengan hidup gereja. Di ayat ini Allah berjanji bahwa Dia akan menghancurkan Iblis di bawah kaki orang-orang yang menempuh hidup gereja. Bila kita tidak berada dalam gereja, tidak menempuh hidup gereja, sukarlah bagi Allah untuk menghancurkan Iblis di bawah kaki kita. Hidup gereja merupakan senjata ampuh bagi Allah untuk menaklukkan Iblis. Bila kita memisahkan diri dari gereja, kita segera menjadi makanan Iblis, sebab kita sukar berperang melawan Iblis secara pribadi. Menanggulangi Iblis adalah perkara Tubuh, bukan perkara perorangan. Puji Tuhan, ketika kita berada dalam gereja dan bersatu dengan Tubuh, Iblis berada di bawah kaki kita, dan kita pun menikmati Allah sebagai Allah sumber damai sejahtera dalam hidup gereja.
Kemudian, rasul memberi berkatnya dengan mengatakan, “Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!”. Ini membuktikan bahwa kasih karunia Tuhan Yesus disalurkan kepada semua orang beriman dalam hidup gereja. Banyak orang beriman kehilangan kasih karunia ini, karena mereka terpisah dari hidup gereja. Kita semua dapat bersaksi, bila kita hidup dalam gereja dan melaksanakan kehidupan Tubuh bersama kaum beriman, kita akan menikmati kasih karunia Tuhan yang melimpah. Hidup gereja memungkinkan kita tidak hanya menghancurkan Iblis di bawah kaki kita, sehingga kita mengalami Allah sebagai sumber damai sejahtera, tetapi juga memungkinkan kita menikmati kasih karunia yang kaya dari Tuhan.
Saudara saudari, bila onggokan batu bara yang sedang membara diambil dan diserakkan di lantai. Apakah yang akan terjadi? Batu bara yang berse-rakan itu tentu akan menjadi batu bara yang dingin dan mati. Seringkali, Iblis mengambil kita dari tungku gereja, membujuk kita meninggalkan hidup gereja, sehingga kita tidak bisa membara. Bila kita tidak ingin dingin dan mati, kita harus sering menghadiri sidang gereja. Sidang gereja adalah tempat Allah memberi berkat, juga tempat manusia menerima anugerah, lebih-lebih adalah tempat kaum beriman memamerkan anugerah yang diterimanya untuk memuliakan Allah, memalukan Iblis, dan menyuplai orang lain.

Supaya melalui kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis yang berkuasa atas maut. (Ibr. 2:14b)

28 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 2 Jumat

Waspada terhadap Perpecahan
Roma 16:17
Tetapi aku menasihatkan kamu, Saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka yang menimbulkan perpecahan dan batu sandungan, bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima. Hindarilah mereka!

Ayat Bacaan: 2 Tes. 3:6, 14

Pada akhir Roma 16 Paulus juga membicarakan suatu hal yang bersifat negatif, ia dengan sangat tegas mengatakan bahwa kita harus menghindari orang-orang yang mengajarkan ajaran yang berbeda, yang membuat perpecahan, dan yang menyebabkan orang lain tersandung. Pada ayat 17 Paulus mengatakan, “pengajaran” yang telah kamu terima. Pengajaran apakah itu? Itulah pengajaran yang diberitakan rasul, seperti yang tercantum dalam seluruh surat Roma. Setiap ajaran yang bertentangan dengan ajaran rasul, akan menyebabkan perpecahan. Bahkan pada zaman Paulus sudah ada orang yang memberitakan ajaran-ajaran yang bertentangan, yang menimbulkan perpecahan. Kalau pada zaman Paulus kesukaran-kesukaran itu bisa menimpanya, apalagi pada zaman sekarang ini, sebab musuh kita luar biasa liciknya.
Ada empat macam orang yang tidak bisa kita toleransi: orang-orang yang memecah-belah, bergolong-golongan, menyembah berhala, atau masih hidup dalam dosa. Kita menerima siapa saja yang tidak termasuk dalam kategori ini karena kita tidak memecah-belah, tetapi kita tidak dapat pergi ke pertemuan-pertemuan mereka karena pertemuan-pertemuan mereka itu terpecah-belah. Dua Tesalonika 3:6 dan 14, prinsipnya sama dengan Roma 16:17. Paulus me-ngatakan bahwa beberapa orang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah diterima dari dia. Kita harus menandai orang-orang ini, menjauhkan diri dari mereka, dan tidak bergaul lagi dengan mereka. Jika tetap bergaul dengan mereka, berarti memperkuat roh mereka yang bersifat memecah-belah. Ini akan membantu mereka agar tidak menyebabkan lebih banyak perselisihan.
Hendaklah kita bertanya pada diri sendiri, apakah itu bertentangan dengan ajaran rasul? Apakah itu akan mengakibatkan perpecahan? Jangan mengira bahwa kita tidak mungkin tertipu. Kita wajib selalu waspada! Kita harus menjaga kemurnian kita di dalam persekutuan kita. Tujuannya adalah memelihara keesaan Tubuh Kristus, supaya kita dapat menempuh hidup gereja yang normal.

Seorang yang menyebabkan perpecahan, apabila sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. (Tit. 3:10)

27 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 2 Kamis

Salam dari Semua Gereja Kristus
Roma 16:16
Bersalam-salamlah kamu dengan ciuman kudus. Salam kepada kamu dari semua gereja Kristus (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm. 15:5, 13; 16:1-16, 20, 23, 24, 27; Kis. 18:18-19; 1 Kor. 16:19

Kata-kata salam Paulus yang tercatat pada pasal 16 mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang penting bagi hidup gereja yang normal. Hidup gereja mencakup lima aspek: 1) Melayani gereja; 2) Mempertaruhkan nyawa untuk gereja; 3) Gereja di rumah kita; 4) Tidak menganggap gereja menjadi milik orang tertentu, tetapi milik Kristus, dan 5) Memberi tumpangan dengan ramah kepada setiap warga gereja, dan menjadi tuan rumah bagi semua gereja.
Dalam gereja perlu “Febe”, orang yang melayani jemaat (gereja di Kengkrea), memberikan bantuan kepada banyak orang; yang mendampingi, melayani, merawat dan mengasuh; memperhatikan segala kebutuhan jemaat tanpa menghitung harga dan pengorbanan. Kedua perlu “Akwila dan Priskila”, orang yang mempertaruhkan nyawanya untuk gereja, membayar harga de-ngan sukarela, bukan untuk satu gereja, tetapi juga untuk semua gereja; orang yang mau membuka rumah mereka bagi saudara saudari, rumah sebagai tempat dimana saudara saudari bisa berhimpun bersama, menikmati Tuhan bersama-sama. Ketiga perlu “Gayus”, orang yang mau memberi tumpangan kepada seluruh jemaat. Rumahnya terbuka bagi kaum beriman, dan tersedia bagi kaum beriman. Hidup gereja yang sejati tergantung pada pemberian tum-pangan yang demikian. Bila suatu rumah terbuka untuk memberi tumpangan, niscayalah rumah itu akan dipenuhi berkat Kristus. Terpujilah Tuhan, semakin banyak kita memberi tumpangan kepada orang lain, kita akan semakin banyak mengalami hidup gereja. Hal ini sangat riil. Pada suatu malam ada orang yang tidak dikenal memasuki rumah seorang hamba Tuhan, Howard Higashi, dan tidur di sofanya. Kebanyakan orang pasti menyuruh untuk menelpon polisi, tetapi karena Howard mengasihi manusia, dia malah menyiapkan makan pagi untuk orang itu, lalu memberitakan injil padanya. Kemudian orang asing itu dibaptis di rumahnya. Bila Tuhan memberkati kita dengan sebuah rumah, kita perlu terbuka kepada Tuhan, agar Tuhan bisa memakai rumah kita bagi ke-perluan gereja-Nya. Seperti dalam sebuah kidung mengatakan: “Dunia bukan rumahku, tetapi gereja, hidup dan hartaku, semua untuk gereja...”

Supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan, sebagaimana seharusnya bagi orang-orang kudus, dan berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya. (Rm. 16:2a)

26 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 2 Rabu

Penuh Berkat Kristus
Roma 15:29
Dan aku tahu bahwa jika aku datang mengunjungi kamu, aku akan melakukannya dengan penuh berkat Kristus.

Ayat Bacaan: Rm. 11:36; 15:29; 16:25-27

Dari ayat ini kita nampak, betapa rindunya Paulus untuk datang ke tengah-tengah kaum beriman di Roma. Paulus pergi kepada orang-orang bukan Yahudi dengan membawa Kristus, lalu kembali kepada saudara-saudara Yahudi dengan membawa harta benda, dan ia pun berharap mengunjungi Roma dengan penuh berkat Kristus. Inilah hidup gereja. Hidup gereja penuh dengan Kristus, penuh dengan kasih dalam persekutuan harta benda, bahkan penuh dengan berkat Kristus. Kiranya Kristus dapat dilayankan kepada semua orang di mana saja, sehingga orang-orang akan menanggapi dengan ketulusan dan kasih dalam mempersembahkan harta benda mereka, serta saling berbagian dalam kenikmatan atas berkat Kristus yang melimpah. Jangan menjadi orang yang ke mana-mana hanya memberitakan kebenaran yang doktrinal. Ke mana saja kita pergi, kita wajib membawakan berkat Kristus yang melimpah. Tetapi kalau kita ingin membawakan berkat Kristus, kita sendiri harus terlebih dahulu mengalami berkat itu.
Paulus dapat membawakan berkat Kristus yang melimpah ke berbagai tempat, karena ia sendiri telah memiliki pengalaman yang melimpah ter-hadap berkat Kristus itu. Ketika kita mengunjungi gereja-gereja di mana saja, hendaklah kita membawa berkat Kristus yang melimpah, jangan membawa ajaran-ajaran maupun karunia-karunia. Kalau kita memiliki realitas Kristus, kita akan mencurahkan diri kita sebagai ekspresi kasih terhadap kaum beriman yang kekurangan. Paulus sangat berhikmat dengan memberikan sebuah lukisan tentang hidup gereja yang normal, yang dapat dialami, bukan yang teoritis. Pada diri Paulus kita nampak pengalaman atas segala kelimpahan Kristus. Tatkala ia datang dan membawakan berkat Kristus yang melimpah kepada orang-orang, itu berarti ia melayani mereka dengan menyuplaikan kelimpahan Kristus.
Semakin kita melayani dan menyembah Allah di dalam roh kita di dalam Injil Putra-Nya, semakin kita akan menikmati kepenuhan berkat Kristus, dan semakin kita akan mempersembahkan pujian kepada Allah (Rm. 15:29; 16:25-27). Kiranya Allah sumber damai sejahtera, menyertai kita sekalian! Amin!

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin. (Rm. 11:36)

25 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 2 Selasa

Persekutuan Kasih
Roma 15:26
Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem.

Ayat Bacaan: Rm. 15:25-28, 30,32; 2 Kor. 8:1-6, 13-15; 9:1-2; Kel. 16:18

Persekutuan dalam kasih yang dimaksud di sini adalah persekutuan di antara kaum beriman bukan Yahudi dengan kaum beriman Yahudi (15:25-28, 30, 32). Kaum beriman bukan Yahudi bersekutu dengan kaum beriman Yahudi melalui memberikan benda-benda material. Mereka menyumbangkan harta bendanya dengan sukarela untuk membantu keku-rangan kaum beriman Yahudi dalam Kristus, yang dulunya menjadi musuh mereka. Setelah kaum beriman bukan Yahudi itu bertobat, dilahirkan kembali, dikuduskan, dan diubah, hati mereka yang lama telah disingkirkan dan hati baru telah ditanamkan, yaitu sebuah hati yang peduli kepada kaum beriman Yahudi. Melalui menyumbangkan harta benda, mereka menyatakan kasih mereka secara riil. Paulus menggambarkan hidup gereja yang riil dengan pergi membawa Kristus, dan pulang dengan membawa harta benda.
Kata “sumbangan” pada ayat ini dalam kata Yunaninya sejenis dengan komunikasi. Komunikasi ini adalah satu aspek dari persekutuan di antara gereja-gereja, sebab ketika kita memiliki persekutuan kita memiliki komunikasi sampai puncaknya. Sumbangan di antara gereja-gereja adalah perkara kaum saleh memperhatikan satu sama lain melalui kasih karunia Allah yang diberikan kepada mereka (2 Kor. 8:1-6; 9:1-2). Kasih karunia ini adalah Allah Tritunggal menjadi hayat dan segala sesuatu kita. Melalui kasih karunia ini kaum beriman Makedonia mengalahkan perampasan kekayaan sementara dan tak menentu dan menjadi bermurah hati dalam melayani untuk keperluan kaum saleh.
Jika kita memberi melalui kasih karunia yang demikian, apa yang kita berikan akan menjadi kasih karunia bagi orang lain. Kita memberi hal-hal materi untuk membantu mereka, tetapi hal-hal materi ini mengiringi kasih karunia rohani. Ketika kita mensuplai keperluan kaum saleh dengan hal-hal materi dalam cara yang tepat, dalam roh dan dalam hayat, hayat dan roh pasti menyertai suplaian ini. Hasilnya, keperluan orang-orang disuplai bukan hanya dengan hal-hal materi tetapi juga dengan kekayaan hayat. Mereka yang telah menerima kemurahan Allah dengan hal-hal materi seharusnya setia untuk memakainya untuk memperhatikan keperluan kaum saleh.

...dan tidak seorang pun berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (Kis. 4:32)

24 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 2 Senin

Pelayan Kristus Yesus
Roma 15:16
Yaitu bahwa aku menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-angsa lain dalam pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa lain dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus.

Ayat Bacaan: Rm. 12:1-2; 15:16-24; Mat. 3:1-6; Kol. 1:28-29; Why. 1:5b-6; 5:9-10; I Ptr. 2:5, 9

Paulus adalah pelayan Kristus yang menyuplaikan Kristus kepada kaum beriman bukan Yahudi. Ia seolah-olah pelayan yang menyajikan makanan-makanan yang lezat. Ia membuat orang-orang bukan Yahudi itu mengalami pengubahan dengan esens Kristus yang almuhit dan ajaib. Paulus seperti seorang imam dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, ia mempersembahkan orang beriman bukan Yahudi yang telah kenyang memakan Kristus itu sebagai persembahan kepada Allah, sebagai persembahan yang harum, yang memuaskan hati Allah. Paulus adalah teladan imamat Injil. Ia memperhatikan kaum beriman baru di dalam Kristus sehingga mereka bisa bertumbuh oleh firman Allah dan karenanya buah Injil bisa tinggal.
Paulus mempersembahkan orang beriman bukan Yahudi sebagai persembahan yang harum kepada Allah. Dulu mereka tidak tahir dan najis, tetapi sekarang mereka disucikan dan menjadi persembahan yang diperkenan Allah. Mereka telah diubah dan diserupakan dengan gambar Allah, sehingga mereka sepenuhnya telah diperkenan Allah. Itulah hasil yang dicapai Paulus dalam melayankan Kristus kepada orang-orang bukan Yahudi. Tatkala Kristus digarapkan ke dalam mereka, menjadi unsur mereka, maka orang-orang bukan Yahudi menjadi persembahan yang korporat bagi Allah, persembahan yang dijenuhi Kristus dan diresapi oleh esens ilahi-Nya. Karena itu mereka dapat dipersembahkan kepada Allah, menjadi kepuasan Allah.
Dan hanya demi penyebarluasan Injil, barulah masalah persembahan orang bukan Yahudi itu dapat dilakukan (15:18-23). Saudara saudari, kita harus mempertinggi pemberitaan Injil kita. Penginjilan kita adalah penginjilan yang melayankan Kristus kepada setiap orang. Kita wajib melayankan Kristus kepada orang, agar mereka dikuduskan dan diubah dengan esens Kristus, sehingga menjadi persembahan bagi Allah. Kapan dan di mana saja gereja memberitakan Injil, kita harus melakukannya dengan keyakinan bahwa kita melayankan Kristus sebagai makanan kepada orang-orang dosa yang lapar. Kita harus melayankan Kristus kepada mereka, supaya Kristus di dalam mereka menjadi unsur pengudus untuk mengubah diri mereka.

Supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. (1 Ptr. 2:9)

23 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 1 Minggu

Seperti Kristus Menerima Kita
Roma 15:7
Sebab itu terimalah satu sama lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 14:3,9,15; 15:5,7; Yoh. 6:27

Roma 15:7 sejajar dengan Roma 14:3, membuktikan bahwa penerimaan Kristus adalah juga penerimaan Allah. Kristus menerima kita, sehingga Allah dipermuliakan. Maka penerimaan kita terhadap kaum beriman harus berdasarkan penerimaan Allah dan Kristus. Penerimaan kita tidak seharusnya menurut selera, opini atau tuntutan kita. Asalkan dia adalah orang kudus, asalkan Allah telah menerima dia, maka kita pun harus menerima dia. Allah menerima orang adalah berdasarkan Anak-Nya (Rm. 14:9,15; 15:5,7). Asalkan dia menerima anak-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya, tidak peduli semua konsepsi ajaran yang dipertahankannya, Allah menerimanya. Karena Allah menerima seseorang dengan cara demikian, maka kita harus menerima orang juga dengan cara seperti itu. Hal itu adalah untuk memuliakan Allah.
Penerimaan Allah berdasarkan penerimaan Kristus dan penerimaan Kristus adalah berdasarkan iman kita kepada-Nya. Siapa saja yang percaya dalam Dia, Ia akan menerimanya. Siapa saja yang menerima Dia, Dia tidak akan menolaknya. Yohanes 6:27 mengatakan, “Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.“ Datang kepada-Nya, percaya kepada-Nya, menerima-Nya, itulah satu-satunya syarat penerimaan bagi Kristus, maka kita pun wajib menerima orang berdasarkan itu pula. Bila kita mempunyai penerimaan yang tepat seperti itu, maka kita bisa memelihara kesatuan yang tepat. Jika tidak, kita berpeluang untuk membuat diri kita sendiri sebagai sekte dan mengakibatkan kekacauan yang merusak penghidupan gereja.
Di dalam gereja, seorang saudara mungkin memiliki watak tertentu yang menjengkelkan bagi kita. Tetapi kita perlu menyadari bahwa Bapa kita telah melahirkan dia dan telah menerima dia. Jika kita mengucilkan saudara itu, maka kita mengucilkan Bapa kita. Jadi, kita harus menerima berbagai macam orang beriman sejati, bukan menurut apa pun yang berasal dari diri kita sendiri, melainkan menurut Kristus. Kita harus menerima mereka karena mereka memiliki Kristus, Kristus ada di dalam mereka. Bila kita menerima kaum beriman secara demikian, kita akan memelihara keesaan Tubuh Kristus.

Sebab Allah telah menerima orang itu. (Rm. 14:3b)

22 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 1 Sabtu

Satu Hati dan Satu Suara
Roma 15:5-6
Semoga Allah, sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.

Ayat Bacaan: Flp. 2:5; Rm. 15:6

Dalam menerima kaum beriman yang lemah, kita harus sadar bahwa Allah kita adalah sumber ketekunan dan penghiburan. Allah dapat membuat kita bisa menerima kelemahan orang lain dengan segala kesabaran, dan terdorong (terhibur) dengan apa yang dapat dilakukan-Nya atas diri orang lain, oleh kasih karunia-Nya. Jika kita memperoleh penghiburan Allah yang demikian, kita pun dapat rukun (saling sepikir) sesuai dengan Kristus Yesus, bukan sesuai dengan yang lain. Jika kita semua berbuat menurut Kristus, kita pasti dapat saling sepikir. Tetapi, kalau pikiran kita menuruti ajaran-ajaran, konsepsi-konsepsi, karunia-karunia, praktek-praktek agamawi, atau perkara-perkara lain yang semacam itu, kita akan terpecah belah.
Kita harus mempunyai satu pikiran, yaitu pikiran yang sama. Jika kita mau mengerjakan sesuatu, mengikuti apa yang Tuhan telah kerjakan, perkara pertama yang harus kita kerjakan adalah memulihkan sehati sepikir. Tidak ada sehati sepikir berarti tidak bersyarat dalam pergerakan Tuhan. Kapan saja kita sehati, tentu dapat seragam dalam berkata-kata (1 Kor. 1:13). Barulah kita dapat dengan satu hati dan satu suara memuliakan Allah, Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
Di pelatihan kemiliteran, daya dobrak adalah semangatnya. Daya dobrak di militer adalah sehati sepikir. Inilah sebabnya komandan di militer tidak mengijinkan prajurit siapapun membawa pemikiran yang berbeda. Sama halnya dengan kita hari ini di dalam hidup gereja. Yang kita perlukan adalah memulihkan sehati sepikir. Bagaimana supaya bisa sehati? Apakah harus mengganti hati kita supaya sama dengan hati orang lain, atau mengganti hati orang lain supaya sama dengan hati kita? Kalau masih dua orang saja mudah melaksanakannya, tetapi bagaimana kalau ada tiga orang, atau seribu orang? Pasti akan sangat sulit. Saudara saudari, kita perlu sehati, dengan jalan “Menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp. 2:5). Surat Filipi memberitahu kita, perkara ini dimulai dari roh kita (Flp. 1:27). Ketika kita sepakat berdoa bagi orang-orang berdosa, doa kita sama seperti musik yang indah yang berkenan didengar oleh Allah di surga.

Sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. (Flp. 2:2)

21 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 1 Jumat

Hidup Kerajaan
Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus.

Ayat Bacaan: Mat. 16:18-19; 1 Kor. 6:10; Gal. 5:21; Ef. 5:5

M asalah menerima kaum beriman berkaitan pula dengan kehidupan kerajaan pada masa kini. Gereja adalah Kerajaan Allah pada zaman ini (Mat. 16:18-19; 1 Kor. 6:10; Gal. 5:21; Ef. 5:5). Kerajaan Allah adalah soal kebenaran terhadap diri sendiri, damai sejahtera terhadap orang lain, dan sukacita bersama Allah dalam roh kita. Ketika kita menerima kaum beriman, kita harus sadar bahwa kaum beriman tidak boleh diterima berdasarkan konsepsi doktrinal atau praktek agamawi mengenai masalah makanan dan minuman, sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman. Kita makan daging atau sayuran tidaklah penting, namun kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita adalah soal yang sangat penting, karena hal-hal ini merupakan ekspresi Kristus. Tatkala Kristus diekspresikan, Dialah kebenaran kita bagi diri kita sendiri, damai sejahtera kita bagi orang lain, dan sukacita kita bersama Allah.
Ditinjau dari satu sisi, gereja adalah masalah kasih karunia dan hayat, tetapi ditinjau dari sisi lain, gereja adalah Kerajaan Allah yang mengandung masalah latihan dan disiplin. Sebagai kaum beriman yang menempuh kehidupan kerajaan dalam gereja, maka terhadap diri sendiri, kita harus ketat dan jangan membuat alasan untuk memaafkan diri sendiri. Kita harus benar, disiplin, dan adil dalam segala hal yang kita lakukan. Terhadap orang lain, kita harus berusaha mengejar damai sejahtera dan senantiasa berusaha hidup rukun dengan orang lain. Kita wajib baik-baik memelihara kerukunan dengan setiap orang yang berkumpul dengan kita. Damai sejahtera adalah ekspresi Kristus yang dinyatakan dari dalam kita. Selain itu, kita juga harus bersukacita setiap hari. Jika kita tidak dapat berkata, “Haleluya, puji Tuhan!” setiap hari, berarti kita telah gagal dan tidak berada dalam Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh sukacita. Kita harus selalu bersukacita bersama Allah, memuji-Nya, dan berkata, “Haleluya!”. Kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita adalah ciri-ciri Kerajaan Allah pada hari ini. Kerajaan Allah adalah latihan kehidupan gereja. Kehidupan gereja adalah untuk kehidupan Kerajaan, sedang kehidupan Kerajaan ialah latihan kehidupan orang Kristen.

Dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. (1 Tes. 2:12)

20 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 1 Kamis

Hidup Menurut Tuntutan Kasih
Roma 14:15
Sebab jika engkau menyakiti hati saudara seimanmu karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudara seimanmu karena makananmu, sebab Kristus telah mati untuk dia.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 13:1-13; Rm. 14:13-15

Sebagai manusia baru, kita perlu mengalami pengubahan dalam me-nerima kaum beriman. Kita wajib menerima kaum beriman dalam prinsip kasih. Paulus mengatakan, “...janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara seiman kita jatuh atau tersandung! ...dalam Tuhan Yesus tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri. Hanya bagi orang yang beranggapan bahwa sesuatu adalah najis, bagi orang itulah sesuatu itu najis...jika engkau menyakiti hati saudara seimanmu karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih.” (Rm. 14:13-15).
Jika kita menerima kaum beriman dalam kasih, kita tidak akan menghakimi orang lain, tidak menaruh suatu sandungan di hadapannya, tidak menyakiti hatinya, dan tidak membinasakan orang yang baginya Kristus telah mati; tetapi sebaliknya hidup menurut kasih. Surat Roma ditulis di kota Korintus, tidak lama setelah 1 Korintus. Dalam 1 Korintus 13, Paulus membahas masalah kasih secara khusus, dan menyisipkannya di antara dua pasal (12 dan 14) yang membahas masalah karunia rohani dan menyajikan jalan yang terindah untuk memanfaatkan karunia-karunia melalui atribut dan ciri-ciri kasih. Ketika Paulus menulis Roma 14, konsepsi kasih ini masih segar terkandung di dalam batinnya. Paulus seolah-olah berkata pada kaum beriman demikian, “Hendaklah kita menerima kaum beriman dalam prinsip kasih. Kasihlah yang harus mengatur kalian. Dalam hal menerima kaum beriman, kasih harus merupakan prinsip yang mengendalikan segala-galanya.” Karena itu, kita harus berhati-hati, janganlah kita melakukan perkara yang menyalahi kasih. Jangan sembarangan berbuat dosa terhadap saudara, sebab Kristus telah mati untuk dia. Hendaklah saling mengasihi dan menghormati kasih persaudaraan yang ada di batin kita, jangan melukainya. Allah telah menaruh hati yang mengasihi saudara ke dalam kita, maka kita harus menggunakannya untuk melayani dan membantu saudara kita. Hubungan kita dengan saudara kita berasal dari Allah, jika kita menolak saudara, dengan sendirinya hati yang mengasihi Allah juga tidak ada di dalam kita.

Sekalipun aku...menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. (1 Kor. 13:3)

19 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 1 Rabu

Menghadap Takhta Pengadilan Allah
Roma 14:10,12
Tetapi engkau, mengapa engkau menghakimi saudara seimanmu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah ... memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri kepada Allah.

Ayat Bacaan: 1 Kor. 4:5; Mat. 16:27, 25:19; Luk. 19:15; Why. 22:12

Roma 14:10 mengatakan, “Tetapi engkau, mengapa engkau menghakimi saudara seimanmu? Atau mengapa engkau menghina saudara seimanmu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.” Setiap orang yang tampil di hadapan takhta pengadilan Allah adalah orang yang telah beroleh selamat. Penghakiman ini akan memeriksa kehi-dupan dan pekerjaan kaum beriman setelah mereka beroleh selamat. Artinya, penghakiman ini bukanlah mengenai keselamatan kekal, tetapi mengenai pahala (1 Kor. 4:5; Mat. 16:27; Why. 22:12).
Penerimaan kita terhadap setiap kaum saleh sepatutnya adalah penerimaan dalam terang takhta penghakiman. Kita tidak seharusnya bertengkar dengan orang lain maupun mengkritik mereka, tetapi hendaklah kita memperhatikan diri sendiri. Suatu hari kelak, setiap orang akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah, untuk memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Pada saat itulah Tuhan akan berterus terang kepada kita, “Sejak beroleh selamat, pekerjaan apakah yang telah kaubangun bagi-Ku? Kayu, rumput kering, dan jerami, atau emas, perak, dan batu-batu permata?” Paulus mengatakan dengan jelas, jika pekerjaan kita tahan uji, kita akan mendapat upah, jika pekerjaan kita terbakar, kita akan menderita kerugian (1 Kor.3). Beroleh selamat adalah satu hal. Beroleh pahala atau kerugian karena hasil pekerjaan kita adalah hal lain. Semua ini sangat serius, dan tidak dapat kita remehkan.
Ada beberapa orang saleh yang mengecam kaum saleh lain yang marah-marah, tetapi ia tidak menghakimi dirinya sendiri atas seleranya pergi ke bioskop. Jika kita mengkritik orang yang marah-marah, tanpa menghakimi diri sendiri karena pergi ke bioskop, kelak di hadapan takhta penghakiman-Nya, Tuhan akan mengadakan perhitungan dengan kita. Saudara saudari, kita perlu ada satu doa di hadapan Tuhan, “Oh, Tuhan, belas kasihanilah aku. Aku tidak layak menghakimi saudaraku. Tuhan, aku mau menghakimi diriku, dan pekerjaanku.” Kita perlu mengambil satu sikap untuk tidak menghakimi kaum saleh yang lain. Manakala kita ingin menghakimi orang, kita harus ingat, Tuhan akan datang dan mengadakan perhitungan dengan kita ketika Ia kembali!

Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. (1 Kor. 4:5)

18 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 1 Selasa

Milik Tuhan dan Hidup untuk Tuhan
Roma 14:8
Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi, baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Ayat Bacaan: Rm.14:6-7

Bejana yang akan dipakai oleh Allah adalah Tubuh Kristus, bukan individu. Hayat dan kekuatan Kristus hanya bisa terekspresi dengan limpah melalui Tubuh Kristus. Karena itu Iblis membenci Tubuh Kristus dan ia selalu berusaha membuat Tubuh Kristus “terurai”. Iblis akan sekuatnya melakukan pekerjaan penceraiberaian ini. Saling mencurigai dan salah paham di antara saudara saudari, semua itu adalah pekerjaan Iblis untuk menceraiberaikan Tubuh. Iblis senang membuat anak-anak Allah tercerai berai. Pekerjaan Allah adalah membuat kita menjadi satu Tubuh, pekerjaan Iblis adalah memecah belah kita.
Roma 14:6-7 berkata,”Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Siapa yang makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah...Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri...” Firman ini menunjukkan kepada kita, yang terpenting hari ini bukanlah bagaimana cara seseorang dibaptis, makan atau tidak makan, atau memelihara hari apa, tetapi bagaimana kita hidup untuk Tuhan dan menjadi milik Tuhan. Setiap orang beriman yang sejati adalah milik Tuhan. Tidak peduli ia dibaptiskan dengan cara apa, makan apa, atau memelihara hari apa, ia dilahirkan dari Tuhan yang satu. Roma 14:6-9 menunjukkan kepada kita, mana yang penting dan mana yang tidak penting. Hidup untuk Tuhan dan menjadi milik Tuhan adalah yang penting. Asalkan seseorang adalah milik Tuhan dan hidup untuk Tuhan, ia sudah benar.
Apakah yang dimaksud dengan hidup bagi Tuhan itu? Banyak orang me-ngira, hidup bagi Tuhan itu berarti bekerja bagi Tuhan. Ketahuilah, keduanya itu sangat berbeda. Orang bisa saja bekerja bagi Tuhan, tetapi dia tidak hidup bagi Tuhan; tetapi sebaliknya, orang yang hidup bagi Tuhan, pasti bekerja bagi Tuhan. Hidup bagi Tuhan berarti menyangkal diri kita untuk hidup bagi diri sendiri yaitu seluruh waktu dan tenaga kita dipersembahkan bagi Tuhan. Sebuah syair kidung mengatakan : “Tuhan Kau dapatkanku, biar aku jadi kudus, waktuku dan umurku, bagi-Mulah selalu. Kau bertajuk duri bagiku, tersalib mend’rita karnaku, kini kuserahkan jiwa dan cinta, layani-Mu semata.”

Karena itu, baik kamu makan atau minum, ataupun melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (1 Kor. 10:31)

17 January 2011

Roma Volume 6 - Minggu 1 Senin

Sebab Allah Telah Menerimanya
Roma 14:1
Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya.

Ayat Bacaan: Rm. 12:2; 14:3

Paulus mengatakan bahwa kita harus berubah oleh pembaruan pikiran kita (Rm. 12:2). Demi kehidupan gereja, seluruh diri kita perlu diubah, sebab segala yang alamiah, awam, duniawi, atau modern, tidak cocok untuk kehidupan Tubuh. Kita memerlukan suatu revolusi yang mutlak dalam pikiran, emosi, dan tekad, agar kita sesuai dengan kehidupan gereja. Jika kita tidak mengalami pengubahan hingga suatu tingkat, kita tidak mungkin dapat bersatu dengan kaum beriman lainnya. Kita mungkin saja bersidang bersama tetapi tidak dapat bersekutu atau saling terbuka. Jika kita memaksakan diri, akhirnya kita malah bertengkar, karena konsepsi, perilaku, hakiki, dan perbuatan kita, masih bersifat alamiah, belum mengalami pengubahan. Karena itu, untuk menerima orang-orang yang seiman, kita perlu mengalami pengubahan.
Pertama-tama, kita harus menerima kaum beriman berdasarkan pe-nerimaan Allah terhadap mereka. Dalam satu keluarga, ada anak yang baik, ada pula anak yang nakal. Setiap anak harus tahu bahwa mereka tidak dapat menentukan sendiri orang-orang yang akan menjadi saudara mereka. Demikian juga Bapa kita yang di surga telah melahirkan banyak anak, dan Ia telah menerima mereka semua. Karena itu, kita pun harus menerimanya, tidak peduli betapa lemah atau anehnya seorang beriman itu. Kita menerima seseorang bukan menurut selera atau pilihan kita, melainkan berdasarkan penerimaan Allah (Rm 14:3).
Sejarah kekristenan yang kasihan adalah sejarah perpecahan dan kekacauan. Perpecahan itu kebanyakan disebabkan oleh ketidakseragaman konsepsi tentang ajaran, karena itu kita harus belajar tidak menghakimi berdasarkan ajaran. Menurut sifat alamiah kita, kita semua cenderung meyakinkan orang lain dan berdebat dengan orang lain menurut konsepsi kita. Tetapi justru kita perlu menolak perdebatan mengenai masalah-masalah yang sepele. Jawaban yang paling baik bagi orang yang bertanya tentang ajaran adalah memalingkan orang itu dari “konsepsi ajaran” kepada Kristus yang adalah “hayat” kita.

Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera: Satu tubuh, dan satu Roh,...satu Tuhan, satu iman, satu baptisan. (Ef. 4:3-5)

16 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 4 Minggu

Kenakanlah Yesus Kristus
Roma 13:14
Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus dan janganlah menuruti daging untuk memuaskan keinginannya (Tl.).

Ayat Bacaan: Rm.13:8--12; 13:14; 2 Kor 3:17

Dalam Roma 13:12 dikatakan kita harus mengenakan “perlengkapan senjata terang”, sedang dalam Roma 13:14 dikatakan kita harus mengenakan “Tuhan Yesus Kristus”. Jika kedua ayat itu digabungkan, kita nampak bahwa senjata terang itu adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri. Bahkan frase “janganlah menuruti daging” berhubungan dengan Roma 8:12, yang dikatakan Paulus, “Kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.” Peperangan yang tercantum dalam Roma 13:14 merupakan peperangan antara hawa nafsu dengan Roh Kudus. Kristus adalah Roh Kudus (2 Kor. 3:17). Karena itu kita harus mengenakan Kristus untuk berperang melawan hawa nafsu kita dengan mengenakan Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang.
Apa artinya mengenakan Kristus? Makna sebenarnya dari mengenakan Kristus ialah hidup bersandar Kristus dan mengekspresikan Kristus. Sungguhpun kita berada dalam Kristus, kita masih perlu hidup bersandar Kristus, dan dengan riil mengekspresikan Kristus. Kita wajib menempuh hidup sehari-hari bersandar Kristus dan mengekspresikan Kristus, yang merupakan senjata kita untuk mengalahkan daging. Paulus menasihati kita, “Janganlah menuruti daging.” Apa artinya menuruti daging? Karena hal ini sukar dimengerti, kita akan melihat sedikit perumpamaan. Masyarakat dewasa ini gelap dan jahat, dan penuh dengan benda-benda pemuas daging. Musuh pun telah mempe-ralat televisi yang selalu mensuplai makanan bagi daging kita yang lapar. Kita tidak mengatakan bahwa orang Kristen tidak boleh menonton bioskop atau televisi, tetapi lebih baik kita menghindarinya jauh-jauh. Jangan mengira kita kuat. Andaikata di sana ada sebuah sumur yang dalam, kalau kita tidak mau jatuh ke dalamnya, kita harus menjauhinya, jangan berjalan-jalan di sekitarnya. Kita wajib berdoa, “Tuhan, menontonlah bersamaku. Di dalam rohku menonton bersamaku.” Kalau Anda dapat berdoa demikian, mungkin Anda tidak salah menontonnya. Kalau tidak, lebih baik Anda tidak menonton. Kita perlu hidup mengenakan Kristus. Maka Kristus akan menjadi perlengkapan senjata kita untuk melawan hawa nafsu daging.

Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah. (3 Yoh. 1:11b)

15 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 4 Sabtu

Saling Mengasihi Sesama Manusia
Roma 13:8b
Tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.

Ayat Bacaan: Rm. 13:8-10

Roma 13:8-10 menjelaskan bahwa perintah untuk mengasihi telah mencakup segala perintah hukum Taurat. Kita memerlukan Roh Kudus bekerja di dalam kita dan mengaruniakan pengubahan dalam hayat kita, agar kita dapat menyatakan kasih kepada semua orang. Kasih adalah ekspresi hayat; bukan sekadar perbuatan lahiriah, tetapi ekspresi hayat yang di dalam. Hanya ingin mengasihi, tanpa suplai hayat, tidak mungkin berhasil. Untuk mengasihi sesama manusia dan dengan spontan memenuhi hukum Taurat, kita memerlukan suplai hayat dan pengubahan dalam hayat. Hayat alamiah kita bukanlah hayat kasih Allah. Kita perlu memiliki pengubahan dalam hayat agar dapat memiliki sifat kasih Allah untuk mengasihi sesama kita. Bila kita tidak memperhatikan masalah mengasihi sesama manusia, tentu kita tidak perlu pengubahan dalam hayat. Akan tetapi, jika kita ingin mengasihi sesama manusia, kita perlu mengalami pengubahan dalam hayat.
Ada seorang saudara, ayahnya dibunuh oleh seseorang. Dia berniat membatas dendam kepada orang yang membunuh ayahnya. Saudara ini adalah orang Kristen yang sejati. Pada suatu hari, di tempat tinggalnya diadakan sidang hari Tuhan. Kebetulan sekali, ia justru duduk berdampingan dengan orang yang telah membunuh ayahnya itu. Dia segera bangkit dan meninggalkan ruang sidang dengan pergumulan batin yang hebat: Membalas membunuhnya, atau masuk dan duduk bersamanya? Pada saat itulah dia nampak bahwa sebenamya ia pun adalah musuh Allah, tetapi Kristus malah menyelamatkannya. Kasih Allah meluluhkan hatinya. Kemudian ia menyeka air mata dan masuk duduk bersama seterunya itu. Ketika orang itu ke luar, ia tidak lagi memandangnya sebagal musuh, melainkan menganggapnya sebagai seorang saudara dalam Tuhan.
Hayat yang ada di dalam kita membuat kita dapat mengasihi setiap sau-dara saudari. Asalkan seseorang itu milik Tuhan, kasih yang terkandung di dalamnya pasti akan mengalir keluar. Hati yang mengasihi saudara ini tidak pilih bulu, terhadap saudara mana saja tak ada bedanya. Asalkan saudara, pasti dikasihinya. Puji Tuhan atas hayat kasih Allah!

Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. (Rm. 12:9)

14 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 4 Jumat

Takluk kepada Pemerintah Allah
Roma 13:1
Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.

Ayat Bacaan: Rm. 12:9-21; 13:1-14

Penghidupan orang Kristen yang normal perlu kita terapkan terhadap orang lain (Rm. 12:9-10,13,15,16), terhadap Allah (Rm. 12:11), terhadap diri sendiri, terhadap penganiaya dan seteru (Rm. 12:14,17-21) dan secara umum (Rm. 12:17; 13:1-14). Secara umum, karakter alamiah manusia selalu bersifat memberontak, tetapi karakter yang telah mengalami pengubahan akan bersifat takluk atau patuh. Patuh kepada pemerintah yang ditetapkan oleh Allah. Ini memerlukan sejumlah pengubahan. Saudari-saudari, kalau kita ingin mematuhi suami kita, kita perlu mengalami pengubahan. Jika kita dapat mematuhi pemerintah yang ditetapkan oleh Allah, itu membuktikan bahwa kita telah memiliki kadar pengubahan yang lumayan, sebab karakter alamiah kita bersifat pemberontak. Kita adalah pemberontak sejak dilahirkan. Reaksi kita terhadap pemerintah atau penguasa selalu mengatakan, “Tidak”. Karena itu jika kita ingin memiliki kepatuhan terhadap pemerintah, kita memerlukan pengubahan yang berasal dari pertumbuhan hayat. “Sebab itu siapa yang melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya” (Rm. 13: 2). Tidaklah berfaedah melawan pemerintah. Ia akan dihukum oleh pemerintah, atau akan langsung dihukum oleh Allah.
Dalam Roma 13:5 Paulus berkata, “Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena murka Allah, tetapi juga oleh karena suara hati (hati nurani) kita.” Karena hati nurani kita, kita perlu belajar diubah melalui mematuhi peme rintah. “Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak... Bayarlah kepada semua orang apa yang wajib kamu bayar: Pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat” (Rm. 13: 6-7). Berbuat demikian, menunjukkan bahwa kita mematuhi pemerintah. Kita tidak hanya harus taat kepada Allah, juga harus taat kepada wakil kekuasaan-Nya; karena tidak ada kekuasaan yang tidak berasal dari Dia. Semua kekuasaan di bumi ditetapkan oleh Allah dan hanya Allah yang adalah sumber segala kekuasaan.

Jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. (Ef. 1:21a)

13 January 2011

Roma Volume 5 - MInggu 4 Kamis

Roh yang Menyala-Nyala Melayani Tuhan
Roma 12:11
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

Ayat Bacaan: Rm. 12:9-21

Roma 12:9-21 membahas perihal kehidupan orang Kristen yang normal, yaitu perihal bagaimana sikap seorang Kristen terhadap orang lain, terhadap Allah, terhadap diri sendiri, terhadap penganiaya atau seteru, dan secara umum. Kelima sikap ini sangat bergantung pada persembahan diri kita. Karena itu Roma 12 membicarakan bahwa kita perlu memiliki satu tubuh yang telah dipersembahkan, satu pikiran yang diperbarui di dalam pengubahan jiwa, dan satu roh yang menyala-nyala. Akan tetapi jika demi belas kasihan Tuhan, tubuh kita telah dipersembahkan dan pikiran kita telah diperbarui, tetapi roh kita tetap dingin, kita tetap tidak dapat menempuh kehidupan gereja yang normal. Setelah tubuh dipersembahkan dan pikiran diperbarui, roh kita pun perlu membara.
Bagaimana caranya roh kita dapat membara? D.L. Moody (seorang pe-nginjil besar) pernah berkata bahwa dalam seumur hidupnya ia belum pernah melihat seorang yang malas mendapatkan keselamatan. Perkataan ini sungguh tepat. Seorang yang malas, adalah orang yang berkarakter kendor, tidak perduli pada hal apa pun, acuh pada semua hal; dia begitu malas sampai tidak dapat diselamatkan. Karena itu jalan yang terbaik agar roh kita membara adalah melalui kita menjadi orang yang rajin dan tidak kendor. Begitu seorang itu rajin, dengan spontan rohnya akan membara. Bila kita seorang yang malas, roh yang di dalam pasti tidak bergairah, bahkan membeku. Seorang tidak dapat menyalakan api di dalam lemari es. tapi begitu dekat dengan gas, atau bensin langsung akan menyala. Oleh sebab itu hal ini bukan masalah api yang menyala, tapi masalah sarananya.
Hari ini kita melayani Tuhan, yang paling penting harus membara dalam roh, berkobar-kobar dalam roh. Dan ini sangat bergantung pada kerajinan kita. Jika kita rajin, maka secara otomatis roh kita akan membara. Roh Kudus sulit menggerakkan orang yang lamban, orang yang selalu bersikap acuh. Tidak peduli kita mengatakan apa pun kepadanya, dia akan selalu merasakan sama saja, sulit menerima gerakan. Karena itu, marilah kita rajin di hadapan Tuhan. Dengan demikian akan memudahkan Roh Kudus bekerja atas diri kita.

Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan. (Ams. 13:4)

12 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 4 Rabu

Karunia yang Berlainan Menurut Anugerah
Roma 12:6a
Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut anugerah yang diberikan kepada kita.

Ayat Bacaan: Rm. 12:2, 6; 1 Kor. 3:6; 12; 14.

Karunia yang dibahas dalam ayat di atas merupakan hasil pengalaman kita atas kasih karunia Kristus, yaitu Allah di dalam Kristus sebagai unsur ilahi yang masuk ke dalam diri kita menjadi hayat kita untuk kita nikmati (Rm. 12:6). Ketika kita menikmati Allah, menghirup dan mencerna unsur ilahi-Nya, maka dari unsur ilahi tersebut terbitlah karunia, ketrampilan, atau kemampuan rohani tertentu, yang mengiringi pertumbuhan kita dalam hayat, berkembang menjadi karunia-karunia dalam hayat agar kita dapat berfungsi di dalam Tubuh Kristus.
Karunia-karunia dalam hayat di sini berbeda dengan karunia-karunia ajaib yang disebutkan dalam 1 Korintus 12 dan 14. Karunia-karunia dalam hayat ini berkembang oleh pertumbuhan dalam hayat dan oleh pengubahan dalam hayat (Rm. 12:2) bagi pelaksanaan kehidupan gereja. Bila kita mengabaikan karunia-karunia dari kasih karunia dalam hayat, dan hanya memperhatikan karunia yang ajaib, tidak lama lagi gereja akan terpecah-belah. Karunia-karunia ajaib tidak dapat membangun gereja. Hanya karunia-karunia dalam hayatlah yang dapat membangun gereja.
Saudara saudari, setiap hari kita perlu bertumbuh di dalam hayat dan mengejar karunia-karunia dalam hayat, yaitu bertutur sabda di dalam sidang, melayani, mengajar, menasehati, mempersembahkan harta, menjadi pemimpin yang rajin (teladan) dan bermurah hati. Inilah yang dimaksudkan Paulus bahwa ia merawat, menanam, Apolos menyiram, dan Allah yang memberikan pertumbuhan (1 Kor. 3:6). Melalui pertumbuhan menghasilkan ketrampilan dan karunia yang berguna dalam pembangunan rumah Allah dengan bahan yang tepat, yang telah mengalami pengubahan. Lihatlah bayi yang baru dilahirkan. Meski telah memiliki organ-organ yang lengkap, tetapi sedikit sekali organ-organnya yang dapat berfungsi. Semakin ia diberi makan oleh ibunya, ia akan semakin bertumbuh. Setelah beberapa waktu, ia bisa berjalan, dan lewat beberapa waktu lagi, ia bisa berbicara. Akhirnya ia bertumbuh sepenuhnya dan seluruh ketrampilannya berkembang, serta memiliki fungsi yang riil. Ketrampilan-ketrampilannya itu adalah karunia yang timbul dari pertumbuhan hayatnya.

Kamu memang berusaha memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih daripada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat. (1 Kor. 14:12)

11 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 4 Selasa

Anggota yang Seorang Terhadap yang Lain
Roma 12:5
Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

Ayat Bacaan: Rom. 12:5

Tujuan keselamatan Allah adalah agar Kristus tereproduksi di dalam jutaan kaum beriman, supaya mereka bisa menjadi anggota-anggota Tubuh-Nya, bukan merupakan satuan lengkap individual yang terpisah-pisah, melainkan bagian dari satu satuan yang hidup, berfungsi, berkoordinasi, korporat yang utuh.
Perbedaan fungsi anggota-anggota Tubuh dapat tertampak dari wajah manusia. Pandanglah wajah kita: kita mempunyai dua mata, dua telinga, satu hidung, dan dua belah bibir. Mata mungkin berkata kepada hidung, “Tahukah kamu bahwa aku tak dapat melakukan apa yang dapat kamu lakukan, dan kamu tidak dapat melakukan apa yang dapat kulakukan?” Hidung akan menjawab, “Ya, saudara Mata. Memang indah sekali. Kita semua harus mengerti, kamu atau aku, tidak dapat mengerjakan apa yang dapat dikerjakan saudara Telinga.” Lalu telinga pun akan menyahut, “Saudara-saudara, kalian memang benar, tetapi saudara Bibir dapat mengerjakan hal yang tidak dapat kita kerjakan.” Wajah kita telah menyatakan keadaan sebenarnya dari segenap tubuh kita; kita mempunyai banyak anggota, dan masing-masing anggota memiliki fungsi yang berbeda. Itulah keadaan yang sepatutnya dalam kehidupan gereja.
Meskipun memiliki fungsi yang berbeda, setiap kaum beriman tidak terpisah satu sama lain. Sebaliknya, “kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain” (Rm. 12:5). Karena itu tidak seharusnya ada sifat individualistis. Hari ini Allah sedang mencari manusia. Allah ingin melalui manusia menyalurkan hayat ke dalam Tubuh. Kalau hayat terhenti di atas diri kita, gereja dirugikan. Tidak ada kegagalan individu yang tidak merugikan gereja. Sebab itu, kalau kita gagal dan kerohanian kita merosot, Tubuh akan dirugikan juga. Setiap anggota Tubuh bisa mempengaruhi orang lain. Jangan hidup berdasarkan diri sendiri. Kita harus berpegang teguh pada Kepala, mencari persekutuan. Sebelum kita memutuskan suatu perkara, terlebih dulu harus bersekutu. Semua ada di dalam Tubuh Kristus, semua melewati Tubuh, semua juga untuk Tubuh. Semoga Tuhan membuat kita nampak Tubuh Kristus.

Karena itu, jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. (1 Kor. 12:26)

10 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 4 Senin

Memandang Diri Menurut Ukuran Iman
Roma 12:3b
Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir sedemikian rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing masing.

Ayat Bacaan: Rm. 12:3; Flp. 2:3b; 1 Ptr. 5:5

Frase kata “memikirkan hal-hal yang lebih tinggi” dalam bahasa aslinya mengacu kepada “menganggap, menilai, atau memandang diri sendiri lebih tinggi”. Setiap orang selalu memandang tinggi dirinya sendiri. Mungkin pada luarnya tampaknya kita rendah hati, tetapi dalam batin, kita sering memandang tinggi diri kita sendiri dan berpikir orang lain lebih rendah. Ini adalah satu masalah bagi kehidupan gereja. Ketika Tuhan Yesus memberitahukan tentang kematian-Nya dan murid-murid-Nya akan terguncang imannya, Petrus berpikir bahwa anggota yang lain akan jatuh dan gagal sedangkan dirinya tidak. Namun ketika ujian datang, dia gagal sama seperti yang lain. Jadi mereka yang berpikir terlalu tinggi mengenai dirinya dan memandang rendah anggota-anggota lainnya cepat atau lambat akan mendapatkan kesulitan.
Dalam Tubuh Kristus, setiap orang adalah satu anggota dan tidak lebih daripada satu anggota. Dengan demikian, tidak ada satu anggota pun dapat hidup tanpa anggota-anggota lainnya, apalagi merendahkan mereka. Jika kita ingin menempuh satu kehidupan gereja yang wajar, hal pertama yang harus kita hancurkan adalah rasa tinggi diri / kesombongan. Kita perlu “memandang diri dengan pikiran yang wajar”. Kalau kita memandang diri sendiri tinggi, itu berarti pikiran kita tidak wajar dan tidak normal. Dengan kata lain, di dalam pikiran kita ada unsur yang tidak sewajarnya. Karena itu, pikiran kita perlu disesuaikan dan diperbarui, dan segala unsur negatif di dalamnya perlu ditelan oleh hayat Kristus. Dengan demikian barulah pikiran kita dapat menjadi wajar, diperbarui.
Sebaliknya kita perlu memandang diri sendiri “menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kita masing-masing”. Kata “ukuran iman” tidak sukar untuk dipahami. Berapa banyak diri Allah yang ditransfusikan dan diinfuskan ke dalam kita, itulah yang menjadi ukuran iman kita. Saudara saudari, mulai hari ini kita harus memandang diri dengan pikiran yang wajar, setiap hari menerima penginfusan diri Allah ke dalam kita, senang berkoordinasi dengan orang lain, berfungsi menurut ukuran kita sendiri dan tidak melangkahi orang lain atau meremehkan diri sendiri. Jika demikian, Tubuh Kristus akan terbangun.

Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. (Flp. 2:3b)

09 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 3 Minggu

Membedakan Kehendak Allah
Roma 12:2
...tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Ayat Bacaan: Rm. 12:2; Ibr. 10:7

Kita perlu pembaruan pikiran dan pengubahan jiwa, supaya kita dapat “membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.” Apakah kehendak Allah? Kehendak Allah adalah memiliki kehidupan Tubuh, kehidupan gereja. Jangan kita menerapkan kehendak Allah dalam Roma 12:2 untuk keadaan insani pribadi kita, misalnya dalam hal pernikahan, mencari pekerjaan, atau mencari rumah. Ada beberapa orang berdoa demikian, “O, Tuhan, aku ingin membeli sebuah rumah baru, bagaimana kehendak-Mu? Harus ada berapa kamar tidur dan kamar mandi? Seharga berapa? O, Tuhan, aku ingin mengetahui kehendak-Mu.” Lupakanlah doa-doa semacam itu! Sebab semakin kita berdoa demikian dan mencari kehendak Tuhan, kita akan semakin berada di luar kehendak-Nya, dan terperosok ke dalam kegelapan.
Kehendak yang dikatakan dalam Roma 12:2, adalah menempuh kehidupan gereja. Rumah yang kita beli, pekerjaan yang kita cari, dan orang yang Anda nikahi, semuanya harus tergantung pada kehidupan gereja. Bahkan pakaian yang hendak kita pakai juga harus tergantung pada kehidupan gereja. Kalau sikap kita benar terhadap kehidupan gereja, kita akan tahu apakah yang harus kita perbuat. Setiap perkara haruslah bagi kehidupan gereja, sebab menempuh kehidupan gereja adalah kehendak Allah yang unik. Itulah yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna, dan hal itu untuk kehidupan Tubuh. Jadi, persembahan tubuh kita, pengubahan jiwa kita, dan pembaruan pikiran kita, semuanya adalah untuk kehidupan Tubuh. Ibrani 10:7 dikutip langsung dari perkataan Tuhan sendiri, “Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Konteks ayat ini adalah inkarnasi Tuhan Yesus, perkara yang sangat besar; karena itu, ketika Ia memproklamirkan ketaatan-Nya kepada kehendak Al-lah, Ia tidak sekadar mengacu kepada perkara-perkara kecil seperti pakaian, makanan, tempat tinggal, dan perkara-perkara kehidupan lain yang kecil, tetapi kepada seluruh pergerakan-Nya di bumi dalam merampungkan rencana kekal Allah. Semoga Tuhan membuka mata kita dan mengubah konsepsi kita terhadap kehendak Allah.

Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. (Kol. 1:9b)

08 January 2011

Roma Volume 5 - MInggu 3 Sabtu

Berubah oleh Pembaruan Pikiran
Roma 12:2a
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan pikiran (Tl.)

Ayat Bacaan:Rm. 12:2; Ef. 4:23; Tit. 3:5

Kita tidak boleh menjadi serupa dengan zaman ini, tetapi harus berubah oleh pembaruan pikiran kita (Ef. 4:23; Tit. 3:5). Menjadi serupa dengan zaman ini berarti menerima mode modern pada lahirnya; sedang berubah ialah menerima suatu unsur organik ke dalam diri kita, yang mendatangkan suatu perubahan metabolis. Kita perlu berubah melalui pembaruan pikiran. Pikiran dalam Roma 12 berbeda dengan pikiran dalam Roma 7 dan 8. Dalam Roma 7, pikiran itu bersikap menyendiri, dan beraksi dengan bebas. Dalam Roma 8 pikiran telah memiliki sandaran, yakni terletak di atas roh. Meletakkan pikiran kita di atas roh, masih tidak cukup. Pikiran tidak saja harus memiliki sandaran, juga harus diperbarui. Roma 12:2 memberi tahu kita bahwa kita memerlukan pembaruan pikiran. Pikiran diperbarui tidak hanya melalui pengajaran-pengajaran di luar, melainkan melalui bertambahnya unsur-unsur Kristus di dalamnya. Bila Tuhan Yesus memperluas diri-Nya dari roh kita ke pikiran kita, maka pikiran kita akan diperbarui. Melalui pikiran yang telah diperbarui itu, jiwa kita berubah secara metabolis. Dengan demikianlah, kita mengalami pengubahan dalam jiwa kita. Kalau kita ingin melaksanakan kehidupan gereja, kita perlu mengalami pengubahan dalam jiwa kita melalui pembaruan pikiran kita.
Kita yang telah dipisahkan, dikuduskan kepada Allah seharusnya tidak bercampur-baur dengan dunia ini. Sebaliknya, kita harus memperhatikan pe- ngubahan melalui pembaruan pikiran kita yang dilaksanakan oleh Tuhan Roh dengan bergerak dan bekerja di dalam kita melalui hayat ilahi dan sifat ilahi. Ada seorang saudara yang dahulu suka memakai sepasang sepatu yang dihiasi rumbai-rumbai, namun sekarang ia telah memakai sepasang sepatu lainnya tanpa hiasan. Ini dikarenakan pikirannya telah dibarui; ia tidak lagi mengikuti mode zaman ini. Demikian pula, para saudari seharusnya tidak di satu pihak membicarakan tentang mengasihi Tuhan, tetapi di pihak lain, memakai lipstik tebal-tebal. Jika para saudari lebih banyak mengatakan, “O, Tuhan, aku cinta pada-Mu,” lipstik yang mereka pakai setiap hari akan semakin berkurang dan akhirnya akan hilang. Ini karena pikiran mereka diperbarui dan diubah.

Supaya kamu dibaharui di dalam roh pikiranmu. (Ef. 4:23, Tl.)

07 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 3 Jumat

Mempersembahkan Tubuhmu
Roma 12:1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Ayat Bacaan: Rm. 12:1

Banyak orang yang disebut orang Kristen rohani, sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, dan juga menuntut pertumbuhan hayat sesuai dengan ajaran Roma 6 dan 8. Namun, setelah pasal 8, bahkan se- telah pasal 11, masih ada satu bagian lain, yang menunjukkan bahwa sekali pun kita telah memiliki standar Roma 8, itu masih ada kekurangannya, sebab masih belum ada kehidupan gereja. Pengalaman-pengalaman rohani seperti pengudusan, pemuliaan, dan penyerupaan, semuanya tidak dapat berdiri sendiri. Pengudusan bukan untuk pengudusan, penyerupaan juga bukan untuk penyerupaan. Kedua pengalaman tersebut adalah untuk pelaksanaan kehidupan gereja. Sesudah pasal 8 dan 11, Paulus menasihati kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup. Tujuan persembahan itu bukan supaya kita lebih rohani, melainkan supaya kita dapat melaksanakan kehidupan Tubuh.
Kehidupan Tubuh ialah pelaksanaan kehidupan gereja. Tanpa kehidupan Tubuh, kehidupan gereja hanya merupakan suatu istilah. Kehidupan gereja baru mungkin terwujud dan menjadi riil dalam pelaksanaan kehidupan Tubuh. Ketika Paulus mulai membahas masalah kehidupan gereja, ia minta kaum beriman mempersembahkan tubuh mereka, karena sebagai manusia, tidak ada perkara lain yang lebih riil dan praktis daripada tubuh kita.
Ada beberapa orang Kristen berkata, “Aku terlalu letih, tak dapat menghadiri sidang. Kalian saja yang pergi, aku di rumah mendoakan kalian. Tubuhku tidak bisa menghadiri sidang karena letih, tetapi hati dan rohku menyertai kalian.” Kata-kata semacam ini kedengarannya manis, tetapi sebetulnya menipu orang. Kita harus tahu bahwa kita berada di dalam tubuh. Di mana tubuh kita berada, di situ pula manusia kita berada. Andaikata semua orang saleh mengatakan mereka terlalu letih untuk menghadiri sidang, bayangkan sidang itu akan menjadi sidang macam apa? Karena itulah, Paulus minta agar saudara-saudara mempersembahkan tubuh mereka. Jika kita benar-benar hidup untuk kehendak dan tujuan Allah, kita perlu mempersembahkan tubuh kita. Itu adalah suatu hal yang sangat berkenan di mata Allah.

...Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. (Rm. 6:13b)

06 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 3 Kamis

Segala Sesuatu Dari, Oleh dan Kepada Dia
Roma 11:36
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Ayat Bacaan: Ef. 3:14-15; 1 Kor. 8:6; Ibr. 2:10

Dalam Roma 9-11, Paulus seolah-olah memberi kita sebuah peta, sehingga kita dapat menyusuri jejak-jejak Allah. Allah menerima pujian dan kemuliaan dalam tiga masa. Dalam masa lampau, sebab segala sesuatu berasal dari Dia; dalam masa kini, sebab segala sesuatu oleh Dia; dan dalam masa yang akan datang, sebab segala sesuatu kepada (untuk) Dia. Segala sesuatu ada dari Allah pada masa lalu, eksis oleh-Nya pada masa kini, dan akan disembahkan kepada-Nya pada masa yang akan datang. Pilihan Allah adalah menurut diri-Nya sendiri, menurut kesukaan-Nya, bukan menurut perkara yang lain. Segala sesuatu dari Dia, oleh Dia, dan kepada (untuk) Dia.
Sebagai Bapa dari semua keluarga yang di dalam surga maupun di bumi (Ef. 3:14-15), Allah adalah sumber dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal dari Dia. Satu Korintus 8:6 mengatakan, ”Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu.” Ayat ini memberi tahu kita sekali lagi bahwa Allah yang adalah Bapa adalah sumber segala sesuatu. Bapa di sini bukan hanya ditujukan kepada Allah sebagai Bapa kaum beriman yang dilahirkan kembali, tetapi juga kepada Dia sebagai sumber segala sesuatu. Ini dibuktikan dengan perkataan, ”dari pada-Nya berasal segala sesuatu.” Segala sesuatu adalah dari Allah sebagai sumber; karenanya Allah disebut Bapa. Dia bukan hanya Bapa kaum beriman dalam kelahiran kembali, tetapi Dia adalah Bapa dari segala sesuatu yang diciptakan dalam penciptaan karena segala sesuatu berasal dari Dia.
Ibrani 2:10 memberi tahu kita bahwa Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan adalah Allah ”yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan.” Untuk membawa banyak anak kepada kemuliaan, Allah perlu langit, bumi, dan segala sesuatu. Segala sesuatu yang Allah ciptakan untuk perampungan tujuan-Nya menjadi ada melalui Dia pada masa kini dan untuk Dia pada masa mendatang. Allah itulah yang memelihara segala sesuatu dalam alam semesta agar semua itu dapat menunjang tujuan-Nya. Semoga dalam hidup ini kita kembali mempersembahkan diri kita bagi kehendak Allah.

Sebab itu, marilah kita, melalui Dia, senantiasa mempersembahkan kurban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. (Ibr. 13:15)

05 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 3 Rabu

Alangkah Dalamnya Hikmat Allah!
Roma 11:33
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!

Ayat Bacaan: Rm. 11:33; 16:27; Ef. 3:10

Roma 11:33 membicarakan hikmat Allah, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” Pada akhir kitab Roma, Paulus mengatakan, “Bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin” (Rm. 16:27). Hikmat berbeda dengan kepandaian, hikmat lebih dalam dari kepandaian. Dapat saja seseorang itu pandai tetapi tidak berhikmat. Contohnya, seorang kriminal bisa jadi sangat pandai, tetapi ia sama sekali tidak berhikmat. Allah sangat berhikmat dan melalui alam semesta Allah menyatakan hikmat-Nya.
Efesus 3:10 membicarakan pelbagai ragam hikmat Allah yang diberitahukan kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di surga melalui gereja. Istilah Yunani yang diterjemahkan “pelbagai ragam” mengindikasikan bahwa hikmat Allah memiliki banyak sisi, aspek, dan arah.
Hanya melalui masalah-masalah barulah segala aspek hikmat Allah bisa dinyatakan. Dalam hal ini, berarti Allah memerlukan masalah-masalah dan gangguan-gangguan: Ia bahkan memerlukan musuh-Nya, Iblis. Tanpa Iblis, hikmat Allah tidak dapat dinyatakan sepenuhnya. Iblis telah memberi banyak kesempatan sehingga hikmat Allah dapat dinyatakan dalam berbagai cara, salah satunya adalah pemberontakan Iblis. Pemberontakan ini membuat hikmat Allah ternyata. Jika bukan karena pemberontakan Iblis, hikmat Allah tidak diberitahukan sepenuhnya. Jika kita adalah seorang yang penuh hikmat, semakin banyak masalah dan kesulitan yang kita hadapi maka semakin banyak hikmat yang akan kita ekspresikan. Tetapi jika segala sesuatu yang berhubungan dengan kita itu aman tenteram dan tanpa masalah, kita tidak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan hikmat kita. Kita perlu memiliki masalah-masalah untuk memamerkan hikmat kita. Demikian juga Allah perlu masalah-masalah untuk memamerkan hikmat-Nya. Apa pun yang dilakukan oleh musuh Allah akan memberi kesempatan kepada Allah untuk memamerkan hikmat-Nya.

Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga. (Ef. 3:10)

04 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 3 Selasa

Tunas Liar telah Dicangkokkan
Roma 11:17
Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah...

Ayat Bacaan: Rm. 9:4-8; Hos. 11:1; Mat. 2:15

Pohon zaitun sejati dalam Roma 11:24 adalah bangsa Israel pilihan Allah dengan Kristus sebagai realitas hayat dan segala sesuatu mereka (Rm. 9:4-8). Kristus adalah akar pohon zaitun sejati ini. Di samping itu, kekayaan pohon zaitun untuk kenikmatan kita ada di dalam Kristus sebagai akar pohon ini. Jika sebuah pohon dipotong dari akarnya, pohon itu akan kehilangan segala-galanya. Hari ini bangsa Israel tetap menolak Kristus dan karenanya dipotong dari-Nya. Tetapi satu hari mereka akan datang kembali kepada-Nya.
Kita, sebagai orang-orang bukan Yahudi dicangkokkan ke dalam pohon zaitun sejati supaya kita dapat menikmati Kristus sebagai akar pohon yang banyak getahnya ini. Roma 11:1 dan Matius 2:15 membuktikan bahwa Kristus adalah realitas hayat Israel sebagai pohon zaitun sejati. Hosea 11:1 mengatakan, “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.” Matius 2:15 menerapkan nubuat kepada Kristus yang dibawa keluar dari Mesir. Karena itu, nubuat ini dan penggenapannya mempersatukan Kristus kepada Israel. Hosea 11:1 dan Matius 2:15 membuktikan Kristus benar-benar bersatu dengan bangsa Israel.
Kaum beriman bukan Yahudi sebagai ranting-ranting pohon zaitun sejati ini telah dicangkokkan ke dalamnya untuk mendapat bagian dalam akarnya yang penuh getah, yaitu, menikmati kekayaan Kristus, yaitu akar bangsa Israel. Syukur pada Tuhan bahwa kita, ranting pohon zaitun sejati, telah dicangkokkan ke dalam pohon zaitun sejati Allah supaya kita bisa mendapat bagian dalam akarnya yang penuh getah. Inilah kenikmatan kita.
Kita dicangkokkan ke dalam pohon zaitun sejati seluruhnya adalah perkara hayat. Apa yang kita perlukan sebagai orang bukan Yahudi bukan mengganti agama kita melainkan menerima hayat akar yang penuh getah pohon zaitun sejati, yang hayatnya adalah Kristus. Oleh iman kita dalam Kristus kita telah dicangkokkan ke dalam pohon zaitun yang ditanam oleh Allah dengan Kristus sebagai hayat, dan sekarang kita sedang menikmati kekayaan akar itu, yaitu diri Kristus sendiri, dan bertumbuh di dalam-Nya.

Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu... (Yoh. 15:4a)

03 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 3 Senin

Suatu Sisa, Menurut Pilihan Kasih Karunia
Roma 11:5-6a
Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan...

Ayat Bacaan: Rm. 10:21; 11:5; 10:14-15

Dalam Roma 10 Paulus mengatakan orang Israel tidak baik, dan ia membuktikan sejauh mana keburukan mereka. Roma 10:21 me- ngatakan, “Tetapi tentang Israel ia berkata: Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah.” Ya, bangsa yang tidak taat dan yang membantah itu memang bangsa yang paling jahat di dunia ini. Ketika membaca pernyataan demikian, kita dapat berkata, “Keadaan orang Israel memang tidak ada harapan, bangsa Israel sudah habis!” Namun, ketika kita membaca pasal 11, kita nampak bagaimana Tuhan berdebat dengan Elia, membela Israel. Di satu aspek, dalam pasal 10, Paulus seolah-olah menentang orang Israel. Tetapi dalam pasal 11, ia berpaling membela orang Israel. Dalam 11:5 dikatakan, “Demikian juga pada waktu ini terdapat suatu sisa, menurut pilihan berdasarkan kasih karunia” (Tl.). Kata Paulus, “Allah bukan hanya menyisakan tujuh ribu orang dalam zaman Elia, bahkan pada masa sekarang ini, ketika kita masih hidup. Allah masih memiliki pilihan-Nya berdasarkan kasih karunia. Maka hari ini pun terdapat suatu sisa.” Prinsip ini berlaku juga bagi kita dewasa ini. Apakah yang dapat kita megahkan? Hanya kasih karunia Tuhan semata.
Melalui Injil Allah mengumumkan kepada kita bahwa Allah telah memilih kita. Siapa saja menerima keselamatan Allah adalah orang yang dipilih Allah. Siapa saja yang menolak Injil adalah menolak pemilihan. Kita semua telah mengecap kasih karunia keselamatan ini secara cuma-cuma. Masih banyak anggota-anggota keluarga kita, teman-teman sekolah atau rekan seprofesi kita yang perlu mendengar Injil pemilihan Allah ini. Namun,….Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Se- perti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” (Rm. 10:14-15). Karena itu marilah kita merebut setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk makin giat memberitakan Injil sehingga Tuhan bisa mendapatkan sisa sekelompok orang sesuai pemilihan kasih karunia-Nya.

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya... (Rm. 8:29)

02 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 2 Minggu

Memberitakan-Nya dan Mendengar Tentang Dia
Roma 10:14b-15
... dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Ayat Bacaan: Rm. 10:14-15, Yoh. 15:16

Roma 10:14-15 menjelaskan bahwa seorang dapat berseru kepada Tuhan, jika ia percaya kepada-Nya; seorang dapat percaya kepada-Nya jika ia mendengar tentang Dia, dan seorang dapat mendengar tentang Dia jika ada yang memberitakan kabar baik. Untuk itu, perlu ada orang yang diutus Allah untuk memberitakan Injil, supaya orang-orang dosa dapat mendengar Injil, lalu percaya, berseru kepada Tuhan, dan beroleh selamat. Saudara saudari, kita tidak hanya cukup menjadi orang-orang yang telah percaya Tuhan dan berseru kepada-Nya, kita pun masih perlu memberitakan-Nya, kita perlu menjadi orang-orang yang diutus Allah untuk memberitakan kabar baik.
Salah satu jalan untuk memberitakan Injil adalah memberikan traktat kepada orang. Penulis buku “Christian Rest” adalah orang yang beroleh selamat karena empat orang yang secara berurutan membagikan traktat Injil. Artinya, orang pertama memberikan traktat kepada orang kedua, orang kedua beroleh selamat; orang kedua memberikan traktat kepada orang ketiga, orang ketiga beroleh selamat; orang ketiga kembali memberikan traktat kepada orang keempat, orang keempat beroleh selamat. Hasilnya, keempat orang ini dipakai Tuhan secara besar-besaran di Inggris. Mereka adalah orang-orang yang beroleh selamat melalui orang lain yang memberikan traktat, seorang kepada yang lain, akhirnya menghasilkan empat orang yang sangat dipakai Tuhan. Contoh ini menunjukkan kepada kita betapa besarnya hasil dari traktat.
Yohanes 15:16 berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap.” Tuhan tidak memilih kita tanpa tujuan. Pemilihan-Nya adalah untuk pengutusan-Nya. Dia mengutus kita untuk tiga hal: pertama, kita harus pergi; kedua, kita harus menghasilkan buah; dan ketiga, buah kita harus tetap. Dalam hal ini, kita tidak ada pilihan; Tuhan menuntut kita agar kita menerima pengutusan-Nya. Kita perlu memberitakan-Nya agar semua orang dosa dibenarkan karena percaya dan diselamatkan karena berseru kepada-Nya.

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” (Yes. 6:8)

01 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 2 Sabtu

Kaya Bagi yang Berseru Kepada-Nya
Roma 10:12b-13
… Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.

Ayat Bacaan: Ef. 3:8; Rm. 9:21,23; Rat. 3:55-57; Kel. 2:23, Mzm. 81:11, Zef. 3:9; 2 Tim. 2:22

Perkara menyeru nama Tuhan bukan hanya untuk keselamatan, tetapi juga jalan bagi kita untuk menerima kekayaan Kristus. Allah memilih, menebus, membenarkan, menguduskan, menyerupakan, dan memuliakan kita dalam Kristus adalah agar kita bisa menikmati kekayaan-Nya yang tidak terduga (Ef. 3:8). Rahasia kenikmatan ini adalah menyeru nama-Nya. Roma 9:21 dan 23 mengatakan bahwa berdasarkan pemilihan-Nya, kita yang dipanggil-Nya, telah dijadikan bejana belas kasihan-Nya, yang dipersiapkan untuk mendapatkan kehormatan dan kemuliaan. Namun, alangkah kasihannya jika bejana-bejana itu kosong tanpa isi. Kita perlu dipenuhi. Mengapa kita memiliki mulut? Kita tercipta dengan diberi mulut, untuk menyeru nama Tuhan Yesus, agar kita diisi dan dipenuhi dengan kekayaan Kristus.
Ratapan 3:55-57 mengatakan bahwa ketika kita menyeru Tuhan, Ia akan menghampiri kita; dan seruan kita kepada-Nya adalah nafas dan teriakan kita. Karena itu, berseru kepada Tuhan tidak saja berteriak kepada-Nya, bahkan melakukan pernafasan rohani (Kel. 2:23), yaitu menghembuskan segala ke-sesakan, kesakitan, tekanan, dan yang lain-lain yang ada pada kita. Berseru kepada Tuhan, tidak saja membuat kita dapat menghembuskan sesuatu yang negatif, juga menghirup Tuhan sendiri dengan segala kekayaan-Nya sebagai kekuatan, kenikmatan, penghiburan, dan perhentian kita.
Bagaimana seharusnya menyeru nama Tuhan? Pertama, kita perlu memiliki mulut yang terbuka (Mzm. 81:11). Kedua, kita harus berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni (2 Tim. 2:22). Hati kita seharusnya tidak menuntut yang lain kecuali Tuhan sendiri. Ketiga, kita harus berseru dengan bibir yang bersih (Zef. 3:9). Jika bibir kita tidak bersih dikarenakan tutur kata yang kendor, maka sulitlah bagi kita untuk menyeru nama Tuhan. Keempat, kita perlu menyeru Tuhan secara korporat (2 Tim. 2:22). Kita perlu berhimpun dengan tujuan menyeru nama Tuhan. Kita harus menyeru nama-Nya setiap hari dan sepanjang hari. Dalam situasi apa saja dan kapan saja, serulah, “O, Tuhan Yesus! O, Tuhan Yesus!”, kita akan melihat inilah jalan yang ajaib untuk menikmati kelimpahan kekayaan Tuhan.

Maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya. (Mzm. 116:2b)