Hitstat

22 May 2009

Yohanes Volume 2 - MInggu 2 Sabtu

Belajar Berbicara Bagi Tuhan
Yohanes 3:34
Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.

Ayat Bacaan: Yoh. 3:34; Ibr. 1:1-2; 2 Ptr. 1:21; Mzm. 100:1; Rm. 6:6; Gal. 2:20

Pertambahan Kristus di dalam kita hanya dapat digenapkan melalui suplai firman dan Roh itu. Suplai firman dan Roh itu sangat berkaitan dengan pembicaraan Allah. Allah kita adalah Allah yang berbicara. Dalam Perjanjian Lama, Allah berbicara dengan perantaraan nabi-nabi, yaitu melalui orang-orang yang didorong oleh Roh-Nya (2 Ptr. 1:21). Namun dalam Perjanjian Baru, Ia berbicara dengan perantaraan Putra (Ibr. 1:1-2).
Melalui kelahiran kembali, Allah yang berbicara ini tinggal di dalam kita, dan Dia menghendaki kita berbicara bagi Dia. Sayangnya, situasi kekristenan dewasa ini justru sebaliknya. Di kantor atau di sekolah, misalnya, sedikit sekali orang Kristen yang mau membicarakan Tuhan kepada teman-teman mereka, sedikit yang mau berbicara bagi Allah dan Kristus. Kekristenan yang tradisional telah menyebabkan mayoritas kaum beriman menjadi “bisu”. Setiap hari Minggu pagi, kebanyakan umat Kristen hanya menjadi pendengar. Hal ini telah berlangsung selama ratusan tahun sehingga telah menjadi suatu tradisi dan kebiasaan. Kita semua perlu bangkit dan membuang kebiasaan ini.
Bila kita berkumpul dalam suatu perhimpunan ibadah, kita harus berbicara. Ada banyak cara untuk berbicara. Berseru kepada nama Tuhan, menyanyi, memuji, dan berdoa, adalah jenis lain dari berbicara. Ketika kita berhimpun, kita seharusnya datang dengan doa, nyanyian, dan pujian. Mazmur 100:1 mengatakan, “Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!” Kehidupan kita seharusnya kehidupan yang bersorak-sorak bagi Tuhan.
Agar dapat berbicara bagi Tuhan, kita harus melawan manusia alamiah kita beserta watak dan kebiasaannya. Jika kita adalah orang yang pendiam, kita harus melawan manusia alamiah kita beserta sifat pendiamnya itu, belajar memikul salib (Rm. 6:6; Gal. 2:20). Kedua, kita perlu melatih roh kita dan belajar bagaimana mengutarakan apa yang ingin kita bicarakan bagi Tuhan. Kita seharusnya meluangkan cukup banyak waktu untuk belajar bagaimana berbicara bagi Tuhan, bahkan seharusnya berpuasa dan berdoa. Latihan yang demikian akan memperkaya pembicaraan kita sehingga Roh Allah yang tak terbatas itu dapat dilayankan kepada orang lain bagi pembangunan gereja.

No comments: