Hitstat

31 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Senin

Disembuhkan Oleh Firman Pemberi Hayat
Yohanes 4:50-51
Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup.

Ayat Bacaan: Yoh. 4:47,49-53

Ketika pegawai istana itu mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati (Yoh. 4:47). Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Sekalipun pegawai istana itu minta Tuhan datang dan menyembuhkan anaknya, namun Tuhan hanya mengucapkan sepatah kata. Orang itu pun percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ajaib sekali, ketika ia masih di tengah jalan, hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. O, betapa berkhasiatnya firman hayat yang Tuhan ucapkan!
Pegawai istana itu percaya terhadap perkataan yang keluar dari mulut Tuhan. Ketika ia mendengar dari hamba-hambanya bahwa anaknya itu hidup, ia dan seluruh keluarganya percaya (Yoh. 4:51-53). Haleluya atas firman pemberi-hayat ini! Firman ini bukan berupa huruf-huruf yang mati, melainkan firman yang adalah Roh itu. Hari ini Tuhan masih tetap menyampaikan firman-Nya yang menyembuhkan. Orang-orang yang hampir mati, asal demi iman menerima firman ini, pasti disembuhkan oleh hayat. Firman pemberi-hayat yang keluar dari mulut Tuhan menyebabkan perubahan yang nyata dalam hidup kita.
Kita benar-benar memerlukan kesembuhan. Banyak di antara kita, khususnya para saudari, memerlukan penyembuhan atas emosinya. Emosi para saudari biasanya tidak stabil, sebab terdapat semacam penyakit di sana. Mengapa saudari-saudari mudah menangis? Mungkin dikarenakan penyakit yang ada di dalam emosinya. Mereka memerlukan penyembuhan. Para saudara juga memerlukan penyembuhan dalam pikiran mereka dan dalam tekad mereka yang keras. Para saudara begitu keras pada kemauan mereka sebab di dalam tekad mereka terdapat penyakit. Mereka memerlukan penyembuhan.
Puji Tuhan, Kristuslah Sang penyembuh kita! Semakin kita disembuhkan dalam pikiran, emosi, dan tekad kita, kita pun semakin diubah. Penyembuhan ini menghasilkan pengubahan. Saudara saudari kekasih, rahasia kesembuhan ini terletak pada firman hayat. Kalau Anda mau disembuhkan dari penyakit Anda, Anda perlu percaya dan menerima firman.

30 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 4 Minggu

Keperluan Orang yang Hampir Mati
Yohanes 4:46
Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit.

Ayat Bacaan: Yoh. 4:43-54; 7:41, 52

Yesus kembali ke Kana di Galilea, tempat orang-orang lemah dan rapuh (Yoh.4:43-46). Kana terletak di Galilea yaitu kota yang dipandang rendah atau hina (Yoh. 7:41, 52), yang mewakili dunia di dalam keadaan yang rendah dan kotor, yang didiami orang-orang yang lemah dan rapuh. Tuhan pernah sekali di sana mengadakan tanda ajaib yang pertama, yakni mengubah air kematian menjadi anggur yang hidup. Sekarang Ia kembali ke tempat yang sama dan melakukan tanda ajaib yang kedua.
Peristiwa yang terjadi dalam Yohanes 4:43-54 mengisahkan putra seorang pegawai istana yang hampir mati. Kondisi ini menyatakan orang yang hampir mati sangat memerlukan kesembuhan. Umat manusia pertama-tama memerlukan kelahiran kembali, kemudian memerlukan kepuasan hayat. Tidak hanya itu, manusia pun memerlukan kesembuhan. Kita semua memerlukan kesembuhan. Dalam suatu pengertian tertentu, kita ini hidup; namun dalam pengertian lainnya, kita semua hampir mati.
Ketika seorang bayi baru dilahirkan, ibunya pasti berpikir bahwa ia sedang dalam proses pertumbuhan. Tapi sebetulnya ia sedang dalam proses mati. Jika Anda masih muda, Anda memang kurang menyadari bahwa Anda ini sedang dalam proses mati. Kalau Anda mencapai usia 60 atau 70 tahun, niscaya akan menyadari bahwa Anda ini sedang mengalami proses mati. Jangka hidup 70 tahun boleh diumpamakan 70 dollar. Setiap tahun hidup yang telah kita tempuh boleh diumpamakan pengeluaran 1 dollar. Kapan Anda sudah menempuh hidup 60 tahun, berarti Anda telah mengeluarkan 60 dollar. Setelah Anda mencapai usia 69 tahun, berarti Anda hanya memiliki sisa 1 dollar saja. Dan kalau sisa 1 dollar tersebut dipakai, berarti waktu Anda telah habis, Anda benar-benar mati.
Kita telah dilahirkan kembali, dan hari demi hari kita dapat berkontak dengan Tuhan bagi kepuasan kita. Di samping itu, kita memerlukan pula penyembuhan. Kita semua adalah orang-orang yang sakit dan hampir mati. Kita adalah orang-orang yang telah jatuh, lemah dan rapuh, orang-orang yang hampir mati dan memerlukan penyembuhan Tuhan. Jika kita mengalami penyembuhan Tuhan Yesus, kematian kita niscaya berubah menjadi hayat.

29 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 3 Sabtu

Tuaian yang Mengagumkan
Yohanes 4:35
Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.

Ayat Bacaan: Yoh. 4:28-42

Sesudah perempuan Samaria itu menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang telah datang, maka percayalah ia. Sejak detik itu, hidupnya mengalami perubahan yang hebat. Ditinggalkan tempayannya, lalu ia pergi ke kotanya, dengan penuh keyakinan dia memberikan kesaksian yang hidup kepada banyak orang. Alkitab memberitahu kita, kesaksian ini kemudian menghasilkan suatu tuaian yang berlimpah (Yoh. 4:28-42).
Siapakah yang dapat bersaksi bagi Tuhan? Banyak orang beranggapan bahwa yang patut bersaksi adalah mereka yang telah lulus sekolah Alkitab, atau setidaknya mereka yang memiliki nama baik di masyarakat. Benarkah demikian? Sama sekali tidak benar! Lihatlah perempuan Samaria itu. Dia bukan lulusan sekolah Alkitab, juga bukan seorang yang punya reputasi baik. Namun begitu dia beroleh selamat, minum air hayat, dia langsung bersaksi bagi Tuhan. Dia bukan bersaksi kepada satu dua orang secara diam-diam, dengan malu-malu, melainkan bersaksi kepada orang-orang sekotanya secara terbuka!
Melalui kesaksian yang hidup dari perempuan Samaria itu, akhirnya banyak orang berdosa dibawa ke hadapan Tuhan (Yoh. 4:39). Begitu mereka bersentuhan dengan Tuhan, mereka semua menjadi percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat mereka. Inilah tuaian yang menakjubkan dari kesaksian yang hidup. Asal kita sudah minum air hidup itu, kita pasti dapat bersaksi bagi Tuhan dengan berani kepada teman-teman kita. Kesaksian yang demikian tidak akan sia-sia, sebaliknya akan menghasilkan tuaian yang besar bagi Tuhan.
Tuhan berkata, “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yoh. 4:35). Saudara saudari, jangan menunggu empat bulan lagi, baru pergi bersaksi menuai jiwa-jiwa. Tuhan berkata sekaranglah saatnya untuk menuai, sebab ladang sudah menguning dan siap untuk dituai. Jika kita melihat ke ladang (dunia), kita akan melihat bahwa banyak orang yang sungguh-sungguh haus akan Kristus. Kita perlu membawakan Kristus kepada mereka dan membawa mereka kepada Kristus. Inilah caranya menuai bagi Kristus.

28 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 3 Jumat

Menjadi Kesaksian Yang Hidup
Yohanes 4:28-29
Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?”

Ayat Bacaan: Yoh. 4:23-29

Setelah Tuhan menjelaskan mengenai cara penyembahan yang sejati kepadanya (Yoh. 4:23-24), perempuan Samaria itu pun menjadi percaya bahwa Yesuslah Mesias, yang disebut juga Kristus (Yoh. 4:25, 29). Percaya berarti demi iman menerima. Saat dia percaya demikian, dia betul-betul dipuaskan oleh Tuhan sebagai air hayatnya. Yohanes 4:28 berkata, “Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota...” Setiap orang yang minum air hidup dan mendapatkan kepuasan akan meninggalkan barang apa pun yang dulunya menduduki dirinya. Tahukah Anda, mengapa Anda tetap haus walaupun sudah mendapatkan benda-benda yang Anda idam-idamkan? Karena Anda belum dipuaskan oleh Kristus. Jika Anda telah dipuaskan oleh Kristus, semua barang yang lain itu tentu akan Anda lupakan.
Perempuan Samaria itu tidak saja meninggalkan tempayannya, ia pun pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” (Yoh. 4:29). Dia pergi untuk bersaksi bagi air hidup ini. Dahulu sumur dan tempayan sangat berarti bagi perempuan Samaria itu, tetapi sesudah ia mengenal Kristus, dengan spontan ia melepaskan semua hal itu, dan pergi kepada orang-orang, memberi kesaksian bahwa sekarang Kristus itulah kepuasan hidupnya. Perempuan Samaria ini bukan membawakan doktrin Kristus kepada orang-orang sekotanya, melainkan dia datang kepada mereka dengan membawakan Kristus yang hidup.
Hanya setelah kita dipuaskan oleh Kristus, barulah kita dapat membimbing orang menerima Kristus dan berkontak dengan Dia. Mengapa Anda sulit bersaksi? Karena Anda belum dipuaskan oleh Kristus. Mengapa Anda sulit memberitakan Injil? Karena Anda sendiri belum dipuaskan oleh Injil itu. Kalau Anda pernah makan di sebuah restoran dan Anda sangat dipuaskan, tentu tidak sulit bagi Anda untuk mereferensikannya kepada teman-teman Anda. Demikian pula, hanya apabila kita telah dipuaskan oleh Kristus setiap hari, barulah kita memiliki kekuatan untuk meninggalkan “sumur dan tempayan” kita, lalu pergi bersaksi bagi Tuhan kepada orang-orang di sekitar kita.

27 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 3 Kamis

Jalan Mendapatkan Air Hidup (2)
Yohanes 4:23
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.

Ayat Bacaan: Yoh 4:23-24; Ef 2:22 ; Im.1-6; Ul.12:5

Menurut konsepsi tradisi agama yang dianut oleh perempuan Samaria itu, menyembah Allah haruslah di tempat tertentu. Sebab itu dia berkata, “Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah” (Yoh. 4:20). Namun Tuhan menegaskan kepada perempuan itu, “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem” (Yoh. 4:21).
Bahkan sampai hari ini pun banyak orang yang menganggap bahwa tempat-tempat sakral tertentu sebagai pusat penyembahan. Kalau bukan di tempat-tempat itu, rasanya tidak bisa menyembah Allah. Namun menurut ketetapan Allah dalam Perjanjian Baru, penyembahan yang benar bukanlah masalah tempat, bukan masalah di gunung ini atau di gunung itu, melainkan masalah di dalam roh dan kebenaran (realitas). Tuhan berkata, “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:23-24).
Untuk mendapatkan air hayat yang Tuhan janjikan, langkah kedua yang harus kita lakukan setelah mengaku dosa, adalah menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Penyembahan yang benar adalah di dalam roh, artinya kita harus menggunakan roh kita untuk berkontak dengan Allah, yang adalah Roh. Kapan kala kita dengan roh kita berkontak dengan Allah, sebenarnya kita sedang meminum Dia sebagai air hayat kita. Inilah penyembahan yang sejati.
Sayang sekali, dalam kekristenan yang merosot hari ini, penyembahan yang sejati terhadap Allah sedikit demi sedikit telah berubah bentuk menjadi panggung hiburan (entertainment). Orang tidak lagi memperhatikan masalah roh dan realitas, tetapi lebih memperhatikan bagaimana menyiapkan sebuah acara kebaktian yang menghibur. Saudara saudari kekasih, pertemuan ibadah kita bukanlah sebuah panggung hiburan, melainkan setiap orang harus menggunakan rohnya menyembah Allah di dalam Kristus, Sang realitas itu.

26 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 3 Rabu

Jalan Mendapatkan Air Hidup (1)
Yohanes 4:15
Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”

Ayat Bacaan: Yoh. 4:12-18; 3:31

Dosa dan hal-hal materi memang tidak dapat memuaskan manusia. Namun bagaimana dengan tradisi agama? Dalam Yohanes 4:12, perempuan Samaria itu sangat membanggakan Yakub dan sumurnya. Namun Tuhan dengan jelas berkata, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,...” Sumur Yakub melambangkan sesuatu yang diwariskan turun-temurun, yakni mewakili tradisi agama hari ini. Tidak peduli betapa baiknya tradisi yang diwariskan kepada kita, itu tidak dapat memuaskan, tidak dapat dibandingkan dengan Kristus, Persona yang lebih besar daripada siapa pun (Yoh. 3:31).
Bagaimanakah caranya mendapatkan air hidup itu? Perlu meminta dan mengaku dosa. Kata perempuan Samaria itu, “Tuan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air” (Yoh. 4:15). Sewaktu perempuan itu meminta air hayat, Tuhan tidak mencelanya. Dengan lembut Tuhan berkata, “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini” (Yoh. 4:16). Perkataan ini bertujuan untuk menjamah hati nuraninya dan perbuatannya yang amoral, agar ia berpaling dari dosa-dosanya.
Perempuan Samaria itu berkata, “Aku tidak mempunyai suami.” Ini adalah pengakuan dosanya yang jujur. Tuhan menghargai pengakuannya dan berkata, “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau telah berkata benar” (Yoh. 4:17-18). Alangkah pentingnya mengaku dosa. Melalui pengakuan dosanya yang jujur, perempuan Samaria itu pun akhirnya mendapatkan air hayat, sumber kepuasan yang sejati.
Selama ini mungkin kita juga memiliki banyak “suami”, sebagaimana perempuan Samaria itu. “Suami” kita mungkin adalah karier kita, hobi kita, atau hal-hal dosa yang tidak rela kita tinggalkan. Sebenarnya, segala sesuatu yang kita sandari atau sukai di luar Kristus dan menggantikan Kristus, itulah “suami” kita. Saudara saudari kekasih, untuk mendapatkan air hayat itu, kita harus berani mengaku dosa dan membuang “suami-suami” kita itu. Sebagai gantinya, kita akan mendapatkan Kristus sebagai air hayat. Dialah suami kita yang sejati, satu-satunya Persona ajaib yang dapat memuaskan kita.

25 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 3 Selasa

Tidak Haus Selama-lamanya
Yohanes 4:13-14a
Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 4:10, 13-14; 1:6

Orang berdosa sebenarnya adalah orang yang haus. Banyak orang berbuat dosa justru untuk meleraikan rasa haus di dalam mereka. Dunia hiburan malam, pesta-pora, kemabukan, pornografi, perjudian, dan masih banyak kehidupan dosa lainnya begitu dicari orang sebab mereka mengira hal-hal itu dapat memuaskan mereka. Namun, siapa pun dapat bersaksi: semakin berbuat dosa, justru semakin bertambah haus.
Tidak hanya hal-hal yang dosa, bahkan hal-hal yang kedengarannya positif pun tidak dapat meleraikan haus kita. Semakin banyak mendapatkan uang, orang akan semakin haus. Semakin populer seseorang, ia pun akan semakin haus. Uang, ketenaran, jabatan, penampilan yang menarik, bila tidak disikapi dengan hati-hati, justru dapat menjerumuskan orang ke lembah dosa yang paling dalam. Semuanya ini membuktikan bahwa semakin manusia ingin memuaskan dirinya dengan hal-hal duniawi, semakin cepatlah ia terjerumus ke dalam keadaan yang amoral. Adakah jalan keluarnya?
Puji Tuhan! Yesus tahu di mana kita berada dan tahu keadaan kita. Alkitab mengatakan bahwa bukan kita yang mencari Dia, melainkan Dialah yang lebih dulu datang mencari kita. Sebelum perempuan Samaria tiba di sumur Yakub, Tuhan sudah duduk di sana. Ini menunjukkan belas kasihan dan simpati dari Juruselamat kita (Yoh. 1:16). Tatkala Tuhan Yesus sedang menantikan orang dosa datang, Ia merasa dahaga. Orang dosa dahaga, Dia pun dahaga. Dia dahaga terhadap kita. Bagi-Nya, kita inilah air pelepas dahaga-Nya.
Setelah berjumpa dengan perempuan Samaria yang amoral itu, Tuhan lalu menawarkan kepadanya air yang lain. Dia berkata, “... barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya” (Yoh. 4:14a). Yang kita perlukan adalah meminta kepada-Nya agar Dia memberi kita air hayat, air yang dapat memuaskan dahaga kita (Yoh. 4:10). Air ini tidak lain adalah Kristus sendiri. Kristus memuaskan kita hari ini, besok dan sampai kekal. Ia selalu baru, selalu segar dan selalu memuaskan. Siapa saja yang minum Kristus, ia takkan haus lagi, sebab Kristus akan menjadi mata air di dalamnya yang memancar terus sampai kepada hidup yang kekal.

24 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 3 Senin

Mencari Kepuasan yang Sejati
Yohanes 4:13-14a
Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.”

Ayat Bacaan: Yoh. 4:13-14; 1 Ptr. 3:7

Menurut pengalaman rohani, kebutuhan pertama bagi umat manusia ialah dilahirkan kembali. Kelahiran kembali membuat kita mendapatkan hayat Allah dan sifat Allah sehingga kita bisa menjadi ekspresi-Nya yang korporat. Lalu, apakah kebutuhan kedua bagi umat manusia? Kebutuhan yang kedua ialah kepuasan. Sebelum kita diselamatkan, kita semua pasti pernah merasa hampa. Sekalipun kita sukses di dunia, di dalam kita tetap ada ketidakpuasan. Di luar Kristus, setiap orang, entah dia itu tua, muda, kaya, miskin, tinggi, rendah, tidak ada yang memiliki kepuasan sejati.
Dalam Injil Yohanes 4:1-42, tampak bahwa masalah utama dari perempuan Samaria itu adalah tidak adanya kepuasan. Tidak adanya kepuasan dalam hidupnya telah menjerumuskan dia ke dalam kondisi yang amoral, begitu amoralnya sehingga Alkitab pun tidak mencantumkan namanya. Menurut kebiasaan di Timur Tengah, para perempuan umumnya datang menimba air di waktu senja, bukan di siang bolong. Namun perempuan Samaria ini datang sendirian menimba air di tengah hari, berharap tak seorang pun melihatnya.
Sebenarnya siapakah perempuan Samaria ini? Menurut perlambangan dalam Alkitab, pertama-tama, perempuan melambangkan manusia yang perlu bersandar kepada Allah. Kapan kala kita ingin merdeka terhadap Allah, di dalam kita segera kehilangan kepuasan. Kedua, perempuan juga melambangkan kelemahan (1 Ptr. 3:7). Jangan mengira diri Anda kuat. Kita wajib menyadari bahwa kita ini lemah, sebab itu perlu bersandar pada Allah. Terakhir, perempuan juga melambangkan kedambaan yang batiniah. Tuhan menciptakan kedambaan batiniah di dalam kita agar kita mencari Dia, dipuaskan oleh-Nya.
Saudara saudari kekasih, adakah hal di dunia ini yang dapat memuaskan Anda? Adakah suatu hal di dunia ini yang dapat disandari sepenuhnya? Tidak ada! Tuhan berkata kepada perempuan Samaria itu, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,...” (Yoh. 4:13). Ya, segala hal di dunia ini seperti air, dapat kita “minum” (nikmati), tetapi setelah minum tetap akan haus lagi. Uang, hiburan, pendidikan, kesuksesan, mungkin bisa kita raih, namun tidak dapat memuaskan kita. Hanya Kristus yang dapat memuaskan kita!

23 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 3 Minggu

Yesus Harus Melintasi Daerah Samaria
Yohanes 4:6-7
Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.”

Ayat Bacaan: Yoh. 4:4-7; 2 Raj. 16:24, 29; 17:6, 24

Ketika Tuhan Yesus meninggalkan Yudea dan kembali ke Galilea, Dia sengaja melintasi daerah Samaria. Samaria melambangkan tempat orang berdosa. Lalu sampailah Tuhan ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar. Di situ terdapat sumur Yakub. Karena Yesus sangat letih, Ia pun duduk di pinggir sumur itu. Waktu itu hari kira-kira pukul dua belas siang. Tidak lama kemudian, datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Yesus pun berkata kepadanya, “Berilah Aku minum.”
Tuhan mengawali pembicaraan-Nya dengan perempuan Samaria itu dengan berkata, “Berilah Aku minum.” Perkataan Tuhan ini menunjukkan bahwa sebagai Juruselamat, Dia haus dalam hal melakukan kehendak Bapa, yakni menyelamatkan jiwa. Tuhan datang ke Samaria dengan maksud mencari perempuan Samaria ini, agar ia menjadi seorang penyembah Bapa. Demi satu jiwa itulah Tuhan merasa perlu secara khusus datang ke sana.
Menurut sejarah, tidak ada orang Yahudi yang mau melewati daerah Samaria. Samaria adalah daerah utama pada bagian utara kerajaan Israel, dan juga adalah lokasi ibukota (2 Raj. 16:24, 29). Tujuh ratus tahun SM, orang Asyur pernah menjajah Samaria, kemudian mengangkut orang-orang dari Babel dan negara kafir lainnya yang menyembah berhala ke kota Samaria (2 Raj. 17:6, 24). Semenjak itu, orang-orang Samaria menjadilah orang berdarah campuran, antara orang kafir dengan orang Yahudi. Walau mereka memiliki Pentateuch (lima kitab Musa), dan mereka menyembah Allah berdasarkan bagian tersebut dalam Perjanjian Lama; tetapi bangsa Yahudi tak pernah mau mengakui mereka sebagai bagian dari bangsa Yahudi.
Kendati orang Yahudi tak mau melewati daerah Samaria, namun Tuhan Yesus justru berkunjung ke sana. Karena kehendak Bapa, Tuhan mengharuskan diri-Nya lewat di daerah itu. Tuhan tahu dengan pasti bahwa di tengah hari akan ada seorang perempuan amoral akan pergi ke sumur Yakub untuk mengambil air. Saudara saudari kekasih, apakah kita memiliki rasa “haus” seperti yang dimiliki oleh Tuhan? Kalau kita memiliki rasa “haus” yang demikian, kita tentu akan dengan senang hati pergi memberitakan Injil bagi Tuhan.

22 May 2009

Yohanes Volume 2 - MInggu 2 Sabtu

Belajar Berbicara Bagi Tuhan
Yohanes 3:34
Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:34; Ibr. 1:1-2; 2 Ptr. 1:21; Mzm. 100:1; Rm. 6:6; Gal. 2:20

Pertambahan Kristus di dalam kita hanya dapat digenapkan melalui suplai firman dan Roh itu. Suplai firman dan Roh itu sangat berkaitan dengan pembicaraan Allah. Allah kita adalah Allah yang berbicara. Dalam Perjanjian Lama, Allah berbicara dengan perantaraan nabi-nabi, yaitu melalui orang-orang yang didorong oleh Roh-Nya (2 Ptr. 1:21). Namun dalam Perjanjian Baru, Ia berbicara dengan perantaraan Putra (Ibr. 1:1-2).
Melalui kelahiran kembali, Allah yang berbicara ini tinggal di dalam kita, dan Dia menghendaki kita berbicara bagi Dia. Sayangnya, situasi kekristenan dewasa ini justru sebaliknya. Di kantor atau di sekolah, misalnya, sedikit sekali orang Kristen yang mau membicarakan Tuhan kepada teman-teman mereka, sedikit yang mau berbicara bagi Allah dan Kristus. Kekristenan yang tradisional telah menyebabkan mayoritas kaum beriman menjadi “bisu”. Setiap hari Minggu pagi, kebanyakan umat Kristen hanya menjadi pendengar. Hal ini telah berlangsung selama ratusan tahun sehingga telah menjadi suatu tradisi dan kebiasaan. Kita semua perlu bangkit dan membuang kebiasaan ini.
Bila kita berkumpul dalam suatu perhimpunan ibadah, kita harus berbicara. Ada banyak cara untuk berbicara. Berseru kepada nama Tuhan, menyanyi, memuji, dan berdoa, adalah jenis lain dari berbicara. Ketika kita berhimpun, kita seharusnya datang dengan doa, nyanyian, dan pujian. Mazmur 100:1 mengatakan, “Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!” Kehidupan kita seharusnya kehidupan yang bersorak-sorak bagi Tuhan.
Agar dapat berbicara bagi Tuhan, kita harus melawan manusia alamiah kita beserta watak dan kebiasaannya. Jika kita adalah orang yang pendiam, kita harus melawan manusia alamiah kita beserta sifat pendiamnya itu, belajar memikul salib (Rm. 6:6; Gal. 2:20). Kedua, kita perlu melatih roh kita dan belajar bagaimana mengutarakan apa yang ingin kita bicarakan bagi Tuhan. Kita seharusnya meluangkan cukup banyak waktu untuk belajar bagaimana berbicara bagi Tuhan, bahkan seharusnya berpuasa dan berdoa. Latihan yang demikian akan memperkaya pembicaraan kita sehingga Roh Allah yang tak terbatas itu dapat dilayankan kepada orang lain bagi pembangunan gereja.

21 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 2 Jumat

Mengalami Kristus yang Tak Terukur
Yohanes 3:34
Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:34

Kristus harus bertambah dan kita semua harus berkurang, sebab Kristus itu tak terbatas, meliputi segala sesuatu (almuhit). Secara lahiriah, Dia memang kecil dan direndahkan orang, sebab Dia dibesarkan di Nazaret, di rumah seorang tukang kayu yang miskin. Dalam penampilan-Nya, Dia tidak tampan, juga tidak semarak. Namun, sebenarnya Kristus itu tak terukur. Dia lebih tinggi daripada sorga dan lebih lebar dari alam semesta. Dia itu melampaui segala-galanya.
Yohanes 3:34 mengatakan, “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.” Ayat tersebut memperlihatkan dua hal: Tuhan Yesus menyampaikan firman Allah kepada umat-Nya, dan Ia memberi Roh Kudus kepada umat Allah tanpa batas. Karena Kristus sendiri tak terbatas, maka Roh yang Dia karuniakan juga tanpa batas.
Di dalam gereja, dua hal utama yang kita perlukan adalah firman Allah dan Roh yang tak terbatas. Tanpa kedua hal tersebut, gereja hanyalah sebuah organisasi yang tanpa hayat, tidak ada pembangunan yang sejati. Rahasia pertumbuhan gereja sebagai Tubuh Kristus adalah adanya suplai firman Allah dan Roh yang tak terbatas. Karena itu, kita harus sangat menghargai kedua hal tersebut, bahkan lebih mementingkan keduanya daripada urusan apa pun di dalam gereja. Begitu kita kekurangan suplai firman Allah dan kekurangan Roh itu, maka segera kita jatuh dalam kondisi yang merosot. Sebaliknya, asalkan kita mempunyai firman yang berlimpah dan Roh yang hidup, itu sudahlah merupakan bukti bahwa kita ini gereja. Di mana Tuhan Yesus berada, di sanalah Anda akan menjumpai firman yang kaya dan Roh yang hidup.
Pemberitaan Injil kita seharusnya penuh dengan firman dan Roh. Tanpa firman dan Roh, pemberitaan Injil kita kosong melompong, tidak ada isi dan kuasa. Pelayanan apa pun tidak boleh kekurangan firman dan Roh. Kita tidak bisa mengandalkan cara-cara manusia atau pengalaman di masa lampau. Kita perlu membiarkan firman-Nya dengan limpah tinggal di dalam kita dan Roh-Nya meluapi kita, barulah kita dapat melayani Dia dengan tepat.

20 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 2 Kamis

Dia Harus Makin Besar, Aku Harus Makin Kecil
Yohanes 3:30-31a
Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:30; Kol. 2:19

Setelah berbicara mengenai mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, Yohanes Pembaptis kemudian berkata, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Kita wajib membiarkan Kristus bertambah, sedang kita yang menyusut. Semua orang yang kita bimbing wajib kita bawa kepada-Nya. Jika semua penginjil dan pemimpin kekristenan mau berkata, “Tuhan, biarlah semua orang yang kami layani datang kepada-Mu, agar Engkau bertambah dan kami berkurang”, niscaya lenyaplah segala problema.
Pembangunan gereja sebagai Tubuh Kristus adalah melalui pertumbuhan kita dalam hayat, dan pertumbuhan kita dalam hayat adalah melalui pertumbuhan Allah di dalam kita. Kolose 2:19 mengatakan bahwa seluruh Tubuh bertumbuh dengan pertumbuhan Allah. Ini berarti pertumbuhan kita di dalam hayat ilahi memerlukan Allah bertumbuh di dalam kita. Ketika Allah bertumbuh di dalam kita, kita bertumbuh dengan pertumbuhan Allah. Memang di dalam diri-Nya sendiri, Allah tidak perlu bertumbuh; tetapi di dalam kita, Ia perlu bertumbuh.
Marilah kita memeriksa keadaan kita yang sebenarnya. Manakah yang lebih banyak di dalam kita: diri sendiri, ataukah Allah? Kita mungkin mengatakan bahwa kita memiliki Allah, bersatu dengan Allah. Tetapi bagaimanakah dengan fakta keadaan kita akhir-akhir ini? Banyak di antara kita harus mengakui bahwa di atas diri kita, kadar Allah masih sangat sedikit. Mengapa demikian? Sebab kita tidak memberi ruangan yang memadai bagi-Nya untuk bertumbuh di dalam kita. Sebaliknya, ada banyak hal selain Allah yang menduduki hati kita, sehingga pertumbuhan Allah menjadi terhimpit. Inilah adalah masalah yang serius.
Kita dapat memberi Allah sedikit ruangan melalui berbicara bagi Dia. Kita perlu belajar berbicara bagi Tuhan, mengutarakan Tuhan ke dalam orang lain. Semakin kita berbicara, semakin kita memiliki sesuatu untuk dibicarakan. Semakin kita berbicara, semakin kita menerima suplaian Allah. Dengan jalan demikian, Ia bertumbuh di dalam kita. Selain itu, kita pun dapat memberi Dia ruang untuk bertumbuh melalui berdoa. Semakin banyak berdoa, semakin Dia leluasa bergerak di dalam kita dan bekerja melalui kita. Kiranya kita terus belajar bekerja sama dengan Allah demi pertumbuhan-Nya di dalam kita.

19 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 2 Rabu

Kristus Datang Sebagai Mempelai Laki-laki
Yohanes 3:29
Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:29; 1 Kor. 6:17; Ef. 5:25-27; Gal. 2:20; 2 Kor. 11:2

Setelah kita percaya Tuhan dan dilahirkan kembali maka kita memperoleh hayat Allah masuk ke dalam kita. Hayat kekal ini membawakan Allah ke dalam kita dan menyingkirkan sifat setani di dalam daging kita. Tidak cukup demikian, melalui hayat-Nya, Tuhan membuat kita menjadi perkembangbiakan-Nya, yakni menjadi mempelai perempuan-Nya.
Mempelai perempuan Kristus adalah pertambahan Kristus. Semua orang yang dilahirkan kembali adalah pertambahan Kristus, dan pertambahan ini ialah jodoh Kristus. Mempelai perempuan ini juga adalah gereja, yang tersusun dari semua orang yang telah dilahirkan kembali. Tanpa kelahiran kembali, Kristus takkan beroleh mempelai perempuan yang adalah penambahan-Nya.
Seperti halnya istri dan suami itu menjadi satu tubuh, kitapun menjadilah satu roh dengan Kristus (1 Kor. 6:17). Sebagaimana istri adalah pertambahan suami, kita pun yang sebagai mempelai perempuan Kristus, juga adalah pertambahan-Nya. Kristus bertambah melalui kelahiran kembali kita, sebab pada saat kita dilahirkan kembali, Kristus terlahir ke dalam kita. Oleh sebab itu, dari hari ke hari, Dia seharusnya makin bertambah besar. Setiap saat di mana ada orang yang dilahirkan kembali, Kristus semakin diperbesar.
Sebagai mempelai laki-laki, apakah yang telah Kristus lakukan bagi kita? Tidak diragukan lagi, pertama-tama Dia mengasihi kita, bahkan menyerahkan diri-Nya bagi kita (Ef. 5:25). Kedua, Dia memberikan hayat-Nya tinggal di dalam kita, sehingga kita dapat hidup bersandar Dia, bukan bersandar diri sendiri (Gal. 2:20). Terakhir, Kristus melalui Roh-Nya yang berhuni di dalam kita terus mendandani kita sedemikian rupa sehingga kita siap dipersembahkan kepada-Nya (5:26-27) pada hari kedatangan-Nya yang kedua kali (Why. 19:7).
Sebaliknya, bagaimakah seharusnya sikap kita terhadap Kristus, Sang mempelai laki-laki? Rasul Paulus mengatakan bahwa kita harus hidup sebagai perawan suci, menjaga kesucian dan kemurnian kita terhadap-Nya (2 Kor. 11:2). Jangan biarkan dosa, dunia, dan hal-hal duniawi merusak kesucian dan kemurnian kita. Oleh sebab itu, kita perlu belajar hidup menurut roh dan membiarkan Dia membasuh kita dengan air dalam firman setiap hari.

18 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 2 Selasa

Yang Percaya, Beroleh Hayat Yang Kekal
Yohanes 3:16, Tl.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hayat yang kekal.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:14-16, 36; 6:54; 10:10

Dalam Injil Yohanes, menerima hayat kekal dibicarakan dalam empat cara. Pertama, Yohanes 3:16 mengatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Kedua, Yohanes 3:14-15 mengatakan, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Ketiga, Yohanes 6:54 mengatakan, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal.” Keempat, Yohanes 3:36 mengatakan, “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia mempunyai hidup yang kekal.” Keempat bagian ini memperlihatkan kepada kita bahwa tujuan Allah mengasihi kita adalah supaya kita mendapatkan hayat kekal-Nya.
Menurut pemahaman kebanyakan orang Kristen dewasa ini, mendapatkan hidup yang kekal itu berarti bahwa suatu hari kelak kita semua akan naik ke surga untuk menikmati berkat dan kebahagiaan selama-lamanya. Namun hidup yang kekal ini sebenarnya adalah hayat yang kekal, hayat Allah sendiri. Allah mengasihi kita bukan sekedar supaya kita ditebus dari dosa, atau supaya kita beroleh kemakmuran materi di jaman ini dan suatu hari diangkat ke surga seperti yang banyak diajarkan hari ini, melainkan supaya kita dapat menerima Dia sebagai hayat kekal kita (Yoh. 3:16; 10:10b). Tujuan Allah satu-satunya di atas diri kita adalah supaya kita dapat menerima hayat-Nya.
Tujuan Allah ini tidak pernah berubah. Seluruh Alkitab sebenarnya hanya membicarakan satu judul, yakni Allah ingin masuk ke dalam manusia sebagai hayat supaya manusia dapat mengekspresikan Dia dan berkuasa bagi Dia. Di balik kasih Allah yang besar terhadap manusia yang berdosa, terkandung suatu maksud yang seringkali tidak disadari oleh kebanyakan orang, yakni Allah ingin memberikan diri-Nya sebagai hayat kepada kita. Inkarnasi, kehidupan insani, kematian, dan kebangkitan Kristus, semuanya adalah untuk memberikan hayat kekal kepada kita. Inilah kasih Allah yang terbesar bagi kita: Dia memberikan diri-Nya sendiri sebagai hayat kita. Haleluya!

17 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 2 Senin

Memandang Kepada Anak Manusia Yang Telah Ditinggikan
Yohanes 3:14-15, Tl.
Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hayat yang kekal.

Ayat Bacaan: Yoh.3:14-15; Bil. 21:9; Ef. 6:16; Ibr. 2:14

Tidak perlu diragukan lagi bahwa seluruh umat manusia telah “dipagut” oleh ular berbisa (Iblis), sehingga seluruh umat manusia menghadapi kematian kekal yang mengerikan. Tidak seorang pun yang dapat mengatakan bahwa dirinya bebas dari dosa. Namun puji Tuhan, Allah memberikan kepada kita jalan untuk diselamatkan, yakni dengan memandang (percaya) kepada-Nya. Dalam Bilangan 21:9 disebutkan, “Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.” Inilah jalan keselamatan yang Allah sediakan bagi umat-Nya.
Sudahkah Anda memandang kepada Yesus dan percaya kepada-Nya? Yohanes 3:15 berkata, “Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Bagi orang yang dipagut ular, berbuat baik tidak ada gunanya, memperbaiki diri juga sia-sia adanya. Kalau dia mau tetap hidup, yang dia perlukan adalah memandang kepada ular tembaga yang Musa tinggikan di atas tiang. Seprinsip dengan itu, tidak ada jalan lain bagi orang yang berdosa bila tidak ingin binasa, selain percaya kepada Tuhan Yesus.
Satu hal yang perlu kita sadari bahwa Iblis hari demi hari terus berusaha menyuntikkan dosa dan hal-hal negatif ke dalam kita. Setelah dilahirkan kembali, tidak berarti bahwa kita sudah aman sepenuhnya dari serangan tipu daya si jahat. Alkitab mengingatkan kita bahwa kita perlu waspada terhadap panah api si jahat (Ef. 6:16). Panah api si jahat adalah cobaan-cobaan, usulan-usulan, keragu-raguan, pertanyaan-pertanyaan, dusta-dusta, kekuatiran, dan serangan-serangan Iblis, yang diarahkan khususnya kepada pikiran kita.
Agar diselamatkan dari serangan Iblis, kita perlu berpaling kepada Tuhan, melatih roh kita, dan berpegang pada firman Tuhan sebagai perisai iman kita. Ketika Iblis mulai menyerang pikiran kita, kita dapat berseru: “O, Tuhan Yesus, aku berlindung di dalam darah-Mu.” Untuk mematahkan panah api si jahat, kita pun dapat memproklamirkan firman Tuhan dalam Ibrani 2:14 dengan berkata: “Hai Iblis, melalui kematian-Nya, Tuhan telah memusnahkan engkau! Engkau tidak lagi berkuasa atasku. Enyahlah engkau, Iblis!”

16 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 2 Minggu

Keadaan Manusia Yang Sebenarnya
Yohanes 3:14
Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:10-14; Rm. 3:23; 6:23; Bil. 21:4-9; Mat. 12:34; Ibr. 2:14

Dalam Kejadian pasal dua, kita dapat melihat bagaimana keadaan manusia pertama yang diciptakan Allah. Manusia pertama ini diciptakan begitu baik, bahkan sangat baik. Namun di dalam Kejadian pasal tiga, kita melihat manusia mulai jatuh. Manusia terkena “racun” dari ular, tertipu oleh tipu daya Iblis. Sejak hari itulah manusia memiliki dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka upah yang patut diterima oleh manusia adalah maut (Rm. 6:23). Nasib yang demikian bukan saja diterima oleh Adam, akan tetapi juga diwarisi oleh setiap keturunan Adam. “Racun” ular (sifat dosa) yang telah disuntikkan ke dalam manusia ini, lama kelamaan akan membawa manusia kepada maut. Inilah upah dan nasib seluruh umat manusia yang sesungguhnya.
Dalam Perjanjian Lama terdapat suatu kisah di mana Musa membuat ular tembaga dan meletakkannya di atas tiang supaya setiap orang yang dipagut oleh ular ganas dapat diselamatkan (Bil. 21:9). Ular tembaga di atas tiang melambangkan Tuhan Yesus di atas salib. Sebagai “ular tembaga”, Dia memiliki bentuk ular, tetapi tidak memiliki racun ular (sifat dosa). Di atas salib, Tuhan Yesus mengambil bentuk “ular” karena dia mati untuk menggantikan manusia yang telah “menjadi ular” dalam sifat batininya. Di mata Allah umat manusia telah menjadi “ular” (Mat. 12:34). Namun, di atas salib, Tuhan Yesus telah menghancurkan Iblis dan sifat Iblis di dalam kita (Ibr. 2:14).
Nikodemus mungkin mengira dirinya adalah orang yang bermoral dan baik. Tetapi perkataan Tuhan kepadanya menyiratkan bahwa tak peduli bagaimana baiknya Nikodemus secara luaran, di dalam dirinya tetap ada sifat Iblis (Yoh. 3:10-14). Sebagai keturunan Adam, dia telah “diracuni” oleh Iblis dan sifat Iblis (sifat dosa) ada di dalam dia. Sebab itu dia tidak hanya memerlukan Tuhan sebagai Anak Domba Allah untuk menghapus dosanya (Yoh. 1:29), juga memerlukan Tuhan sebagai “ular tembaga” yang ditinggikan (Yoh. 3:14; Bil. 21:4-9). Dalam ketersaliban-Nya, Kristus ditinggikan sebagai “ular tembaga” untuk menanggulangi sifat dosa di dalam kita, agar kita yang memandang (percaya) kepada-Nya mendapatkan hayat yang kekal.

15 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 1 Sabtu

Roh Kelahiran Kembali
Yohanes 3:6
Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:6; 1 Tim. 4:7; 2 Tim. 1:7; 4:22; Rm. 8:4; 1 Kor. 6:17; Ef. 6:18

Setelah roh manusia kita dilahirkan kembali oleh Roh Allah (Yoh. 3:6), selanjutnya bagaimanakah sikap kita terhadap roh kita? Satu Timotius 4:7 mengatakan, “Latihlah dirimu beribadah.” Dua Timotius 1:7 mengatakan, “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Kemudian Dua Timotius 4:22 mengatakan, “Tuhan menyertai rohmu.” Jika kita menggabungkan semua ayat ini, kita dapat melihat bahwa melatih diri beribadah tergantung pada melatih roh kelahiran kembali kita, tempat Tuhan berada. Dengan kata lain, jika kita ingin melatih diri beribadah, kita harus mengetahui bagaimana melatih roh kita, karena Allah ada di dalam roh kita.
Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan menurut roh (Rm. 8:4), sebab roh kita telah berbaur dengan Roh Tuhan (1 Kor. 6:17). Apapun yang kita lakukan, apapun yang kita katakan, kita harus melakukannya dan mengatakannya dengan roh kita. Mengasihi isteri itu tidak salah, ini sangat baik. Memikirkan pengajaran Alkitab dan mencari pengetahuan itu juga baik. Tetapi kasih, pertimbangan, dan pencarian kita, kita sering kali tidak bergantung kepada Tuhan. Kita menaruh pikiran kita, yang mewakili diri kita, pada begitu banyak perkara di luar Tuhan. Kita semua harus belajar satu perkara: apapun yang kita lakukan, kita harus berpaling kepada Tuhan yang berhuni di dalam roh kita.
Semua masalah yang timbul dalam kehidupan kita, sebagian besar diakibatkan oleh satu penyebab, yakni kita yang tidak melatih atau menggunakan roh kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak mempedulikan roh kita, kurang memperhatikan roh. Kita lebih banyak memperhatikan perkara yang baik menurut kita dan berusaha untuk melakukan perkara-perkara tersebut dengan kemampuan kita sendiri. Itulah sebabnya kita kemudian terbentur dengan banyak masalah yang merepotkan. Kita harus mulai melatih roh kita melalui berdoa, karena berdoa pada dasarnya terjadi di dalam roh (Ef. 6:18). Sebab itu cara terbaik bagi kita untuk melatih roh kita adalah dengan belajar berdoa. Latihan roh yang demikian membuat kita mengalami kemenangan, menikmati Tuhan, dan memperhidupkan Tuhan.

14 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 1 Jumat

Roh Allah Melahirkan Roh Manusia
Yohanes 3:6
Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:6; 4:24; Za. 12:1

Banyak dari antara kita mungkin memiliki konsepsi bahwa karena kita sangat berdosa, jahat dan buruk, maka kita perlu dilahirkan kembali. Namun, misalkan saja Anda tidak jahat atau berdosa, Anda sangat baik, bahkan lebih baik daripada malaikat, apakah Anda masih perlu dilahirkan kembali? Masih perlu! Para malaikat Allah memang baik, tetapi mereka tidak memiliki hayat Allah. Kita perlu dilahirkan kembali, tidak peduli kita baik atau buruk, sebab kita membutuhkan hayat Allah. Seandainya kita tidak berdosa sekalipun, kita masih perlu dilahirkan ulang, dilahirkan kembali.
Alkitab dengan jelas mengungkapkan bahwa kita memiliki roh (Za. 12:1). Allah menciptakan roh di dalam kita supaya kita dapat berhubungan dengan-Nya. Dalam Yohanes 3:6 Tuhan Yesus mengatakan, “Apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” Mudah bagi kita untuk mengerti bahwa Roh yang pertama pastilah Roh Allah, dan roh yang kedua adalah roh manusia. Jadi, yang dilahirkan oleh Roh Allah bukanlah tubuh atau jiwa, melainkan roh manusia.
Roh kita dilahirkan oleh Allah yang masuk ke dalam roh kita menjadi hayat kita. Sekarang hayat ilahi ini ada di dalam roh kita. Roh kita terlahir karena hayat Allah masuk ke dalamnya, dan kelahiran ini tidak ada hubungannya dengan kejatuhan manusia. Bahkan seandainya Adam tidak pernah jatuh ke dalam dosa, ia masih perlu dilahirkan kembali. Tanpa itu, ia tidak dapat mengekpresikan Allah dan berkuasa bagi Allah. Namun puji Tuhan, melalui kelahiran kembali, kini di dalam roh kita ada hayat, dan hayat ini adalah Allah sendiri.
Roh manusia adalah titik terpenting kehidupan batiniah kita. Dalam roh inilah kita telah dilahirkan kembali dan dalam roh inilah kita menyembah Allah (Yoh. 4:24). Dalam roh kita yang dilahirkan kembali inilah kita menyembah Allah, melayani Allah, bersekutu dengan saudara saudari, dan kita bertumbuh dalam hayat ini. Dalam roh ini pulalah kita menempuh kehidupan gereja yang normal. Jika Anda tidak berada di dalam roh, Anda tidak dapat menempuh kehidupan gereja dengan tepat. Jika kita berpaling ke dalam roh kita, barulah kita bisa bersatu, sehati, dan terbangun dengan kaum beriman lain. Dengan kata lain, seluruh kehidupan rohani kita, semuanya tergantung pada roh kita.

13 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 1 Kamis

Pengalaman Atas Kelahiran Kembali
Yohanes 3:5
Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan
dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.”


Ayat Bacaan: Yoh. 3:5; Rm. 8:4, 13; Gal. 5:25

Kelahiran kembali membuat seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh. 3:5). Melalui kelahiran jasmani dari orang tua kita, kita mendapatkan hayat manusia, sehingga kita dapat masuk ke dalam kerajaan manusia dan tunduk kepada hukum yang berlaku di dalam ruang lingkup kerajaan manusia. Demikian pula, melalui kelahiran kembali dari air dan Roh, kita mendapatkan hayat Allah, sehingga kita dapat masuk ke dalam ruang lingkup Kerajaan Allah, di mana kita diatur oleh hukum hayat-Nya.
Banyak orang mengira bahwa masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah perkara yang akan datang. Mereka berpikir setelah mereka mati suatu hari nanti, barulah malaikat Tuhan akan membawa mereka masuk ke dalam Kerajaan Allah. Namun menurut terang Yohanes 3:5, begitu seseorang dilahirkan dari air dan Roh, saat itu juga dia masuk ke dalam Kerajaan Allah. Mengapa? Sebab Kerajaan Allah di sini bukan mengacu kepada suatu tempat (alam materi) seperti yang dibayangkan oleh banyak orang, melainkan suatu ruang lingkup pemerintahan Allah melalui hayat-Nya. Masuk ke dalam Kerajaan Allah di sini berarti masuk ke dalam ruang lingkup pemerintahan-Nya.
Hidup di dalam Kerajaan Allah menuntut ketaatan kita. Melalui kelahiran kembali, Allah memberi kita hati yang baru dan roh yang baru. Hati yang baru adalah hati yang lunak terhadap Allah, juga hati yang taat di bawah pemerintahan Allah. Selain itu, hati yang baru akan membuat kita mengasihi Allah dan perkara-perkara milik Allah, sebaliknya membenci dosa, dunia, dan perkara-perkara di luar Allah. Lalu apakah gunanya roh yang baru? Roh yang baru adalah roh yang dihidupkan kembali fungsinya sehingga kita bisa berkontak dengan Allah dan memungkinkan kita hidup dalam persekutuan dengan Allah.
Saudara saudari kekasih, asal kita sudah dilahirkan kembali, kita semua sudah berada di dalam Kerajaan Allah, sudah berada di dalam ruang lingkup pemerintahan ilahi-Nya. Yang kita perlukan sekarang adalah hidup menurut pengaturan, pembatasan, juga bimbingan dari Roh itu yang berhuni di dalam kita (Rm. 8:4, 13; Gal. 5:25). Hati yang baru dan roh yang baru memungkinkan kita hidup di dalam ketaatan terhadap pemerintahan ilahi-Nya.

12 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 1 Rabu

Dilahirkan dari Air dan Roh
Yohanes 3:5
Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan
dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.”


Ayat Bacaan: Yoh. 3:4-5

Nikodemus tidak mengerti apa yang Tuhan maksud dengan perkara dilahirkan kembali. Sebab itu dia bertanya kepada Tuhan, “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” (Yoh. 3:4). Pertanyaan ini menunjukkan bahwa perkara kelahiran kembali berada di luar konsepsi alamiah manusia yang jatuh. Tidak peduli berapa kali Nikodemus dilahirkan dari rahim ibunya, dia tetap harus dilahirkan kembali, sebab kelahiran kembali yang Tuhan maksudkan bukanlah kelahiran secara jasmaniah, melainkan dilahirkan dari air dan Roh (Yoh. 3:5).
Apakah yang dimaksud dengan dilahirkan dari air dan Roh? “Air” adalah konsepsi utama ministri Yohanes Pembaptis, yaitu untuk menyelesaikan manusia ciptaan lama; “Roh” adalah konsepsi utama ministri Yesus, yaitu untuk penunasan manusia di dalam ciptaan baru. Dua konsepsi utama ini bersama-sama membentuk pengertian tentang kelahiran kembali. Dilahirkan dari air adalah dikubur, diakhiri, sedangkan dilahirkan dari Roh itu adalah dibangunkan dari kematian untuk dibangkitkan dan ditunaskan. Jadi, kelahiran kembali adalah penyelesaian manusia ciptaan lama dengan semua perbuatannya, dan penunasan manusia di dalam ciptaan baru dengan hayat Allah.
Bagi kaum beriman sejati di dalam Kristus, perihal kelahiran kembali tidak boleh hanya menjadi sebuah fakta sejarah di masa lampau. Realitas kelahiran kembali perlu kita alami dalam kehidupan kita setiap hari. Artinya, kehidupan dan perilaku kita setiap hari haruslah berada dalam prinsip kelahiran kembali, di mana manusia lama kita diakhiri dan ciptaan baru ditunaskan di dalam kita. Ketika kita berbicara kepada teman-teman sekantor kita, misalnya, kita perlu menerapkan prinsip pengakhiran dan penunasan ini. Demikian pula dalam hal mengurus keluarga, mengambil keputusan, dan lain sebagainya. Kita harus berdiri pada posisi sebagai orang yang sudah dilahirkan kembali. Kalau tidak demikian, orang lain akan sulit melihat perbedaan di atas diri kita dengan kebanyakan orang lainnya. Fakta kelahiran kembali haruslah menjadi realitas dalam kehidupan kita, menjadi pengalaman dan kesaksian kita.

11 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 1 Selasa

Keadaan Sebelum Dilahirkan Kembali
Yohanes 3:3
Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”

Ayat Bacaan: Yoh. 1:13; 3:5

Bagaimanakah Alkitab menggambarkan kondisi kita sebelum dilahirkan kembali? Pertama, Alkitab mengatakan bahwa sifat kita rusak. Yeremia 17:9 mengatakan: “Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” Meskipun ayat ini membicarakan hati manusia, tetapi sebenarnya ditujukan kepada sifat manusia. Sebelum kelahiran kembali, sifat asli kita itu licik dan bobrok, sangat rusak, dan tidak dapat selaras dengan sifat Allah.
Kedua, hati kita keras (membatu) terhadap Allah. Yehezkiel 36:26 mengatakan bahwa hati asli kita adalah “hati yang keras”. Ini berarti bahwa sebelum dilahirkan kembali, hati kita terhadap Allah selalu memberontak, keras kepala, dan sekeras batu. Ketiga, roh kita mati terhadap Allah. Sebelum kelahiran kembali, karena dosa (Ef. 2:1), roh kita mati terhadap Allah dan telah kehilangan fungsinya untuk berkontak dengan Allah. Karena itu, kita tidak dapat bersekutu dengan Allah ataupun mengerti hal-hal rohani dari Allah. Keempat, manusia terpisah dari hayat Allah. Karena sifat manusia yang belum dilahirkan kembali itu rusak, hatinya keras terhadap Allah, dan rohnya mati terhadap Allah, maka seluruh dirinya terpisah dari hayat Allah (Ef. 4:18).
Dengan keadaan seperti yang digambarkan oleh Alkitab di atas, mungkinkah seseorang hidup dalam ruang lingkup Kerajaan Allah? Tentu tidak mungkin. Namun puji Tuhan, melalui kelahiran kembali, semua masalah di atas telah teratasi. Melalui terang Roh Kudus, pada saat kita dilahirkan kembali, kita nampak betapa rusaknya hayat insani kita. Terang ini membuat hati kita penuh dengan penyesalan dan pertobatan kepada Allah. Penyesalan dan pertobatan yang demikian akhirnya membuat kita berkontak dengan hayat Allah.
Karena penyesalan, pertobatan, dan iman kita dalam menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, kita dapat menjamah hayat Allah yang ada di dalam Kristus. Tindakan iman yang demikianlah yang membuat kita dilahirkan kembali sehingga mendapatkan hayat Allah, di samping hayat insani kita. Satu Yohanes 5:12 mengatakan, “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hayat; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hayat (Tl.).”

10 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 1 Senin

Keperluan Orang Luhur
Yohanes 3:3
Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”

Ayat Bacaan: Yoh. 3:2-3

Ketika Nikodemus pada suatu malam datang kepada Tuhan Yesus, sebenarnya apakah yang dia harapkan? Dari perkataannya kepada Tuhan, dapat kita ketahui bahwa Nikodemus berharap Tuhan Yesus akan memberikan suatu pengajaran. Dalam Yohanes 3:2, Nikodemus memanggil Tuhan sebagai “Rabi”, juga menyebut-Nya sebagai “guru yang diutus Allah”. Mungkin dia berpendapat dirinya memerlukan suatu pengajaran yang lebih baik dari Tuhan Yesus agar bisa memperbaiki diri.
Konsepsi Nikodemus juga mewakili konsepsi kebanyakan orang hari ini. Hari ini banyak orang berpikir tentang bagaimana caranya memperbaiki diri. Berbagai metode ditawarkan bagi mereka yang ingin memperbaiki diri. Ada yang mengajarkan metode positive thinking (berpikir secara positif), ada yang mengajarkan yoga dan meditasi, ada pula yang menawarkan kursus kepribadian dan sebagainya. Mereka berpikir kalau seseorang dapat berperilaku dengan baik, itu sudah cukup. Namun benarkah demikian? Tidak!
Pandangan kebanyakan orang biasanya dititikberatkan pada perubahan kelakuan. Namun, kita perlu nampak bahwa persoalan pokok pada manusia bukan terletak pada perbuatan yang lahiriah atau tingkah lakunya, melainkan pada hayat. Hayat manusia adalah hayat yang fana, hayat yang telah tercemar oleh dosa, hayat yang tidak sempurna. Pengajaran yang sehebat apa pun tidak dapat mengubah atau memperbaiki hayat seseorang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh. 3:3). Yang diperlukan Nikodemus (juga kita semua) bukanlah lebih banyak pengajaran, melainkan dilahirkan kembali.
Kelahiran kembali merupakan jawaban atas keperluan kita yang paling utama. Melalui kelahiran kembali, kita mendapatkan hayat yang baru, hayat yang sempurna dan kekal, yakni hayat Allah sendiri. Ini jauh lebih penting dan lebih hakiki daripada sekedar mendapatkan pengajaran. Walau memiliki banyak pengetahuan dan budi pekerti, tanpa memiliki hayat Allah yang kekal ini, tidak mungkin seseorang dapat melihat Kerajaan Allah.

09 May 2009

Yohanes Volume 2 - Minggu 1 Minggu

Nikodemus
Yohanes 3:1-2a
Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus...

Ayat Bacaan: Yoh. 3:1-3

Di antara umat manusia atau dalam sebuah masyarakat, mereka yang diakui sebagai kelompok masyarakat kelas satu biasanya adalah mereka yang mempunyai moralitas yang tinggi dan memiliki kedudukan yang baik. Dalam Injil Yohanes pasal tiga, terdapat seorang yang bernama Nikodemus. Alkitab mengatakan bahwa dia adalah seorang Farisi, seorang pemimpin agama Yahudi. Tidak diragukan lagi, Nikodemus termasuk dalam kategori kelompok masyarakat kelas satu itu.
Nikodemus memiliki beberapa keistimewaan. Pertama, Nikodemus adalah seorang guru, seorang yang tentunya berpendidikan tinggi. Kedua, dia adalah seorang pemimpin agama Yahudi, seorang yang memiliki kedudukan yang tinggi, terhormat, dan berkuasa. Ketiga, dia pastilah seorang yang berpengetahuan luas dan memiliki banyak pengalaman. Keempat, dia adalah seorang yang bermoral tinggi. Kelima, dia betul-betul mencari Allah. Walaupun ada sedikit ketakutan terhadap orang Farisi, namun ia tetap menemui Tuhan Yesus di waktu malam. Terakhir, dia sangat rendah hati. Nikodemus sudah mencapai usia yang tinggi, mungkin lebih dari 50 tahun; sedangkan Tuhan Yesus baru berumur 30-an tahun. Keinginannya menjumpai Tuhan untuk memohon petunjuk-Nya merupakan bukti akan kerendahan hatinya.
Di jaman modern seperti sekarang ini, dapatkah Anda menemukan seorang yang lebih baik daripada Nikodemus? Tentu sulit sekali. Orang seperti Nikodemus ini, mewakili segolongan orang yang disebut golongan luhur, segolongan orang yang berbudi pekerti, berkedudukan, dan berilmu pengetahuan. Seandainya kita berdiri pada kedudukan Nikodemus, tentu kita akan merasa puas dan menikmati kesuksesan kita. Namun tidak demikian halnya dengan Nikodemus. Di dalam batinnya terdapat suatu keperluan yang membuatnya mau tidak mau datang kepada Tuhan. Kedatangan Nikodemus memberikan kesempatan bagi Tuhan Yesus untuk menyingkapkan kebutuhan manusia yang paling utama, yakni kelahiran kembali. Tidak peduli betapa baiknya atau betapa luhurnya seseorang, ia perlu dilahirkan kembali. Bahkan seorang yang luhur seperti Nikodemus sekalipun, perlu dilahirkan kembali.

08 May 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 4 Sabtu

Rumah Allah yang Diperluas Dalam Kebangkitan
Yohanes 2:19, 21
Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

Ayat Bacaan: Mat. 16:18; 28:19; Yoh. 1:12; 15:16; 1 Kor. 3:9; 12:27; Ef. 2:21-22; 1 Tim. 3:15

Gereja adalah rumah Allah yang diperluas dalam kebangkitan. Ketika kita pertama kali percaya Tuhan, kita menerima hayat Allah ke dalam roh kita. Di satu pihak, kita menjadi putra-putra Allah (Yoh. 1:12). Di pihak lain, kita menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus (1 Kor. 12:27). Semua hal ini dirampungkan oleh Tuhan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Sejak hari kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus terus memperluas tubuh-Nya di dalam hayat kebangkitan (1 Tim. 3:15, 1 Ptr. 2:5, 1 Kor. 3:9, Ef. 2:21-22). Proses perluasan Tubuh Kristus di dalam hayat kebangkitan terus berlanjut sampai sekarang.
Sebagai putra-putra Allah secara individual, kita perlu bertumbuh dalam hayat dan menghasilkan buah dalam penghidupan sehari-hari kita (1 Ptr. 2:2). Setiap hari kita perlu menikmati hayat, mengalami hayat, bertumbuh di dalam hayat, dipenuhi dengan hayat, dan disusun dengan hayat. Kemudian kita juga perlu memberitakan Injil. Memberitakan Injil adalah hal pertama yang harus kita lakukan untuk membangun Tubuh Kristus. Oleh karena itu, sebelum Tuhan disalibkan, Dia memerintahkan murid-murid-Nya untuk menghasilkan buah (Yoh. 15:16), dan setelah kebangkitan-Nya, Dia mengamanatkan murid-murid-Nya untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat. 28:19). Ketika kita menikmati hayat, mengalami hayat, dan bertumbuh dalam hayat, masih ada hasil berupa injil. Pemberitaan injil akan menghasilkan lebih banyak anggota yang menyusun dan membangun Tubuh Kristus.
Sebagai anggota-anggota dari Tubuh Kristus, kita juga perlu disusun oleh Kristus sebagai hayat kita dan dibangunkan dalam keesaan sehingga secara korporat kita dapat menjadi kepenuhan Allah. Tanpa keesaan, tidak ada jalan untuk membangun Tubuh Kristus. Oleh karena itu, kita semua haruslah rajin memelihara keesaan Roh itu. Keesaan Roh itu bukanlah sesuatu yang harus kita doakan, melainkan, kita harus melatih roh kita untuk memeliharanya. Kita harus kembali kepada roh kita dan membuang hal-hal negatif dalam gereja sehingga kita dapat memelihara keesaan Roh itu. Inilah cara untuk membangun gereja. Pembicaraan yang negatif meruntuhkan, tetapi Roh itu membangun. Siapa saja yang tidak hidup di dalam roh, ia tidak berada dalam keesaan.

07 May 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 4 Jumat

Kebangkitan: Sebuah Tanda yang Ajaib
Yohanes 2:19, 21
Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:12-19, 23-24; 4:48; 12:24; Mat. 8:4; 16:1-4; Mrk. 5:43; 7:36

Segera setelah Tuhan membersihkan bait Allah (Yoh. 2:12-17), datanglah orang-orang Yahudi menentang Dia dan berkata, “Tanda apakah yang dapat Engkau tunjukkan kepada kami bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” (Yoh. 2:18). Orang-orang Yahudi tersebut memohon kepada Tuhan untuk memperlihatkan tanda ajaib kepada mereka. Hati mereka dipenuhi dengan perkara mujizat atau tanda yang ajaib. Keadaan orang-orang Yahudi ini adalah gambaran situasi banyak orang Kristen saat ini, yang sangat mementingkan dan mengharapkan mujizat dan tanda ajaib.
Namun jika kita membaca Alkitab dengan teliti, kita akan menemukan bahwa Tuhan tidak terlalu mementingkan mujizat-mujizat. Ketika ada orang datang mencobai-Nya, meminta agar Dia mengadakan tanda ajaib, Tuhan sama sekali tidak menuruti permintaan mereka (Mat. 16:1-4). Tuhan tidak mau orang percaya kepada-Nya karena terlebih dulu melihat tanda ajaib (Yoh. 4:48). Sekalipun banyak orang yang telah percaya kepada-Nya karena perbuatan mujizat dan tanda ajaib, tetapi Tuhan tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka (Yoh. 2:23-24). Tuhan lebih mengandalkan hayat daripada mujizat.
Kita percaya bahwa mujizat itu ada. Masalahnya, Tuhan sendiri tidak mementingkannya. Satu-satunya tanda ajaib yang menjadi perhatian Tuhan adalah perihal kebangkitan-Nya. Itulah sebabnya ketika orang-orang Yahudi memohon suatu tanda ajaib kepada-Nya, Tuhan berkata kepada mereka, “Runtuhkanlah Bait Suci ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh. 2:19). Kebangkitan adalah satu-satunya tanda ajaib yang menjadi perhatian Tuhan karena kebangkitan berhubungan dengan pembangunan gereja. Melalui kebangkitan, Kristus menjadi Roh Pemberi Hayat (1 Kor. 15:45b) untuk menghasilkan gereja (Yoh. 12:24). Hal ini dirampungkan pada hari Pentakosta.
Janganlah kita tergoda untuk mencoba melakukan mujizat. Kita wajib mengikuti Tuhan Yesus dan membiarkan diri kita dimatikan sehingga Kristus dapat termanifestasi dalam kebangkitan. Inilah mujizat, tanda ajaib, yang benar-benar dibutuhkan dalam pembangunan gereja. Tanda ajaib yang unik untuk pembangunan gereja ialah hayat dalam kebangkitan.

06 May 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 4 Kamis

Dibangkitkan Menjadi Bait Allah yang Hidup
Yohanes 2:19, 21
Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:19-21; Flp. 3:21; Ef. 2:6; 1 Ptr. 1:3; Ibr. 2:10; Rm. 8:29

Setelah Satan menghancurkan tubuh jasmani Tuhan di atas kayu salib, jasad-Nya dimasukkan ke dalam liang kubur, serta beristirahat di sana. Pada saat itu Tuhan Yesus masuk ke dalam alam maut, untuk kemudian keluar dalam kebangkitan. Ketika Dia bangkit, Ia sendiri membangkitkan jasad-Nya yang telah mati dan terkubur. Tubuh yang di dalam kebangkitan ini bukan lagi tubuh yang kecil dan lemah, tetapi tubuh yang mulia dan penuh dengan kuat kuasa (Flp. 3:21).
Di dalam kebangkitan-Nya, Tuhan tidak hanya membangkitkan tubuh jasmaniah-Nya sendiri, melainkan juga setiap orang yang oleh iman bersatu dengan Dia (Ef. 2:6). Dalam kebangkitan-Nya, semua umat pilihan Allah dilahirkan kembali untuk menjadi banyak putra Allah dan banyak saudara dari Putra sulung Allah (1 Ptr. 1:3; Ibr. 2:10; Rm. 8:29). Inilah gereja yang adalah Tubuh Kristus. Titik awal peperangan rohani adalah berdiri di atas kemenangan Kristus, melihat bahwa Kristus telah menang. Titik awal ini bukanlah menanggulangi Iblis, melainkan percaya kepada Tuhan. Bukan mengharapkan agar kita menang, sebab kita sudah menang. Iblis tidak dapat melakukan apa-apa. Tak seorang juga dapat menghancurkan rencana Allah. Semakin musuh berupaya, semakin pula tersedia kesempatan bagi Tuhan untuk berbuat lebih banyak. Apapun yang Tuhan kerjakan, selalu di dalam kebangkitan dan melalui hayat kebangkitan. Hanya dengan demikian kuasa Iblis dipatahkan.
Tuhan membangun bait suci “dalam tiga hari”, artinya Dia membangunnya di dalam kebangkitan. Bangsa Yahudi mohon kepada Tuhan Yesus agar mau menunjukkan tanda ajaib terhadap mereka. Tuhan menjawab, “Runtuhkanlah Bait Suci ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikan kembali” (Yoh. 2:19). Kebangkitan Tuhan itulah tanda ajaib yang unik. Tanda ajaib yang unik untuk pembangunan gereja ialah hayat dalam kebangkitan. Sejak hari kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus terus memperluas tubuh-Nya di dalam hayat kebangkitan. Alangkah besar Tubuh Kristus hari ini di dalam kebangkitan-Nya! Rumah Allah yang rohani tetap bertumbuh terus bersama Tubuh Kristus di dalam kebangkitan (1 Tim. 3:15, 1 Ptr. 2:5, 1 Kor. 3:9, Ef. 2:21-22). Haleluya!

05 May 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 4 Rabu

Dihancurkan dan Dibangun Dalam Kebangkitan
Yohanes 2:19, 21
Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

Ayat Bacaan:Yoh. 2:19, 21; Mat. 20:19; 16:18

Tujuan Satan bukan semata-mata mencemari bait, tetapi juga menghancurkannya. Tujuannya yang terakhir ialah menghancurkan rumah Allah. Namun apa yang dihancurkan musuh, Tuhan akan membangunnya kembali dalam tiga hari (Yoh. 2:19). Ini berarti dalam hayat kebangkitan-Nya, Tuhan membangun kembali apa yang telah dirusak oleh musuh. Firman Tuhan menegaskan, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh. 2:19). Dengan kata lain, musuh boleh saja merusak gereja, yaitu rumah Allah, namun Tuhan akan membangunnya kembali di dalam kebangkitan dan oleh hayat kebangkitan.
Janganlah kecewa terhadap keadaan kekristenan hari ini. Memang kelihatannya keadaan gereja hari ini cukup kasihan. Namun, apakah Anda percaya bahwa Satan akan mampu mengalahkan Tuhan Yesus? Mustahil bukan? Apakah Anda percaya bahwa Satan lebih kuat daripada Tuhan Yesus? Jawabannya pasti tidak! Berdasarkan fakta inilah maka hati kita seharusnya tinggal dalam damai dan sentosa. Entah sudah berapa banyak kesulitan yang menimpa ke atas gereja, namun kita mempunyai keyakinan penuh bahwa Satan takkan dapat mengalahkan Tuhan Yesus. Sebaliknya, Tuhanlah yang selalu mematahkan setiap rencana dan pekerjaan jahat Satan.
Tuhan mendirikan gereja-Nya di dalam kebangkitan. Setiap kali setelah kesulitan menggerogoti gereja, gereja akan dipulihkan ke dalam keadaan baru dengan hayat kebangkitan. Tuhan Yesus memberitahu lawannya, bahwa apabila mereka merobohkan Bait Suci ini, Dia akan membangunnya kembali dalam tiga hari (Yoh. 2:19). Tuhan Yesus memberitahu mereka bahwa setelah mereka membunuh Dia, Dia akan bangkit lagi (Mat. 20:19). Di dalam kebangkitan, Dia adalah hayat yang menang, menang atas Satan dan kuasanya.
Saudara saudari kekasih, sudahkah Anda mengalami hayat kebangkitan yang mengalahkan pengrusakan Satan? Ingatlah bahwa gereja dibangun dengan hayat kebangkitan, dan Tuhan berkata alam maut tidak akan menguasainya (Mat. 16:18). Asal kita berada di dalam hayat kebangkitan ini, bersatu dengan hayat kebangkitan ini, maut tidak akan pernah dapat berkuasa atas kita.

04 May 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 4 Selasa

Bergairah Bagi Rumah Allah
Yohanes 2:16-17
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”

Ayat Bacaan: Yoh. 2:16-17; Mzm. 84:2-3, 11; 36:9-10; 23:6

Hati Tuhan penuh dengan kegairahan terhadap rumah Allah. Dia mutlak bagi rumah Bapa. Rumah Bapa itulah kerinduan hati-Nya. Ketika Dia melihat keadaan yang tidak patut di pelataran Bait Suci, Dia tidak dapat tahan lagi. Kegairahan akan rumah Bapa-Nya itulah yang mendorong Dia untuk menyingkirkan semua kecemaran. Satan berupaya sekuatnya untuk merusak dan mengotori kehidupan gereja, yang adalah rumah Allah hari ini, dengan banyak sekali hal yang berdosa dan duniawi. Namun puji syukur pada Tuhan, pencemaran Satan ini mendatangkan pembersihan Tuhan.
Bagaimanakah sikap kita terhadap rumah Allah hari ini? Adakah kita mengasihi gereja sebagaimana Kristus mengasihinya? Pemazmur berkata, “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN.... Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; ...” (Mzm. 84:2-3, 11). Di sini kita nampak betapa kuatnya kedambaan pemazmur terhadap rumah Allah, sampai-sampai ingin diam di pelataran bait Tuhan. Ia rela sekalipun berdiri di ambang pintu bait, menjadi penjaga pintu bait Tuhan.
Dalam Mazmur 36:9, pemazmur berkata bahwa umat Allah “mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu.” Tidak hanya itu, di dalam bait Allah itu mereka juga akan minum dari sungai kesenangan Tuhan. Dan di dalam bait Allah mereka baru beroleh sumber hayat, dan dalam terang-Nya ia melihat terang (ayat 10). Mazmur pasal 23 ditutup dengan perkataan, “dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa” (ayat 6).
Pada zaman Perjanjian Lama, orang-orang yang takwa, semuanya rindu diam dalam bait Allah, yaitu tempat kediaman Allah. Kedambaan demikian akan menangkal berbagai kefasikan. Hanya karena kedambaan berada di hadirat Tuhan, di dalam rumah Allah, maka segala perpecahan dan perkara-perkara negatif yang tercakup di dalamnya dapat dicegah. Kedambaan ini akan membuat kita menjadi takwa, kudus, dan pada akhirnya menjadi esa dengan anak-anak Allah. Kiranya kita semua menjadi orang yang memperhatikan dan mendambakan gereja sebagai tempat kediaman Allah hari ini.

03 May 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 4 Senin

Dibersihkan dari Segala Hal yang Mencemarkan
Yohanes 2:15
Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:15; 1 Kor. 3:16

Tuhan membersihkan bait Allah dengan membuat cambuk dari tali. Mengusir lembu, kambing domba dan penukar uang, berarti mengusir semua pekerjaan duniawi. Sebagai bait Allah, kita seharusnya dipenuhi oleh Allah. Namun kenyataannya, seringkali kita malahan dipenuhi dengan barang dagangan, uang, serta meja penukar uang. Karena itulah Tuhan mau tak mau membuat cambuk tali guna mengusir hal-hal itu keluar dari kita. Kita ini adalah Bait Allah (1 Kor. 3:16). Ketika kita datang ke dalam perjamuan Tuhan untuk memperingati Dia, mungkin sekali kita ini dipenuhi oleh hal-hal duniawi. Pada saat demikian kita pun memerlukan pembersihan, supaya kita ini menjadi bait Allah yang wajar dan tepat.
Seringkali Tuhan memakai “cambuk dari tali”, yakni benda-benda yang lazim dan biasa, untuk membersihkan kita. Adakalanya melalui seorang yang biasa saja Ia membersihkan Anda, umpamanya istri Anda atau suami Anda, orang tua Anda atau anak-anak Anda, majikan Anda atau pegawai Anda. Kita semua telah mengalami cambuk tali yang dibuat Tuhan dari orang-orang atau benda-benda yang biasa saja bagi pembersihan diri kita. Kadangkala pula Tuhan bahkan datang untuk campur tangan dalam hidup kita dengan menjungkirbalikkan benda-benda atau perkara-perkara. Dia datang mengusir lembu, kambing domba dan merpati, serta membalikkan meja-meja agar memporakporandakan seluruh situasi. Misalnya, tahun kemarin Anda baru beroleh keuntungan banyak di dalam usaha Anda, namun tahun ini Anda rugi sampai habis, inilah cambuk yang Tuhan pakai untuk membersihkan Anda. Pada setiap orang Kristen yang mengasihi Tuhan, selalu terdapat seseorang atau sesuatu yang Allah pakai untuk membersihkan dia.
Di dalam kehidupan gereja, sering kali Tuhan bahkan menggunakan saudara dan saudari sebagai cambuk tali untuk membersihkan “barang-barang dagangan dan penukar-penukar uang” yang bersarang di dalam kita. Cambuk yang kita alami itu sengaja dibuat oleh Tuhan. Mungkin kita terperanjat tatkala Tuhan mencambuk kita. Jangan salah paham dengan Tuhan. Dia mencambuk kita untuk membersihkan kita, agar kita layak menjadi tempat kediaman-Nya.

02 May 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 4 Minggu

Yesus Menyucikan Bait Allah
Yohanes 2:13-14
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:13; Kel. 12:2; Ul, 16:1-3; 1 Kor. 11:24-25; 3:16

Yohanes 2:12-22 membentangkan dua aspek penanggulangan Tuhan terhadap Bait Allah, yakni aspek penyucian dan aspek pembangunan. Iblis, musuh Allah, selalu berusaha merusak atau meruntuhkan Bait Allah. Iblis bermaksud mencemarinya dengan banyak hal kedosaan dan keduniawian. Inilah sebabnya rumah Allah perlu dibersihkan. Yesus membersihkan bait Allah pada saat ketika “hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat” (Yoh. 2:13). Hari raya Paskah merupakan sebuah perayaan untuk memperingati penyelamatan Allah atas umat Israel (Kel. 12:2-11, Ul. 16:1-3).
Dalam perayaan Paskah, orang-orang Yahudi datang menyembah Allah di dalam Bait Suci mereka. Namun, ketika Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem, Bait Suci penuh dengan lembu, kambing domba, merpati dan penukar-penukar uang. Pemandangan di sana lebih mirip sebuah pasar daripada suatu tempat penyembahan. Itulah sebabnya Bait itu perlu dibersihkan.
Pemandangan yang ada di Bait Suci itu membuat Tuhan tidak dapat berkompromi. Sejak usia 12 tahun, Dia sudah menegaskan bahwa Dia sangat peduli dengan rumah Allah. Lukas 2:49 mengatakan, “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Rumah Allah seharusnya menjadi rumah doa, tempat di mana orang dapat datang kepada Allah, berkontak dengan Allah. Namun pedagang-pedagang telah memanfaatkan situasi saat itu dengan menjadikan ibadah sebagai sumber mencari keuntungan.
Apa yang dilakukan oleh pedagang-pedagang itu kelihatannya adalah untuk mempermudah orang yang ingin mempersembahkan kurban. Orang-orang tidak perlu mempersiapkan atau membawa ternak kurban dari rumah, tetapi cukup membawa sejumlah uang dan membeli ternak kurban di halaman Bait Suci, lalu dipersembahkan sebagai kurban. Bukankah cara ini lebih praktis? Ya. Namun kita harus sangat jelas bahwa dalam perkara rohani, tidak ada jalan pintas, tidak boleh mengambil cara yang gampangan. Mereka yang bersungguh-sungguh ingin mempersembahkan kurban, seharusnya sudah baik-baik mempersiapkannya dari rumah, bukan dadakan atau sambil lalu. Prinsip ini juga berlaku bagi kita yang ingin melayani Dia di dalam rumah-Nya.

01 May 2009

Yohanes Volume 1 - Minggu 3 Sabtu

Jalan Untuk Mengalami Mukjizat Maut Menjadi Hayat
Yohanes 2:11
Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

Ayat Bacaan: Yoh. 2:8-11; 1 Yoh. 5:24

Karunia keselamatan Tuhan Yesus sangatlah ajaib! Yang Dia lakukan pada diri manusia benar-benar adalah suatu mukjizat! Sebagaimana mukjizat ini terjadi di atas semua orang yang menerima anugerah dari zaman ke zaman, begitu juga akan berlaku pada diri kita. Bagaimanakah agar kita bisa mendapatkan mukjizat karunia keselamatan ini, agar maut dapat diubah menjadi hayat? Pertama, kita harus mengakui bahwa keadaan kita sama seperti orang-orang yang mengikuti pesta pernikahan pada hari itu; di satu pihak kita berada di tempat yang hina, di pihak lain, kita sangat rapuh, penuh kematian. Kehidupan manusia kita dan sukacita kehidupan manusia kita juga sangat terbatas, sangat pendek.
Kedua, kita harus percaya Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan kita, membereskan kehinaan, kerapuhan, dan kematian kita. Cara pemberesan-Nya ialah datang ke dunia menjadi manusia, terpaku di atas salib demi memikul dosa kita, menghapus sumber kerapuhan dan kematian kita. Pada hari ketiga, Dia bangkit dari antara orang mati, menjelma menjadi Roh Kudus, lalu datang kembali kepada kita, menjadi hayat kekal kita, untuk menggantikan hayat kita yang hina, rapuh, dan bisa mati itu.
Ketiga, kita harus menerima Dia masuk ke dalam kita, menjadi pusat kehidupan manusia kita, masuk ke dalam roh kita menjadi Tuhan hayat kita, sama seperti orang Yahudi pada hari itu, mengundang Tuhan mengikuti pesta pernikahan mereka. Keempat, kita masih perlu menaati firman-Nya, menuruti perintah-Nya. Pada hari itu Tuhan menyuruh pelayan-pelayan mengisi tempayan-tempayan itu dengan air; mereka mengisi tempayan-tempayan itu. Tuhan berkata agar mencedok dan membawanya kepada pemimpin pesta, mereka pun melakukan sesuai perkataan-Nya. Karena mereka taat, mukjizat pun terjadi. Jadi, kita juga harus mendengarkan firman Tuhan, sehingga mendapatkan karunia keselamatan yang sempurna itu. Tuhan berkata, “Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (1 Yoh. 5:24).